PENERAPAN METODE TILAWATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR`AN DI MI AL-FALAH BERAN NGAWI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Oleh : SITI MUTMAINNAH NIM: 073111044 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
102
Embed
PENERAPAN METODE TILAWATI DALAM PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · PENERAPAN METODE TILAWATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR`AN DI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENERAPAN METODE TILAWATI DALAM
PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR`AN DI MI
AL-FALAH BERAN NGAWI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh :
SITI MUTMAINNAH
NIM: 073111044
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Mutmainnah
NIM : 073111044
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agma Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 30 Mei 2011
Saya yang menyatakan
SITI MUTMAINNAH
NIM. 073111044
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan:
Judul Skripsi : Penerapan Metode Tilawati dalam Pembelajaran
Al-Qur`an di MI Al-Falah Beran Ngawi
N a m a : Siti Mutmainnah
N I M : 073111044
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh dewan penguji fakultas tarbiyah
IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
“Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”.
Dan Allah datangkan kepada manusia Al-Qur`an, yang Allah pisah-
pisahkan, yakni Allah menurunkan Al-Qur`an itu secara terpisah-pisah dan
berangsur-angsur pada malam lailatul Qadar di bulan Ramadhan selama 23
tahun, Sesuai dengan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan turunnya
masing-masing ayat.
Adapun maksud diturunkannya Al-Qur`an secara berangsur-angsur,
bagian demi bagian adalah agar nabi Muhammad bisa membaca dan
1 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, Dan Mencintai Al-Qur`An,
(Jakarta, Gema Insani, 2005), cet.11, hlm.15.
2
mengajarkannya pada umat manusia dengan perlahan dan hati-hati sehingga
mudah untuk menghayatinya. Dengan demikian lebih membantu pemahaman
maknanya.2
Mempelajari Al-Qur’an bagi setiap umat Islam merupakan suatu
kewajiban. Langkah pertama untuk mempelajari Al-Qur’an adalah belajar
membaca. Karena seseorang yang dapat membaca tulisan maka langkah
selanjutnya seseorang dapat menulis, dan dengan membaca orang hafal
dengan abjad huruf-huruf dasar. Membaca Al-Qur`an tidak lepas dari istilah
Murotal (membaca dengan irama atau lagu).3 Karena menyangkut dengan
kecintaan dan penjiwaan bagi orang yang mentadabur Al-Qur`an dan juga
merupakan sunnah Nabi, sebagaimana sabda beliau:
عن عبد , عن طَلْحةَ, ن األ عمشِحدثنا جرِير ع, حدثنا عثْمانُ بن أيب شيبةَعن الْبراِء بنِ عازِبٍ قَالَ قال رسولُ اهللا صلى اهللا عليه وسلم , الرحمنِ بنِ عوسجةَ
:كُماتوانَ بِأَصوا الْقُرني٤)رواه ابو داود. (ز
“Hadis dari Utsman bin Abi Syaibah, hadis dari Jarir dari ‘Amsy, dari Thalhah, dari Abdur Rohman bin ‘Ausyajah, dari Barai bin ‘Azib berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Hiasilah Al-Qur`an kalian dengan suara kalian.” (HR. Abu Dawud)
Pada saat sekarang ini masih banyak metode membaca Al-Qur`an
yang cenderung konvensional, yaitu dengan nada lurus sehingga terkesan
monoton yang berdampak pembelajaran kurang dapat diminati oleh siswa
sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Mempelajari Al-Qur`an
termasuk cara membacanya dengan baik dan benar tidaklah mudah seperti
halnya membalik tangan. Selain harus mengenal huru-huruf hijaiyah tentu
juga dibutuhkan keterampilan sendiri agar dapat membaca Al-Qur`an secara
tartil. Tartil artinya membaca Al-Qur`an dengan perlahan lahan dan tidak
terburu-buru dengan bacaan baik dan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-
2 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi ,juz XV,(Semarang: P.T. Karya Thoha
Putra, 1993), hlm.213 3 M. Dzikron, Muri Q, hlm.5 4 Al Imam Abi Dawud, Sunan Abi Dawud Juz I, (Mesir : Al-Qahiroh, 2007), hlm. 295.
3
sifatnya sebagaimana di jelaskan dalam ilmu tajwid.5 Dari kata tartil inilah
lahir istilah murotal yaitu pembacaan Al-Qur`an secara baik, benar dan lancar
dengan irama standar.
Dasar membaca dalam Al-Qur`an sudah diterangkan bahwasannya
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha mulia, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalamDia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”6(Q.S.Al-`Alaq: 1-5)
Ayat di atas megungkapkan bahwasannya membaca adalah suatu
langkah awal di mana seseorang mendapat ilmu pengetahuan dari pembacaan
kemudian timbullah pemahaman sehingga terciptalah suatu ilmu pengetahuan.
Belajar adalah salah satu upaya membentuk peradaban yang dicita-citakan
oleh masyarakat muslim, maka pemahaman terhadap Al-Qur`an harus
ditingkatkan agar tidak terjadi kesalahan dalam menangkap pesan yang
terkandung di dalamnya.
Sebutan bacaan yang baik memiliki banyak aspek, selain etika dalam
membaca Al-Qur`an, kata baik juga menyangkut sikap terhadap Al-Qur`an.
Dalam membaca Al-Qur`an seorang muslim taksekedar memenuhi
persyaratan seperti suci badan, pakaian dan tempat, akan tetapi juga
menyucikan hati dan perasaan, agar saat membaca Al-Qur`an yang muncul di
hati adalah perasaan cinta dan penuh kerinduan kepada sang pemilik Al-
Qur`an dengan ciri-ciri tertentu demi mencapai keberhasilan dalam
pembelajaran.
Lagu adalah karya sastra yang merupkan simbol dari ekspresi jiwa,
perasaan, ide maupun gagasan yang mempunyai peranan penting bagi
pendengarnya sebagai pemahaman, cara berhubungan, maupun cara
penciptaan.
Sebagian besar anak kecil cenderung untuk menyukai lagu-lagu
(nyanyian) dan suara yang merdu, terutama jika menggunakan kata-kata yang
mudah dihafal. Lagu-lagu (nyanyian) tersebut dapat diperoleh secara lisan dan
melalui kaset. Adapun tema dari lagu-lagu tersebut adalah tema-tema yang
dapat membantu dan memudahkan peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan. Seperti kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur`an seperti kisah-
kisah tentang binatang dan para nabi, perbuatan-perbuatan yang baik seperti
jujur, membaca Al-Qur`an dan ketulusan.8
Pada penelitian ini, penulis mengangkat satu metode yang telah
berkembang pada abad ini, yaitu metode Tilawati. Metode Tilawati
merupakan metode balajar membaca Al-Qur`an yang menggunakan nada-nada
tilawah dengan pendekatan yang seimbang antara pembiasaan melalui
klasikal dan kebenaran membaca melalui individual dengan tehnik baca
simak,9 sehingga dalam pembelajaran peserta didik dapat tuntas dan khatam
dalam membaca Al-Qur`an. Dengan penerapan lagu dalam bacaan Al-Qur`an
siswa akan lebih senang dalam proses pembelajaran dan gemar membaca Al-
Qur`an sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
Dalam pembahasan ini, penulis akan memaparkan lebih lanjut tentang
metode tilawati sebagai alternatif pilihan dalam rangka untuk dapat membaca
Al-Qur`an dengan pemilihan lokasi di MI Al-Falah Beran Ngawi.
8 Syaikh Muhammad Said Mursi, Seni Mendidik Anak, (Jakarta Arroya) hlm.144. 9Abdurrahim Hasan,S.Ag dkk, Strategi Pembelajaran Al-Qur`An Metode Tilawati
Mengajar dan belajar merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Mengajar manunjukkan pada apa yang harus
dilakukan oleh guru sebagai pengajar sedangkan belajar merujuk pada apa
yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran
(peserta didik).
Istilah proses pembelajaran dapat diartikan pula pengajaran yang
diartikan sebagai proses penyajian bahan oleh seseorang kepada orang lain
dengan tujuan agar orang lain itu menerima dan menguasai bahan tersebut
bahan pelajaran disini berarti sesuatu yang berbentuk ilmu pengetahuan,
kecakapan ketrampilan, aktivitas serta hasil-hasil budaya pada umumnya.
Menurut Nana Sudjana mengajar merupakan suatu proses, yakni
proses mengatur, mengorganisasi, lingkungan yang ada di sekitar peserta
didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik
melakukan proses belajar.20
Sedangkan menurut Nasution sebagaimana yang telah dikutip oleh
Suryosubroto, bahwa mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi
atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya
dengan peserta didik, sehingga terjadi belajar mengajar.21
Menurut Sikun(guru besar IKIP Bandung) mengajar adalah suatu
kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mngenai segi kognitif dan
psikomotor yaitu supaya anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap
berpikir kritis, sistematis, dan objektif, serta trampil mengerjakan sesuatu.
20 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2000) Cet. 5, hlm. 29 21 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
Cet. 2, hlm. 15
14
Misalnya membaca, menulis yang padaa intinya pengajaran tersebut
menolong anak didik menuju kedewasaan.22
Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan mengajar adalah
usaha melakukan kegiatan belajar, sehingga proses belajar mengajar tidak
hanya proses penyampaian materi saja, akan tetapi yang terpenting adalah
proses membelajarkan peserta didik, jadi pendidik harus dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan logis sehingga tercipta peserta didik yang erilmu
pengetahuan, trampil, dan mempunyai pengetuhuan budaya dan bersosial.
