-
2
1. Pendahuluan
Pengaruh TIK terhadap dunia pendidikan khususnya dalam
proses
pembelajaran sangat besar. Sebab, TIK mampu meningkatkan
kualitas mutu
pendidikan. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya
dilakukan melalui
hubungan tatap muka, tetapi juga dengan menggunakan
media-media
komunikasi [1]. Literasi (Literacy) adalah kemampuan seorang
individu untuk
membaca dan menulis yang ditandai dengan kemampuan memahami
pernyataan singkat yang ada hubungannya dengan kehidupannya
[2].
Dalam pembelajaran TIK siswa diharapkan dapat menguasai
konsep
perkembangan TIK pada bidang pendidikan khususnya pada materi
teori
pelajaran tersebut. Kemampuan yang akan dibentuk pada penelitian
ini yaitu,
siswa dapat mengolah data menggunakan perhitungan statistik,
membuat tabel
dan mengolah angka menggunakan rumus atau formula excel.
Kompetensi
dasar dapat membuat dokumen pengolah angka dengan tabel serta
indikator
yang akan dicapai yaitu menjelaskan formula dan menghitung
dengan rumus
excel. Pokok permasalahan yang ada di sekolah adalah rendahnya
hasil belajar
siswa, dilihat dari hasil ulangan harian yang nilainya dibawah
KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang memiliki rata-rata nilai dibawah 75.
Siswa
dinyatakan tuntas dalam pembelajaran jika nilai diatas KKM,
yaitu 75. Dari
100% siswa, 60% belum mencapai KKM dan 40% sudah mencapai
KKM.
SMA N 1 Karanggede masih menerapkan pembelajaran dengan
metode
konvensional atau metode ceramah yang penyampaian materinya
diuraikan
oleh guru. Dari hasil pengamatan dan pengalaman pembelajaran
secara
langsung yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan Praktik
Pengalaman
Lapangan (PPL) dan hasil wawancara sederhana serta observasi
sederhana
terhadap pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK)
pembelajaran di SMA N 1 Karanggede menunjukan adanya
permasalahan
dalam pembelajaran. Dari masalah di sekolah tersebut ada
beberapa faktor
yang membuat hasil belajar menurun dikarenakan metode
pembelajaran di
sekolah yang kurang menarik siswa hanya berangkat, duduk,
mendengarkan,
dan mencatat apa yang guru sampaikan kebanyakan membuat siswa
bosan,
siswa cenderung tidak memperhatikan, dan sebagainya. Hal ini
mempengaruhi
kondisi siswa yang rata-rata belum memahami materi yang
disampaikan oleh
guru dikarenakan pemahaman dan pengalaman mereka kurang seperti
kesulitan
dalam membuat tabel sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama
serta
kendala yang lain ada beberapa komputer di lab yang rusak. Media
yang
dipakai masih menggunakan power point, dengan demikian peneliti
ingin
memberi sebuah pembelajaran dan media baru dengan memanfaatkan
IT
Literacy.
Selain faktor diatas yang menjadi pemicu rendahnya nilai TIK
dari
wawancara guru dan siswa yaitu, menurut pengamatan guru, siswa
cenderung
belum bisa aktif dikarenakan dari TK sampai SMA pembelajaran
memang
menggunakan metode ceramah, siswa hanya datang, duduk,
mendengarkan,
dan mencatat apa yang guru sampaikan. Kebiasaan itu yang membuat
siswa
menjadi diam, dan pasif. Menurut siswa, di sekolah harus diberi
pembelajaran
-
3
dan media yang menarik seperti menonton video atau belajar
diluar kelas
karena pengajaran guru hanya didalam kelas mendengarkan dan
menulis setiap
hari, itu membuat siswa mengalami kejenuhan dan membuat siswa
mengantuk.
Siswa berharap pembelajaran menjadi menarik dan tidak
membosankan.
Penelitian ini mengkaji penerapan metode jigsaw dengan
memanfaatkan
video sebagai media pembelajaran. Aplikasi yang digunakan adalah
screen
cast-O-Matic sebagai pembuatan video pembelajaran, dikarenakan
mudah
didapat, free, dapat digunakan secara offline dan mudah
dipelajari. Video
termasuk dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan
demikian
peneliti memilih menggunakan video sebagai media pembelajaran,
dalam
pembuatan materi guru mengemas dalam bentuk video tutorial
dan
membuatnya sendiri. Metode jigsaw sebagai metode untuk
berdiskusi, Karena
metode pembelajaran ini dalam penerapannya bersifat student
centred. Guru
juga berperan dalam pembelajaran sebagai fasilitator dan siswa
ditekankan
supaya dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan menggunakan
metode ini
serta memanfaatkan video pembelajaran maka diharapkan siswa
aktif belajar,
dan memiliki semangat belajar yang tinggi sehingga hal ini
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK.
