Page 1
PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS)PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 13
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
, ,
STKIP-PGRI Lubuklinggau
RiniDwiHariati1294l.com
ABSTRAK
.
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Think Pair Share pada
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2016/2017”. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah hasil
belajar matematika siswa kelas VII Negeri 13 Lubuklinggau setelah penerapan
strategi Think Pair Share secara sinifikan sudah tuntas? Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri
13 Lubuklinggau setelah penerapan Model Think Pair Share. Penelitian ini
menggunakan eksperimen semu yang dilaksanakan tenpa adanya kelompok
pembanding. Populasinya adalah seluruh siswa Kelas VII SMP Negeri 13
Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016. Sedangkan sampelnya adalah kelas
VII.1 yang diambil menggunakan teknik sample random sampling . pengumpulan
data dilakukan dengan teknik tes berbentuk uraian sebanyak Enam soal. Data
yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t
pada taraf signifikan α = 0,05, diperoleh thitung (2,02) > ttabel (1,699) dapat
disimpulakan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 13
Lubuklinggau setelah penerapan model Think Pair Share secara signifikan sudah
tuntas.
Kata Kunci : Model Pembelajaran, Think Pair Share, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN
Dalam menciptakan suasana atau pelayanan, hal esensial bagi guru adalah
memahami cara-cara siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Siswa
harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan
baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Pembelajaran yang
berlangsung dengan melibatkan siswa secarah penuh, dalam artian pembelajaran yang
berlangsung dapat berjalan efektif dan menyenangkan. Jika guru dapat memahami proses
Page 2
pemerolehan pengetahuan, maka ia dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat
bagi siswa. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi guru matematika untuk senantiasa
berpikir dan bertindak kreatif.
Matematika merupakan studi yang dipelajari oleh semua siswa, dimana matematika
merupakan ilmu dasar yang diperlukan oleh siswa dalam mempelajari mata pelajaran
lain. Tetapi pada kenyataannya “banyak orang yang memandang matematika itu sebagai
bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya
karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari”.
Menurut Setyono (2010:1) rendahnya hasil belajar disebabkan oleh faktor-faktor
seperti (1) kurangnya fasilitas belajar disekolah dan rumah diberbagai pelosok; (2) siswa
dihadapkan oleh berbagai pilihan dan masih merasa ragu dan takut gagal; (3) kurangnya
dorongan metal dari orang tua karena orang tua tidak memahami apa yang di pelajari oleh
anaknya disekolah; (4) keadaan gizi yang rendah, sehingga siswa tidak mampu belajar
yang lebih baik; dan (5) gabungan
dari faktor-faktor tersebut, mempengaruhi hambatan belajar.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu guru
matematika SMP Negeri 13 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 yaitu sebanyak
90 siswa. Dengan nilai KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 71. Pada ulangan
matematika siswa kelas VII terdapat 35,56% (32 siswa) yang tuntas sedangkan 64.44%
sisanya (58 siswa) yang tuntas, dengan nilai rata-rata hasil ulangan siswa sebesar 58,00,
sehingga mereka harus mengikuti ujian remidial.
Selain itu, faktor yang menimbulkan kelemahan siswa terhadap pembelajaran
matematika yaitu keaktifan siswa yang kurang dalam proses pembelajaran, kurangnya
minat dan motivasi siswa untuk mengetahui materi dari pelajaran yang diberikan oleh
guru, kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran matematika, siswa
Page 3
jarang bertanya kepada guru ketika mengalami kesulitan ketika pembelajaran matematika
sedang berlangsung.
Menurut Suprijono (2011:9) pembelajaran Think Pair Share. merupakan
pembelajaran yang diawali dengan guru mengajukan pertanyaan terkait dengan pelajaran
untuk dipikirkan siswa, guru meminta siswa untuk berpasangan untuk berdiskusi. Hasil
diskusi di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas.