Menurut Anthony Robbins mendefinisikan belajar sebagai proses
menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di
pahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.23
Menurut Oemar Hamalik belajar adalah modifikasi atau
mempertaguh kelakuan melalui pengalaman(learning is defined as the
modification or strengtthening of behavior trough experiencing).24
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai
hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau
kecenderungan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta
mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain.25
Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang
terdiri atas daya mengamat, menanggap, dan mengigat. Dengan
mengadakan pengulangan, maka daya-daya tersebut akan berkembang.26
Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas bahwa belajar adalah
suatu proses atau suatu kegiatan merubaha tingkah laku seseorang dan
22 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003 ), cet.7, hlm,7 23 Trianto, M.P.D, Mendesain Model Pembelajaran Inivatif-Progresif: Konsep Landasan,
Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP),(Jakarta:Kencana, 2010) cet.2, hlm.15
24 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,(Jakarta:PT. Bumi aksara, 2009), cet.9, hlm.28
25 Made Pidarta, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet. I, hlm. 197 26 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.
46.
15
sebagai hasil dari pengalaman interaksi antara individu dan individu
dengan lingkungannya. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
supaya dapat berjalan dengan efektif dan efisien maka diperlukan
perencanaan yang tersusun secara sistematis, sehingga proses belajar
mengajar lebih bermakna dan berjalan dengan baik agar memperolah
deskripsi yang jelas mengenai pembelajaran membaca Al-Qur`an, akan
penulis kemukakan beberapa pendapat tokoh pendidikan diantaranya:
Menurut E. Mulyasa, Pembelajaran pada hakikatnya adalah
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi
perubahan perilaku kearah yang lebih baik.27
Dimyati dan Mudjiono mendefinisikan pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk
membuat peserta didik belajar secara aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber.28 Maka pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu
kegiatan yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat
berkembang kearah yang diharapkan. Pendidikan pengajaran atau
pembelajaran merupakan salah satu wahana yang dapat memperbaharui
pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik menuju jalan
kehidupan yang disediakan oleh sang peciptanya.
Sedangkan membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa
yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dihati).29 Menurut Bond
sebagaimana yang di kutip oleh mulyono, bahwa membaca merupakan
pengenalan simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu
proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membentuk suatu
pengertian melalui pengelaman yang dimiliki.30
27E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep Karakteristik dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 11, hlm. 100 28Syaiful Sagala, Konsep dan Makna pembelajaran, (Bandung: IKAPI, 2003), hlm.61-62. 29 Tim penyusun kamus bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: balai pustaka,
2005) cet. 3 halaman 83 30Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar,(Jakarta
Rineka Cipta,1999), cet.1, hlm 200
16
Menurut Bobbi De Potter dan Mike Hernarcki ada empat macam
cara membaca dilihat dari segi kecepatannya, yaitu:
a. Biasa (reguler) yaitu cara membaca yang relatif lambat, dengan membaca baris
demi baris seperti yang biasa dilakukan dalam membaca bacaan ringan b. Melihat dengan cepat (skimming)
yaitu membaca yang dilakukan dengan cepat, untuk membaca pokok pikiran utama. Inilah yang dilakukan ketika sedang mencari sesuatu yang khusus dalam sebuah teks. Misalnya cara membaca buku telepon atau kamus.
c. Melihat sekilas (scanning) yaitu membaca dengan sekilas yang digunakan untuk membaca
informasi tertentu seperti; melihat isi buku atau seperti cara kita membaca koran.
d. Kecepatan tinggi (werp speed) yaitu adalah teknik membaca satu bahan bacaan dengan kecepatan
tinggi dan dngan pemahaman tinggi.31
Beberapa macam cara membaca diatas dapat memberikan
gambaran manakah yang cocok untuk diterapkan dalam proses belajar
mengajar sebagai acuan untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca
bagi peserta didik khususnya
Membaca adalah salah satu dari proses dari pembelajaran.
Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan membaca buku, belajar di kelas
atau di sekolah dan prosesnya diwarnai interaksi antara berbagai
komponen yang saling berkaitan untuk membelajarkan peserta didik.
Belajar bukan sekedar hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari hal
tersebut yaitu dapatnya peserta didik memahami dan mengalami atau
mengaktualisasikan daripada materi atau ilmu tersebut.
Menurut Sumadi Suryabrata memberikan definisi belajar
mencakup hal-hal pokok sebagai berikut:
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan. b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya
kecakapan baru c. Bahwa perubaha itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).32
31 Bobbi De Potter dan Mike Hernarcki, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan
tartil lebih luwas dibanding tahqiq. Perbedaan lain ialah tartil lebih
menekankan aspek memahami dan merenungi kandungan ayat-ayat Al-
Qur`an. Sedangkan tahqiq tekanannya pada aspek bacaan.
c. Membaca dengan Tadwir
Tadwir adalah membaca Al-Qur`an dengan memanjangkan mad,
hanya tidak sampai penuh.
d. Mebaca dengan Hadr
Hadr adalah membaca Al-Qur`an dengan cara cepat, ringan dan
pendek, namun tetap dengan menegakkan awal dan akhir kalimat serta
meluruskannya. Suara mendengung tidak sampai hilang, meski cara
membacanya cepat dan ringan. Cara ini biasanya dipakai oleh para
penghafal al-qur`an pada kegiatan khataman 30 juz sehari.
Dari keempat tata cara membaca Al-Qur`an diatas tata cara yang
ideal untuk anak–anak adalah tata cara pertama, yaitu tahqiq.dengan
membaca secara tahqiq anak akan terlatih membaca Al-Qur`an secara
pelan,tenang dan tidak terburu-buru.cara ini akan membiasakan amnak
membaca alqur`an secara baik dan benar.
Kaitannya dengan tahqiq terkait dengan Al-Qur`an surat Al-
Qiyamah ayat 16-18
Bagi kalangan anak-anak menerapkan tahqiq merupakan hal yang
ideal,sesuai dengan nash-nash dalam alqur`an dan hadis diatas, asal tidak
sampai ketingkat takalluf (memaksakan diri), ifrath (keterlaluan, melewati
batas) dan tidak sampai ketingkat memenggal-menggal huruf secara
dibuat-buat agar terkesan tartil.
Adapun cara membaca Al-Qur`an yang patut dihindari dalam
pembelajaran Al-Qur`an bagi anak adalah
a. Hadzamah, yaitu membaca Al-Qur`an secara tergesa-gesa,
terlalu cepat hingga salah dalam melafalkan hurufnya.
21
b. Al-lahn, yaitu membaca ang tudak sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid39
3. Tujuan Pembelajaran Membaca Al-Qur`an
Tujuan pembelajaran Al-Qur`an menurut an-nahlawi
mengemukakan bahwa tujuan jangka pendek dari pendidikan Al-
Qur`an(termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran membaca Al-Qur`an)
adalah mampu membaca dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid, memahami dengan baik dan menerapkannya. Di sini terkandung
segi ubudiyah dan ketaatan kepada Allah, mengambil petunjuk dari kalam-
Nya, taqwa kepada-Nya dan tunduk kepada-Nya.40
Sedangkan tujuan pembelajaran membaca Al-Qur`an menurut
Mardiyo antara lain:
a. Murid murid dapat membaca kitab allah dengan mantap baik dari segi kecepatan harakat,saktah(tempat tempat berhenti),membunyikan huruf huruf dengan makhrajnya dengan persepsi maknanya.
b. Murid-murid mengerti makna Al-Qur`an dan terkesan dalam jiwanya.
c. Murid-murid mampu menimbilkan rasa harus khusyu` dan tenang jiwanya serta takut kepada allah
d. Membiasakan murid-murid membaca pada mushaf dan memperkenalkan istilah-istilah yag tertulis baik untuk waqaf, mad dan idgham.41
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
mengarahkan peserta didik kepada hal yang akan dicapai. Dimana dalam
proses pembelajaran seorang pendidik berupaya mengarahkan peserta
yang diberi materi pelajaran an dari akhir proses tersebut seorang pendidik
berusaha untu mengarahkan peserta didik untuk dapat menguasai materi
sehingga tercapai sebuah tujuan yang di harapkan, yang mempunyai
kemampuan nantinya. Komponen kemampuan tersebut terdiri dari kognitif
afektif dan psikomotor
39 Ahmad Syarifudin, Op.Cit. hlm 81 40 Abdurrahman An_Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:
Ada beberapa tokoh yang mengatakan bahwa tujuan pembelajaran
membaca alqur`an adalah sebagai berikut:
a. Mardiyo mengatakan bahwa tujuan pembelajaran Al-Qur`an adalah
sebagai berikut;
1) Kemantapan membaca sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dan menghafal ayat-ayat atau surat-surat yang mudah bagi mereka.
2) Kemampuan memahami kitab Allah secara sempurna memuaskan akal dan mampu menenangkan jiwanya.