Sebelumnya guru
hanya ceramah didepan kelas dengan materi yang disampaikan
menggunakan
media power point, kali ini siswa dituntut untuk belajar mandiri
dengan
menggunakan sumber belajar menggunakan video pembelajaran yang
guru
berikan perkelompok, sehingga siswa belajar akan menjadi menarik
dan
menyenangkan dengan tujuan menciptakan pemahaman yang kuat bagi
siswa.
Hal-hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang maka akan dilakukan penelitian
tentang
penerapan metode jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran
untuk
meningkatkan hasil belajar di SMA N 1 Karanggede pada mata
pelajaran TIK
kelas XI.
2. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur
Azizah
tahun 2013 dengan judul “Pengaruh metode pembelajaran jigsaw
terhadap
hasil belajar mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan di SMK
Wongsorejo
Gombong”. Dalam penelitiannya terdapat perbedaan yang signifikan
antara
hasil belajar peserta didik kelas eksperimen yang menggunakan
metode
pembelajaran jigsaw dengan peserta didik kelas kontrol yang
menggunakan
metode pembelajaran konvensional pada mata pelajaran dasar
kompetensi
kejuruan di SMK Wongsorejo Gombong. Terbukti dari hasil
pembelajaran
pada kelas kontrol yang nilai rata-rata kelasnya 62,17 di bawah
Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yang bernilai 70. Hasil pembelajaran
pada
kelas eksperimen yang diperoleh memuaskan karena nilai
rata-rata
kelasnya 76,53, di atas KKM yang bernilai 70. Pembelajaran
yang
menggunakan metode jigsaw terbukti efektif pada mata pelajaran
dasar
kompetensi kejuruan di SMK Wongsorejo Gombong [3].
-
4
Penelitian lainnya dilakukan oleh Ratna Amalia tahun 2012
dengan
judul “Penerapan model kooperatif tipe TTW (Think, Talk,
Write)
menggunakan multimedia video pembelajaran dalam pelajaran fisika
SMA”.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata hasil
belajar kelas
eksperimen 83,82 dan rata-rata hasil belajar kelas kontrol 74,24
berarti nilai
rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dari pada
rata-rata hasil
belajar kelas kontrol[4].
Pembelajaran kooperatif merupakan pengajaran yang menuntut
keaktifan
siswa dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
Dalam kelas
kooperatif siswa diharapkan mampu saling membantu, saling
mendiskusikan
dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka
kuasai saat itu
dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Cooperative
learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar
yang lebih
baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial.
Tujuan utama
dalam penerapan model belajar mengajar adalah agar peserta didik
dapat
belajar berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling
menghargai
pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka
secara
berkelompok [5].
Metode jigsaw, siswa dapat mengolah informasi dan
meningkatkan
keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab
atas
keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang
dipelajari, dan
dapat menyampaikan kepada kelompoknya. Dalam metode jigsaw,
siswa
ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6
anggota.
Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik
dari materi
pelajaran mereka pada saat itu. Dari informasi yang diberikan
pada setiap
kelompok ini, masing-masing anggota harus mempelajari
bagian-bagian yang
berbeda dari informasi tersebut. Sekarang guru menginginkan
siswa
mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan
dialami.
Metode ini memberi siswa lebih banyak waktu untuk berkomunikasi
dan
bertukar informasi dengan teman kelompoknya, guru membagi siswa
dalam
kelompok kecil yang terdiri dari (4-6 orang) setiap anggota
kelompok
mempelajari topik yang sudah ditentukan. Dalam metode jigsaw
siswa bekerja
kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri
dan dalam
kelompok ahli. Setelah masing-masing anggota menjelaskan
bagiannya kepada
teman-teman satu kelompoknya, mereka mulai bersiap untuk diuji
secara
individu (biasanya dengan kuis) [6].
Secara umum media pembelajaran dalam pendidikan disebut media,
yaitu
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya
untuk berpikir. Media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia,
materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu
memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Pengertian media
dalam
proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat
grafis,
photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan
menyusun
kembali informasi visual atau verbal [7].
-
5
Video dalam penggunaannya sebagai peralatan pemain ulang(Play
back)
dari suatu program rekaman, terdiri dari minimal satu buah video
tape recorder
dan satu buah monitor. Berbagai jenis video dibuat dengan
berbagai tujuan
penggunaan. Ada yang untuk keperluan broadcast, untuk
keperluan
pengajaran/pendidikan, keperluan industri dan keperluan rumah
tangga [8].
Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama
dengan
suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video
menggambarkan
fungsi hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri, media
ini pada
umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi,
dan
pendidikan[9]. Karakteristik media video pembelajaran yang
mampu
meningkatkan motivasi dan efektifitas penggunaanya, yaitu: video
mampu
memperbesar objek yang kecil, teknik editing objek yang
dihasilkan dengan
pengambilan gambar oleh kamera dapat diperbanyak, video
mampu
memanipulasi tampilan gambar, sesekali objek perlu diberikan
manipulasi
tertentu sesuai dengan tuntutan pesan yang ingin disampaikan,
video mampu
mempertahankan perhatian siswa/audience yang melihat, video
mampu
menampilkan objek gambar dan informasi yang paling baru, hangat
dan
aktual[10].
