Page 1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
(TPS) DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA
KELAS V SDN 7 PONJALAE
ANTI RAHMAWATI
1601414083
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
Page 2
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
(TPS) DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
IPA KELAS V SDN 7 PONJALAE
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Cokroaminoto Palopo
ANTI RAHMAWATI
1601414083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
Page 4
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN NASKAH SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ANTI RAHMAWATI
NIM : 1601414083
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : FKIP
Menyatakan bahwa naskah Skripsi Saya dengan
Judul : Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 7 Ponjalae.
Adalah benar merupakan karya asli saya yang dibuat berdasarkan serangkaian
gagasan, rumusan, metode, dan penelitian yang telah saya laksanakan sendiri.
Sumber informasi dalam karya ini telah dituliskan sesuai dengan kaidah
pengutipan yang berlaku dan telah dicantumkan dalam daftar pustaka dan belum
pernah dipublikasikan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebaik-baiknya tanpa ada paksaan dari
pihak manapun dan apabila dikemudian hari ditemukan keterangan yang tidak
benar maka saya bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkan.
Palopo, 9 November 2020
Yang Membuat Pernyataan
ANTI RAHMAWATI
1601414083
Page 6
v
ABSTRAK
ANTI RAHMAWATI, 2020. Penerapan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA kelas V SDN 7 Ponjalae Kecamatan Wara Kota Palopo (dibimbing oleh
Muhammad Ilyas dan Rosmalah Yanti).
Penelitian ini merupakan upaya dalam meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa kelas V SDN 7 Ponjalae Kecamatan Wara Kota Palopo. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Model penelitian yang digunakan
yaitu Kurt Lewin dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan
dalam tiga kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN
7 Ponjalae Kecamatan Wara Kota Palopo yang berjumlah 22 siswa yang terdiri
dari 5 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Metode pengumpulan data yang
digunakan meliputi observasi, tes dan dan dokumentasi. Teknik analisis data
dilakukan secara deskriptif kualitatif. Indikator keberhasilan siswa ditandai
dengan meningkatnya keaktifan dan hasil belajar dengan ketuntasan siswa
mencapai 80%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar mata pelajaran IPA kelas V SDN 7 Ponjalae. Berdasarkan data yang
diperoleh, dapat dilihat hasil meningkat dari siklus I ke siklus II. pada siklus I
nilai rata-rata hasil belajar siswa 72 atau 50% dan meningkat pada siklus II
menjadi 84,72 atau 86% siswa tuntas. Pada keaktifan belajar siswa juga
mengalami peningkatan. Pada siklus I sebesar 50% dan meningkat pada siklus II
menjadi 80 %. Berdasarkan hasil belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa
melalui model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN 7 Ponjalae Kecamatan
Wara Kota Palopo.
Kata kunci: Keaktifan belajar dan Hasil Belajar, Think Pair Share (TPS).
Page 7
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah Swt atas segala
limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V
SD Negeri 7 Ponjalae Kecamatan Wara Kota Palopo Tahun Pelajaran 2019-2020”
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna melakukan penelitian tindakan
kelas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama dalam penyusunan skripsi ini,
penulis banyak menghadapi hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Secara khusus kedua
orang tua penulis yang sepenuh hati telah mendidik, membiayai, dan atas doa
restu sehingga penulis mampu melanjutkan studi. Penulis juga tak lupa
menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Hanafie Mahtika, MS. Rektor Universitas Cokroaminoto
Palopo.
2. Ibu Dr. Rusdiana Junaid, M.Hum., M.A. Dekan FKIP Universitas
Cokroaminoto Palopo.
3. Bapak Dr. Sehe Madeamin., M.Pd. ketua prodi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
4. Bapak Dr. Muhammad Ilyas, M.Pd. dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis
sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan
5. Ibu Rosmalah Yanti, S,Pd., M.Pd. pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Bapak Ardhy Subraba, S,Pd., M.Hum. Dosen penasehat akademik yang
telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi penulis.
7. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan
dukungan dalam penyusunan skripsi penulis.
Page 8
vii
8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, atas bantuan dan doa
serta dukungannya yang berhubungan dengan skripsi ini, semoga bantuan
dan dukungan yang telah diberikan mendapat pahala dan hikmah dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa keterbatasan dan kemampuan yang ada pada pada
penulis baik bentuk penulisan maupun isi dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak
bertujuan untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat sebagaimana mestinya
Palopo September 2020
Anti Rahmawati
Page 9
viii
RIWAYAT HIDUP
ANTI RAHMAWATI, lahir pada tanggal 23 juli
1998. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara
dari pasangan Bapak Jurmin dan ibu Haniati. Pada tahun
2004 penulis memulai mengikuti pendidikan formal di
SDN 587 Mataluntun dan tamat pada tahun 2010.
Kemudian pada tahun yang sama, penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri SATAP Mataluntun dan tamat pada tahun 2013.
Kemudian pada tahun yang sama, Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri
Bosso dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis melanjutkan studi di
perguruan tinggi Universitas Cokroaminoto Palopo dan terdaftar sebagai
mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Akhirnya penulis
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Think Pair
Share (TPS) dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA kelas V SD Negeri 7 Ponjalae Kecamatan Wara Kota Palopo”
Page 10
ix
DARTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH SKRIPSI .............................. iii
HALAMAN KETERANGAN UJI SIMILIRATY .............................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ........................................................................................ 6
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 20
2.3 Kerangka Pikir .................................................................................... 22
2.4 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 24
3.2 Subjek Penelitian ................................................................................. 24
3.3 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................. 24
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 28
3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................ 29
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................... 31
3.7 Indikator Keberhasilan ........................................................................ 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Page 11
x
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 34
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................................. 52
5.2 Saran .................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54
LAMPIRAN ......................................................................................................... 57
Page 12
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel kriteria hasil belajar dan kategorinya ............................................... 32
2. Tabel Kriteria keterlaksanaan pembelajaran ............................................... 32
3. Tabel Kualifikasi hasil presentase skor lembar keaktifan belajar .............. 33
4. Statistik deskripsi nilai peningkatan hasil belajar siklus I ......................... 38
5. Persentase kategori peningkatan hasil belajar siklus I ............................... 38
6. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) siklus 1 .......................................... 39
7. Presentase nilai observasi keterlaksanaan pembelajaran siklus I ............... 40
8. Hasil observasi keaktifan siswa pada siklus I ............................................ 40
9. Daftar observasi keaktifan belajar siswa siklus I ....................................... 40
10. Statistik deskripsi nilai peningkatan hasil belajar siklus II ...................... 44
11. Persentase kategori peningkatan hasil belajar siklus II ........................... 45
12. Rekapitulasi hasil tes belajar siklus I dan siklus II ................................... 45
13. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) siklus II ....................................... 46
14. Presentase nilai observasi keterlaksanaan pembelajaran siklus II ........... 46
15. Hasil observasi keaktifan siswa pada siklus II ......................................... 47
16. Daftar observasi keaktifan belajar siswa siklus II ..................................... 47
17. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II ........ 48
18. Hasil observasi keaktifan belajar siswa siklus I dan siklus II .................. 48
19. Hasil belajar siswa siklus I dan siklus II ................................................... 49
Page 13
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar Bagan Kerangka Pikir .................................................................... 35
2. Gambar Desain Penelitian Tindakan Kelas .................................................. 37
Page 14
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I – siklus II .................................. 58
2. Nilai siklus I, siklus II ..................................................................................... 66
3. Nilai observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) siklus I dan siklus II .......................... 68
4. Nilai keaktifan siswa pada siklus I, siklus II .................................................. 70
5. Dokumentasi Mengajar ................................................................................... 72
6. Hasil Tes Belajar Siswa Pada Sikus I ............................................................. 74
7. Hasil Tes Belajar Siswa Pada Sikus II ............................................................ 75
8. Persuratan ....................................................................................................... 76
Page 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidika
yang mampu mengantarkan siswa mencapai fungsi dan tujuan pendidikan. Piaget
dalam bukunya Sagala ( 2013: 1) menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai
penghubung dua sisi, di satu sisi individu yang sedang tumbuh dan di sisi lain
nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggungjawab untuk mendorong
individu tersebut.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Berangkat dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan
aktivitas sadar yang dilakukan oleh manusia guna membangun pribadi individu,
masyarakat,bangsa, dan negaranya menjadi lebih baik.
Badan Standar Nasional Pendidikan (2010) pembelajaran merupakan
kegiatan yang mempunyai tujuan, yaitu membelajarkan siswa untuk mencapai
kompetensi yang diinginkan. Pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat
kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain guru, siswa, sarana,
media, serta lingkungan. Pembelajaran berlangsung efektif, guru memiliki peran
yang sangat penting. Guru tidak hanya berfungsi sebagai sumber ilmu, tetapi juga
harus berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam pengembangan minat siswa
dalam mencari ilmu pengetahuan secara mandiri. Kepiawaian guru dalam
menumbuhkan keaktifan siswa untuk menggali ilmu secara mandiri ini sangat
penting dibanding transfer ilmu yang diperoleh siswa dari guru secara langsung.
Bentuk-bentuk pendidikan partisipatif dengan menerapkan metode belajar aktif
(active learning) dan belajar bersama (cooperative learning) sangat diperlukan.
Page 16
2
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar.
Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat
membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih tentang alam sekitar.
Menurut Wahyudi (dalam Gusti, 2014: 432) pembelajaran IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan harus
mengantarkan siswa menguasai konsep-konsep IPA dan keterkaitannya untuk
dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan
sikap IPA. Siswa diharapkan tidak hanya sekedar tahu, (knowing) dan hafal
(memorizing) tentang konsep-konsep IPA, tetapi harus mengerti dan paham (to
understand) terhadap konsep-konsep tersebut dan menghubungkan keterkaitan
suatu konsep dengan konsep lain.
Salah satu aspek afektif adalah keaktifan siswa. Siswa diharapkan dapat
aktif di dalam pembelajaran. Menurut Sardiman, (2011: 96), siswa memiliki
kemampuan untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri sedangkan guru akan
berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan
siswanya. Mengacu pada pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa dalam
pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila ada aktivitas siswa yang
mendukung dalam pembelajaran, seperti aktif bertanya maupun mengemukakan
pendapat. Guru sebagai pembimbing juga berperan aktif dalam pembelajaran.
Apabila siswa dan guru aktif maka diharapkan pembelajaran akan menjadi baik.
Hal ini tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan. Mata pelajaran
IPA dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit oleh sebagaian besar siswa
sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa rendah. Berdasarkan observasi awal
yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 5 November 2019 di SDN 7 Ponjalae
dalam pembelajaran IPA kelas VA, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA
yang mendominasi pembelajaran adalah guru atau pembelajaran masih berpusat
pada guru saja. Kegiatan pembelajaran yang di lakukan oleh guru masih sering
menggunakan metode konvensional atau disebut juga dengan metode ceramah,
itu, bisa diketahui ketika penulis melakukan observasi awal menurut beberapa
siswa yang sempat penulis wawancara, sehingga berakibat pada kurang
termotivasinya siswa dalam proses belajar mengajar dan siswa kurang
Page 17
3
mendapatkan kesempatan untuk berfikir, cenderung diam, serta malu untuk
menyampaikan pendapatnya.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih kurang, siswa cenderung pasif, hal
ini terlihat ketika banyak siswa yang belum paham tentang materi yang diajarkan
tetapi siswa hanya diam, malu, dan takut untuk bertanya kepada guru. Mereka
justru cenderung aktif ke dalam hal-hal yang tidak berkaitan dengan proses
pembelajaran dan sering ditemui beberapa siswa lebih senang bermain sendiri
dengan temannya, keluar masuk daripada mengikuti pembelajaran. Guru juga
kurang menyadari bahwa gaya belajar siswa berbeda-beda. Seorang guru lebih
cenderung mengajar dengan cara belajar yang disukainya tanpa memperhatikan
gaya pemahaman siswa yang berbeda, hanya seputar pemberian tugas dan
mengumpulkan tugas. Proses pembelajaran yang seperti itu akan membuat siswa
cepat bosan dalam mengikuti pembelajaran karena kurangnya interaksi antara
guru dan siswa sehingga berdampak pada keaktifan dan hasil belajar siswa yang
rendah dengan nilai rata-rata 66 di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan yaitu 75. Siswa yang tidak memenuhi KKM ada 15 siswa
sedangkan yang memenuhi KKM ada 7 siswa.
Masalah yang telah dikemukakan diatas ialah dengan melakukan perubahan
proses pembelajaran dari teacher centered atau bisa dibilang pengajaran terpaku
pada guru menjadi student centered diharapkan dapat meningkatkan keaktifan
siswa selama proses pembelajaran sehingga tidak hanya diam mendengarkan
ceramah dari guru, penggunaan model yang variatif diharapkan dapat
meningkatkan sikap aktif siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih baik.
Salah satu model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Model
pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan siswa sehingga dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Menurut Huda (2011: 132) Model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
adalah metode yang sederhana, namun sangat bermanfaat dikembangkan pertama
kali oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Pertama-tama siswa diminta
untuk duduk berpasangan, guru mengajukan suatu pertanyaan /masalah kepada
mereka. Setiap siswa diminta untuk berfikir sendiri-sendiri terlebih dahulu tentang
Page 18
4
jawaban atas pertanyaan itu, kemudian mendiskusikan hasil pemikiran dengan
pasangan disebelahnya untuk memperoleh satu konsensus yang sekiranya dapat
mewakili jawaban setiap pasangan dan kemudian menjelaskan jawaban yang telah
disepakati kepada siswa-siswa yang lain diruang kelas. Model ini
memperkenalkan ide atau waktu berfikir, waktu tunggu yang menjadi faktor kuat
dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan.
