Top Banner
i PENERAPAN THINK PAIR SHARE DENGAN PENDEKATAN SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA SMK Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer Oleh : Abdul Latif Nugraha 702011106 Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana April 2016
22

Penerapan Think Pair Share dengan Pendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI ... · 2017. 4. 6. · 1 PENERAPAN THINK PAIR SHARE DENGAN PENDEKATAN SOMATIS AUDITORI VISUAL

Jan 31, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • i

    PENERAPAN THINK PAIR SHARE DENGAN PENDEKATAN

    SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK

    MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA SMK

    Artikel Ilmiah

    Diajukan kepada

    Fakultas Teknologi Informasi

    untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer

    Oleh :

    Abdul Latif Nugraha

    702011106

    Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    April 2016

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

  • 1

    PENERAPAN THINK PAIR SHARE DENGAN PENDEKATAN

    SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK

    MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA SMK

    1)Abdul Latif Nugraha 2) Mila Chrismawati Paseleng

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

    Email : 1)[email protected])[email protected]

    Abstract

    Implementation of learning model with less innovative and innapropriate approach will

    impact on the low level of student's involvement and learning result. The learning model which is

    usually used at school is a conventional learning model in which the teacher as a lecturer and

    students as listeners. By too much implementing this model, the students become less active to

    participate in the learning. This research aims to improve the students' involvement and learning

    result by using cooperative learning model of TPS (Think Pair Share) integrated with SAVI

    (Somatic Visual Auditory Intellectual) approach. The SAVI-TPS learning enables the teacher acts

    as a facilitator and the students work in small groups to complete the tasks assigned by the

    teacher. This study used a Pre-Experimental Design One-Shot Case Study. The results show that

    there are differences in students' learning involvement are taught using TPS SAVI learning model

    of the conventional learning models. On average conventional learning involvement of students

    27.97%, while the average of students involvement using TPS SAVI learning model are 72.02%

    and 66.66%. Based on the analysis score of the students' involvement using TPS SAVI learning

    model showed high criteria than the model usually used by teacher.

    Keyword : Think Pair Share learning model, SAVI approach, students’ involvement.

    Abstrak

    Penerapan model pembelajaran dengan pendekatan yang kurang variatif dan kurang tepat akan

    berdampak pada keaktifan siswa yang rendah. Model pembelajaran yang biasa digunakan adalah

    konvensional dimana guru sebagai penceramah dan siswa sebagai pendengar, dengan metode

    tersebut siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk

    meningkatkan keaktifan siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

    berpendekatan SAVI. Penelitian ini menggunakan Pre-Experimental Design, bentuk desain

    penelitian ini adalah One-Shot Case Study. Hasil yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada

    perbedaan keaktifan belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran TPS SAVI dari

    pada model pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran konvensional rata-rata keaktifan siswa

    27,97%, pada model TPS SAVI rata-rata keaktifan siswa 72,02% dan 66,66%, ada peningkatan

    keaktifan pada pertemuan 1. Berdasarkan analisis skor keaktifan siswa model pembelajaran TPS

    SAVI menunjukkan kriteria tinggi dari pada model yang biasa dilakukan guru.

    Kata Kunci : Model Pembelajaran Think Pair Share, Pendekatan SAVI, Keaktifan siswa

    1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan

    Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • 2

    1. Pendahuluan Kegiatan pembelajaran di kelas terdapat interaksi melibatkan antara guru

    dan siswa dimana materi pelajaran merupakan perantara yang mengharuskan

    siswa lebih aktif dari pendidik. Dalam hal ini terdapat masalah yang

    mempengaruhi peserta didik terhadap proses tersebut. Pembelajaran konvensional

    cenderung berfokus terhadap guru dikelas, yang pada umumnya guru didalam

    kelas lebih mendominasi untuk memaparkan materi dari awal higga akhir.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan observasi di SMK Negeri 1

    Pablean kelas XI RPL 1, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang.

    Guru masih menggunakan pembelajaran biasa atau konvensional. Proses dalam

    kegiatan belajar respon, perhatian dan kedisiplinan siswa dalam belajar dikelas

    rendah, sebab guru masih menggunakan model pembelajaran biasa yang hanya

    fokus terhadap pemaparan materi berdasarkan buku LKS kemudian memberikan

    tugas kepada siswa. Pembelajaran ini mengakibatkan guru menjadi pusat kegiatan

    belajar, sehingga pembelajaran cenderung membosankan. Guru tidak

    menggunakan pembelajaran yang bervariasi, sehingga pembelajaran menjadi

    cenderung pasif. Siswa tidak dibiasakan secara sengaja untuk berpartisipasi dalam

    seluruh rangkaian pembelajaran. Hasil belajar yang optimal hanya mungkin

    dicapai apabila guru dan siswa melakukan keaktifan yang direncanakan secara

    sengaja [1].

    Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan suatu pendekatan dan

    metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya

    dengan model pembelajaran kooperatif Think Pairs Share (TPS). Model

    pembelajaran TPS ini memfasilitasi siswa bisa untuk bekerja berdua (Pair).

