Top Banner
Ermawati 1 , Anna Fauziah 2 , Amiruddin ZG 3 . PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL ILMIAH Oleh Nama : Ermawati NPM : 4009069 Prodi : Pendidikan Matematika Dosen Pembimbing : 1. Anna Fauziah, M.Pd. 2. Amiruddin ZG., M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2015
13

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah Ermawati.pdf · LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1,

Mar 02, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah Ermawati.pdf · LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1,

Ermawati1, Anna Fauziah

2, Amiruddin ZG

3.

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12

LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

ARTIKEL ILMIAH

Oleh

Nama : Ermawati

NPM : 4009069

Prodi : Pendidikan Matematika

Dosen Pembimbing : 1. Anna Fauziah, M.Pd.

2. Amiruddin ZG., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU

2015

Page 2: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah Ermawati.pdf · LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1,

Ermawati1, Anna Fauziah

2, Amiruddin ZG

3.

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12

LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh: Ermawati

1, Anna Fauziah

2, Amiruddin ZG

3.

ABSTRACT

This thesis is entitled ”implementation of model to the study of math

Two Stay Two Stray grade VII student of SMP Negeri 12

Lubuklinggau years lessons 2014/2015”. The formulation of the

problem examined in this study is ”whether the results the 7TH

graders learn math SMP Negeri 12 Lubuklinggau model applied after

Two Stay Two Stray is a significant completed?”. This research aims

to know the result of learning math after learning model applied to

Two Stay Two Stray in class VII student of SMP Negeri 12

Lubuklinggau years lessons 2014/2015. This research uses quasi

experiment method which is implemented in the absence of

comparison class. Its population is a whole grade VII student of SMP

Negeri 12 Lubuklinggau years lessons 2014/2015 totalling 176

students and sampel class VII.4 taken randomly numbered 29

students. The technique of data collection was carried out with the

technical test. The data colected was analyzed using t-test. Based on

analysis of of test-t on a significant level alpha = 0,05, thus it can be

concluded that the results of learning math grade VII student of SMP

Negeri 12 Lubuklinggau years lessons 2014/2015 after applied model

Two Stay Two Stray is a significant completed. The average student

learning outcomes by 80,08 and a percentage of the total number of

student who reach 82,76%.

Keywords : Two Stay Two Stray, Learning Outcomes, Math .

Pendahuluan

Pendidikan adalah faktor utama yang menentukan berkembangnya suatu

bangsa karena pendidikan merupakan salah satu cara yang harus ditempuh untuk

menghasilkan manusia yang berkualitas. Menurut Kusnun (29 April 2013)

“manusia yang berkualitas merupakan harapan dari tujuan pendidikan nasional.

Tanpa pendidikan manusia cenderung kurang memiliki kreativitas dan bertindak

tanpa berfikir secara cerdas. Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan umum dari

pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu upaya

Page 3: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah Ermawati.pdf · LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1,

Ermawati1, Anna Fauziah

2, Amiruddin ZG

3.

yang dipandang paling tepat untuk membentuk manusia yang berkualitas adalah

melalui pendidikan”. Di dalam pendidikan, matematika merupakan salah satu

bidang studi yang sangat penting dan wajib dipelajari karena matematika

merupakan ilmu yang mampu mengembangkan kreativitas dan proses berpikir

anak mulai dari usia dini sampai perguruan tinggi.

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang berperan

penting dalam kehidupan sehari-hari, yang juga merupakan ilmu dasar dalam

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu pembelajaran

matematika harus dan sangat penting untuk di tanamkan sejak dini terhadap para

siswa. Karena pada saat ini mata pelajaran matematika pada umumnya

merupakan mata pelajaran yang sangat ditakuti siswa, dengan alasan mereka yang

menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Hal serupa juga

diungkapkan oleh Triyono (29 April 2013) bahwa matematika sering dianggap

sebagai ilmu yang hanya menekankan pada kemampuan berpikir logis dengan

penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini yang menyebabkan matematika

menjadi mata pelajaran yang ditakuti dan dijauhi. Pandangan siswa mengenai

mata pelajaran matematika yang dinilainya merupakan mata pelajaran yang sulit

harus segera diatasi sehingga matematika tidak lagi menjadi mata pelajaran yang

sulit tetapi menjadi mata pelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu guru Matematika di

SMPN 12 Lubuklinggau, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Matematika yang

ditetapkan adalah 75. Namun faktanya dalam proses belajar-mengajar di kelas

selama ini, banyak sekali siswa yang belum mencapai nilai KKM. Hal ini dapat

dilihat dari jumlah siswa kelas VII sebanyak 170 siswa dari hasil ulangan harian

matematika pada semester genap, 37,65% atau 64 siswa yang memperoleh nilai di

atas KKM, dan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 106 siswa

atau 60,23%. Rata-rata nilai ulangan harian sebesar 62,35 sehingga mereka harus

mengikuti remedial.