Kelebihan Think Pair Share yaitu suatu pembelajaran yang memberi kesempatan kepada
siswa untuk bekerja sama, saling berfikir, berpasangan dan berbagi dengan orang lain.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraian di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share
(TPS) pada Pembelajaran Matematika Siswa kelas VII SMP
Negeri 13 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”.
LANDASAN TEORI
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Lie (2008:57) menyatakan bahwa “model kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) adalah model pembelajaran yang membimbing siswa untuk dapat
berfikir, berpasangan, dan berbagi pengetahuan bersama orang lain”. Menurut
Handayama (2014:201) ”model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa”. Trianto (2010:81) menyatakan bahwa “Think Phair Share (TPS) merupakan
suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas dimana guru
dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling
membantu”.
Page 4
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah suatu model pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama saling berfikir, berpasangan
dan berbagi dengan orang lain.
Menurut Handayama (2014:201) langkah-langkah penerapan model kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS), yaitu:
a. Tahap pendahuluan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi
b. Tahap Think (berfikir secara individu)
Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu oleh guru untuk memikirkan
jawaban secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam
penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
c. Tahap Pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Guru mengelompokan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa
pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya.
d. Tahap Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Siswa dapat mempersentasikan jawaban secara perseorangan atau secara
kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari
kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka
e. Tahap penghargaan
Siswa menpenghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok.
Nilai individu berdasarkan tahap pair dan share, terutama pada saat
persentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti maka jenis penelitian ini adalah
eksperimen semu. Eksperimen semu adalah eksperimen yang tidak sebenarnya, karena
eksperimen yang dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu
(Arikunto, 2010:123)..
Page 5
Design eksprimen yang digunakan berbentuk Pree-test and Post-test Grup
Design. Didalam desaign ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen
semu disebut Pre-test, observasi yang dilakukan sesudah eksperimen disebut Post-test
(Arikunto, 2010:124). Adapun pola penelitian Pre-test and Post-test Group design
sebagai berikut:
Keterangan:
= pre-test
X = Penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
= post-test
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 2010:161). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi
Think Pair Share (TPS) Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil
belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau
B. Populasi dan Sampel
Menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 13
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 1:
Tabel 1
Populasi Penelitian
No Kelas Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1 VII.1 15 15 30
2 VII.2 17 13 30
3 VII.3 16 14 30
Jumlah 48 42 90
Sumber: Tata Usaha SMP N 13 LLG Tahun Pelajaran 2015/2016
Page 6
Menurut Arikunto (2010:174) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti dalam penelitian ini sampel yang diambil dengan menggunakan teknik sampel
random. Teknik sampling ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan
sampelnya, peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua
subjek dianggap sama (Arikunto 2010:177). Dengan demikian setiap kelas dari
seluruh populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Dari tiga
kelas, diambil satu kelas secara acak dengan cara diundi untuk dijadikan sampel
penelitian. Dalam pengundian dilakukan dengan potongan kertas yang tertulis masing-
masing kelas. Kemudian kertas digulung, lalu pengundian dilakukan dengan cara di
undi.
Dari hasil pengundian itulah akan terpilih kelas VII.1 sebagai sampel
dan diberi perlakuan dengan penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 juli 2016 sampai 13 Agustus 2016
di kelas VII SMP Negeri 13 lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017, sebelum
penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan uji coba tes instrumen yang
bertujuan untuk mengetahui kualitas butir soal yang akan diggunakan dalam
penelitian. Uji coba tes instrumen dengan jumlah tujuh butir soal, dilaksanakan pada
tanggal 28 juli 2016. Hasil uji coba instrumen dianalisis untuk mengetahui tingkat
validitas, realiblitas, indeks kesukaran dan daya pembeda. Setelah dianalisis dari tujuh
butir soal ada soal satu soal yang tidak valid, maka soal yang terpakai ada enam soal.