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Belajar adalah perubahan relatif permanen pada perilaku,
pengetahuan dan
kemampuan berfikir yang diperoleh karena pengalaman. Pengalaman
tersebut
dapat diperoleh dengan adanya interaksi antara seseorang dan
lingkungannya
[11]. Jadi ,dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan
perilaku yang
diperoleh dari pengalaman dengan berinteraksi kepada seseorang
dan
lingkungannya.
3. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian eksperimen. Dalam
penelitian ini menggunakan Quasi eksperimental design dan yang
digunakan
adalah Nonequivalen Control Group Design. Desain ini kelompok
eksperimen
maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random [12].Berikut
tabel
prosedur penelitian. Tabel 1. Prosedur penelitian
INDEPENDENT
GROUP PRETEST VARIABLE POSTTEST
EKSPERIMEN Y1 X Y2
CONTROL Y3 - Y4
Keterangan :
Y1 : Kemampuan kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan
Y2 : Kemampuan kelas eksperimen sesudah diberi perlakuan
Y3 : Kemampuan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan
Y4 : Kemampuan kelas kontrol sesudah diberi perlakuan
X : Perlakuan metode jigsaw dengan memanfaatkan video
pembelajaran
-
6
Penelitian dilakukan di SMA N 1 Karanggede, data diperoleh dari
hasil
pretest dan posttest kelas kontrol dan eksperimen, kelas IPS 3
sebagai kelas
kontrol dengan jumlah siswa 29 orang dan kelas IPS 4 sebagai
kelas
eksperimen dengan jumlah siswa 29 orang.
Sebelum memberikan pretest dan posttest pada kedua kelas
tersebut
adalah uji instrumen. Pengujian validitas instrumen yaitu
kegiatan menguji
aplikasi instrumen yang sudah dibuat sebelum digunakan untuk
mengumpulkan
data yang sebenarnya. Dalam penelitian ini validitas yang
digunakan adalah
validitas konstruksi (Construct Validity). Reliabilitas
instrumen adalah
ketetapan alat evaluasi dalam mengukur. Dalam penelitian ini
reliabilitas yang
digunakan adalah Alpha Cronbach. Tingkat kesulitan merupakan
suatu
pernyataan tentang seberapa sulit atau seberapa mudah sebuah
butir pernyataan
bagi peserta uji dan daya beda adalah kemampuan sesuatu soal
untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa
yang kurang pandai (berkemampuan rendah) [13].
Tahap pertama dari penelitian ini adalah tahap persiapan.
Tahapan ini
meliputi membuat surat ijin penelitian, menyiapkan instrumen
penelitian,
mengobservasi pembelajaran siswa didalam kelas, mengobservasi
sarana dan
prasarana di sekolah penelitian, menyiapkan media pembelajaran,
menyiapkan
lembar penilaian hasil belajar siswa. Tahap kedua adalah tahap
pelaksanaan
penelitian, tahapan ini meliputi pemberian pretest, pemberian
perlakuan dan
pemberian posttest. Pemberian pretest pada kelas kontrol dan
eksperimen dengan bobot soal yang sama, kemudian memberi perlakuan
untuk kelas
kontrol dikenai metode ceramah sedangkan kelas eksperimen
dikenai metode
jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran, tahap terakhir
yaitu
pemberian posttest pada kedua kelas kontrol dan eksperimen.
Tahapan akhir adalah pengolahan analisis hasil pengumpulan
data.
Analisis data pada penelitian ini meliputi (1) Pemberian skor
melalui tes. (2)
Menghitung nilai pretest dan posttest dari kelas eksperimen dan
kelompok
dilakukan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah
data dari masing-masing kelompok terdistribusi normal atau
tidak. (4)
Melakukan uji homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Uji
homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah dari data
masing-masing
kelompok sampel mempunyai varians yang sama atau berbeda. (5)
Uji
kesamaan dua rata-rata. Dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat
kesamaan antara rata-rata nilai antara kelas eksperimen dan
kontrol. Dari
perhitungan uji kesamaan dua rata-rata kita dapat membuat
kesimpulan.
-
7
Tabel 2. Proses Pembelajaran
Kelas Eksperimen Waktu
Apresepsi
Salam pembuka,doa, absensi siswa.
Eksplorasi
Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilakukan
Elaborasi
Guru membagi menjadi beberapa kelompok - Siswa dibagi menjadi
4-6 kelompok jigsaw dengan
berhitung 1-6 siswa yang mendapat nomer 1
berkumpul dengan nomor 1 dan seterusnya.
- Siswa berkumpul dalam kelompok ahli - Siswa berdiskusi tentang
materi yang sudah
ditentukan perkelompok mengenai materi MS-Excel.
Kelompok 1 mendapat materi Formula berisi fungsi
SUM, MIN, MAX, AVERAGE, COUNT.