    Keuntunngannya adalah siswa bisa sharing dengan teman lebih efektif jika pada

    model lain siswa berkelompok, sharingnya terlalu luas. Sehingga kesempatan

    untuk mencoba lebih sedikit. Apalagi jika ada siswa yang sifatnya mendominasi

    kelompok maka akan ada siswa yang pasif dalam kelompok tersebut, dalam TPS

    siswa bisa mengemukakan pendapat atau unjuk kerja dengan lebih efektif.

    Pendekatan SAVI juga menuntut siswa mengoptimalkan panca indra yang

    dimiliki.

    SAVI berarti somatis (S) yang bermakna gerakan tubuh, auditori (A) yang

    bermakna bahwa belajar harus berbicara dan mendengar, visual (V) yang berarti

    belajar dengan mengamati dan menggambarkan, dan intelektual (I) belajar dengan

    memecahkan masalah. Pengertian ini menekankan bahwa pendekatan SAVI harus

    memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa [2]. Namun, menurut

    Wijayanti et al[3], pendekatan SAVI masih memiliki kekurangan yaitu kurang

    mengembangkan keterampilan sosial siswa. Dalam penelitian tersebut sikap sosial

    belum terlihat sehingga perlu dikemas dalam model pembelajaran kooperatif.

    Dengan penerapan model pembelajaran TPS dengan Pendekatan SAVI

    diharapkan bisa meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran

    di kelas, sehingga siswa bisa mendalami materi pelajaran yang disampaikan oleh

    guru sehingga akan menjadi suatu proses pembelajaran yang menyenangkan bagi

    siswa yang nantinya bisa membuat peningkatan hasil belajar siswa.

  • 3

    2. Tinjauan Pustaka Hasil peneltian tentang STAD berpendekatan SAVI oleh Wijayanti at al di

    SMP Negeri 14 Surakarta menunjukkan bahwa pengintegrasian antara pendekatan

    SAVI dengan model pembelajaran kooperatif STAD ini memberikan pengaruh

    terhadap hasil belajar siswa karena dalam pendekatan pembelajaran ini telah

    mengembangkan panca indra siswa, intelektual dan keterampilan social secara

    maksimal. Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar ranah psikomotor dan afektif

    [3].

    Hasil penelitian kedua tentang model pembelajaran NHT berbasis SAVI

    dilakukan Kusuma at al Tahun 2008 di SMA N 1 Wirosari menunjukkan bahwa

    model pembelajaran NHT berbasis SAVI dapat meningkatkan hasil siswa dalam

    pembelajaran kimia pokok bahasan laju reaksi. Hasil belajar kognitif siswa siklus

    I ke II meningkat 4% sedangkan siklus II ke III mengalami peningkatan 5,73%.

    [4].

    Hasil penelitian ketiga tentang model pembelajaran Think Pair Share telah

    dilakukan oleh Istiandaru dalam penelitiannya dengan menggunakan E-Learning

    Moodle terhadap hasil belajar dan kecemasan matematika siswa kelas XII IPS

    SMA Negeri 1 Bae Kudus pada materi Logika Matematik oleh Istiandaru

    menunjukkan bahwa hasil siswa yang diajar dengan menggunakan TPS lebih baik

    dari pada siswa yang diajar dengan model konvensional. [5].

    TPS (Think Pair Share) adalah salah satu tipe model Cooperative

    Learning yang dikembangkan oleh Frank Lyman [6]. Saad mengemukakan

    bahwa terdapat lima prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam menerapkan

    Cooperative Learning, yaitu [7]:

    (1) Saling ketergantungan positif (positive interdependence), artinya masing-masing anggota kelompok harus merasa saling membutuhkan dalam

    menyelesaikan tugas/masalah dari guru. Dalam pembelajaran TPS, prinsip

    saling ketergantungan positif terjadi karena siswa saling membutuhkan satu

    sama lain dalam pasangan-pasangan belajar. Tanpa kontribusidari kawan

    (pasangannya) siswa tidak bisa belajar dengan optimal.

    (2) Akuntabilitas individu (individual accountability), artinya setiap individu dalam anggota kelompok haruslah memiliki tanggung jawab dan mau

    berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan tugas guru demi kesuksesan

    kelompok; Dalam pembelajaran TPS tanggung jawab dan keaktifan

    dibutuhkan oleh individu dalam kelompok untuk belajar saling

    mengemukakan pendapat yang nantinya dirangkum untuk kemdian di nilai

    guru.

    (3) Tatap muka (face to face interaction), artinya tempat duduk tiap anggota suatu kelompok diatur sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok

    dapat saling bertatap muka secara bebas; Dalam pembelajaran TPS Desain

    tempat duduk berdua di dalam kelompok agar komunikasi lebih mudah

    (4) Kemampuan komunikasi dalam kelompok (interpersonal and small group skills), yang artinya siswa hendaknya mampu berkomunikasi dalam kelompok

    dengan saling percaya, frekuensi diskusi yang tinggi, mampu menerima

  • 4

    pendapat anggota lain dan menghindari konflik dengan menyelesaikan

    perbedaan pendapat secara bijaksana; Dalam pembelajaran TPS siswa juga

    belajar menghargai pendapat teman kelompok dalam berkomunikasi sehingga

    perbedaan pendapat yang ada menambah pengetahuan dan diambil pendapat

    yang paling lengkap.

