A. Judul Penelitian PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN
AKHLAK PESERTA DIDIKB. Latar Belakang PenelitianPeningkatan mutu
pendidikan akan berdampak pada peningkatan mutu sumber daya
manusia. Hal ini sangat penting mengingat dewasa ini kita
dihadapkan pada berbagai kesempatan dan tantangan, baik yang
bersifat nasional maupun global, sedangkan berbagai kesempatan dan
tantangan itu hanya dapat diraih dan dijawab apabila sumber daya
manusia yang dimiliki bermutu dan berprestasi tinggi. Pendidikan
diperlukan untuk meraih kedudukan dan kinerja optimal pada setiap
pekerjaan dilakukan. Pendidikan adalah sebuah sistem formal yang
mengajarkan tentang pengetahuan, nilai dan berbagai
keterampilan.Dalam kaitannya pendidikan sebagai sebuah tata nilai,
maka diperlukan tentang pendidikan akhlak. Di dalam islam
pendidikan akhlak merupakan hal terpenting dalam proses interaksi
sesama manusia ataupun dengan sang khalik. Ini terbukti bahwa
Rosulullah SAW dalam sebuah hadis mengatakan bahwa sesungguhnya aku
di utus untuk menyempurnakan ahklak. Bahkan di banyak ayat di dalam
al-quran tentang pelajaran akhlak sebagai contoh dalam surat
luqman. Di dalam surat tersebut ada sebuah hikmah tentang berakhlak
dengan sang khalik dan orang tua. Berdasarkan point tersebut maka
pendidikan akhlak adalah hal utama dalam menghasilkan akhlak yang
baik bagi peserta didik.Pendidikan dalam persfektif Islam berupaya
untuk mengembangkan seluruh potensi siswa seoptimal mungkin, baik
menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah, akal dan akhlak. Dengan
optimalisasi seluruh potensi yang dimilikinya, pendidikan Islam
berupaya untuk mengantarkan siswa ke arah kedewasaan pribadi secara
utuh, karenanya sektor pendidikan formal (melalui sekolah) atau
nonformal (pendidikan pesantren) menjadi solusi yang amat
diperlukan oleh masyarakat guna memperbaiki pendidikan akhlak anak,
dengan harapan ketika sebagai manusia yang bisa diterima diberbagai
golongan atau usia dan bahkan harapan yang lebih jauh ia menjadi
manusia yang terhormat.Proses pembelajaran membutuhkan metode yang
tepat. Kesalahan menggunakan metode, dapat menghambat tercapainya
tujuan pendidikan yang diinginkan. Dampak yang lain adalah
rendahnya kemampuan bernalar peserta didik dalam pembelajaran. Hal
ini disebabkan karena dalam proses peserta didik kurang dilibatkan
dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cenderung
berpusat pada pendidik, dan klasikal. Selain itu peserta didik
kurang dilatih untuk menganalisis permasalahan, jarang sekali
peserta didik menyampaikan ide untuk menjawab pertanyaan bagaimana
proses penyelesaian soal yang dilontarkan guru.Pendekatan
kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) merupakan sebuah
sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa peserta didik
mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam
materi akademis yang mereka terima dan mampu mengaitkan informasi
baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki
sebelumnya. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Pendekatan ini cocok diterapkan dalam Akidah
Akhlak sebagai mata pelajaran yang aplikatif dan dapat mendorong
siswa untuk menghayati sekaligus untuk mengamalkan kaidah-kaidah
Islam dalam kehidupan sehari-hari.MTs. Sirnarasa Kecamatan Panjalu
Kabupaten Ciamis merupakan salah satu sekolah yang telah menerapkan
pendekatan contextual teaching and learning. Hal ini yang mendorong
penulis untuk melakukan penelitian bagaimana implementasi model
pembelajaran Kontekstual) dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MI
MTs. Sirnarasa Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis dan
kendala-kendalanya.C. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di
atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:1. Bagaimana penerapan strategi model pembelajaran
kontekstual dalam pembelajaran akidah akhlak di MTs Sirnarasa?2.
