PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di MTs Daarul Hikmah Pamulang) Oleh: RIA SARDIYANTI NIM: 105017000475 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
265
Embed
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · 2013-04-15 · penerapan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa (penelitian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK
(RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di MTs Daarul Hikmah Pamulang)
Oleh:
RIA SARDIYANTI
NIM: 105017000475
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
ABSTRAK RIA SARDIYANTI (105017000475), ”Penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Apakah model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, 2) Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) pada pelajaran matematika? 3) Apakah model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilakukan di MTs Daarul Hikmah Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas, jurnal harian siswa, wawancara, dan tes. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Kata Kunci : Pembelajaran Terbalik dan Aktivitas Belajar
i
ABSTRACT
RIA SARDIYANTI (105017000475), "Application of Reciprocal Teaching Model to Improve Student Mathematics Learning Activities." Thesis Department of Mathematics Education, Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, June 2010. The purpose of this study is to study 1) Does reciprocal teaching model can enhance mathematics learning activities, 2) how the students' responses to the application of reciprocal teaching model in a math lesson 3) Does reciprocal teaching model can improve students' mathematics learning outcomes. This research was conducted in MTs Daarul Hikmah Pamulang South Tangerang city in academic Year 2009/2010. The method used in this study is the Classroom Action Research, which consists of four stages of planning, execution, observation, and reflection. The research instrument used is the observation sheet activities, the daily student journals, interview, and test questions. Research results revealed that the application of reciprocal teaching model can enhance mathematics learning activities, giving a positive response towards learning mathematics and mathematics to improve student learning outcomes. Keyword : Reciprocal Teaching and Active
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat
terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak
sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.
2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika.
3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Matematika.
4. Bapak Dr. Kadir, M.Pd, selaku pembimbing I yang selalu memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, selaku pembimbing II yang selalu
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika.
7. Ibu Dra. Hj. Sri Uswati, selaku kepala MTs Daarul Hikmah Pamulang Kota
Tangerang Selatan yang telah banyak membantu penulis selama penelitian
berlangsung.
8. Bapak Rusli, A.Md, selaku guru pamong tempat penulis mengadakan
penelitian.
9. Ayahanda (H. Sardi S.Pd) dan ibunda (Rokih) tercinta yang senantiasa
memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
iii
10. Adik-adikku (Saifudin Zhuhri dan M. Arif Febrian) tercinta yang senantiasa
memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Siswa dan siswi kelas VII-D MTs Daarul Hikmah Pamulang Kota Tangerang
Selatan, yang telah bersikap kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.
Berdasarkan pengamatan dalam penelitian PPKT bulan Maret Tahun 2009,
peneliti menemukan bahwa siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang Kelas VII
seringkali kurang merespon terhadap pelajaran matematika, dan tidak disiplinnya
siswa terhadap pelajaran matematika. Siswa tidak fokus mengikuti pembelajaran,
beberapa siswa berbincang dengan siswa lainnya ketika guru menyampaikan
materi, kurangnya rasa ingin tahu terhadap materi yang dipelajari sehingga
kemampuan bertanya mereka rendah, tugas-tugas atau PR yang tidak dikerjakan,
rendahnya perhatian siswa terhadap pelajaran matematika dan hanya sebagian
kecil siswa yang mampu menyelesaikan soal matematika. Siswa kurang diberikan
kesempatan melakukan aktivitas belajar atau dengan kata lain peran guru dalam
pembelajaran terlihat lebih dominan. Hal ini mengindikasikan bahwa proses
pembelajaran yang dilaksanakan belum optimal.
Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Sebab, hakekat
mengajar bukanlah melakukan sesuatu bagi siswa tetapi lebih berupa
menggerakkan siswa melakukan hal-hal yang dimaksudkan menjadi tujuan
pendidikan. Tugas utama seorang guru bukanlah menerangkan hal-hal yang
terdapat dalam buku-buku, tetapi mendorong, memberikan inspirasi, memberikan
motif-motif dan membimbing siswa dalam usaha mereka mencapai tujuan-tujuan
yang diinginkan.
Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah telah
disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama yang dapat mengaktifkan siswa. Mengembangkan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis maupun bekerja sama sudah
lama menjadi fokus dan perhatian pendidik matematika di kelas, karena hal itu
berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan matematika.
Teori pembelajaran kognitif memandang bahwa “Learning is much more
than memory. For student to really understand and be able to apply knowledge,
they must to solve problems, to discover things for themselves, to wrestle with
4
ideas” (Slavin 1994 : 224).5 Intinya adalah agar pengetahuan menjadi bermakna
bagi dirinya, siswa harus membangun pengetahuannya sendiri. Ini berarti,
menurut teori pembelajaran kognitif pengetahuan adalah dibangun, bukan
diperoleh secara pasif. Dengan demikian, dalam kegiatan belajar mengajar guru
tidak hanya memberikan pengetahuan kedalam pikiran siswa, namun harus
merencanakan pengajaran dengan berbagai kegiatan-kegiatan belajar yang
melibatkan siswa aktif dalam membangun pengetahuannya tersebut. Dalam proses
ini guru berperan memberikan dukungan dan memberi kesempatan kepada siswa
untuk menerapkan ide-ide mereka sendiri dan strategi mereka dalam belajar.
Dalam belajar, aktivitas sangat diperlukan. Sebab pada prinsipnya belajar
adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan.
Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan
prinsip atau asas yang penting dalam interaksi belajar-mengajar. Dalam
pembelajaran, yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri
adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan bimbingan dan
merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.
Mengajarkan matematika memerlukan model dan pendekatan agar siswa
lebih mudah memahami materi dan meyelesaikan masalah mengenai materi yang
diajarkan. Model pembelajaran matematika harus mengubah situasi guru mengajar
kepada situasi siswa belajar. Guru memberikan pengalamannya kepada siswa
sebagai pengayom, sebagai sumber tempat bertanya, sebagai pengarah, sebagai
pembimbing, sebagai fasilitator, dan sebagai organisator dalam belajar.
Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami
perubahan. Model-model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan
berganti dengan model yang lebih modern. Sejalan dengan pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang kini
banyak mendapat respon adalah Model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching).
Model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) merupakan konsep baru dalam
5 Sri Hartati, Penerapan Pendekatan Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)
(Pengajaran Berbalik) Sebagai Upaya peningkatan Kadar Keaktifan dan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Pembelajaran IPA SLTP, (Jakarta: Laporan Penelitian LIPI,UNS, 2002) h.3
5
pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih
aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran juga dapat membantu memecahkan
kebutuhan yang sering dihadapi dalam penggunaan model pembelajaran yang
sudah usang.
Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) ini merupakan model yang
dirasa dapat membantu meningkatkan aktivitas, karena dengan menerapkan
pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) siswa diutamakan dapat menerapkan
empat strategi pemahaman mandiri, yaitu: menyimpulkan bahan ajar, menyusun
pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang telah
diperolehnya, kemudian memprediksikan pertanyaan apa selanjutnya dari
persoalan yang disodorkan kepada siswa.6 Manfaatnya adalah dapat
meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran karena siswa dituntut untuk
aktif berdiskusi dan menjelaskan hasil pekerjaannya dengan baik.
Pada pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) siswa diberi kesempatan
untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai
tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator
aktivitas siswa. Artinya dalam pembelajaran ini kegiatan aktif dengan
pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung jawab atas
pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching) adalah untuk menilai aktivitas-aktivitas siswa, dan aktivitas yang
dimasudkan adalah kegiatan siswa selama siswa bekerja dalam kelompoknya,
yaitu (1) memperhatikan, (2) memberi penjelasan, (3) menanggapi penjelasan, (4)
mengajukan pertanyaan, (5) membuat rangkuman, (6) memecahkan masalah, (7)
memprediksi, (8) antusias dan senang dll. Oleh karena itu, dengan menerapkan
pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dirasa dapat meningkatkan aktivitas
belajar matematika siswa.
Guna membuktikan hal tersebut, maka diperlukan studi penelitian lebih
lanjut, untuk itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
6Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Terbalik (Reciprocal
Teaching) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Operasi Bilangan Berpangkat Siswa Kelas IX-A SMP Negeri 2 Moramo, h. 2 dalam http://pendidikanmatematika.files.wordpress.com/2009/03/proposal_reciprocal_teaching_.doc.
penerapan pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) untuk meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan mengangkatnya menjadi
bahan kajian dalam skripsi yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran
Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Matematika Siswa”
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Dari latar belakang masalah di atas, dapat didefinisikan masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menumbuhkan motivasi siswa terhadap pelajaran
matematika?
2. Apakah model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat
diterapkan pada pelajaran matematika?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)?
4. Apakah penerapan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa?
5. Apakah penerapan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
6. Jenis-jenis aktivitas apakah yang dapat ditingkatkan melalui penerapan
model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)?
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di MTs Daarul Hikmah
Pamulang. Adapun fokus penelitian adalah meningkatkan aktivitas belajar
matematika siswa melalui pembelajaran terbalik (reciprocal teaching).
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Setelah penulis mengemukakan latar belakang masalah di atas, dapatlah
terlihat luasnya permasalahan yang di dapat. Karena adanya keterbatasan waktu
dan pengetahuan yang penulis miliki serta untuk memperjelas dan memberikan
arah yang tepat dalam pembahasan skripsi, maka penulis berusaha memberikan
batasan sesuai dengan judul, yaitu sebagai berikut:
7
1. Model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching): Pembelajaran
terbalik (reciprocal teaching) ini merupakan model yang menerapkan
empat strategi pemahaman mandiri, yaitu: menyimpulkan materi yang
dipelajari, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan
kembali pengetahuan/informasi yang telah diperolehnya, kemudian
memprediksikan pertanyaan apa selanjutnya dari persoalan yang
disodorkan kepada siswa.
2. Aktivitas belajar yang di observasi adalah jenis-jenis aktivitas belajar
berdasarkan teori Paul D. Dierich. Penulis membatasi pada 5 jenis
aktivitas belajar yaitu:
a. Visual activities; memperhatikan penjelasan guru atau teman.
b. Oral Activities; menjelaskan, bertanya, dan mengajukan pendapat.
c. Writing Activities; merangkum bahan diskusi atau bahan ajar lain.
d. Mental Activities; memecahkan soal, dan memprediksi.
e. Emotional Activities; minat/antusias dan perasaan senang.
3. Siswa: Siswa yang dimaksud adalah siswa MTs, yaitu kelas VII.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan pembatasan masalah dan fokus penelitian di atas, maka
peneliti merumuskan masalah penelitian, yaitu:
1. Apakah model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa?
2. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching) pada pelajaran matematika?
3. Apakah penerapan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan alternatif metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa
Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk:
8
1. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar matematika siswa melalui
penerapan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching).
2. Mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching).
3. Mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui penerapan
model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching).
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi sekolah, dengan penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah
2. Bagi Guru, hasil penelitian memberikan manfaat untuk mengetahui
strategi pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan aktivitas belajar
siswa dan hasil belajar matematika siswa serta dapat meningkatkan
prefesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di kelas.
3. Bagi siswa, dengan diterapkannya pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching) memberikan manfaat dalam membangun motivasi belajar siswa
dalam pelajaran matematika serta meningkatkan aktivitas belajar siswa.
4. Bagi peneliti, sebagai umpan balik bagi peneliti dalam proses belajar
mengajar bidang studi matematika, dan untuk menambah pengetahuan
serta pengalaman.
5. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan
bahan referensi untuk diadakan penelitian lebih lanjut.
6. Bagi perkembangna ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat
menambah informasi mengenai penerapan model pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching) untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika
siswa.
9
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika
Dalam kajian teori pembelajaran matematika, peneliti akan menguraikan 2
sub bab antara lain: pengertian matematika dan pengertian belajar dan
pembelajaran matematika. Pengertian matematika, belajar dan pembelajaran
matematika sangatlah penting untuk ditulis karena dapat digunakan sebagai bahan
acuan teori dalam mengajar matematika. Dengan adanya teori tersebut peneliti
dapat menghubungan bagaimana caranya menerapkan pembelajaran matematika
di sekolah.
a. Pengertian Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, Mathematike, yang berarti
“relating to learning“. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti
pengetahuan atau ilmu. Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan
sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar
(berpikir).1
Matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar. Matematika
dapat digunakan untuk membuat keputusan apakah suatu ide itu benar atau salah
atau paling tidak ada kemungkinan benar. Matematika adalah suatu eksplorasi dan
penemuan, di situlah setiap hari ide-ide baru ditemukan. “Matematika adalah
metode berpikir yang digunakan untuk memecahkan semua jenis permasalahan
yang terdapat di dalam sains, pemerintahan, dan industri”.2
James dan James (dalam Erman Suherman, 2001) dalam kamus
matematikanya mengatakan “matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
1 Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung :
JICA-UPI.2001), h. 18 2 Sukardjono, dkk, Hakikat dan Sejarah Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008), h. 1.3
9
10
bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan dengan yang
lainnya dengan jumlah yang banyak terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis, dan geometri”.3 Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa
dalam pembelajaran matematika antara satu topik matematika dengan topik
matematika yang lain saling berkaitan.
Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama, karena
itu, matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun
dalam menghadapai perkembangan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan
kepada setiap peserta didik sejak SD, bahkan sejak TK. “Matematika yang
diberikan di sekolah baik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) maupun
pada jenjang pendidikan menengah (SMU dan SMK), disebut dengan matematika
sekolah”.4
Menurut Ismail ”matematika sekolah berfungsi sebagai tempat untuk
meningkatkan ketajaman penalaran siswa yang dapat membantu memperjelas dan
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupann sehari-hari, serta untuk
meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan
simbol-simbol”.5 Sehingga dapat dikatakan bahwa matematika sekolah berfungsi
untuk meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan komunikasi terhadap
bilangan atau simbol yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai pengertian yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan
bahwa matematika merupakan suatu ilmu mengenai bilangan-bilangan yang
diperoleh dengan bernalar, terorganisasikan dengan baik, yang dapat diterapkan di
sekolah untuk mengembangkan cara berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama baik pada jenjang pendidikan dasar (SD
dan SMP) maupun pada jenjang pendidikan menengah (SMU dan SMK) dan
dapat digunakan sebagai pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3 Erman Suherman,dkk, Loc.Cit 4 Erman Suherman,dkk, Op.Cit., h. 55 5 Ismail.,dkk, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2002), h.1.15
11
b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
”Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.”6 Perubahan dan
kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam
belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia
dapat berkembang lebih jauh daripada makhluk-makhluk lainnya, sehingga ia
terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.
Beberapa pendapat yang mengemukakan tentang pengertian belajar. Ada
yang berpendapat bahwa “Belajar adalah penambahan pengetahuan.”7 “Belajar
adalah usaha aktif seseorang artinya tanpa adanya usaha aktif tidak akan terjadi
proses belajar pada diri seseorang”.8 James O. Whittaker berpendapat bahwa
“Belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan.”9 Sedangkan menurut
pandangan konstruktivisme “Belajar merupakan hasil konstruksi kognitif melalui
kegiatan seseorang. Pandangan ini memberi penekanan bahwa pengetahuan kita
adalah bentukan kita sendiri”.10
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Gagne’, seperti yang dikutip oleh Meriana (1999: 25) menyatakan untuk terjadinya belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu. Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan yang baru dan ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran. Sebagai hasil belajar (learning outcomes), Gagne’, seperti yang dikutip oleh Mariana
6 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 59 7 Udin S. Wiranataputra, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), h. 1.2 8 Soedijanto Padmowihardjo, Psikologi belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008), h. 1.18 9 Wasty soemarto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 104 10 Triyanto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi
pustaka, 2007), h. 28
12
(1999: 25) menyatakan dalam lima kelompok, yaitu intelektual skill, cognitive strategy, verbal information, motor skill, dan attitude.11
Berdasarkan perbedaan-perbedaan pendapat mengenai belajar, penulis
dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Segala aktivitas dan prestasi hidup
manusia tidak lain adalah hasil dari belajar hanya berbeda cara dan usaha
pencapaiannya.
Proses yang terjadi yang membuat seseorang melakukan proses belajar
disebut pembelajaran. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah
“proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar”.12
Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk
menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya kita menggunakan istilah
“proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Menurut Gagne, Bringgs, dan Wager
(1992), pembelajaran adalah “serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa”.13
Pembelajaran lebih mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh
langsung terhadap proses belajar siswa. Kalau kita menggunakan kata
“pengajaran”, kita membatasi diri hanya pada konteks tatap muka guru dan siswa
di dalam kelas. Sedangkan dalam istilah pembelajaran, interaksi siswa tidak
dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik. Siswa dapat belajar melalui bahan ajar
cetak, program radio, program televisi, atau media lainnya. Guru tetap memainkan
peranan penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajara. Dengan demikian
pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran.
a. Pengertian Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)
Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dikembangkan oleh Anne
Marie Palinscar dari Universitas Michigan dan Ane Crown dari Universitas
Illinois USA. Karekteristik dari pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
adalah:
A dialoge student and teacher, each taking a term in the role of dialogue leader :”reciprocal” interactions where me person acts in response to the other structured dialogue using four strategis: questioning, summarizing ,clarifying, predicting. Palinscar dan Brown.18
Bila diterjemahkan berarti bahwa karakteristik dari pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching) adalah:
1 Dialog antara siswa dan guru, dimana masing-masing mendapat
kesempatan dalam memimpin diskusi.
2 “Reciprocal” artinya suatu interaksi dimana seseorang bertindak untuk
merespon dalam memimpin diskusi.
3 Dialog yang terstruktur dengan menggunakan empat strategi yaitu
merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan) dan
memprediksi.
Masing-masing strategi tersebut dapat membantu siswa membangun
aktivitas dan pemikiran kreatif terhadap apa yang sedang dipelajarinya. Menurut
Resnick (dalam Hendriana,2002:25) “Pembelajaran terbalik adalah suatu kegiatan
belajar yang telah dilakukan oleh siswa meliputi membaca bahan ajar yang
disediakan, menyimpulkan, membuat pertanyaan, menjelaskan kembali dan
menyusun prediksi”.19 Khadijah (dalam Hendriana,2002:4) berpendapat bahwa
salah satu alternatif yang biasa digunakan “strategi yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan analisis terhadap konsep yang dibacanya
melakukan langkah-langkah berupa pemecahan masalah, menyusun pertanyaan
atau menjelaskan konsep yang dipelajarinya dan memprediksi adalah
pembelajaran terbalik”.20
Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) lebih menghendaki guru
menjadi model dan pembantu daripada penyaji proses pembelajaran. Maksudnya
adalah guru hanya sebagai fasilitator dan siswa yang lebih aktif dalam proses
pembelajaran di kelas. Menurut Ann Brown (1982) dan Annemarie palincsar
(1984) “guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting
dengan menciptakan pengalaman-pengalaman belajar, pada kesempatan itu
mereka memodelkan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa
mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut berkat upaya mereka sendiri
dengan pemberian semangat, dukungan, dan suatu sistem scaffolding”.21
Scaffolding adalah pemberian sejumlah besar bantuan seorang anak selama tahap-
tahap awal pembelajaran dan kemudian peserta didik tersebut mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya.
Pembelajaran terbalik adalah pendekatan konstrukivis yang berdasar pada
prinsip-prinsip pembuatan/pengajuan pertanyaan.22 Dengan Pembelajaran terbalik
guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dalam
menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan prilaku tertentu dan
kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha
mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan dan suatu sistem
scaffolding.
Menurut Palinscar (Daniels, 1995:75) pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching) adalah suatu model pembelajaran yang dirancang untuk menjadi peserta
didik dengan empat strategi kognitif yaitu:
a. Merangkum artinya mengidentifikasi dan memparafrasekan topik
utama dari suatu wacana. Bertujuan untuk menentukan intisari dari
teks bacaan, memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi dan
mengintegrasikan informasi yang paling penting dalam teks.
20 Ibid 21 Mohammad Nur, Strategi-Strategi Belajar, (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya,
2000), h. 48 22 Triyanto, Op.Cit., h. 96
17
b. Membuat pertanyaan mengenai informasi yang belum jelas yang
terdapat dalam wacana. Strategi bertanya digunakan untuk memonitor
dan mengevaluasi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan
bacaan, pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pada dirinya sendiri.
c. Menjelaskan artinya mengklarifikasi kata-kata kunci yang terdapat
dalam wacana. Pada tahap menjelaskan siswa dapat menjelaskan hasil
dari bacaan dan dapat menjadi guru dihadapan teman-temannya (guru
siswa).
d. Memprediksi artinya menyimpulkan apakah struktur dan inti dari
wacana yang tersedia dapat diperluas atau dipersempit. Pada tahap ini
pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah
diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang
diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam
mengimajinasikan kemungkinan yang akan diungkapkan dan diduga
berdasarkan atas informasi yang sudah dimilikinya. 23
Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) menuntut guru menjadi model
dan pembantu siswa. Guru mengajarkan keterampilan-keterampilan kognitif yang
penting pada peserta didik dengan cara menciptakan pengalaman-pengalaman
belajar. Guru menciptakan tingah laku tertentu kemudian membantu siswa untuk
membangun keterampilan-keterampilan itu sendiri dengan memberikan
rangsangan, dukungan dan system system yang mendukung.
Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) adalah teknik membaca yang
dikembangkan oleh Palincsar dan Brown (1984,1986). Adapun teknik tersebut
adalah:
Teknik ini meminta para siswa bekerja dalam kelompok untuk menggunakan beberapa strategi pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman bacaan. Siswa dibagi ke dalam empat kelompok. Seorang siswa kemudian bertindak sebagai pemimpin diskusi
23 Eti Sulandari, Sri Riyanti. Pengembangan Model Pembelajaran terbalik (Reciprocal
Teaching) pada Mata Kuliah Perancangan Bahan dan Tebal Perkerasan dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Belajar Mahasiswa Teknik Sipil di Fakultas Teknik, Universitas Tanjung Pura, h. 6
18
dan, setelah merangkum pokok-pokok dari teks, siswa membuat pertanyaan yang lain tentang teks yang diajarkan, dapat menjelaskan setiap kesulitan, dan membuat prediksi tentang apa yang mungkin terjadi di bagian berikutnya dari teks . Kemudian di lanjutkan membaca anggota kelompok siswa yang kedua bertindak sebagai pemimpin diskusi. Siswa melanjutkan dengan cara ini sampai mereka telah membaca keseluruhan teks. Maksudnya adalah bahwa melalui praktik terang-terangan dan membimbing strategi membaca ini, siswa akan menginternalisasi mereka dan mulai menggunakan secara independen untuk tugas membaca lain. 24 Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) adalah strategi belajar melalui
kegiatan mengajarkan teman. Pada strategi ini siswa berperan sebagai “guru”
menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Pembelajaran
terbalik terutama dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-
dialog belajar yang bersifat kerja sama untuk mengajarkan pemahaman-
pemahaman bacaan secara mandiri di kelas.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) yaitu pembelajaran yang mula-
mula guru memberi model-model pertanyaan, sedangkan siswa diminta oleh guru
untuk membaca teks bacaan materi, kemudian siswa segera ditetapkan seolah-olah
menjadi guru untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang lain.
Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) merupakan model pembelajaran yang
menekankan pada pemahaman mandiri siswa, sehingga dapat meningkatkan
penguasaan konsep matematika.
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)
Prosedur pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dilakukan dengan
“guru menugaskan siswa membaca bacaan dalam kelompok-kelompok kecil,
kemudian guru memodelkan empat keterampilan kognitif, merangkum,
mengajukan pertanyaan, menjelaskan, dan memprediksi.”25 Selanjutnya guru
menunjuk seorang siswa untuk menggantikan peranannya sebagai pemimpin
24 Anna Uhl Chamot, et.al, The Learning Strategies Handbook, (Newyork: Addison
Wesley Longman, Inc, 1996), h. 106 25 Triyanto, Op.Cit., h.97
19
diskusi dalam kelompok tersebut, dan guru bertindak sebagai fasilitator,
motivator, mediator, serta semangat bagi siswa.
Langkah-langkah pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) menurut
Palinscar dan Brown (1984) adalah sebagai berikut: 26
1 Pada tahap awal pembelajaran, guru bertanggung jawab memimpin
tanya jawab dan melaksanakan keempat strategi pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching) yaitu merangkum, menyusun pertanyaan,
menjelaskan kembali dan memprediksi.
2 Guru menerangkan bagaimana cara merangkum, menyusun
pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi setelah membaca
3 Selama membimbing siswa melakukan latihan mengunakan empat
strategi pembelajaran terbalik (reciprocal teaching), guru meminta
siswa dalam menyelesaikan apa yang diminta dari tugas yang
diberikan berdasarkan tugas kepada siswa.
4 Selanjutnya siswa belajar untuk memimpin tanya jawab dengan atau
tanpa adanya guru.
5 Guru bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan penilaian
berkenaan dengan penampilan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
tanya jawab ke tingkat yang lebih tinggi.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses aktif siswa yang sedang
belajar untuk membangun pengetahuannya sendiri dan guru hanya berperan
sebagai fasilitator untuk menyediakan suasana belajar yang mendukung proses
konstruksi pengetahuan siswa. Berdasarkan pandangan konstruktivisme untuk
lebih mengoptimalkan pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok. “Menurut Michael (Rahma, 2004:26) kelompok
belajar adalah merupakan cara yang memadai, mendukung konstruksi
pengetahuan individu dengan berbagai cara dari setiap anggota kelompok
tersebut”.27 Untuk mengelompokkan siswa kedalam beberapa kelompok dengan
Menanggapi. Aktivitas siswa dikelompokkan ke dalam kategori ini, jka siswa
dapat berpartisipasi aktif di dalam diskusi kelompok. Pada pembelajaran
terbalik pada saat guru siswa atau teman lain menjelaskan maka siswa lain
bisa menanggapi apa yang dijelaskan oleh guru siswa atau siswa lain.
c) Writing activities
Membuat catatan tertulis (membuat rangkuman). Aktivitas siswa
dikelompokkan ke dalam kategori ini, jika siswa mampu membuat rangkuman
dari lembar kerja siswa yang diberikan guru tentang materi ajar yang sedang
dipelajari dengan mencatat hal-hal yang penting dalam bahan diskusi. Pada
pembelajaran terbalik terdapat tahapan merangkum, oleh krena itu peneliti
mengamati rangkuman yang dibuat siswa.
d) Mental activities.
Memecahkan masalah. Aktivitas siswa masuk pada kategori ini, jika mereka
secara nyata terlibat dalam menulis penyelesaian suatu masalah yang mereka
pecahkan sendiri, itu berarti siswa telah dapat melakukan aktivitas oral yang
kemudian secara langsung akan diamati peneliti. Pembelajaran terbalik
menuntut siswa dapat memecahkan masalah yang terdapat dalam bahan
diskusi atau dari pertanyaan teman yang lain.