Kelompok 2 dengan materi Hlookup yaitu
pembacaan tabel secara horizontal , Kelompok 3
dengan materi Vlookup yaitu pembacaan tabel
secara vertikal, Kelompok 4 dengan materi IF
ganda yaitu memilih salah satu dari dua nilai
berdasar pengujian logika, Kelompok 5 dengan
materi Date yaitu mengolah data tanggal dan waktu.
- Setelah perkelompok siswa sudah menerima materinya, mereka
berdiskusi dan memahami dengan
materi yang ditampilkan dalam video pembelajaran.
- Kemudian mereka kembali kekelompok masing-masing untuk
menjelaskan dan mempraktekkan
kepada teman-temannya, mereka saling bertukar
informasi mengenai materi yang mereka dapat.
Diskusi ini diakhiri dengan latihan soal dan dikerjakan
secara berkelompok dan memberi penjelasan tentang hal-
hal yang belum diketahui.
Konfirmasi
Diskusi ini diakhiri dengan penugasan perkelompok
5 menit
10 menit
20 menit
30 menit
20 menit
Kegiatan Akhir
Guru memberikan simpulan pertemuan hari ini.
5 menit
Minggu 3: Posttest
4. Hasil Pembahasan Hasil penelitian ini meliputi: hasil
pengamatan pembelajaran, pengujian
validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan, daya beda,
pengolahan hasil pretest dan
posttest, uji normalitas, uji homogenitas, uji kesamaan
rata-rata, dan pengujian
hipotesis.
Tahap pertama yaitu melakukan wawancara terhadap salah satu guru
di
SMA Negeri 1 Karanggede. Hasil wawancara yang dilakukan
sebelum
diterapkan metode jigsaw diperoleh informasi bahwa masalah yang
terjadi
-
8
disekolah adalah siswa kurang memperhatikan dan pasif pada
saat
pembelajaran dan hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa
bahwa
pembelajaran dengan metode ceramah dan media yang digunakan
kurang
menarik siswa menjadi bosan dan mengantuk. Selanjutnya
mengadakan
analisis pretest dan posttest. Data yang diujikan dalam
penelitian adalah hasil
belajar dengan menggunakan instrumen tes yang telah divalidasi
dan reliable
pada butir soal. Pretest dilakukan untuk mengukur sejauh mana
kemampuan
siswa sebelum di beri treatment. Penelitian dilakukan terhadap
dua kelas, yaitu
kelas IPS 3 untuk kelas kontrol dengan jumlah 29 siswa dan kelas
IPS 4 untuk
kelas eksperimen dengan jumlah 29 siswa. Proses pembelajaran
dengan
metode jigsaw dimulai dengan guru membagi kelompok 4-6 orang
siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok dengan berhitung 1-5, siswa yang
mendapat
nomor 1 berkumpul dengan nomor 1, nomor 2 dengan 2 dan
seterusnya yang
disebut kelompok ahli. Kemudian mereka diberi topik yang berbeda
dengan
menampilkan video pembelajaran di masing-masing komputer
mereka
berkumpul dan kelompok 1 mendapat materi formula, kelompok 2
hlookup,
kelompok 3 vlookup, kelompok 4 IF ,dan kelompok 5 date. Diskusi
ini
berlangsung selama 30 menit dan dalam kelompoknya siswa memahami
materi
yang ditampilkan dalam video pembelajaran, siswa kembali
kekelompok
semula/ kelompok awal kemudian mereka menjelaskan kepada
temannya
materi yang mereka dapat selama 20 menit. Siswa saling bertukar
informasi
dan berinteraksi, sebelumnya siswa terlihat pasif di kelas
karena hanya duduk
dan mendengarkan namun dengan adanya pembelajaran seperti ini
siswa
cenderung aktif mereka dapat melakukan diskusi dengan melihat
tampilan
video yang dapat diputar secara berulang-ulang dan dapat
mendemonstrasikan
kepada teman yang lain sehingga proses belajar mengajar yang
sebelumnya
terlihat pasif menjadi aktif, menarik dan menyenangkan.
Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar dengan
menerapkan
metode jigsaw dan video pembelajaran diperoleh informasi bahwa
selama
pembelajaran berlangsung siswa aktif berdiskusi dikelas, saling
berinteraksi
dan bertukar pikiran, siswa bertanya hal-hal yang belum mereka
ketahui, siswa
mengetahui rumus apa saja yang mereka pelajari melalui video
pembelajaran,
pada saat di kelas siswa mengikuti pembelajaran dengan baik,
banyak siswa
kelas eksperimen yang mengikuti pembelajaran dan aktif
berdiskusi
dibandingkan kelas kontrol dengan metode ceramah yang beberapa
tidak
memperhatikan dan sibuk sendiri. Dengan adanya diskusi jigsaw
dapat
memberikan efek positif terhadap keaktifan siswa didalam kelas
karena banyak
yang bertanya, saling berinteraksi kepada teman lainnya dan
antusias siswa
meningkat, sedangkan pemanfaatan video pembelajaran ini
memberikan
pemahaman bagi siswa yang sebelumnya mereka membuka catatan
namun
dengan melihat video pemahaman mereka dapat mengingat apa yang
mereka
lihat. Hasil pembelajaran dikelas adalah hasil diskusi siswa
yaitu soal latihan
yang diberikan perkelompok untuk mengetahui pemahaman siswa
setelah
diberi treatment. Jadi, dengan pemberian soal tersebut siswa
tidak hanya
paham pada saat praktek di lab tetapi juga pada saat mengerjakan
soal teori/non
praktek. Di akhir pembelajaran dilakukan tanya jawab kepada
siswa kelas
-
9
eksperimen mengenai diskusi yang dilakukan dari beberapa siswa
menanggapi
bahwa pembelajaran dengan metode jigsaw dengan melihat video
lebih
menarik dan menyenangkan, siswa antusias pada saat pembelajaran,
banyak
yang mengikuti pelajaran dengan baik, siswa saling berinteraksi
dengan
temannya. Menurut guru dan tanya jawab dengan siswa pada kelas
kontrol
setelah pembelajaran masih terlihat pasif sebagian siswa tidak
memperhatikan
pembelajaran di kelas, antusias kurang, dan tidak terdapat
perubahan dari
pembelajaran yang sebelumnya yaitu siswa ramai sendiri, banyak
yang
melamun, mengantuk dan sibuk sendiri. Tahap terakhir adalah
pemberian
posttest terhadap dua kelas untuk mengukur kemampuan siswa
setelah
diterapkan metode jigsaw dengan video pembelajaran pada kelas
eksperimen
dan metode ceramah kepada kelas kontrol.
Metode jigsaw dengan video pembelajaran dapat meningkatkan
keaktifan siswa di kelas. Aktifitas belajar siswa dalam kelas
diamati ketika
pembelajaran sedang berlangsung. Terbukti dari hasil observasi
yang dilakukan
tentang keaktifan dikelas berdasarkan indikator dapat dilihat
dari tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Observasi keaktifan siswa di kelas
NO Aktivitas Belajar Siswa Presentase
Kelas
1. Peran serta siswa dalam belajar kelompok 85 100 %
2. Menjelaskan kepada temanya 87 92 %
3. Bertanya kepada guru 83 79 %
4. Bertanya kepada teman 97 82 %
5. Pemahaman siswa terhadap materi 96 94 %
6. Ketertarikan siswa terhadap video
pembelajaran
90 80 %
7. Memperhatikan video pembelajaran 83 %
Total Presentase 87%
Tabel 3 menunjukan hasil observasi keaktifan siswa selama
pembelajaran
di kelas. Penerapan metode jigsaw dengan video pembelajaran
memperoleh
jumlah presentase 87%. Aktifitas siswa meliputi peran siswa
dalam
berkelompok 100%, menjelaskan pada temannya 92%, bertanya pada
guru
79%, bertanya pada teman 82%, pemahaman terhadap materi 94%,
ketertarikam siswa terhadap video 80%, mengomentari video 83%.
Total
presentase tersebut dengan jumlah 87% masuk dalam kategori
baik.
Video tutorial adalah video yang dapat diproduksi untuk
menjelaskan
secara detail suatu proses tertentu dan cara latihan guna
memudahkan tugas
para guru/dosen, yang digunakan adalah jenis linear karena video
ini tidak
dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat digunakan oleh
pengguna dan
berjalan secara berurutan. Hasil implementasi video
pembelajaran, yang
digunakan dalam pembuatan video ini adalah tutorial dengan
durasi 5-7 menit.
video mampu mempertahankan perhatian siswa, hasil penelitian
ini
menunjukan siswa bisa bertahan lebih lama sampai video selesai
dibandingkan
mereka mendengarkan guru berbicara tanpa melihat prosesnya.
Melalui video
-
10
siswa mampu memahami pesan pembelajaran, video yang dikembangkan
tidak
tergantung pada bahan ajar lain, bahasa yang digunakan sederhana
dan mudah
dimengerti oleh siswa, teks yang digunakan jelas huruf dan
tulisanya, warna
tulisan dan gambar kontras.
Gambar 1. Diagram Pengukuran Aktivitas Belajar Siswa
Data yang diujikan dalam penelitian ini adalah hasil belajar
siswa.
Pengukuran hasil belajar menggunakan instrumen penelitian berupa
tes yang
telah divalidasi dan reliabel pada setiap butir soalnya.
Menentukan valid atau
tidaknya butir soal adalah membandingkan rhitung dengan rtabel.
