Page 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Medical Check Up (MCU)
Medical Check Up (MCU) adalah pemeriksaan kesehatan
secara menyeluruh meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
fisik maupun pemeriksaan penunjang lain yang dibutuhkan yang
bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan serta mendiagnosis dan
mendeteksi dini gejala penyakit yang ditemukan. Medical Check Up
merupakan salah satu metode dalam mewujudkan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja secara berkala yang diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 02/Men/1980 Pasal 3
ayat (2) bahwa “Semua perusahaan sebagaimana dimaksudkan pasal 2
ayat (2) tersebut diatas harus melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnnya 1 (satu) tahun sekali
kecuali ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan
Perburuhan dan perlindungan Tenaga kerja”.
Tujuan dilakukannya Medical Check Up bagi tenaga kerja,
antara lain :
a. Untuk mendapatkan tenaga kerja yang sehat dan produktif, serta
mencegah terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
b. Untuk pendeteksi dini berbagai penyakit, terutama untuk penyakit
akibat kerja.
Page 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Data dasar dan pembanding untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakit akibat hubungan kerja.
d. Data dasar untuk pengembangan kegiatan promosi kesehatan
perusahaan.
Hal-hal yang perlu diperiksa saat tenaga kerja melakukan
Medical Check Up, antara lain :
a. Pemeriksaan fisik menurut Darmanto (2003), meliputi :
1) Pengukuran tinggi badan diukur jarak antara tumit dengan
puncak kepala dengan posisi badan berdiri tegak.
2) Pengukuran berat badan dilakukan sebelum makan, tanpa
mengenakan alas kaki dan berpakaian seminimal mungkin.
Penilaian berat badan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
a) Penilaian berdasarkan berat badan normal/ standar yaitu :
(1) Rumus yang digunakan adalah berat badan dikurangi
100, hasilnya dalam Kg (kilogram).
(2) Jika hasilnya diatas 110% dari standar dikatakan
gemuk atau kelebihan berat (obesitas) atau
overweight (bila kerangka besar dan sering
berolahraga sampai 120% masih bisa digolongkan
normal).
(3) Antara 90-110% dari standar digolongkan normal.
(4) Antara 70-90% dari standar digolongkan berat badan
kurang/ moderat (mild underweight).
Page 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
(5) Di bawah 70% dari standar dikatakan kurus (severe
underweight).
b) Berat badan ideal tidak sama dengan berat badan normal.
Berat badan ideal adalah berat badan normal dikurangi
10%-nya.
(1) Indeks Berat Badan Relatif (BBR)
Penilaian berdasarkan berat badan relatif
yaitu :
(a) Berat badan normal bila hasilnya 90-110 %.
(b) Kekurangan berat badan bila hasilnya kurang
dari 90%.
(c) Kelebihan berat badan bila hasilnya lebih dari
110%.
(d) Keegemukan atau obesitas bila hasilnya lebih
dari 120%.
(2) Indeks Massa Tubuh/ Body Mass Index (BMI)
Penilaian berdasarkan BMI yaitu :
(a) Berat badan normal bila hasilnya antara 20-25.
(b) Berat badan kurang bila hasilnya kurang dari 20.
(c) Berat badan lebih bila hasilnya 25-30.
Page 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
(d) Kegemukan atau obesitas bila hasilnya lebih
dari 30.
3) Pengukuran tekanan darah yang pada normalnya 120/80
mmHg atau 110/70 mmHg.
4) Pemeriksaan suhu badan dilakukan dengan termometer badan
dengan skala celcius dan normal antara 36⁰-37⁰C.
5) Pemeriksaan kulit dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda
kulit kering, kasar, bersisik, apakah ada luka (ulkus) yang
lambat sembuh kemungkinan disebabkan karena kekurangan
vitamin C, kekurangan protein, dan kekurangan zink.
6) Pemeriksaan selaput lendir seperti selaput lendir mulut,
kelopak mata dan gusi. Gusi yang sering berdarah atau
tampak merah bisa karena kekurangan asam karbonat. Luka
pada sudut mulut karena kekurangan riboflavin, sariawan
disebabkan kekurangan asam askorbat, asam folat dan
vitamin B12.
7) Pemeriksaan jari dan kuku, bila kuku pucat, menonjol, rapuh,
tipis tidak mengkilap dan bentuknya seperti sendok
(koilonikia) kemungkinan kekurangan zat besi dan apabila
ada bintik-bintik putih disebabkan kekurangan zink.
8) Pemeriksaan mata dilakukan mulai dari luar mata, apakah
terdapat vaskularisasi, apakah konjungtiva kelopak mata dan
Page 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
apakah menderita kelainan mata yang lain seperti miopi,
hipermetropi, presbiopi, astigmatisme dan buta warna.
9) Pemeriksaan THT untuk memeriksa keadaan telinga dan
seberapa kepekaan pendengaran.
10) Pemeriksaan mulut dari bibir, lidah, gusi, jaringan lunak lain,
gigi serta bau napas.
b. Pemeriksaan laboratorium, meliputi :
1) Pemeriksaan darah hematologi, meliputi :
a) Hemoglobin (Hb).
Harga normal Hb laki-laki adalah 14-18 gr/dl,
sedangkan harga normal Hb perempuan adalah 12-16 gr/dl.
Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, penyakit
paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongesti
dan luka bakar hebat. Penurunan Hb terdapat pada
penderita anemia, kanker, dan penyakit ginjal. (Sutedjo,
2007)
b) Eritrosit
Harga normal untuk laki-laki adalah 4,5jt-6jt per
mm3, sedangkan jumlah normal untuk perempuan adalah
4,3jt-5,5jt per mm3. Bila hasil pemeriksaan Hb dan eritrosit
kurang dari harga normal disebut anemia. (Darmanto,
2003)
Page 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c) Leukosit
Harga normal antara 5.000-10.000 butir/mm3. Bila
hasil pemeriksaan leukosit kurang dari jumlah normal
kemungkinan adanya demam tifoid, bila lebih dari jumlah
normalnya kemungkinan menderita penyakit infeksi.
(Darmanto, 2003)
d) Laju Endap Darah (LED)
Harga normal pada pria adalah 0-8 mm/jam, dan
harga normal pada wanita adalah 0-15 mm/jam (Westergen
atau Witrobe). Peningkatan LED terjadi pada artritis
reumatoid, kanker (lambung, colon, payudara, hepar dan
ginjal), dan infark miokard akut. Penurunan LED terjadi
pada gagal ginjal kongesti, anemia sel sabit, arthritis
degeneratif dan angina pektoris. (Sutedjo, 2007)
2) Pemeriksaan darah biokimia, meliputi :
a) Kadar gula darah puasa yaitu hasil pemeriksaan kadar
gula darah dari darah yang diambil pertama kali saat
masih puasa dengan harga normal 60-100 mg/dl. Kadar
gula darah setelah makan yaitu kadar gula darah dari
darah yang diambil 2 (dua) jam setelah makan dengan
harga normal adalah 120 mg/dl. Kadar gula darah
sewaktu adalah kadar gula darah saat kapan saja dengan
harga normalnya 70-110 mg/dl. (Darmanto, 2003)
Page 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
b) Enzim plasma, antara lain :
(1) SGOT (serum glutamate axaloacetate transaminase)
nama lainnya AST (aspartate transaminase). Harga
normal pada laki-laki adalah 5-17 U/L, sedangkan
harga normal pada perempuan adalah 5-15 U/L.
(Darmanto, 2003)
(2) SGPT (serum glutamatepyruvate transaminase) nama
lainnya ALT (alanine transaminase). Harga normal
pada laki-laki adalah 5-23 U/L, sedangkan harga
normal pada perempuan adalah 5-19 U/L. (Darmanto,
2003)
(3) LDH (lactate dehydrogenase) banyak terdapat dalam
jantung, rangka, liver, ginjal dan miokardium. Nilai
normal 80-240 U/L. (Sutedjo, 2007)
(4) ALP (alkaline phosphatase) dengan nilai normal 53-
128 U/L pada pria, sedangkan nilai normal 42-98 U/L
pada wanita. (Sutedjo, 2007)
(5) GGT (gama glutamil transferase) ditemukan terutama
pada jaringan hati dan ginjal. Nilai normal pada pria
antara 10-80 IU/L dan pada wanita antara 5-25 IU/L.