Sebelum memulai pembelajaran peneliti terlebih dahulu menginformasikan
pelaksanaan model kooperatif think pair share. Dan materi yang diajarkan yaitu
bilangan pecahan. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak lima kali pertemuan
Page 7
dengan rincian satu kali pemberian tes awal (pre-test), pemberian pre-test digunakan
untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran.
Tiga kali proses pembelajaran dengan penerapan Model Pembelajaran Think Pair
Share (TPS) dan satu kali pemberian tes akhir (post-test) untuk mengetahui
kemampuan hasil belajar siswa.
1. Data Kemampuan Awal (Pre-test)
Pertemuan pertama dilakukan pre-test. Pre-test dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan pembelajaran dengan Model
Think Pair Share (TPS) terhadap materi bilangan pecahan.
Kemampuan awal tersebut menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima
pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Pemberian tes awal pada tanggal 2
Agustus 2016 dikelas VII.1 SMP Negeri 13 Lubuk linggau, dengan jumlah siswa
sebanyak 30 orang. Soal tes awas yang diggunkan sebanyak enam butir soal yang
berbentuk uraian.
Berdasarkan perhitungan statistika hasil penelitian (lampiran c) maka
Rekapitulasi hasil analisis data pre-test siswa dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai
berikut: sebagai berikut:
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Tes Awal (Pre-Test)
No Kategori Keterangan
1 Nilai Tertinggi 27,6
2 Nilai Terendah 0,0
3 Rata-rata Nilai 9,66
4 Simpangan Baku 3,16
5 Jumlah Siswa yang Tuntas 0 Siswa
6 Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 30 Siswa
Page 8
Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan atau dilihat bahwa belum ada siswa
yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 71 (tuntas). Dari tabel di atas
terlihat jelas bahwa nilai maksimum data pre-test yang diperoleh siswa adalah sebesar
58. berdasarkan perhitunagan statistika (lampiran c) data pre-test diperoleh nilai rata-
rata )(x secara keseluruhan adalah sebesar 9,66 dan jumlah siswa yang belum tuntas
sebesar 100% Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa
sebelum diterapkan pembelajaran dengan menggunakan Model Think Pair Share
termasuk kategori belum tuntas.
1. Data Kemampuan Akhir (Post-test)
Post - test dilakukan untuk melihat atau mengetahui hasil belajar siswa setelah
mengikuti proses belajar matematika dengan menggunakan Model Penerapan
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada
akhir penelitian pada tanggal 10 Agustus 2016 dikelas VII.1 SMP Negeri 13
Lubuklinggau. Tes ini untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan
pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS), yang di ikuti 30
siswa. Soal tes berbentuk esai sebanyak enam soal.
Berdasarkan perhitungan statistika hasil penelitian (lampiran c) maka
Rekapitulasi hasil analisis data post-test siswa dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai
berikut Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Tes Akhir (Post-Test)
No Kategori Keterangan
1 Nilai tertinggi 96,6
2 Nilai terendah 48,3
3 Rata-rata nilai 76,2
4 Simpangan baku 8,89
5 Jumlah Siswa yang Tuntas 22 Siswa
6 Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 8 Siswa
Page 9
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang telah mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 22 siswa dan rata-rata nilai secara
keseluruhan sebesar 76,2. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan
akhir siswa setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan Model Think Pair
Share (TPS) termasuk dalam kategori sudah tuntas. Jika dibandingkan dengan tes
awal, maka terdapat peningkatan rata-rata nilai sebesar 76,2. Perbandingan nilai rata-
rata dan ketuntasan hasil belajar dapat dilihat pada
grafik 4.1 sebagai berikut:
Grafik 4.1 perbandingan nilai rata-rata dan Ketuntasan Belajar
2. Pengujian Hipotesis
Data penelitian yang diperoleh dari hasil post-test akan digunakan untuk
menguji hipotesis secara statistik. Adapun yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah
“Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2016/2017 setelah diterapkan Model Think Pair Share (TPS) Secara
Signifikan Tuntas”. Sebelum menguji hipotesis, dilakukan dulu uji normalitas data.