Pembelajaran kooperatif ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan
menghargai pendapat teman. Think Pair Share (TPS) memiliki prosedur yang
secara eksplisit memberi siswa waktu untuk berfikir, menjawab, saling membantu
satu sama lain, dengan demikian diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling
membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok lebih kecil secara
kooperatif.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas
V SDN 7 Ponjalae.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
kelas V ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam
pembelajaran IPA kelas V.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Model Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu alternatife untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar. Sebagai salah satu alternatife untuk
Page 19
5
mengembangkan penelitian selanjutnya yang di gunakan model Think Pair Share
(TPS)
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam
mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan, berfikir objektif
,ilmiah, dan kritis dalam memecahkan permasalahan di lapangan, serta
memberikan pengalaman bagi peneliti sehingga peneliti menyadari pentingnya
pembelajaran yang efektif dan efesien dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
b. Bagi siswa
Penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran IPA. Model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.
c. Bagi Guru
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dan menambah cara
pengajaran baru dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS).
d. Bagi sekolah
Dapat menambah wawasan dan informasi dengan menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS).
Page 20
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Rusman (2012:132) model pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus di kerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat Kem, Dick and
Carey ( Rusman, 2012:132) juga menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah
suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang di gunakan secara
bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar siswa.
Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2012: 133) berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat di gunakan untuk
membentuk kurikulum ( rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau lainya.
Model pembelajaran dapat di jadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai
pendidikannya.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilih model
pembelajaran (Rusman, 2012: 134) yaitu p ertimbangan terhadap tujuan yang
hendak di capai;
1. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran;
2. Pertimbangan dari sudut siswa;
3. Bertimbangan yang bersifat nonteknis.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan alur keseluruhan urutan langkah yang pada umumnya
diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran, sintaks model pembelajaran
menunjukkan dengan jelas urutan kegiatan dan tugas serta langkah-langkah
khusus yang perlu dilakukan oleh guru dan siswa.
Page 21
7
b. Model pembelajaran think pair share
Think pair share atau berfikir berpasangan berbagai merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang di rancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. Think pair share menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil ( Djumingin,2011:148). Model think pair share menurut Trianto
(dalam safitri 2012:3) adalah model pembelajaran yang terdiri dari 3 tahapan,
yaitu think (berfikir), pair (berpasangan), dan share (berbagai) yang dapat di
gunakan untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran think
pair share pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman di Universitas
Maryland.
Menurut Majid (dalam khoerul,2018:21) model pembelajaran think pair
share memiliki prosedur yang di terapkan secara eksplisit untuk memberi waktu
lebih banyak kepada siswa untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu
sama lain. Shoimin (dalam Khoerul, 2018:21) perpendapat bahwa model
pembelajaran think pair share ialah suatu model pembelajaran kooperatif yang
memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama
lain.
Menurut Arrends (dalam Meri, 2018:12) model pembelajaran think pair
share atau berfikir, berpasangan, berbagai adalah jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interakasi siswa. Proses yang
digunakan dalam think pair share ini dapat membantu siswa lebih banyak berfikir
untuk merespon dan saling membantu. Guru hanya menyajikan secara singkat
atau siswa membaca tugas sekaligus kemudian mereka lebih banyak menjelaskan
hal yang mereka pikirkan dan alami. Model pembelajaran ini tergolong tipe
kooperatif dengan sintaks: guru menyajikan materi klasikal, berikan persolan
kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku
(think pair), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor
perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward Meri
(2018:12).
Model pembelajaran think pair share di gunakan untuk menciptakan
interaksi yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri,
Page 22
8
dan ingi maju. Guru memberi informasi, hanya informasi yang mendasar saja,
sebagai dasar pijakan bagi siswa dalam mencari dan menemukan sendiri informasi
lainnya. Guru menjelaskan materi dengan mengaitkannya dengan pengalaman
atau pengetahuan siswa sehingga memudahkan mereka menanggapi dan
memahami pengalaman yang baru bahkan membuat siswa mudah memusatkan
perhatian. Guru sangat perlu memperhatikan pengalaman dan pengetahuan siswa
yang didapatinya dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan model pembelajaran think pair share di harapkan siswa dapat
mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara
satu dengan yang lain,serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Hal
ini sesuai dengan pengertian dari model pembelajaran think pair share itu sendiri.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Savitri (2012:3) bahwa, think pair share
ialah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan
bekerjasama dengan orang lain. Hal ini, guru sangat berperan penting untuk
membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang
lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) siswa diberikan waktu untuk berpikir (think) secara individu.
Setelah berpikir secara individu, siswa dapat mendiskusikan bagian yang tidak
dipahami bersama pasangannya (pair). Berdasarkan diskusi siswa diperoleh
bahwa setelah berpasangan siswa dapat menyelesaikan soal latihan bersama
pasangannya. Setelah soal selesai dikerjakan, siswa bersama pasangannya
mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas (share). Pada saat share
siswa dapat menanyakan bagian yang tidak dipahami, mengoreksi bagian yang
keliru dan mengeluarkan pendapatnya terhadap jawaban pasangan yang
presentasi, dengan demikian siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan pendapat ahli-ahli di atas,peneliti menyimpulkan bahwa model
think pair share memberi waktu lebih banyak kepada siswa untuk berfikir sendiri
dalam memecahkan masalah yang diberikan guru serta memberi kesempatan
untuk bekerja sama didalam kelompok dan saling membantu satu sama lain.
c. Langkah- langkah model pembelajaran Think Pair Share (TPS
Langkah-langkah dalam pembelajaran think pair share menurut Ibrahim
(dalam Marlaena, 2015: 311) seperti berikut ini:
Page 23
9
1) Tahap 1: Think (berfikir)
Tahap ini guru mengawali dengan menyampaikan inti atau tujuan
pembelajaran. Guru mengajukan pertanyaan atau soal yang berhubungan
dengan pelajaran. Selanjutnya siswa diminta untuk memikirkan jawaban dari
pertanyaan atau soal tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Tahap
berfikir menuntut siswa untuk lebih tekun dalam belajar dan aktif mencari
refrensi agar lebih mudah dalam memecahkan masalah atau soal yang
diberikan guru.
2) Tahap 2: pair (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk
mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi
pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban atau ide. Biasanya guru
memberi waktu 5-10 menit untuk berpasangan. Tahap diskusi merupakan
tahap menyatukan pendapat masing-masing siswa guna memperdalam
pengetahuan mereka. Diskusi dapat mendorong siswa untuk aktif
menyampaikan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain dalam
kelompok serta mampu bekerja sama dengan orang lain.
3) Tahap 3: share (berbagi)
Pada tahap akhir ini, guru meminta kepada pasangan siswa yang ada diminta
untuk berbagi hasil pemikiran yang telah dibicarakan bersama pasangannya
masing-masing kepada seluruh kelas. Tahap berbagi menuntut siswa untuk
mampu mengungkapkan pendapatnya secara bertanggung jawab, serta
mampu memepertahankan pendapat setelah disampaikannya.
Berdasarkan langkah-langkah diatas, proses pembelajaran dikelas dengan
model Think Pair Share (TPS) langkah pelaksanaannya:
1) Pendahuluan
Guru melakukan apersepsi, Guru menjelaskan pembelajaran Think Pair Share
(TPS), Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, Guru memberikan
motivasi.
2) Kegiatan Inti
Page 24
10
a) Fase Pelaksanaan pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS), Guru
menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan
disampaikan, Siswa memper-hatikan dan mendengarkan dengan aktif
penjelasan dan pertanyaan dari guru,
b) Berpikir : siswa diberikan waktu untuk berpikir secara individual, Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari
permasalahan yang disampaikan oleh guru. Pada tahap ini guru dapat
meminta kepada masing-masing siswa untuk menuliskan hasil pemikiran
mereka.
c) Berpasangan : tahap di mana siswa berpasangan dengan teman sebangku dan
diminta untuk saling menyampaikan hasil pemikiran dan mendiskusikannya,
Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberikan waktu
untuk mendikusikan pemikiran mereka masing-masing, selain itu guru juga
memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan kelompok. Selain berdiskusi
mengenai pemikiran masing-masing, di tahap ini setiap kelompok diberikan
LKS yang berisikan soal latihan yang harus dikerjakan secara bersama
pasangan dalam kelompok.
d) Berbagi : beberapa kelompok dipersilahkan untuk maju didepan kelas
menyampaikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka masing-masing,
Kelompok yang maju diberikan waktu untuk mempresentasikan hasil diskusi
dan kelompok yang lain diberikan kesempatan untuk bertanya maupun
memberikan pendapat dari hasil diskusi yang disampaikan oleh kelompok
yang maju, Guru dalam tahap ini membantu siswa untuk merefleksi hasil dari
pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan. Selain itu guru juga
memberikan pujian bagi kelompok yang berhasil menjawab dengan benar dan
memberikan motivasi bagi kelompok yang masih belum tepat dalam
menjawab.
3) Penutup
a) Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah
didiskusikan.
b) Guru memberikan evaluasi yaitu berupa latihan soal yang harus dikerjakan
mandiri (individual).
Page 25
11
c) Guru memberikan PR kepada siswa dan harus dikerjakan untuk dibahas pada
pertemuan mendatang.
2. Keaktifan belajar
a. Pengertian keaktifan belajar
Keaktifan belajar merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan
dalam pembelajaran. Menurut kamus bahasa indonesi, keaktifan berasal dari kata
aktif yang berarti giat, sibuk, mendapat awalan ke- dan –an sehingga menjadi
kata keaktifan yang artinya kegiatan atau kesibukan. Keaktifan belajar merupakan
suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara
intelektual dan emosional sehingga siswa betul-betul berperan dan berpartisipasi
aktif dalam melakukan kegiatan belajar ( Sudjana, 2010), sehingga keaktifan
belajar siswa adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang menutut siswa
terlibat aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran sehingga mampu
mengubah tingkah laku siswa. Keaktifan belajar siswa dapat di amati dalam
aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keaktifan
merupakan kegiatan atau kesibukan yang terlibat secara intelektual dan emosional
sehingga siswa betul-betul berperan dan berpartispasi aktif dalam proses
pembelajaran secara terus-menerus guna terjadinya suatu perubahan dan mampu
mengubah tingkah laku siswa.
Menurut Sardiman (2011:100), keaktifan belajar merupakan kegiatan fisik
ataupun mental dalam berfikir dan berbuat dalam suatu rangkaian yang tidak
dapat dipisahkan. Menurut Maharani & Kristin (2017:4), keaktifan belajar
merupakan usaha yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran, dimana
siswa ikut serta berperan aktif dalam pembelajaran dikelas, sehingga siswa
tersebut memperoleh pengalaman, pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek
lainya tentang apa yang telah dilakukan.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulkan bahwa keaktifan
belajar siswa merupakan suatu proses pembelajaran yang membuat siswa aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, mereka tidak hanya sebagai penerima tentang
apa yang diberikan guru saja, namun juga ikut berpartisipasi baik itu secara fisik
ataupun mental.
Page 26
12
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar
Belajar merupakan aktifitas yang berlangsung melalui proses, tentunya tidak
terlepas dari pengaruh baik dalam individu yang mengalaminya. Keaktifan belajar
siswa dalam proses pembelajaran kadang-kadang berjalan lancer, kadang-kadang
tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari yang di pelajari,
dan kadang-kadang terasa amat sulit. Berjalannya proses belajar mengajar tersebut
di pengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap keaktifan
belajar siswa.
Syah (2012:146) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi keaktifan
belajar siswa dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal (faktor
dari dalam siswa), faktor eksternal (faktor dari luar siswa), dan faktor pendekatan
belajar (approach to learning). Secara sederhana faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan belajar siswa tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:
1) Faktor internal siswa, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri, yang meliputi:
a) Aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmaniah dan tonus (tegangan otot)
yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti
pelajaran.
b) Aspek psikologis, belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh
karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi
belajar seseorang.
2) Faktor eksternal siswa, merupakan faktor dari luar siswa yakni kondisi
lingkungan sekitar siswa. Adapun yang termasuk dari faktor eksternal
diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Lingkungan sosial, yang meliputi: para guru, para staf administrasi, dan
teman-teman sekelas.
b) Lingkungan non sosial, yang meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat tinggal keluarga siswa dan letakny, alat-alat belajar, keadaan cuaca
dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Page 27
13
3) Faktor pendekatan belajar, merupakan segala atau strategi yang digunakan
siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi
tertentu.
c. Indikator Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar siswa dapat diamati melalui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh siswa. Menurut Nana Sudjana (2010 : 61) keaktifan belajar dapat
dilihat dari:
1) Siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
2) Siswa terlibat dalam pemecahan masalah.
3) Siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya.
4) Siswa aktif mencari informasi yang berhubungan dengan pemecahan
masalah.
5) Siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
6) Siswa dapat menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
7) Siswa melatih diri dalam mengerjakan soal.
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa indikator keaktifan
dalam proses belajar mengajar merupakan bagian penting dari strategi mengajar,
yakni usaha siswa agar terlibat xdalam pemecahan masalah, aktif bertanya pada
guru atau siswa lainnya.
3. Hasil belajar
a. Pengertian hasil belajar
Abdurrahman (2009) menjelaskan bahwa hasil belajar ialah kemampuan
yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan belajar . menurutnya juga siswa
yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran atau tujuan intruksional. Lebih luas lagi Subroto (2010)
mendefinisikan belajar ialah “(1) membawa kepada perubahan, (2) bahwa
perubahan itu pada pokoknya adalah di dapatkannya kecakapan baru, (3) bahwa
perubahan itu terjadi karena ada usaha”.