Dari hasil observasi dengan salah satu guru matematika yang mengajar di

SMP Negeri 12 Lubuklinggau, penulis mendapatkan keterangan bahwa model

pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran khususnya mata

Page 4: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah Ermawati.pdf · LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1,

Ermawati1, Anna Fauziah

2, Amiruddin ZG

3.

pelajaran matematika masih menggunakan model pembelajaran konvensional,

dimana dalam proses pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru hanya

menjelaskan materi pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan mencatat dan

yang terakhir memberikan soal latihan. Menurut Trianto (2009:6) rendahnya hasil

belajar peserta didik disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi

pembelajaran konvensional.

Mengatasi permasalahan tersebut peneliti ingin mencoba menerapkan

suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan kreatifitas

belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Salah

satu model pembelajaran yang termasuk dalam model pembelajaran kooperatif

adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Menurut Huda

(2011:140) model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model

pembelajaran yang memungkinkan setiap kelompok saling berbagi informasi

dengan kelompok-kelompok lain. Lie (2008:61), mengatakan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran

yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan

informasi dengan kelompok lain.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Penerapan Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Pada

Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau Tahun

pelajaran 2014/2015.

Landasan Teori

Roger, dkk 1992 (dalam Huda, 2011:29), menyatakan pembelajaran

kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu

prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara

sosial diantara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap

pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk

meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Meneurut Lie (2008:29) menyatakan bahwa model pembelajaran

cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada

Page 5: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah Ermawati.pdf · LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1,

Ermawati1, Anna Fauziah

2, Amiruddin ZG

3.

unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya

dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Suprijono (2009:54)

menyatakan pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi

semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh

guru atau diarahkan oleh guru. Selanjutnya Lie (2008:61), model kooperatif tipe

Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan

kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.

Suyatno (2009:66) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray adalah dengan cara siswa membagi pengetahuan dan pengalaman

dengan kelompok lain. Menurut Huda (2011:140) model kooperatif tipe Two Stay

Two Stray adalah model pembelajaran yang memungkinkan setiap kelompok

untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain.

Adapun langkah-langkah yang diterapkan pada pembelajaran Two Stay Two

Stray dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Siswa dibagi menjadi

beberapa kelompok yang terdiri atas empat orang; 2) Guru memberikan tugas

pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama; 3) Siswa

bekerja dalam kelompok berempat seperti biasa untuk mengerjakan tugasnya;

4) Setelah diskusi dalam kelompok selesai, dua siswa bertamu ke kelompok lain

dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang tamu dari

kelompok lain; 5) Dua orang yang bertugas sebagai tamu di wajibkan bertamu

kepada semua kelompok dan membahas materi bersama kelompok lain,dan dua

siswa sebagai penyambut tamu diwajibkan menerima tamu dari kelompok lain

dan membahas materi bersama tamu dari kelompok lain; 6) Jika mereka telah usai

menjalankan tugasnya, siswa yang bertamu kekelompok lain kembali ke

kelompoknya masing-masing dan melaporkan apa yang mereka temukan dari

kelompok lain; 7) Siswa membandingkan dan mencocokkan serta membahas hasil

pekerjaan mereka; 8) Masing-masing kelompok membuat laporan tentang hasil

kerja mereka.

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan,

adapun kelebihan dari model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) menurut

Darmajaya (07 April 2013) adalah: (1) Memberikan kesempatan terhadap siswa

Page 6: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah Ermawati.pdf · LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1,

Ermawati1, Anna Fauziah

2, Amiruddin ZG

3.

untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah.

(2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreativitas dalam

melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya. (3) Membiasakan siswa

untuk bersikap terbuka terhadap teman. (4) Meningkatkan motivasi belajar siswa.