    (5) Evaluasi proses kelompok (group processing), yang artinya guru selalu memantau dan menilai kinerja kelompok dan hasil kerja kelompok.

    Guru memantau kerja kelompok agar mendapat hasil yang baik dan nantinya

    guru memberi nilai berdasarkan arahan yang diberikan.

    Dalam model pembelajaran ini, siswa berpasangan dengan teman

    sekelasnya ketika guru menyampaikan pelajaran. Guru memberikan serangkaian

    pertanyaan di kelas untuk dipikirkan oleh siswa, kemudian siswa berdiskusi dan

    membandingkan jawaban mereka dan selanjutnya sepakat dengan jawaban

    bersama, lalu guru membimbing seluruh siswa untuk berbagi hasil diskusi dengan

    seluruh siswa di kelas tersebut [6]. Langkah umum penerapan TPS adalah sebagai

    berikut: (1) Guru membagi peserta didik dalam kelompok berempat atau berlima

    dan memberikan tugas atau masalah yang harus dipecahkan, kepada semua

    kelompok; (2) Setiap peserta didik memikirkan dan mengerjakan tugas/masalah

    tersebut sendiri (Think); (3) Peserta didik berpasangan dengan satu rekan dalam

    kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya (Pair); (4) Kedua pasangan

    bertemu kembali dalam kelompok berempat. Peserta didik mempunyai

    kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya (Share) kepada kelompok

    berempat. Dalam penelitian ini, langkah-langkah penerapan TPS mengacu pada

    Sosialisasi KTSP yaitu sebagai berikut [9] : (1) Guru menyampaikan inti materi

    dan kompetensi yang ingin dicapai. (2) Siswa diminta untuk berpikir tentang

    materi/permasalahan yang disampaikan guru (fase Think). (3) Siswa diminta

    berpasangan dengan temannya (dua orang per kelompok) dan mengutarakan hasil

    pemikiran masing -masing (fase Pair). (4) Guru memimpin pleno kecil diskusi,

    tiap kelompok memaparkan hasil diskusinya (fase Share). (5) Guru mengarahkan

    pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum

    diungkap oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. (6) Siswa menarik kesimpulan

    dengan arahan guru [13]

    SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) adalah cara belajar yang

    menggabungkan antara gerakan fisik, dengan aktivitas Intelektual dan

    penggunaan semua indra untuk memberikan pengaruh yang besar pada

    pembelajaran [3]. SAVI terdiri dari beberapa unsur yaitu : (a) Somatis yaitu belajar

    dengan bergerak dan berbuat. Belajar Somatis berarti belajar dengan indra peraba,

    kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan mengguna-kan serta menggerakkan tubuh

    sewaktu belajar. Siswa dalam belajar database yang dibuat, menggunakan fisinya

    yaitu tangan untuk mengetik kode database yang dicontohkan. (b) Auditori yaitu

    belajar dengan berbicara dan mendengar. pembelajaran yang memanfaatkan

    telinga dan suara kita. Siswa belajar dengan memanfaatkan indera

    pendengarannya untuk menerima informasi dari video tutorial yang mengeluarkan

    suara penjelasan. (c) Visual yaitu belajar dengan mengamati dan menggambarkan.

    Pembelajaran dengan Visual mencakup dalam melihat, menciptakan dan meng-

    integrasikan segala macam citra. Siswa bekajar dengan melihat video tutorial

  • 5

    yang diputar oleh guru dengan proyektor dengan membuatnya kedalam komputer

    sendiri. (d) Intelektual yaitu belajar dengan me-mecahkan masalah dan merenung.

    kata “intek-lektual” menunjukkan tentang pola pikir pembelajar saat mereka

    menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pe-ngalaman dan

    menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari peng-alaman tersebut.

    Siswa menggunakan intelektualnya untuk memecahkan masalah dalam

    pembuatan database menggunakan MS. Access. Supaya pembelajaran dapat

    berlangsung secara optimal, maka keempat unsur tersebut harus ada, karena satu

    dengan yang lainnya saling terpadu dan semuanya digunakan secara simultan [2].

    Pembelajaran KKPI merupakan kemampuan minimal yang harus

    diberikan kepada Insan Indonesia (siswa SLTA atau sedarajat) agar mampu

    meggunakan komputer sebagai alat bantu untuk mengelola informasi.

    Pembelajaran KKPI di SMK dilihat dari kompetensi dasar yang ada di silabus

    keterampilan komputer dan pengelolaan informasi(KKPI), siswa diharapkan

    memiliki pengetahuan (kognitif), hasil (kognitif), keterampilan (psikomotorik),

    dan perilaku (afektif), dalam menggunakan teknologi dengan baik dan benar.

    Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

    Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor: 251/C/KEP/MN/2008,

    tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan. Mata pelajaran

    KKPI ada untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi

    pesatnya perkembangan teknologi. Di SMK jurusan RPL siswa mempelajari

    teknik pembuatan database, pembuatan web, dan penggunaan software[10].

    Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yang menekankan

    keaktifan siswa secara fisik, mental, Intelektual dan emosional untuk memperoleh

    hasil berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor selama siswa

    di dalam kelas [8]. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar

    aktif. Dengan belajar aktif salah satunya dengan diskusi memungkinkan siswa

    memperoleh hasil dan penguasan materi. Keaktifan siswa dalam mengikuti proses

    belajar mengajar dapat dilihat dari beberapa indikator keaktifan, yaitu: (a) Turut

    serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, (b) Terlibat dalam pemecahan

    masalah, (c) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak

    memahami persoalan yang dihadapinya, (d) Berusaha mencari berbagai informasi

    yang diperlukan untuk memecahkan masalah, (e) Melaksanakan diskusi kelompok

    sesuai dengan petunjuk guru, (f) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang

    diperolehnya, (g) Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis,

    (h) Kesempatan menggunakan atau menempatkan apa yang telah diperolehnya

    dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya [11].

    3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen.

    Penelitian ini berdesain “One Shot Case Study” yaitu dengan desain terdapat suatu

    kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya [12]. Adapun

    pola desain penelitian ini sebagai berikut :

    O X

  • 6

    Keterangan :

    X = treatment yang diberikan (variabel independen)

    0 = Observasi (variabel dependen)

    Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK N

    1 Pabelan. Sampel yang digunakan adalah XI RPL 1 dengan jumlah siswa

    sebanyak 21 orang. Teknik pengambilan sampel adalah Cluster Sampling

    dikarenakan peneliti mengambil satu kelas eksperimen dengan cara mengambil

    secara acak dari kelas-kelas yang ada di SMK N 1 Pabelan [12].

    Tabel 1 Tahap Penelitian No Tahap Penelitian Keterangan

    1 Tahap persiapan - Wawancara - Observasi - Studi Literatur - Menentukan populasi dan sample - Menyiapkan materi

    2 Tahap pelaksanaan - Memberikan perlakuan (treatment)

    - Mengamati prilaku siswa dengan check list

    3 Pengolahan dan analisis data - Mengolah hasil check list

    Adapun langkah-langkah penelitian sebagai berikut :

    Tahap Persiapan, kegiatan yang dilakukan pada tahap pertama meliputi

    observasi awal yang dilakukan untuk melakukan studi pendahuluan melalui

    pengamatan terhadap proses pembelajaran di sekolah tempat penelitian yang akan

    dilakukan. Studi litelatur dilakukan untuk memperoleh teori – teori mengenai

    permasalahan yang akan diteliti. Menentukan populasi dan sampel penelitian

    sebagai objek dalam penerapan metode Think Pair Share berpendekatan Somatis

    Auditori Visual Intelektual. Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP) untuk diterapkan dikelas XI RPL 1, dibuat sesuai dengan alur pembelajaran

    kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) berpendekatan SAVI. Dalam proses

    pembelajaran dengan metode TPS (Think Pair Share) berpendekatan SAVI,

    kegiatan inti pembelajaran lebih banyak untuk berdiskusi berdua bersama teman

    sebangkunya. Siswa diajarkan aktif dalam belajar dengan mencari dan mengolah

    materi dengan memanfaatkan internet yang ada disekolah. Siswa juga belajar

    bersosialisasi dan juga belajar bekerja sama dengan baik. Pada sesi pertanyaan, di

    sini siswa diajarkan bertanggung jawab pada tugas yang sudah diberikan, karena

    guru akan memberikan permasalahan kepada setiap kelompok siswa. Yang

    terakhir adalah sesi presentasi, siswa akan belajar bagaimana menyampaikan

    informasi dengan baik dan benar.

  • 7

    Tahap kedua, Sebelum melaksanakan tindakan, siswa kelas XI RPL 1

    diberikan penjelasan model pembelajaran Think Pair Share berpendekatan

    Somatis Auditori Visual Intelektual. Pada tahap ini juga dilakukan observasi

    keaktivan siswa dengan model pembelajaran yang biasa dilakukan guru dikelas.

    Treatment, setelah kelas XI RPL 1 diberikan pembelajaran dengan model

    konvensional. Maka pada tahap ini adalah melakukan treatment. Treatment

    dikelas XI RPL 1 menggunakan model pembelajaran Think Pair Share

    berpendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual. Pada tahap ini juga siswa di

    observasi keaktifan belajarnya oleh observer untuk mengetahui besar keaktifan

    siswa belajar menggunakan model pembelajaran Think Pair Share

    berpendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual. Kegiatan selama diberi

    perlakuan digambarkan pada tabel desain pembelajaran dibawah ini :