Memprediksi. Aktivitas siswa dikelompokkan ke dalam kategori ini, jika siswa
berusaha mengungkapkan ide atau jawabannya dari soal memprediksi yang
telah dibuat dalam bahan diskusi. Pambelajaran terbalik terdapat tahapan
32
dimana siswa harus memprediksi jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat
peneliti di dalam bahan diskusi.
e) Emotional activities.
Minat dan Antusias. Jika siswa ada kemauan dalam mengikuti pelajaran
matematika dan sangat bersemangat ketika sedang melaksanakan diskusi.
Senang. Aktivitas siswa dikelompokkan ke dalam kategori ini, jika siswa
dalam mengikuti pelajaran dapat memberikan respon yang baik atau
sebaliknya. Dengan adanya pembelajaran terbalik dapat mengetahui antusias
siswa dan rasa senang siswa terhadap pembelajaran matematika.
c. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran
Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu aspek yang penting
diperhatikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada proses pembelajaran.
Sehingga, suatu aktivitas memiliki nilai bagi pengajaran dikarenakan:38
1) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami
sendiri.
2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
secara integral.
3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.
4) Para siswa bekerja menuntut minat dan kemampuan sendiri.
5) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
6) Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antar
orang tua dan guru.
7) Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret.
8) Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan di masyarakat.
Nilai-nilai aktivitas tersebut di atas menegaskan kembali bahwa
pembelajaran tidak berpusat pada guru saja melainkan siswa dituntut aktif dalam
proses belajar dengan menggunakan seluruh alat inderanya. Dengan demikian,
38 Prof.Dr.Oemar Hamalik, Op.Cit., h. 175
33
pengajaran yang menjadikan aktivitas sebagai acuannya sapat berdampak positif
bagi hasil belajar siswa.
B. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
1. Nanang Priyatna, dalam penelitiannya yang berjudul “Pendekatan
pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) pada Pembelajaran
Matematika SD”, memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa SD dan dapat meningkatkan aktivitas siswa dan
juga membiasakan siswa untuk selalu berpikir cermat dan kritis.
2. Rani, Dwina, Amalia. “Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan
Menggunakan Model Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematika Siswa Smp (Studi Eksperimen Terhadap
Siswa Kelas Viii Smp Negeri 12 Bandung)”, memberi kesimpulan bahwa
model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat meningkatkan
berpikir kreatif matematika siswa SMP Negeri 12 Bandung dan dapat
meningkatkan kemandirian belajar siswa dan dapat memberikan respon
yang baik terhadap siswa.
4. Ramdani Miftah, dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)”,
memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran terbalik dapat meningkatkan
komunikasi matematika siswa dan dapat memberikan respon positif bagi
siswa.
C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan
Kegagalan/keberhasilan belajar sangat bergantung pada peserta didik
misalnya saja, bagaimana kemampuan dan kesiapan peserta didik untuk mengikuti
kegiatan belajar matematika, bagaimana sikap, minat dan aktivitas peserta didik
terhadap pelajaran matematika.
34
Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) adalah suatu prosedur
pengajaran atau pembelajaran yang dirancang untuk mengajar siswa strategi-
strategi kognitif serta untuk membantu mereka memahami bacaan dengan baik.
Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) mengacu kepada sekumpulan kondisi
belajar dimana siswa pertama-tama mengalami sekumpulan kegiatan kognitif
tertenti dan perlahan-lahan baru melakukan fungsi-fungsi itu sendiri.
Pembelajaran ini menuntut guru menjadi model dan pembantu siswa. Guru
mengajarkan keterampilan-keterampilan kognitif yang penting pada peserta didik
dengan cara menciptakan pengalaman-pengalaman belajar. Guru mencontohkan
tingkah laku tertentu kemudian membantu siswa untuk membangun keterampilan-
keterampilan diri sendiri dengan memberikan rangsangan, dukungan dan sistem-
sistem yang mendukung.
Keterampilan-keterampilan kognitif siswa perlu dilatih dan dikembangkan.
Pembelajaran terbalik merupakan salah satu cara yang dapat menjadikan siswa
lebih aktif dengan mengukur beberapa indikator-indikator dari aktivitas sehingga
dapat diduga dengan menerapkan pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
selain dapat meningkatkan hasil belajar juga dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori yang telah diuraikan maka peneliti mengajukan
hipotesis tindakan sebagai berikut: Diduga penerapan model pembelajaran
terbalik (reciprocal teaching) pada pelajaran matematika dapat meningkatkan
aktivitas belajar matematika siswa.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran
2009/2010, yaitu pada bulan Februari – Mei 2010 di MTs Daarul Hikmah
Pamulang yang beralamat di Jl. Surya Kencana pamulang timur , dengan
perincian sebagai berikut:
Tabel 1
Jadwal Penelitian
No Kegiatan Februari Maret April Mei 1 Persiapan dan perencanaan √ 2 Observasi (Studi lapangan) √ 3 Pelaksanaan Pembelajaran √ √ 4 Analisis Data √ 5 Laporan penelitian √
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. yaitu
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan
tersebut dilakukan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh
siswa.1
Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki
dan meningkatkan professionalisme pendidik dalam menangani proses
pembelajaran. Dengan memahami dan mencoba melaksanakan penelitian tindakan
kelas, diharapkan kemampuan pendidik dan proses pembelajaran semakin
meningkat kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas pendidikan.
1 Suharsimi Arikunto, Peneltian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007) Cet
ke-4, h.3
35
36
Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra
penelitian) dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud
siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula,2
dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah
instrument pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tin dakan
berlangsung. Dalam tahap ini peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian bekerja sama
dengan kolaborator (guru kelas) membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam proses pembelajaran di kelas.
Pada tahap ini juga peneliti membuat instrumen penelitian yang terdiri dari
lembar observasi, jurnal harian, lembar wawancara dan soal tes untuk akhir
silkus.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini, adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan tindakan kelas.
c. Pengamatan (Observing)
Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan
pada siklus berikutnya. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati,
menggali, dan mendokumentasikan semua gejala indikator yang terjadi selama
proses penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan
dengan dibantu oleh guru kelas yang bertugas sebagai observer dan
kolaborator. Sebagai observer yaitu mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dan memberi penilaian terhadap peneliti dalam menerapkan
model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching).
2 Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 20
37
d. Refleksi (Reflecting)
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis
bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang
telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya
perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperbaiki
kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan diterapkan pada penelitian
berikutnya.
Secara lebih rinci prosedur pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan
dengan alur sebagai berikut.
Bagan 1.
Alur Prosedur Pelaksanaan PTK
Perencanaan
Permasalahan Alternatif pemecahan (Rencana Tindakan)
Pelaksanaan Tindakan
Refleksi
Pengamatan dan pengumpulan data
Perencanaan II
Anaslisis Data Observasi
Selesai ? Siklus I
Masalah belum selesai
Alternatif pemecahan (Rencana Tindakan)
Pelaksanaan Tindakan
Refleksi Anaslisis Data Observasi
Selesai ? Siklus II
Masalah belum selesai Siklus selanjutnya
38
Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan
dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah
menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian
dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian
dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.
C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil penelitian yang diharapkan adalah dengan indikator keberhasilan
sebagai berikut:
1. Hasil pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika
siswa menunjukkan peningkatan aktivitas belajar matematika siswa. Hal
ini dapat dilihat berdasarkan hasil persentase seluruh indikator aktivitas
mencapai rata-rata 70%.
2. Rata-rata persentase respon positif siswa dapat mencapai minimal 70%.
3. Rata-rata tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa pada setiap akhir
siklus harus mencapai lebih dari atau sama dengan 70 dan tidak ada siswa
yang mendapat nilai kurang dari 60.
D. Subjek /Partisipan yang terlibat dalam Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-D MTs Daarul
Hikmah Pamulang yang berjumlah. satu orang observer terlibat dalam penelitian
ini yaitu guru matematika kelas VII-D sebagai pengamat jalannya penelitian.
Pada saat pelaksanaan tindakan guru matematika kelas membantu peneliti
mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu guru matematika
juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan
tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualits pengajaran yang
dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk mendapatkan
informasi dalam rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan berikutnya.
39
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian.
Peneliti bekerja sama dengan guru matematika kelas sebagai kolaborator dan
observer. Sebagai kolaborator yaitu bekerja dalam hal membuat rancangan
pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus
selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam
mengajar dengan menerapkan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
dan mengamati aktivitas belajar matematika siswa selama proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerja sama antara guru
matematika kelas dan peneliti menjadi hal yang sangat penting dan memiliki
kedudukan yang setara, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan
tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai
tujuan.3
F. Tahapan Interversi Tindakan
Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya prapenelitian atau
penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan yang berupa siklus,
terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi,
serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada tindakan I,
penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang diperoleh
memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada tindakan III, dan
seterusnya. Bagan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kegiatan Pendahuluan
1. Observasi proses pembelajaran di
kelas. 2. Observasi tingkat aktivitas belajar
siswa. 3. Wawancara dengan guru kelas. 4. Wawancara dengan siswa.
3 Suharsimi Arikunto, dkk, Op.Cit., h. 63
40
1. Tahap Perencanaan a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran
terbalik (reciprocal teaching) b. Membuat pedoman observasi c. Membuat pedoman wawancara d. Membuat jurnal harian e. Membuat soal tes Siklus I untuk siswa f. Mempersiapkan tolak ukur efektivitas Tindakan
SIKLUS I
2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan menerapkan pembelajaran terbalik (reciprocal teaching), kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes Siklus
3. Tahap Observasi
a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran terbalik (reciprocal teaching).
b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.
c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.
4. Tahap Refleksi
Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran silkus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.
Siklus II
41
Siklus II
1. Tahap Perencanaan a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran
terbalik (reciprocal teaching) berdasarkan hasil refleksi siklus 1 b. Menyiapkan pedoman observasi c. Menyiapkan pedoman wawancara d. Menyiapkan lembar jurnal harian siswa e. Membuat soal tes Siklus II untuk siswa
2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menerapkan pembelajaran terbalik (reciprocal teaching), kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes Siklus II.
3. Tahap Observasi a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran terbalik. b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran. c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.
4. Tahap Refleksi Mengevalusi proses pembelajaran Siklus II. Apabila indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.
Bagan 2
Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
42
Adapun uraian rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pra penelitian
a) Pengamatan keadaan kelas
Waktu pelaksanaan : 18, 19, 25 februari 2010
Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses
pembelajaran di kelas VII-D MTs Daarul Hikmah Pamulang. Kegiatan ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses
pembelajaran matematika dan aktivitas belajar matematika siswa.
b) Wawancara
Waktu pelaksanaan : 17 februari 2010
Wawancara dilaksanakan terhadap guru kelas untuk mengetahui minat
siswa terhadap pelajaran matematika, aktivitas belajar siswa, dan
permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika di kelas
tersebut.
c) Analisis dan refleksi
Waktu pelaksanaan : 30 februari 2010
Analisis dan refleksi dari kegiatan pra penelitian (pendahuluan) ini
dilakukan menganalisa data yang diperoleh pada pra penelitian dan
kemudian dilakukan refleksi untuk memperoleh cara yang tepat untuk
mengatasi permasalahan yang muncul sehinggga dapat diberikan tindakan
yang tepat pada tahap pelaksanaan pembelajaran nanti.
2. Siklus I
a) Tahap perencanaan
Waktu Pelaksanaan : 11,12,15 februari 2010
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dengan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
dan membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi
aktivitas belajar siswa, lembar jurnal harian siswa, pedoman wawancara
43
untuk guru, serta lembar pertanyaan untuk siswa, dan soal untuk tes pada
akhir siklus I ini.
b) Tahap pelaksanaan
Waktu pelaksanaan : 4,5,11,12,18 dan 19 maret 2010
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan
rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching) yang telah dibuat sebelumnya. Dalam tahap ini,
peneliti yang dalam hal ini sebagai pelaksana tindakan menyampaikan
materi kemudian memperagakan bagaimana menjadi guru siswa dengan
menerapkan 4 keterampilan kognitif, kemudian siswa dibuat menjadi
beberapa kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 4-5 orang. Guru
memberikan LKS kepada siswa yang di dalamnya berisi perintah
merangkum, membuat pertanyaan, menjelaskan dan memprediksi. Setelah
selesai di kerjakan salah satu kelompok diminta menjadi guru siswa di
depan kelas yang dipilih secara di kocok.
c) Tahap observasi
Waktu pelaksanaan : 4,5,18 maret 2010
Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan
tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dan aktivitas belajar siswa
selama proses pembelajaran berlangsung.
d) Tahap analisis dan refleksi
Waktu pelaksanaan : 3 april 2010
Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil
pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada
Siklus I, kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap
perencanaan Siklus II.
3. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Waktu Pelaksanaan : 5,6,10,11 april 2010
44
Pada tahap ini peneliti membuat skenario dan rencana pembelajaran yang
akan dilakukan pada siklus II. Pada kegiatan ini peneliti mempersiapkan
hal-hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus II sesuai
dengan hasil refleksi pada siklus I .
b. Tahap pelaksanaan
Waktu pelaksanaan : 15,16,22,23,dan 29 april 2010
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan
rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching) yang telah dibuat sebelumnya. Dalam tahap ini,
peneliti bermaksud meningktkan aktivitas yang kurang pada siklus 1,
kemudian siswa dibuat kembali menjadi beberapa kelompok kecil yang
masing-masing terdiri dari 4-5 orang. Guru memberikan bahan diskusi
kepada siswa yang di dalamnya berisi perintah merangkum, membuat
pertanyaan, menjelaskan dan memprediksi. Hanya saja aktivtas yang lebih
ditekankan berbeda sesuai dengan aktivitas yang kurang pada siklus 1.