Dengan
jumlah responden 28 dan taraf signifikansi=5% maka 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =0,
388. Berdasarkan hasil dari 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 tiap butir soal jika
dibandingkan dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,
maka butir soal yang valid adalah jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,
yaitu pada butir soal ke
1, 4, 6, 9, 10, 13, 14, 16, 17, 20, 24, 25, 26, 29, 30 dan butir
soal yang tidak
valid adalah jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , , yaitu pada butir soal
nomor 2, 3, 5, 7, 8,
11, 12, 15, 18, 19, 21, 22, 23, 27, dan 28. Setelah melakukan
uji validitas, maka
dilakukan uji reliabilitas guna untuk mengukur suatu gejala pada
waktu yang
berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Berdasarkan
perhitungan
dengan menggunakan program penghitungan, dengan jumlah data (n)
= 28,
maka didapat 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar 0,388. Oleh karena nilai r = 0,565
> r tabel = 0,388 maka dapat disimpulkan bahwa item-item
tersebut reliabel. Setelah melakukan
uji validitas dan reliabilitas dilakukan pengujian tingkat
kesukaran soal dan
daya pembeda.Berdasarkan hasil uji coba dengan salah satu
program
penghitungan, maka didapatkan hasil tingkat kesukaran soal.
Pengkajian
tingkat kesukaran soal guna untuk mengetahui tingkat kesukaran
soal-soal.
Penghitungan tersebut menghasilkan informasi berupa jumlah soal
yang
tergolong sukar, sedang, dan mudah. Dalam penghitungan ini
didapatkan ada
16 soal tergolong mudah, dan 15 soal tergolong sedang. Setelah
melakukan uji
tingkat kesukaran soal dilakukan uji instrumen yang terakhir
yaitu uji daya
pembeda. Dari hasil uji instrumen daya pembeda ini didapati
dengan kategori
baik terdapat 2 soal, dengan kategori cukup terdapat 13 soal,
dalam kategori
jelek terdapat 12 soal, dan dalam kategori sangat jelak terdapat
3 soal.
Peran serta siswa dalam bela…
Menjelaska
n kepad
a …
Bertanya
kepada
guru
Bertanya
kepada
tem…
Pemahama
n siswa terh…
Ketertarikan siswa terhadap …
Memperhatikan video pem…
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Presentase Kelas 100% 92% 79% 82% 94% 80% 83%
0%20%40%60%80%
100%120%
Axi
s Ti
tle
Presentase Kelas
-
11
Data pretest diperoleh dari tes tertulis dengan soal pilihan
ganda
sebanyak 15 soal untuk mengukur kemampuan siswa sebelum
menerima
pembelajaran atau treatment. Berdasarkan hasil penelitian dan
perhitungan
data, maka didapat statistik deskriptif data pretest kelas
eksperimen dan kelas
kontrol sebagai berikut: Tabel 4. Deskriptif data Pretest
N Minimum Maximum Sum Mean
Kontrol 29 5,30 8,60 195,60 6,7448
Eksperimen 29 5,30 8,60 191,80 6,6138
Dilihat dari tabel diatas terdapat perbedaan nilai rata-rata
kelas
eksperimen dan kontrol, yaitu 6,6138 untuk kelas eksperimen dan
6,7448 untuk
kelas kontrol. Nilai terendah dan nilai tertinggi memiliki hasil
yang sama, yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama memiliki nilai
terendah 5,3 dan
nilai tertinggi 8,6.
Pemberian soal posttest dilakukan setelah pemberian perlakuan
dengan
tujuan dapat mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti
proses
pembelajaran dengan diberi treatment dan tanpa treatment.
Berdasarkan hasil
penelitian dan perhitungan data, maka didapat statistik
deskriptif data posttest
kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
Tabel 5. Deskriptif data Posttest
N Minimum Maximum Sum Mean
Kontrol 29 6,00 8,60 206,40 7,1172
Eksperimen 29 7,30 9,30 235,80 8,1310
Dilihat dari tabel diatas bahwa rata-rata nilai posttest kelas
ekperimen
lebih tinggi dari kelas kontrol, yaitu 8,1310 untuk kelas
eksperimen dan 7,1172
untuk kelas kontrol. Berdasarkan tabel itu pula menunjukkan
bahwa nilai
terendah dan nilai tertinggi dari masing-masing kelas, yaitu
nilai terendah 7,3
dan nilai tertinggi 9,3 untuk kelas eksperimen dan nilai
terendah 6,0 dan nilai
tertinggi 8,6 untuk kelas kontrol.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi
normal atau tidak normal antara kelas kontrol dan eksperimen.
Pengujian ini
dilakukan dengan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan
aplikasi
program perhitungan. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada
tabel dibawah.
Tabel 6. Uji Normalitas Pretest
Hasil Peng
ujian
Hasil Belajar
Pretes
(eksperimen)
Hasil Belajar
Pretes(kontrol)
N 29 29
Normal
Parameters
Mean 6,6138 6,7448
-
12
Nilai | Ft-Fs| terbesar 0,856 1,026
Asymp. Sig (2-Tailed) 0,457 0,243
Test distribution is
Normal
Kriteria pengujian jika nilai | Ft – Fs | terbesar kurang dari
nilai tabel
Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima dan H1 ditolak.Jika nilai |
Ft – Fs |
terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka
Ho ditolak dan
H1 diterima. Berdasarkan perhitungan uji normalitas pretest
eksperimen
menunjukan bahwa nilai | Ft – Fs | terbesar yang bernilai 0,856
dan
Asymp.Sig(2-Tailed) bernilai 0,457. Pengujian nilai
Kolmogorov-Smirnov,
dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal
karena nilai |Ft –
Fs | terbesar 0,856 > dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov
0,246 dan nilai
Asymp.Sig(2-Tailed) 0,457 > 0,05.