(Sutedjo, 2007)
Page 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c) Total protein, meliputi :
(1) Albumin dalam darah dengan nilai normalnya 3-5
g/dl.
(2) Globulin dalam darah dengan nilai normalnya 2-3,5
g/dl. (Darmanto, 2003)
d) Lemak, meliputi :
(1) Harga normal LDL kolesterol adalah di bawah 130
mg/dl.
(2) Harga normal HDL kolesterol adalah di atas 45 mg/dl.
(3) Harga normal trigliserid antara 72-200 mg/dl.
(4) Harga normal total lipid antara 450-1.000 mg/dl.
(6) Betha lipoprotein harga normal antara 0,5-1,2 mg/dl
pada laki-laki, sedangkan harga normal antara 0,5,9
mg/dl pada perempuan. (Darmanto, 2003)
c. Pemeriksaan urine, meliputi :
1) Jumlah Urine
Pengukuran jumlah urine bermanfaat untuk menentukan
gangguan fungsi ginjal, keseimbangan cairan tubuh, dan
pemeriksaan kuantitatif urine. Banyak sekali faktor yang
berpengaruh pada jumlah pengeluaran urine, yaitu umur, berat
badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu tubuh,
iklim, dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata jumlah
pengeluaran urine 24 jam antara 800-1300 ml pada orang
Page 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dewasa di daerah tropis. Volume urine dapat kurang atau lebih
daripada normal. Volume urine 24 jam yang kurang dari
normal dapat disebabkan oleh dehidrasi, adanya gangguan pada
ginjal, atau sumbatan pada saluran kemih. Volume urine 24
jam yang lebih dari normal dapat disebabkan oleh banyak
minum, menderita kencing manis, konsumsi zat-zat yang
mengandung kafein atau alkohol, atau gangguan ginjal yang
progresif. (Carolina, 2013)
2) Warna Urine
Pada umumnya, warna urine ditentukan oleh volume
pengeluaran urine, makin banyak volume pengeluaran urine,
makin muda warna urine, dan sebaliknya. Biasanya warna
normal urine berkisar antara kuning muda dan kuning tua.
Warna urine di luar yang telah disebutkan sebelumnya dapat
disebabkan oleh hasil metabolisme yang tidak normal, suatu
jenis makanan, misalnya zat warna atau obat tertentu, kuman-
kuman tertentu, adanya darah, atau unsur-unsur yang dalam
keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah
yang besar. (Carolina, 2013)
3) Kejernihan Urine
Dalam hal ini, penting untuk menentukan apakah urine
itu telah keruh pada waktu dikeluarkan atau pada waktu
kemudian, yaitu jika dibiarkan (urine tidak langsung diperiksa,
Page 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
tetapi dibiarkan). Kekeruhan akibat yang terakhir disebutkan
disebabkan oleh mengendapnya sel-sel dan lendir dari saluran
kemih. Oleh sebab itu, tidak semua urine yang keruh bersifat
tidak normal. Kekeruhan yang lainnya dapat disebabkan oleh
adanya unsur-unsur yang dalam keadaan normal pun ada, tetapi
sekarang ada dalam jumlah yang besar, bakteri, atau lemak.
(Carolina, 2013)
4) Berat Jenis Urine
Berat jenis urine merupakan pengukuran jumlah
partikel yang terlarut di dalam urine. Pemeriksaan ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal dalam
memekatkan atau mengencerkan urine. Berat jenis urine 24 jam
orang normal biasanya berkisar antara 1,003-1,030. Berat jenis
urine yang tinggi dapat disebabkan oleh kurangnya konsumsi
cairan, adanya gula dalam urine (biasanya pada penderita
kencing manis), protein dalam urine (biasanya pada penderita
gangguan ginjal), atau obat-obatan tertentu. (Carolina, 2013)
5) pH (derajat keasaman) Urine
Batas normal pH urine ialah 4,6-8,5. Urine yang
digunakan haruslah urine yang segar atau diberi pengawet
karena urine yang mengalami pembusukan dapat mencapai pH
sebesar 9 sehingga mengaburkan hasil pemeriksaan. Selain itu,
pH urine di atas normal juga dapat disebabkan oleh makanan
Page 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
tertentu, seperti daging atau obat-obatan tertentu. pH urine di
bawah normal dapat disebabkan oleh adanya gangguan ginjal
atau obat-obatan tertentu. Pemeriksaan ini juga dapat memberi
petunjuk ke arah penyebab adanya infeksi saluran kemih bila
ditemukan adanya tanda-tanda infeksi saluran kemih yang
lainnya. (Carolina, 2013)
6) Sedimen Urine
Urine yang digunakan pada pemeriksaan sedimen urine
adalah urine yang segar atau urine yang dikumpulkan dengan
pengawet. Paling baik adalah urine pekat yang mempunyai
berat jenis 1023 atau lebih (lebih mudah didapat bila memakai
urine pagi). Umumnya, sedimen urine dibagi atas 2 golongan,
yaitu golongan organik dan golongan non organik. Beberapa
sedimen urine secara normal memang ada di dalam urine
(misalnya sel epitel, leukosit, eritrosit, silinder tertentu, kristal
tertentu), namun jika jumlahnya meningkat, hal ini juga dapat
menunjukkan adanya gangguan di dalam saluran kemih.
(Carolina, 2013)
7) Protein Urine
Ginjal yang sehat dapat menyaring semua protein dari
darah dan menyerapnya kembali sehingga tidak akan ada atau
kalau pun ada di urine, jumlahnya sangat sedikit. Urine yang
normal hanya mengandung sedikit protein, yaitu di bawah 150
Page 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mg/24 jam (biasanya ditandai dengan tanda -). Jika terdapat
kadar protein urine di atas 150 mg/24 jam, hal ini dapat
disebabkan oleh adanya gangguan pada ginjal. (Carolina, 2013)
8) Glukosa Urine
Pemeriksaan glukosa urine terutama diperuntukkan
untuk menyaring penderita kencing manis. Jika kadar glukosa
di darah sudah di atas 180 mg/dL, maka glukosa juga akan
terdeteksi di urine. Keadaan yang dapat menyebabkan adanya
glukosa dalam urine adalah gangguan hormon, gangguan hati,
atau gangguan metabolisme. Selain itu, terdapat juga beberapa
zat yang sebetulnya bukan glukosa, tetapi terdeteksi sebagai
glukosa pada urine sehingga dapat terjadi hasil negatif palsu.
Zat tersebut di antaranya adalah vitamin C, jenis gula lainnya
(misalnya laktosa, fruktosa, dan sebagainya), pengawet
(misalnya formalin), obat-obatan tertentu, dan sebagainya.
(Carolina, 2013)
9) Keton Urine
Zat-zat keton merupakan zat yang mudah menguap
sehingga urine yang diperiksa haruslah urine yang segar.
Adanya keton mengindikasikan gangguan dalam metabolisme
karbohidrat, misalnya pada penderita kencing manis yang
tergolong diabetes mellitus tipe 1 (satu). Keton dalam urine
juga dapat terjadi pada keadaan demam, hamil, gangguan
Page 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
metabolisme karbohidrat selain diabetes, atau penurunan berat
badan atau kelaparan akibat pembatasan asupan karbohidrat.