Setelah selesai di kerjakan salah satu kelompok diminta kembali menjadi
guru siswa di depan kelas yang dipilih secara di kocok.
c. Tahap observasi
Waktu pelaksanaan : 15,22,23,29 april 2010
Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan
tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model reciprocal
teaching dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
d. Tahap analisis dan refleksi
Waktu pelaksanaan : 30 april dan 3,4 mei 2010
Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil
pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada
siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa
indikator keberhasilan tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila
indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke
siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.
45
G. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitataif dan data
kuantitatif.
1. Data kualitatif : hasil observasi proses pembelajaran, hasil observasi
aktivitas belajar matematika siswa, lembar jurnal harian siswa, hasil
wawancara terhadap guru dan siswa, dan hasil dokumentasi (berupa foto
dan video kegiatan pembelajaran).
2. Data kuantitatif : nilai hasil tes tiap siklus.
Sumber data : sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan
peneliti.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi aktivitas belajar matematika siswa; diperoleh dari lembar
observasi aktivitas yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.
2. Jurnal harian siswa; digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran terbalik.
3. Nilai hasil belajar diperoleh dari tes akhir siswa yang dilakukan pada
setiap akhir siklus.
4. Wawancara; peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan siswa
pada tahap pra penelitian dan pada akhir siklus.
5. Dokumentasi; dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang
diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari setiap siklus.
Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru kolaborator
melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang
perkembangan aktivitas belajar matematika siswa, tentang kelebihan dan
kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.
46
I. Instrumen – instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
terdiri atas dua jenis yaitu:
1. Instrumen Tes
Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada
setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir
pembelajaran, tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil
belajar matematika siswa dan ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh
materi yang telah diberikan pada kedua siklus sebagai implikasi dari PTK.
2. Instrumen Non Tes
Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut:
a. Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa
Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa digunakan untuk
mengetahui tingkat aktivitas belajar matematika siswa. Lembar
observasi ini juga digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap
siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya.
b. Lembar observasi kelompok siswa
Lembar observasi kelompok siswa digunakan untuk mengetahui
bagaimana peningkatan kelompok siswa selama pembelajaran dengan
diterapkannya model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching).
c. Lembar jurnal harian siswa
Lembar jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa
dengan diterapkannya model pembelajaran terbalik.
d. Lembar wawancara
Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui
gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-
masalah yang dihadapi di kelas.
47
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) study
Untuk memperoleh data yang valid digunakan teknik triangulasi yaitu :
1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang
berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang
aktivitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa, wawancara siswa,
dan memeriksa hasil kerja siswa dalam mengerjakan soal.
2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk informasi tentang hal yang
sama. Untuk memperoleh informasi tentang pemahaman siswa dilakukan
dengan memeriksa hasil pekerjaan siswa dan mengandakan wawancara
dengan guru.
3. Memeriksa kembali data-data yang terkumpul, baik tentang kejanggalan-
kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.
4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
Berdasarkan hasil triangulasi diperoleh kesimpulan bahwa pada saat
siswa diwawancara dengan pertanyaan apakah siswa merangkum rata-rata siswa
menjawab dapat menjelaskan teman-temannya baik pada saat menjadi guru siswa
ataupun pada saat menjelaskan kelompok yang bertanya. Berdasarkan pengamatan
observasi selama pembelajaran terbukti bahwa siswa dapat menjelaskan dengan
baik selama siswa menjadi guru siswa walaupun masih terlihat malu-malu dan
dari data hasil diskusi yang dibagikan rata-rata siswa dapat menjelaskan latihan
soal secara tertulis. Kesimpulan diperoleh bahwa teknik triangulasi menunjukkan
keseragaman bahwa baik melalui wawancara, melalui observasi dan melalui soal
dapat terbukti bahwa rata-rata siswa dapat menjelaskan hasil pekerjaannya.
Agar dapat diperoleh data yang valid sebelum digunakan dalam
penelitian, instrumen tes hasil belajar terlebih dahulu diujicobakan untuk
mengetahui validitas, reliabilitas Validitas adalah salah satu ciri yang menandai
tes hasil belajar yang baik. Sebuah item tes dikatakan valid apabila mempunyai
dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total
menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa sebuah
item memiliki validitas yang tinggi jika pada skor item mempunyai kesejajaran
48
dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi, sehingga untuk
mengetahui validitas item digunkan rumus korelasi. Dalam menghitung validitas
instrumen tes hasil belajar peneliti menggunkana rumus korelasi point biserial:4
qp
SMM
t
tpbis
−=γ
Keterangan:
bisγ = Koefisien korelasi biserial
Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang
dicari validitasnya
Mt = Rerata skor total
St = Standar deviasi dari skor total
P = Proporsi siswa yang menjawab benar
q = Proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p)
Hasil validitas/hasil uji coba menyimpulkan siklus I yang terdiri dari 20
butir soal (lampiran 4) terdapat 15 butir soal yang valid (lampiran 14) dan 5 tidak
valid. Butir tidak valid adalah no 4, 7, 9, 13, dan 20. pada siklus II yang terdiri
dari 30 butir soal (lampiran 6) terdapat 25 butir soal yang valid (lampiran 18) dan
5 tidak valid. Butir tidak valid adalah no 4, 13, 24, 27, dan 28.
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan hasil tes. Suatu
tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut
dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk menghitung besarnya reliabilitas
instrumen hasil belajar peneliti menggunakan rumus Kuder Richardson (K-R. 20)
sebagai berikut:5
4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
h. 79 5 Suharsimi Arikunto , Op.Cit., h. 100
49
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡ −⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
−= ∑
2
2
11 1 t
t
S
pqSk
kr
Keterangan:
11r = Reliabilitas tes secara keseluruhan
k = Banyaknya item
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p)
∑ pq = Jumlah perkalian antara p dan q
2tS = Varians tes
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien reliabilitas siklus I
adalah 0,37 (lampiran 13) dan nilai koefisien reliabilitas siklus II adalah 0,84
(lampiran 17).
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis
Sebelum melakukan analisis data, peneliti memeriksa kembali
kelengkapan data dari berbagai sumber. Kemudian analisis data dilakukan pada
semua data yang sudah terkumpul, yaitu berupa hasil wawancara, hasil observasi,
hasil jurnal harian siswaa, hasil tes siswa dan catatan komentar observer pada
lembar observasi. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
Menganalisis hasil observasi proses pembelajaran yaitu hasil observasi
terhadap tindakan pembelajaran peneliti dan hasil observasi terhadap proses
aktivitas belajar siswa. Setiap kategori pengamatan diinterpretasikan dengan
sangat baik (5), baik (4), sedang (3), kurang (2), buruk (1). Menganalisis jurnal
harian dengan mengelompokkan respon siswa ke dalam kelompok berkomentar
positif, negatif, netral dan tidak berkomentar kemudian dihitung persentasenya.
Apabila persentase respon positif mencapai minimal 70% maka penelitian
dihentikan.
Tahap analisis data dimulai dengan menyajikan keseluruhan data yang
diperoleh dari berbagai sumber, membaca data, kemudian mengadakan
50
rekapitulasi data dan menyimpulkannya. Data yang diperoleh berupa kalimat-
kalimat dan skala penilaian aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang
bermakna.
L. Tindak Lanjut atau Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang
diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan aktivitas
siswa dalam pembelajaran matematika maka akan ditindak lanjuti untuk
melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Siklus
ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanakan tindakan, observasi, serta
analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila
indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan
siklus II.
Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini
telah berhasil menguji penerapan model pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching) dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
Kegiatan penelitian yang penulis akan lakukan memerlukan perencanaan
dan persiapan yang cukup panjang, adapun perencanaan tindakannya adalah
peneliti mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi aktivitas
kelompok, observasi aktivitas belajar matematika siswa, lembar jurnal harian
siswa, soal-soal yang dipergunakan untuk latihan dan soal-soal tes formatif untuk
menilai hasil belajar matematika siswa. Peneliti juga dapat menggunakan lembar
kerja siswa yang dibuat oleh peneliti sendiri atau yang dianjurkan oleh sekolah.
Dalam melakukan penelitian, guru bidang studi dapat berkolaborasi
dengan observer yang dalam hal ini adalah teman seprofesi untuk membantu
kelancaran penelitian dan dapat juga sebagai kolaborator untuk berdiskusi
membicarakan kegiatan pada siklus selanjutnya.
51
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN TEMUAN
PENELITIAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dimulai dengan melakukan penelitian
pendahuluan yang dilakukan dengan observasi pembelajaran serta wawancara
terhadap guru dan siswa. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15,17,18,19,25
ferbruari dan 2, 3 maret di MTs Daarul Hikmah Pamulang.
Pada tanggal 15 februari 2010 peneliti menemui kepala sekolah untuk
menjelaskan tujuan kedatangan peneliti ke MTs Daarul Hikmah Pamulang dan
untuk menanyakan apakah pada mata pelajaran matematika di MTs Daarul
Hikmah sudah atau pernah menerapkan model pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching). Sebelumnya kepala sekolah menanyakan apa itu model pembelajaran
terbalik (reciprocal teaching) dan bagaimana cara penerapannya? Kemudian
peneliti menjelaskan pengertian dari pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
dan menjelaskan langkah-langkah pembelajarannya.. Berdasarkan penjelasan dari
kepala sekolah, diperoleh informasi bahwa model pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching) belum pernah diterapkan di MTs Daarul Hikmah karena
biasanya guru matematika menerapkan pembelajaran konvensional dan belum
pernah menerapkan pembelajaran berkelompok seperti pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching).
Setelah peneliti mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut, kepala sekolah menentukan kelas yang dapat dijadikan objek penelitian
yaitu kelas VII-D. Model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) ini sangat
tepat untuk diterapkan di kelas VII-D karena berdasarkan pengamatan bidang
kurikulum kelas ini termasuk kategori kelas yang prestasi belajarnya sedang,
bukan yang terbaik ataupun terburuk diantara 7 kelas lainnya. Kepala sekolah
meminta peneliti menemui guru bidang studi matematika yang mengajar di kelas
VII-D tersebut.
51
52
Pada tanggal 17 februari 2010 peneliti menemui guru bidang studi
matematika kelas VII-D untuk melakukan wawancara. Wawancara ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar matematika siswa, tanggapan guru
tentang model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dan permasalahan yang
dihadapi guru dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut. Berdasarkan
wawancara dengan guru diperoleh informasi sebagai berikut:
1. Tingkat kemampuan siswa pada mata pelajaran matematika kelas
VII.D rata-rata sama, hal itu disebabkan karena siswa kurang
memahami pelajaran matematika.
2. Metode yang sering digunakan guru adalah konvensional, ceramah,
tanya jawab, penugasan dan belum pernah menerapkan pembelajaran
berkelompok.
3. Umumnya siswa memperhatikan penjelasan guru, tetapi terkadang
masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru,
tergantung kondisi guru tersebut.
4. Siswa tidak berdiskusi dahulu dengan temannya tetapi siswa langsung
bertanya kepada guru itupun masih malu-malu.
5. Siswa hanya akan menjawab atau mengajukan pendapatnya tentang
materi yang disampaikan guru jika ada pertanyaan dari guru saja. Jika
tidak ada pertanyaan, maka tidak ada yang berinisiatif mengajukan
pendapatnya.
6. Beberapa siswa masih takut bertanya kepada guru, jika tidak diberi
motivasi maka tidak ada siswa yang bertanya kebanyakan dari mereka
hanya diam saja. Apabila ada siswa yang bertanya kebanyakan siswa
yang lain tidak menanggapi dan tidak mendengarkan
7. Respon siswa dalam proses pembelajaran biasa-biasa saja tidak ada
yang aktif mengemukakan pendapat, malah kebanyakan siswa acuh tak
acuh terhadap pelajaran matematika.
8. Seluruh siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru. Namun
ada beberapa siswa yang tidak semangat dalam mengerjakan tugas
sehingga lamban.
53
9. Guru selalu memberi catatan tertulis kepada siswa dan jarang
menyuruh siswa untuk membuat sendiri catatan dengan bahasa mereka
sendiri.
10. Siswa yang terlihat mampu mengingat materi sebelumnya biasanya
hanya siswa yang pintar saja. Kalau siswa yang agak kurang
kemampuan mengingatnya, jangankan materi pada pertemuan
sebelumnya, materi yang baru saja diajarkan pun terkadang sudah
tidak ingat.
11. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika berbeda-beda.
Siswa yang pintar dapat menyelesaikan soal dengan baik dan benar,
siswa yang sedang terbilang cukup baik karena kurang teliti, sementara
siswa yang kurang biasanya mendapat nilai di bawah KKM.
12. Ekspresi siswa berbeda-beda saat belajar matematika, ada yang terlihat
kurang bersemangat, ada juga yang terlihat santai
13. Kendala yang dialami guru saat mengajar adalah jika menjelaskan
rumus matematika yang sulit bagi siswa, walaupun berkali-kali
dijelaskan tetap saja siswa belum mengerti. Kendala lain adalah ketika
menghadapi siswa yang sulit diatur dan siswa yang sering tidak masuk
sekolah, karena siswa yang sering mengikuti pelajaran matematika saja
belum tentu mengerti apalagi siswa yang jarang hadir di kelas.