Bagaimana keberhasilan belajar siswa dalam pembelajaran akidah
akhlak di MTs Sirnarasa?3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran
kontekstual pada mata pelajaran akidah akhlak terhadap perubahan
akhlak peserta didik di MTs. Sirnarasa?D. Tujuan PenelitianAdapun
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Untuk mengetahui
penerapan strategi model pembelajaran kontekstual dalam
pembelajaran akidah akhlak di MTs Sirnarasa2. Untuk mengetahui
keberhasilan belajar siswa dalam pembelajaran akidah akhlak di MTs
Sirnarasa3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kontekstual pada mata pelajaran akidah akhlak terhadap perubahan
akhlak peserta didik di MTs. SirnarasaE. Manfaat PenelitianDalam
penelitian ini penulis berharap hasil penelitian dapat memberikan
manfaat konseptual utamanya kepada pembelajaran. Di samping itu
juga terhadap peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran Akidah
Akhlak. Manfaat hasil penelitian dapat dijabarkan sebagai
berikut:1. Manfaat Teoritis Model Pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2007:103).
Pendidikan anak tentunya akan berkaitan dengan hasil akhir yaitu
keberhasilan belajar, terutama dalam pembelajaran akidah
akhlak.Dengan demikian manfaat penelitian secara teoritis adalah
dapat memberikan suatu paradigma baru yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran akidah akhlak
akan memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa.
2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini dapat
bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah dan lembaga. Adapun secara
lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:a. Bagi Siswa Manfaat
penelitian ini bagi siswa adalah sebagai acuan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran Akidah Akhlak.b. Bagi Guru
Manfaat penelitian ini bagi guru adalah dapat digunakan sebagai
bahan masukan untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa dalam
pembelajaran Akidah Akhlak. Sehingga akan diperoleh manfaat yang
secara langsung dapat diaplikasikan baik dalam proses pembelajaran
maupun di luar proses pembelajaran.
c. Bagi Sekolah Manfaat penelitian ini bagi sekolah yang
bersangkutan yaitu dapat menambah referensi sebagai bahan evaluasi
dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Akidah
Akhlak. F. Kajian Teori1. Pengertian Model PembelajaranJoyce &
Weil (1980) dalam I Wayan Santyasa (2007:4) mendefinisikan model
pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan pembelajaran. Gagne dan Briggs (1979:3)
dalam Rushadi (2007:1) mengemukakan bahwa, Instruction atau
pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Ahmad
Sudrajad (2008:5) mengemukakan bahwa, Model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.Menurut Udin
Winataputra (1994) dalam Rachmad Widodo (2009:2), Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktifitas belajar mengajar.2. Model Pembelajaran
Kontekstuala. Pengertian Model Pembelajaran KontekstualMenurut
Trianto (2007:103), pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.Muslih
(2009:41) menjelaskan bahwa, pembelajaran CTL (Contextual Teaching
and Learning) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada
keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan
peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari-hari.Menurut Johnson (2007: 14), pendekatan
kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) merupakan sebuah
sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa peserta didik
mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam
materi akademis yang mereka terima dan mampu mengaitkan informasi
baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki
sebelumnya.Menurut Sanjaya (2005:109) dalam Sukarto (2009:3),
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan meraka.Menurut
Nurhadi dalam Sugianto (2008:146) Pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning/CTL) adalah konsep belajar yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan
situasi dunia nyata siswa. Dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan ketermpilan siswa
diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
ketermpilan baru ketika ia belajar.Dari beberapa definisi yang
telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Contextual Teaching Learning (CTL) adalah model pembelajaran yang
dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa dari materi yang
telah diajarkan.
b. Konsep Dasar Model Pembelajaran KontekstualContextual
Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka. Menurut Sanjaya (2008:255)
,konsep pembelajaran CTL ada tiga hal yang harus kita pahami.
Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan untuk menemukan
materi. Maksudnya bahwa proses belajar diorientasikan pada proses
pengalaman secara langsung. Proses belajar diorientasikan pada
proses pengalaman secara langsung. Semua hasil belajar dicapai
melalui pengalamannya sendiri. Guru sebenarnya tidak dapat
memberikan pendidikan kepada pelajar, tetapi pelajar itu sendiri
yang memperolehnya.Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.Ketiga, CTL
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya
CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajaran dengan pendekatan secara kontekstual, materi yang
diajarkan bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan
tetapi untuk difahami sebagai bekal mereka dalam mengarungi
kehidupan nyata.c. Karakteristik Model Pembelajaran
KontekstualMenurut Johnson (2007:65-66) ada delapan karakteristik
utama dalam sistem pembelajaran kontekstual yang disebutkan sebagai
berikut:a. Membuat keterkaitan yang bermakna b. Melakukan pekerjaan
yang berarti c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri d.
Bekerja sama e. Berpikir kritis dan kreatif f. Membantu individu
untuk tumbuh dan berkembang g. Mencapai standar yang tinggi h.
Menggunakan penilaian autentikd. Langkah-langkah Model Pembelajaran
KontekstualMenurut Sugianto (2008:170), secara sedehana langkah
penerapan CTL dalam kelas secara garis besar adalah sebagai berikut
: 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakana
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan engonstruksikan
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; 2) Laksanakan sejauh
mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik;3) Kembangkan sifat
ingin tahu siswa dengan bertanya;4) Ciptakan masyarakat belajar
(belajar dalam kelompok-kelompok); 5) Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran; 6) Lakukan refleksi di akhir penemuan; 7) Lakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.e. Kelemahan dan
Kelebihan Model Pembelajaran Kontekstual1) Kelebihan Model
Pembelajaran KontekstualMenurut Anisah (2009:1) ada 2 kelebihan
model pembelajaran kontekstual, yaitu : a) Pembelajaran menjadi
lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori
siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.b) Pembelajaran lebih
produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa
karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme,
dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya
sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. 2) Kelemahan
Model Pembelajaran KontekstualMenurut Anisah (2009:1) kelemahan
model pembelajaran CTL antara lain :b) Guru lebih intensif dalam
membimbing karena dalam metode CTL.c) Guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan
ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu
yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang
dimilikinya. d) Peran guru bukanlah sebagai instruktur atau
penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing
siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.e) Guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang
eksra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa
yang diterapkan semula.
3. Hasil Belajara. Pengertian Hasil BelajarHasil belajar
merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009:
3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Selanjutnya menurut Nana Sudjana (2010:22) klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom dibagi menjadi tiga ranah, yaitu:1)
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni (a) pengetahuan atau ingatan, (b)
pemahaman, (c) aplikasi, (d) analisis, (e) sintesis, dan (f)
evaluasi. 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari
lima aspek, yakni (a) penerimaan, (b) jawaban atau reaksi, (c)
penilaian, (d) organisasi, dan (e) internalisasi. 3) Ranah
psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni (a)
gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan
perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan
keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan
interpreatif.Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan
hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar.Menurut Hamalik (2007: 31) mengemukakan, hasil
belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, ablititas dan keterampilan. Hasil belajar
tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap
dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan
sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang
sopan menjadi sopan dan sebagainya (Hamalik, 2007: 155)Jadi, hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran.b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Hasil BelajarMenurut Sugihartono, dkk. (2007: 76- 77),
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:1)
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan
faktor psikologis. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di
luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor masyarakat.4. Pembelajaran Akidah Akhlaka.
Pengertian AkidahMenurut kamus arab al-huda (2004:382) bahwa kata
akidah bersal dari kata aqoid, bentuk jamak dari kata Aqadah yang
artinya yang dipercayai hati.Sedangkan menurut Abdullah bin Abdil
Hamid al-Atsari (2005:28) aqidah adalah hal-hal yang wajib
dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga
menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan. Sejalan
dengan hal tersebut M Hasbi A. Syihab (1998:1) mengatakan bahwa
aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan
prinsipil bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri,
bahkan melebihinya.Jadi, dapat disimpulkan bahwa akidah adalah
suatu keyakinan yang dibenarkan hati tanpa keragu-raguan.b.