Page 28
14
Berdasarkan definisi di atas, terlihat para ahli menggunakan istilah
“perubahan” yang berarti setelah seseorang belajar akan mengalami perubahan.
Untuk lebih jelas Mardianto (2012) memberikan kesimpulan tentang pengertian
belajar.
1) Belajar adalah usaha, yang berarti perubahan yang di lakukan secara
sungguh-sungguh, sistematis, dengan mendayagunakan semua potensi yang
di miliki, baik fisik maupun mental.
2) Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri antara lain,
perubahan tingkah laku di harapkan kearah positif dan ke depan.
3) Belajar juga bertujuan untuk mengadakan perubahan sikap, dari sikap negatif
menjadi positif, dari sikap tidak terhormat menjadi terhormat dan lain
sebagainya.
4) Belajar juga bertujuan mengadakan perubahan kebiasaan dari kebiasaan
buruk, menjadi kebiasaan baik. Kebiasaan buruk yang dirubah tersebut untuk
menjadi bekal hidup seseorang agar ia dapat membedakan mana yang
dianggap baik di tengah-tengah masyarakat untuk dihindari dan mana yang
harus dipelihara.
5) Belajar bertujuan mengadakan perubahan pengetahuan tentang berbagai
bidang ilmu, misalnya tidak tahu membaca menjadi tahu membaca, tidak tahu
menulis jadi tahu menulis, tidak tahu berhitung menjadi tahu berhitung, dan
lain sebagainya.
6) Belajar dapat mengadakan perubahan dalam hal keterampilan, misalnya
keterampilan bidang olah raga, bidang kesenian, bidang tekhnik dan
sebagainya.
Menurut bloom (dalam Suprijono, 2014: 6) mendefenisikan hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif
adalah knowledge (pengetahuan dan ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, dan contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan dan menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan dan
membentuk hubungan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah
receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon),valuing (nilai),
organization (organisasi ), characterization (karakterisasi),. Domain psikomotor
Page 29
15
meliputi initiatory, pre-routine dan routinzed. Psikomotorik juga mencakup
keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Harus
diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil belajar yang
dikategorikan oleh pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat
secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif .
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar ialah
sebuah perubahan perilaku secara pasif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari
suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual,
strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik.
Perubahan tersebut dapat terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih
baik dibanding dengan sebelumnya.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interkasi antara
berbagai faktor yang mempengaruhi. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam
belajar di sebabkan oleh beberapa faktor, yaitu yang berasal dari dalam siswa
(faktor internal ) dan ada pula yang berasal dari luar siswa (faktor eksternal) Sabri
(2010):
1) Faktor internal (berasal dari diri siswa).
a) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, serta
kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
b) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan
kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan,
berfikir dan kemampuan dasar pengetahuan yang dimiliki.
2) Faktor eksternal (berasal dari luar diri siswa)
a) Keluarga
Keadaaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, keluarga yang
morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang
tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku
yang kurang baik.
b) Sekolah
Page 30
16
Keadaan sekolah atau tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian
kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di
sekolah, dan sebagainya semua itu turut mempengaruhi keberhasilan belajar
anak.
c) Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila di sekitar tempat
tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan
terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini
akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di
lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran
maka hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak
menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa yang menjadi
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari faktor internal berupa
jasmaniah, psikologis, kesehatan dan faktor eksternal beruupa lingkungan,
keluarga, sekolah dan masyarakat termasuk di dalamnya model pembelajaran.
c. Ciri-ciri hasil belajar terhadap siswa
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang
optimal cenderung menunjukkan hasil yang sebagaimana dikemukakan oleh
Sudjana (2010 :33- 34) sebagai berikut:
1) Kepuasaan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
instrinsik pada diri siswa. Motivasi instrinsik adalah semangat juang untuk
belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri.
2) Menambahkan kenyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya, ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah
dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana seharusnya
3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama
diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek
lain.
Page 31
17
4) Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komperhensif), yakni
mencakup ranah kognitif, psikomotorik dan sikap.
5) Kemampuan siswa mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya
terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses usaha belajarnya.
4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD
Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok
dalam kurikulum pendidikan Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematis. Trianto (2010: 136) berpendapat bahwa IPA
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang berasal dari bahasa
Inggris yaitu Science. Kata Science berasal dari bahasa latin Scientia yang berarti
saya tahu. Menurut Bundu (2011: 9), sains berasal dari kata natural science.
Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam. Science artinya ilmu
pengetahuan. IPA Secara harafiah dapat disebut sebagai bidang studi yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi dialam dapat menjadi salah satu
sarana untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan siswa baik secara konsep maupun aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini para guru, khusunya yang mengajar IPA disekolah dasar
diharapkan dapat mengetahui dan mengerti hakikat pembelajaran.
Menurut Fowler (dalam Trianto, 2010: 136), IPA adalah pengetahuan yang
sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan
dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi yang terususun secara
sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala
alam. Seiring dengan pendapat tersebut, Trianto (2010: 137) berpendapat bahwa
IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum
pada gejala-gejala alam, lahir, dan berkembang melalui metode ilmiah seperti rasa
ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.
Pembelajaran IPA tidak bisa dengan cara menghafal atau pasif
mendengarkan guru menjelaskan konsep namun siswa sendiri yang harus
Page 32
18
melakukan pembelajaran melalui percobaan, pengamatan maupun bereksperimen
secara aktif yang pada akhirnya akan terbentuk kreativitas dan kesadaran untuk
menjaga dan memperbaiki gejala-gejala alam yang terjadi untuk membentuk sikap
ilmiah untuk menjaga kestabilan alam ini secara baik dan lestari. Oleh karena itu
dalam pembelajaran guru harus menyiapkan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan media, strategi, maupun model yang tepat dan sesuai dengan apa
yang akan diajarkan sehingga ketuntasan belajar dapat tercapai dan dan siswa
memeperoleh pengalaman belajar.
Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
pengetahuan manusia tentang berbagai fenomena yang terjadi di alam yang
diperoleh melalui langkah-langkah sistematis, ilmiah, dan terkontrol. IPA bukan
hanya sekedar teori tapi IPA lebih menekankan proses dimana kita harus
menemukan konsep dan menghubungkan dengan pengalaman yang sudah kita
alami sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Karakteristik IPA
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik sangat
dipengaruhi oleh sifat keilmuan yang terkandungpada masing-masing mata
pelajaran. Perbedaan karakteristik pada berbagai mata pelajaran akan
menimbulkan perbedaan cara mengajar dan cara siswa belajar antar mata
pelajaran satu dengan mata pelajaran lain. Menurut Djojosoediro (2012: 5), IPA
memiliki karakteristik yang membedakannya dengan bidang ilmu lain, yakni:
1) IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan
lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur
seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemuannya.
2) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis
dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
3) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara
yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian seterusnya kait mengait antara
cara yang satu dengan cara yang lain untuk membuktikan bahwa teori
tersebut benar.
Page 33
19
4) IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-
bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan
observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut.
Berdasarkan paparan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik
IPA merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, penerapannya
terbatas pada gejala-gejala alam, lahir, dan berkembang melalui metode ilmiah,
dan mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan
kembali oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur
seperti yang dilakukan oleh penemu terdahulu.
c. Tujuan Pembelajaran IPA di SD
IPA sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah memiliki
tujuan pembelajaran. Tujuan mata pelajaran IPA di sekolah dasar adalah agar
siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memperoleh kenyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestaraikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Secara rinci tujuan pembelajaran IPA disekolah dasar menurut Dediknas
(dalam Trianto, 2010: 143) sebagai berikut:
Page 34
20
1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam unruk meningkatkan
kenyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta
yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan anatara
sains dan teknologi.
3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan
masalah, dan melakukan observasi.
4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, objektif, jujur, terbuka,
benar, dan dapat bekerjasama.
5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam.
6) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan
keteraturan perilaku alam semesta penerapannya dalam teknologi.
Berdasarkan paparan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran IPA ialah memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan
keterampilan proses dan melatih siswa untuk dapat berfikir serta bertindak secara
rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada
dilingkungannya. Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada siswa sebisa
mungkin disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan karakteristik siswa
sekolah dasar, sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam menyusun penelitian ini, penulis menggunakan beberapa penelitian
yang relevan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan
tentang implementasi atau penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
dalam kelas, adapun penelitian tersebut sebagai berikut:
1. Raditya (2015), yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran kooperatif
Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Gugus
Letda Made Putra Kecematan Denpasar Utara Tahun Ajaran 2014/2015”
menunjukkan hasil belajar yang meningkat dibandingkan menggunakan
metode Konvensional. Persamaan penelitian dengan skripsi penulis yaitu,
Page 35
21
menerapkan model pembelajaran think pair share dan mengaktifkan siswa
melaui diskusi (bertukar fikiran) serta mengukur hasil belajarnya. Perbedaan
penelitian tidak membandingkan penerapan model pembelajaran think pair
share dengan model pembelajaran konvensional.
2. Rahmatul Laila Qodriyah (2016) yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA siswa kelas IV di MI Podorejo sumber gempol tulung
agung tahun ajaran 2012/2013”. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS), dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dilihat dari siklus I
ke siklus II yaitu hasil post test siklus I yaitu 63,33% menjadi 90% pada silus
II.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Laili Rahmawati (2015) yang berjudul
“Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk
Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Pembelajaran Akuntansi Kelas
X AK 2 SMK Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil
penelitian menunjukkan untuk keaktifan belajar siswa secara umum
mengalami peningkatan 6,39 yaitu dari 88,33 % pada siklus I menjadi 94,72
% pada siklus II. Setiap indikator keaktifan belajar siswa mengalami
peningkatan. Pada indikator siswa mengeksplorasi kemampuannya sendiri
(think), mengalami peningkatan sebesar 5,6 % dari 94,4 % pada siklus I
menjadi 100 % pada siklus II. Siswa membahas tugas 30 dengan pasangannya
(pair) mengalami peningkatan 6,7 % yakni dari 91,1 % pada siklus I menjadi
97,8 % pada siklus II. Tidak ada peningkatan pada indikator siswa
menyelesaikan tugas dengan pasangannya karena sudah mencapai 100 %
pada kedua siklus. Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya (share)
mengalami peningkatan sebesar 3,3 % dari 86,7 % pada siklus I menjadi 90
% pada siklus II. Siswa mengajukan pertanyaan atau pendapat kepada guru
atau teman mengalami peningkatan sebanyak 14,5 % dari 73,3 % pada siklus
I menjadi 87,8 % pada siklus II. Siswa mencatat materi yang dipelajari
mengalami peningkatan 8,9 % yakni dari 90 % pada siklus I menjadi 98,9 %
Page 36
22
pada siklus II. Pada indikator siswa memperhatikan penjelasan pasangan lain
atau guru mengalami peningkatan sebesar 3,4 %, pada siklus I dari 93,3 %
menjadi 96,7 % pada siklus II. Siswa menjawab pertanyaan guru atau teman
juga mengalami peningkatan 8,9 %, yaitu dari 77,8 % pada siklus I menjadi
86,7 % pada siklus II. Persamaan penelitian yang dilakukan Nur Laili
Rahmawati dengan penelitian ini terletak pada penerapan model
pembelajaran kooperatif yaitu tipe Think Pair Share (TPS) untuk
meningkatkan Keaktifan Belajar.
2.3 Kerangka Pikir
Pada kondisi awal sebelum menerapkan model pembelajaran Think Pair
Share (TPS), pembelajaran IPA di SDN 7 Ponjalae yang mendominasi
pembelajaran adalah guru atau pembelajaran masih berpusat pada guru saja.
Kegiatan pembelajaran yang di lakukan oleh guru masih sering menggunakan
metode konvensional atau disebut juga dengan metode ceramah, sehingga
berakibat pada kurang termotivasinya siswa dalam proses belajar mengajar dan
siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk berfikir, cenderung diam, serta
malu untuk menyampaikan pendapatnya dan takut untuk bertanya kepada guru
ketika belum paham tentang materi yang diajarkan. Proses pembelajaran yang
seperti itu akan membuat siswa cepat bosan dalam mengikuti pembelajaran
sehingga berdampak pada keaktifan dan hasil belajar siswa yang rendah.
Dalam upaya mengatasi masalah tersebut dalam penelitian ini, ialah dengan
melakukan perubahan proses pembelajaran dari teacher centered menjadi student
centered diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa selama proses
pembelajaran sehingga tidak hanya diam mendengarkan ceramah dari guru. .
Salah satu model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran
think pair share ialah Pertama-tama siswa diminta untuk duduk berpasangan, guru
mengajukan suatu pertanyaan /masalah kepada mereka. Setiap siswa diminta
untuk berfikir sendiri-sendiri terlebih dahulu tentang jawaban atas pertanyaan itu,
kemudian mendiskusikan hasil pemikiran dengan pasangan disebelahnya untuk
Page 37
23
memperoleh satu konsensus yang sekiranya dapat mewakili jawaban setiap
pasangan dan kemudian menjelaskan jawaban yang telah disepakati kepada siswa-
siswa yang lain diruang kelas.Model ini memperkenalkan ide atau waktu berfikir
waktu tunggu yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam merespon pertanyaan. Pembelajaran kooperatif ini melatih siswa untuk
berani berpendapat dan menghargai pendapat teman.
Adapun alur pikir penelitian tindakan kelas digambarkan bagan berikut ini:
Gambar I. Bagan kerangka pikir
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran Think Pair Share ( TPS) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar IPA Siswa kelas V SD Negeri 7 Ponjalae.