Untuk menguji atau melihat hipotesisnya yaitu dengan menggunakan uji-t
a. Uji Normalitas
48%
0%
Pre-test
Post-test
Rata-rata Ketuntasan belajar
76,2%
9,66%
Page 10
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil tes siswa
berdistribusi normal atau tidak.
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistika mengenai uji normalitas data
dengan taraf kepercayaan α = 0,05, jika hitun
t maka data berdistribusi normal.
Pasangan uji hipotesis statistik untuk uji normalitas data yaitu:
0H : Data berdistribusi normal.
aH : Data tidak berdistribusi normal.
Tabel 4..3
Hasil Uji Normalitas Tes Akhir (Post-Test)
Tes hitung K tabel, Kesimpulan
Post-test 1,4835 5 11,07 Normal
Berdasarkan tabel di atas hasil perhitungan uji normalitas data tes akhir
(Lampiran c) diperoleh hitung sebesar 1,4835. Selanjutnya hitung dibandingkan
tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1, dimana k adalah banyaknya kelas
interval. Jika hitung < tabel, maka dapat dinyatakan data berdistribusi normal.
Nilai tabel dengan α = 5% adalah 11,070. Dengan demikian hitung (1,4835)
< tabel (11,07), maka dapat dinyatakan atau disimpulkan bahwa data tes akhir
berdistribusi normal
b. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas (Lampiran C), data berdistribusi normal dan
simpangan baku populasi tidak diketahui, maka untuk menguji hipotesis
digunakan rumus uji-t. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji
hipotesis data dengan taraf kepercayaan α = 0,05, jika thitung ≥ ttabel, maka Ho ditolak Ha
diterima. Hipotesis statistik yang diuji adalah:
Page 11
0H : Rata-rata hasil belajar siswa setelah penerapan Model Think Pair
Share (TPS) kurang dari 71 ( 71).
aH : Rata-rata hasil belajar siswa setelah penerapan Model Think Pair Share
(TPS) lebih besar atau sama dengan 71 ( 71).
Tabel 4.4
Hasil Uji Hipotesis Tes Akhir (Post-Test)
Tes thitung Dk ttabel, Kesimpulan
Post-test 2,02 29 1,699 thitung > ttabel artinya Ha
diterima, Ho ditolak
Berdasarkan tabel di atas hasil perhitungan uji hipotesis data tes akhir (lampiran
c) diperoleh nilai = 2,02. Selanjutnya dibandingkan dengan nilai
pada daftar distribusi t dengan derajat kebebasan dk = n – 1 = 30 – 1 = 29, α = 0,05
diperoleh = 1,699 Dengan demikian (2,02) > =(1,699) ha l ini
berarti 0H ditolak dan aH
diterima. Dengan kata lain hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, artinya “Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah
Penerapan Model Think Pair Share (TPS) Secara Signifikan Tuntas”.
2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan perbandingan
hasil pre-test dan post-test maka dapat diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa
mengalami peningkatan setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
Model Penerapan Think Pair Share (TPS). Didalam penelitian ini hanya meneliti
materi bilangan Pecahan dari segi kognitifnya yaitu dalam bentuk tes yang berisi
Page 12
pertanyaan untuk mengukur kemampuan pengetahuan, intelegensi, dan kemampuan
yang dimiliki oleh siswa.
Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) menekankan siswa untuk lebih
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dengan menjawab pertanyaan secara
kelompok, menjelaskan serta memberikan tanggapan terhadap jawaban dari siswa
lainnya. Model Penerapan Think Pair Share (TPS) ini dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan siswa juga dapat belajar dari
siswa lain serta saling menyampaikan idenya, siswa juga dilatih bagaimana
mengutarakan pendapat dan juga belajar menghargai pendapat orang lain. Sebelum
proses pembelajaran dimulai, peneliti menjelaskan secara singkat bentuk dari proses
pembelajaran dengan menggunakan Model Penerapan Think Pair Share (TPS)
terlebih dahulu.