Pengertian AkhlakPerkataan akhlak berasal dari bahasa arab jama
dari khuluq yang menurut loghat diartikan budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat (Yaqub, 1993: 11). Sedangkan menurut Kamus
Istilah Agama Islam (2009 : 12) Akhlak adalah perilaku atau tabiat
manusiayang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik yang terpuji
maupun yang tercela. Dalam pengertian sehari-hari akhlak umumnya
disamakan artinya dengan arti kata budi pekerti atau kesusilaan
atau sopan santun (Tatapangarsa, 1994: 13). Sedangkan menurut para
ahli, yaitu:1) Imam Al Ghazali mengemukakan akhlak ialah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat-sifat itu timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran (lebih dulu).2) Ibnu Maskawaih menyatakan
bahwa yang disebut akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran3) Prof. Dr. Ahmad Amin mendefinisikan, bahwa
yang disebut akhlak adalah Adatul-Iradah atau kehendak yang
dibiasakan (Tatapangarsa, 1994: 15). Kehendak ialah ketentuan dari
beberapa keinginan sesudah bimbang, sedangkan kebiasaan ialah
perbuatan yang diulang sehingga mudah dikerjakan. Jika apa yang
namanya kehendak itu dikerjakan berulang-ulang sehingga menjadi
kebiasaan, maka itulah yang kemudian berproses menjadi akhlak.Dari
beberapa pendapat tentang akhlak diatas dapat disimpulkan bahwa
akhlak adalah suatu perangai atau tingkah laku manusia dalam
pergaulan sehari-hari. Perbuatan-perbuatan tersebut timbul dengan
mudah tanpa direncanakan terlebih dahulu karena sudah menjadi
kebiasaan. Apabila dari perangai tersebut timbul perbuatan
perbuatan yang baik dan terpuji menurut akal sehat dan syariat,
maka ia disebut sebagai akhlak yang baik. Sebaliknya, apabila
timbul dari perangai itu perbuatan-perbuatan yang buruk maka ia
disebut sebagai akhlak buruk.c. Tujuan Pendidikan AkhlakTujuan
ialah suatu usaha yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau
kegiatan selesai dikerjakan. Maka tujuan utama pendidikan akhlak
dalam Islam agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa
berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah
Swt. Inilah yang akan mengantarkan manusia menuju kebahagiaan di
dunia dan akhirat Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam
pendidikan akhlak Islam ini. Akhlak seseorang akan dianggap mulia
jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Al-Quran dan as-sunnah. Dengan demikian bahwa pendidikan akhlak
adalah merupakan asas bagi tiap pendidikan manusia.Rumusan cukup
sederhana namun sangat mengena telah ditawarkan oleh Zakiah
Daradjat. Zakiah berpandangan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah
untuk membentuk karakter muslim yang memiliki sifat-sifat terpuji.
Menurut Zakiah, dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan
dari iman. Iman merupakan pengakuan hati, dan akhlak merupakan
pantulan iman tersebut pada perilaku, ucapan dan sikap. Iman adalah
maknawi dan akhlak adalah bukti. Dalam halini, Zakiah menekankan
bahwa akhlak adalah implementasi iman. Dari pandangan Zakiah
Daradjat ini dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan
akhlak adalah untuk membuat peserta didik mampu mengimplementasikan
keimanan dengan baik.G. Kerangka PemikiranA. Pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and learning-CTL) menurut Nurhadi
dalam Sugianto (2008:146) adalah konsep belajar yang mendorong guru
untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia
nyata siswa.Siswa yang termotivasi baik dalam pelajaran akan
melakukan lebih banyak aktivitas dan lebih cepat belajar jika
dibandingkan dengan siswa yang yang kurang atau tidak termotivasi
ketika belajar. Konstribusi model pembelajaran CTL terhadap
peningkatan keberhasilan belajar akidah akhlak siswa adalah ketika
para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang
menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab,
mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara
aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan,
menyelidiki, mempertanyakan dan membuat keputusan, mereka
mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan
dengan cara ini mereka menemukan makna. Pembelajaran merupakan
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan
berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan. Keberhasilan belajar siswa dalam pembelajaran akidah
akhlak dapat dikatakan cukup rendah. Upaya yang dilakukan peneliti
untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penerapan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran Akidah Akhlak. Bila kerangka
berpikir di atas digambarkan dalam bentuk paradigm, maka hasilnya
adalah sebagai berikut:
Bagan 1. Kerangka Berpikir
Guru Akidah Akhlak
Pelajaran Akidah Akhlak
Model Pembelajaran Kontekstual
Perubahan akhlak peserta didikPengembangan Model Pembelajaran
Kontesktual Oleh guru Akidah Akhlak
H. HipotesisHipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari hipotesis dua arah yaitu Hipotesis alternatif dan
hipotesis Nol. Hipotesis benar jika Hipotesis alternatif (Ha)
terbukti kebenarannya.Ha : Adanya pengaruh model pembelajaran
kontekstual terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Akidah
Akhlak di MTs Sirnarasa Kabupaten Ciamis.Ho : Tidak ada pengaruh
model pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Sirnarasa Sirnarasa Kabupaten
Ciamis.