Berdasarkan Observasi awal di SDN 7 Ponjalae:
1. Keaktifan dan hasil belajar siswa masih sangat rendah
2. Guru masih menggunakan metode konvensional
Penerapan model pembelajaran Think Pair
Share (TPS)
Peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa
Page 38
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SD Negeri 7 Ponjalae, Kecamatan Wara
kota Palopo.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanaan pada tanggal 11 Februari 2020 sampai
dengan 18 maret 2020.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 7 Ponjalae, yang berjumlah
22 siswa. Siswa berjenis kelamin laki-laki berjumlah 5 orang sedangkan siswa
berjenis kelamin perempuan berjumlah 17 orang.
3.3 Jenis dan Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran dikelas yang di lakukan secara bersiklus. Menurut Kusuma dan
Dwitagama (2012: 9) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan,
dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar meningkat.
Peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena beberapa
alasan yaitu karena penelitian tindakan kelas di laksanakan dikelas, penelitian
tindakan kelas dilakukan oleh guru dan peneliti adalah calon guru. Seorang guru
penting untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kinerja
guru. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang
mendalam, dengan alasan itulah mengapa penelti memilih menggunakan
penelitian tindakan kelas sebagai jenis penelitian sebagai bekal bagi peneliti untuk
menjadi guru.
Page 39
25
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research. Model penelitian ini mengacu pada teori kurt Lewin
(Kusuma dan Dwitagama, 2012:20) yang setiap siklusnya terdiri dari empat
komponen tindakan yaitu perencanaan, pelaksanakan tindakan, observasi dan
refleksi dalam suatu spiral yang saling terkait. Hubungan keempat komponen
tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Desain penelitian tindakan kelas menurut Kurt Lewin
Penelitian ini di laksanakan dalam betuk siklus dan dalam setiap siklusnya
terdiri dari empat komponen. Secara detail, prosedur penelitian yang digunkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap prapenelitian
Prapenelitian merupakan refleksi awal, yaitu sebelum penelitian tindakan
siklus dilaksanakan, di lakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Melakukan kunjungan dan meminta izin dengan kepala sekolah dalam hal
penelitian.
b. Observasi pelaksanaan pembelajaran dari perilaku siswa didalam dan diluar
kelas. Hal ini diperlukan untuk untuk memberi gambaran awal bagi peneliti.
c. Wawancara dengan wali kelas VA tentang kendala-kendala dalam
melaksankan pembelajaran IPA
d. Menyusun langkah dan jadwal kegiatan
Page 40
26
2. Tahap siklus
a. Siklus I
1) Tahap perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan untuk menyusun perangkat pembelajaran
yang akan dilaksankan meliputi komponen sebagai berikut:
a) Silabus mata pelajaran IPA
b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi
Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, langkah-langkah
pembelajaran, dan penilaian.
c) Lembar bahan ajar, pada lembar bahan ajar mendeskripsikan secara singkat
materi ajar.
d) Menyusun alat evaluasi
e) Menyusun lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan lembar
observasi keaktifan siswa.
2) Tahap pelaksanaan tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan di lakukan untuk peneliti melaksankan
pembelajaran atau penelitian dengan menggunakan perangkat pembelajaran
sesuai skenario pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) melalui tahapan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Tahap pelaksanaan tindakan ini peneliti menggunakan model pembelajaran
kooperatif think par share dalam pembelajaran. Langkah-langkah tahap
pelaksanaan tindakan yaitu:
a) Kegiatan awal
(1) Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak semua siswa
berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing untuk mengawali
pelajaran.
(2) Mengecek kesiapan belajar siswa
(3) Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia
(4) Memberikan apresiasi
(5) Menyampaikan tujuan pembelajaran
b) Kegiatan inti
(1) Menyimak penjelasan tentang materi yang di sampaikan
Page 41
27
(2) Memberikan penjelasan tentang tata cara model pembelajaran think pair share
(3) Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 2
anggota /siswa.
(4) Siswa di berikan tugas didalam kelompok dan masing-masing siswa
memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.
(5) Berkeliling kelas untuk mengamati sambil memberikan bimbingan kepada
siswa yang menemukan masalah.
(6) Siswa berpasangan dalam kelompok. Setiap pasangan mendiskusikan hasil
pengerjaan individunya.
(7) Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing
untuk membagikan hasil diskusinya.
(8) Memberikan apresiasi kepada siswa.
c) Kegiatan penutup
(1) Bersama siswa melakukan refleksi kegiatan pembelajaran
(2) Memberikan penguatan dan kesimpulan tentang pembelajaran hari ini
(3) Mengakhiri pembelajaran
3) Tahap observasi
Observasi dilakukan oleh observer. Kegiatan yang dilakukan pada tahap
observasi ini yaitu mengamati seluruh proses pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah siapkan oleh peneliti.
4) Tahap refleksi
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data penelitian dari mulai siklus
pertama tahap pertama dengan tahap terakhir. Data di peroleh dari tes hasil
belajar siswa dan lembar observasi. Kemudian seluruh data yang sudah
terkumpul dikonsultasikan dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan
masukan tentang hal-hal yang sudah dilakukan oleh peneliti. Refleksi
bertujuan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan maupun kelebihan-
kelebihan yang terjadi selama pembelajaran. Apabila telah di ketahui letak
keberhasilan dan hambatan pada siklus pertama maka, dapat ditentukan
rencana yang akan dilakukan nantinya pada siklus berikutnya.
Page 42
28
b. Tahap Siklus II
Kegiatan yang lakukan pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari siklus
I setelah peneliti melakukan perbaikan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
1) Perencanaan tindakan
Perencanaan tindakan pada siklus kedua ini disusun berdasarkan refleksi pada
siklus pertama. Siklus kedua ini merupakan penyempurnaan siklus pertama.
Bahan kajian yang akan diajarkan masih melanjutkan materi siklus pertama
yaitu KD selanjutnya. Perencanaan tindakan pada siklus kedua tidak jauh
berbeda dengan siklus pertama seperti menyusun perangkat pembelajaran,
bahan ajar, alat evaluasi, dan media pembelajaran.
2) Tahap pelaksanaan tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan berdasarkan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Kekurangan yang ada dalam pelaksanaan tindakan pada siklus
pertama dapat diperbaiki pada siklus kedua.
3) Tahap observasi
Tahap observasi pada siklus kedua ini meliputi pengamatan terhadap
pelaksanaan tindakan.
4) Tahap refleksi dilakukan untuk menganalisa tindakan siklus kedua dan
menyimpulkan data yang telah dikumpulkan selama penelitian. Hasil dari
refleksi siklus kedua ini dijadikan dasar dalam penyusunan laporan hasil
penelitian. Refleksi siklus kedua digunakan peneliti sebagai bahan
pertimbangan apakah kriteria yang ditetapkan sudah tercapai atau belum. Jika
indikator-indikator telah tercapai maka tindakan berhenti pada siklus kedua.
Secara umum langkah-langkah penelitian tindakan pada siklus pertama sama
dengan yang kedua. Siklus pertama dan kedua yang membedakan adalah
kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus
pertama diadakan perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus kedua.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan uatama dari penelitian adalah memperoleh data. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Page 43
29
a. Tes
Menurut Basuki dan Hariyanto (2014: 22) tes adalah alat penilaian atau
metode penelitian yang sistematis, sah, dapat dipercaya dan objektif untuk
menentukan kecakapan, keterampilan, dan tingkat pegetahuan siswa terhadap
bahan ajar, berupa suatu tugas atau persoalan yang harus diselesaikan oleh
seorang siswa atau sekelompok siswa. Teknik tes dirancang untuk mendapatkan
data hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Tes pada awal penelitian
(pretest) diberikan untuk mengetahui pemahaman awal siswa terhadap materi
yang akan disampaikan dan tes yang berupa soal uraian pada setiap akhir siklus
diberikan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran think pair share. Berdasarkan soal tes yang dikerjakan siswa
tersebut, diperoleh data berupa hasil belajar siswa.
b. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Teknik
observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
pada objek penelitian. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pengamatan secara langsung selama pembelajaran. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan oleh teman sejawat sebagai pen gamat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk melihat secara langsung gambaran mengenai
kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa kelas VA selama proses
pembelajaran IPA berlangsung.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui seberapa besar penggunaan model pembelajaran think pair share
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V A SDN 7
Ponjalae. Instrumen (alat) penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
seperti:
1. Tes Hasil Belajar
Page 44
30
Instrumen tes hasil belajar yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes
tertulis berupa soal-soal yang berbentuk PG dan essay dengan berjumlah 15 soal
yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V
SDN 7 Ponjalae.
2. Lembar Observasi
Fungsi lembar observasi ini yaitu untuk mengetahui kesesuaian tindakan
dengan rencana yang telah disusun terinci sehingga pengamat tinggal memberikan
tanda pada kode-kode yang disepakati. Pengamatan dilakukan sejak awal kegiatan
hingga akhir kegiatan.
a. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran think pair share terhadap hasil belajar IPA siswa digunakan untuk
mengamati keterlaksanaan pembelajaran. Lembar observasi bertujuan untuk
mengetahui seberapa baik keterlaksanaan model pembelajaran yang digunakan
pada saat pembelajaran berlangsung. Indikator yang diamati antara lain sebagai
berikut:
1) Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak semua siswa
berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing untuk
mengawali pelajaran.
2) Mengecek kesiapan belajar siswa
3) Menyampaikan KD, materi pelajaran dan tujuan pembelajaran
4) Menyampaikan model pembelajaran yang digunakan
5) Memotifasi siswa agar aktif terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.
6) Memberikan stimulasi kepada siswa tentang materi sebelumnya serta
pentingnya mempelajari materi yang dibahas.
7) Menjelaskan sebagian materi.
8) Membagi siswa dalam tim-tim belajar yang terdiri dari 2 orang untuk
melakukan diskusi.
9) Membagikan bahan ajar berupa buku paket LKS kepada masing-masing tim-
tim belajar serta mengamati proses diskusi kelompok.
10) Mengintruksikan siswa untuk mempersentasekan hasil diskusi kedepan.
Page 45
31
11) Siswa diminta untuk member tanggapan, pertanyaan kepada siswa yang
tampil.
12) Memberikan apresiasi terhadap hasil presentasi siswa.
13) Melakukan refleksi sebagai umpan balik.
b. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa
Lembar observasi keaktifan belajar siswa digunakan untuk melihat dan
mengukur keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran think pair share. Indikator yang diamati antara
lain sebagai berikut:
1) Perhatian
2) Keaktifan bertanya
3) Kemampuan mengemukakan pendapat
4) Kerja sama dalam kelompok
3. Dokumentasi
Selama proses belajar berlangsung peneliti akan mengabadikan berbagai
peristiwa yang dianggap penting dan mendukung hasil penelitian. Dokumentasi
dilakukan dengan cara mengambil gambar selama kegiatan penelitian berlangsung
dan dokumen-dokumen siswa yang berkaitan dengan penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif. Analisis data dilakukan setelah pengumpulan data. Data yang diperoleh
pada setiap siklus dapat dianalisis. Data yang dianalisis terdiri dari hasil observasi
keterlaksanaan pembelajaran, keaktifan belajar siswa dan hasil tes belajar siswa
dalam hubungannya dalam penguasaan materi yang diajarkan melalui model
pembelajaran think pair share. Data yang telah dikumpulkan masing-masing
dianalisis sebagai berikut:
1. Analisis Data Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa diperoleh melalui tes yang diberikan kepada siswa
kemudian dinilai secara individu. Tes diberikan pada setiap akhir siklus tindakan.
Hasil belajar individu siswa dikatakan tuntas apabila mencapai ≥75 sesuai KKM
Page 46
32
yang telah ditetapkan di SDN 7 Ponjalae yaitu 75. Ketuntasan secara individu
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Nilai ═ skor yang diperoleh × 100
Skor maksimal
Tabel 1. Kriteria hasil belajar dan kategorinya
Tingkat Penguasaan (%) Skor Kategori
90-100 90-100 Sangat Baik
80-89 80-89 Baik
65-79 65-79 Sedang
55-64 55-64 Rendah
0-54 0-54 Sangat Rendah
Sumber : Nurkancana (dalam Ilyas, 2015: 163)
2. Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran
Data aktivitas keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari hasil observasi
yang dilakukan. Analisis data keterlaksanaan pembelajaran bertujuan untuk
mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif think pair share pada kelas VA SDN 7 Ponjalae.
Data observasi keterlakasanaan pembelajaran selama proses pembelajaran
berlangsung dianalisis dengan melihat rata-rata aktivitas hasil pengamatan yang
dilakukan observer. Kegiatan pengambilan data keterlaksanaan pembelajaran ini
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Keterlaksanaan pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus:
%keterlaksanaan ═ Jumlah aspek pembelajaran yang terlaksana × 100%
Jumlah Seluruh aspek pembelajaran
Tabel 2. Kriteria keterlaksanaan pembelajaran
Interval Skor kategori
0-54 Tidak baik
55-64 Kurang baik
65-79 Cukup
80-89 Baik
90-100 Sangat Baik
Sumber: Mawaddah (2018)
Page 47
33
3. Analisis lembar observasi keaktifan belajar siswa
Analisis lembar observasi keaktifan belajar siswa dilakukan secara
kuantitatif deskriptif dengan cara :
a. Menghitung banyaknya siswa yang melakukan aktivitas sesuai indikator
yang diamati.
b. Mencari besar persentase skor aktivitas belajar siswa setiap indikator
yang diamati pada setiap siklus dengan cara:
Persentase = jumlah skor yang diperoleh x 100%
Banyaknya seluruh siswa
c. Menghitung rata-rata persentase keaktifan belajar siswa pada setiap
indikator yang diamati pada setiap siklus.
d. Mengkategorikan rata-rata keaktifan belajar siswa pada setiap indikator
yang diamati pada setiap siklus, sesuai dengan kategori yang telah
ditentukan untuk membuat simpulan mengenai aktivitas belajar siswa.