3) Menumbuhkan rasa cinta dan keagungan Al-Qur`an dalam jiwanya
4) Pembinaan pendidikan agama islam kepada anak berdasarkan sumber-sumbernya yang utama yaitu Al-Qur`an42
Menurut Mahmud Yunus, tujuan belajar Al-Qur`an adalah:
a. Memelihara kitab suci dan membaca serta memperhatikan isinya untuk jadi petunjuk dan pengajaran bagi kita dalam kehidupan dunia.
b. Mengingat hukum agama yang termaktub dalam Al-Qur`an, serta menguatkan dan mendorong berbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan.
c. Mengharap keridhahan Allah SWT dengan menganut i`tikad dan sahdan.
d. Menanamkan akhlak yang mulia dengan mengambil ibrah dan pengajaran serta tauladan yang termaktub dalam Al-Qur`an.
e. Menanamkan perasaan keagamaan dalam hati dan menumbuhkannya, sehingga bertambah keimanan dan bertambah dekat kepada Allah.43
4. Tahap Belajar Membaca Al-Qur`an
a. Membaca Al Qur`an dengan Tartil
Hukum membaca Al-Qur`an secara tartil adalah disunatkan,
sebagaimana disebutkan Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumudin
PQRوا UVWXYZأن ا ]^Y_` a XّcdZ د fYZا Xg نhi jdckZي اmZا a Pnop qrk` اXV~�YZ إqZ أ~Xب ذz {Zّن دةyواYZ اx UVWXYZأwp ة اXsZاء Y_p ji tZ^[ اXsZان
aا واXYم� �W fا وأ�XV� ji ]sZر`� `� اmnZل اxcYkY�a٤٤وا
42 Mardiyo, Op.Cit, hlm.37 43 M. Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hida Karya Agung,
1983), Hlm. 61. 44 Al Imam Al Ghazali, Ihya` Ulumuddin, Juz I, (Libanon: Dar Al-Kitab Al-
Islami,t.th),Hlm. 278.
23
“Ketahuilah bahwa tartil disunahkan tidak semata-mata bagi pemahaman artinya, karena bagi orang awam yang tidak mengerti akan arti Al-Qur`an juga disunatkan taritil dan pelan-pelan dalam membacanya. Karena yang demikian itu lebih mendekatkan pada memuliakannya dan menghormatinya serta lebih membahas hati daripada terburu-buru dan cepat.“
Pembahasan mengenai tartil ini, tidak lepas dari pengucapan
lisannya, oleh karena itu, guru mempunyai peranan penting karena
belajar membaca Al Qur`an mengacu pada keterampilan khusus, maka
guru harus lebih banyak memberikan contoh, dan mengajarkannya
berulang-ulang, apabila salah waktu mengajar, akan berakibat fatal
bagi murid.
b. Mempelajari Ilmu Tajwid
Ilmu tajwid adalah suatu ilmu pengetahuan tentang cara
membanca Al-Qur`an dengan baik dan tertib sesuai
makhrajnya,panjang pendeknya, tebal tipisnya, berdengung atau
tidaknya, iarama dan nadanya, serta titik komanya yang telah
diajarkan rasulullah SAW kepada para sahabatnya sehingga menyebar
luas dari masa kemasa45
Menurut Muhammad Al Mahmud dalam kitabnya Hidayatul Mustafid
“Tajwid adalah ilmu yang mempelajari, mengetahui hak dari masing-masing huruf dan sesuatu yang katut bagi masing-masing huruf tersebut berupa sifa-sifat huruf, bacaan panjang dan selain itu seperti tarqiq, tafkim, dan sebagainya”.
Sedangkan menurut para ulama tajwid mengeluarkan
(mengucapkan) huruf-huruf Al-Qur`an menurut aslinya satu persatu,
mengembalikan huruf kepada makhrojnya (tempat keluarnya huruf)
45 Tombak Alam, Ilmu Tajwid, (Jakarta: sinar grafika offset, 2009), cet.1, hlm.1 46 Muhammad Al-Mahmud, Hidayatul Mustafid, (Surabaya: Al-Hikmah), hlm.4
24
dan asalnya, dan menghaluskan pengucapannya dengan cara yang
sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa dan dipaksa-
paksakan.47
Adapun yang dimaksud dengan kaidah ilmu tajwid suatu
kaidah yang dipergunakan untuk membetulkan dan membaguskan
bacaan Al-Qur`an menurut aturan-aturan hukum tertentu, yang telah
diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Tujuan kaidah ilmu
tajwid adalah
1) Agar pembaca dapat membaca ayat-ayat suci Al-Qur`an dengan bacaan yang fasih (tepat, baik dan benar) sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya.
2) Agar dapat menjaga lisan pembaca dari kesalahan-kesalahan pembacaan yang dapat menjerumuskan keadaan perbuatan dosa.
3) Agar dapat menjaga dan memlihara kehormatan dan kesucian serta kemurnian Al-Qur`an dari segi bacaan yang benar.48
Hukum mempelajari ilmu tajwid sebagai disiplin ilmu
merupakan fardlu kifayah, sedangkan hokum membaca Al-Qur`an
dengan ilmu tajwid adalah fardhu `ain,49 artinya mempelajari ilmu
tajwid secara mendalam tidak diharuskan bagi setiap orang, tetapi
cukup diwakili oleh beberapa orang saja, namun jika dalam suatu
kaum tidak ada seorangpun yang mempelajari Ilmu tajwid hukumnya
berdosalah kaum tersebut, adapun hukum membaca Al-Qur`an dengan
menggunakan aturan Tajwid adalah fardlu Ain atau merupakan
kewajiban pribadi, karena apabila seseorang membaca Al-Quran
dengan tidak menggunakan hukum tajwid, hukumnya berdosa.
B. Metode Tilawati
1. Pengertian Metode Tilawati
Para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut :
47 Imam Murjito,.Penjelasan dan Keterangan “ Pelajaran Bacaan Ghorib/ Musykilat”
untuk Anak-Anak, (Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Quran Raudhatul Mujawwidin, t.th) hlm. 61
a. Hasan Langgulung, mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
b. Ab. al–Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
c. Al-Ahrasy mendefinisikan bahwa metode adalah jalan yang kita ikuti untuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam metode dalam berbagai pelajaran.50
Metode Tilawati dalam pembelajaran membaca Al-Qur`an yaitu
suatu metode atau cara belajar membaca Al-Qur`an dengan ciri khas
menggunakan lagu rost dan menggunakan pendekatan yang seimbang
antara pembiasaan melalui klasikal dan kebenaran membaca melalui
individual dengan tehnik baca simak. Metode ini aplikasi pembelajarannya
dengan lagu rast. Rast adalah Allegro yaitu gerak ringan dan cepat.51
pendekatan klasikal dan individual dan untuk mendukung dalam
menciptakan suasana belajar yang kondusif maka penataan kelas diatur
dengan posisi duduk peserta didik melingkar membentuk huruf U
sedangkan guru di depan tengah sehingga interaksi guru dan peserta didik
mudah.52 Format U dalam proses pembelajaran metode Tilawati sangatlah
bagus karena peserta didik dapat terkontrol semua oleh pendidik baik
klasikal maupun individual
Adanya penekanan-penekanan dalam membaca Al-Qur`an dengan
baik dan benar diperlukan latihan yang terus menerus dengan
mengoptimalkan potensi anatomis yang ada pada diri manusia yaitu otak,
mata dan mulut serta hati. Saat anak diminta untuk membaca secara
berlahan-lahan, pada saat itu pula diharapkan terjadi ”fokusisasi” atau
keseimbangan pada komponen anatomisnya, sehingga menghasilkan
bacaan yang benar.
Dengan latihan membaca secara terus menerus diharapkan
membantu dan mempercepat proses kelancaran Tilawahnya, dengan
50 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2001, hlm.3 51 M.Misbahul Munir, Pedoman Lagu-Lagu Tilawatil Qur`an Dilengkapi Tajwid dan
antara materi satu dengan materi yang lain ada hubungan
fungsional, bahan yang satu menjadi dasar meteri berikutnya.
5) Materi harus disusun dari yang sederhana menuju yang komplek,
dari yang mudah menuju yang sulit dengan demikian maka peserta
didik akan mudah memahaminya
6) Sifat materi atau bahan ada yang konkret dan mudah diingat, ada
yang hanya perlu pemahaman saja.56
Zakiyah Darajat berpendapat bahwa dalam pembelajaran
membaca al-qur`an ada garis-garis besar sistem belajar Al-Qur`an
yang perlu diperhatikan, yang isinya sebagai berikut:
1. pengenalan huruf hijaiyah, yaitu huruf arab dari alif sampai
ya`
2. cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-
sifat huruf itu yang dibicarakan dalam ilmu makhraj.
3. bentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakal, syaddah, mad
bacaan panjang).
4. bentuk dan fungsi tanda baca waqaf(berhenti).57
55 Nana Sudjana, dkk, Op. Cit., hlm. 67 56 Ibid, hlm. 69-70 57Zakiyah Darajat,et.al. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Bumi
Aksara,2010), cet.2, hlm.91
30
Adapun tujuan belajar membaca Al-Qur`an sebagaimana yang
dikemukakan para pakar adalah sebagai berikut :
c. Metode Pengajaran
Menurut B. Suryobroto yang mengutip pendapat Winarno
Surakhmad menegaskan metode pengajaran adalah cara-cara
pelaksanaan dari pada proses pengajaran atau soal bagaimana
tembusnya suatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di
sekolah.58 Jadi metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan
alat untuk mencapai tujuan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya mampu
melakukan inovasi dalam pembelajaran, sehingga tidak terpaku pada
satu metode mengajar, terkadang perlu juga variasi dalam
pembelajaran, agar pembelajarannya tidak monoton.