Fasilitas, media pembelajaran yang ada di MTs Daarul Hikmah
Pamulang sangat terbatas. Jam belajar matematika masih kurang
banyak.
Pada tanggal 18, 19, 25 februari 2010 peneliti melakukan observasi
pembelajaran matematika di kelas VII-D. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika di kelas tersebut
dan aktivitas belajar matematika siswa. Adapun hasil observasi pembelajaran di
kelas adalah sebagai berikut:
54
a) Metode yang digunakan guru adalah ekspositori, ceramah, simulasi
dan penugasan. Guru menjelaskan materi, memberika sedikit simulasi
dan waktu lebih banyak dipergunakan untuk pemberian tugas (soal
latihan).
b) Selama proses pembelajaran matematika, siswa terlihat kurang
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, kebanyakan siswa
malah mengobrol dengan teman sebangku atau teman belakang tempat
duduknya.
c) Siswa masih merasa takut untuk bertanya dan mengajukan pendapat
tentang materi pelajaran yang tidak dipahami atau belum dipahami
dan banyak yang hanya diam saja.
d) Kemampuan dalam menjawab pertanyaan guru yang berkaitan dengan
materi bagi beberapa siswa sudah cukup baik.
e) Pada saat guru meminta siswa bertanya siswa malah diam saja dan
terlihat menunduk karena takut dan tegang.
f) 40% siswa mencatat materi yang disampaikan guru tetapi 60% catatan
mereka tida lengkap.
g) Kemampuan siswa dalam mengingat materi yang telah dipelajari
sebelumnya dianggap kurang, karena tidak merata ke semua siswa.
h) Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika masih
dibawah rata-rata itu terjadi karena banyak siswa yang tidak mengerti
cara mengerjakannya.
i) Setiap pertemuan selama pembelajaran berlangsung, beberapa siswa
izin untuk keluar kelas secara bergantian. Hal ini dapat berdampak
kurang baik bagi siswa tersebut karena tidak mendengarkan penjelasan
guru secara keseluruhan.
j) Siswa yang duduk di barisan depan terlihat antusias, sementara
ekspresi sebagian besar siswa terlihat biasa saja.
k) Hasil persentase aktivitas belajar siswa, rata-ratannya hanya mencapai
47,5% (lampiran 24).
55
Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan tugas pada penelitian
pendahuluan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 1
Aktivitas Mengerjakan Tugas pada Penelitian Pendahuluan
Pada tanggal 02 dan 03 maret 2010 peneliti melakukan wawancara dengan
6 orang siswa kelas VII-D. Keenam siswa ini terdiri dari 2 orang siswa yang aktif,
2 orang siswa yang cukup aktif, dan 2 orang siswa yang pasif. Ketentuan ini
berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap aktivitas belajar
siswa pada pelajaran matematika sebelumnya. Wawancara ini bertujuan untuk
mengetahui respon dan minat siswa terhadap pelajaran matematika serta aktivitas
belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi
sebagai berikut:
1. Sebagian siswa memperhatikan materi yang guru sampaikan,
sementara sebagian lagi tidak memperhatikan jika materi yang guru
sampaikan sulit.
2. Guru matematika tidak pernah menerapkan pembelajaran
berkelompok yang sering dilakukan menerangkan materi.
3. Sebagian siswa tidak pernah berdiskusi dengan siswa lainnya, ada
siswa yang lebih memilih untuk bertanya langsung ke guru daripada
bertanya ke temannya.
4. Siswa tidak pernah mengajukan pendapatnya tentang materi yang
disampaikan guru.
56
5. Sebagian siswa terkadang bertanya kepada guru jika ada materi yang
kurang dimengerti. Ada siswa yang lebih sering bertanya ke
temannya daripada ke guru.
6. Jika ada teman yang bertanya siswa menjawab jarang memperhatikan
karena bertanyanya di tempat guru jadi tidak kedengaran.
7. Beberapa siswa menjawab tidak pernah menjawab pertanyaan guru
karena takut jawaban yang diberikan salah.
8. Sebagian siswa tidak tahu bagaimana cara mereka mengingat materi
yang telah dipelajari sebelumnya misalnya dengan mencatat, sebagian
lagi mengingatnya dengan belajar di rumah.
9. Hampir semua siswa cukup mampu mengerjakan soal-soal
matematika, namun tergantung tipe soalnya. Soal yang sulit biasanya
tidak bisa mereka selesaikan.
10. Siswa tidak pernah menentukan atau mendapatkan rumus matematika
dengan cara mereka sendiri.
11. Rata-rata siswa senang belajar matematika jika materi yang dipelajari
mudah bagi mereka.
Hasil observasi pembelajaran matematika di kelas dan wawancara tersebut
digunakan sebagai bahan untuk merencanakan tindakan pada siklus I nanti.
2. Tindakan Pembelajaran Siklus I
Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang sangat
penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran ini akan
dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran selanjutnya.
Pada pembelajaran siklus I sub pokok bahasan yang disampaikan yaitu mengenai
pengertian dan jenis-jenis segitiga, sifat-sifat segitiga istimewa, jumlah sudut
segitiga 1800, hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga, dan menjelaskan
hubungan sisi dan sudut pada segitiga.
a) Tahap perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah peneliti telah
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti juga
57
membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi aktivitas belajar
siswa, lembar observasi kelompok siswa, jurnal harian siswa, alat dokumentasi,
pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta membuat bahan diskusi untuk
tiap pertemuan dan soal tes untuk akhir siklus I ini. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dibuat dan didiskusikan bersama guru kolaborator agar rencana
pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan di MTs Daarul
Hikmah Pamulang (terlampir).
Bahan diskusi dibuat sendiri oleh peneliti sebagai alat bantu proses
pembelajaran yang didalamnya memuat empat strategi dalam pembelajaran
terbalik (reciprocal teaching) yaitu kegiatan merangkum, membuat pertanyaan,
menjelaskan dan memprediksi (terlampir). Lembar soal tes siklus I dibuat untuk
mengetahui perkembangan kemampuan mengerjakan soal matematika. Lembar
observasi digunakan untuk mencatat aspek-aspek aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung yang menggunakan model pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching). Jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon
siswa terhadap proses pembelajaran matematika yang dilakukan pada setiap
pertemuan pembelajaran.
Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran terbalil (reciprocal teaching) ini dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, target yang ingin dicapai pada
siklus 1 ini yaitu siswa mengalami peningkatan aktivitas belajar, dan siswa
memiliki respon yang positif terhadap proses pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching).
b) Tahap Pelaksanaan
Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam enam pertemuan
dengan alokasi waktu (2x40 menit) tiap pertemuannya. Rencana Pelaksanaan
siklus I dapat dilihat pada lampiran 1.
1) Pertemuan pertama (Kamis, 04 Maret 2010)
Pertemuan pertama berlangsung selama 2x40 menit (2 jam pelajaran) yang
dimulai dari pukul 14.30 sampai dengan 15.50 WIB, pokok bahasan yang dibahas
58
adalah pengertian dan jenis-jenis segitiga. Kegiatan ini diawali dengan membuka
kegiatan pembelajaran dan apersepsi. Pada pertemuan pertama ini terdapat 2
orang siswa yang tidak hadir diantaranya 1 orang sakit dan 1 orang tanpa
keterangan. Guru mata pelajaran hadir sebagai observer untuk mengamati dan
memberikan penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung kemudian dicatat
pada lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi
perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan
pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai penerapan model pembelajaran
terbalik (reciprocal teaching), dan memperagakan bagaimana cara merangkum,
membuat pertanyaan, menjelaskan dan memprediksi. Dan menjelaskan bahwa
setiap pembelajaran menggunakan pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
dalam kelompok-kelompok belajar yang telah ditentukan sebelumnya. peneliti
memberi penjelasan bahwa setiap kelompoknya akan diberikan bahan diskusi
yang di dalamnya terdapat perintah pembelajaran terbalik (reciprocal teaching),
setelah siswa mengerjakan seluruh perintah dalam bahan diskusi kemudian salah
satu kelompok diminta untuk maju ke depan untuk menjadi guru siswa
menjelaskan hasil bahan diskusi kelompok tersebut dan kelompok lain ikut
menanggapi.
Pembagian kelompok sudah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya
yaitu pada saat peneliti melakukan pra penelitian, peneliti bersama guru
matematika kelas membagi kelompok menjadi 8 kelompok dari 40 siswa yaitu 20
perempuan dan 20 laki-laki, karena jumlah siswa genap maka peneliti bersama
guru matematika kelas tidak kesulitan dalam menentukan kelompok. Masing-
masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pada awalnya peneliti bersama
observer ingin menentukan setiap kelompoknya ada laki-laki dan ada perempuan
tetapi siswa banyak siswa yang menolak untuk disatukan antara laki-laki dan
perempuan. Oleh karena itu, setiap kelompoknya terdiri dari masing-masing
perempuan dan masing-masing laki-laki.
Sesuai perintah siswa sudah duduk bersama kelompok yang telah
ditentukan. Kemudian peneliti di bantu observer membgikan bahan diskusi (1)
59
kepada masing-masing kelompok siswa yang berisi materi pengertian dan jenis-
jenis segitiga. Peneliti meminta kepada setiap siswa untuk aktif dalam
mengerjakan tugas dalam bahan diskusi (1) tanpa harus mengandakan salah satu
siswa atau siswa yang pintar saja. selama siswa mengerjakan bahan diskusi (1),
peneliti bersama observer berkeliling memantau aktivitas siswa dari satu
kelompok ke kelompok lain untuk memberikan pengarahan jika ada kelompok
yang kurang mengerti dan pada saat itu pula peneliti bersama observer melakukan
observasi pembelajaran terhadap aktivitas belajar matematika siswa dengan
lembar yang sudah dipegang.
Pada saat mengerjakan sebagian besar siswa terihat kurang memperhatikan
apa yang diperintahkan peneliti, dan masih terlihat belum kompak dalam bekerja
sama. Suasana kelas menjadi ribut karena ada beberapa siswa yang membuat onar
di dalam kelas, tetapi observer berusaha menegur mereka dan menyuruh siswa
bekerja kembali. Pada saat diskusi kelompok terlihat siwa yang pintar masih
mendominasi kegiatan diskusi, siswa yang diam cenderung diam dan mencoba
bertanya kepada siswa yang pintar. Dan banyak sekali siswa yang aktif bertanya
kepada guru karena mereka memang belum begitu paham dengan tugas-tugas
mereka. setelah siswa menyelesaikan bahan diskusi (1) dalam waktu kurang lebih
40 menit. Kemudian peneliti memberika contoh bagaimana menjadi guru siswa di
depan kelas, peneliti mencontohkan menjadi guru siswa dengan menggunakan
hasil bahan diskusi (1) dari kelompok 2 karena menurut observer kelompok 2
terdapat 2 orang siswa yang pandai.
Berikut ini contoh yang dilakukan peneliti dari proses pembelajaran terbalik yang
dilakukan siswa pada pertemuan pertama beserta analisis deskripsinya.
(1). Merangkum
Dari berbagai hasil bahan diskusi siswa yang terdiri dari 38 siswa yang
mengikuti pembelajaran terbalik, masih banyak sekali siswa yang bingung
bagaimana cara merangkum yang benar dari materi pengertian dan jenis-jenis
segitiga. Berikut penjelasan hasil dari rangkuman bahan diskusi (1) kelompok 2 :
1. Pengertian segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan
mempunyai tiga buah titik sudut.
60
Alas segitiga merupakan salah satu sisi dari suatu segitiga, sedangkan
tingginya adalah garis yang tegak lurus dengan sisi alas dan melalui titik
sudut yang berhadapan dengan sisi alas.
2. Jenis-jenis segitiga
Jenis-jenis suatu segitiga dapat ditinjau berdasarkan
a) Panjang sisi-sisinya.
b) Besar sudut- sudutnya.
c) Panjang sisi dan besar sudutnya.
Rangkuman tersebut dibacakan oleh peneliti kepada seluruh siswa dan
menanyakan kepada seluruh siswa apakah dari rangkuman yang sudah dibacakan
peneliti dari hasil bahan diskusi (1) kelompok 2 ada yang belum jelas? Kemudian
semua siswa menjawab tidak ada. Selanjutnya peneliti memberikan penjelasan
bahwa untuk pertemuan berikutnya rangkuman siswa dibacakan seperti contoh
peragaan peneliti dengan maksud siswa dapat mengerti materi yang mereka
rangkum dan dapat menjelaskan kepada teman-temannya di depan kelas
(2). Menyusun pertanyaan
Peneiti memberikan contoh bagaimana cara menjelaskan menyusun
pertanyaan dari perintah bahan diskusi (1) tahap 2. Seperti menjadi guru siswa
peneliti bertanya kepada kelompok lain apa saja materi yang belum dipahami dari
pengertian dan jenis-jenis segitiga tersebut. Ketika peneliti bertanya kelompok
siswa merasa ketakutan tetapi, peneliti berusaha membuat kelas menjadi rileks.