    Tabel 2 Disain pembelajaran TPS berpendekatan SAVI

    Kegiatan Indikator Bentuk

    Guru Siswa Keaktifan Instrumen

    Tahap 1

    Pendahuluan

    Guru

    menyampaikan

    kopetensi yang harus dicapai

    siswa

    Siswa menyimak

    dan memperhatikan

    guru menyampaikan

    kopetensi yang

    harus di capai

    siswa

    Turut serta

    dalam

    melaksanakan tugas

    belajarnya

    Lembar

    Observasi

    Tahap 2

    Think

    Guru mengajukan

    suatu pertanyaan atau masalah yang

    dikaitkan dengan

    pelajaran mengoperasikan

    software aplikasi

    basis data materi Pengenalan

    Software aplikasi

    dan menu-menu software basis

    data

    Siswa

    memperhatikan, memikirkan

    jawaban

    pertanyaan yang diberikan oleh guru

    mengenai materi

    aplikasi basis data

    Terlibat dalam

    pemecahan masalah

    Lembar

    Observasi

    Pendekatan Somatis

    Guru mempersilahkan

    siswa pegang

    mouse dan mengklik menu

    yang ada pada

    aplikasi basis data

    Siswa menggunakan

    komputer dengan

    mempraktekkan klik menu yang ada

    pada aplikasi basis

    data

    Bertanya kepada siswa

    lain atau

    kepada guru

    Lembar Observasi

    Pendekatan

    Auditori

    Guru menjelaskan

    menu yang ada

    pada aplikasi basis data

    Siswa menerima

    informasi yang

    disampaikan guru dengan sarana

    auditori

    Berusaha

    mencari

    berbagai informasi

    yang

    diperlukan untuk

    memecahkan

    masalah

    Lembar

    Observasi

    Pendekatan

    Visual

    Guru

    menunjukkan

    menu-menu yang terdapat pada

    aplikasi basis data

    dengan LCD

    Siswa dengan

    mudah belajar

    menu-menu yang terdapat pada

    aplikasi basis data

    dengan melihat

    Bertanya

    kepada siswa

    lain atau kepada guru

    Lembar

    Observasi

  • 8

    Proyektor presentasi, contoh

    yang diberikan guru lewat LCD

    Proyektor

    Pendekatan Intelektual

    Guru memberikan pertanyaan

    mengenai

    kegunaan menu aplikasi basis data

    Siswa memikirkan kegunaan menu-

    menu yang ada

    pada aplikasi basis data dan mencoba

    memecahkan

    masalah tersebut

    Turut serta dalam

    melaksanakan

    tugas belajarnya

    Lembar Observasi

    Tahap 3

    Pair

    Guru meminta

    siswa untuk

    berpasangan 1

    kelompok 2 orang

    Siswa membentuk

    1 kelompok 2

    orang

    Melaksanakan

    diskusi

    kelompok

    Lembar

    Observasi

    Somatis Guru membagi

    nama database

    kemudian meminta siswa

    untuk

    berpasangan mencoba praktek

    membuat database

    tersebut

    Siswa mencoba

    praktek bersama

    teman kelompoknya

    membuat database

    Menilai

    kemampuan

    dirinya dan hasil-hasil

    yang

    diperolehnya

    Lembar

    Observasi

    Auditori Guru memutar

    video tutorial

    aplikasi basis data dengan alat bantu

    LCD Proyektor

    dan Speaker aktive, kemudian

    menyuruh siswa

    untuk mendengarkan

    tahapan dari video

    tutorial.

    Siswa

    mendengarkan

    video tutorial aplikasi basis data

    yang diputar guru

    Melatih diri

    dalam

    memecahkan masalah atau

    soal yang

    sejenis

    Lembar

    Observasi

    Visual Guru

    menampilkan

    video tutorial aplikasi basis data

    dengan alat bantu

    LCD Proyektor

    Siswa dengan

    indera

    penglihatannya, melihat video

    tutorial aplikasi

    basis data yang diputar oleh guru

    Kesempatan

    menggunakan

    atau menempatkan

    apa yang

    diperolehnya dalam

    menyelesaikan

    tugas atau persoalan

    yang

    dihadapimya

    Lembar

    Observasi

    Intelektual Guru membagikan

    nama database

    yang akan dibuat

    kepada setiap

    kelompok siswa

    Siswa dengan

    intelektual yang

    dimilikinya

    mencoba membuat

    database yang

    diberikan oleh guru bersama

    pasangannya

    Bertanya

    kepada siswa

    lain atau

    kepada guru

    Lembar

    Observasi

    Tahap Akhir Share

    Guru memilih pasangan siswa

    untuk

    berpresentasi kedepan kelas

    dalam membuat database.