(Carolina, 2013)
10) Bilirubin Urine
Bilirubin merupakan produk pemecahan dari
hemoglobin (zat yang tedapat di dalam darah). Sebagian besar
bilirubin dikeluarkan melalui kandung empedu, dan sangat
sedikit yang dikeluarkan melalui urine sehingga kadarnya sulit
dideteksi pada pemeriksaan urine. Adanya bilirubin dalam
urine dapat menandakan adanya gangguan hati atau sumbatan
hati-kandung empedu. (Carolina, 2013)
11) Ureum Urine
Ureum merupakan produk buangan yang dibentuk di
hati dari hasil metabolisme protein dan dikeluarkan melalui
urine. Batas normal nilai ureum urine adalah 6-17 g/hari (214-
607mmol/hari). Kadar ureum yang tinggi biasanya
menandakan adanya gangguan pada ginjal, tetapi karena
keberadaan ureum dipengaruhi oleh jumlah asupan protein
yang dikonsumsi dan fungsi hati, maka pemeriksaan ini
biasanya dilakukan bersama dengan pemeriksaan kreatinin
darah. (Carolina, 2013)
Page 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
12) Kreatinin Urine
Kreatinin adalah produk buangan yang tidak dibutuhkan
lagi oleh tubuh. Kreatinin merupakan hasil metabolisme
energi otot dan dikeluarkan seluruhnya oleh tubuh melalui
ginjal. Oleh sebab itu, pemeriksaan kreatinin urine dapat
digunakan sebagai pemeriksaan penyaring untuk
mengevaluasi fungsi ginjal. Dalam melakukan pemeriksaan
kreatinin urine, biasanya digunakan sampel urine yang
dikumpulkan 24 jam. Batas normal kreatinin urine 24 jam
adalah antara 50-100 mg/hari, tetapi hasil ini tergantung dari
usia, jenis kelamin, dan berat tubuh. Hasil yang tidak normal
dapat menunjukkan adanya gangguan pada ginjal, gangguan
otoimun, obstruksi saluran kemih, atau banyak mengonsumsi
daging. (Carolina, 2013)
13) Asam Urat
Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir purin
(konstituen asam nukleat yang berhubungan dengan gen).
Produksi asam urat tergantung dari makanan yang dikonsumsi
(misalnya hati, daging pankreas anak sapi, ginjal, dan sejenis
ikan hering kecil (anchovy) dapat meningkatkan kadar asam
urat). Normalnya, dua-pertiga sampai tiga-perempat asam urat
dikeluarkan oleh ginjal, dan sebagian besar oleh saluran
pencernaan. Batas normal pengeluaran asam urat dalam urine
Page 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
adalah 250-800 mg/hari (1,49-4,76 mmol/hari. Biasanya,
pengeluaran asam urat dalam urine dapat meningkat pada
keadaan gangguan pada ginjal, gangguan hati, gangguan
metabolisme, gangguan hormon, tumor dan konsumsi obat-
obatan tertentu. Kadar asam urat yang rendah biasanya juga
didapatkan pada penderita gangguan ginjal yang lama
(kronis). (Carolina, 2013)
d. Pemeriksaan khusus, meliputi :
1) Pemeriksaan radiologi dilakukan hanya dengan foto rontgen
dada atau cheast x-ray. (Darmanto, 2003)
2) Pemeriksaan mammografi adalah pemeriksaan payudara
dengan sinar-X untuk mendeteksi secara dini adanya kanker
payudara. Pemeriksaan ini dianjurkan untuk perempuan usia di
atas 35 tahun. (Darmanto, 2003)
3) Pemeriksaan EKG (elektrocardiograf) dilakukan untuk
mendeteksi dini adanya silent coronary thrombosis, suatu
penyumbatan pembuluh koroner yang tidak memberikan
gejala. Pemeriksaan EKG dapat dilakukan dengan
menggunakan treadmill. (Darmanto, 2003)
4) Pemeriksaan spirometri dilakukan untuk mengetahui
kemampuan seseorang seberapa banyak udara yang dapat
dihirup ke dalam paru dan kemampuan seberapa cepat bisa
mengeluarkan udara dari paru. (Darmanto, 2003)
Page 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
5) Pemeriksaan audiogram adalah suau grafik yang
memperlihatkan pada intensitas berapa desibel seseorang dapat
mendengar bunyi frekuensi tertentu dengan menggunakan alat
audiometer. (Darmanto, 2003)
6) Pemeriksaan pap’s smear dilakukan untuk mendeteksi dini
adanya kanker leher rahim. (Darmanto, 2003)
Dalam hasil Medical Check Up tenaga kerja terdapat 5 kriteria
kesehatan, yaitu :
a. Fit Optimal yaitu tenaga kerja dapat melakukan berbagai tenaga
kerjaan dan tidak ada physical defect atau kelainan.
b. Fit Moderat yaitu tenaga kerja dapat melakukan tenaga kerjaan
biasa tapi ada physical defect atau kelainan yang dapat di koreksi.
c. Fit Minimal yaitu tenaga kerja dapat melakukan tenaga kerjaan
biasa tapi ada physical defect atau kelainan yang tidak dapat di
koreksi.
d. Fit Restriktif yaitu tenaga kerja hanya dapat melakukan tenaga
kerjaan terbatas karena ada kelainan (cacat).
e. Unfit yaitu tenaga kerja tidak dapat melakukan tenaga kerjaan
karena sakitnya dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan
dirinya dan orang lain disekitarnya.
Berbagai kelainan yang ditemukan pada hasil medical check up
sebagai berikut :
Page 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
a. Kelainan Jantung
1) Keluhan Angina Pektoris
Holter monitoring diperlukan, terutama untuk angina
pektoris yang sesekali dan tidak tentu datangnya. Seringkali
ditemukan depresi ST segmen sewaktu penderita berada dalam
keadaan stres emosi. Exercise EKG adalah lebih objektif untuk
mendeteksi ada atau tidaknya insufisiensi koroner pada
penderita. (Jota, 2001)
2) Penyakit Jantung Iskemik
Gangguan irama ventrikel sesudah infark mokard akut
merupakan suatu faktor risiko yang utama untuk terjadinya
mati mendadak. Terutama, timbul pada penderita asimtomatis
dan holter monitoring sangat penting dilakukan. (Jota, 2001)
3) Gangguan Irama
Menentukan mekanisme gangguan irama dapat
diungkapkan oleh EKG 24 jam karena mulai akhir dari arimia
ini dapat direkam, sehingga pengobatan dapat diberikan secara
spesifik. Atrium fibrilasi yang paroksismal dapat timbul akibat
rangsangan nervus simpatikus, frekuensi sinus meningkat dan
dapat pula disebabkan oleh rangsangan nervus vagus, sehingga
terjadi penurunan frekuensi sinus. Pencegahan dilakukan
dengan cara pemberian penghambat beta atau digoksin. (Jota,
2001)
Page 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Penyakit Akibat Status Gizi
1) Gizi lebih
Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan
antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Asupan energi
yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan
berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas.
Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak
mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang
mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar
keseimbangan energi yang positif ini. Selanjutnya penurunan
pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi
yang positif (Gibney, 2008:3).
Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat
tertentu, terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam
gaya hidup, terutama pola makan. Pola makan berubah ke pola
makan baru yang rendah karbohidat, rendah serat kasar, dan
tinggi lemak sehingga menjadikan mutu makanan ke arah tidak
seimbang. Dampak masalah gizi lebih tampak dengan semakin
meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner,
diabetes mellitus (DM), hipertensi, dan penyakit hati (Supriasa,
2002:12).
Penanggulangan masalah gizi lebih adalah dengan
menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui
Page 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pengurangan makan dan penambahan latihan fisik.
Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi
konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi
alkohol (Almatsier, 2001:312).
2) Gizi baik
Gizi baik adalah gizi yang seimbang. Gizi seimbang
adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari
yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam
jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan
(Dirjen BKM, 2002). Sekjen Perhimpunan Dokter Gizi Medik
Indonesia (PDGMI) Dr. dr. Saptawati Bardosono (2009)
memberikan 10 tanda umum gizi baik, yaitu:
a) Bertambah umur, bertambah padat, bertambah tinggi.
Tubuh dengan asupan gizi baik akan mempunyai tulang dan
otot yang sehat dan kuat karena konsumsi protein dan
kalsiumnya cukup. Jika kebutuhan protein dan kalsium
terpenuhi maka massa tubuh akan bertambah dan tubuh
akan bertambah tinggi.
b) Postur tubuh tegap dan otot padat. Tubuh yang memiliki
massa otot yang padat dan tegap berarti tidak kekurangan
protein dan kalsium. Mengonsumsi susu dapat membantu
mencapai postur ideal.