(5) Membantu guru dalam pencapaian pembelajaran, karena langkah

pembelajaran kooperatif mudah diterapkan di sekolah.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran Two Stay Two Stray

menurut Darmajaya (07 April 2013) adalah: (1) Diperlukan waktu yang cukup

lama untuk melakukan diskusi. (2) Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai

menguasai jalannya diskusi sehingga siswa yang kurang pandai memiliki

kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya. (3) Siswa yang tidak

terbiasa belajar kelompok merasa asing dan sulit untuk bekerjasama.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semu. Metode

eksperimen semu merupakan metode eksperimen yang dilakukan tanpa adanya

kelas pembanding dengan katagori Pretest and Postest Group Design.

Pelaksanaan penelitian ini hanya melibatkan satu sampel yang diterapkan

pembelajaran mengunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Menurut

Arikunto (2006:160) bahwa “penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data penelitiannya”.

Menurut Sugiyono (2011:61), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 12

Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari lima kelas dengan

jumlah siswa sebanyak 176 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

membuat nomor undian sesuai dengan banyak kelas kemudian nomor undian

diambil secara acak sehingga terpilih satu nomor sebagai kelas sampel yaitu kelas

VII.4 yang berjumlah 29 siswa, kemudian kelas tersebut diberi penerapan metode

pembelajaran Two Stay Two Stray.

Page 7: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah Ermawati.pdf · LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1,

Ermawati1, Anna Fauziah

2, Amiruddin ZG

3.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik tes berupa tes tertulis. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta

alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,

2010:193). Tes ini diberikan sebanyak dua kali yaitu Tes sebelum dimulai

pembelajaran (pretest) dan tes sesudah pembelajaran (posttest). Pretest yaitu test

yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diterapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray sedangkan posttest

digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Tes yang dilakukan merupakan

berbentuk essay sebanyak delapan soal tentang segiempat.

Data Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Penelitian model pembelajaran Two Stay Two Stray dilaksanakan di kelas

VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau dimulai dari tanggal 27 Februari sampai

dengan 27 Maret 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau dan sebagai sampel adalah siswa kelas VII.4

dengan jumlah siswa 29 siswa. Sebelum dilaksanakan penelitian, terlebih dahulu

dilakukan uji coba instrumen tes yang bertujuan untuk mengetahui kualitas soal

yang digunakan. Uji coba instrumen dilaksanakan di kelas VIII.2 SMP Negeri 12

Lubuklinggau dengan jumlah 29 siswa pada materi segiempat.

Kemampuan Awal Siswa

Pelaksanaan pretest ini bertujuan untuk mengetahui sampai dimana

penguasaan siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Bentuk soal yang

digunakan adalah soal essay, karena dengan soal essay akan terlihat kemampuan

siswa dalam menyelesaikan setiap soal dilihat dari langkah-langkah pengerjaan

soal. Soal yang digunakan saat pretest berjumlah delapan soal, merupakan soal

yang sudah diuji kelayakan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks

kesukarannya.

Page 8: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah Ermawati.pdf · LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1,

Ermawati1, Anna Fauziah

2, Amiruddin ZG

3.

Setelah tahapan pretest dilakukan, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh

siswa kelas Vll.4 adalah 41,44. Dari hasil pretest tidak ada siswa mendapat nilai

lebih dari atau sama dengan 75. Semua siswa kelas Vll.4 berjumlah 29 orang

tersebut mendapat nilai dibawah KKM. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil

pretest siswa sebelum diterapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini

belum tuntas. Selanjutnya, setelah pretest dilanjutkan kegiatan pembelajaran

menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Rekapitulasi rata-rata dan

simpangan baku pretest dapat dilihat pada tabel 1:

Tabel 1

Rata-rata dan Simpangan Baku Tes Awal (Pretest)

Nilai rata-rata Simpangan Baku Tuntas Tidak Tuntas

41,44 9,64 0 29

Kemampuan Akhir Siswa

Kegiatan posttest ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian

siswa terhadap materi yang telah diajarkan mengunakan model pembelajaran Two

Stay Two Stray. Berdasarkan hasil kegiatan posttest yang telah dilakukan

diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu 80,08. Siswa mendapat nilai lebih dari 75 atau

diatas KKM sebanyak 24 siswa,sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah

KKM sebanyak 5 siswa, maka dapat disimpulkan bahwa hasil posttest siswa

setelah diterapkan dengan pembelajaran Two Stay Two Stray ini secara signifikan

sudah tuntas. Rekapitulasi rata-rata dan simpangan baku dari posttest dapat dilihat

pada tabel 2:

Tabel 2

Rata-rata dan Simpangan Baku Tes Akhir (Posttest)

Nilai rata-rata Simpangan Baku Tuntas Tidak Tuntas

80,08 8,86 24 5

Berdasarkan hasil pretest dan posttest dapat disimpulkan bahwa nilai

rata-rata posttest mengalami peningkatan sebesar 35,57 dan jumlah siswa yang

tuntas juga mengalami peningkatan sebesar 82,76%. Hal ini menunjukkan bahwa

rata-rata hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran Two Stay Two

Page 9: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah Ermawati.pdf · LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1,

Ermawati1, Anna Fauziah

2, Amiruddin ZG

3.

Stray mengalami peningkatan. Perbandingan nilai rata-rata ketuntasan hasil

belajar siswa dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik Rata-rata Nilai dan Ketuntasan Belajar

Berdasarkan perhitungan statistik, hasil uji normalitas tes akhir dapat

dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3

Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir

Tes 𝝌𝟐 𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 Dk 𝝌𝟐 𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Kesimpulan

Posttest 6,12 5 11,0705 Normal

Berdasarkan perhitungan statistik, hasil uji normalitas tes akhir diperoleh

𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

tes akhir adalah 6,12 dan nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

adalah 11,07. Hal ini berarti

𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

< 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

. Dilihat dari pengujian normalitas dengan rumus Chi-kuadrat

(𝜒2), maka dapat disimpulkan bahwa data tes akhir berdistribusi normal dengan

taraf signifikan =0,05. Berdasakan hasil perhitungan menunjukkan thitung > ttabel,

(3,08) > (1,701) hal ini berarti Ho ditolak Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Nilai Rata-rata Ketuntasan

41.44

0%

80.0882.76%

Pretest

Posttest

Page 10: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah Ermawati.pdf · LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1,

Ermawati1, Anna Fauziah

2, Amiruddin ZG

3.

bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau

setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray secara

signifikan tuntas.

Pembahasan

Berdasarkan analisis data awal (pretest) diperoleh bahwa data

berdistribusi normal dengan 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

0,79 < 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

(11,070) untuk data akhir

(posttest) 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

6,12 < 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

(11,070). Pada pertemuan pertama, siswa

dibagi dalam kelompok yang telah dibentuk sebanyak tujuh kelompok, kelompok

tersebut telah dibentuk oleh peneliti sebelum proses pembelajaran dimulai, dari

tujuh kelompok tersebut terdapat satu kelompok yang beranggotakan lima siswa,

karena jumlah siswa kelas VII.4 yang dipilih berjumlah 29 siswa. Kelompok

disusun secara heterogen, dengan melihat tingkat prestasi dan jenis kelamin siswa.

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Two Stay Two Stray mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru

bagi peneliti maupun siswa membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Pembagian

kelompok yang dilakukan oleh peneliti sedikit membuat mereka gaduh, karena

ada beberapa siswa yang tidak cocok dengan siswa pada kelompok mereka. Selain

itu, penataan ruangan juga sedikit menimbulkan kegaduhan dalam kelas yang

cukup menyita waktu pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa masih belum

terbiasa dengan dibentuknya kelompok belajar yang mengharuskan menata ruang

kelas. Apalagi pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray, ketika

siswa akan bertamu kekelompok lain dan secara bergiliran banyak siswa yang

merasa bingung. Hal ini karena siswa belum terbiasa belajar menggunakan

pemelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dimana mengharuskan siswa

untuk menjadi tamu ataupun tuan rumah.

Pada pertemuan selanjutnya yakni pertemuan kedua, hambatan-hambatan

yang terjadi secara perlahan-lahan dapat berkurang karena siswa sudah mulai

tertarik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Siswa

mulai terbiasa untuk bekerjasama dan memecahkan bahan diskusi secara bersama-

sama. Siswa justru merasa saling membutuhkan, saling membantu dan

Page 11: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah Ermawati.pdf · LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1,

Ermawati1, Anna Fauziah

2, Amiruddin ZG

3.

menghormati satu sama lain karena adanya tuntutan masalah yang harus

dikerjakan bersama. Selain itu, hambatan penataan ruangan sedikit berkurang

karena siswa sudah dapat menyesuaikan diri pada posisi duduk yang berpindah-

pindah.