Oleh karena itu sangat dibutuhkan kompetensi guru dalam
memilih metode yang tepat dan sesuai dengan pelaksanaan proses
mengajar.
Pelaksanaan metode Tilawati ini dalam prosese pembelajaran
mempunyai 4 prinsip
1) Diajarkan secara praktis
2) Menggunakan lagu rost
3) Diajarkan secara klasikal menggunakan peraga
4) Diajarkan secara individual dengan tehnik baca simak
menggunakan buku59
Pada proses pembelajaran metode Tilawati terdiri dari alokasi waktu,
pendekatan pembelajaran, proses pembelajaran merupakan rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan santri, dalam halini bisa
peserta didik dan pendidik dalam kegiatan pengajaran dengan
menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan sehingga tercapai tujuan
58 B. Suryobroto, Op.Cit, hlm. 140 59 Abdurrahman Hasan,dkk, Strategi Pembelajaran Al-Qur`an Metode Tilawati, hlm.13
31
yang telah ditetapkan dalam kurikulum.proses pembelajarannya dapat
dilihat dilampiran 1.
Selain beberapa metode di atas untuk menunjang keberhasilan
belajar membaca Al-Qur`an adalah sebagai berikut:
1) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dengan
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses
pembentukan tertentu kepada siswa.60
Prosedur demonstrasi yang dikemukakan oleh Wina
Sanjaya. Beliau berpendapat bahwa, sebelum demonstrasi
dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:
a. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
b. Kemukakan apa yang harus dicapai oleh siswa. c. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang siswa untuk berfikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan, sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.
d. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
e. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.61
2) Metode Latihan
Metode Latihan merupakan suatu metode pengajaran
dengan jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang
sudah diberikan.62 Metode latihan ini digunakan setelah guru
ceramah, kemudian ada waktu yang tersisa anak didik
60 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers,
2002), cet. 1, hlm. 190 61 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
diperintahkan untuk latihan dari pelajaran membaca Al-Qur`an.
Dengan latihan, diharapkan siswa mampu membaca Al-Qur`an
secara terampil dan benar.
3) Metode Sorogan
Metode sorogan yaitu penyampaian pelajaran dimana
seorang santri atau murid maju dengan membawa kitab untuk
dibaca dihadapan seorang seorang guru atau kyai. Jadi dapat
diartikan bahwa metode Sorogan merupakan proses belajar
mengajar yang dilakukan dengan cara satu persatu (secara
individu) sesuai dengan meteri pelajaran yang dipelajari.63Metode
ini digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik satu
persatu. Karena dengan metode ini peserta didik akan berhadapan
dengan guru(pendidik) satu persatu dan dengan demikian akan
diketahui mana peserta didik yang sudah bisa dan yang belum.
4) Metode Baca Simak
Metode baca simak merupakan proses belajar mengajar
yang dilakukan dengan cara sebagian waktu untuk membaca secara
bersama-sama dan sebagian waktu yang lainnya untuk membaca
secara individu atau kelompok, sedangkan murid yang lain
menyimak.64Penerapan metode ini akan menjadikan peserta didik
fokus terhadap bacaan, karena ketika teman yang satu membaca
maka dirinya tentu akan meniru meskipun dengan perlahan-lahan
suaranyapun tidak keras karena dirinya sadar akan membaca dan
disimak teman juga, sehingga lagu rost yang diterapkan dalam
bacaan peserta didik tersebut berupaya menerapkannya
5) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara
lisan oleh guru terhadap kelasnya. Selama berlangsungnya
63 Nur Uhibiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : pustaka setia,
1997), cet.1, hlm. 157. 64 Imam Murjito, Metode Pedoman Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Quran Qiroati,
(Semarang : Yayasan Pendidikan Al-Qur`an Raudhatul Mujawiddin, t.th), hlm, 25.
33
ceramah, guru bisa menggunakan alat pembantu seprti gambar
bangun, agar uraiannya menjadi lebih jelas. Tetapi metode utama
dalam perhubungan guru dengan murid-murid adalah berbicara.65
6) Metode Pemberian Tugas
Metode resitasi adalah metode pemberian tugas di luar jam
pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini anak-anak dapat
mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, tetapi di
perpustakaan, di laboratorium, dan sebagainya untuk
dipertanggung jawabkan kepada guru.66
Hal-hal yang hendaknya dilakukan guru agar pemberian
tugas yang diberikan dapat bermanfaat untuk siswa dan melatih
siswa bertanggung jawab antara lain:
a) Setiap tugas yang diberikan harus dikontrol b) Siswa yang mengalami kegagalan harus dibimbing c) Hargailah setiap tugas yang dikerjakan murid d) Berikan dorongan bagi siswa untuk melaksanakan tugas dengan
baik.67
d. Media
Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau
“Pengatar”.68 Association for Education and Communication
Tachnology (AECT) dalam buku M. Basyiruddin mendefinisikan
Media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses
penyaluran informasi. Sedangkan Education Association (NEA) dalam
buku yang sama mendefinisikan sebagai benda yang dapat
dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca dan dibicarakan beserta
instrumen yang dipergunakan dengan baik pada pembelajaran, dapat
mempengaruhi aktivitas program instruksional.69
65 B. Suryosubroto, Op. Cit., hlm.155 66 Abu Ahmadi dkk, SBM (Strategi Belajar Mengajar), (Bandung : C.V. Pustaka Setia,
1997), hlm.61. 67 Ramayulis, Op.Cit, hlm.165-167 68 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), hlm. 11 69
Ibid, hlm. 11
34
Bebrapa definisi tersebut dapat ditarik simpulan bahwa
pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan
dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemampuan audien
(siswa) sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.70
Media sangat bermanfaat bagi kelancaran proses belajar-
mengajar demi mencapai tujuan yang telah dirumuskan, karena media
sangat membantu guru dalam mengajar dan menarik perhatian peserta
didik dalam proses pembelajaran sehingga memudahkan siswa untuk
menerima dan memahami pelajaran.
Media mempunyai berbagai fungsi dalam proses belajar
mengajar, yakni :
1) Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan juga memudahkan
pengajaran bagi guru.
2) Memberikan pengalaman lebih nyata.
3) Menarik perhatian siswa lebih besar atau tidak membosankan.
4) Semua indra murid dapat diaktifkan
5) Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
6) Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitasnya.71
Macam-macam media yang dapat digunakan dalam proses
belajar-mengajar:
1) Media Grafis
Media grafis termasuk media visual yang berfungsi untuk
menyalurkan pesan dari sumber ke penerima, pesan yang akan
disampaikan dapat dituangkan dalam simbol-simbol komunikasi
visual.72 Oleh karena itu simbol-simbol yang ada perlu dipahami
secara tepat dan benar agar proses penyampaian pesan dapat
berhasil secara efektif.
Media grafis ini berfungsi untuk menarik perhatian
memperjelas penyajian, mengilustrasikan materi yang akan cepat
dilupakan apabila tidak digrafiskan. Mengajar metode Tilawati,
media grafis yang digunakan adalah peraga yang berbentuk
lembaran yang berisi uraian materi
2) Media Pajang
Media pajang pada umumnya digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi di depan kelompok kecil.73
Media ini meliputi papan tulis, papan magnet, papan kain. Media
pajang yang paling sederhana dan hampir selalu tersedia papan
tulis.
Pada pembelajaran metode Tilawati di MI Al-Falah Beran
Ngawi menggunakan media pajang yang berupa papan tulis
sebagai alas dari alat peraga tilawati. Karena dalam Tilawati ini
buku peraga dan buku pegangan bagi peserta didik di bedakan
bentuknya. Alat peraga ukurannya lebih besar dari buku pegangan.
e. Evaluasi
Evaluasi berarti menilai, sedangkan menurut Ralph Tyles
evaluasi adalah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana dalam hal apa dan bagian mana tujuan pendidikan sudah
tercapai.74 Evaluasi sangat penting, oleh karena itu suatu pengajaran
tidak mungkin lepas dari proses evaluasi. Karena dengan adanya
evaluasi maka guru dapat mengukur berhasil atau tidaknya proses
belajar mengajar yang dilaksanakan dan memberi kesimpulan dari
proses belajar mengajar
Fungsi dari evaluasi adalah:
a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan
siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama
jangka waktu tertentu.