Karena tidak ada kelompok siswa yang berani mengajukan pertanyaan hasil dari
bahan diskusi (1) mereka. Peneliti menunjuk kelompok 3 untuk membacakan
pertanyaan yang mereka ingin tanyakan. Adapun pertanyaan yang dibuat salah
satu siswa dari kelompok 3 adalah:
Apa yang di maksud segitiga sama sisi? Kalau dari kelompok 2 (contoh peneliti) bisa menjawab pertanyaan
tersebut maka yang menjawab pertanyaan adalah kelompok 2 (contoh peneliti),
tetapi kalau kelompok 2 (contoh peneliti) tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut
maka pertanyaan tersebut dapat dilempar dengan kelompok lain. Peneliti meminta
61
kelompok 4 untuk menjawab pertanyaan dari kelompok 3 karena peneliti
misalnya tidak bisa menjawab. Dan jawaban dari kelompok 3 adalah:
Segitiga sama sisi adalah segitiga yang memiliki tiga buah sisi yang sama
panjang dan tiga buah sudut yang sama besar
3. Menjelaskan jawaban dari soal yang ada pada bahan diskusi (1) tahap 3
Peneliti memberi contoh bagaimana cara menerangkan jawaban di depan
kelas dan siswa memperhatikan. Peneliti menjelaskan hasil jawaban dari
kelompok 2 dan jawabannya masih banyak yang salah. Kelompok 2 hanya bisa
menjawab 7 pertanyaan dari 12 pertanyaan dalam bahan diskusi (1). Dan untuk
pertemuan selanjutnya dilakukan seperti itu.
4. Memprediksi
Setelah siswa memahami pengertian dan jenis-jenis segitiga dan dapat
memecahkan soal-soal, siswa diminta untuk memprediksikan:
Tebaklah aku! Aku mempunyai 3 buah sisi. 2 sisiku sama panjang, salah satu
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar siswa pada
siklus I adalah sebagai berikut:
1) Visual activities
Visual activities terdiri atas akitivitas memperhatikan pada saat guru
menjelaskan materi dan pada saat diskusi Rata-rata persentase siswa yang
memperhatikan penjelasan guru atau teman pada saat diskusi sebanyak 60 %. Hal
ini menunjukkan bahwa siswa yang memperhatikan guru atau teman pada saat
diskusi berlangsung sudah cukup banyak, akan tetapi tidak semua siswa
memperhatikan penjelasan guru atau teman pada saat menjadi guru siswa dengan
73
sungguh-sungguh. Masih banyak siswa yang bercanda dengan teman
sebangkunya dan mengobrol dengan teman lainnya ketika temannya menjadi guru
siswa di depan kelas. Hal ini dapat dikatakan belum baik sehingga perlu adanya
perbaikan pada siklus II.
2) Oral activities
Oral activities terdiri atas memberi penjelasan pada saat diskusi
kelompok, mengajukan pertanyaan, dan menanggapi penjelasan guru atau teman
pada saat diskusi berlangsung. Rata-rata persentase aktivitas oral mencapai 56%.
Siswa pada aktivitas memberi penjelasan pada saat diskusi kelompok berlangsung
hanya sebanyak 56%. Persentase ini terbilang masih kurang, karena pada saat
siswa menjadi guru siswa masih terlihat kaku dan belum menguasai materi yang
akan dijelaskan guru siswa kepada kelompok lainnya. Rata-rata persentase siswa
mengajukan pertanyaan sebanyak 56%. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat
diskusi berlangsung masih terbilang kurang, karena masih banyak siswa yang
tidak berani bertanya kepada guru siswa pada saat diskusi berlangsung, walaupun
terkadang masih ada beberapa siswa yang berani bertanya dan menjawab
pertanyaan yang diajukan temannya. Rata-rata menanggapi penjelasan guru/teman
pada saat diskusi sebanyak 56%. Hal ini menunjukan bahwa pada saat memberi
penjelasan siswa masih kurang, karena kebanyakan guru siswa belum percaya diri
apa yang mereka jelaskan dan beum sepenuhnya memahami materi. Untuk itu
pada saat memberi penjelasan peneliti banyak memberi arahan dan masukan.
Berdasarkan penilaian observer siswa masih banyak yang takut pada saat
mengemukakan pendapatnya jadi masih banyak siswa yang hanya diam saja.
Untuk itu perlu diadakan perbaikan pada siklus dua dengan membuat suasana
belajar yang lebih menyenangkan dan peneliti memberikan motivasi yang lebih
baik lagi. Contohnya dengan menambahkan alat peraga.
3) Writing activities
Writing activities yang dinilai peneliti adalah membuat rangkuman
materi dari bahan diskusi yang diberikan kepada masing-masing kelompok. Rata-
rata membuat rangkuman sebanyak 64%. Dalam membuat rangkuman siswa
dinyatakan cukup baik karena siswa tidak hanya menulis apa yang ada dalam
74
bahan diskusi tetapi siswa melihat dari sumber lain misalnya buku cetak yang
diberikan dari sekolah. Rangkuman siswa sudah cukup rapih walaupun masih
banyak juga siswa yang hanya membuat rangkuman dari bahan diskusi saja tanpa
menambahkan dari sumber acaan lainnya.
4) Mental activities
Untuk mental activities yaitu aktivitas memecahkan soal dalam bahan
diskusi dan memprediksi, rata-rata persentase aktivitas mental mencapai 60%
dengan persentase aktivitas siswa memecahkan masalah masih kurang karena
hanya mencapai 52% saja, hal ini disebabkan soal yang ada di dalam bahan
diskusi terlalu banyak sehingga waktu yang memungkinkan siswa untuk
mengerjakan semua soal tidak cukup dan soal terbilang susah menurut siswa.
Untuk aktivitas memprediksi sudah cukup baik mencapai 68%, dalam bahan
diskusi soal memprediksi sudah dinilai cukup jelasoleh observer karena soalnya
mengarahkan siswa untuk berpikir kreatif dalam menjawab soal dan soal-soal
yang adapun menarik menurut observer.
5) Emotional activities
Rata-rata aktivitas emosional siswa mencapai 62% diantaranya minat
siswa dengan pembelajaran terbalik mencapai 60%, menurut observer siswa
terlihat antusias dan bersemangat pada saat mengerjakan tuga-tugas yang ada di
bahan diskusi karena menurut siswa pembelajaran yang diterapkan sangat
menarik, siswa dilatih untuk memahami materi sendiri dan belajar menjadi guru
siswa. Siswa cukup senang dengan diterapkannya model pembelajaran terbalik
dengan persentase yang diperoleh 64%. Walaupun masih banyak siswa yang
terlihat mengantuk dan bosan dengan diterapkannya pembelajaran terbalik karena
bingung mengerjakannya. Tetapi karena setiap kelompok terdapat siswa yang
pandai jadi siswa yang kurang pandai jadi bersemangat karena dibantu siswa yang
lebih pandai.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran
siklus I rata-rata aktivitas yang diperoleh sebesar 60,40%. Rata-rata aktivitas
siswa pada siklus I ini meningkat dibandingkan pada saat pra penelitian yang
hanya mencapai 47,5% tetapi rata-rata aktivitas siswa pada siklus I masih banyak
75
yang kurang yaitu dalam bekerja sama dengan anggota kelomponya masing-
masing, kualitas menjelaskan kembali hasil pengisian bahan diskusi, kualitas
memimpin diskusi, keaktifan bertanya dan menanggapi teman. Hal ini perlu
diperhatikan sebagai bahan perbaikan pada siklus II. Pembelajaran masih harus
dilanjutkan karena aktivitas belajar siswa belum mencapai 70%.
Lembar aktivitas kelompok siswa juga dinilai oleh observer untuk
mengetahui sejauh mana kekompakan dan keseriusan siswa dalam mengerjakan
tugas. Lembar ini terdiri dari 10 aspek yang diukur dengan skor penilaian 4 (baik
sekali), 3 (baik), 2 (cukup), dan 1 (kurang). Hasil pengamatan aktivitas kelompok
siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3
Hasil Observasi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I
Kelompok Jumlah Skor Persentase Keterangan
1 25 63% Tercapai
2 18 45% Tidak tercapai
3 21 53% Tidak tercapai
4 23 58% Tidak tercapai
5 25 63% Tercapai
6 26 65% Tercapai
7 20 50% Tidak tercapai
8 26 65% Tercapai
Rata-rata 23 57,75% Tidak tercapai
Keterangan:
1. Skor aktivitas kelompok siswa:
a. Skor maksimum = 40
b. Skor minimum = 10
c. Skor rata-rata = 25 atau 63%
2. Skor rata-rata 25 atau 63% dijadikan sebagai patokan ketercapaian.
76
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat aktivitas kelompok 2, 7 masih
cukup jauh dari atandar ketercapaian, hal ini dapat dilihat dari persentase yang
didapatkan kurang dari 63% yaitu 45% dan 50% sehingga hampir seluruh aspek
ini perlu ditingkatkan lagi. Kelompok 3 lebih baik dari kelompok 2, 7 karena
persentase yang diperoleh 53%, ada beberapa aspek yang perlu ditingkatkan lagi
seperti bekerja sama dalam kelompok, kualitas menjelaskan, kualitas memimpin
diskusi dan keaktifan bertanya.
Kelompok 4 sudah cukup baik dari kelompok 2,3,7, hal ini terlihat dari
persentase yang diperoleh oleh kelompok 4 yaitu 58%, namun ada beberapa hal
yang perlu ditingkatkan lagi seperti kualitas menjelaskan hasil bahan diskusi,
kualitas memimpin diskusi dan bekerjasama dalam kelompok. Perolehan
persentase terbesar didapatkan oleh kelompok 6 dan 8 sebesar 65%, siswa terihat
lebih siap mengikuti pelajaran dan aktivitas mengikuti metode pembelajaran.
Kualitas bertanya dan menjelaskan sudah cukup baik, namun masih ada perlu
peningkatan dalam hal ketertiban suasana kelompok diskusi dan kualias
memimpin diskusi.
Berdasarkan hasil observasi dari seluruh kelompok pada saat
pembelajaran siklus I didapatkan bahwa rata-rata aktivitas kelompok siswa masih
kurang dalam beerjasama dengan anggot kelompoknya masing-masing, kualitas
menjelaskan hasi pengerjaan bahan diskusi, kualitas memimpin diskusi, keaktifan
bertanya dan menjawab pertanyaan. Hal inilah yang perlu diperhatikan sebagai
bahan perbaikan pada siklus II. Pembelajaran harus dilanjutkan karena baru empat
kelompok yang dapat dikatakan baik aktivitasnya. Sedangkan kelompok lain
masih perlu ditingkatkan agar aktivitas kelompok pada siklus II lebih baik lagi.
Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa
untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching) pada siklus I ini. Berdasarkan hasil perhitungan, siswa yang memberi
respon positif 59,46%, siswa yang memberi respon negatif 29, 47%, siswa yang
bersikap netral 10%, dan siswa yang tidak berkomentar sebanyak 5,26%:
Rekapitulasi persentase respon siswa terhadap pembelajaran selama siklus I
dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
77
Tabel 4
Rekapitulasi Respon Siswa Selama Siklus I
Persentase pada Pertemuan Ke- No Kategori
1 (%) 2 (%) 3 (%) 4 (%) 5 (%)
Rata-rata
(%)
1 Positif 47,36 55 68,57 71,79 78,94 64,33
2 Netral 13,15 12,5 8,57 5,12 2,63 8,40
3 Negatif 34,21 32,5 22,85 23,07 18,42 26,21
4 Tidak
Berkomentar 5,26 5,26
Data Hasil jurnal harian siswa di atas jika diubah ke dalam diagram lingkaran
seprti pada Diagram 1 berikut:
64,33%8,40%
26,21%5,26%
1 Positif2 Netral3 Negatif4 Tidak Berkomentar
Diagram 1
Persentase Jurnal Harian Siswa pada Pembelajaran Siklus I Dilihat dari diagram 1 bahwa respon positif siswa terhadap
pembelajaran siklus I lebih besar dibandingkan dengan respon yang negatif, netral
maupun yang tidak berkomentar. Ini artinya bahwa sebagian besar siswa
menyatakan respon yang positif terhadap pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching). Pendapat-pendapat siswa tersebut baik yang positif, negatif, netral
maupun yang tidak berkomentar akan dijadikan bahan releksi untuk tindakan
pembelajaran selanjutnya.
78
Berdasarkan lembar observasi aktivitas yang diperoleh pada
pembelajaran siklus I aktivitas siwa memperoleh hasil yang cukup baik, hanya
saja kendalanya adalah kurangnya waktu untuk menyelesaikan bahan diskusi,
soal-soalnya masih terlalu sulit dan terlalu banyak dan belum terbiasanya siswa
mengerjakan secara berkelompok. Dan masih banyak juga siswa yang hanya
mengandalkan teman yang pintar saja.
Selama proses diskusi, peneliti mengamati aktivitas belajar di dalam
kelompok siswa sebagaimana pada gambar berikut:
Gambar 2
Guru Sedang Memberi Pengarahan
Gambar 2 menunjukkan guru sedang membimbing siswa dalam
kelompok belajarnya. Hal ini agar siswa lebih terarah dan lebih mengerti apa yang
harus mereka kerjakan dari penjelasan peneliti.
79
a
Gambar 3
Siswa yang Lebih Pintar (a) sedang Memberi Penjelasan kepada Siswa Lain
pada Saat Berdiskusi
Gambar 3 menunjukkan pada saat siswa berdiskusi terlihat serius dan
tampak pada gambar kalau siswa yang lebih pintar berusaha menjelaskan kepada
teman-teman yang lain dan teman yang lainpun terlihat serius memperhatikan
teman yang lebih pintar. Kelompok siswa berusaha memberikan yang terbaik dan
berusaha mengerti materi yang terdapat dalam bahan diskusi dan apabila mereka
tidak mengerti mereka akan menanyakan hal tersebut kepada peneliti. Kelompok
tersebut terlihat serius dalam mengerjakannya karena jika kelompok mereka yang
akan terpilih mereka sudah siap untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Pada awal-awal proses pembelajaran berlangsung, aktivitas siswa
dalam menerapkan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) masih
terlihat kaku karena sebelumnya belum perna siswa diajarkan secara berkelompok
apalagi manjadi guru siswa di depan kelas dan berusaha menjelakan kepada teman
yang lain. Pada gambar d bawah ini terlihat siswa ketika menjadi guru siswa di
depan kelas, siswa masih tampak malu-malu untuk tampil di depan kelas.