Uji Homogenitas untuk mengetahui kesamaan varians antara skor
pretest.
Pada uji homogenitas kelas pretest diperoleh signifikasi 0,598,
dengan
membandingkan nilai ∝ = 0,05 maka nilai signifikasi atau
probabilitas 0,598 > 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari dua
atau lebih kelompok populasi data
adalah sama(homogen). Dengan melihat data normalitas yang
berdistribusi
normal dan data homogenitas yang diketahui homogen, sehingga
untuk
pengujian kesamaan rata-rata nilai pretest dari kelas kontrol
dan eksperimen
dengan menggunakan uji parametrik, yaitu uji t dengan statistik
Independent
Sample T-Test. Uji-t (Independent Sample T-Test) dilakukan
dengan bantuan
program penghitungan, dengan taraf signifikansi 5%. Teknik
analisis uji-t
pretest bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa
pada tahap
awal sebelum dilakukan perlakuan. Ringkasan hasil perhitungan
uji-t pretest
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7. Uji Kesamaan Dua Rata-rata pretest
Kelas Df P ∝ thitung ttabel Eksperimen 56 0,579 0,05 -0,559
2,052 Kontrol
Dari hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung sebesar -0,559.
Setelah
dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan df
56 sebesar 2,052
ternyata thitung lebih kecil dari ttabel (-0,559< 2,052) yang
berarti H0 diterima,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
pada skor
pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Analisis data posstest sama dengan perhitungan data pretest.
Langkah
awal adalah uji normalitas nilai posttest dilakukan untuk
mengetahui apakah
data berdistribusi normal atau tidak normal antara kelas kontrol
dan
eksperimen. Pengujian ini dilakukan dengan statistik uji
Kolmogorov-Smirnov
dengan bantuan aplikasi perhitungan. Hasil uji normalitas dapat
dilihat pada
tabel dibawah.
-
13
Tabel 8. Uji Normalitas posttest Hasil Pengujian Hasil
Belajar
Postest
(eksperimen)
Hasil Belajar
Postest(kontrol)
N 29 29
Normal
Parameters
Mean 8,1310 7,1172
Nilai | Ft-Fs| terbesar 1,065 1,110
Asymp. Sig (2-Tailed) 0,206 0,170
Test distribution is
Normal
Kriteria pengujian jika nilai | Ft – Fs | terbesar kurang dari
nilai tabel
Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Jika nilai
| Ft – Fs |
terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka
Ho ditolak dan
H1 diterima. Berdasarkan perhitungan uji normalitas posttest
eksperimen
menunjukkan bahwa nilai | Ft – Fs | terbesar yang bernilai 1,065
dan
Asymp.Sig(2-Tailed) bernilai 0,206. Pengujian nilai
Kolmogorov-Smirnov,
dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal
karena nilai |Ft –
Fs | terbesar 1,065 > dari nilai tabel Kolmogorof-Smirnov
0,246 dan nilai
Asymp.Sig(2-Tailed) 0,206 > 0,05.
Uji Homogenitas untuk mengetahui kesamaan varians antara skor
pretest.
Pada uji homogenitas kelas pretest diperoleh signifikasi 0,416,
dengan
membandingkan nilai ∝ = 0,05 maka nilai signifikasi atau
probabilitas 0,416> 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari dua
atau lebih kelompok populasi data
adalah sama(homogen). Setelah dilakukan uji normalitas dan
uji
homogenitas data dari hasil posttest dapat dilihat bahwa skor
posttest kelas
eksperimen dan kontrol berdistribusi normal sehingga untuk
menguji
perbedaan dua rerata posttest digunakan uji statistik parametrik
uji- t. Uji-t
(Independent Samples T Test menggunakan equal variances assumed)
dengan
taraf signifikansi 5%. Rumusan hipotesis yang akan diuji:
H0 : Penerapan metode belajar jigsaw dengan memanfaatkan
video
pembelajaran sama dengan penggunaan metode belajar konvensional
dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. H1 : Rata-rata hasil belajar
siswa yang diajar dengan metode jigsaw dengan
video pembelajaran lebih tinggi dari pada rata-rata hasil
belajar siswa yang
diajar dengan metode ceramah atau konvensional.
Hipotesis Statistik:
H0 : μx2 = μy
2
H1 : μx2 > μy
2
Kriteria Uji Hipotesis Satu Pihak:
Independent Sample T Test
1. Jika thitung > ttabel , maka H0 ditolak, H1 diterima.
2. Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima, H1 ditolak.