73 Azhar Arsyad, Media Pelajar, (Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 40 74 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),
hlm. 3
36
b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengadaan.
c. Untuk keperluan bimbingan dan konseling.
d. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah
yang bersangkutan.75
Fungsi tersebut dapat di bagi menjadi epat yaitu fungsi bagi peserta
didik, pendidik, bagi lembaga, bagi orang tua
a. Bagi peserta didik
1. Menumbuhkan sikap percaya diri
2. Memberikan motivasi peningkatan prestasi
b. Bagi pendidik
1. Untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar
2. Memperbaiki kekurangan-kekurangan guru dalam proses
pembelajaran
3. Memperoleh bahan masukan untuk pengisian nilai rapot.
4. Mengetahui kemampuan santri
c. Bagi lembaga
1. Memberikan masukan untuk perbaikan dan meningkatkan kualitas
program dan guru
2. Memberikan masukan dalam rangka pengupayaan tersedianya
sarana yang diperlukan.
d. Bagi orang tua
1. Memberikan informasi mengenai prestasi belajar anaknya
2. Memberikan umpan balik agar orang tua semakin terdoronguntuk
ikut serta dalam upaya memajukan pendidikan
Dalam pengajaran Al Qur`an dengan metode Tilawati evaluasi
dilakukan dalam tiga bentuk:
a. Pre test
75 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 5-7
37
Adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka menjajagi kemampuan
santri sebelum mereka mengikuti proses pembelajaran sebagai bahan
untuk pengelompokan kelas.
b. Harian
Evaluasi yang dilakukan setiap hari oeh guru untuk menentukan
kenaikan halaman buku tilawati secra bersama dalam satu kelas
Pelaksanaannya sebagai berikut:
1) Halaman diulang apabila santri yang lancar kurang dari 70
persen
2) Halaman dinaikkan apabila santri yang lancar minimal 70
persen
c. Kenaikan jilid
Evaluasi yang dilakukan secara periodik oleh munaqisy lembaga untuk
menentukan kenaikan jilid buku Tilawati.76
Bentuk penilaian dan standar evaluasi metode Tilawati
4. Guru dan Peranannya Dalam Proses Belajar Mengajar Tilawati
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada
anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
76 Abdurrahman Hasan,dkk, Op.Cit , hlm. 24-25
No Bidang Nilai max
Nilai min
Nilai
1 Fashahah 30 30 Waqaf &ibtida` Kesempurnaan mengucapkan harakat Kesempurnaan huruf dan kalimat 2 Tajwid 40 25 Makharijul huruf Sifatul huruf Ahkamul mad wal qasr 3 Suara dan lagu 15 8 Kualitas vocal(lantang) Penguasaan lagu 4 Gharib dan musykilat 10 7
Total
38
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di
lembaga pendidikan formal, tetapi juga di masjid, di surau atau mushola,
di rumah dan sebagainya.77 Guru adalah salah satu komponen manusiawi
dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang
pembangunan.78 Karena pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesional
maka untuk menjadi guru harus pula memenuhi persyaratan yang berat.
a. Syarat Guru Secara Umum adalah
1) Harus memiliki bakat sebagai guru.
2) Harus memiliki keahlian sebagai guru
3) Memiliki kepribadian yang baik dan integrasi.
4) Memiliki mental sehat.
5) Berbadan sehat.
6) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
7) Guru adalah manusia berjiwa Pancasila dan
8) seorang guru adalah warga negara yang baik.79
Sedangkan guru yang akan mengajarkan ilmu bacaan Al-
Qur`an dengan menggunakan metode tilawati syaratnya adalah guru
tersebut harus sudah mengikuti pelatihan tilawati yang diselenggarakan
oleh LPTKA atau oleh lembaga pelatihan di kabupaten yang saat ini
dikelola oleh Bapak sukamto, sehingga penyampaiannya dapat sesuai
yang diharapkan atau sesuai dengan visi misi pembelajaran tilawati
tersebut. Kompetensi guru tilawati sendiri mempunyai beberapa
kriteria, diantaranya yaitu:
1) Tartil membaca al Qur’an.
2) Menguasai lagu rost
77 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : PT
Asdi Mahasatya, 2005), cet.2, hlm 31 78 Sardiman, A.M, Op.Cit, hlm. 125 79 Omar Hamalik, Proses Belajar mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 118
39
3) Menguasai metodologi dan teknik pengelolaan belajar metode
tilawati.
Pelatihannyapun tidak hanya dilakukan satu kali saja tapi ada
evaluasi ditiap tahunnya atau bisa dibilang kontinue ditiap tahunnya.
Ketika seseorang telah mengikuti pelatihan maka dia akan mempunyai
sertifikat untuk diperbolehkan mengajar Al-Qur`an dengan
menggunakan metode tilawati namun ketika satu tahun ilmu tersebut
tidak diamalkan maka gugurlah izin pengajarannya. Paska itu hasil
pembelajaran akan dipantau langsung dari pusat dan dievaluasi ditiap
tahunnya.
b. Peranan Guru dalam proses belajar mengajar
Ketika berbicara tentang peranan guru maka tidaklah jauh dari
fungsi guru itu sendiri yaitu sebagai pengajar, pendidik dan
pembimbing, maka hal ini sangatlah dibutuhkan berbagai peranan pada
diri guru.
Mengenai apa peranan guru itu ada beberapa pendapat yang
menjelaskan, tetapi penulis hanya mencantumkan satu pendapat saja,
yaitu menurut Prey Katez menggambarkan peranan guru sebagai
komunikator, sahabat yang memberikan nasihat-nasihat motivator
sebagai inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan
sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan
yang diajarkan.80
Peran guru mengajar membaca Al-Qur`an dengan metode
Tilawati yaitu menguasai dan mengarahkan anak didik menjalani
proses belajar dengan perasaan yang menyenangkan, sebagai langkah
awal untuk memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar.
BAB III
METODE TILAWATI DI MI AL-FALAH BERAN NGAWI
80 Sardiman, A.M., Op. Cit., hlm. 141
40
A. Keadaan Umum MI Al-Falah
1. Letak Geografis
Lokasi MI Al-Falah terletak di JL.A.Yani Beran Ngawi sebelah
kiri MI adalah PonPes Darul Qur`an dan sebelah kanan MI tersebut adalah
Masjid An-Nur .81 Suasana di MI Al-Falah sangat agamis karena ditengah-
tengah antara masjid dan Pon-Pes Darul Qur`an dan tempatnya juga
strategis di pinggir jalan raya sebelah selatan alun-alun Ngawi.
2. Sejarah Berdirinya
MI AL Falah Beran Ngawi adalah lembaga pendidikan setingkat
Sekolah Dasar( SD ) berciri khas agama Islam, dan berada dibawah naungan
Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdatul ‘Ulama’ ( LP Ma’arif NU ).
Lembaga ini berdiri pada tahun 1953 oleh para ulama dan sesepuh
Desa Beran, diantaranya : KH.Mukti, KH.Abdullah Syarfin, KH.Thoyyib,
KH.Affandi, dan Abdurrohim. Tujuan pendirian lembaga ini adalah ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan berlandaskan ajaran agama Islam.
Pada awalnya lembaga ini bernama SRI ( Sekolah Rakyat Islam )
dengan Kurikurum LP Ma’arif. Pada tahun 1960 berubah menjadi SDI
(Sekolah Dasar Islam) dengan kurikulum untuk pendidikan agama mengikuti
kurikulum Departemen Agama dan untuk pendidikan dan
kebudayaan.kemudian tahun 1970 berubah nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah
Al Falah Beran dan siswa lulusannya mendapatkan sertifikat Tamat Belajar /
Ijasah dari Departemen Agama.
Pengelola madrasah di tangani oleh pengurus MI di bawah naungan LP
Ma’arif. Tempat belajar siswa bermula dari meminjam perumahan penduduk.
Setelah KH. Thoyyib mewakafkan tanah seluas 1.800 m2 untuk kegiatan
pendidikan islam, maka kegiatan dilaksanakan digedung sendiri bermula dari
bangunan yang sederhana, dalam perkembangannya sudah menjadi bangunan
yang permanen.
81 Hasil Wawancara dengan Purwanto, S.Pd.I selaku kepala sekolah MI Al-Falah tanggal
10 Pebruari 2011
41
Berkat kerjasama yang baik antara pengelola madrasah, pengurus
madrasah, BP3 / komite madrasah, pemerintah, masyarakat, dan alumni kini
MI Al Falah Beran telah berkembang menjadi madrasah yang maju dan di
minati masyarakat Kabupaten Ngawi dan sekitarnya.
Sejak berdiri dan didaftar oleh Departemen Agama, MI Al Falah Beran
telah mengalami 5 kali regenerasi kepemimpinan :
1. Mochyar Ali Ma’mun ( 1953-1960 )
2. H. Aminan AR ( 1960 – 1969 )
3. Zainuddin ( 1969 – 1990 )
4. Siti Arfiatun, A.Ma ( 1990 – 2006 )
5. Purwanto, S.Pd.I ( 2006 – sekarang )
Pendidika MI Al-Falah sendiri mempunyai tujuan. Tujuan pendidikan
di MI Al-Falah Beran Ngawi yaitu:
1. Mewujudkan para siswa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan
berakhlak mulia;
2. Mewujudkan para siswa lebih tekun dalam menjalankan ibadah sholat,
puasa,dan zakat secara mandiri sesuai dengan perkembangannya;
3. Mewujudkan para siswa dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan
benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid;
4. Mewujudkan para siswa dapat menghafalkan surat surat pendek Al
Qur’an / Juz’Amma, ayat ayat pilihan , dan bacaan tahlil dengan baik dan
benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid;
5. Mewujudkan para siswa dapat memahami, menghayati, dan
mengamalkan isi kandungan Al Qur`an sesuai dengan tingkat
perkembangannya;
6. Mewujudkan para siswa sehat jasmani dan rohani, kreatif, terampil, dan
bekerja untuk dapat mengembangkan diri secara terus menerus;
7. Mewujudkan para siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan, kemampuan,
dan ketrampilan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi;
8. Mewujudkan para siswa memiliki prestasi akademik dan non akademik;
42
9. Mewujudkan para siswa mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sesuai dengan tingkat perkembangannya;
10. Mewujudkan para siswa mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat,
kebudayaan, dan agamanya.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah seluruh petugas yang berkecimpung
dalam pengelolaan dan pengembangan program pendidikan dan
pengajaran. MI Al-Falah Beran Ngawi mempunyai struktur organisasi
dengan koordinatornya adalah kepala sekolah yang dibantu oleh para
wakil kepala sekolah. Masing-masing bagian ketunaan dikoordinatori oleh
tim ahli dalam bidangnya. Struktur organisasi MI Al-Falah Beran dapat
dilihat dilampiran 2
4. Keadaan Guru, Karyawan, dan Murid
a. Keadaan Guru
Guru yang mengajar di MI Al-Falah Beran Ngawi datang dari
berbagai daerah, mereka mempunyai latar belakang yang heterogen.