Tabel 3. Kualifikasi Hasil Persentase Skor Lembar Observasi
Aktivitas Belajar.
Presentase Skor Yang Diperoleh Kategori
80%-100% Sangat aktif
60%-79% Aktif
40%-59 Cukup Aktif
20%-39% Kurang aktif
0%-19% Tidak aktif
Sumber. Dimyanti & Mudjono (dalam Indriani, 2013:32)
3.7 Indikator Keberhasilan
Pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa
telah mencapai nilai minimal 75 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang telah ditentukan dalam pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 7
Ponjalae. Kelas tersebut disebut telah tuntas belajar jika paling sedikit 80% dari
jumlah siswa mendapatkan nilai 75. Indikator proses pembelajaran dalam
penelitian ini akan dilihat dari presentase keberhasilan tindakan yang didasarkan
pada data skor yang diperoleh dari hasil observasi peneliti dan siswa.
Page 48
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian
tindakan kelas (PTK), dimana dalam penelitian ini ada dua siklus yang dilakukan
untuk memperoleh data tentang keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V
khususnya mata pelajaran IPA. Masing-masing siklus dilaksanakan dengan
menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS). Pelaksanaan tindakan
pada setiap siklus disertai dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi.
1. Deskripsi Hasil Pengamatan Awal
Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti yaitu bertemu langsung dengan
kepala sekolah SDN 7 Ponjalae untuk menyampaikan maksud kedatangan peneliti
yaitu meminta izin untuk mengadakan penelitian di SDN 7 Ponjalae. Selanjutnya
peneliti menemui guru kelas V untuk menyampaikan rencana penelitian telah
mendapat izin dari kepala sekolah dan menyampaikan bahwa peneliti akan
bertindak sebagai pelaksana tindakan, dan teman sejawat akan bertindak sebagai
pengamat (observer).
2. Deskripsi Tindakan Pada Siklus 1
Setiap siklus dilengkapi dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sebagai perangkat dalam proses belajar mengajar. Tindakan siklus 1 di susun
dalam 3 kali pertemuan.
Pelaksanaan pembelajaran siklus I terdiri atas empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan (tindakan), hasil pengamatan (observasi), dan refleksi.
Keempat tahapan tersebut dipaparkan sebagai berikut:
a. Perencanaan siklus I
Perencanaan tindakan dilakukan dengan mengadakan pertemuan antara
peneliti dan guru kelas. Pertemuan tersebut mendiskusikan tentang rencana
kegiatan pada siklus I. Rencana tindakan siklus 1 terdiri atas beberapa kegiatan
yaitu sebagai berikut:
Page 49
35
1) Melakukan analisis kurikulum dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD) yang disesuaikan denga pelajaran yang disampaikan.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi ajar
yang sesuai dengan materi.
3) Menyiapkan lembar tes soal PG dan essay.
4) Menyiapkan lembar observasi keaktifan siswa
5) Menyiapkan lembar observasi guru
b. Pelaksanaan siklus I
Pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan. Setiap
pertemuan alokasi waktunya yaitu 2x35 menit.materi yang diajarkan kepada siswa
yaitu perpindahan kalor di sekitar kita dengan menggunakan model pembelajaran
Think Pair Share (TPS). Adapun pelaksanaan tindakan siklus I sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama siklus I
Pelaksanaan pembelajaran siklus I ini dilaksanakan pada hari selasa 11
Februari 2020 yang dilaksanakan di ruang kelas V dengan kegiatan sebagai
berikut:
a) Kegiatan pendahuluan
Kegiatan awal berlangsung selama 10 menit di awali dengan guru
memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing, menanyakan kabar, mengabsen siswa. Kemudian guru
menanyakan kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran. Guru
menginformasikan tema yang akan berikan yaitu “Panas dan Perpindahannya”.
b) Kegiatan inti
Kegiatan ini merupakan kegiatan pokok dalam suatu pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 50 menit. Kegiatan pertama yang
dilakukan yaitu guru memperkenalkan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) yang akan di gunakan selama proses penelitian. Kedua guru membentuk
siswa kedalam beberapa kelompok yang terdiri atas 1-2 siswa untuk melakukan
diskusi. Ketiga guru mengajukan pertanyaan dan memberikan permasalahan
terlebih dahulu, terkait dengan materi perpindahan kalor di sekitar kita. Keempat
Page 50
36
guru menyuruh siswa mencari jawaban atas pertanyaan atau permasalahan
tersebut.
c) Kegiatan penutup
Kegiatan akhir berlangsung selama 10 menit, guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah di diskusikan.
Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan diajarkan pada pertemuan
berikutnya, lalu memberikan arahan kepada siswa untuk mempelajari materi yang
akan di ajarkan pada pertemuan berikutnya dan mengajak semua siswa berdoa
menurut agama dan kepercayaan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran).
2) Pertemuan kedua siklus I
Kegiatan pelaksanaan pertemuan kedua dilakukan diruang kelas V kegiatan
dilakukan pada hari senin 17 Februari 2020 dengan kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan pendahuluan
Kegiatan awal berlangsung selama 10 menit di awali dengan guru
memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing, menanyakan kabar, mengabsen siswa. Kemudian guru
menanyakan kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran. Setelah itu guru
melakukan apresiasi dengan menanyakan materi yang lalu yaitu meminta siswa
untuk menyampaikan kembali materi tentang perpindahan kalor disekitar kita.
b) Kegiatan inti
Kegiatan inti pertemuan kedua hampir sama dengan pertemuan pertama.
Kegiatan pembelajaran ini berlangsung selama 50 menit. Kegitan pertama guru
menjelaskan tentang materi perpindahan kalor di sekitar kita. Kedua guru
mengajukan pertanyaan dan memberikan permasalahan terlebih dahulu, terkait
dengan perpindahan kalor secara konduksi dan secara konveksi. Ketiga guru
menyuruh siswa mencari jawaban atas pertanyaan atau permasalahan. Keempat
Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas 1-2 siswa untuk
melakukan diskusi. Kemudian guru membagikan LKS kepada setiap kelompok
untuk dikerjakan masing-masing, kemudian siswa menuliskan hasil diskusinya
tentang contoh peristiwa perpindahan panas secara konduksi berdasarkan bacaan
dalam buku siswa. Setiap perwakilan kelompok mempresentasekan hasil
Page 51
37
diskusinya didepan kelas. Kemudian guru memberi kesempatan kepada setiap
kelompok mengajukan pertanyaan, menambahkan maupun memberikan saran.
c) Kegiatan penutup
Kegiatan akhir berlangsung selama 10 menit, guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah di diskusikan.
Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan diajarkan pada pertemuan
berikutnya, lalu memberikan arahan kepada siswa untuk mempelajari materi yang
akan di ajarkan pada pertemuan berikutnya dan mengajak semua siswa berdoa
menurut agama dan kepercayaan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran).
d) Pertemuan ketiga siklus 1
Kegiatan pelaksanaan pertemuan ketiga dilakukan di ruang kelas V.
kegiatan dilakukan pada hari senin 24 Februari 2020 dengan kegiatan sebagai
berikut:
a) Kegiatan pendahuluan
Kegiatan awal berlangsung selama 10 menit di awali dengan guru
memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing, menanyakan kabar, mengabsen siswa. Kemudian guru
menanyakan kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran. Setelah itu guru
melakukan apresiasi dengan menanyakan materi pada pertemuan sebelumnya
guna mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang telah di
ajarkan.
b) Kegiatan inti
Kegiatan inti pertemuan ketiga berlangsung selama 50 menit. Kegiatan
pertama yang dilakukan yaitu guru mengatur kesiapan siswa untuk mengikuti
pembelajaran. Kedua guru memulai pembelajaran dengan menanyakan pada siswa
yang belum tampil pada pertemuan kedua. Ketiga guru menyuruh perwakilan
kelompok maju kedepan kelas untuk mempresentasekan hasil diskusinya.
Kemudian guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok mengajukan
pertanyaan, menambahkan maupun memberikan saran.
c) Kegiatan penutup
Page 52
38
Pada kegiatan evaluasi, guru memberikan lembar tes untuk dikerjakan
secara individu. Lembar tes tersebut berupa soal pilihan PG dan essay. Mengajak
semua siswa berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing (untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran).
Tabel 4. Daftar nilai peningkatan hasil belajar siklus I
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bagaimana hasil belajar siswa kelas V
SDN 7 Ponajale Kecematan Wara Kota Palopo pada siklus I yang dapat di
simpulkan pada tabel statistik deskripsi sebagai berikut:
Tabel 4. Statistik deskripsi nilai peningkatan hasil belajar siklus I
Statistik Nilai statistik deskriptif
Subjek
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Nilai rata-rata
KKM
Jumlah siswa yang telah memenuhi KKM
Jumlah siswa yang belum memenuhi KKM
22
93
48
72
75
11
11
Sumber: Data primer, setelah diolah (2020)
Berdasarkan tabel 4 jumlah siswa kelas V SDN 7 Ponjalae Kecematan Wara
Kota Palopo berjumlah 22 orang, nilai tertinggi perolehan siswa 93, nilai terendah
perolehan siswa 48, nilai rata-rata siklus I perolehan siswa 72, KKM yanag
ditetapkan pada mata pelajaran IPA yaitu 75, siswa yang memperoleh nilai diatas
KKM sebanyak 11 siswa, dan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM
sebanyak 11 siswa. Pemaparan ini dilakukan untuk mempermudah membaca
melihat nilai yang diperoleh siswa hasil belajar melalui penerapan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) .
Berikut pemaparan perolehan nilai berdasarkan kategori yang peneliti gunakan.
Tabel 5. Persentase kategori peningkatan hasil belajar siklus I
Kategori Skor Frekuensi Persentase (%)
Sangat baik
Baik
Sedang
Rendah
Sangat rendah
90-100
80-89
65-79
55-64
0-54
4
4
7
3
4
18%
18%
32%
14%
18%
Jumlah 22 100%
Sumber: Data primer, setelah diolah (2020)
Page 53
39
Tabel 5 menunjukkan terdapat 4 ( 18%) siswa yang masuk dalam kategori
sangat baik, terdapat 4 (18%) siswa yang masuk dalam ketegori baik, terdapat 7
(32%) siswa yang masuk dalam kategori sedang, terdapat 3 (14%) siswa yang
masuk dalam kategori rendah, terdapat 4 (18%) siswa yang masuk dalam kategori
sangat rendah.
Hasil pencapaian KKM siswa dalam penerapan model pembelajaran Think
Pair Sh are (TPS) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V
SDN 7 Ponjalae Kecematan Wara Kota Palopo siklus I, siswa yang memperoleh
nilai 75 keatas sebanyak 11 siswa (0,5) dengan kategori tuntas dan siswa yang
memperoleh nilai 74 kebawah sebanyak 11 siswa (0,5) dengan kategori tidak
tuntas. Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa siswa kelas V SDN 7
Ponjalae Kecematan Wara Kota Palopo siklus I belum berhasil apabila
dikonfirmasikan dengan nilai KKM sekolah pada mata pelajaran IPA, yaitu siswa
dinyatakan berhasil apabila mencapai angka 80% yang memperoleh nilai 75 ke
atas.
c. Observasi tindakan siklus I
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh observer selama proses
pembelajaran berlangsung. Peneliti memandu kegiatan pembelajaran sampai akhir
proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran
menggunakan lembar observasi yang telah peneliti siapkan. Berikut ini hasil
observasi siklus I.
1) Hasil observasi keterlaksanaan terhadap guru selama proses pembelajaran
berlangsung.
Tabel 6. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) siklus I.
perkelas.
Tabel 7. Presentase nilai observasi keterlaksanaan pembelajaran siklus I
Pertemuan Jumlah nilai Persentase% Kategori
1 8 50 Tidak baik
2 10 62,5 Kurang baik
3 11 68,75 Cukup baik
Rata-rata 60 Kurag baik
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Page 54
40
Tabel 7. Menunjukkan bahwa siklus I observasi keterlaksanaan
pembelajaran pada pertemuan pertama jumlah keterlaksanaan pembelajaran ada 8
aspek dengan persentase sebesar 50% dan termasuk dalam kategori (tidak baik),
pertemuan kedua ada 10 aspek dengan persentase sebesar 62,5% dan termasuk
dalam kategori (kurang baik), pertemuan ketiga ada 11 aspek dengan persentase
sebesar 68,75 dan termasuk dalam kategori (cukup baik).
2) Hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa selama proses pembelajaran
siklus I
Tabel 8. Hasil observasi keaktifan siswa pada siklus I
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 22 siswa SDN 7 Ponjalae yang menjadi
subjek pada penelitian. Hasil keaktifan siswa pada siklus I dari pertemuan 1-3
siswa yang dikategorikan kurang aktif 2 orang siswa (27%), cukup aktif 2 orang
siswa (40%), siswa yang dikategorikan aktif 3 orang siswa(63%) dan (0%) siswa
yang dikategorikan sangat aktif.
Tabel 9. Daftar observasi keaktifan belajar siswa siklus 1
Pertemuan Jumlah nilai Persentase% Kategori
1 6 27 Sangat tidak aktif
2 9 40 Sangat tidak aktif
3 4 63 Cukup aktif
Rata-rata 43 Tidak aktif
Sumber: Data primer setelah diolah 2020
Tabel 9 menunjukkan bahwa pada siklus I nilai keaktifan siswa selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan dengan jumlah nilai akhir.
Pertemuan pertama nilai 6 dengan persentase 27% kategori sangat tidak aktif,
pertemu an kedua nilai 9 dengan persentase 40% kategori sangat tidak aktif, dan
pertemuan ketiga nilai 4 dengan persenta se 63% kategori cukup aktif.
1. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan penerapan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada siklus I dan menemukan tindak lanjut
kesiklus II. Berdasarkan pengamatan hasil evaluasi dan hasil diskusi dengan guru
kelas, masih ada kekurangan seperti masih ada sebagian siswa malu-malu untuk
menyampaikan pendapatnya dan malu untuk bertanya kepada guru. Refleksi
dilakukan agar didalam penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Page 55
41
SDN 7 Ponjalae Kecematan Wara Kota Palopo dapat lebih meningkat. Hasil tes
menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa yaitu 72 dengan kategori
rendah dan belum mencapai KKM 75.
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
a. Perencanaan tindakan siklus II
Tahap perencanaan tindakan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I
yaitu sebagai berikut :
1) Melakukan analisis kurikulum dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD) yang disesuaikan denga pelajaran yang disampaikan.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi ajar
yang sesuai dengan materi.
3) Menyiapkan lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi guru
yang akan digunakan untuk memperoleh data selama proses pembelajaran
berlangsung
4) Menyiapkan lembar tes soal PG dan essay.
b. Pelaksanaan tindakan siklus II
Tahapan selanjutnya setelah perencanaan dan persiapan yaitu tahap
pelaksanaan tindakan penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS).
Peneliti sebagai guru pada tahap ini, melaksanakan keseluruhan perencanaan yang
telah dibuat sebelumnya sesuai dengan Rencana Pembelajaran (RPP) siklus II.
Adapun pelaksanaan pada siklus II yaitu, sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama tindakan siklus II
Siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan. Pelaksanaan tindakan pada
pertemuan pertama di lakukan di ruang kelas V pada hari senin, 2 Maret 2020.
Langkah –langkah pelaksanaan sebagai berikut:
a) Kegiatan pendahuluan
Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut
agama dan keyakinan masing-masing, menanyakan kabar, mengabsen siswa,dan
menyanyikan lagu “Indonesia Raya”. Kemudian guru menanyakan kesiapan siswa
dalam memulai pembelajaran.
b) Kegiatan inti
Page 56
42
Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Kegiatan
yang dilakukan dimulai guru menanyakan kepada siswa apakah siswa senang
belajar, dan semuanya mengataakan senang. Guru menjelaskan materi tentang
pengaruh kalor terhadap kehidupan yang disajikan pada buku siswa untuk
membuka kegiatan pembelajaran. guru mengajukan pertanyaan dan memberikan
permasalahan terlebih dahulu, terkait dengan materi yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Kemudian guru menyuruh siswa mencari jawaban atas pertanyaan
atau permasalahan tersebut.
c) Kegiatan akhir
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat kesimpulan dari
materi yang telah di diskusikan. Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan
diajarkan pada pertemuan berikutnya, lalu memberikan arahan kepada siswa
untuk mempelajari materi yang akan di ajarkan pada pertemuan berikutnya dan
mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing
(untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran).
2) Pertemuan kedua siklus II
Pelaksanaan tindakan pada pertemuan kedua dilakukan diruang kelas V
pada hari Selasa, 10 maret 2020. Langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut:
a) Kegiatan pendahuluan
Pembelajaran pada hari ini dimulai dengan mengucapkan salam dan
berdoa bersama, dilanjutkan dengan melakukan presensi kehadiran siswa. Siswa
terlihat sangat antusias saat namanya dipanggil. Guru dan siswa menyanyikan
lagu “Indonesia Raya”.
b) Kegiatan inti
Guru bertanya kembali kepada siswa terkait dengan pertanyaan atau
permasalahan yang diberikan sebelumnya, siswapun menjawabnya. Kemudian
guru membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk dikerjakan masing-masing,
kemudian siswa menuliskan hasil diskusinya. Setiap perwakilan kelompok
mempresentasekan hasil diskusinya didepan kelas. Kemudian guru memberi
kesempatan kepada setiap kelompok mengajukan pertanyaan, menambahkan
maupun memberikan saran.
c) Kegiatan penutup
Page 57
43
Guru memberikan kesimpulan dengan melakukan tanya jawab dengan
siswa seputar materi yang telah disampaikan guru, mengajak semua siswa berdoa
menurut agama dan kepercayaan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran).
3) Pertemuan ketiga siklus II
Pelaksanaan tindakan pada pertemuan kedua dilakukan diruang kelas V
pada hari Rabu 18 maret 2020. Langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut:
a) Kegiatan pendahuluan
Pembelajaran pada hari ini dimulai dengan mengucapkan salam dan
berdoa bersama, dilanjutkan dengan melakukan presensi kehadiran siswa. Siswa
terlihat sangat antusias saat namanya dipanggil. Guru dan siswa menyanyikan
lagu “Indonesia Raya”.
b) Kegiatan inti
Kegiatan inti pertemuan ketiga siklus II diawali dengan games agar siswa
tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan selanjutnya guru kembali
menanyakan seputar materi tentang pengaruh kalor terhadap kehidupan. Lalu
siswa dengan senang hati menjawab iya masi ingat bu. Kemudian guru
membagikan soal PG dan Essay kepada siswa, dan siswa mengerjakan dengan
baik. Kemudian guru menanyakan bagaimana perasaan siswa selama kegiatan
penelitian berlangsung, dan siswa mengaku senang.
c) Kegiatan penutup
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat kesimpulan .
dan mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-
masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran).
Pada kegiatan evaluasi, guru memberikan lembar tes untuk dikerjakan
secara individu. Lembar tes tersebut berupa soal pilihan PG dan essay. Berikut
merupakan hasil pembelajaran siswa kelas V SDN 7 Ponjalae siklus II.
Tabel 11. Daftar nilai peningkatan siklus II
Tabel 11 menunjukkkan bahwa dari 22 siswa, jumlah siswa yang tuntas
sebanyak 19 siswa yang nilainya berada diatas KKM, sedangkan 3 siswa nilainya
tidak mencapai standar KKM. Nilai masing-masing siswa yang telah dirangkum
pada tabel 12 untuk memudahkan mengetahui perolehan nilai secara keseluruhan
Page 58
44
siklus II. Uraian diatas dapat dilihat bagaimana hasil atau keberhasilan siswa
dapat disimpulkan pada tabel statistik deskripsi hasil pembelajaran melalui model
pembelajaran think pair share pada siswa kelas V SDN 7 Ponjalae Kecematan
Wara Kota Palopo, sebagai berikut:
Tabel 10 Statistik deskripsi nilai peningkatan hasil belajar siklus II
Statistik Nilai statistik deskriptif
Subjek
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Nilai rata-rata
KKM
Jumlah siswa yang telah memenuhi KKM
Jumlah siswa yang belum memenuhi KKM
22
100
60
84,72
75
19
3
Sumber: Data primer, setelah diolah (2020)
Tabel 10 menunjukkan jumlah siswa kelas V SDN 7 Ponjalae Kecematan
Wara Kota Palopo berjumlah 22 siswa orang, nilai tertinggi perolehan siswa 100,
nilai terendah siswa 60, nilai rata-rata siklus II perolehan siswa 84,72, KKM yang
ditetapkan pada mata pelajaran IPA yaitu 75, siswa yang memperoleh nilai diatas
KKM sebanayak 19 siswa, dan siswa yang memperoleh nilai dibawa KKM
sebanyak 3 siswa. Pemaparan ini dilakukan untuk mempermudah membaca
melihat nilai yang diperoleh hasil belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran think pair share. Berikut pemaparan perolehan nilai berdasarkan
kategori yang peneliti gunakan.
Tabel 11. Persentase kategori peningkatan hasil belajar siklus II
Kategori Skor Frekuensi Persentase (%)
Sangat baik
Baik
Sedang
Rendah
Sangat rendah
90-100
80-89
65-79
55-64
0-54
10
6
5
1
0
45
27
23
5
0
Jumlah 22 100%
Sumber: Data primer, setelah diolah (2020)
Tabel 11 menunjukkan terdapat 10 siswa atau 45% yang masuk dalam
kategori sangat baik, terdapat 6 siswa atau 27% yang masuk dalam kategori baik,
terdapat 5 siswa atau 22% yang masuk dalam kategori sedang, terdapat 1 siswa
Page 59
45
4,5% yang masuk dalam kategori rendah, dan tidak terdapat siswa yang masuk
dalam kategori sangat rendah.
Hasil pencapaian KKM siswa dalam penerapan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V
SDN 7 Ponjalae Kecematan Wara Kota Palopo siklus II, siswa yang memperoleh
nilai 75 keatas sebanyak 19 siswa (86%) dengan kategori tuntas dan siswa yang
memperoleh nilai 74 kebawah sebanyak 3 siswa (13%) dengan kategori tidak
tuntas. Proses pembelajaran siswa kelas V SDN 7 Ponjalae Kecematan Wara Kota
Palopo pada siklus II dapat dikatakan telah berhasil. Meningkatnya hasil belajar
melalui model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas V SDN 7
Ponjalae Kecematan Wara Kota Palopo siklus II apabila dikonfirmasikan dengan
nilai KKM sekolah pada mata pelajaran IPA, yaitu siswa dinyatakan berhasil
apabila mencapai angka 80% yang memperoleh nilai 75 keatas.
Berikut di bawah ini akan disajikan hasil rekapitulasi hasil belajar melalui
penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas V SDN
7 Ponjalae Kecematan Wara Kota Palopo.
Tabel 12 . Rekapitulasi hasil tes belajar siklus I dan siklus II
Siklus Nilai Ketuntasan
Tertinggi Terendah Rata-rata Tidak tuntas % Tuntas %
I 100 40 72 11 50 11 50
II 100 60 84,72 3 13 19 86
Sumber: Data primer, setelah diolah (2020)
Tabel 12 menunjukkan bahwa adanya perbedaan peningkatan yang
segnifikan peningkatan hasil belajar melaui penerapan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) pada siswa kelas V SDN 7 Ponjalae Kecematan Wara Kota
Palopo, mulai dari siklus I ke siklus II yaitu dari nilai ketuntasan 50% menjadi
86%
c. Observasi tindakan siklus II
Pengamatan dilakukan observer ketika proses pembelajaran berlangsung.
Data diperoleh dari lembar observasi yang telah peneliti siapkan. Aspek yang
dinilai adalah aktivitas guru dan keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
Page 60
46
1) Hasil observasi keterlaksanaan terhadap guru selama proses pembelajaran
berlangsung
Tabel 13. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) siklus II
Tabel 13 menunjukkan bahwa pada siklus II pertemuan pertama ada 13
(81,25%) aspek yang terlaksana dan ada 3 ( 18%) aspek yang tidak terlaksana.
Pertemuan kedua ada 14 (87,5%) aspek yang terlaksana dan ada 2 (12,5%) aspek
yang tidak terlaksaana. Pertemuan ketiga ada 15 (93%) aspek yang terlaksana dan
ada 1 (6,25%) aspek yang tidak terlaksana. Berikut ini akan disajikan tabel 18
persentase nilai observasi keterlaksanaan pembelajaran, sebagai berikut:
Tabel 14. Presentase nilai observasi keterlaksanaan pembelajaran siklus II
Pertemuan Jumlah nilai Persentase% Kategori
1 13 81,25 Baik
2 14 87,5 Baik
3 15 93 Sangat baik
Rata-rata 87 Baik
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Tabel 14 menunjukkan bahwa pada siklus II adanya peningkatan
keterlaksanaan pembelajaran. Pertemuan pertama ada 13 (81,25%) aspek yang
terlaksana dan termasuk dalam kategori baik. Pertemuan kedua ada 14 (87,5%)
aspek yang terlaksana dan termasuk dalam kategori baik. Pertemuan ketiga ada 15
(93%) aspek yang terlaksana dan termasuk dalam kategori sangat baik.
2) Hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa selama proses pembelajaran
siklus II
Tabel 15. Hasil observasi keaktifan siswa pada siklus II
Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 22 siswa SDN 7 Ponjalae yang
menjadi subjek pada penelitian. Hasil keaktifan siswa pada siklus II dari
pertemuan 1-3 siswa yang dikategorikan kurang aktif (0%) orang siswa cukup
aktif 0 orang siswa , siswa yang dikategorikan aktif 2 orang siswa(81%) dan
tidak ada siswa yang dikategorikan sangat tidak aktif.
Page 61
47
Tabel 16. Daftar observasi keaktifan belajar siswa siklus II
Pertemuan Jumlah nilai Persentase% Kategori
1 5 81 Aktif
2 6 86 Sangat aktif
3 7 86 Sangat aktif
Rata-rata 84 Aktif
Sumber: Data primer setelah diolah 2020
Tabel 16 menunjukkan bahwa adanya peningkatan keaktifan belajar siswa
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung pada siklus II dengan jumlah nilai
akhir. Pertemuan pertama nilai 5 dengan persentase 81% kategori (aktif),
pertemuan kedua nilai 6 dengan persentase 86% kategori (sangat aktif), dan
pertemuan ketiga nilai 7 dengan persentase 86% kategori (sangat aktif).
Terlihat bahwa observasi siswa selama pelaksanaan pembelajaran siklus II
keaktifan belajar siswa meningkat dalam mengikuti proses pembelajaran melalui
model pembelajaran Think Pair Share (TPS), baik dari segi keaktifan bertanya,
keseriusan dalam belajar, dan telah memperhatikan guru dalam menyampaikan
materi. Hal ini didasarkan pada jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas
sudah meningkat pada siklus II dibandingkan dengan siklus I.