Pada tahap pertemuan pertama hari selasa tanggal 4 agustus 2016. Guru
menjelaskan materi bentuk dan jenis bilangan pecahan biasa, campuran, desimal dan
persen, guru mengajukan suatu permasalahan yang berkaitan dengan materi yang telah
diberikan, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir
sendiri jawaban atau masalah. Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan
atau kelompok dan mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Guru meminta pasangan
atau kelompok untuk berbagi hasil diskusi dengan keseluruhan kelas yang telah
mereka bicarakan
Selanjutnya guru mengarahkan pembicaraan pada materi permasalahan dan
menambahkan materi yang belum disampaikan. Untuk mengakhiri pembelajaran guru
bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran pada awalnya mengalami sedikit hambatan, hal ini
dikarenakan para siswa belum terbiasa dengan belajar secara kelompok. Para siswa
sangat terbiasa dengan cara guru menerangkan didepan kelas sementara siswa hanya
Page 13
mendengar. Pada saat siswa diminta untuk berdiskusi tentang permasalahan yang
diberikan, siswa kelihatan ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Siswa
masih pasif dan kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan, siswa juga banyak
yang merasa takut dalam mengemukakan pendapat dan juga takut salah. Peneliti
memberikan pengertian dan memotivasi siswa untuk berani mengemukakan pendapat
dan jangan takut salah, karena kesalahan merupakan bagian dari pembelajaran.
Proses pembelajaran pada pertemuan kedua pada hari sabtu tanggal 6 Agustus
2016 dengan materi Penjumlahan bilangan pecahan dan pengurangan pecahan, pada
preses pembelajaran kedua ini siswa mulai terbiasa mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan model Think Pair Share, terlihat dari persiapan siswa sebelum belajar dimana
siswa sudah menyiapkan tempat duduk sesuai dengan kelompok masing-masing.
Proses kedua ini berjalan dengan lancar dimana siswa sudah berani menyampaikan
hasil diskusi kelompok mereka masing-masing. Tetapi hal ini tidak terjadi lama,
hambatan yang terjadi pada pertemuan pertama tidak terjadi lagi pada pertemuan-
pertemuan berikutnya karena siswa merasa tertarik dengan pembelajaran ini. Siswa
merasa senang karena dengan model Think Pair Share ini sangat menantang karena
setiap siswa harus melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi dengan
seluruh kelas, sehingga siswa yang jarang atau bahkan tidak pernah bicara di depan
kelas paling tidak memberi ide atau jawaban kepada pasangannya.
Proses pembelajaran pada pada pertemuan ketiga hari selasa tanggal 9 agustus
2016. Dengan materi perkalian bilangan pecahan dan pembagian bilangan pecahan,
siswa lebih aktif karena merasa dilibatkan dalam proses belajar, dimana setiap siswa
berusaha untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan. Siswa mulai terbiasa dengan
diskusi yang terjadi didalam kelas. Pada saat guru meminta siswa kedepan untuk
menyampaikan atau menjawab hasil diskusi kedepan, banyak siswa yang mulai
percaya diri dan berani untuk mengangkat tangan dan mempresentasikan jawaban dari
Page 14
tugas yang diperoleh. Jika jawaban yang dibacakan salah atau berbeda, maka siswa
yang lain siap untuk memperbaiki, namun apabila jawaban temannya benar maka akan
mendapatkan penghargaan berupa kata-kata pujian guna memberikan semangat dan
motivasi siswa dalam belajar.