Guru yang mengajar tilawati adalah pendidik yang benar-benar
menguasai tilawati, mereka adalah pendidik yang di datangkan dari
luar. Jadi untuk pendidik tilawati di MI Al-falah ini adalah orang-
orang yang ahli dalam metode tilawati, dan mereka mempunyai
struktur sendiri dalam pelaksanaannya82 data dari pendidik tilawati di
MI Al-Falah Beran Ngawi dapat dilihat di lampiran 3
Data pendidik koordinator bidang kesenian yaitu Imam
Syafi`i,S.Pd.I83
b. Keadaan Karyawan
Karyawan adalah sebagai tangan panjang pimpinan sekolah
yang akan sangat membantu berjalannya proses belajar mengajar Al-
Qur`an. MI L-Falah Beran Ngawi sebagai lembaga pendidikan, dalam
82 Wawancara Wasingul selaku guru Tilawati tanggal 17 Pebruari 2011 83 Wawancara dengan kepala sekolah, Op.cit, tanggal 10 Pebruari 2011
43
kegiatan keseharian mengikut sertakan beberapa orang karyawan yang
mempunyai tanggung jawab masing-masing. Misalnya yang
menangani administrasi yaitu di pegang oleh tata usaha yaitu Nanik
Wulandari.
c. Keadaan Murid
Data Siswa dalam 4 (empat) Tahun Terakhir adalah 445 84.tabel dapat
dilihat pada lampiran 3.
Peserta didik MI Al-Falah mengalami peningkatan terbukti pada tahun
ajaran 2010/2011 meningkat dari tahun sebelumnya yaitu jumlah
seliruh peserta didik 413 menjadi 445. Bertambahnya peserta didik
dikarenakan kemajuan MI AL-Falah sendiri yang merupakan MI yang
sudah dipercaya oleh masyarakat Ngawi dengan bukti banyaknya
prestasi yang diraih oleh lembaga tersebut.
5. Sarana dan Prasarana
a. Sarana Pendidikan
Untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar Tilawati, MI
Al-Falah menyediakan sarana pendidikan sebagai berikut:85
1) Masjid An-Noor yang terdapat dua lantai,
2) Perlengkapan pengajaran seperti: papan tulis, meja, alat peraga
Tilawati
3) Buku pegangan guru dan murid yang terdiri dari alat peraga dan
buku Tilawati.
b. Sarana Administratif
Sarana administratif yang dimiliki MI Al-Falah Beran Ngawi
dapat dilihat pada lampiran 4
84 Hasil Wawancara Purwanto S.Pd.I tanggal 7 Pebruari 2011 85 Hasil Observasi tanggal 5 pebruari 2011
44
B. Penerapan Metode Tilawati dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur`an
di MI Al-Falah Beran Ngawi
Metode Tilawati di MI Al-Falah Beran Ngawi dimulai tanggal 16
oktober 2009 tahun 2009
Keberadaan MI Al-Falah merupakan lembaga pendidikan formal yang
bernaung dibawah LP Ma`arif NU dan merupakan lembaga pendidikan Al-
Qur`an yang menggunakan pegangan “Metode Tilawati” sehingga dalam
pelaksanaannya mengikuti kebijakan pusat pelatihan dan konsultasi belajar
Al-Qur`an sistem Tilawati yang mengembangkan metode tilawati.
Dan target yang digunakan oleh MI Al-Falah untuk peserta didiknya
yaitu: 1) Dapat membaca Al-Qur`an dengan lancar dengan baik dan benar, 2)
mengerjakan shalat dengan baik dan benar, dengan indikasi: sadar akan
kewajiban shalat, gemar melakukan jama’ah tepat waktu, mengerjakan shalat
sesuai rakaatnya, hafal bacaan shalat dan di MI Al-Falah ini ada kegiatan
wajib sholat berjamaah yaitu sholat dzuha dan dzuhur, yang diatur waktu
pelaksanaannya oleh lembaga tersebut, 3) Hafal surat-surat pendek dan ayat-
ayat pilihan serta doa sehari-hari; dan Berakhlakul karimah terhadap orang
tua, guru dan temannya.86
Kerikulum yang di gunakan dalam metode Tilawati harus sesuai
dengan panduan buku Tilawati yang diterbitkan oleh lembaga Tilawati pusat,
sehingga dalam pelaksanaannya pembelajaran membaca Al-Quran di MI Al-
Falah selalu berpedoman pada Tilawati pusat.
1. Materi Pengajaran
Materi pengajaran memegang peranan penting, tanpa adanya
materi atau bahan pelajaran maka hasil dari proses pembelajaran (Al-
Qur`an) tentunya tidak akan membawa hasil yang memuaskan.
86 Hasil Wawancara dengan Purwanto, S.Pd.I selaku kepala sekolah MI Al-Falah tanggal 10 Pebruari 2011
45
Adapun materi pengajaran di MI Al-Falah tidak menyangkut Al-
Qur`an secara keseluruhan melainkan hanya sebagian saja. Yang telah
ditetapkan dalam pedoman pendidikan Al-Qur`an pada lembaga tersebut.
Adapun materi yang penulis maksudkan adalah sebagai berikut:
a. Materi Utama
Materi utama yang diajarkan adalah jilid I sampai VI. Dan setiap
materi pembelajaran mempunyai tujuan masing-masing. Dalam kegiatan
belajar mengajar di MI Al-Falah Beran Ngawi mempunyai tujuan
pembelajaran yang berbeda-beda antara jilid I – VI. Secara khusus akan
dijelaskan tujuan pembelajaran membaca Al-Qur`an metode Tilawati dari
jilid I – IV
a. Tujuan Jilid 1
1) Santri mampu membaca huruf hijaiyah berharakat fathah berangkai
baik sambung maupun tidak dengan bacaan lancar satu ketukan.
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya terkait dengan
metode pengajaran, pada MI Al-Falah menggunakan metode yang telah
ditetapkan oleh Tilawati, diantaranya yaitu dengan 2 pendekatan
a. Pendekatan klasikal
Adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara
bersama-sama atau berkelompok dengan menggunakan peraga.
1) Manfaat klasikal
Ada berapa manfaat dalam penerapan klasikal yaitu:
a) Pembiasaan bacaan
b) Membantu santri melncarkan buku
c) Memudahkan penguasaan lagu rast
d) Melancarkan halaman-halaman awal ketika santri sudah halaman
akhir.
2) Tehnik klasikal
Tehnik klasikal dalam metode Tilwati
47
Tiga tehnik diatas tidak digunakan semua pada saat praktek
klasikal, namun, disesuaikan dengan jadwal atau perkembangan
kemampuan santri.
Penjelasan:
b. Pendekatan individual dengan tehnik baca simak
Adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara
membaca bergiliran yang satu membaca dan yang lain menyimak.
1) Manfaat baca simak
Ada beberapa manfaat dalam penerapan baca simak
menngunakan Tilawati yaitu;
a) Santri tertib dan tidak ramai.
Karena semua santri terlibat dalam proses belajar mengajar mulai
dari do`a pembuka sampai dengan do`a penutup, sehingga tidak
ada waktu luang lagi bagi santri untuk melakukan kegiatan lain
b) Pembagian waktu setiap santri adil
Dalam proses baca simak, semua santri akan bergiliran membaca
dengan jumlah bacaan yang sama antara santri yang satu dengan
yang lainnya
c) Mendengarkan sama dengan membaca dalam hati.
d) Salah santri membaca dan santri yang lain menyimak
(mendengarkan) dalam hati. Bagi santri yang menyimak sama
dengan membaca dalam hati.
c. Penerapan Metode Tilawati di MI Al-Falah Beran Ngawi
Dalam pembelajaran metode Tilawati sistem yang diterapkan
adalah klasikal dan individual. Sistem klasikal terdiri dari tiga tehnik
yaitu tehnik 1(guru membaca, santri mendengarkan), tehnik 2(guru
Tehnik Guru Murid
Tehnik 1 Membaca Mendengarkan
Tehnik 2 Membaca Menirukan
Tehnik 3 Bersama-sama
48
membaca santri menirukan), tehnik 3(membaca bersama-sama antara
guru dan santri). Untuk memperbanyak latihan membaca.