Berdasarkan analisis data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran
setiap siklus, maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 17. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II
Pelaksanaan
Jumlah ketelaksanaan
Pertemuan 1 Persentase Pertemuan 2 persentase Pertemuan 3 persentase
Siklus I
Siklus II
8 50% 10 62,5% 11 68,75%
13 81,25% 14 87,5% 15 93%
Sumber: Data primer, setelah diolah (2020)
Tabel 17 menunjukkan adanya peningkatan dari setiap siklus,pada
pertemuan pertama siklus I ada 8 (50%) aspek yang terlaksana, pertemuan kedua
siklus I ada 10 (62,5%) aspek yang terlaksana dan pertemuan ketiga siklus I ada
11 (68,75%) aspek yang terlaksana. Siklus II pada pertemuan pertama ada 13
(81,25%) aspek yang terlaksana, pertemuan kedua siklus II ada 14 (87,5%) aspek
yang terlaksana dan pertemuan ketiga siklus II ada 15(93%) aspek yang
terlaksana.
Page 62
48
Berdasarkan analisis data hasil observasi keaktifan belajar siswa selama
mengikuti proses pembelajaran setiap siklus, maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 18. Hasil observasi keaktifan belajar siswa siklus I dan siklus II
Siklus
Keaktifan belajar
Tinggi Rendah Rata-rata kategori
I 4 2 43% Tidak aktif
II 4 3 84% Aktif
Sumber: Data primer, setelah diolah (2020)
Tabel 18 menunjukkan nilai perolehan keaktifan belajar siswa dari setiap
siklus, pada siklus I nilai tertinggi yaitu 4, nilai terendah yaitu 2 dan nilai rata-rata
keaktifan belajar siswa pada siklus I yaitu 50% dengan kategori tidak aktif. Siklus
II nilai perolehan keaktifan belajar tertinggi adalah 4, nilai terendah adalah 3 dan
nilai rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus II yaitu 80% dan termasuk dalam
kategori aktif.
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa selama mengikuti proses
pembelajaran setiap siklus, maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 19. Hasil belajar siswa siklus I dan siklus II
Siklus
Nilai
Maksimum Minimum Rata-rata ketuntasan (%)
I 93 48 72 50
II 100 60 84,72 86
Sumber: Data primer,setelah diolah (2020)
Tabel 19 menunjukkan nilai perolehan hasil belajar siswa dari setiap
siklus, pada siklus I nilai tertinggi adalah 93, nilai terendah adalah 48,dan nilai
rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 72 dan nilai ketuntasan secara
klasikal yaitu 50% dengan kategori rendah. Nilai hasil belajar tertinggi pada siklus
II adalah 100, nilai terendah adalah 60, dan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada
siklus II adalah 84,72 dan nilai ketuntasan secara klasikal adalah 86% dengan
kategori tinggi.
1. Refleksi siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II merupakan perbaikan dari siklus I.
Pelaksanaan pada siklus II melalui model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Page 63
49
dapat diikuti dengan baik oleh siswa. Hal ini disebabkan karena siswa sudah
terrbiasa dengan penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS).
Berdasarkan hasil tes di akhir siklus II menunjukkan peningkatan dari siklus I.
Nilai rata-rata hasil belajar melalui model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
pada siklus II mencapai 84,72% dan mengalami peningkatan sebesar 19.11% dari
siklus I.
Ketuntasan siswa berdasarkan KKM mulai dari siklus I ke siklus II adalah
dari nilai ketuntasan 50% menjadi 86%. Terlihat bahwa siklus II telah berhasil.
Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran pada siklus II, tingkah
laku siswa yang bersifat negatif telah berkurang. Melalui siklus II siswa mulai
menunjukkan adanya keseriusan untuk mengikuti pembelajaran. Siswa dengan
senang mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Keadaan ini sebagai
bukti adanya perubahan perilaku positif. Rasa percaya diri siswa semakin
meningkat hal itu dibuktikan dari meningkatnya jumlah siswa yang aktif dalam
proses pembelajaran dan tidak merasa malu,canggung, takut, bahkan siswa merasa
bersemangat mengikuti proses pembelajaran, sehinggga pembelajaran melalui
model pembelajaran think pair share sudah berhasil diterapkan dengan baik pada
siklus II, maka peneliti berhenti pada siklus II.
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian yang diuraikan pada bagian ini, menyajikan hasil temuan
yang diperoleh melalui penelitian. Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan
bahwa setelah pemberian tindakan selama dua siklus nilai rata-rata peningkatan
keaktifan dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran think
pair share pada siswa kelas V SDN 7 Ponjalae mengalami peningkatan.
Pelaksanaan pembelajaran penerapan model pembelajaran Think Pair
Share (TPS) untuk meningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Jumlah
keterlaksanaan tertinggi adalah 11 aspek yang terlaksana dengan nilai persentase
sebesar 68,75% pada siklus I dan meningkat menjadi 15 aspek yang terlaksana
dengan nilai persentase sebesar 93% pada siklus II. Nilai rata-rata pada aspek
keaktifan siswa pada siklus I adalah 50 dan termasuk dalam kategori tidak aktif,
dan pada siklus II nilai rata-rata perolehan siswa yaitu 80 dan termasuk dalam
Page 64
50
kategori aktif. Aspek hasil belajar siswa pada siklus I adalah 72 dan mengalami
peningkatan pada siklus II sebesar 84,72%.
Ketuntasan siklus I, siswa memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 11 siswa atau
(50%) dengan kategori tuntas dan siswa yang memperoleh nilai ≤75 sebanyak 11
siswa atau (50%) dengan kategori tidak tuntas dan belum berhasil apabila
dikonfirmasikan dengan nilai KKM sekolah, yaitu siswa dinyatakan tuntas apabila
mencapai 80% yang memperoleh nilai ≥75. Sehingga, hasil ketuntasan siklus I
menjadi acuan peneliti untuk lebih ditingkatkan atau diperbaiki pada siklus II.
Ketuntasan pada siklus II, siswa yang memperoleh nilai ≥75 sebanyak 19
siswa atau (86%) dengan kategori tuntas dan siswa yang memperoleh nilai ≤75
sebanyak 3 siswa atau (13%) dengan kategori tidak tuntas. Sehingga demikian,
siswa dikatakan tidak tuntas atau belum berhasil apabila dikonfirmasikan dengan
nilai KKM sekolah, yaitu siswa dinyatakan tuntas apabila mencapai 80% yang
memperoleh nilai ≤75. Sehingga, penerapan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) pada siklus II telah meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V
SDN 7 Ponjalae Kecematan Wara Kota Palopo, hasil ketuntasan pada siklus II
menjadi acuan peneliti untuk tidak melanjutkan pada siklus berikutnya.
Secara umum dari pelaksanaan pembelajaran, keaktifan siswa, dan hasil
belajar dikatakan tuntas karena sudah sesuai dengan indikator keberhasilan. Hasil
ini memperlihatkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair
Share (TPS) dapat memberikan hasil yang lebih baik. Shoinim, (2014:208) model
pembelajaran ini lebih memberikan banyak waktu kepada siswa untuk berdiskusi
bersama dengan satu temannya maupun bersama dengan beberapa teman lainnya,
pembelajaran ini lebih memudahkan siswa dalam menemukan dan memahami
konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya
Page 65
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar siswa kelas V SDN 7 Ponjalae Kecematan Wara Kota Palopo telah
meningkat dengan adanya penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
dalam proses pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pada
hasil tes siklus I dan siklus II. Skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I
menghasilkan nilai rata-rata 72 secara individu dengan persentase ketuntasan
klasikal sebesar 50% dan siklus II menghasilkan nilai rata-rata 84,72 secara
individu dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 86%. Secara klasikal
pembelajaran telah mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan target yang telah
diharapkan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model pembelajaran
Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas V SDN 7 Ponjalae Kecematan Wara
Kota Palopo tahun pelajaran 2020, maka saran-saran yang dapat peneliti
berikanadalah sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan pendidikan dan pelatihan mengenai
model-model yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran untuk menunjang
pelaksanaan pembelajaran agar dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
2. Bagi guru
Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang menunjang
kegiatan pembelajaran khusunya dalam aspek keaktifan. Penggunaan model
pembelajaran think pair share dimaksudkan agar pembelajaran tidak terasa
membosankan dan membantu siswa dalam meningkatkan keaktifan berbicaranya.
3. Bagi siswa
Page 66
52
Siswa hendaknya lebih mengembangkan inisiatif dan keberanian dalam
menyampaikan pendapatnya dan tidak terlalu kaku apabila menemukan model
pembelajaran yang baru digunakan oleh guru.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya yang terkait dengan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada
siswa kelas V Sekolah Dasar.
Page 67
53
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta.
Jakarta.
Basuki, S, Hariyanto. 2014. Asesmen Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung.
BSNP, 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta: Badan Standar
Pendidikan Nasional.
Bundu, P. 2011. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Desta Tri Maharani, O., & Kristin, F. (2017). Peningkatan Keaktifan dan Hasil
Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match.
Wacana Akademika: Majalah Ilmiah Kependidikan, 1(1).
Djojosoediro, W. 2012. [Modul] Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA SD. Diakses
Melalui. URL: http: // pjjpgsd. unesa. ac. id/ dok/1. Modul-1 Hakikat IPA
dan Pembelajaran IPA. pdf. Tanggal akses 15 November 2019.
Djumingin. 2011. Strategi dan Aplikasi Model Pembelajaran Inovatif Bahasa dan
Sastra. Universitas Negeri Makassar. Pres Makassar.
Gusti, I. A. T. A. 2014. Konsep Dasar IPA. Yogyakarta . Penerbit Ombak.
Yogyakarta.
Huda. M. 2011. Cooperatif Learning Metode. Teknik. Struktur. dan Model
Penerapan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Ilyas, M. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika. Pustaka Bandung.
Indriani, F. 2013. Penerapan Strategi Inkuiri Terbimbing Dengan Model
Kooperatif TGT Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa
Pada Materi Gaya Pesawat Sederhana Kelas VMI Mambaul Ulum Malang
Tesis. Tidak Diterbitkan: Program Pascasarjana Universitas Negeri
Malang.
Khoerul, M. 2018. Skipsi Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif think pair share pada Siswa Kelas X.1 Jurusan
Analisis Kesehatan Tangerang Selatan. Jakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Program Sarjana Universitas Islam Negeri Hidayatulla Jakarta.
Kusuma, W., Dwitagama, D. 2012. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. PT.
Indeks. Jakarta.
Mardianto. 2012. Psikologi Pendidikan. Citapustaka Media. Bandung.
Marlaena, Novi. 2015. Penerapan Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Respon Mahasiswa Pada Materi Konsep
Page 68
54
Diri Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Makalah disajikan dalam
Prosiding Seminar Nasional, Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Mawaddah, dkk., 2018. Model Pembelajaran Discovery Learning dengan
Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Metakognisi dan
Kemampuan Berfikir Kreatif Matematis, Unnes Journal Of Mathematies
Education Research 4(1) : 1-8.
Meri. 2018. Keefektifan Model Think Pair Share (TPS) terhadap Keterampilan
Berbicara Siswa Kelas VIII SMPN 3 Sukamaju Luwu Utara. Skripsi. Tidak
diterbitkan. Program Sarjana Universitas Cokroaminoto Palopo.
Nur Laili Rahmawati. 2015. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share ( TPS) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Akuntansi Kelas X AK 2 SMK Negeri 1 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta.
Raditya, I. W., Kristiantari, M.R., d Suara, I. M. 2015. Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Gugus Letda Made Putra Kecematan
Denpasar Utara Tahun Ajaran 2014/2015. mimbar PGSD Undiksha. 3(1):
27-30.
Rahmatul Laila Qodriyah.2016 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA siswa kelas IV di
MI Podorejo sumber gempol tulungagung, (Tulungagung: Skripsi tidak
Diterbitkan)
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Aluddin Press, Makassar.
Sabri. 2010. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Ciputat Press. Jakarta.
Sagala, S. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar.Alfabeta. Bandung.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.
Savitri, Radia. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS). Makalah disajikan dalam Seminar Nasional.
STKIP, PGRI Sumatra Barat. Sumatra barat.
Subroto. 2010. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta
Sudjana,N. (2010). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Syah. 2012. Dwi Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar Siswa. Skripsi.
Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Negeri Semarang.
Suprijono, A. 2014. Cooperatif learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Page 69
55
Shonim, A 2014. Model Pembelajaran Inofatif Dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Trianto 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi, Konstruktivisme.
Jakarta:prestasi pustaka publisher.
Trianto. 2010. Metode Pembelajaran Terpadu. Jakarta. Bumi Aksara
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun. 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2006. Jakarta. Depdiknas.
Page 71
57
Lampiran 1: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I – siklus II
(SIKLUS I)
Sekolah : SD Negeri 7 Ponjalae
Kelas /Semester : V/2 (dua )
Tema 6 : Panas dan Perpindahannya
Sub tema 2 : Perpindahan Kalor di Sekitar kita
Pembelajaran ke- : 1
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. KOMPETENSI INTI (KI)
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya
di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Muatan : IPA
Kompetensi Dasar Indikator
3.6 Menerapkan konsep
perpindahan kalor
dalam kehidupan
sehari-hari
3.6.1 Mengidentifikasikan konsep perpindahan
kalor dalam kehidupan sehari
3.6.2 Mengetahui benda-benda sekitar yang dapat
menghantarkan panas
4.6 Melaporkan hasil
pengamatan tentang
perpindahan kalor.
4.6.1 Memaparkan hasil pengamatan
perpindahan kalor
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan cara-cara perpindahan kalor dalam kehidupan
sehari-hari secara tepat.
D. Materi Ajar
1. Kalor dan Perpindahannya dalam kehidupan sehari-hari,
Page 72
58
2. perpindahan kalor secara konduksi
E. Model Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Saintifik.
Model Pembelajaran : Think Pair Share (TPS)
F. Alat dan Sumber Belajar
1. Spidol
2. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema 6: Panas dan Perpindahannya.
Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 (Revisi 2017). Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Kelas dibuka dengan salam,
menanyakan kabar, dan mengecek
kehadiran siswa.
Kelas dilanjutkan dengan doa dipimpin
oleh salah seorang siswa.
Siswa difasilitasi untuk bertanya jawab
pentingnya mengawali setiap kegiatan
dengan doa. Selain berdoa, guru dapat
memberikan penguatan tentang sikap
syukur.
Guru menanyakan kesiapan siswa
dalam memulai pembelajaran.
Guru melakukan apersepsi,
menjelaskan pembelajaran Think Pair
Share (TPS), menyampaikan tujuan
pembelajaran, memberikan motivasi
terhadap siswa agar aktif dalam
pembelajaran.
10 Menit
Inti Tahap berfikir (Think)
Tahap ini guru mengawali dengan
menyampaikan inti atau tujuan
pembelajaran.
Guru mengajukan pertanyaan dan
memberikan permasalahan terkait
dengan materi perpindahan kalor di
sekitar kita.
Meminta siswa untuk mencari jawaban
Page 73
59
atas pertanyaan atau permasalahan
yang di berikan selama 5 menit.
Mempersilahkan siswa untuk
mengajukan pertanyaan mengenai
materi yang diajarkan.
Tahap berpasangan (Pair)
Guru membagi siswa kedalam
kelompok berpasangan secara
heterogen dari segi jenis kelamin,
kemampun dengan memperhatikan
siswa visual, auditorial dan kinsetik
untuk mendiskusikan apa yang telah
mereka peroleh dari pembahasan
permasalahan sebelumnya.
Guru membagikan LKS kepada setiap
kelompok untuk dikerjakan masing-
masing tiap siswa menegerjakan soal
kemudian menjelaskan kepada
pasangannya dan begitu begitu pun
sebaliknya.
Berbagi (Share)
Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyampaikan hasil
pemikiran yang telah dibicarakan
bersama pasangannya didepan kelas.
Meminta siswa untuk mampu
mengungkapkan pendapatnya secara
bertanggung jawab, serta mampu
mempertahankan pendapat setelah
disampaikannya.
Guru memberikan kesempatan kepada
kelompok /siswa lain untuk
80 Menit
Page 74
60
mengajukan pertanyaan, sanggahan,
menambahkan maupun memberikan
saran.
Guru memberikan apresiasi/
penghargaan atas partisipasi siswa.
Siswa melakukan perbaikan
berdasarkan hasil yang didapatkan.
Penutup Guru membimbing siswa untuk
membuat kesimpulan dari materi yang
telah didiskusikan.
Guru menyampaikan materi yang akan
diajarkan pada pertemuan berikutnya.
Siswa diharapkan dapat mempelajari
materi yang akan diajarkan pada
pertemuan berikutnya.
Doa dan Salam.
10 Menit
H. PENILAIAN
1. Lembar observasi guru
2. Lembar observasi siswa
3. Tes PG dan essay secara individu
Mengetahui
Guru Kelas V Peneliti
Herlina Hendra, S.Pd.SD Anti Rahmawati
NIP. 19861025 201001 2030
Page 75
61
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) SIKLUS II
Sekolah : SD Negeri 7 Ponjalae
Kelas /Semester : V/2 (dua )
Tema 6 : Panas dan Perpindahannya
Sub tema 3 : Perpindahan Kalor di Sekitar kita
Pembelajaran ke- : 1
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. KOMPETENSI INTI (KI)
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya
di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Muatan : IPA
Kompetensi Dasar Indikator
3.7 Menerapkan konsep
perpindahan kalor
dalam kehidupan
sehari-hari
3.7.1 Mengidentifikasikan konsep perpindahan
kalor dalam kehidupan sehari
3.7.2 Mengetahui benda-benda sekitar yang dapat
menghantarkan panas
3.8 Melaporkan hasil
pengamatan tentang
perpindahan kalor.
3.8.1 Memaparkan hasil pengamatan
perpindahan kalor
C. Tujuan Pembelajaran
2. Siswa dapat menjelaskan benda-benda yang dapat menghantarkan panas
D. Materi Ajar
3. Perpindahan kalor
Page 76
62
E. Model Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Saintifik.
Model Pembelajaran : Think Pair Share (TPS)
F. Alat dan Sumber Belajar
3. Spidol
4. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema 6: Panas dan Perpindahannya.
Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 (Revisi 2017). Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Kelas dibuka dengan salam,
menanyakan kabar, dan mengecek
kehadiran siswa.
Kelas dilanjutkan dengan doa dipimpin
oleh salah seorang siswa.
Siswa difasilitasi untuk bertanya jawab
pentingnya mengawali setiap kegiatan
dengan doa. Selain berdoa, guru dapat
memberikan penguatan tentang sikap
syukur.
Guru menanyakan kesiapan siswa
dalam memulai pembelajaran.
Guru melakukan apersepsi,
menjelaskan pembelajaran Think Pair
Share (TPS), menyampaikan tujuan
pembelajaran, memberikan motivasi
terhadap siswa agar aktif dalam
pembelajaran.
10 Menit
Inti Tahap berfikir (Think)
Tahap ini guru mengawali dengan
menyampaikan inti atau tujuan
pembelajaran.
Guru mengajukan pertanyaan dan
memberikan permasalahan terkait
dengan materi perpindahan kalor di
sekitar kita.
Meminta siswa untuk mencari jawaban
atas pertanyaan atau permasalahan
yang di berikan selama 5 menit.
Page 77
63
Mempersilahkan siswa untuk
mengajukan pertanyaan mengenai
materi yang diajarkan.
Tahap berpasangan (Pair)
Guru membagi siswa kedalam
kelompok berpasangan secara
heterogen dari segi jenis kelamin,
kemampun dengan memperhatikan
siswa visual, auditorial dan kinsetik
untuk mendiskusikan apa yang telah
mereka peroleh dari pembahasan
permasalahan sebelumnya.
Guru membagikan LKS kepada setiap
kelompok untuk dikerjakan masing-
masing tiap siswa menegerjakan soal
kemudian menjelaskan kepada
pasangannya dan begitu begitu pun
sebaliknya.
Berbagi (Share)
Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyampaikan hasil
pemikiran yang telah dibicarakan
bersama pasangannya didepan kelas.
Meminta siswa untuk mampu
mengungkapkan pendapatnya secara
bertanggung jawab, serta mampu
mempertahankan pendapat setelah
disampaikannya.
Guru memberikan kesempatan kepada
kelompok /siswa lain untuk
mengajukan pertanyaan, sanggahan,
menambahkan maupun memberikan
80 Menit
Page 78
64
saran.
Guru memberikan apresiasi/
penghargaan atas partisipasi siswa.
Siswa melakukan perbaikan
berdasarkan hasil yang didapatkan.
Penutup 4 Guru membimbing siswa untuk
membuat kesimpulan dari materi yang
telah didiskusikan.
5 Guru menyampaikan materi yang akan
diajarkan pada pertemuan berikutnya.
6 Siswa diharapkan dapat mempelajari
materi yang akan diajarkan pada
pertemuan berikutnya.
7 Doa dan Salam.
10 Menit
H. PENILAIAN
1. Lembar observasi guru
2. Lembar observasi siswa
3. Tes PG dan essay secara individu
Mengetahui
Guru Kelas V Peneliti
Herlina Hendra, S.Pd.SD Anti Rahmawati
NIP. 19861025 201001 2030
Page 79
65
Lampiran 2: Nilai siklus I, siklus II
SIKLUS I
No Kode Sampel Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
018
019
020
021
022
88
71
88
67
48
59
51
76
74
71
59
79
40
76
50
93
82
93
91
80
90
60
Jumlah 1.586
Page 80
66
SIKLUS II
No Kode Sampel Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
018
019
020
021
022
80
90
80
100
88
74
90
73
93
100
90
95
75
76
60
90
100
90
80
77
80
83
Jumlah 1,864
Page 81
67
Lampiran 3: Nilai observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Think Pair Share (TPS) siklus I dan siklus II
SIKLUS I
Aspek Yang dinilai
Siklus I
P1 P2 P3
Y T Y T Y T
Kegiatan awal
Membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam dan mengajak semua siswa berdoa
sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing untuk mengawali pelajaran
√ √ √
Mengecek kesiapan belajar siswa √ Menyampaikan KD, materi pelajaran dan
tujuan pembelajaran
√ √ √
Kegiatan Inti
Menyampaikan model pembelajaran yang
digunakan
√ √ √
Memotivasi siswa agar aktif terlibat dalam
kegiatan belajar mengajar √
Memberikan stimulasi kepada siswa tentang
materi sebelumnya serta pentingnya materi
yang akan dibahas
Menjelaskan sebagan materi √ √ √ Membagi siswa dalam tim-tim belajar yang
terdiri dari dua orang untuk melakukan
diskusi
√ √ √
Membagikan bahan ajar berupa buku paket
dan LKS, kepada masing-masing tim-tim
belajar serta mengamati proses diskusi
kelompok.
√ √ √
Mengintruksikan siswa untuk
mempresentasekan hasil diskusinya
kedepan
√ √
Siswa diminta untk meberikan tanggapan ,
pertanyaan, kepada siswa yang tampil
Memberikan apresiasi terhadap hasil
presentasi siswa
Melakukan refleksi sebagai umpan balik √ √ Kegiatan Akhir
Guru dan siswa memberikan kesimpulan
terhadap materi
√ √
Memberikan penguatan dan kesimpulan
tentang pembelajaran hari ini √ √
Menutup pelajaran dengan doa dan salam √ √
Page 82
68
Sumber : Data primer, setelah diolah (2020)
SIKLUS II
Jumlah 8 8 10 6 11 5
Persentase % 50 50 62,5 37.5 68,75 31,25
No
Aspek Yang dinilai
Siklus II
P1 P2 P3
Y T Y T Y T
Kegiatan awal
1 Membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan mengajak
semua siswa berdoa sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-
masing untuk mengawali pelajaran
√ √ √
2 Mengecek kesiapan belajar siswa √ √ √ 3 Menyampaikan KD, materi pelajaran
dan tujuan pembelajaran
√ √ √
Kegiatan Inti
4 Menyampaikan model pembelajaran
yang digunakan
√ √ √
5 Memotivasi siswa agar aktif terlibat
dalam kegiatan belajar mengajar
√ √ √
6 Memberikan stimulasi kepada siswa
tentang materi sebelumnya serta
pentingnya materi yang akan dibahas
√ √ √
7 Menjelaskan sebagan materi √ √ √ 8 Membagi siswa dalam tim-tim belajar
yang terdiri dari dua orang untuk
melakukan diskusi
√ √ √
9 Membagikan bahan ajar berupa buku
paket dan LKS, kepada masing-
masing tim-tim belajar serta
mengamati proses diskusi kelompok.
√ √ √
10 Mengintruksikan siswa untuk
mempresentasekan hasil diskusinya
kedepan
√ √ √
11 Siswa diminta untk meberikan
tanggapan , pertanyaan, kepada siswa
yang tampil
√ √ √
12 Memberikan apresiasi terhadap hasil
presentasi siswa √
13 Melakukan refleksi sebagai umpan
balik
√ √ √
Kegiatan Akhir
14 Guru dan siswa memberikan
kesimpulan terhadap materi √
15 Memberikan penguatan dan
kesimpulan tentang pembelajaran hari
ini
√
Page 83
69
Lampiran 4: Nilai keaktifan siswa pada siklus I, siklus II
Nama Siswa Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Jumlah Persentase
NS 3 4 5 12 54
MJ 4 6 4 14 63
S 3 3 3 9 40
M 5 4 5 14 63
M 2 2 6 10 45
A 5 5 5 15 68
KH 3 4 3 10 45
A 4 3 2 9 40
F 5 5 5 15 68
A 5 6 4 15 68
HI 3 3 4 10 45
FI 2 4 2 8 36
A 5 4 5 14 63
AI 4 2 6 12 54
AS 3 3 5 11 50
SH 5 5 3 13 59
H 4 5 2 11 50
TJ 3 4 4 6 27
KM 2 2 2 6 27
AM 3 5 2 10 45
A 5 5 5 15 68
KH 4 6 4 14 63
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Aspek yang diamati:
1. Perhatian siswa
2. Keaktifan bertanya
3. Kemampuan mengemukakan pendapat
4. Kerja sama dalam kelompok
16 Menutup pelajaran dengan doa dan
salam
√ √ √
Jumlah 13 3 14 2 15 1
Persentase % 81,25 18 87,5 12,5 93 6,25
Page 84
70
SIKLUS II
Kode Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Jumlah Persentase
NS 5 6 8 19 86
MJ 6 6 8 20 90
S 5 7 7 19 86
M 5 6 7 18 81
M 6 5 8 19 86
A 7 5 8 20 90
KH 7 7 7 21 95
A 6 8 8 22 100
F 5 6 9 20 90
A 5 7 8 20 90
HI 6 7 7 20 90
FI 5 6 7 20 90
A 5 6 8 19 86
AI 7 7 7 21 95
AS 7 6 7 20 90
SH 5 5 8 18 81
H 6 8 7 21 95
TJ 6 6 9 21 95
KM 7 6 7 20 90
AM 3 9 7 19 86
A 5 8 8 21 95
KH 6 7 9 22 100
Sumber: Data primer setelah diolah (2020)
Aspek yang diamati:
1. Perhatian siswa
2. Keaktifan bertanya
3. Kemampuan mengemukakan pendapat
4. Kerja sama dalam kelompok
Page 85
71
Lampiran 5: Dokumentasi Mengajar
1.
2.
Page 87
73
Lampiran 6: Hasil Tes Belajar Siswa Pada Sikus I
Page 88
74
Lampiran 7: Hasil Tes Belajar Siswa Pada Sikus II
Page 89
75
Lampiran 8 : Persuratan