I. Variabel Penelitian1. Definisi Operasional Variabel
PenelitianDalam penelitian ini ada dua variabel penelitian yaitu
:a. Variabel bebas (X)Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
bebasnya adalah model pembelajaran kontekstual.b. Variabel terikat
(Y)Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah
hasil belajar siswa.Adapun definisi operasional dari kedua variabel
di atas adalah sebagai berikut:a. Model pembelajaran kontekstual
adalah model pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran
dengan kehidupan nyata.b. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. .J. Subjek PenelitianSubjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIII MTs Sirnarasa Kabupaten Ciamis. Selanjutnya
subjek penelitian ini disebut dengan populasi. Menurut Yaya Suryana
dan Tedi Priatna (2007:172), populasi adalah totalitas dari semua
objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan
lengkap yang akan diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah
siswa Kelas VIII MTs Sirnarasa Kabupaten Ciamis. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Sampling jenuh
adalah ialah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi
digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan sensus (Riduwan,
2010:64). Hal tersebut dilakukan karena jumlah populasi berjumlah
35 orang, jadi sampel yang digunakan adalah sampel jenuh yakni
total siswa kelas peseta didik kelas VIII MTs Sirnarasa Kabupaten
Ciamis.K. Prosedur Penelitian1. Metode Penelitian Metode penelitian
yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu
penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati
permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat objek tertentu. Tujuannya untuk menggambarkan kondisi
faktual faktor-faktor yang terlibat dalam permasalahan tersebut
(Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2007:105). Untuk memperoleh data
yang obyektif maka digunakan beberapa penelitian :a. Penelitian
kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku yang ada
relevansinya dengan masalah yang dibahas di dalam skripsi ini.b.
Penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian untuk
memperoleh data-data lapangan. Sedangkan pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif , yaitu
pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data
hasil penelitian secara eksak dan menganalisis datanya menggunakan
perhitungan stastistik. Melaui pendekatan kuantitatif akan
didapatkan hasil pengolahan data yang kemudian dideskripsikan dalam
bentuk narasi.2. Jenis dan Pengembangan Instrumen Penelitiana.
Jenis Instrumen PenelitianJenis instrumen yang digunakan pada
penelitian ini adalah:1) AngketSebagaimana dikemukaan oleh Bagong
Suyanto dan Karnaji (2006:60) bahwa:Kuisioner (angket) merupakan
daftar pertanyaan terstruktur dengan alternatif (option) jawaban
yang telah teredia sehingga responden tinggal memilih jawaban
sesuai dengan aspirasi, persepsi, sikap, keadaan, atau pendapat
pribadinya.
Lebih lanjut Muhammad Ali (Yaya Suryana dan Tedi Priatna,
2007:200) mengemukakan bahwa:Angket dapat dipandang sebagai suatu
teknik penelitian yang banyak mempunyai kesamaan dengan wawancara,
kecuali dalam pelaksanaannya, angket dilaksanakan secara tertulis,
sedangkan wawancara secara lisan. Oleh karena itu angket sering
juga disebut dengan wawancara tertulis.