    Siswa maju kedepan kelas

    untuk berbagi

    informasi yang telah didapatnya

    melalui belajar kelompok, untuk

    kemudian berbagi

    kepada seluruh siswa

    Terlibat dalam pemecahan

    masalah

    Lembar Observasi

  • 9

    Somatis Guru meminta

    siswa untuk maju kedepan untuk

    berpresentasi dan

    guru memimpin presentasi siswa

    yang maju

    kedepan kelas

    Siswa

    menggunakan komputer

    berpresentasi

    mengenai aplikasi basis data access

    2007

    Turut serta

    dalam melaksanakan

    tugas

    belajarnya

    Lembar

    Observasi

    Auditori Guru mengawasi

    apa yang di

    presentasikan oleh siswa

    Siswa dengan

    sarana auditori

    mencoba menjelaskan apa

    yang sudah mereka

    buat

    Terlibat dalam

    pemecahan

    masalah

    Lembar

    Observasi

    Visual Guru membantu

    membenarkan

    pembuatan database yang

    dibuat siswa

    Siswa

    mempergunakan

    sarana visual yaitu LCD Proyektor

    untuk

    menampilkan proses pembuatan

    database dengan

    aplikasi basis data access 2007

    Turut serta

    dalam

    melaksanakan tugas

    belajarnya

    Lembar

    Observasi

    Intelektual Guru

    mempersilahkan siswa lain untuk

    bertanya kepada siswa yang

    berpresentasi

    Siswa memecahkan

    masalah/pertanyaan yang diberikan oleh

    siswa yang bertanya

    Terlibat dalam

    pemecahan masalah

    Lembar

    Observasi

    Tekik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

    : metode observasi, dokumentasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk

    mengetahui mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran yang

    dilakukan oleh siswa siswa selama proses pembelajaran di kelas digunakan

    indicator keaktifan siswa dikelas : (1) Turut serta dalam melakukan tugas

    belajarnya, (2) Terlibat dalam pemecahan masalah (3) Bertanya kepada siswa

    lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya (4) Berusaha

    mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, (5)

    Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk gur, (6) Menilai

    kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, (7) Melatih diri dalam

    memecahkan masalah atau soal yang sejenis, (8) Kesempatan menggunakan atau

    menempatkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau

    persoalan yang dihadapinya. Wawancara digunakan untuk mengetahui

    pembelajaran yang berlangsung dari guru dan siswa. Dokumentasi digunakan

    untuk mengambil data seperti silabus, RPP, daftar hadir siswa dan lembar

    observasi keaktifan siswa.

    Data hasil observasi keaktifan siswa dianalisis untuk mengetahui keaktifan

    siswa yang berpedoman pada 8 indikator keaktifan siswa. Persentase diperoleh

    dari skor pada lembar observasi dikualifikasikan untuk menentukan seberapa

    besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Analisis dihitung

    menggunakan rumus [13] :

    P = x 100%

  • 10

    Keterangan:

    P : angka prosentase

    F : frekuensi yang sedang dicari prosentasinya

    N : number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

    Tabel 3 Penilaian Keaktifan [14] Kriteria Keaktifan

    Rentang Skor (%) Kriteria

    80,1% - 100%

    60,1% - 80%

    40,01% - 60%

    20,01% - 40%

    0 – 19%

    Sangat Tinggi

    Tinggi

    Sedang

    Rendah

    Sangat Rendah

    4. Hasil Pembahasan Proses pembelajaran dengan metode pembelajaran Think Pair Share

    berpendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual dimulai dengan memberikan

    penjelasan kepada siswa mengenai model pembelajaran TPS SAVI. Pengenalan

    TPS model pembelajaran dengan memecahkan masalah, berkelompok dan

    berbagi. Pendekatan SAVI, siswa mengenal bagaimana cara belajar yang

    memaksimal indera yang dimiliki.

    Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dikelas XI RPL 1

    SMK Negeri 1 Pabelan dapat diketahui bahwa selama proses belajar mengajar

    KKPI siswa mengalami kesulitan dalam pengimputan data kedalam Microsoft

    Access. Siswa menjadi aktif untuk memecahkan cara pengimputan database

    setelah adanya pembelajaran Think Pair Share berpendekatan Somatis Auditori

    Visual Intelektual. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa bersama teman

    sebangkunya menyelesaikan tugas database yang diberikan. Pembelajaran TPS ini

    membuat siswa belajar mengutarakan pendapatnya kepada semua siswa di depan

    kelas.

    Pendekatan SAVI digunakan memaksimalkan indera dalam belajar dengan

    tahap Somatis, siswa mengimputkan data dengan indera perabanya. Auditori,

    mendengarkan penjelasan video tutorial. Visual, siswa melihat ke LCD Proyektor

    cara pembuatan dan pengimputan database. Intelektual, memecahkan masalah

    dalam pengimputan database yang eror. Penerapan strategi pembelajaran Think

    Pair Share berpendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual meningkatkan

    keaktifan siswa dari pada pembelajaran konvensional. Fakta tersebut

    menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada materi database

    menggunakan Acces 2007. Perhitungan untuk mengetahui aktifitas siswa pada

    saat pembelajaran mengacu pada indikator keaktifan siswa yang telah di tetapkan.