Sebelum memahami proses pembelajarannya, perlu adanya
pengetahuan rangkaian aktivitas yang akan pendidik lakukan selama
belajar berlangsung, sehingga dapat diterapkan aktivitas belajar sesuai
dengan item-item yang telah disebutkan, diantaranya yaitu adanya
langkah-langkah pembelajaran serta peraturan yang harus dipenuhi oleh
peserta didik dalam proses belajar mengajar
a. Tata tertib pembelajaran Tilawati
Dalam pembelajaran tilawati tata tertib yang harus dipenuhi oleh
peserta didik yaitu
1) 10 menit sebelum proses pembelajaran yaitu sebelum guru masuk
kelas peserta didik sudah mengambil air wudlu
2) 10 menit sebelum proses pembelajaran yaitu sebelum guru masuk
kelas peserta didik sudah ada di kelas
3) Pada proses pembelajaran peserta didik wajib duduk dengan tenang
4) Pada proses pembelajaran peserta didik wajib izin apabila mau
kebelakang, dan harus satu persatu
5) Pada proses pembelajaran peserta didik tidak boleh ramai
6) Pada proses pembelajaran peserta wajib mengikuti instruksi guru
7) Pulang dengan tertib87
b. Langkah-langkah pembelajajran Tilawati
Adapun urutan dari rangkaian aktivitas tersebut dengan asumsi
alokasi waktu 75 menit sebagai berikut:88
Waktu Materi Tehnik ket
5 menit Do`a pembuka Klasik Lagu rast
15 menit Peraga tilawati Klasik Lagu rast
30 menit Buku tilawati Baca simak Lagu rast
87Wawancara Wasingul tanggal 17 Pebruari 2011 di mushola An-Noor 88 Observasi pembelajaran Tilawati di mushola An-Noor tanggal 8 Pebruari 2011
49
15 menit Materi penunjang Kasikal Lagu rast
5 menit Doa penutup Klasikal Lagu rast
Pembukaan yaitu guru mengucapkan salam kemudian mengabsen
peserta didik dan di lanjutkan berdo`a dengan tehnik klasikal yaitu
bersama-sama, yaitu surat Al-Fatihah dan doa belajar dengan
menggunakan lagu rost. Kemudian pendidik mengabsen peserta
didiknya, setelah itu pendidik memasaang peraga tilawati.
Peraga Tilawati selanjutnya dipasang oleh guru didepan penyangga
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam peraga ini
menggunakan pendekatan klaskal tehnik 1, 2, dan 3. Pada penerapannya
tehnik 1 guru membaca sedangkan murid mendengarkan dengan
menghadap kearah alat peraga dengan keadaan tenang serta memahami
dari apa yang disampaikan dan dicontohkan oleh seorang guru.berikut
penerapannya
a) Pendekatan klasikal
Adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara
bersama-sama atau berkelompok dengan menggunakan peraga.
(1) Tehnik klasikal
Tehnik klasikal dalam metode Tilwati
Tiga tehnik diatas tidak digunakan semua pada saat praktek
klasikal, namun, disesuaikan dengan jadwal atau perkembangan
kemampuan santri.
(1) Penerapan tehnik klasikal
Tehnik Guru Murid
Tehnik 1 Membaca Mendengarkan
Tehnik 2 membaca Menirukan
Tehnik 3 Bersama-sama
50
Alokasi waktu pembelajaran dalam dalam penerapan klasikal
peraga adalah 15 menit
Pembagian penerapan klasikal peraga dalam masa
pembelajaran 60 kali pertemuan atau 3 bulan diatur sebagai
berikut:
Pertemuan
ke
Tehnik
klasikal
1 kali
pertemuan
Jumlah
khatam
peraga
1 s.d. 12 Tehnik 1dan 2 5 halaman
peraga
3 X
1 s.d. 28 Tehnik 3 10 hal peraga 18 X
Jumlah khatam peraga 21 X
(2) Penjelasan:
(a) Pertemuan ke 1 sampai pertemuan ke 15, klasikal peraga
menggunakan tehnik 1 dan tehnik 2 saja, dan setiap
pertemuan menyelesaikan 4 halman peraga.
Sampai pertemuan ke 15 tersebut peraga sudah khatam 3
kali.
Tabelnya sebagai berikut
Pertemuan
ke
Peraga
hal
Pertemuan
ke
Peraga
hal
Pertemuan
ke
Peraga
hal
51
1 1-5 5 1-5 9 1-5
2 6-10 6 6-10 10 6-10
3 11-15 7 11-15 11 11-15
4 16-20 8 16-20 12 16-20
Khatam 1X Khatam 2X Khatam 3X
(b) Pertemuan ke 16 sampai pertemuan ke 51, klasikal
menggunakan tehnik 3 saja, dan setiap pertemuan
menyelesaikan 10 halaman peraga.
Sampai pertemuan ke 51 peraga sudah khatam 21 kali.
Tabel sebagai berikut:
Pertemuan
ke
Peraga
hal
Pertemuan
ke
Peraga
hal
13 1-10 19 1-10
14 11-20 20 11-20
15 1-10 21 1-10
16 11-20 22 11-20
17 1-10 23 1-10
18 11-20 24 11-20
Khatam 6X Khatam 9X
Pertemuan
ke
Peraga
hal
25 1-10
52
26 11-20
27 1-10
28 11-20
Khatam 11X
(c) Pertemuan ke 29 sampai ke 60 di gunakan untuk
pemantapan dan munaqosyah
Dalam menerapkan klasikal peraga di atas ada beberapa hal
yang perlu di perhatikan yaitu:
a. Alokasi waktu klasikal 15 menit tidak boleh di kurangi
b. Pada saat klasikal tehnik 2 dan 3 guru harus ikut
membaca, karena sebagai komando agar santri ikut
membaca.
c. Tidak diperkenenkan menunjuk salah satu santri untuk
memimpin klasikal atau menunjuk santri untuk
membaca
d. Saat memimpin klasikal guru hendaknya bersuara jelas
dan lantang, untuk menggugah semangat belajar santri
b) Pendekatan individual dengan tehnik baca simak
Adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan
cara membaca bergiliran yang satu membaca dan yang lain
menyimak.
(1) Penerapan tehnik baca simak
Alokasi waktu pembelajaran dalam penerapan baca
simak menggunakan buku tilawati adalah 30 menit dalam
setiap pertemuan dengan tahap sebagai berikut
(a) Guru menjelaskan pokok bahasan pada halaman buku
yang akan di baca
(b) Sebelum baca simak, diawali dengan membaca secara
klasikal halaman buku yang akan di ajarkan pada
53
petemuan tersebut. Sedangkan tehnik yang digunakan
disamakna dengan tehnik klasikal peraga saat itu.
Contoh: Klasikal pada pertemuan tersebut klasikal
peraga menggunakan tehnik 1 dan 2, maka klasikal
juga menggunakan tehnik 1 dan 2, begitu juga ketika
klasikal peraga menggunakan tehnik 3 maka klasikal
buku juga menggunakan tehnik 3.
(c) Santri membaca tiap baris bergiliran sampai masing-
masing santri membaca 1 halaman penuh dalam
bukunya.
Contoh: pada hari ini guru mengajar buku tilawati
jilid 3 halaman 5 . Pada halaman 5 terdapat 8 baris
bacaan.
Santri
ke
Buku jilid 2 halaman 5
Putaran
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1 2 3 4 5 6 7 8
2 2 3 4 5 6 7 8 1
3 3 4 5 6 7 8 1 2
4 4 5 6 7 8 1 2 3
5 5 6 7 8 1 2 3 4
6 6 7 8 1 2 3 4 5
7 7 8 1 2 3 4 5 6
8 8 1 2 3 4 5 6 7
9 1 2 3 4 5 6 7 8
10 2 3 4 5 6 7 8 1
Tehnik baca simak ini menggunakan sisitem rolling (berputar)
dengan patokan anak 1.dengan demikian setiap anak akan membaca 1
halaman penuh
54
Ketika baca simak dilakukan pendidik juga mamantau anak
didik yang membaca dan yang menyimak, yaitu seorang memahami
betul makhorijul huruf yang dilafalkan oleh peserta didik, selain itu
juga memperhatikan tajwid dan lagu baca peserta didik,untuk penilaian
kenaikan halaman.
Kegiatan selanjutnya yaitu pemberian materi penunjang selama
15 menit. Materi penunjang ini diantaranya yaitu hafalan ayat-ayat
pilihan, bacaaan sholat, dan do`a-do`a harian serta surat-surat pendek
yang menggunakan lagu Tilawati yaitu lagu rast. Selain materi
penunjang tersebut materi penunjang juga ada yang berbentuk
dongeng, yang biasanya dongeng-dongeng tersebut mengandung
ajaran budi pekerti.
Bila proses pembelajaran inti telah dilakukan, selanjutnya guru
dan siswa bersiap-siap untuk mengakhiri proses belajar dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Melakukan evaluasi belajar harian.
2) Memberikan penghargaan bagi siswa yang tertib, dan
3) Memberi sangsi bagi siswa yang kurang tertib, misal: pulang
paling lambat.
4) Doa dan pulang dengan tertib.89
Selain beberapa metode di atas untuk menunjang keberhasilan
belajar membaca Al-Qur`an adalah sebagai berikut:
7) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dengan
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses
pembentukan tertentu kepada siswa.90
89 Observasi pembelajaran Tilawati di mushola An-Noor tanggal 8 Pebruari 2011
90 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), cet. 1, hlm. 190
55
Prosedur demonstrasi yang dikemukakan oleh Wina
Sanjaya. Beliau berpendapat bahwa, sebelum demonstrasi
dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:
f. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
g. Kemukakan apa yang harus dicapai oleh siswa. h. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang siswa untuk berfikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan, sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.
i. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
j. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.91
8) Metode Latihan
Metode Latihan merupakan suatu metode pengajaran
dengan jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang
sudah diberikan.92 Metode latihan ini digunakan setelah guru
ceramah, kemudian ada waktu yang tersisa anak didik
diperintahkan untuk latihan dari pelajaran membaca Al-Qur`an.