Page 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c) Rambut berkilau dan kuat. Protein dari daging, ayam, ikan
dan kacang-kacangan dapat membuat rambut menjadi lebih
sehat dan kuat.
d) Kulit dan kuku bersih dan tidak pucat. Kulit dan kuku
bersih menandakan asupan vitamin A, C, E dan mineral
terpenuhi.
e) Wajah ceria, mata bening dan bibir segar. Mata yang sehat
dan bening didapat dari konsumsi vitamin A dan C seperti
tomat dan wortel. Bibir segar didapat dari vitamin B, C dan
E seperti yang terdapat dalam wortel, kentang, udang,
mangga, jeruk.
f) Gigi bersih dan gusi merah muda. Gigi dan gusi sehat
dibutuhkan untuk membantu menceerna makanan dengan
baik. Untuk itu, asupan kalsium dan vitamin B pun
diperlukan.
g) Nafsu makan baik dan buang air besar teratur. Nafsu makan
baik dilihat dari intensitas anak makan, idealnya yaitu 3 kali
sehari. Buang air besar pun harusnya setiap hari agar sisa
makanan dalam usus besat tidak menjadi racun bagi tubuh
yang dapat mengganggu nafsu makan.
h) Bergerak aktif dan berbicara lancar sesuai umur.
i) Penuh perhatian dan bereaksi aktif
j) Tidur nyenyak
Page 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3) Gizi kurang
Menurut Moehji, S (2003:15) Gizi kurang adalah
kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat,
lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Empat masalah
gizi kurang yang mendominasi di Indonesia, yaitu (Almatsier,
2001:307) :
a) Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh
kekurangan makan sumber energi secara umum dan
kekurangan sumber protein. Pada orang dewasa, KEP bisa
menurunkan produktivitas kerja dan derajat kesehatan
sehingga rentan terhadap penyakit. Faktor yang
berpengaruh adalah kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang makanan pendamping serta tentang pemeliharaan
lingungan yang sehat (Almatsier, 2001:307).
b) Anemia Gizi Besi (AGB)
Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang
berkaitan dengan kekurangan zat besi (AGB). AGB
menyebabkan penurunan kemampuan fisik dan
produktivitas kerja, penurunan kemampuan berpikir dan
penurunan antibodi sehingga mudah terserang infeksi.
Penanggulangannya dilakukan melalui pemberian tablet
atau sirup besi kepada kelompok sasaran.
Page 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c) Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
Kekurangan iodium umumnya banyak ditemukan di
daerah pegunungan dimana tanah kurang mengandung
iodium. GAKI menyebabkan pembesaran kelenjar gondok
(tiroid). Pada anak-anak menyebabkan hambatan dalam
pertumbuhan jasmani, maupun mental. Ini menampakkan
diri berupa keadaan tubuh yang cebol, dungu, terbelakang
atau bodoh. Penanggulangan masalah GAKI secara khusus
dilakukan melalui pemberian kapsul minyak beriodium/
iodized oil capsule kepada semua wanita usia subur dan
anak sekolah di daerah endemik. Secara umum pencegahan
GAKI dilakukan melalui iodisasi garam dapur.
d) Kurang Vitamin A (KVA)
KVA merupakan suatu ganguan yang disebabkan
karena kurangnya asupan vitamin A dalam tubuh. KVA
dapat mengakibatkan kebutaan, mengurangi daya tahan
tubuh sehingga mudah terserang infeksi, dan dapat
menurunkan epitelisme sel-sel kulit.
4) Gizi buruk
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
karena kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien
dalam jangka waktu lama.
Page 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c. Penyakit Mata
1) Miopi
Miopi yakni seseorang yang tidak dapat melihat benda
yang berjarak jauh dan dapat dibantu dengan kacamata berlensa
cekung. (http://id.wikipedia.org)
2) Hipermetropi
Hipermetropi yaitu seseoang yang tidak dapat melihat
benda yang berjarak dekat dari mata dan dapat dibantu dengan
kacamata berlensa cembung. (http://id.wikipedia.org)
3) Presbiopi
Presbiopi adalah seseorang yang tidak dapat melihat
benda yang berjarak dekat maupun berjarak jauh dan dapat
dibantu dengan kacamata berlensa rangkap. Biasa terjadi pada
lansia. (http://id.wikipedia.org)
4) Buta warna
Buta warna adalah suatu kondisi dimana seseorang
sama sekali tidak dapat membedakan warna. Yang dapat dilihat
hanyalah warna hitam, abu-abu, dan putih. Buta warna
biasanya merupakan penyakit turunan. Artinya jika seseorang
buta warna, hampir pasti anaknya juga buta warna.
(http://id.wikipedia.org)
Page 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
5) Astigmatisme
Astigmatisme adalah ketidakteraturan lengkung -
lengkung permukaan bias mata yang berakibat cahaya tidak
fokus pada satu titik retina (bintik kuning) dan dapat dibantu
dengan kacamata silinder. (http://id.wikipedia.org)
d. Penyakit Gigi
1) Karies Gigi
Karies diawali dengan timbulnya bercak coklat atau
putih yang kemudian berkembang menjadi lubang coklat.
Lubang ini terjadi karena luluhnya mineral gigi akibat reaksi
fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa dan glukosa
oleh beberapa tipe bakteri penghasil asam. Karies dapat
dicegah dengan melakukan kebiasaan baik meyikat gigi setelah
makan, sebelum tidur dan rutin memeriksakan gigi setiap 6
(enam) bulan sekali. (Mumpuni, 2013)
2) Gigi Berjejal
Gigi berjejal merupakan keadaan tumbuhnya gigi diluar
susunan gigi yang normal. Hal ini dikarenakan adanya
ketidaksesuaian antara ukuran lengkung rahang dan ukuran
leher gigi-gigi, perkembangan tulang rahang yang kurang
sempurna dan faktor keturunan. Selain kurang indah secara
estetika, gigi berjejal juga bisa meningkatkan risiko peradangan
gusi dan gigi berlubang akibat penumpukan plak yang sukar
Page 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dibersihkan. Gigi berjejal dapat dihindari dengan cara
menguatkan otot rahang dan menghindari makanan yang terlalu
lunak agar otot-otot rahang bergerak optimal. (Mumpuni, 2013)
3) Gingivitis (Gusi Bengkak)
Gingivitis adalah peradangan pada gusi. Ciri-cirinya
adalah gusi meradang, tampak merah, membengkak dan mudah
berdarah. Gingivitis terjadi akibat penggosokan dan flosing
(membersihkan gigi dengan benang gigi) yang tidak benar,
sehingga plak tetap ada disepanjang garis gusi. (Mumpuni,
2013)
4) Gigi Retak, Goyah dan Copot
Gigi retak adalah keadaan dimana gigi mengalami
patahan tidak lengkap dan tidak terbelah, yang diakibatkan
seseorang menggigit makanan yang keras atau makanan yang
dingin. Menghindari terjadinya retak gigi dilakukan dengan
cara rajin mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium,
menghindari menggigit makanan terlalu keras dan terlalu panas
atau dingin.
Gigi goyah adalah keadaan dimana posisi gigi tidak lagi
kuat. Gigi goyah dapat diatasi dengan cara pembersihan gigi
dan mulut ke dokter gigi dan memasang gigi palsu segera
setelah gigi dicabut.
Page 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gigi copot adalah keadaan dimana gigi terlepas dari
tempatnya. Penyebab gigi copot adalah faktor usia dan
kebiasaan tidur dengan gigi gemerutuk. Pencegahan yang dapat
dilakukan adalah makan makanan yang bergizi dan seimbang,
penuhi kebutuhan kalsium tubuh, menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor dan sikat gigi minimal 2x sehari. (Mumpuni,
2013)
e. Penyakit Kulit
Beberapa jenis penyakit kulit, sebagai berikut :
1) Furunkel
Furunkel adalah suatu infeksi nekrotik akut folikel
rambut yang dalam. Furunkel dapat terjadi sekunder terhadap
dermatosis lain. Furunkel sering terjadi pada kulit yang sering
mendapat gesekan, tekanan, dan iritasi lokal seperti garukan.
Furunkel dapat juga terjadi pada penderita diabetes, orang yang
kurang gizi, dan orang terlantar. Gejala pada permulaan
penderita merasa gatal, nyeri, timbul peradangan folikuler kecil
dan merah yang cepat bertambah besar. (Harahap, 2000).
2) Herpes Zoster
Herpes zoster (dampa, cacar ular) adalah radang kulit
akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua yang khas
ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi
vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut
Page 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan
reaktivasi virus varisela-zoster dari infeksi endogen yang telah
menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus.
Herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada
dermatom yang terkena. Gejala ini timbul 1-2 hari sebelum
terjadi erupsi. Gejala konstitusi, seperti gatal, demam, malaise,
nyeri. (Harahap, 2000)
3) Pedikulosis Korporis
Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa
terutama pada orang dengan higiene yang buruk, infeksi kulit
ini disebabkan oleh pediculus humanus var.corporis. gejala
yang timbul adalah: gatal, infeksi sekunder bekas garukan pada
badan, menemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian.
Untuk membunuh kutu dan telur yang menempel di pakaian
dapat dilakukan dengan cara merebus dan menyetrika
pakaiannya. (Harahap, 2000).
4) Pitiriasis Versikolor
Pitiriasis Versikolor (panu) adalah infeksi jamur
superfisial pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh
Malassezia furfur atau pityrosporum orbiculare. Infeksi ini
bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa peradangan.
Pitiriasis versikolor biasanya sering mengenai muka, leher,
badan, lengan atas, ketiak, paha, dan lipatan paha. Gejala bagi
Page 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
yang menderita penyakit ini adalah penderita merasakan gatal,
lesi kulit berupa bercak putik sampai coklat, merah, dan hitam,
di atas lesi terdapat sisik halus, sering didapatkan lesi bentuk
folikular atau lebih besar, atau bentuk numular yang meluas
membentuk plakat. Pengobatan harus dilakukan menyeluruh,
tekun, dan konsisten. (Harahap, 2000)
5) Urtikaria
Urtikaria merupakan suatu reaksi vaskuler pada kulit
akibat bermacam-macam sebab, keluhan subjektif biasanya
gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Penyebab penyakit ini di
antaranya: bahan kimia, paparan fisik, zat kolinergik, infeksi
dan penyakit sistemik, alkohol. Gejala yang timbul jika
terserang penyakit ini adalah gatal, rasa terbakar, eritema dan
setempat berbatas tegas, bagian dalam tampak pucat.
Pengobatan urtikaria yang paling baik adalah mencari dan
menghilangkan penyebab. Apabila penyebab tidak diketahui,
hendaknya dihindari faktor-faktor yang dapat memperburuk,
seperti alkohol, aspirin, dan lain sebagainya. Pada urtikaria
kronik yang penyebabnya 95% tidak diketahui, seringkali
menjadi masalah yang sulit. (Harahap, 2000).
6) Selulitis
Selulitis adalah peradangan menjalar dan akut pada
kulit, dan terutama mengenai jaringan subkutan yang lebih
Page 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dalam. Penyebab yang paling sering adalah staphylococcus
aureus. Bakteri lain yang dapat menyebabkan selulitis adalah
pneumokok. Gejala yang dapat terjadi adalah demam, malaise,
menggigil, eritema pada tempat infeksi cepat bertambah merah
dan menjalar. Obat yang dapat diberikan bagi penderita selulitis
adalah krim antibiotik.
7) Veruka
Veruka (kutil) ini dapat disebabkan oleh virus papiloma
(grup papova). Tersebarnya kosmopolit dan transmisinya
melalui kontak kulit maupun autoinokulasi. Gejala penyakit ini
adalah menimbulkan penonjolan yang berbentuk bulat,
berwarna abu-abu, permukaan kasar, dapat timbul anokulasi
sepanjang goresan. (Harahap, 2000).
8) Rinofina
Alkoholism secara tradisional disangka sebagai
penyebab terjadinya pertumbuhan jaringan hidung, namun
tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Rinofina dapat menyertai
rosasea stadium III, hingga dianggap sebagai kompilasi
rosasea. Gejala-gejala yang timbul bila mengidap penyakit ini
antara lain: pria 40-50 tahun, ujung hidung melebar, alanasi,
kolumela, warna kulit sampai merah gelap, keluar bau tidak
enak. Pilihan pengobatannya adalah bedah kulit, baik bedah
skapel, bedah listrik, atau dermabrasi.
Page 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
9) Eritrasma
Eritrasma adalah suatu peradangan super fisial ringan
yang terlokalisasi pada kulit dan menahun, yang disebabkan
oleh bakteri yang erat kaitannya dengan bakteri coryneform
aerobik, yang biasanya diketahui sebagai c.minutissimum.
Gejala yang sering timbul bila menderita penyakit ini antara
lain: lesikulit, berskuama halus, merah kecokelat-cokelatan,
biasanya terdapat pada ketiak dan lipatan paha. (Harahap,
2000).
f. Penyakit Telinga
Gangguan pendengaran pada telinga akibat bising (noise
induced hearing loss) di tempat kerja merupakan salah satu
penyakit akibat kerja yang sering dikeluhkan. Kelainan ini dapat
menurunkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.
Secara umum penurunan fungsi pendengaran dapat terjadi
karena gangguan, baik pada telinga luar, telinga dalam maupun
telinga dalam. Kelainan pada telinga luar dan tengah umumnya
karena proses peradangan dan kotoran telinga (serumen),
sedangkan gangguan pendengaran akibat kelainan telinga dalam
dapat disebabkan oleh faktor suara bising yang terus menerus
seperti di lingkungan kerja atau tempat rekreasi.
Page 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gangguan pada telinga, baik telinga luar, telinga tengah,
maupun telinga dalam dapat menyebabkan ketulian. Dikenal tiga
jenis gangguan pendengaran (Tambunan, 2005), yaitu:
1) Condutive hearing loss
Jenis gangguan ini diklasifikasikan sebagai masalah
mekanis (mechanical hearing loss) karena menyerang bagian
luar dan tengah telinga tenaga kerja, tepatnya selaput gendang
telinga dan ketiga tulang utama (hammer, anvil, dan stirrup)
menjadi sulit atau tidak bisa bergetar. Akibatnya, tenaga kerja
menjadi agak sulit mendengar. (Tambunan, 2005)
2) Sensorineural hearing loss
Sesuai dengan namanya, sensorineural hearing
loss diklasifikasikan sebagai masalah pada sistem sensor, dan
bukan masalah mekanis. Sensorineural hearing
loss disebabkan oleh ketidakberesan pada bagian dalam telinga,
khususnya cochlea. (Tambunan, 2005)
3) Mixed hearing loss
Tuli gabungan disebabkan oleh kombinasi antara tuli
konduktif dan tuli saraf. Jika kedua threshold konduksi
menunjukan adanya kehilangan/gangguan pendengaran, namun
porsi kehilangan lebih besar pada konduksi udara. (Tambunan,
2005)
Page 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
g. Gangguan Spirometri
Klasifikasi gangguan ventilasi (% nilai prediksi) :
1) Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksi;
FVC < 80% nilai prediksi.
2) Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC <
75% nilai prediksi.
3) Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi;
FEV1/FVC < 75% nilai prediksi.
2. Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Gangguan kesehatan menurut Suma’mur (2009), agar seorang
tenaga kerja ada dalam keserasian sebaik-baiknya yang berarti dapat
terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi-tingginya,
maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari faktor-faktor,
yaitu :
a. Beban Kerja
Setiap tenaga kerjaan merupakan beban bagi pelakunya.
Beban kerja bisa berupa beban fisik, mental, atau sosial baik
ringan, sedang atau berat tergantung jenis tenaga kerjaan. Menurut
Syukri Sahab (1997), beban kerja dapat menyebabkan kelelahan.
Kelelahan yang terjadi bisa kelelahan fisik maupun kelelahan
mental yang berlebihan, maka beban kerja pada seorang tenaga
kerja disesuaikan dengan kemampuannya.
Page 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Beban tambahan akibat lingkungan kerja
Suatu tenaga kerjaan biasanya dilakukan dalam suatu
lingkungan atau situasi yang menyebabkan beban tambahan pada
jasmani dan rohani tenaga kerja. Beban ini akan menambah beban
kerja yang dapat langsung dari tenaga kerjaan yang sebenarnya.
Faktor-faktor penyebab beban tambahan ada lima menurut
Suma’mur (1996) yaitu :
1) Faktor fisik, yaitu penerangan, suhu udara, kelembaban,
getaran, radiasi, tekanan udara.
2) Faktor kimia, yaitu gas, uap, debu, kabut, fume, asap, awan,
cairan dan benda padat.
3) Faktor fisiologis, yaitu konstruksi mesin, sikap dan cara kerja.
4) Faktor biologi, yaitu virus, bakteri, jamur.