Begitu juga dengan pertemuan terakhir yakni pertemuan ketiga tidak

terdapat hambatan yang berarti, justru siswa sangat tertarik dengan belajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Siswa

mulai bisa beradaptasi dan kemampuan bicara siswa lebih meningkat, hal ini

dilihat pada saat proses akhir pembelajaran, ketika peneliti memberikan

pertanyaan mengenai situasi belajar yang telah dilakukan sebanyak tiga kali

pertemuan, banyak siswa yang berani mengeluarkan pendapat mereka. Peneliti

melihat bahwa selain dari perubahan minat siswa terhadap pelajaran yang dilihat

dari segi kognitif, hal ini berdampak positif pada aspek afektif siswa, yakni

kemampuan dan keberanian siswa dapat ditingkatkan.

Setelah dilakukan penerapan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada materi segiempat diadakan posttest

jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 75 (tuntas)

sebanyak 24 siswa (82,76%) dan jumlah siswa yang mendapat nilai kurang dari

75 (belum tuntas) sebanyak 5 siswa (17,24%) dan rata-rata 𝑥 nilai keseluruhan

yang diperoleh sebesar 80,08. Jadi secara klasikal untuk seluruh objek penelitian,

kemampuan siswa setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan Two

Stay Two Stray termasuk sudah tuntas.

Berdasarkan hasil uji-t mengenai kemampuan akhir siswa menunjukkan

bahwa thitung (3,08) > ttabel (1,701), ini membuktikan bahwa hipotesis dalam

penelitian diterima yaitu hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 12

Lubuklinggau setelah penerapan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray secara

signifikan tuntas.

Hasil pengujian tersebut sesuai dengan pendapat Roger, dkk 1992 (dalam

Huda, 2011:29), menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas

pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran

harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-

Page 12: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah Ermawati.pdf · LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1,

Ermawati1, Anna Fauziah

2, Amiruddin ZG

3.

kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab

atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran

anggota-anggota yang lain. Sedangkan Menurut Huda (2011:140) model

kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang

memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan

kelompok-kelompok lain.

Selama penelitian berlangsung peneliti menemukan beberapa kendala

dalam penelitian, antara lain yaitu minimnya buku penunjang yang dimiliki oleh

siswa. Siswa hanya berpedoman pada buku paket yang dipinjamkan oleh sekolah.

Selain hal tersebut, saat pembagian kelompok siswa ingin mengelompokkan diri

berdasarkan keinginan mereka misalnya siswa yang pandai ingin sekelompok

dengan siswa yang pandai saja, membutuhkan waktu yang lama dan menimbulkan

suara yang rebut/gaduh selama proses pembelajaran berlangsung. Bukan hanya

kendala yang peneliti temukan tetapi ada hal yang mendukung selama penelitian

berlangsung yaitu dukungan dari pihak sekolah untuk meminjamkan fasilitas dari

sekolah yang dapat digunakan apabila diperlukan oleh peniliti.

Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dilakukan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipr Two Stay Two

Stray dalam pembelajaran matematika di kelas VII.4 SMP Negeri 12

Lubuklinggau dengan materi segiempat dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

matematika siswa kelas VII SMP Negeri 12 Lubuklinggau setelah penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray secara signifikan tuntas.

Rata-rata nilai tes akhir matematika setelah pembelajaran sebesar 80,08 dan

persentase jumlah siswa yang tuntas mencapai 82,76%.

DAFTAR PUSTAKA

Darmajaya. 2011. Teknik Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray.

[online]http://ptkguru.com/?darmajaya=index&daryono=base&action=list

menu&skins=1&id=494&tkt=2 [07 april 2013].

Page 13: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah Ermawati.pdf · LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Ermawati1,

Ermawati1, Anna Fauziah

2, Amiruddin ZG

3.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Kusnun, Eti. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Demokratis Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran

IPS. [online] http://perpustakaan.upi.edu [29 April 2013]

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatifi-Progresif. Jakarta:

Kencana

Triyono, Anjar. 2011. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Matematika.

[online]http://findpdf.net/reader/UNIMEDUndergraduate221874-BAB-

Ipdf.html [29 April 2013]