Pada penelitian ini angket digunakan sebagai alat pengumpul data
untuk memperoleh data dari responden mengenai seberapa besar model
pembelajaran kontekstual bagi siswa.Jenis angket yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Menurut Yaya Suryana
dan Tedi Priatna (2007:201), Angket tertutup adalah
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya telah disediakan dan tinggal
dipilih oleh responden. Sedangkan jenis angket tertutup yang
digunakan dalam penelitian ini adalah bangun item pilihan ganda
(multiple choice).
2) Dokumentasi Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh
data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang
relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film
dokumenter, data yang relevan penelitian (Riduwan, 2010:77).
Dokumentasi yang akan digunakan adalah foto dari setiap kegiatan
peseta didik dan nilai raport mata pelajaran Akidah Akhlak semester
genap tahun ajaran 2014/2015 baik dalam pembelajaran Akidah Akhlak
di kelas. Hal ini dilakukan untuk menunjang proses penelitian agar
dapat diamati perbedaan dari proses yang terjadi.L. Teknik
Pengolahan dan Analisis Data1. Teknik Pengolahan Dataa. Skala
Pengukuran InstrumenSkala pengukuran instrumen yang digunakan pada
penelitian ini adalah skala likert, dengan pemberian skor sebagai
berikut:1) Pernyataan Positifa. Skor 4 untuk pilihan jawaban
selalub. Skor 3 untuk pilihan jawaban seringc. Skor 2 untuk pilihan
jawaban kadang-kadangd. Skor 1 untuk pilihan jawaban tidak pernah2)
Pernyataan Negatifa. Skor 1 untuk pilihan jawaban selalub. Skor 2
untuk pilihan jawaban seringc. Skor 3 untuk pilihan jawaban
kadang-kadangd. Skor 4 untuk pilihan jawaban tidak pernahb. Uji
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1) Uji validitas
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur
terhadap konsep yang diukur sehinggga benar-benar mengukur apa yang
seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrument,
Arikunto dalam Riduwan (2010:97) menjelaskan bahwa validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan
suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. Untuk menghitung validitas alat ukur baik angket
untuk mengukur model pembelajaran kontekstual digunakan rumus
Pearson Product Moment. Dengan menggunakan rumus:
r hitung= Keterangan :r hitung: Koefisien korelasiX: Jumlah skor
itemY: Jumlah skor total (seluruh item)n: Jumlah
respondenSelanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus : thitung
=dimana : t = nilaithitung r = koefisien korelasi hasil rhitung n =
jumlah respondenDistribusi (tabel t) untuk = 0.05 dan derajat
kebebasan (dk = n -2)Kaidah keputusan : jika t hitung> t tabel
berarti valid, sebaliknya jika t hitung < t tabel berarti tidak
valid Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran
mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut :Antara 0,800
sampai dengan 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600sampai dengan
0,5999 : cukup tinggi Antara 0,400 sampai dengan 1,000 : sangat
tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah Antara 0,000
sampai dengan 0,1999 : sangat rendah (tidak valid) Riduwan
(2010:98) Untuk memudahkan dalam penghitungan maka, peneliti akan
menggunakan Program SPSS 18.00.2) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas
dilakukan untuk mendapatkan ketepatan(keajegan) alat pengumpul data
(instrumen yang digunakan) baikangket untuk mengukur model
pembelajaran kontekstual digunakan rumus Alpha. Dengan rumus:
Keterangan:r11= Nilai reabilitasn= Jumlah itemSi = Jumlah
varians skor tiap-tiap itemSt= Varians totalUntuk mengetahui
reliabilitas seluruh pertanyaan angket harus menggunakan rumus
Spearman Brown : r11 = Dimana : r11 = koefisien reliabilitas
internal seluruh itemrb = korelasi product moment antara belahan
(ganjil-genap) atau (awal-akhir)Riduwan (2010:213) Untuk menentukan
tingkat reabilitas, digunakan kriteria dari Guilford, sebagai
berikut :
0.00