5) Faktor mental psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan antara
tenaga kerja dengan atasan.
c. Kapasitas kerja
Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang tenaga kerja
dalam melakukan tenaga kerjaannya. Kemampuan kerja sangat
tergantung pada ketrampilan, keserasian (fitness), keadaan gizi,
jenis kelamin, usia dan ukuran-ukuran tubuh (Suma’mur, 2009).
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
PER 02/MEN/1981 (Pungky W, 2002), yang dimaksud dengan
penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh
Page 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
tenaga kerjaan atau lingkungan kerja, sedangkan dalam Keputusan
Presiden No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat
Hubungan Kerja pada pasal 1 dan 2 disebutkan bahwa penyakit yang
timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan
kerja baik pada saat masalah dalam hubungan kerja ataupun setelah
hubungan kerja berakhir.
Menurut Suma’mur (2009), dalam ruang atau di tempat kerja
biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat
kerja sebagai berikut :
a. Golongan Fisik
1) Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli.
2) Radiasi sinar-sinar rontgen atau sinar-sinar radioaktif , yang
menyebabkan antara lain penyakit susunan darah dan kelainan-
kelainan kulit. Radiasi sinar inframerah bisa mengakibatkan
katarak kepada lensa mata sedangkan sinar ultraviolet menjadi
sebab conjunctivitis photoelectrica.
3) Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, heat cramps
atau hyperpyrexia, sedangkan suhu-suhu yang rendah antara
lain menimbulkan frosbite.
4) Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease.
5) Penerangan lampu yang kurang baik misalnya menyebabkan
kelainan kepada indera penglihatan atau kesilauan yang
memudahkan terjadinya kecelakaan.
Page 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
b. Golongan Chemis
1) Debu yang menyebabkan pneumoconiosis, diantaranya
silicosis, asbestosis dan lain-lain.
2) Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever,
dermatitis atau keracunan.
3) Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain.
4) Larutan, yang misalnya menyebabkan dermatitis.
5) Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insectisides), racun
jamur dan lain-lain yang menimbulkan keracunan.
c. Golongan biologis, misalnya oleh bibit penyakit anthrax atau
brucella pada tenaga kerja-tenaga kerja.
d. Golongan mental-psikologis, hal ini terlihat misalnya pada
hubungan kerja yang tidak baik, dengan akibat timbulnya misalnya
depresi atau penyakit psikosomatis.
e. Golongan fisiologis yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
konstruksi mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan
tenaga kerjaan dan lain-lain yang kesemuanya menimbulkan
kelelahan fisik bahkan lambat laun perubahan fisik tubuh tenaga
kerja di lingkungan kerja.
Dalam Permenakertrans No. 1 tahun 1981 (Pungky W, 2002),
kewajiban pengusaha dalam menghadapi penyakit akibat kerja adalah :
a. Pengusaha wajib dengan segera melakukan tindakan-tindakan
preventif agar penyakit akibat kerja yang sama tidak terulang
Page 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
kembali diderita oleh tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya.
b. Apabila terdapat keragu-raguan terhadap hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan oleh dokter, pengurus dapat meminta bantuan
Depnakertrans untuk menegakan diagnosa penyakit akibat kerja.
c. Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat
pelindung diri yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja.
Sedangkan kewajiban dan hak tenaga kerja dalam menghadapi
penyakit akibat kerja, antara lain :
a. Tenaga kerja harus memberikan keterangan-keterangan yang
diperlukan bila diperiksa oleh dokter atau pengawas keselamatan
dan kesehatan kerja.
b. Tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
c. Tenaga kerja harus memenuhi dan menaati semua syarat-syarat
untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
d. Tenaga kerja berhak meminta pada pengurus agar dilaksanakannya
semua syarat-syarat pencegahan penyakit akibat kerja.
e. Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan untuk melakukan
tenaga kerjaannya pada tenaga kerjaan yang diragukan keadaan
pencegahannya terhadap penyakit akibat kerja.
Penyakit akibat kerja pertambangan adalah penyakit cacing
ankilostomiasis (penyakit cacing tambang), keracunan oleh gas atau
Page 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
uap beracun atau zat atau bahan kimia dari bijih atau hasil
pengolahannya yang berada di tempat penambangan dilakukan dan
penyakit akibat kerja oleh debu tambang. Selain itu, kecelakaan
tambang menyebabkan kesehatan tenaga kerja terganggu atau menjadi
sakit bahkan mungkin pula mendeita kecacatan.
Gangguan kesehatan atau penyakit yang diakibatkan oleh
kecelakaan tidak termasuk ke dalam kategori penyakit akibat kerja
(Suma’mur, 2009). Penyakit akibat kerja tambang, antara lain :
a. Penyakit cacing ancylostomiasis disebabkan oleh Ancylostoma
duodenale dan Necator americanus. Pada penyakit ini penderita
merasa sangat lemah, tidak bertenaga, mau tidur saja, tidak ada
nafsu makan, tidak ada motivasi untuk berbuat sesuatu dan
menyebabkan anemia. Pencegahan terutama dilakukan dengan
sanitasi lingkungan khususnya pembuatan dan penggunaan kakus
yang baik dan juga pemakaian sepatu boat guna menghindari
kemungkinan masuknya larva menembus kulit.
b. Asfiksia yang dapat berakibat kepada mati lemas disebabkan
kurangnya oksigen di dalam udara tambang. Dalam udara normal
kadar oksigen 20-21%. Maka dari itu, agar terhindar dari
kemungkinan berada di tempat dengan kadar oksigen yang tidak
normal harus selalu diterapkan cara untuk mendeteksi kadar
oksigen. Lampu keselamatan dari Davy dapat dipergunakan untuk
menunjukan kadar oksigen yang ada sampai 16,25% dan lampu
Page 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
karbit akan padam pada 12,5% kadar oksigen dalam udara,
sedangkan cara lain menggunakan burung kenari atau tikus.
c. Gas CO2 juga berbahaya karena tidak berbau, relatif lebih berat
dari udara, dan terbentuk dari dekomposisi karbonat atau
fermentasi yang biasanya terdapat dibagian bawah lobang
tambang. Konsentrasi CO2 bertambah, apabila terjadi ledakan atau
kebakaran yang bila terhirup dapat menyebabkan mati lemas.
Selain itu, oleh karena beratnya gas CO2 berkumpul pada
permukaan dasar lobang tambang sehingga orang yang terpeleset,
terjatuh dan tergeletak di lantai juga dapat mati lemas, oleh karena
tingginya konsentrasi gas CO2 dan kurangnya O2 dalam udara di
lantai tambang tersebut.
d. Gas metan (CH4) yang biasanya terkumpul di lobang tambang
sebagai hasil pembusukan tumbuhan. Metan dengan kadar tinggi
dapat meledak terutama jika terkena api atau mengalami
pemanasan. Selain itu, metan juga merupakan afiksian yang dapat
menyebabkan mati lemas.
e. Gas CO biasanya tidak terdapat secara alami di dalam tambang,
melainkan sebagai hasil pembakaran tidak sempurna atau oleh
peristiwa kebakaran atau terjadinya ledakan. Gas ini mempunyai
afinitas yang sangat besar terhadap hemoglobin, membuat
persenyawaan CO-hemoglobin, sehingga jaringan tubuh mati oleh
karena tidak mendapat oksigen untuk oksidasi. Terdapat alat
Page 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
khusus untuk mendeteksi adanya dan kadar CO dalam udara
tambang.
f. Gas H2S juga sangat beracun, racun gas ini bisa menyebabkan
kematian pada kadar sangat rendah sekitar 0,1%. Untungnya gas
ini dapat tercium baunya dan terasa rangsangannya kepada mata
pada kadar sangat rendah pula yaitu 0,01%. Untuk memastikan ada
dan kadarnya dapat digunakan alat detektor gas.
g. Pada tenaga kerja tambang dapat terjadi keracunan oleh logam
beracun atau persenyawaannya yang berasal dari bijih yang sengaja
ditambang. Tambang mangan (Mn) mengandung risiko keracunan
mangan. Tambang air raksa (Hg) disertai risiko bahaya keracunan
air raksa. Mungkin pula bijih tambang mengandung zat radiokatif
yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja kepada tenaga kerja
yang menghirupnya dalam bentuk debu. Tergantung dari
komposisinya debu nikel di pertambangan nikel dapat
menyebabkan kanker paru pada tenaga kerja.
h. Penyakit akibat kerja lainnya adalah penyakit akibat debu tambang,
penyakit yang timbul pada tenaga kerja sebagai akibat penimbunan
debu dalam paru dan juga reaksi jaringan paru terhadap debu
tersebut adalah pnemokoniosis. Oleh karena hampir setiap tambang
mengakibatkan pencemaran udara tambang oleh debu silika bebas
(SiO2), setiap tambang mengandung risiko terkena silikosis pada
tenaga kerja tambang.