Berdasarkan Signifikansi
3. Jika P > ∝ (0.05), maka H0 diterima, H1 ditolak.
-
14
4. Jika P < ∝ (0.05), maka H0 ditolak, H1 diterima. Hasil uji
perbedaan dua rata-rata dari skor posttest dapat dilihat pada
tabel
dibawah. Tabel 9 Uji perbedaan rata-rata posttest
Kelas Df P ∝ thitung ttabel Eksperimen 56 0,000 0,05 5,457 2,052
Kontrol
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa signifikansi (P)
adalah
0,000. Karena signifikansi P (0.000) < ∝ (0.05), atau thitung
adalah 5,457 karena thitung (5,457) > ttabel (2,052), maka
keputusan uji nilai Sig. < α atau thitung >
ttabel maka keputusannya adalah H0 ditolak dengan kata lain H1
diterima. Dari
hasil penghitungan diperoleh thitung (th) sebesar 5,457. Setelah
dikonsultasikan
dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan df 56 sebesar 2,052
ternyata thitung
lebih besar dari ttabel (5,457> 2,052) sehingga H0 ditolak,
yaitu penerapan
metode belajar jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran
sama dengan
penggunaan metode belajar konvensional dalam meningkatkan hasil
belajar
siswa. Dengan demikian hasil akhir penelitian H1 diterima, yaitu
hasil belajar
siswa yang diajar dengan metode jigsaw dengan video pembelajaran
lebih
tinggi dari pada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar
dengan metode
ceramah atau konvensional. Metode pembelajaran yang menggunakan
jigsaw
dapat meningkatkan rata-rata nilai lebih tinggi dibanding yang
tidak
menggunakan sehingga kelas kontrol yang tetap menggunakan
metode
konvensional tidak mengalami perubahan rata-rata nilai sedangkan
pada kelas
eksperimen yang menggunakan metode jigsaw dengan memanfaatkan
video
pembelajaran mengalami perubahan rata-rata nilai yang
signifikan.
5. Penutup Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka
dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode jigsaw dengan memanfaatkan video
pembelajaran
lebih tinggi dari pada penggunaan metode ceramah atau
konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 1 Karanggede
pada mata
pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer. Hal ini ditunjukkan
oleh uji
hipotesis posttest ternormalisasi dan homogen. Hasil uji
hipotesis posttest
dengan Uji t adalah P (0.000) < ∝(0.05), sehingga 𝐻𝑜 ditolak,
yaitu penerapan metode belajar jigsaw dengan memanfaatkan video
pembelajaran sama dengan
penggunaan metode belajar konvensional dalam meningkatkan hasil
belajar
dan H1 diterima, yaitu rata-rata hasil belajar siswa yang diajar
menggunakan
metode jigsaw dengan video pembelajaran lebih tinggi dari pada
rata-rata hasil
belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah
atau
konvensional. Dengan demikian menghasilkan kesimpulan bahwa
metode
belajar jigsaw dengan memanfaatkan video pembelajaran lebih
tinggi daripada
penggunaan metode belajar konvensional. Dari hasil penelitian
ini, dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Perlunya metode pembelajaran jigsaw dengan memanfaatkan video
pembelajaran diterapkan dalam proses belajar sebagai bentuk
variasi
-
15
pembelajaran sehingga peserta didik dapat lebih bersemangat dan
aktif
dalam pembelajaran serta sebagai alternatif untuk
meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa.
2. Keefektifan metode jigsaw dengan memanfaatkan video
pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siwa diharapkan dapat
memacu
pengembangan dan penelitian lebih lanjut.
6. Daftar Pustaka
[1]Rosenberg. 2001. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Dunia
Pendidikan. Jogjakarta: Diva Press
[2]Iriantara, Yosal. 2009. Literasi Media. Bandung : Penerbit
Simbiosa
Rekatama Media
[3]Azizah, Nur. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Jigsaw
Terhadap Hasil
Belajar Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan di SMK
Wongorejo
Gombong. Universitas Negeri Yogyakarta
[4]Amalia, Ratna. 2012. Penerapan model kooperatif tipe TTW
(Think, Talk,
Write) menggunakan multimedia video pembelajaran dalam pelajaran
fisika
SMA. Universitas Jember
[5]Robert E. Slavin. 2010. Cooperativ Learning. Bandung : Nusa
Media.
[6]Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
[7]Gerlach, V.G. dan Ely, D.P. 1971. Teaching and Media. A
Systematic
Approach. Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc.
[8]Sadiman, Arief.2007. Media Pendidikan.Jakarta : Penerbit
PT.RajaGrafindo
Persada
[9]Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali
Pers
[10]Riyana, Cheppy. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video.
Universitas
Pendidikan Indonesia.
[11]Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya.
Jakarta:Rineka Cipta
[12]Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan
R&D, Alfabeta,
Bandung, 2012.
[13]Nurcahyanto,Guntur. 1956. Ebook Instrumen Penelitian.
Jurnal