Dengan diterapkannya model Think Pair Share, siswa mulai berani
mengutarakan pendapatnya didepan teman dan peneliti. Siswa juga merasa senang
saat belajar karena diberi kesempatan untuk belajar berbagi dan mengutarakan
pendapat.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa siswa dalam menjawab soal
sudah memperhatikan sistematika dalam menyelesaikan soal uraian dan langkah-
langkah mengerjakannya ditulis secara teliti. Selain itu, siswa dapat menyelesaiakan
soal dengan baik dan telah memahami konsep yang tekandung dalam soal tersebut
secara mendalam serta mengerti apa yang diinginkan oleh soal. Sehingga hasil yang
diperoleh maksimal dan tepat sesuai dengan apa yang dimaksudkan atau diinginkan
dalam soal-soal tersebut.
Namun secara keseluruhan siswa telah mampu menyerap materi dengan baik.
Hal ini dapat membuktikan bahwa siswa yang ikut aktif dalam kegiatan belajar
pembelajaran, perhatiannya akan lebih terpusat dalam mempelajari materi pelajaran
dan terlatih dalam mengembangkan daya pikir, daya ingatan serta keterampilan siswa
sehingga siswa lebih memahami konsep materi yang diberikan dan mampu dalam
menyelesaikan soal-soal dengan langkah-langkah yang benar dan teliti serta mampu
memahami apa yang diinginkan dalam soal.
Berdasarkan hasil tes awal (pre-tes) siswa yang belum tuntas dapat dilihat
bahwa siswa tidak mengerjakan soal hingga selesai hal ini dikarenakan siswa kurang
memahami apa yang diinginkan dalam soal, namun langkah-langkah dalam menjawab
soal sudah benar dan teliti. Rata-rata hasil belajar siswa adalah 9,66 kemudian setelah
Page 15
diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair
Share rata-rata hasil belajar siswa menjadi 76,2 hasil tersebut menunjukan adanya
peningkatan sebesar dari nilai rata-rata tes awal.
Sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar yang diperoleh siswa setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model Think Pair Share . Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2, pada tes
awal tidak ada siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan nilai KKM
yaitu 71. Jumlah siswa yang tuntas 0% dan jumlah siswa yang tidak tuntas 100% .
Setelah dilakukan penerapan pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair
Share pada materi bilangan pecahan.Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau
sama dengan 71 (tuntas) sebanyak 22 siswa dan rata-rata )(x nilai keseluruhan yang
diperoleh sebesar 76,2. Hal ini berarti penerapan model Think Pair Share, pada
pembelajaran matematika terjadi peningkatan.
Hal ini terlihat dari analisis uji-t mengenai kemampuan akhir siswa menunjukan bahwa
thitung ttabel dengan nilai 2,02 > 1,699, ini membuktikan bahwa hipotesis dalam penelitian
ini diterima yaitu hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah penerapan model Think Pair Share (TPS) secara
signifikan tuntas. Berdasarkan penelitian di atas yang dilakukan di kelas VII SMP Negeri
13 Lubuklinggau dengan proses pembelajaran menggunakan model Think Pair Share
(TPS). Strategi pembelajaran ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif
dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Hasil
belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau setelah penerapan
model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) secara signifikan tuntas dengan rata-rata
nilai 76,2. Dengan demikian hipotesis (Ha) yang diajukan dalam penelitian ini dapat
diterima.
Page 16
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Amran. 2006. Metodologi Penelitian. Surabaya: SIC
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azizah, Dewi. 2013. Penerapan Pendekatan Struktural Metode Think Pair Share
(TPS) pada Materi Lingkaran untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Matematika Siswa. Jurnal Delta,(1), 2 Hal. 115-199
Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Prosedur Belajar-Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Handayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia
Isjoni. 2010. Cooperative Learning.Bandung: Alfabeta
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo
Nirsam. 2005. Pembelajaran dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Nurhadi. 2007. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo
Page 17
Setyono, Ariesandi. 2010. Mathemagics Cara Jenius Belajar Matematika. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana
Pustaka
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progeresif. Jakarta: Prestasi
Pustaka