Page 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
3. Deteksi Penyakit Akibat Kerja
Secara umum, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut
(Dedi-Ratna, 2013) :
a. Anamnesis tentang riwayat penyakit dan riwayat tenaga kerjaan,
untuk mengetahui kemungkinan salah satu faktor di tempat kerja,
pada tenaga kerjaan, dan atau lingkungan kerja menjadi penyebab
penyakit akibat kerja.
b. Pemeriksaan klinis, untuk menemukan gejala dan tanda yang
sesuai untuk suatu sindrom yang seringkali khas untuk suatu
penyakit akibat kerja.
c. Pemeriksaan laboratorium, untuk mencocokkan benar tidaknya
penyebab penyakit akibat kerja yang bersangkutan ada dalam
tubuh tenaga kerja yang dideritanya.
d. Pemeriksaan rontgen (sinar tembus) sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja terutama untuk
penyakit yang disebabkan penimbunan debu dalam paru dan reaksi
jaringan paru terhadapnya, yang dikenal dengan pneumokoniosis.
Hasil pemeriksaan rontgen baru ada maknanya apabila dinilai
dengan riwayat penyakit dan tenaga kerjaan serta hasil
pemeriksaan lainnya dan juga data lingkungan kerja.
e. Pemeriksaan tempat dan ruang kerja, untuk mengukur dan
memastikan adanya faktor penyebab penyakit di tempat kerja atau
ruang kerja. Hasil pengukuran kuantitatif di tempat kerja
Page 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
diperlukan untuk melakukan penilaian dan pengambilan keputusan,
apakah zat sebagai penyakit akibat kerja cukup dosisnya atau tidak
untuk menyebabkan sakit.
f. Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dengan gejala penyakit
yang pada umumnya gejala-gejala penyakit akibat kerja akan
mengurang, bahkan kadang-kadang hilang sama sekali, apabila si
penderita tidak masuk kerja/ cuti dan gejala-gejala itu sering timbul
lagi atau menjadi lebih berat apabila ia kembali bekerja. Kenyataan
ini sangat jelas misalnya pada penyakit dermatosis akibat kerja atau
pada penyakit paru-paru byssinosis.
4. Efektivitas Medical Check Up Berkala dengan Deteksi Dini Penyakit
Akibat Kerja di Perusahaan
Manajemen risiko kesehatan adalah proses yang bertahap dan
berkesinambungan. Tujuan utama manajemen risiko kesehatan adalah
menurunkan risiko pada tahap yang tidak bermakna sehingga tidak
menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan tenaga kerja.
(Muchtaruddin Mansyur, 2007)
Menurut Muchtaruddin Mansyur (2007) komponen utama
manajemen risiko kesehatan dalam kesehatan kerja adalah :
a. Penilaian Risiko (Risk Assessment), meliputi :
1) Identifikasi bahaya
Pada tahap ini dilakukan identifikasi faktor risiko
kesehatan yang tergolong faktor fisik, kimia, biologi,
Page 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
ergonomik dan psikologi yang terpajan pada tenaga kerja.
Untuk dapat menemukan faktor risiko ini diperlukan
pengamatan terhadap proses dan kegiatan produksi, bahan baku
yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan termasuk
hasil samping proses produksi, serta limbah yang terbentuk
proses produksi. Pada kasus terkait dengan bahan kimia, maka
diperlukan: pemilikan Material Safety Data Sheets (MSDS)
untuk setiap bahan kimia yang digunakan, pengelompokan
bahan kimia menurut jenis bahan aktif yang terkandung,
mengidentifikasi bahan pelarut yang digunakan, dan bahan
inert yang menyertai, termasuk efek toksiknya.
2) Penilaian pajanan
Proses penilaian pajanan merupakan bentuk evaluasi
kualitatif dan kuantitatif terhadap pola pajanan kelompok
tenaga kerja yang bekerja di tempat dan tenaga kerjaan tertentu
dengan jenis pajanan risiko kesehatan yang sama. Penilaian
pajanan harus memenuhi tingkat akurasi yang adekuat dengan
tidak hanya mengukur konsentrasi atau intensitas pajanan,
tetapi juga faktor lain. Pengukuran dan pemantauan
konsentrasi dan intensitas secara kuantitatif saja tidak cukup,
karena pengaruhnya terhadap kesehatan dipengaruhi oleh
faktor lain itu. Faktor tersebut perlu dipertimbangkan untuk
menilai potensial faktor risiko (bahaya/ hazards) yang dapat
Page 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
menjadi nyata dalam situasi tertentu. Termasuk yang perlu
diperhatikan juga adalah perilaku bekerja, higiene perorangan,
serta kebiasaan selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko
gangguan kesehatan.
3) Karakteristik Risiko
Tujuan langkah karakterisasi risiko adalah
mengevaluasi besaran (magnitude) risiko kesehatan pada
tenaga kerja. Dalam hal ini adalah perpaduan keparahan
gangguan kesehatan yang mungkin timbul termasuk daya
toksisitas bila ada efek toksik, dengan kemungkinan gangguan
kesehatan atau efek toksik dapat terjadi sebagai konsekuensi
pajanan bahaya potensial. Karakterisasi risiko dimulai dengan
mengintegrasikan informasi tentang bahaya yang teridentifikasi
(efek gangguan/ toksisitas spesifik) dengan perkiraan atau
pengukuran intensitas/konsentrasi pajanan bahaya dan status
kesehatan tenaga kerja.
b. Surveilans Kesehatan
Surveilans kesehatan merupakan penilaian keadaan
kesehatan tenaga kerja yang dilakukan secara teratur dan berkala.
Surveilans kesehatan terdiri atas surveilans medis (termasuk
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang) serta
pemantauan biologis. Lebih tepat lagi bahwa bentuk/ isi dan
kekerapan (frequency) pemeriksaan kesehatan ini ditetapkan oleh
Page 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dokter yang berkompeten dalam program kesehatan kerja.
Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan harus memperhatikan hasil
proses penilaian risiko. Bentuk dan jenis pemeriksaan kesehatan
harus secara tegas terkait dengan bahaya kesehatan yang
teridentifikasi dan sesuai karakter risikonya. Kekerapan
pemeriksaan kesehatan ditentukan oleh besaran risiko kesehatan
dan gangguan kesehatan terkait. Sebagai pedoman umum adalah
mengacu pada peraturan dan perundangan di Indonesia yaitu sekali
setiap tahun.
1) Surveilans Medis
Surveilans medis terdiri atas tiga hal penting yaitu
pemeriksaan kesehatan pra-kerja (pre-employment),
pemeriksaan kesehatan berkala (periodic medical examination)
yang terkait dengan pajanan bahaya kesehatan, dan
pemeriksaan kesehatan khusus (specific medical examination)
yang terkait dengan kembali bekerja (returning to work) setelah
terdapat gangguan kesehatan yang bermakna dan penyakit yang
berat.
Tujuan pemeriksaan kesehatan pra-kerja adalah :
a) Menetapkan kemampuan untuk melakukan tenaga kerjaan
sesuai dengan penempatan tenaga kerja
b) Mengidentifikasi kondisi kesehatan yang mungkin
diperburuk oleh pajanan bahaya kesehatan, kerentananan
Page 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
calon tenaga kerja terhadap bahaya kesehatan tertentu yang
memerlukan eksklusi pada individu dengan pajanan
tertentu.
c) Menetapkan data dasar (baseline data) evaluasi se- belum
tenaga kerja ditempatkan atau melaksanakan peker-
jaannya. Data dasar ini berguna sebagai pertimbangan kelak
adanya gangguan kesehatan dan adanya kaitan dengan
pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja.