Dengan latihan, diharapkan siswa mampu membaca Al-Qur`an
secara terampil dan benar.
9) Metode Sorogan
Metode sorogan yaitu penyampaian pelajaran dimana
seorang santri atau murid maju dengan membawa kitab untuk
dibaca dihadapan seorang seorang guru atau kyai. Jadi dapat
diartikan bahwa metode Sorogan merupakan proses belajar
mengajar yang dilakukan dengan cara satu persatu (secara
91 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
individu) sesuai dengan meteri pelajaran yang dipelajari.93Metode
ini digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik satu
persatu. Karena dengan metode ini peserta didik akan berhadapan
dengan guru(pendidik) satu persatu dan dengan demikian akan
diketahui mana peserta didik yang sudah bisa dan yang belum.
10) Metode Baca Simak
Metode baca simak merupakan proses belajar mengajar
yang dilakukan dengan cara sebagian waktu untuk membaca secara
bersama-sama dan sebagian waktu yang lainnya untuk membaca
secara individu atau kelompok, sedangkan murid yang lain
menyimak.94Penerapan metode ini akan menjadikan peserta didik
fokus terhadap bacaan, karena ketika teman yang satu membaca
maka dirinya tentu akan meniru meskipun dengan perlahan-lahan
suaranyapun tidak keras karena dirinya sadar akan membaca dan
disimak teman juga, sehingga lagu rost yang diterapkan dalam
bacaan peserta didik tersebut berupaya menerapkannya
11) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara
lisan oleh guru terhadap kelasnya. Selama berlangsungnya
ceramah, guru bisa menggunakan alat pembantu seprti gambar
bangun, agar uraiannya menjadi lebih jelas. Tetapi metode utama
dalam perhubungan guru dengan murid-murid adalah berbicara.95
12) Metode Pemberian Tugas
Metode resitasi adalah metode pemberian tugas di luar jam
pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini anak-anak dapat
mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, tetapi di
93 Nur Uhibiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : pustaka setia,
1997), cet.1, hlm. 157. 94 Imam Murjito, Metode Pedoman Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Quran Qiroati,
(Semarang : Yayasan Pendidikan Al-Qur`an Raudhatul Mujawiddin, t.th), hlm, 25. 95 B. Suryosubroto, Op. Cit., hlm.155
57
perpustakaan, di laboratorium, dan sebagainya untuk
dipertanggung jawabkan kepada guru.96
Hal-hal yang hendaknya dilakukan guru agar pemberian tugas
yang diberikan dapat bermanfaat untuk siswa dan melatih siswa
bertanggung jawab antara lain:
e) Setiap tugas yang diberikan harus dikontrol f) Siswa yang mengalami kegagalan harus dibimbing g) Hargailah setiap tugas yang dikerjakan murid h) Berikan dorongan bagi siswa untuk melaksanakan tugas dengan
baik.97
3. Media atau Alat
Media dapat mencapai tujuan pembelajaran yang baik maka
pembelajaran Al-Qur`an juga perlu didukung adanya alat-alat bantu yang
mendukung dalam proses pembelajaran membaca Al-Qur`an dalam
rangkaian pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
Adapun media yang dipakai dalam pembelajaran membaca Al-
Qur`an di MI Al-Falah selain papan tulis dilengkapi juga dengan alat yang
dijadikan sumber belajar adalah buku pegangan yang mencakup: buku
peraga tilawati, dan buku pegangan bagi peserta didik yaitu buku pelajaran
membaca Al-Qur`an (metode Tilawati jilid 1-6) yang disusun oleh Hasan
Sadzili dkk
4. Evaluasi
Kegiatan ini merupakan langkah terakhir yang dilaksanakan oleh
guru menilai hasil belajar peserta didik. Selain itu juga untuk mengetahui
keberhasilan guru mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Adapun evaluasi yang dilakukan di MI Al-Falah beran Ngawi
di bawah ini:
a. Tertulis
96 Abu Ahmadi dkk, SBM (Strategi Belajar Mengajar), (Bandung : C.V. Pustaka Setia, 1997), hlm.61.
97 Ramayulis, Op.Cit, hlm.165-167
58
Tes tertulis ini ada 2 pelaksanaannya
1) Satu minggu satu kali
Tes ini dilaksanakan setiap hari kamis setelah selesai
pembelajaran tilawati
2) 3 Bulan sekali
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi terhadap mata
pelajaran yang sudah diajarkan dalam 3 bulan dengan
menggunakan instrumen/lembar evaluasi yang telah disediakan.
b. Tidak Tertulis
Hal ini dilakukan setiap hari yang terkait dengan materi
pelajaran seperti bacaan tajwid. Dalam evaluasi ini juga berkaitan
dengan kenaikan jilid. Yaitu terdapat 2 tahap pelaksanaan evaluasi:
1) Tes harian secara klasikal yang langsung di nilai oleh pendidik
yang berhubungan dengan kenaikan halaman
2) Tes yang dilakukan 3 bulan 1x
Tes ini dilaksanakan pada 3 bulan 1x untuk kenaikan jilid. Bentuk
evaluasi ini adalah setiap anak mendapatkan soal dari guru untuk
membaca jilid tilawati sesuai dengan instruksi guru, dan setiap
anak minimal membaca 10 halaman jilid tilawati.98
Bentuk penilaian untuk tes membaca Al-Qur`an metode
tilawati adalah sebagai berikut
Lembar Munaqosyah Santri Metode Tilawati
Tanggal :
Jenjang :
Nama santri :
Santri dari ustadzah :
Penilaian
98 Wawancara Wasingul tanggal 16 Pebruari 2011 di mushola An-Noor
59
No Bidang Pengurangan Nilai 1 Fashahah Waqaf &ibtida` Kesempurnaan mengucapkan harakat Kesempurnaan huruf dan kalimat 2 Tajwid Makharijul huruf Sifatul huruf Ahkamul mad wal qasr 3 Suara dan lagu 4 Gharib dan musykilat
Total
Dinyatakan Naik/perbaikan/mengulang jilid :
Cataan:
1. Kelancaran :
2. Tajwid :
3. Suara dan lagu :
5. Tahap Membaca Al-Qur`an di MI Al-Falah Beran Ngawi
Tahapan merupakan suatu tingkatan tertentu, dalam hal ini ada
beberapa tahapan belajar membaca Al-Qur`an yaitu membaca dengan tartil
dan mempelajari ilmu tajwid.
MI Al-Falah sangat memperhatikan tingkatan-tingkatan dalam
belajar membaca Al-Qur`an karena semua ini dalam upaya memudahkan
para siswa dalam belajar membaca Al-Qur`an, sesuai dengan tingkatan
yaitu bagi jilid 1 dan 2 untuk kelas 1 MI, jilid 3 dan 4 untuk kelas 2, dan
jilid 5,6 untuk kelas 3, kelas 4 Al-Qur`an juz 1-2, kelas 5 al-Qur`an juz 1-
10, dan kelas 6 juz 1-30
Membaca Al-Qur`an secara baik dan benar sangat ditekankan pada
semua jilid, dari jilid I sampai VI atau Al-Qur`an. Oleh karena itu
pembagian materi disesuaikan dengan tingkatan jilid masing-masing siswa
yaitu jilid I sampai VI pada buku Tilawati masing-masing.
BAB IV
60
ANALISIS PENERAPAN METODE TILAWATI DALAM
PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR`AN DI MI AL-FALAH BERAN
NGAWI JAWA TIMUR
Bentuk penelitian skripsi kualitatif yaitu penelitian dengan memaparkan
dalam bentuk kualitatif terhadap obyek yang didasarkan pada kenyataan dan fakta,
sehingga untuk mengenalisis data yang telah dikumpulkan digunakan teknik
deskriptif (analisis non statistik) yaitu menganalisis data dengan bertajuk pada
fenomena, yang kemudian dikaitkan dengan berbagai pendapat yang telah ada.
MI Al-Falah Beran Ngawi adalah MI AL Falah Beran Ngawi adalah
lembaga pendidikan setingkat Sekolah Dasar( SD ) berciri khas agama islam, dan
berada dibawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdatul ‘Ulama’ ( LP
Ma’arif NU ). Tujuan pendirian lembaga ini adalah ikut mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan berlandaskan ajaran agama Islam.
Dengan berbagai karakteristik kelebihan serta kekurangannya penulis
termotivasi untuk menganalisis MI Al-Falah tersebut terkait dengan tujuan yang
ada. Analisis dalam skripsi ini meliputi : Analisis terhadap metode Tilawati dan
Analisis terhadap penerapan pembelajaran membaca Al-Qur`an di MI Al-Falah
Beran Ngawi.
A. Analisis Terhadap Materi
Adapun materi pengajaran di MI Al-Falah tidak menyangkut Al-Qur`an
secara keseluruhan melainkan hanya sebagian saja. Yang telah ditetapkan
dalam pedoman pendidikan Al-Qur`an pada lembaga tersebut.
a. Materi Utama
Materi utama yang diajarkan adalah jilid I sampai VI.