    Tabel 4 Persentase hasil observasi keaktifan kelas XI RPL 1

    No Indikator Keaktifan Pra Eks

    Pertemuan

    1

    Pertemuan

    2

  • 11

    Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa pada indikator 1 turut serta dalam

    melaksanakan tugas belajarnya pada pertemuan pra eksperimen sampai 2

    mendapatkan hasil persentase yang sama atau tetap yaitu sebesar 100%. Hal

    tersebut dikarenakan selurus siswa XI RPL 1 hadir dan mengikuti kegiatan

    pembelajaran di kelas. Penerapan model pembelajaran TPS berpendekatan SAVI

    terjadi peningkatan persentase pada indikator 2 yaitu terlibat dalam pemecahan

    masalah, pada pertemuan pra eksperimen 14,28% meningkat menjadi 52,38%

    pada pertemuan 1, peningkatan ini terjadi dikarenakan siswa terlibat aktif dalam

    pemecahan masalah dengan memanfaatkan fasilitas internet sekolah, siswa dapat

    mengeksplor pengetahuan lebih banyak. Pada saat penggunaan internet di

    hentikan, siswa menggunakan fasilitas buku cetak dan LKS menjadikan

    keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah menjadi menurun 4,77% pada

    pertemuan 2. Peningkatan persentase juga terjadi pada indikator 3 yaitu bertanya

    kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang

    dihadapinya, pada pra eksperimen sebesar 19,04% terjadi peningkatan menjadi

    76,19% pada pertemuan 1 dikarenakan siswa aktif bertanya kepada teman yang

    berpresentasi kedepan kelas, ketika waktu bertanya dibatasi kepada teman yang

    berpresentasi menjadikan penurunan keaktifan menjadi 71,42% pada pertemuan 2.

    Hal ini menjadikan Penggunaan metode pembelajaran TPS berpendekatan SAVI

    juga membantu peningkatan presentase pada Indikator 4, berusaha mencari

    1 Turut serta dalam melaksanakan

    tugas belajarnya 100,00% 100,00% 100%

    2 Terlibat dalam pemecahan

    masalah 14,28% 52,38% 47,61%

    3

    Bertanya kepada siswa lain atau

    kepada guru apabila tidak

    memahami persoalan yang

    dihadapinya

    19,04% 76,19% 71,42%

    4 Berusaha mencari berbagai

    informasi yang diperlukan untuk

    memecahkan masalah

    19,04% 28,57% 23,80%

    5 Melaksanakan diskusi kelompok

    sesuai dengan petunjuk guru 0% 100% 100%

    6 Menilai kemampuan dirinya dan

    hasil-hasil yang diperolehnya 28,57% 76,19 66,66%

    7 Melatih diri dalam memecahkan

    masalah atau soal yang sejenis 33,33% 61,90% 52,38%

    8

    Kesempatan menggunakan atau

    menempatkan apa yang telah

    diperolehnya dalam

    menyelesaikan tugas atau

    persoalan yang dihadapinya

    9,5% 80,95% 71,42%

    Rata-rata Keaktifan Siswa 27,97% 72,02% 66,66%

  • 12

    berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang sebelumnya

    hanya mendapatkan persentase sebesar 19,04% pada pra-eksperimen, mengalami

    peningkatan sebesar 9,53% menjadi 28,57% pada pertemuan 1, ketika ada siswa

    yang hanya duduk diam menunggu informasi dari temannya sedangkan siswa lain

    sibuk mencari informasi dengan menggunakan fasilitas internet sekolah, keaktifan

    siswa menurun menjadi 23,80% pada pertemuan 2. Pembelajaran TPS

    berpendekatan SAVI merupakan metode pembelajaran yang berdasarkan proses

    dan tahapan yang dilakukan dapat membuat siswa aktif mencari berbagai

    informasi tambahan dalam membuat database menggunakan internet sekolah

    untuk memecahkan masalah.

    Pada indikator 5, melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk

    guru terjadi peningkatan 100% pada pertemuan 1, karena treatment sudah

    meminta siswa untuk berdiskusi 2 orang siswa 1 kelompok. Pada indikator 6,

    menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, mengalami

    peningkatan menjadi 76,19% pada pertemuan 1, dikarenakan siswa dapat

    menyelesaikan tugas database yang diberikan dengan benar. Ketika siswa tidak

    dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, terjadi penurunan keaktifan

    menjadi 66,66% pada pertemuan 2. Indikator 7, melatih diri dalam memecahkan

    masalah atau soal yang sejenis, pada pertemuan pra eksperimen persentase sebesar

    33,33% mengalami peningkatan menjadi 61,90% pada pertemuan 1 dikarenakan

    siswa aktif berlatih mencoba soal database lain yang diberikan guru. Ketika siswa

    merasa cukup paham dalam database sehingga tidak melakukan latihan membuat

    database baru terjadi penurunan keaktifan menjadi 52,38% pada pertemuan 2.

    Sedangkan pada indikator 8, kesempatan menggunakan atau menempatkan apa

    yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang

    dihadapinya, pada pertemuan 1 mendapatkan persentase sebesar 80,95%

    meningkat dari sebelumnya yang hanya mendapatkan persentase sebesar 9,5%.

    Peningkatan ini terjadi karena siswa aktif mencari informasi, menyelesaikan

    masalah yang didapatkan dengan media internet sekolah. Ketika siswa tidak

    menyelesaikan masalah database yang didapat terjadi penurunan keaktifan

    menjadi 71,42% pada pertemuan 2. Berdasarkan perhitungan dari tabel diatas

    keaktifan belajar siswa dari pra eksperimen sampai pertemuan 2 yang

    mendapatkan rata-rata persentase indikator keaktifan siswa dari sebesar 27,97%

    meningkat sebesar 41,36% setelah pemberian treatment menjadi 72,02%

    mengalami penurunan rata-rata menjadi 66,66% pada pertemuan 2 dikarenakan

    sarana yang mengalami gangguan waktu proses pembelajaran berlangsung.