Tujuan pemeriksaan kesehatan berkala adalah :
a) Mendeteksi sedini mungkin setiap gangguan kesehatan
yang mungkin terjadi dan disebabkan oleh pajanan bahaya
kesehatan di tempat kerja, dan kondisi kerja.
b) Mendeteksi perubahan status kesehatan (penyakit yang
tidak berhubungan dengan tenaga kerjaan) yang bermakna
dapat menyebabkan gangguan kesehatan apabila
melanjutkan tenaga kerjaan, atau menyebabkan
peningkatan kerentanan terhadap pajanan bahaya kesehatan
di tempat kerja atau kondisi kerja. Riwayat kesehatan dan
riwayat tenaga kerjaan secara lengkap diperlukan untuk
dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai
terutama bila diketahui adanya pajanan yang berulang dan
kemungkinan gangguan kesehatan.
Page 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tujuan pemeriksaan kesehatan khusus pada dasarnya
sama dengan pemeriksaan kesehatan pra-kerja. Dalam hal ini,
hasil pemeriksaan kesehatan khusus ditempatkan sebagai data
dasar menggantikan data dasar hasil pemeriksaan kesehatan
prakerja. Jenis pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan
kesehatan khusus tergantung pada riwayat penyakit dan status
kesehatan saat terakhir atau saat pemulihan.
2) Pemantauan Biologis
Pemantauan biologis (biological monitoring) adalah
pemeriksaan yang dilakukan terhadap bagian tubuh sebagai
media biologis (darah, urin, liur, jaringan lemak, rambut, dll)
yang ditujukan untuk mengetahui tingkat pajanan atau efeknya
pada tenaga kerja. Melakukan pemantauan biologis
memungkinkan kita untuk dapat mengetahui dosis yang masuk
ke dalam tubuh dari gabungan berbagai cara masuk. Disamping
itu dengan pemantauan biologis di mungkinkan pemeriksaan
pajanan untuk jangka lama dan adanya akumulasi di dalam
tubuh. Pada kasus pajanan bahan kimia, pemeriksaan dapat
berupa bahan aktif atau metabolitnya. Pemantauan biologis
juga ditujukan untuk mengetahui pengaruh suatu pajanan
bahaya kesehatan terhadap tubuh dan kerentanan tubuh
terhadap pajanan bahaya kesehatan tertentu.
Page 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
c. Penataan Data
Penataan data (record keeping) merupakan bagian yang
tidak boleh dilupakan dalam manajemen risiko kesehatan. Seluruh
data yang diperoleh dari kegiatan manajemen risiko kesehatan ini
terutama data tingkat pajanan dan surveilans kesehatan harus
tersimpan rapi dan dijaga untuk setiap saat dapat digunakan sampai
paling tidak selama 30 tahun. Penataan data ini ditujukan agar :
1) Dapat mengenal tren kesehatan dan masalah yang perlu
penyelesaian
2) Memungkinkan evaluasi epidemiologi
3) Memenuhi persyaratan legal
4) Tersedianya dokumentasi yang sesuai dengan tenaga kerja dan
perusahaan dalam kasus klaim kompensasi kecelakaan kerja
termasuk penyakit yang berhubungan dengan tenaga kerjaan
5) Memungkinkan pemantauan kinerja kesehatan tenaga kerja.
5. Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
Berdasarkan Permenakertrans No. 609 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat
Kerja bahwa mekanisme penyelesaian kasus PAK adalah :
a. Bagi tenaga kerja yang masih dalam hubungan kerja, pengusaha
wajib melaporkan penyakit yang timbul karena hubungan kerja ke
dinas yang membidangi ketenagakerjaan setempat dan Badan
Penyelenggara dalam bentuk form KK2 tidak lebih dari 2 x 24 (dua
Page 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
puluh empat) jam setelah ada hasil diagnosis dari dokter
pemeriksa.
b. Bagi tenaga kerja yang sudah berhenti bekerja pelaporan penyakit
akibat kerja dapat dilakukan oleh perusahaan atau tenaga kerja ke
Badan Penyelenggara dengan melampirkan hasil diagnosis dokter
pemeriksa meskipun hubungan kerja telah berakhir, asalkan
penyakit tersebut timbul dalam jangka waktu tidak lebih dari 3
(tiga) tahun sejak hubungan kerja berakhir.
c. Pengusaha wajib melaporkan kepada dinas yang membidangi
ketenagakerjaan setempat dan Badan Penyelenggara dengan
laporan bentuk form KK3 tidak lebih dari 2 x 24 (dua puluh empat)
jam setelah tenaga kerja berdasarkan surat keterangan dokter
pemeriksa (dalam bentuk KK5) dinyatakan sembuh, cacat, atau
meninggal dunia.
Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 01/MEN/1981 bahwa daftar penyakit akibat kerja
yang harus dilaporkan, sebagai berikut :
a. Pneukoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan
jaringan perut (silicosis, antrakosilikosis, asbestosis) yang
silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau
kematian.
b. Penyakit-penyakit paru-paru dan saluran pernafasan
(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu dan logam keras.
Page 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c. Penyakit paru-paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner)
yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, hennep, dan sisal
(bissinosis)
d. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab-penyebab
sensitisasi dan zat-zat perangsang yang dikenal dan berada dalam
proses tenaga kerjaan.
e. Alveolitis allergis dengan penyebab faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu-debu organik.
f. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh berillium atau
persenyawaan-persenyawaan yang beracun.
g. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh cadmium atau
persenyawaan-persenyawaan yang beracun.
h. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaan-
persenyawaan yang beracun.
i. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaan-
persenyawaan yang beracun.
j. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh mangan atau
persenyawaan-persenyawaan yang beracun.
k. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan-
persenyawaan yang beracun.
l. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh air raksa atau
persenyawaan-persenyawaan yang beracun.
Page 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
m. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh timah hitam atau
persenyawaan-persenyawaan yang beracun.
n. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaan-
persenyawaan yang beracun.
o. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
p. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh derivate-derivate halogen
dari persenyawaan-persenyawaan hidrokarbon alifatik atau
aromatik yang beracun.
q. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolog
yang beracun.
r. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh derivate-derivate nitro dan
animo dari benzene atau homolog-homolog yang beracun.
s. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester-
ester lain asam sitrat.
t. Penyakit-penyakit yang disebabkan alkohol-alkohol atau keton.
u. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab
asfiksia seperti : karbon monoksida, hidrogen sianida atau derivate-
derivate yang beracun, hidrogen sulfida.
v. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
w. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik
(kelainan-kelainan otot, urat, tulang, persendian, pembuluh darah
tepi atau syaraf tepi).
Page 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
x. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh tenaga kerjaan dalam
udara yang bertekanan lebih.
y. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh radiasi yang mengion.
z. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi
atau biologis yang tidak termasuk golongan penyakit akibat kerja
lainnya.
aa. Kanker kulit epiteliome primer yang disebabkan oleh ter, pic,
bitumen, minyak mineral, antrasen atau persenyawaan-
persenyawaan produk-produk atau residu-residu dari zat-zat ini.
bb. Kanker paru-paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
cc. Penyakit-penyakit infeksi atau parasit yang didapat dalam suatu
tenaga kerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.
dd. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau suhu
rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi.
Page 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Keterangan : = di teliti
------- = tidak diteliti
Tidak ada kelainan
Ada kelainan
Identifikasi Bahaya
Medical Check Up - Pemeriksaan Fisik - Pemeriksaan Laboratorium - Pemeriksaan Rontgen - Pemeriksaan Radiologi - Pemeriksaan Audiometri - Pemeriksaan Spirometri
Biomonitoring -Pemeriksaan Benzene, Timah, Timbal, Cadmium, Crom, Nikel dan lainnya.
Tenaga Kerja Resti dilakukan
2 (dua) kali setahun.
Tenaga Kerja Non-Resti
dilakukan 1 (satu) kali setahun
Tenaga Kerja Resti dilakukan 1
(satu) kali setahun.
Evaluasi hasil oleh dokter perusahaan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Ada kelainan
Ada kelainan
Evaluasi hasil oleh dokter perusahaan
Evaluasi hasil oleh dokter perusahaan
Tindak Lanjut ke Dokter Spesialis untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan
Identifikasi PAK : -Kontrol Lingkungan Kerja -Kontrol Personal -Riwayat Kesehatan Tenaga kerja/ MCU pra-employee -Hasil MCU berkala