80
Gambar 4
Aktivitas Siswa pada Saat Menjadi Guru Siswa
Hasil belajar selama siklus I diperoleh dari nilai tes akhir siklus I pada
pertemuan keenam. Hasil tes akhir siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel 5
berikut:
Tabel 5 Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus I
Interval F f relatif f relatif kumulatif ≥
35-43 3 7,5% 100%
44-52 5 12,5% 92,5%
53-61 8 20% 80%
62-70 12 30% 60%
71-79 4 10% 30%
80-88 2 5% 20%
89-97 6 15% 15%
Keterangan:
Nilai tertinggi = 95 Jumlah siswa = 40
Nilai terendah = 35 Rata-rata = 66,87
81
Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus I ini
mencapai rata-rata 66,87. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada
siklus I ini cukup baik, namun masih ada 8 orang siswa yang mendapat nilai
dibawah KKM.
Gambar 5
Aktivitas Siswa Mengerjakan Tes Akhir Siklus I
Gambar 5 menunjukkan siswa sedang mengerjakan tes siklus I, suasana
cukup tenang dan penuh konsentrasi tidak ada lagi siswa yang berisik pada saat
mengerjakan soal siklus I. Soal siklus I terdiri dari 15 butir soal yang sudah di uji
validitas dan reliabelitasnya akan tetapi, tetap saja masih ada beberapa sswa yang
masih melihat pekerjaan teman sebangkunya atau bekerja sama dengan teman
teman sebangku.
d) Tahap refleksi
Berdasarkan hasil jurnal harian, lembar observasi aktivitas siswa dan
wawancara dengan guru terhadap hasil dari analisis dan seluruh pelaksanaan
pembelajaran siklus I, adapun hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut:
82
Tabel 6
Refleksi Kegiatan Tindakan Siklus I
Temuan No Aspek Peneliti Siswa Rencana Perbaikan
1 Penerapan Model Pembelajaran Terbalik
- Pengaturan waktu tidak sesuai apa yang direncanakan sebelumnya
- Soal tes yang diberikan peneliti masih terlalu banyak dan kategori soal masih terbilang sulit sehingga jarang sekali siswa yang mengerjakan tepat waktu
- Siswa masih sedikit kesulitan dalam menjalankan strategi pembelajaran terbalik
- Siswa masih sedikit bingung pada saat mengerjakan bahan diskusi
- Mengoptimalkan waktu untuk mengerjakan bahan diskusi dan ketika siswa menjadi guru siswa
- Mengurangi jumlah soal dalam bahan diskusi dan memberikan soal yang bervariatif mulai dari yang mudah dan tidak memberikan soal yang tingkatannya sangat sulit bagi siswa
- Peneliti memberikan waktu pada setiap tahapan-tahapan pembelajaran terbalik sehingga waktu yang digunakan bisa lebih optimal
2 Aktivitas
Siswa dalam Pembelajaran Terbalik
- Masih kesulitan dalam membimbing siswa karena siswa masih sering teriak-teriak jika memanggil guru
- Belum maksimal dalam mengkondisikan kelas
- Siswa masih belum kompak pada saat diskusi kelompok
- Suasana kelas menjadi sangat ribut
- Siswa masih kurang jelas memberi penjelasan pada saat menjadi guru siswa
- Keaktifan siswa dalam bertanya masih kurang
- Masih banyak yang salah pada saat
- menjelaskan soal-soal dalam bahan diskusi
- Aktivitas siswa ditngkatkan dengan cara memberi motivasi dan dorongan pada siswa untuk melakukan diskusi kelompok
- Memberikan suasana kelas lebih santai agar siswa tidak tegang dan takut
- Guru lebih tegas lagi dalam menghadapi siswa yang ribut
- Guru memberi motivasi agar kelompok yang mendapat giliran lebih berani dan lebih semangat lagi
83
3. Tindakan Pembelajaran Siklus II
a) Tahapan Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah menyiapkan
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), menyiapkan bahan diskusi,
menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa, jurnal harian siswa,
pedoman wawancara untuk guru dan siswa dan keperluan pembelajaran lainnya.
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses
pemelajaran harus lebih diarahkan. Peneliti harus mampu mengoptimalkan waktu
yang digunakan agar seluruh tahapan pembelajaran terbalik dapat selesai sesuai
waktu yang diinginkan seperti alokasi waktu untuk mengerjakan bahan diskusi
ditambah menjadi 40 menit dari sebelumnya 30 menit agar siswa dapat
menyelesaikannya secara maksimal. Peneliti memperbaiki soal-soal pada tahap
menjelaskan agar soal tidak terlalu banyak dan tidak terlalu susah. Peneliti harus
lebih tegas dalam mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan kepada siswa
secara detai dan dapat menjadikan suasana kelas menjadi santai, tidak tegang dan
tidak terburu-buru. Memberikan reward kepada kelompok siswa yang mampu
mempresentasikan bahan diskusi dengan baik dan siswa yang turut aktif dalam
proses diskusi agar siswa termotivasi baik keaktifannya maupun prestasinya.
Materi yang dibahas pada siklus II ini adalah menemukan rumus dan
menghitung keliling segitiga, menemukan rumus dan menghitung luas segitiga,
menjelaskan pengertian dan sifat-sifat persegi panjang, menemukan rumus dan
menghitung keliling dan luas persegi panjang. Target pada siklus II ini siswa
semakin baik dalam menggunakan model pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching) dan aktivitas siswa semakin meningkat melalui lembar observasi
dibandingkan dengan siklus I dimana rata-rata persentase aktivitas belajar siswa
harus mencapai 70%. Tes hasil belajar siswa semakin meningkat dengan target
pencapaian peneliti dimana rata-rata tes hasil belajar siswa mencapai nilai 70 dan
tidak ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu 55.
84
b) Tahap Pelaksanaan
Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan lima pertemuan dengan
alokasi waktu (2x40 menit) tiap pertemuannya. RPP siklus II dapat dilihat pada
lampiran.
1) Pertemuan ketujuh (Kamis, 15 April 2010)
Pertemuan 7 berlangsung 2x40 menit (2 jam pelajaran). Kegiatan
pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan apersepsi, pada
pertemuan kelima ini siswa hadir seluruhnya. Peneliti merivew soal tes yang
belum dimengerti siswa untuk mengingatkan siswa agar menjadi paham. Peneliti
mengkondisikan kelas dengan lebih tegas agar siswa lebih disiplin.
Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi siklus II dan
memberika penjelasan dan pengarahan agar proses pembelajaran lebih baik lagi
dan siswa semakin aktif dalam menerapkan model pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching) yaitu dalam merangkum, menyusun pertanyaan,
menjelaskan soal yang terdapat dalam bahan diskusi, dan memprediksi jawaban
dari soal yang telah disediakan. Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, siswa
langsung diperintahkan untuk duduk bersama kelompok sebelumnya.
Peneliti bersama observer membagikan bahan diskusi (6) yang berisi
materi “menemukan rumus dan menghitung keliling segitiga” kepada setiap
kelompok. Siswa sudah mulai terbiasa dengan tugas-tugas yang ada di dalam
bahan diskusi tanpa perintah peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok
sudah sibuk membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya. Aktivitas siswa
mulai terlihat membaik ketika mengerjakan bahan diskusi (6) walaupun siswa
pandai masih lebih mendominasi dalam kelompok tetapi siswa lain berusaha
untuk mengerti juga.
Peneliti bersama observer berkeliling seperti biasa memantau siswa dalam
mengerjakan bahan diskusi (6), pada proses pembelajaran terbalik di pertemuan 6
sudah terlihat mengalami banyak peningkatan, walaupun masih ada saja dalam
kelompok siswa yang hanya diam saja. Peneliti menegur siswa tersebut dengan
memberi pengertian kalau siswa yang tidk ikut mengerjakan akan dikeluarkan dari
kelas dan tidak mendapatkan nilai. bahan diskusi (6) dapat diselesaikan sesuai
85
waktu yang diinginkan walaupun masih ada 3 kelompok yang belum tuntas tetapi
peneliti harus menutup sesi mengerjakan bahan diskusi sesuai perjanjian.
Setelah selesai mengerjakan bahan diskusi (6), dengan cara acak memilih
siswa yang akan menjadi guru siswa dan terpilihlah kelompok 6 untuk
mempresentasikan hasil pengerjaannya di depan kelas. Kelompok sudah mulai
berani dan percaya diri untuk maju ke depan.
Berikut ini petikan dari proses pembelajaran terbalik yang dilakukan siswa pada
pertemuan keempat beserta analisis deskripsinya.
1 Merangkum
Dari 40 siswa yang mengikuti pembelajaran terbalik, sebagian besar siswa
membuat rangkuman dengan baik walaupun belum sepenuhnya sempurna. Dari
diskusi kelompok 6 selama mengerjakan rangkuman diperoleh kesimpulan
rangkuman siswa dalam kelompok 6 yang di jelaskan kepada kelompok lain
adalah sebagai berikut: Dengan menuliskan di papan tulis hasil kelompok (6)
Sebuah segitiga mempunyai tiga sisi dan tiga sudut. Sisi yang terletak di
bawah disebut alas. Sudut yang berhadapan dengan alas disebut sudut
puncak, dan titik sudut puncak disebut titik puncak. Jarak terdekat antara
titik puncak dengan alas disebut tinggi segitiga.
Keliling segitiga adalah jumlah panjang ketiga sisinya. ditulis:
Keliling (K) = a + b + c
Dan berusaha memberikan contoh kepada kelompok lain
Hitunglah keliling segitiga yang panjang sisi-sisinya 8 cm, 16 cm dan 12 cm.
Jawab:
K = 8 cm + 16 cm + 12 cm = 36 cm
Jadi, keliling segitiga tersebut adalah 36 cm.
Pada saat kelompok (6) menjelaskan hasil rangkumannya terdapat 2 orang
siswa yang mengajukan pendapatnya dengan membetulkan dari kesalahan kelompok
(6).
86
2 Menyusun pertanyaan
Pertanyaan kelompok 3:
- Bagaimana jika yang diketahui terlebih dahulu kelilingnya, apakah bisa di
cari sisi-sisi segitiganya?
Jawab: (kelompok 6)
Bisa saja tinggal mengurangkan keliling dengan sisi yang diketahui.
- Dalam mengerjakan soal kelilng segitiga apakah yang dimaksud dengan
variable?
Jawab: (kelompok 1 menanggapi)
Variable itu adalah pengganti angka yang belum diketahui, cara mencarinya
dengan membagi keliling dengan konstantanya.
3 Menjelaskan jawaban dari soal-soal bahan diskusi (6)
Dari 3 pertanyaan yang terdapat dalam bahan diskusi (6) hanya2
pertanyaan yang dapat diselesaikan kelompok 6. 1 pertanyaan dapat diselaikan
oleh kelompok 4 yang bisa menjawabnya.
4 Memprediksi
Gambar bintang di samping ini terbentuk dari
12 buah segitiga sama sisi dengan panjang
sisi = 6 cm. tentukan keliling gambar bintang
tersebut? Dapat dijawab hampir semua
kelompok dengan menjawabnya 6cm x 12 =
72 cm
Selanjutnya, peneliti bersama observer memberikan penilaian terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung, dan peneliti menyimpulkan apa yang sudah
di jelaskan oleh kelompok 6. peneliti mengharapkan untuk pertemuan selanjutnya
siswa lebih aktif lagi dalam menjawab maupun pada saat diskusi di depan kelas.
Dan terakhir guru memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.
87
2) Pertemuan kedelapan (Jum’at, 16 April 2010)
Pertemuan 8 berlangsung 2x40 menit (2 jam pelajaran). Kegiatan
pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan apersepsi, pada
pertemuan kedelapann ini terdapat 1 orang yang tidak hadir karena sakit. Kelas
sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk dengan masing-masing
kelompoknya, dan sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan kali
ini.
Peneliti bersama observer membagikan bahan diskusi (7) yang berisi
materi “menemukan rumus dan menghitung luas segitiga” kepada setiap
kelompok. Siswa sudah mulai terbiasa dengan tugas-tugas yang ada di dalam
bahan diskusi tanpa perintah peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok
sudah sibuk membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya. Aktivitas siswa
mulai terlihat membaik ketika mengerjakan bahan diskusi (7) walaupun siswa
pandai masih lebih mendominasi dalam kelompok tetapi siswa lain berusaha
untuk mengerti juga.
Peneliti bersama observer berkeliling seperti biasa memantau siswa dalam
mengerjakan bahan diskusi (7), pada proses pembelajaran terbalik di pertemuan 7
sudah terlihat mengalami banyak peningkatan, walaupun masih ada saja dalam
kelompok siswa yang hanya diam saja. Siswa sudah tidak begitu ribut dan peran
penelitipun suda mulai berkurang karena siswa sudah paham dengan sendirinya.
bahan diskusi (7) dapat diselesaikan sesuai waktu yang diinginkan walaupun
masih ada 2 kelompok yang belum tuntas tetapi peneliti harus menutup sesi
mengerjakan bahan diskusi sesuai perjanjian.