    Dilihat dari rentang skor pertemuan pra-eksperimen dengan model konvensional

    kriteria yang didapat adalah rendah. Pada pertemua 1 dan 2 kriteria keaktifan

    siswa yang didapat adalah tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa model

    pembelajaran Think Pair Share pendekatan SAVI dapat membantu meningkatkan

    keaktifan siswa pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan

    Informasi di kelas XI RPL 1 SMK Negeri 1 Pabelan dari pada model

    pembelajaran konvensional.

  • 13

    5. Kesimpulan Berdasarkan penelitian eksperimen kelas yang telah dilakukan

    menggunakan strategi pembelajaran TPS berpendekatan SAVI kelas XI RPL 1

    SMK Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang dapat disimpulkan ada peningkatan

    keaktifan siswa pada pertemuan 1, ada perbedaan keaktifan siswa dari pertemuan

    pra-eksperimen sampai pertemuan ke 2, keaktifan siswa dalam pelajaran KKPI

    pada pra-eksperimen dengan model pembelajaran konvensional rata-rata 27,97%,

    pada pertemuan 1 dengan model pembelajaran TPS SAVI rata-rata keaktifan siswa

    72,02%, pada pertemuan ke 2 rata-rata keaktifan siswa 66,66%. Penerapan TPS

    SAVI dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan

    memanfaatkan media internet sekolah. Kriteria keaktifan siswa yang didapat pada

    pra-eksperimen adalah rendah, sedangkan pada pertemuan ke 1 dan 2 dengan

    model TPS berpendekatan SAVI kriteria keaktifan siswa tinggi. Ini menunjukkan

    bahwa model pembelajaran TPS berpendekatan SAVI lebih baik dari pada model

    pembelajaran biasa atau konvensional yang di lakukan guru disekolah.

    Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka disarankan penelitian

    selanjutnya dapat melaksanakan penelitian yang lebih baik dengan memperbaiki

    beberapa kekurangan yang ada. Bagi siswa hendaknya lebih banyak mencoba

    mempraktekkan pembuatan database menggunakan Acces 2007. Bagi guru dapat

    mengaplikasikan model pembelajaran TPS SAVI dalam pelajaran KKPI sebagai

    alternativ karena model ini memaksimalkan indera yang dimiliki siswa dalam

    belajar.

  • 14

    6. Daftar Pustaka [1] Moch. Uzer Usman. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.

    Remaja Rosdakarya

    Atmoko, Beni, Tri. 2013. Pengaruh Prestasi Belajar Mata Pelajaran

    Adaptif Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata

    Pelajaran Produktif Siswa Jurusan TITL Smk Negeri 1 Magelang

    [2] Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook, Panduan

    Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan.

    Bandung : Kaifa

    [3] Wijayanti at al. PENGARUH PENDEKATAN SAVI MELALUI

    MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP

    HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14

    SURAKARTA.

    [4] Kusuma at al. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

    BERBASIS SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

    KIMIA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI

    [5] Istiandaru, Afit. 2011. Keefektifan Model Pembelajaran Think Pair

    Share Dengan Menggunakan E-Learning Moodle Terhadap Hasil Belajar

    Dan Kecemasan Matematika Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Bae

    Kudus Pada Materi Pokok Logika Matematik. Semarang : UNNES

    [6] Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning – Mempraktikkan

    Cooprerative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

    [7] Saad, Noor Shah. 2008. Teaching Mathematics in Secondary Schools :

    Theories and Practices. Perak : Universiti Pendidikan Sultan Idris.

    [8] Saad, Noor Shah. 2008. Teaching Mathematics in Secondary Schools :

    Theories and Practices. Perak : Universiti Pendidikan Sultan Idris.

    [9] Depdiknas. 2007. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika (SMP/MTs). Jakarta:

    Depdiknas.

  • 15

    Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning: theory, research and

    practice,Terj. Narulita Yusron, Bandung: Nusa Media

    [10] Hislop, G. W. 2009. Software Engineering Education: Past, Present,

    and Future. Hellis, H.C., Demurjian, S.A., & Naveda, J.F. (Eds.). Software

    Engineering: Effective Teaching and Learning Approaches and Practices

    (1-14). USA: IGI Global.

    [11] Sudjana, Nana. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam proses

    Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

    [12] Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

    Bandung : Alfabeta

    [13]Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

    Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

    [14] Mardiyanti, (2012). Penerapan Metode Eksperimen Secara Kerja Kelompok pada Pembelajaran IPA dalam Upaya Meningkatkan Hasil

    Belajar dan Keaktifan Siswa Kelas IV SD Negeri Ledok 05 Kecamatan

    Argomulyo Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. fakultas

    keguruan dan ilmu pendidikan universitas kristen satya wacana