Setelah selesai mengerjakan bahan diskusi (7), dengan cara acak memilih
siswa yang akan menjadi guru siswa dan terpilihlah kelompok 3 untuk
mempresentasikan hasil pengerjaannya di depan kelas karena memang belum
terpilih. Kelompok sudah mulai berani dan percaya diri untuk maju ke depan.
Berikut ini petikan dari proses pembelajaran terbalik yang dilakukan siswa pada
pertemuan keempat beserta analisis deskripsinya.
88
1 Merangkum
Dari 39 siswa yang mengikuti pembelajaran terbalik, sebagian besar siswa
membuat rangkuman dengan baik walaupun belum sepenuhnya sempurna. Dari
diskusi kelompok 3 selama mengerjakan rangkuman diperoleh kesimpulan
rangkuman siswa dalam kelompok 3 yang di jelaskan kepada kelompok lain
adalah sebagai berikut: Dengan menuliskan di papan tulis hasil kelompok (3)
AB adalah alas segitiga, C adalah titik puncak, dan
CD adalah tinggi segitiga ABC.
Persegi panjang ABEF mempunyai panjang AB
atau EF sama dengan p, dan lebar AF atau BE
sama dengan l, maka luas persegi panjang ABEF =
p x l.
Luas ABEF = luas Δ ADC + luas Δ AFC + luas Δ BDC + luas Δ BEC.
Karena Δ ADC kongruen dengan Δ AFC dan Δ BDC kongruen dengan
BEC Δ
Luas ABEF = 2 x luas Δ ADC + 2 x luas Δ BDC
= 2 x (luas ADC + luas Δ Δ BDC)
= 2 x luas ABC Δ
maka luas ABC = Δ21 x luas persegi panjang ABEF =
21 x p x l.
Karena p = AB = alas segitiga ABC dan l = BE = CD = tinggi segitiga
ABC,
maka luas ABC =Δ21 x alas x tinggi atau ditulis:
Luas segitiga = 21 x alas x tinggi.
Kelompok 3 merangkum contoh beberapa contoh soal juga dan
menjelaskan dengan cara menuliskannya di papan tulis.
Pada saat kelompok 3 menjelaskan hasil rangkumannya terdapat 3 orang siswa
yang mengajukan pendapatnya dengan membetulkan dari kesalahan kelompok 3.
89
2 Menyusun pertanyaan
Pertanyaan kelompok 2:
- Bagaimana jika yang diketahui terlebih dahulu luasnya, apakah bisa di cari
tinggi segitiganya?
Jawab: (kelompok 3)
Bisa saja tinggal membagi luas dengan setengah alas yang diketahui.
- Bagaimana mencari tinggi segitiga, jika yang diketahui hanya sisi-sisinya
saja?
Jawab: (kelompok 8 menanggapi)
Dapat dicari dengan rumus pytagoras yaitu mencari akar dengan
mengurangkan sisi miring kuadrat dikurangi sisi siku kuadrat, maka akan
didapat tinggi segitiganya.
3 Menjelaskan jawaban dari soal-soal bahan diskusi (7)
Dari 3 pertanyaan yang terdapat dalam bahan diskusi (7) seluruh
pertanyaan dapat diselesaikan kelompok 3 dan kelompok 3 daat menjelaskan
dengan lancar kepada kelompok lain karena di kelompok 3 terdapat 2 anak yang
pintar.
4 Memprediksi
Dari gambar di atas, luas sebuah segitiga jika digabungkan dengan luas
segitiga yang satunya akan menghasilkan luas bangun datar apa?
Kelompok 3 dapat menjawabnya dengan benar: yaitu luas persegi dan luas
belah ketupat.
Selanjutnya, peneliti bersama observer memberikan penilaian terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung, dan peneliti menyimpulkan apa yang sudah
di jelaskan oleh kelompok 6. peneliti mengharapkan untuk pertemuan selanjutnya
siswa lebih aktif lagi dalam menjawab maupun pada saat diskusi di depan kelas.
Dan terakhir guru memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.
90
3) Pertemuan kesembilan (Kamis, 22 April 2010)
Pertemuan 9 berlangsung 2x40 menit (2 jam pelajaran). Kegiatan
pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan apersepsi, pada
pertemuan kesembilan ini terdapat 2 orang yang tidak hadir karena sakit. Kelas
sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk dengan masing-masing
kelompoknya, dan sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan kali
ini.
Peneliti bersama observer membagikan bahan diskusi (8) yang berisi
materi “menjelaskan pengertian dan sifat-sifat persegi panjang” kepada setiap
kelompok. Siswa sudah mulai terbiasa dengan tugas-tugas yang ada di dalam
bahan diskusi tanpa perintah peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok
sudah sibuk membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya. Aktivitas siswa
sudah membaik tidak ada lagi siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan
kelompoknya..
Peneliti bersama observer berkeliling seperti biasa memantau siswa dalam
mengerjakan bahan diskusi (8), pada proses pembelajaran terbalik di pertemuan 9
sudah terlihat mengalami banyak peningkatan. Siswa sudah tidak begitu ribut dan
peran penelitipun suda mulai berkurang karena siswa sudah paham dengan
sendirinya. bahan diskusi (8) dapat diselesaikan sesuai waktu yang diinginkan
semua kelompok dapat mengerjakan bahan diskusi dengan tuntas sesuai waktu
yang diperintahkan.
Setelah selesai mengerjakan bahan diskusi (8), dengan cara acak memilih
siswa yang akan menjadi guru siswa dan terpilihlah kelompok 8 karena memang
kelompok 8 yang belum pernah maju di setiap pertemuan sebelumnya.
Berikut ini petikan dari proses pembelajaran terbalik yang dilakukan siswa pada
pertemuan keempat beserta analisis deskripsinya.
1 Merangkum
Dari 38 siswa yang mengikuti pembelajaran terbalik, sebagian besar siswa
membuat rangkuman dengan baik walaupun belum sepenuhnya sempurna. Dari
diskusi kelompok 8 selama mengerjakan rangkuman diperoleh kesimpulan
91
rangkuman siswa dalam kelompok 8 yang di jelaskan kepada kelompok lain
adalah sebagai berikut: Dengan menuliskan di papan tulis hasil kelompok (8)
Pengertian persegi panjang: Persegi panjang adalah bangun datar segi empat
yang memiliki dua pasang sisi sejajar dan memiliki empat sudut siku-siku.
Sifat-sifat persegi panjang antara lain:
- Sisi-sisi yang berhadapan dari suatu persegi panjang sama panjang dan sejajar.
- Diagonal-diagonal dari suatu persegi panjang adalah sama pan-
jang dan saling membagi dua sama besar.
- Setiap sudut persegi panjang adalah sama besar dan merupakan sudut siku-siku
(90o).
2 Menyusun pertanyaan
Pertanyaan kelompok 1:
- Apakah yang dimaksud dengan diagonal?
Jawab: (kelompok 8)
Diagonal adalah garis yang menghubungkan sudut dari panjang dan lebar
persegi panjang dan saling membagi dua sama besar.
- Apakah bisa mencari panjang diagonal dengan diketahui panjang dan
lebarnya?
Jawab: (kelompok 4 menanggapi)
Dapat dicari dengan rumus pytagoras yaitu mencari akar dengan
menjumlahkan panjang kuadrat ditambah sisi siku kuadrat, maka akan
didapat panjang diagonal persegi panjang.
3 Menjelaskan jawaban dari soal-soal bahan diskusi (8)
Dari 5 pertanyaan yang terdapat dalam bahan diskusi (7) seluruh
pertanyaan dapat diselesaikan kelompok 8 dan kelompok 8 daat menjelaskan
dengan lancar kepada kelompok lain.
4 Memprediksi
Tebaklah aku! Aku adalah benda yang mempunyai dua pasang buah sisi, sisi yang
satu biasanya disebut sisi panjang dan yang satunya lagi biasa disebut lebar.
92
Ukuranku macam-macam, ada yang 1 meter, 50 cm, 30 cm, dll. Selain itu, aku
juga terbentuk dari kayu, plastic bahkan besi!
Apakah aku? Penggaris
Apa fungsiku? Untuk mengukur benda
Selanjutnya, peneliti bersama observer memberikan penilaian terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung, dan peneliti menyimpulkan apa yang sudah
di jelaskan oleh kelompok 8. hasilnya sudah membaik siswa sudh banyak yang
aktif dan sudah percaya diri untuk menjadi guru siswa. Dan terakhir guru
memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.
4) Pertemuan kesepuluh (Jum’at, 23 April 2010)
Pertemuan 10 berlangsung 2x40 menit (2 jam pelajaran). Kegiatan
pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan apersepsi, pada
pertemuan kesembilan ini terdapat 2 orang yang tidak hadir karena sakit. Kelas
sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk dengan masing-masing
kelompoknya, dan sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan kali
ini.
Peneliti bersama observer membagikan bahan diskusi (9) yang berisi
materi “menemukan dan menghitung keliling dan luas persegi panjang” kepada
setiap kelompok. Siswa sudah mulai terbiasa dengan tugas-tugas yang ada di
dalam bahan diskusi tanpa perintah peneliti terlebih dahulu masing-masing
kelompok sudah sibuk membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya.
Aktivitas siswa sudah sangat membaik tidak ada lagi siswa yang tidak
mengerjakan tugas dengan kelompoknya..
Peneliti bersama observer hanya memantau dari depan tidak lagi
berkeliling seperti biasanya karena semua siswa sudah sangat mengerti akan
tugasnya. pada proses pembelajaran terbalik di pertemuan 10 sudah terlihat
mengalami banyak peningkatan.
93
Setelah selesai mengerjakan bahan diskusi (9), karena semua kelompok
sudah merasakan maju ke depan akhirnya peneliti yang menentukan bahwa
kelompok 4 lah yang akan menjadi guru siswa.
Berikut ini petikan dari proses pembelajaran terbalik yang dilakukan siswa pada
pertemuan keempat beserta analisis deskripsinya.
1 Merangkum
Dari 38 siswa yang mengikuti pembelajaran terbalik, sebagian besar siswa
membuat rangkuman dengan baik walaupun belum sepenuhnya sempurna. Dari
diskusi kelompok 4 selama mengerjakan rangkuman diperoleh kesimpulan
rangkuman siswa dalam kelompok 4 yang di jelaskan kepada kelompok lain
adalah sebagai berikut: Dengan menuliskan di papan tulis hasil kelompok (4)
Keliling suatu bangun datar adalah jumlah panjang sisi-sisi bangun
tersebut.
p + p +l + l = 2(p +l)
Luas daerah persegi panjang adalah hasil perkalian dari ukuran panjang
dan lebar persegi panjang tersebut.
Secara aljabar ditulis L = p x l
Kelompok 4 merangkum contoh beberapa contoh soal juga dan
menjelaskan dengan cara menuliskannya di papan tulis.
2 Menyusun pertanyaan
- Bagaimana jika yang diketahui terlebih dahulu luas dan lebarnya, apakah
bisa di cari panjangnya?
Jawab: (kelompok 3)
Bisa saja tinggal mengurangi keliling dengan lebar persegi panjang.
- Bagaimana mencari lebar persegi panjang, jika yang diketahui luas dan
panjangnya?
Jawab: (kelompok 8 menanggapi)
Dapat dicari dengan mengurangkan keliling dengan dua kali panjangnya
kemudian hasilnya dibagi dua, maka akan ketemu lebarnya.
94
3 Menjelaskan jawaban dari soal-soal bahan diskusi (9)
Dari 2 pertanyaan yang terdapat dalam bahan diskusi (9) seluruh
pertanyaan dapat diselesaikan kelompok 4 dan kelompok 4 daat menjelaskan
dengan lancar kepada kelompok lain.
4 Memprediksi
Masing-masing kelompok menggambar macam-macam ada yang
menggambar rumah, menggambar pak tani dll. Kelompok 4, 1, 3 dan 5
menggambar pak tani dan memiliki 9 satuan luas segitiga.
5) Pertemuan kesebelas (Kamis, 29 April 2010)
Pertemuan kesebelas sama halnya dengan pertemuan sebelumnya
berlangsung 2x40 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 14.30-15.50.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan membuka pembelajaran dan memeriksa
absensi siswa, dan semua siswa hadir.
Pertemuan ini tidak dibagi kelompok karena akan dilaksanakan tes akhir
siklus 1. Tes ini berbentuk soal pilihan ganda yang telah di uji validitas dan
reliabilitas soal, soal berjumlah 25 yang terdiri dari menemukan rumus dan
menghitung keliling segitiga, menemukan rumus dan menghitung luas segitiga,
menjelaskan pengertian dan sifat-sifat persegi panjang, menemukan rumus dan
menghitung keliling dan luas persegi panjang. Tes ini dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa terhadap materi yang telah
diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Sebelum dilaksanakan tes, 10 menit dilakukan review sekilas materi yang
sudah diajarkan dan membahas kesulitan-kesulitan yang masih ada. Tes ini
dilaksanakan selama 60 menit. Selama proses berlangsung, suasanapun menjadi
sepi dan hening namun masih ada beberapa siswa yang masih menyontek dengan
teman sebangkunya dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa
segera mengumpulkan lembar jawaban tes dan pada pertemuan ini siswa tidak
diberikan lembar jurnal harian siswa.
95
c) Tahap Observasi dan analisis
Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Guru kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaan
pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dan aktivitas belajar siswa selama
proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa melalui lembar
observasi dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa