Top Banner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Medical Check Up (MCU) Medical Check Up (MCU) adalah pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang lain yang dibutuhkan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan serta mendiagnosis dan mendeteksi dini gejala penyakit yang ditemukan. Medical Check Up merupakan salah satu metode dalam mewujudkan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara berkala yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 02/Men/1980 Pasal 3 ayat (2) bahwa “Semua perusahaan sebagaimana dimaksudkan pasal 2 ayat (2) tersebut diatas harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnnya 1 (satu) tahun sekali kecuali ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan perlindungan Tenaga kerja”. Tujuan dilakukannya Medical Check Up bagi tenaga kerja, antara lain : a. Untuk mendapatkan tenaga kerja yang sehat dan produktif, serta mencegah terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja. b. Untuk pendeteksi dini berbagai penyakit, terutama untuk penyakit akibat kerja.
52

Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

Mar 14, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5  

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Medical Check Up (MCU)

Medical Check Up (MCU) adalah pemeriksaan kesehatan

secara menyeluruh meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan

fisik maupun pemeriksaan penunjang lain yang dibutuhkan yang

bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan serta mendiagnosis dan

mendeteksi dini gejala penyakit yang ditemukan. Medical Check Up

merupakan salah satu metode dalam mewujudkan pemeriksaan

kesehatan tenaga kerja secara berkala yang diatur dalam Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 02/Men/1980 Pasal 3

ayat (2) bahwa “Semua perusahaan sebagaimana dimaksudkan pasal 2

ayat (2) tersebut diatas harus melakukan pemeriksaan kesehatan

berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnnya 1 (satu) tahun sekali

kecuali ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan

Perburuhan dan perlindungan Tenaga kerja”.

Tujuan dilakukannya Medical Check Up bagi tenaga kerja,

antara lain :

a. Untuk mendapatkan tenaga kerja yang sehat dan produktif, serta

mencegah terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

b. Untuk pendeteksi dini berbagai penyakit, terutama untuk penyakit

akibat kerja.

Page 2: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6  

  

c. Data dasar dan pembanding untuk mendeteksi adanya

kemungkinan penyakit akibat hubungan kerja.

d. Data dasar untuk pengembangan kegiatan promosi kesehatan

perusahaan.

Hal-hal yang perlu diperiksa saat tenaga kerja melakukan

Medical Check Up, antara lain :

a. Pemeriksaan fisik menurut Darmanto (2003), meliputi :

1) Pengukuran tinggi badan diukur jarak antara tumit dengan

puncak kepala dengan posisi badan berdiri tegak.

2) Pengukuran berat badan dilakukan sebelum makan, tanpa

mengenakan alas kaki dan berpakaian seminimal mungkin.

Penilaian berat badan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :

a) Penilaian berdasarkan berat badan normal/ standar yaitu :

(1) Rumus yang digunakan adalah berat badan dikurangi

100, hasilnya dalam Kg (kilogram).

(2) Jika hasilnya diatas 110% dari standar dikatakan

gemuk atau kelebihan berat (obesitas) atau

overweight (bila kerangka besar dan sering

berolahraga sampai 120% masih bisa digolongkan

normal).

(3) Antara 90-110% dari standar digolongkan normal.

(4) Antara 70-90% dari standar digolongkan berat badan

kurang/ moderat (mild underweight).

Page 3: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7  

  

(5) Di bawah 70% dari standar dikatakan kurus (severe

underweight).

b) Berat badan ideal tidak sama dengan berat badan normal.

Berat badan ideal adalah berat badan normal dikurangi

10%-nya.

(1) Indeks Berat Badan Relatif (BBR)

 

Penilaian berdasarkan berat badan relatif

yaitu :

(a) Berat badan normal bila hasilnya 90-110 %.

(b) Kekurangan berat badan bila hasilnya kurang

dari 90%.

(c) Kelebihan berat badan bila hasilnya lebih dari

110%.

(d) Keegemukan atau obesitas bila hasilnya lebih

dari 120%.

(2) Indeks Massa Tubuh/ Body Mass Index (BMI)

 

Penilaian berdasarkan BMI yaitu :

(a) Berat badan normal bila hasilnya antara 20-25.

(b) Berat badan kurang bila hasilnya kurang dari 20.

(c) Berat badan lebih bila hasilnya 25-30.

Page 4: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8  

  

(d) Kegemukan atau obesitas bila hasilnya lebih

dari 30.

3) Pengukuran tekanan darah yang pada normalnya 120/80

mmHg atau 110/70 mmHg.

4) Pemeriksaan suhu badan dilakukan dengan termometer badan

dengan skala celcius dan normal antara 36⁰-37⁰C.

5) Pemeriksaan kulit dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda

kulit kering, kasar, bersisik, apakah ada luka (ulkus) yang

lambat sembuh kemungkinan disebabkan karena kekurangan

vitamin C, kekurangan protein, dan kekurangan zink.

6) Pemeriksaan selaput lendir seperti selaput lendir mulut,

kelopak mata dan gusi. Gusi yang sering berdarah atau

tampak merah bisa karena kekurangan asam karbonat. Luka

pada sudut mulut karena kekurangan riboflavin, sariawan

disebabkan kekurangan asam askorbat, asam folat dan

vitamin B12.

7) Pemeriksaan jari dan kuku, bila kuku pucat, menonjol, rapuh,

tipis tidak mengkilap dan bentuknya seperti sendok

(koilonikia) kemungkinan kekurangan zat besi dan apabila

ada bintik-bintik putih disebabkan kekurangan zink.

8) Pemeriksaan mata dilakukan mulai dari luar mata, apakah

terdapat vaskularisasi, apakah konjungtiva kelopak mata dan

Page 5: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9  

  

apakah menderita kelainan mata yang lain seperti miopi,

hipermetropi, presbiopi, astigmatisme dan buta warna.

9) Pemeriksaan THT untuk memeriksa keadaan telinga dan

seberapa kepekaan pendengaran.

10) Pemeriksaan mulut dari bibir, lidah, gusi, jaringan lunak lain,

gigi serta bau napas.

b. Pemeriksaan laboratorium, meliputi :

1) Pemeriksaan darah hematologi, meliputi :

a) Hemoglobin (Hb).

Harga normal Hb laki-laki adalah 14-18 gr/dl,

sedangkan harga normal Hb perempuan adalah 12-16 gr/dl.

Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, penyakit

paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongesti

dan luka bakar hebat. Penurunan Hb terdapat pada

penderita anemia, kanker, dan penyakit ginjal. (Sutedjo,

2007)

b) Eritrosit

Harga normal untuk laki-laki adalah 4,5jt-6jt per

mm3, sedangkan jumlah normal untuk perempuan adalah

4,3jt-5,5jt per mm3. Bila hasil pemeriksaan Hb dan eritrosit

kurang dari harga normal disebut anemia. (Darmanto,

2003)

Page 6: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10  

  

c) Leukosit

Harga normal antara 5.000-10.000 butir/mm3. Bila

hasil pemeriksaan leukosit kurang dari jumlah normal

kemungkinan adanya demam tifoid, bila lebih dari jumlah

normalnya kemungkinan menderita penyakit infeksi.

(Darmanto, 2003)

d) Laju Endap Darah (LED)

Harga normal pada pria adalah 0-8 mm/jam, dan

harga normal pada wanita adalah 0-15 mm/jam (Westergen

atau Witrobe). Peningkatan LED terjadi pada artritis

reumatoid, kanker (lambung, colon, payudara, hepar dan

ginjal), dan infark miokard akut. Penurunan LED terjadi

pada gagal ginjal kongesti, anemia sel sabit, arthritis

degeneratif dan angina pektoris. (Sutedjo, 2007)

2) Pemeriksaan darah biokimia, meliputi :

a) Kadar gula darah puasa yaitu hasil pemeriksaan kadar

gula darah dari darah yang diambil pertama kali saat

masih puasa dengan harga normal 60-100 mg/dl. Kadar

gula darah setelah makan yaitu kadar gula darah dari

darah yang diambil 2 (dua) jam setelah makan dengan

harga normal adalah 120 mg/dl. Kadar gula darah

sewaktu adalah kadar gula darah saat kapan saja dengan

harga normalnya 70-110 mg/dl. (Darmanto, 2003)

Page 7: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11  

  

b) Enzim plasma, antara lain :

(1) SGOT (serum glutamate axaloacetate transaminase)

nama lainnya AST (aspartate transaminase). Harga

normal pada laki-laki adalah 5-17 U/L, sedangkan

harga normal pada perempuan adalah 5-15 U/L.

(Darmanto, 2003)

(2) SGPT (serum glutamatepyruvate transaminase) nama

lainnya ALT (alanine transaminase). Harga normal

pada laki-laki adalah 5-23 U/L, sedangkan harga

normal pada perempuan adalah 5-19 U/L. (Darmanto,

2003)

(3) LDH (lactate dehydrogenase) banyak terdapat dalam

jantung, rangka, liver, ginjal dan miokardium. Nilai

normal 80-240 U/L. (Sutedjo, 2007)

(4) ALP (alkaline phosphatase) dengan nilai normal 53-

128 U/L pada pria, sedangkan nilai normal 42-98 U/L

pada wanita. (Sutedjo, 2007)

(5) GGT (gama glutamil transferase) ditemukan terutama

pada jaringan hati dan ginjal. Nilai normal pada pria

antara 10-80 IU/L dan pada wanita antara 5-25 IU/L.

(Sutedjo, 2007)

Page 8: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12  

  

c) Total protein, meliputi :

(1) Albumin dalam darah dengan nilai normalnya 3-5

g/dl.

(2) Globulin dalam darah dengan nilai normalnya 2-3,5

g/dl. (Darmanto, 2003)

d) Lemak, meliputi :

(1) Harga normal LDL kolesterol adalah di bawah 130

mg/dl.

(2) Harga normal HDL kolesterol adalah di atas 45 mg/dl.

(3) Harga normal trigliserid antara 72-200 mg/dl.

(4) Harga normal total lipid antara 450-1.000 mg/dl.

(6) Betha lipoprotein harga normal antara 0,5-1,2 mg/dl

pada laki-laki, sedangkan harga normal antara 0,5,9

mg/dl pada perempuan. (Darmanto, 2003)

c. Pemeriksaan urine, meliputi :

1) Jumlah Urine

Pengukuran jumlah urine bermanfaat untuk menentukan

gangguan fungsi ginjal, keseimbangan cairan tubuh, dan

pemeriksaan kuantitatif urine. Banyak sekali faktor yang

berpengaruh pada jumlah pengeluaran urine, yaitu umur, berat

badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu tubuh,

iklim, dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata jumlah

pengeluaran urine 24 jam antara 800-1300 ml pada orang

Page 9: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13  

  

dewasa di daerah tropis. Volume urine dapat kurang atau lebih

daripada normal. Volume urine 24 jam yang kurang dari

normal dapat disebabkan oleh dehidrasi, adanya gangguan pada

ginjal, atau sumbatan pada saluran kemih. Volume urine 24

jam yang lebih dari normal dapat disebabkan oleh banyak

minum, menderita kencing manis, konsumsi zat-zat yang

mengandung kafein atau alkohol, atau gangguan ginjal yang

progresif. (Carolina, 2013)

2) Warna Urine

Pada umumnya, warna urine ditentukan oleh volume

pengeluaran urine, makin banyak volume pengeluaran urine,

makin muda warna urine, dan sebaliknya. Biasanya warna

normal urine berkisar antara kuning muda dan kuning tua.

Warna urine di luar yang telah disebutkan sebelumnya dapat

disebabkan oleh hasil metabolisme yang tidak normal, suatu

jenis makanan, misalnya zat warna atau obat tertentu, kuman-

kuman tertentu, adanya darah, atau unsur-unsur yang dalam

keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah

yang besar. (Carolina, 2013)

3) Kejernihan Urine

Dalam hal ini, penting untuk menentukan apakah urine

itu telah keruh pada waktu dikeluarkan atau pada waktu

kemudian, yaitu jika dibiarkan (urine tidak langsung diperiksa,

Page 10: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14  

  

tetapi dibiarkan). Kekeruhan akibat yang terakhir disebutkan

disebabkan oleh mengendapnya sel-sel dan lendir dari saluran

kemih. Oleh sebab itu, tidak semua urine yang keruh bersifat

tidak normal. Kekeruhan yang lainnya dapat disebabkan oleh

adanya unsur-unsur yang dalam keadaan normal pun ada, tetapi

sekarang ada dalam jumlah yang besar, bakteri, atau lemak.

(Carolina, 2013)

4) Berat Jenis Urine

Berat jenis urine merupakan pengukuran jumlah

partikel yang terlarut di dalam urine. Pemeriksaan ini dapat

digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal dalam

memekatkan atau mengencerkan urine. Berat jenis urine 24 jam

orang normal biasanya berkisar antara 1,003-1,030. Berat jenis

urine yang tinggi dapat disebabkan oleh kurangnya konsumsi

cairan, adanya gula dalam urine (biasanya pada penderita

kencing manis), protein dalam urine (biasanya pada penderita

gangguan ginjal), atau obat-obatan tertentu. (Carolina, 2013)

5) pH (derajat keasaman) Urine

Batas normal pH urine ialah 4,6-8,5. Urine yang

digunakan haruslah urine yang segar atau diberi pengawet

karena urine yang mengalami pembusukan dapat mencapai pH

sebesar 9 sehingga mengaburkan hasil pemeriksaan. Selain itu,

pH urine di atas normal juga dapat disebabkan oleh makanan

Page 11: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15  

  

tertentu, seperti daging atau obat-obatan tertentu. pH urine di

bawah normal dapat disebabkan oleh adanya gangguan ginjal

atau obat-obatan tertentu. Pemeriksaan ini juga dapat memberi

petunjuk ke arah penyebab adanya infeksi saluran kemih bila

ditemukan adanya tanda-tanda infeksi saluran kemih yang

lainnya. (Carolina, 2013)

6) Sedimen Urine

Urine yang digunakan pada pemeriksaan sedimen urine

adalah urine yang segar atau urine yang dikumpulkan dengan

pengawet. Paling baik adalah urine pekat yang mempunyai

berat jenis 1023 atau lebih (lebih mudah didapat bila memakai

urine pagi). Umumnya, sedimen urine dibagi atas 2 golongan,

yaitu golongan organik dan golongan non organik. Beberapa

sedimen urine secara normal memang ada di dalam urine

(misalnya sel epitel, leukosit, eritrosit, silinder tertentu, kristal

tertentu), namun jika jumlahnya meningkat, hal ini juga dapat

menunjukkan adanya gangguan di dalam saluran kemih.

(Carolina, 2013)

7) Protein Urine

Ginjal yang sehat dapat menyaring semua protein dari

darah dan menyerapnya kembali sehingga tidak akan ada atau

kalau pun ada di urine, jumlahnya sangat sedikit. Urine yang

normal hanya mengandung sedikit protein, yaitu di bawah 150

Page 12: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16  

  

mg/24 jam (biasanya ditandai dengan tanda -). Jika terdapat

kadar protein urine di atas 150 mg/24 jam, hal ini dapat

disebabkan oleh adanya gangguan pada ginjal. (Carolina, 2013)

8) Glukosa Urine

Pemeriksaan glukosa urine terutama diperuntukkan

untuk menyaring penderita kencing manis. Jika kadar glukosa

di darah sudah di atas 180 mg/dL, maka glukosa juga akan

terdeteksi di urine. Keadaan yang dapat menyebabkan adanya

glukosa dalam urine adalah gangguan hormon, gangguan hati,

atau gangguan metabolisme. Selain itu, terdapat juga beberapa

zat yang sebetulnya bukan glukosa, tetapi terdeteksi sebagai

glukosa pada urine sehingga dapat terjadi hasil negatif palsu.

Zat tersebut di antaranya adalah vitamin C, jenis gula lainnya

(misalnya laktosa, fruktosa, dan sebagainya), pengawet

(misalnya formalin), obat-obatan tertentu, dan sebagainya.

(Carolina, 2013)

9) Keton Urine

Zat-zat keton merupakan zat yang mudah menguap

sehingga urine yang diperiksa haruslah urine yang segar.

Adanya keton mengindikasikan gangguan dalam metabolisme

karbohidrat, misalnya pada penderita kencing manis yang

tergolong diabetes mellitus tipe 1 (satu). Keton dalam urine

juga dapat terjadi pada keadaan demam, hamil, gangguan

Page 13: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17  

  

metabolisme karbohidrat selain diabetes, atau penurunan berat

badan atau kelaparan akibat pembatasan asupan karbohidrat.

(Carolina, 2013)

10) Bilirubin Urine

Bilirubin merupakan produk pemecahan dari

hemoglobin (zat yang tedapat di dalam darah). Sebagian besar

bilirubin dikeluarkan melalui kandung empedu, dan sangat

sedikit yang dikeluarkan melalui urine sehingga kadarnya sulit

dideteksi pada pemeriksaan urine. Adanya bilirubin dalam

urine dapat menandakan adanya gangguan hati atau sumbatan

hati-kandung empedu. (Carolina, 2013) 

11) Ureum Urine

Ureum merupakan produk buangan yang dibentuk di

hati dari hasil metabolisme protein dan dikeluarkan melalui

urine. Batas normal nilai ureum urine adalah 6-17 g/hari (214-

607mmol/hari). Kadar ureum yang tinggi biasanya

menandakan adanya gangguan pada ginjal, tetapi karena

keberadaan ureum dipengaruhi oleh jumlah asupan protein

yang dikonsumsi dan fungsi hati, maka pemeriksaan ini

biasanya dilakukan bersama dengan pemeriksaan kreatinin

darah. (Carolina, 2013)

Page 14: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18  

  

12) Kreatinin Urine

Kreatinin adalah produk buangan yang tidak dibutuhkan

lagi oleh tubuh. Kreatinin merupakan hasil metabolisme

energi otot dan dikeluarkan seluruhnya oleh tubuh melalui

ginjal. Oleh sebab itu, pemeriksaan kreatinin urine dapat

digunakan sebagai pemeriksaan penyaring untuk

mengevaluasi fungsi ginjal. Dalam melakukan pemeriksaan

kreatinin urine, biasanya digunakan sampel urine yang

dikumpulkan 24 jam. Batas normal kreatinin urine 24 jam

adalah antara 50-100 mg/hari, tetapi hasil ini tergantung dari

usia, jenis kelamin, dan berat tubuh. Hasil yang tidak normal

dapat menunjukkan adanya gangguan pada ginjal, gangguan

otoimun, obstruksi saluran kemih, atau banyak mengonsumsi

daging. (Carolina, 2013)

13) Asam Urat

Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir purin

(konstituen asam nukleat yang berhubungan dengan gen).

Produksi asam urat tergantung dari makanan yang dikonsumsi

(misalnya hati, daging pankreas anak sapi, ginjal, dan sejenis

ikan hering kecil (anchovy) dapat meningkatkan kadar asam

urat). Normalnya, dua-pertiga sampai tiga-perempat asam urat

dikeluarkan oleh ginjal, dan sebagian besar oleh saluran

pencernaan. Batas normal pengeluaran asam urat dalam urine

Page 15: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19  

  

adalah 250-800 mg/hari (1,49-4,76 mmol/hari. Biasanya,

pengeluaran asam urat dalam urine dapat meningkat pada

keadaan gangguan pada ginjal, gangguan hati, gangguan

metabolisme, gangguan hormon, tumor dan konsumsi obat-

obatan tertentu. Kadar asam urat yang rendah biasanya juga

didapatkan pada penderita gangguan ginjal yang lama

(kronis). (Carolina, 2013)

d. Pemeriksaan khusus, meliputi :

1) Pemeriksaan radiologi dilakukan hanya dengan foto rontgen

dada atau cheast x-ray. (Darmanto, 2003)

2) Pemeriksaan mammografi adalah pemeriksaan payudara

dengan sinar-X untuk mendeteksi secara dini adanya kanker

payudara. Pemeriksaan ini dianjurkan untuk perempuan usia di

atas 35 tahun. (Darmanto, 2003)

3) Pemeriksaan EKG (elektrocardiograf) dilakukan untuk

mendeteksi dini adanya silent coronary thrombosis, suatu

penyumbatan pembuluh koroner yang tidak memberikan

gejala. Pemeriksaan EKG dapat dilakukan dengan

menggunakan treadmill. (Darmanto, 2003)

4) Pemeriksaan spirometri dilakukan untuk mengetahui

kemampuan seseorang seberapa banyak udara yang dapat

dihirup ke dalam paru dan kemampuan seberapa cepat bisa

mengeluarkan udara dari paru. (Darmanto, 2003)

Page 16: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20  

  

5) Pemeriksaan audiogram adalah suau grafik yang

memperlihatkan pada intensitas berapa desibel seseorang dapat

mendengar bunyi frekuensi tertentu dengan menggunakan alat

audiometer. (Darmanto, 2003)

6) Pemeriksaan pap’s smear dilakukan untuk mendeteksi dini

adanya kanker leher rahim. (Darmanto, 2003)

Dalam hasil Medical Check Up tenaga kerja terdapat 5 kriteria

kesehatan, yaitu :

a. Fit Optimal yaitu tenaga kerja dapat melakukan berbagai tenaga

kerjaan dan tidak ada physical defect atau kelainan.

b. Fit Moderat yaitu tenaga kerja dapat melakukan tenaga kerjaan

biasa tapi ada physical defect atau kelainan yang dapat di koreksi.

c. Fit Minimal yaitu tenaga kerja dapat melakukan tenaga kerjaan

biasa tapi ada physical defect atau kelainan yang tidak dapat di

koreksi.

d. Fit Restriktif yaitu tenaga kerja hanya dapat melakukan tenaga

kerjaan terbatas karena ada kelainan (cacat).

e. Unfit yaitu tenaga kerja tidak dapat melakukan tenaga kerjaan

karena sakitnya dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan

dirinya dan orang lain disekitarnya.

Berbagai kelainan yang ditemukan pada hasil medical check up

sebagai berikut :

Page 17: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21  

  

a. Kelainan Jantung

1) Keluhan Angina Pektoris

Holter monitoring diperlukan, terutama untuk angina

pektoris yang sesekali dan tidak tentu datangnya. Seringkali

ditemukan depresi ST segmen sewaktu penderita berada dalam

keadaan stres emosi. Exercise EKG adalah lebih objektif untuk

mendeteksi ada atau tidaknya insufisiensi koroner pada

penderita. (Jota, 2001)

2) Penyakit Jantung Iskemik

Gangguan irama ventrikel sesudah infark mokard akut

merupakan suatu faktor risiko yang utama untuk terjadinya

mati mendadak. Terutama, timbul pada penderita asimtomatis

dan holter monitoring sangat penting dilakukan. (Jota, 2001)

3) Gangguan Irama

Menentukan mekanisme gangguan irama dapat

diungkapkan oleh EKG 24 jam karena mulai akhir dari arimia

ini dapat direkam, sehingga pengobatan dapat diberikan secara

spesifik. Atrium fibrilasi yang paroksismal dapat timbul akibat

rangsangan nervus simpatikus, frekuensi sinus meningkat dan

dapat pula disebabkan oleh rangsangan nervus vagus, sehingga

terjadi penurunan frekuensi sinus. Pencegahan dilakukan

dengan cara pemberian penghambat beta atau digoksin. (Jota,

2001)

Page 18: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22  

  

b. Penyakit Akibat Status Gizi

1) Gizi lebih

Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan

antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Asupan energi

yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan

berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas.

Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak

mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang

mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar

keseimbangan energi yang positif ini. Selanjutnya penurunan

pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi

yang positif (Gibney, 2008:3).

Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat

tertentu, terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam

gaya hidup, terutama pola makan. Pola makan berubah ke pola

makan baru yang rendah karbohidat, rendah serat kasar, dan

tinggi lemak sehingga menjadikan mutu makanan ke arah tidak

seimbang. Dampak masalah gizi lebih tampak dengan semakin

meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner,

diabetes mellitus (DM), hipertensi, dan penyakit hati (Supriasa,

2002:12).

Penanggulangan masalah gizi lebih adalah dengan

menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui

Page 19: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23  

  

pengurangan makan dan penambahan latihan fisik.

Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi

konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi

alkohol (Almatsier, 2001:312).

2) Gizi baik

Gizi baik adalah gizi yang seimbang. Gizi seimbang

adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari

yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam

jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan

(Dirjen BKM, 2002). Sekjen Perhimpunan Dokter Gizi Medik

Indonesia (PDGMI) Dr. dr. Saptawati Bardosono (2009)

memberikan 10 tanda umum gizi baik, yaitu:

a) Bertambah umur, bertambah padat, bertambah tinggi.

Tubuh dengan asupan gizi baik akan mempunyai tulang dan

otot yang sehat dan kuat karena konsumsi protein dan

kalsiumnya cukup. Jika kebutuhan protein dan kalsium

terpenuhi maka massa tubuh akan bertambah dan tubuh

akan bertambah tinggi.

b) Postur tubuh tegap dan otot padat. Tubuh yang memiliki

massa otot yang padat dan tegap berarti tidak kekurangan

protein dan kalsium. Mengonsumsi susu dapat membantu

mencapai postur ideal.

Page 20: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24  

  

c) Rambut berkilau dan kuat. Protein dari daging, ayam, ikan

dan kacang-kacangan dapat membuat rambut menjadi lebih

sehat dan kuat.

d) Kulit dan kuku bersih dan tidak pucat. Kulit dan kuku

bersih menandakan asupan vitamin A, C, E dan mineral

terpenuhi.

e) Wajah ceria, mata bening dan bibir segar. Mata yang sehat

dan bening didapat dari konsumsi vitamin A dan C seperti

tomat dan wortel. Bibir segar didapat dari vitamin B, C dan

E seperti yang terdapat dalam wortel, kentang, udang,

mangga, jeruk.

f) Gigi bersih dan gusi merah muda. Gigi dan gusi sehat

dibutuhkan untuk membantu menceerna makanan dengan

baik. Untuk itu, asupan kalsium dan vitamin B pun

diperlukan.

g) Nafsu makan baik dan buang air besar teratur. Nafsu makan

baik dilihat dari intensitas anak makan, idealnya yaitu 3 kali

sehari. Buang air besar pun harusnya setiap hari agar sisa

makanan dalam usus besat tidak menjadi racun bagi tubuh

yang dapat mengganggu nafsu makan.

h) Bergerak aktif dan berbicara lancar sesuai umur.

i) Penuh perhatian dan bereaksi aktif

j) Tidur nyenyak

Page 21: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25  

  

3) Gizi kurang

Menurut Moehji, S (2003:15) Gizi kurang adalah

kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat,

lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Empat masalah

gizi kurang yang mendominasi di Indonesia, yaitu (Almatsier,

2001:307) :

a) Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh

kekurangan makan sumber energi secara umum dan

kekurangan sumber protein. Pada orang dewasa, KEP bisa

menurunkan produktivitas kerja dan derajat kesehatan

sehingga rentan terhadap penyakit. Faktor yang

berpengaruh adalah kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang makanan pendamping serta tentang pemeliharaan

lingungan yang sehat (Almatsier, 2001:307).

b) Anemia Gizi Besi (AGB)

Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang

berkaitan dengan kekurangan zat besi (AGB). AGB

menyebabkan penurunan kemampuan fisik dan

produktivitas kerja, penurunan kemampuan berpikir dan

penurunan antibodi sehingga mudah terserang infeksi.

Penanggulangannya dilakukan melalui pemberian tablet

atau sirup besi kepada kelompok sasaran.

Page 22: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26  

  

c) Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

Kekurangan iodium umumnya banyak ditemukan di

daerah pegunungan dimana tanah kurang mengandung

iodium. GAKI menyebabkan pembesaran kelenjar gondok

(tiroid). Pada anak-anak menyebabkan hambatan dalam

pertumbuhan jasmani, maupun mental. Ini menampakkan

diri berupa keadaan tubuh yang cebol, dungu, terbelakang

atau bodoh. Penanggulangan masalah GAKI secara khusus

dilakukan melalui pemberian kapsul minyak beriodium/

iodized oil capsule kepada semua wanita usia subur dan

anak sekolah di daerah endemik. Secara umum pencegahan

GAKI dilakukan melalui iodisasi garam dapur.

d) Kurang Vitamin A (KVA)

KVA merupakan suatu ganguan yang disebabkan

karena kurangnya asupan vitamin A dalam tubuh. KVA

dapat mengakibatkan kebutaan, mengurangi daya tahan

tubuh sehingga mudah terserang infeksi, dan dapat

menurunkan epitelisme sel-sel kulit.

4) Gizi buruk

Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan

karena kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien

dalam jangka waktu lama.

Page 23: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27  

  

c. Penyakit Mata

1) Miopi

Miopi yakni seseorang yang tidak dapat melihat benda

yang berjarak jauh dan dapat dibantu dengan kacamata berlensa

cekung. (http://id.wikipedia.org)

2) Hipermetropi

Hipermetropi yaitu seseoang yang tidak dapat melihat

benda yang berjarak dekat dari mata dan dapat dibantu dengan

kacamata berlensa cembung. (http://id.wikipedia.org)

3) Presbiopi

Presbiopi adalah seseorang yang tidak dapat melihat

benda yang berjarak dekat maupun berjarak jauh dan dapat

dibantu dengan kacamata berlensa rangkap. Biasa terjadi pada

lansia. (http://id.wikipedia.org)

4) Buta warna

Buta warna adalah suatu kondisi dimana seseorang

sama sekali tidak dapat membedakan warna. Yang dapat dilihat

hanyalah warna hitam, abu-abu, dan putih. Buta warna

biasanya merupakan penyakit turunan. Artinya jika seseorang

buta warna, hampir pasti anaknya juga buta warna.

(http://id.wikipedia.org)

Page 24: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28  

  

5) Astigmatisme

Astigmatisme adalah ketidakteraturan lengkung -

lengkung permukaan bias mata yang berakibat cahaya tidak

fokus pada satu titik retina (bintik kuning) dan dapat dibantu

dengan kacamata silinder. (http://id.wikipedia.org)

d. Penyakit Gigi

1) Karies Gigi

Karies diawali dengan timbulnya bercak coklat atau

putih yang kemudian berkembang menjadi lubang coklat.

Lubang ini terjadi karena luluhnya mineral gigi akibat reaksi

fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa dan glukosa

oleh beberapa tipe bakteri penghasil asam. Karies dapat

dicegah dengan melakukan kebiasaan baik meyikat gigi setelah

makan, sebelum tidur dan rutin memeriksakan gigi setiap 6

(enam) bulan sekali. (Mumpuni, 2013)

2) Gigi Berjejal

Gigi berjejal merupakan keadaan tumbuhnya gigi diluar

susunan gigi yang normal. Hal ini dikarenakan adanya

ketidaksesuaian antara ukuran lengkung rahang dan ukuran

leher gigi-gigi, perkembangan tulang rahang yang kurang

sempurna dan faktor keturunan. Selain kurang indah secara

estetika, gigi berjejal juga bisa meningkatkan risiko peradangan

gusi dan gigi berlubang akibat penumpukan plak yang sukar

Page 25: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29  

  

dibersihkan. Gigi berjejal dapat dihindari dengan cara

menguatkan otot rahang dan menghindari makanan yang terlalu

lunak agar otot-otot rahang bergerak optimal. (Mumpuni, 2013)

3) Gingivitis (Gusi Bengkak)

Gingivitis adalah peradangan pada gusi. Ciri-cirinya

adalah gusi meradang, tampak merah, membengkak dan mudah

berdarah. Gingivitis terjadi akibat penggosokan dan flosing

(membersihkan gigi dengan benang gigi) yang tidak benar,

sehingga plak tetap ada disepanjang garis gusi. (Mumpuni,

2013)

4) Gigi Retak, Goyah dan Copot

Gigi retak adalah keadaan dimana gigi mengalami

patahan tidak lengkap dan tidak terbelah, yang diakibatkan

seseorang menggigit makanan yang keras atau makanan yang

dingin. Menghindari terjadinya retak gigi dilakukan dengan

cara rajin mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium,

menghindari menggigit makanan terlalu keras dan terlalu panas

atau dingin.

Gigi goyah adalah keadaan dimana posisi gigi tidak lagi

kuat. Gigi goyah dapat diatasi dengan cara pembersihan gigi

dan mulut ke dokter gigi dan memasang gigi palsu segera

setelah gigi dicabut.

Page 26: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30  

  

Gigi copot adalah keadaan dimana gigi terlepas dari

tempatnya. Penyebab gigi copot adalah faktor usia dan

kebiasaan tidur dengan gigi gemerutuk. Pencegahan yang dapat

dilakukan adalah makan makanan yang bergizi dan seimbang,

penuhi kebutuhan kalsium tubuh, menggunakan pasta gigi yang

mengandung fluor dan sikat gigi minimal 2x sehari. (Mumpuni,

2013)

e. Penyakit Kulit

Beberapa jenis penyakit kulit, sebagai berikut :

1) Furunkel

Furunkel adalah suatu infeksi nekrotik akut folikel

rambut yang dalam. Furunkel dapat terjadi sekunder terhadap

dermatosis lain. Furunkel sering terjadi pada kulit yang sering

mendapat gesekan, tekanan, dan iritasi lokal seperti garukan.

Furunkel dapat juga terjadi pada penderita diabetes, orang yang

kurang gizi, dan orang terlantar. Gejala pada permulaan

penderita merasa gatal, nyeri, timbul peradangan folikuler kecil

dan merah yang cepat bertambah besar. (Harahap, 2000).

2) Herpes Zoster

Herpes zoster (dampa, cacar ular) adalah radang kulit

akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua yang khas

ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi

vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut

Page 27: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31  

  

saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan

reaktivasi virus varisela-zoster dari infeksi endogen yang telah

menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus.

Herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada

dermatom yang terkena. Gejala ini timbul 1-2 hari sebelum

terjadi erupsi. Gejala konstitusi, seperti gatal, demam, malaise,

nyeri. (Harahap, 2000)

3) Pedikulosis Korporis

Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa

terutama pada orang dengan higiene yang buruk, infeksi kulit

ini disebabkan oleh pediculus humanus var.corporis. gejala

yang timbul adalah: gatal, infeksi sekunder bekas garukan pada

badan, menemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian.

Untuk membunuh kutu dan telur yang menempel di pakaian

dapat dilakukan dengan cara merebus dan menyetrika

pakaiannya. (Harahap, 2000).

4) Pitiriasis Versikolor

Pitiriasis Versikolor (panu) adalah infeksi jamur

superfisial pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh

Malassezia furfur atau pityrosporum orbiculare. Infeksi ini

bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa peradangan.

Pitiriasis versikolor biasanya sering mengenai muka, leher,

badan, lengan atas, ketiak, paha, dan lipatan paha. Gejala bagi

Page 28: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32  

  

yang menderita penyakit ini adalah penderita merasakan gatal,

lesi kulit berupa bercak putik sampai coklat, merah, dan hitam,

di atas lesi terdapat sisik halus, sering didapatkan lesi bentuk

folikular atau lebih besar, atau bentuk numular yang meluas

membentuk plakat. Pengobatan harus dilakukan menyeluruh,

tekun, dan konsisten. (Harahap, 2000)

5) Urtikaria

Urtikaria merupakan suatu reaksi vaskuler pada kulit

akibat bermacam-macam sebab, keluhan subjektif biasanya

gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Penyebab penyakit ini di

antaranya: bahan kimia, paparan fisik, zat kolinergik, infeksi

dan penyakit sistemik, alkohol. Gejala yang timbul jika

terserang penyakit ini adalah gatal, rasa terbakar, eritema dan

setempat berbatas tegas, bagian dalam tampak pucat.

Pengobatan urtikaria yang paling baik adalah mencari dan

menghilangkan penyebab. Apabila penyebab tidak diketahui,

hendaknya dihindari faktor-faktor yang dapat memperburuk,

seperti alkohol, aspirin, dan lain sebagainya. Pada urtikaria

kronik yang penyebabnya 95% tidak diketahui, seringkali

menjadi masalah yang sulit. (Harahap, 2000).

6) Selulitis

Selulitis adalah peradangan menjalar dan akut pada

kulit, dan terutama mengenai jaringan subkutan yang lebih

Page 29: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33  

  

dalam. Penyebab yang paling sering adalah staphylococcus

aureus. Bakteri lain yang dapat menyebabkan selulitis adalah

pneumokok. Gejala yang dapat terjadi adalah demam, malaise,

menggigil, eritema pada tempat infeksi cepat bertambah merah

dan menjalar. Obat yang dapat diberikan bagi penderita selulitis

adalah krim antibiotik.

7) Veruka

Veruka (kutil) ini dapat disebabkan oleh virus papiloma

(grup papova). Tersebarnya kosmopolit dan transmisinya

melalui kontak kulit maupun autoinokulasi. Gejala penyakit ini

adalah menimbulkan penonjolan yang berbentuk bulat,

berwarna abu-abu, permukaan kasar, dapat timbul anokulasi

sepanjang goresan. (Harahap, 2000).

8) Rinofina

Alkoholism secara tradisional disangka sebagai

penyebab terjadinya pertumbuhan jaringan hidung, namun

tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Rinofina dapat menyertai

rosasea stadium III, hingga dianggap sebagai kompilasi

rosasea. Gejala-gejala yang timbul bila mengidap penyakit ini

antara lain: pria 40-50 tahun, ujung hidung melebar, alanasi,

kolumela, warna kulit sampai merah gelap, keluar bau tidak

enak. Pilihan pengobatannya adalah bedah kulit, baik bedah

skapel, bedah listrik, atau dermabrasi.

Page 30: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34  

  

9) Eritrasma

Eritrasma adalah suatu peradangan super fisial ringan

yang terlokalisasi pada kulit dan menahun, yang disebabkan

oleh bakteri yang erat kaitannya dengan bakteri coryneform

aerobik, yang biasanya diketahui sebagai c.minutissimum.

Gejala yang sering timbul bila menderita penyakit ini antara

lain: lesikulit, berskuama halus, merah kecokelat-cokelatan,

biasanya terdapat pada ketiak dan lipatan paha. (Harahap,

2000).

f. Penyakit Telinga

Gangguan pendengaran pada telinga akibat bising (noise

induced hearing loss) di tempat kerja merupakan salah satu

penyakit akibat kerja yang sering dikeluhkan. Kelainan ini dapat

menurunkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

Secara umum penurunan fungsi pendengaran dapat terjadi

karena gangguan, baik pada telinga luar, telinga dalam maupun

telinga dalam. Kelainan pada telinga luar dan tengah umumnya

karena proses peradangan dan kotoran telinga (serumen),

sedangkan gangguan pendengaran akibat kelainan telinga dalam

dapat disebabkan oleh faktor suara bising yang terus menerus

seperti di lingkungan kerja atau tempat rekreasi.

Page 31: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35  

  

Gangguan pada telinga, baik telinga luar, telinga tengah,

maupun telinga dalam dapat menyebabkan ketulian. Dikenal tiga

jenis gangguan pendengaran (Tambunan, 2005), yaitu:

1) Condutive hearing loss

Jenis gangguan ini diklasifikasikan sebagai masalah

mekanis (mechanical hearing loss) karena menyerang bagian

luar dan tengah telinga tenaga kerja, tepatnya selaput gendang

telinga dan ketiga tulang utama (hammer, anvil, dan stirrup)

menjadi sulit atau tidak bisa bergetar. Akibatnya, tenaga kerja

menjadi agak sulit mendengar. (Tambunan, 2005)

2) Sensorineural hearing loss

Sesuai dengan namanya, sensorineural hearing

loss diklasifikasikan sebagai masalah pada sistem sensor, dan

bukan masalah mekanis. Sensorineural hearing

loss disebabkan oleh ketidakberesan pada bagian dalam telinga,

khususnya cochlea. (Tambunan, 2005)

3) Mixed hearing loss

Tuli gabungan disebabkan oleh kombinasi antara tuli

konduktif dan tuli saraf. Jika kedua threshold konduksi

menunjukan adanya kehilangan/gangguan pendengaran, namun

porsi kehilangan lebih besar pada konduksi udara. (Tambunan,

2005)

Page 32: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36  

  

g. Gangguan Spirometri

Klasifikasi gangguan ventilasi (% nilai prediksi) :

1) Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksi;

FVC < 80% nilai prediksi.

2) Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC <

75% nilai prediksi.

3) Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi;

FEV1/FVC < 75% nilai prediksi.

2. Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Gangguan kesehatan menurut Suma’mur (2009), agar seorang

tenaga kerja ada dalam keserasian sebaik-baiknya yang berarti dapat

terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi-tingginya,

maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari faktor-faktor,

yaitu :

a. Beban Kerja

Setiap tenaga kerjaan merupakan beban bagi pelakunya.

Beban kerja bisa berupa beban fisik, mental, atau sosial baik

ringan, sedang atau berat tergantung jenis tenaga kerjaan. Menurut

Syukri Sahab (1997), beban kerja dapat menyebabkan kelelahan.

Kelelahan yang terjadi bisa kelelahan fisik maupun kelelahan

mental yang berlebihan, maka beban kerja pada seorang tenaga

kerja disesuaikan dengan kemampuannya.

Page 33: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37  

  

b. Beban tambahan akibat lingkungan kerja

Suatu tenaga kerjaan biasanya dilakukan dalam suatu

lingkungan atau situasi yang menyebabkan beban tambahan pada

jasmani dan rohani tenaga kerja. Beban ini akan menambah beban

kerja yang dapat langsung dari tenaga kerjaan yang sebenarnya.

Faktor-faktor penyebab beban tambahan ada lima menurut

Suma’mur (1996) yaitu :

1) Faktor fisik, yaitu penerangan, suhu udara, kelembaban,

getaran, radiasi, tekanan udara.

2) Faktor kimia, yaitu gas, uap, debu, kabut, fume, asap, awan,

cairan dan benda padat.

3) Faktor fisiologis, yaitu konstruksi mesin, sikap dan cara kerja.

4) Faktor biologi, yaitu virus, bakteri, jamur.

5) Faktor mental psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan antara

tenaga kerja dengan atasan.

c. Kapasitas kerja

Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang tenaga kerja

dalam melakukan tenaga kerjaannya. Kemampuan kerja sangat

tergantung pada ketrampilan, keserasian (fitness), keadaan gizi,

jenis kelamin, usia dan ukuran-ukuran tubuh (Suma’mur, 2009).

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

PER 02/MEN/1981 (Pungky W, 2002), yang dimaksud dengan

penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh

Page 34: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38  

  

tenaga kerjaan atau lingkungan kerja, sedangkan dalam Keputusan

Presiden No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat

Hubungan Kerja pada pasal 1 dan 2 disebutkan bahwa penyakit yang

timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan

kerja baik pada saat masalah dalam hubungan kerja ataupun setelah

hubungan kerja berakhir.

Menurut Suma’mur (2009), dalam ruang atau di tempat kerja

biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat

kerja sebagai berikut :

a. Golongan Fisik

1) Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli.

2) Radiasi sinar-sinar rontgen atau sinar-sinar radioaktif , yang

menyebabkan antara lain penyakit susunan darah dan kelainan-

kelainan kulit. Radiasi sinar inframerah bisa mengakibatkan

katarak kepada lensa mata sedangkan sinar ultraviolet menjadi

sebab conjunctivitis photoelectrica.

3) Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, heat cramps

atau hyperpyrexia, sedangkan suhu-suhu yang rendah antara

lain menimbulkan frosbite.

4) Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease.

5) Penerangan lampu yang kurang baik misalnya menyebabkan

kelainan kepada indera penglihatan atau kesilauan yang

memudahkan terjadinya kecelakaan.

Page 35: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39  

  

b. Golongan Chemis

1) Debu yang menyebabkan pneumoconiosis, diantaranya

silicosis, asbestosis dan lain-lain.

2) Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever,

dermatitis atau keracunan.

3) Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain.

4) Larutan, yang misalnya menyebabkan dermatitis.

5) Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insectisides), racun

jamur dan lain-lain yang menimbulkan keracunan.

c. Golongan biologis, misalnya oleh bibit penyakit anthrax atau

brucella pada tenaga kerja-tenaga kerja.

d. Golongan mental-psikologis, hal ini terlihat misalnya pada

hubungan kerja yang tidak baik, dengan akibat timbulnya misalnya

depresi atau penyakit psikosomatis.

e. Golongan fisiologis yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan

konstruksi mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan

tenaga kerjaan dan lain-lain yang kesemuanya menimbulkan

kelelahan fisik bahkan lambat laun perubahan fisik tubuh tenaga

kerja di lingkungan kerja.

Dalam Permenakertrans No. 1 tahun 1981 (Pungky W, 2002),

kewajiban pengusaha dalam menghadapi penyakit akibat kerja adalah :

a. Pengusaha wajib dengan segera melakukan tindakan-tindakan

preventif agar penyakit akibat kerja yang sama tidak terulang

Page 36: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40  

  

kembali diderita oleh tenaga kerja yang berada dibawah

pimpinannya.

b. Apabila terdapat keragu-raguan terhadap hasil pemeriksaan yang

telah dilakukan oleh dokter, pengurus dapat meminta bantuan

Depnakertrans untuk menegakan diagnosa penyakit akibat kerja.

c. Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat

pelindung diri yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja.

Sedangkan kewajiban dan hak tenaga kerja dalam menghadapi

penyakit akibat kerja, antara lain :

a. Tenaga kerja harus memberikan keterangan-keterangan yang

diperlukan bila diperiksa oleh dokter atau pengawas keselamatan

dan kesehatan kerja.

b. Tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan diri yang

diwajibkan untuk pencegahan penyakit akibat kerja.

c. Tenaga kerja harus memenuhi dan menaati semua syarat-syarat

untuk pencegahan penyakit akibat kerja.

d. Tenaga kerja berhak meminta pada pengurus agar dilaksanakannya

semua syarat-syarat pencegahan penyakit akibat kerja.

e. Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan untuk melakukan

tenaga kerjaannya pada tenaga kerjaan yang diragukan keadaan

pencegahannya terhadap penyakit akibat kerja.

Penyakit akibat kerja pertambangan adalah penyakit cacing

ankilostomiasis (penyakit cacing tambang), keracunan oleh gas atau

Page 37: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41  

  

uap beracun atau zat atau bahan kimia dari bijih atau hasil

pengolahannya yang berada di tempat penambangan dilakukan dan

penyakit akibat kerja oleh debu tambang. Selain itu, kecelakaan

tambang menyebabkan kesehatan tenaga kerja terganggu atau menjadi

sakit bahkan mungkin pula mendeita kecacatan.

Gangguan kesehatan atau penyakit yang diakibatkan oleh

kecelakaan tidak termasuk ke dalam kategori penyakit akibat kerja

(Suma’mur, 2009). Penyakit akibat kerja tambang, antara lain :

a. Penyakit cacing ancylostomiasis disebabkan oleh Ancylostoma

duodenale dan Necator americanus. Pada penyakit ini penderita

merasa sangat lemah, tidak bertenaga, mau tidur saja, tidak ada

nafsu makan, tidak ada motivasi untuk berbuat sesuatu dan

menyebabkan anemia. Pencegahan terutama dilakukan dengan

sanitasi lingkungan khususnya pembuatan dan penggunaan kakus

yang baik dan juga pemakaian sepatu boat guna menghindari

kemungkinan masuknya larva menembus kulit.

b. Asfiksia yang dapat berakibat kepada mati lemas disebabkan

kurangnya oksigen di dalam udara tambang. Dalam udara normal

kadar oksigen 20-21%. Maka dari itu, agar terhindar dari

kemungkinan berada di tempat dengan kadar oksigen yang tidak

normal harus selalu diterapkan cara untuk mendeteksi kadar

oksigen. Lampu keselamatan dari Davy dapat dipergunakan untuk

menunjukan kadar oksigen yang ada sampai 16,25% dan lampu

Page 38: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42  

  

karbit akan padam pada 12,5% kadar oksigen dalam udara,

sedangkan cara lain menggunakan burung kenari atau tikus.

c. Gas CO2 juga berbahaya karena tidak berbau, relatif lebih berat

dari udara, dan terbentuk dari dekomposisi karbonat atau

fermentasi yang biasanya terdapat dibagian bawah lobang

tambang. Konsentrasi CO2 bertambah, apabila terjadi ledakan atau

kebakaran yang bila terhirup dapat menyebabkan mati lemas.

Selain itu, oleh karena beratnya gas CO2 berkumpul pada

permukaan dasar lobang tambang sehingga orang yang terpeleset,

terjatuh dan tergeletak di lantai juga dapat mati lemas, oleh karena

tingginya konsentrasi gas CO2 dan kurangnya O2 dalam udara di

lantai tambang tersebut.

d. Gas metan (CH4) yang biasanya terkumpul di lobang tambang

sebagai hasil pembusukan tumbuhan. Metan dengan kadar tinggi

dapat meledak terutama jika terkena api atau mengalami

pemanasan. Selain itu, metan juga merupakan afiksian yang dapat

menyebabkan mati lemas.

e. Gas CO biasanya tidak terdapat secara alami di dalam tambang,

melainkan sebagai hasil pembakaran tidak sempurna atau oleh

peristiwa kebakaran atau terjadinya ledakan. Gas ini mempunyai

afinitas yang sangat besar terhadap hemoglobin, membuat

persenyawaan CO-hemoglobin, sehingga jaringan tubuh mati oleh

karena tidak mendapat oksigen untuk oksidasi. Terdapat alat

Page 39: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43  

  

khusus untuk mendeteksi adanya dan kadar CO dalam udara

tambang.

f. Gas H2S juga sangat beracun, racun gas ini bisa menyebabkan

kematian pada kadar sangat rendah sekitar 0,1%. Untungnya gas

ini dapat tercium baunya dan terasa rangsangannya kepada mata

pada kadar sangat rendah pula yaitu 0,01%. Untuk memastikan ada

dan kadarnya dapat digunakan alat detektor gas.

g. Pada tenaga kerja tambang dapat terjadi keracunan oleh logam

beracun atau persenyawaannya yang berasal dari bijih yang sengaja

ditambang. Tambang mangan (Mn) mengandung risiko keracunan

mangan. Tambang air raksa (Hg) disertai risiko bahaya keracunan

air raksa. Mungkin pula bijih tambang mengandung zat radiokatif

yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja kepada tenaga kerja

yang menghirupnya dalam bentuk debu. Tergantung dari

komposisinya debu nikel di pertambangan nikel dapat

menyebabkan kanker paru pada tenaga kerja.

h. Penyakit akibat kerja lainnya adalah penyakit akibat debu tambang,

penyakit yang timbul pada tenaga kerja sebagai akibat penimbunan

debu dalam paru dan juga reaksi jaringan paru terhadap debu

tersebut adalah pnemokoniosis. Oleh karena hampir setiap tambang

mengakibatkan pencemaran udara tambang oleh debu silika bebas

(SiO2), setiap tambang mengandung risiko terkena silikosis pada

tenaga kerja tambang.

Page 40: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44  

  

3. Deteksi Penyakit Akibat Kerja

Secara umum, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam

menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut

(Dedi-Ratna, 2013) :

a. Anamnesis tentang riwayat penyakit dan riwayat tenaga kerjaan,

untuk mengetahui kemungkinan salah satu faktor di tempat kerja,

pada tenaga kerjaan, dan atau lingkungan kerja menjadi penyebab

penyakit akibat kerja.

b. Pemeriksaan klinis, untuk menemukan gejala dan tanda yang

sesuai untuk suatu sindrom yang seringkali khas untuk suatu

penyakit akibat kerja.

c. Pemeriksaan laboratorium, untuk mencocokkan benar tidaknya

penyebab penyakit akibat kerja yang bersangkutan ada dalam

tubuh tenaga kerja yang dideritanya.

d. Pemeriksaan rontgen (sinar tembus) sangat membantu dalam

menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja terutama untuk

penyakit yang disebabkan penimbunan debu dalam paru dan reaksi

jaringan paru terhadapnya, yang dikenal dengan pneumokoniosis.

Hasil pemeriksaan rontgen baru ada maknanya apabila dinilai

dengan riwayat penyakit dan tenaga kerjaan serta hasil

pemeriksaan lainnya dan juga data lingkungan kerja.

e. Pemeriksaan tempat dan ruang kerja, untuk mengukur dan

memastikan adanya faktor penyebab penyakit di tempat kerja atau

ruang kerja. Hasil pengukuran kuantitatif di tempat kerja

Page 41: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45  

  

diperlukan untuk melakukan penilaian dan pengambilan keputusan,

apakah zat sebagai penyakit akibat kerja cukup dosisnya atau tidak

untuk menyebabkan sakit.

f. Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dengan gejala penyakit

yang pada umumnya gejala-gejala penyakit akibat kerja akan

mengurang, bahkan kadang-kadang hilang sama sekali, apabila si

penderita tidak masuk kerja/ cuti dan gejala-gejala itu sering timbul

lagi atau menjadi lebih berat apabila ia kembali bekerja. Kenyataan

ini sangat jelas misalnya pada penyakit dermatosis akibat kerja atau

pada penyakit paru-paru byssinosis.

4. Efektivitas Medical Check Up Berkala dengan Deteksi Dini Penyakit

Akibat Kerja di Perusahaan

Manajemen risiko kesehatan adalah proses yang bertahap dan

berkesinambungan. Tujuan utama manajemen risiko kesehatan adalah

menurunkan risiko pada tahap yang tidak bermakna sehingga tidak

menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan tenaga kerja.

(Muchtaruddin Mansyur, 2007)

Menurut Muchtaruddin Mansyur (2007) komponen utama

manajemen risiko kesehatan dalam kesehatan kerja adalah :

a. Penilaian Risiko (Risk Assessment), meliputi :

1) Identifikasi bahaya

Pada tahap ini dilakukan identifikasi faktor risiko

kesehatan yang tergolong faktor fisik, kimia, biologi,

Page 42: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46  

  

ergonomik dan psikologi yang terpajan pada tenaga kerja.

Untuk dapat menemukan faktor risiko ini diperlukan

pengamatan terhadap proses dan kegiatan produksi, bahan baku

yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan termasuk

hasil samping proses produksi, serta limbah yang terbentuk

proses produksi. Pada kasus terkait dengan bahan kimia, maka

diperlukan: pemilikan Material Safety Data Sheets (MSDS)

untuk setiap bahan kimia yang digunakan, pengelompokan

bahan kimia menurut jenis bahan aktif yang terkandung,

mengidentifikasi bahan pelarut yang digunakan, dan bahan

inert yang menyertai, termasuk efek toksiknya.

2) Penilaian pajanan

Proses penilaian pajanan merupakan bentuk evaluasi

kualitatif dan kuantitatif terhadap pola pajanan kelompok

tenaga kerja yang bekerja di tempat dan tenaga kerjaan tertentu

dengan jenis pajanan risiko kesehatan yang sama. Penilaian

pajanan harus memenuhi tingkat akurasi yang adekuat dengan

tidak hanya mengukur konsentrasi atau intensitas pajanan,

tetapi juga faktor lain. Pengukuran dan pemantauan

konsentrasi dan intensitas secara kuantitatif saja tidak cukup,

karena pengaruhnya terhadap kesehatan dipengaruhi oleh

faktor lain itu. Faktor tersebut perlu dipertimbangkan untuk

menilai potensial faktor risiko (bahaya/ hazards) yang dapat

Page 43: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47  

  

menjadi nyata dalam situasi tertentu. Termasuk yang perlu

diperhatikan juga adalah perilaku bekerja, higiene perorangan,

serta kebiasaan selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko

gangguan kesehatan.

3) Karakteristik Risiko

Tujuan langkah karakterisasi risiko adalah

mengevaluasi besaran (magnitude) risiko kesehatan pada

tenaga kerja. Dalam hal ini adalah perpaduan keparahan

gangguan kesehatan yang mungkin timbul termasuk daya

toksisitas bila ada efek toksik, dengan kemungkinan gangguan

kesehatan atau efek toksik dapat terjadi sebagai konsekuensi

pajanan bahaya potensial. Karakterisasi risiko dimulai dengan

mengintegrasikan informasi tentang bahaya yang teridentifikasi

(efek gangguan/ toksisitas spesifik) dengan perkiraan atau

pengukuran intensitas/konsentrasi pajanan bahaya dan status

kesehatan tenaga kerja.

b. Surveilans Kesehatan

Surveilans kesehatan merupakan penilaian keadaan

kesehatan tenaga kerja yang dilakukan secara teratur dan berkala.

Surveilans kesehatan terdiri atas surveilans medis (termasuk

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang) serta

pemantauan biologis. Lebih tepat lagi bahwa bentuk/ isi dan

kekerapan (frequency) pemeriksaan kesehatan ini ditetapkan oleh

Page 44: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48  

  

dokter yang berkompeten dalam program kesehatan kerja.

Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan harus memperhatikan hasil

proses penilaian risiko. Bentuk dan jenis pemeriksaan kesehatan

harus secara tegas terkait dengan bahaya kesehatan yang

teridentifikasi dan sesuai karakter risikonya. Kekerapan

pemeriksaan kesehatan ditentukan oleh besaran risiko kesehatan

dan gangguan kesehatan terkait. Sebagai pedoman umum adalah

mengacu pada peraturan dan perundangan di Indonesia yaitu sekali

setiap tahun.

1) Surveilans Medis

Surveilans medis terdiri atas tiga hal penting yaitu

pemeriksaan kesehatan pra-kerja (pre-employment),

pemeriksaan kesehatan berkala (periodic medical examination)

yang terkait dengan pajanan bahaya kesehatan, dan

pemeriksaan kesehatan khusus (specific medical examination)

yang terkait dengan kembali bekerja (returning to work) setelah

terdapat gangguan kesehatan yang bermakna dan penyakit yang

berat.

Tujuan pemeriksaan kesehatan pra-kerja adalah :

a) Menetapkan kemampuan untuk melakukan tenaga kerjaan

sesuai dengan penempatan tenaga kerja

b) Mengidentifikasi kondisi kesehatan yang mungkin

diperburuk oleh pajanan bahaya kesehatan, kerentananan

Page 45: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49  

  

calon tenaga kerja terhadap bahaya kesehatan tertentu yang

memerlukan eksklusi pada individu dengan pajanan

tertentu.

c) Menetapkan data dasar (baseline data) evaluasi se- belum

tenaga kerja ditempatkan atau melaksanakan peker-

jaannya. Data dasar ini berguna sebagai pertimbangan kelak

adanya gangguan kesehatan dan adanya kaitan dengan

pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja.

Tujuan pemeriksaan kesehatan berkala adalah :

a) Mendeteksi sedini mungkin setiap gangguan kesehatan

yang mungkin terjadi dan disebabkan oleh pajanan bahaya

kesehatan di tempat kerja, dan kondisi kerja.

b) Mendeteksi perubahan status kesehatan (penyakit yang

tidak berhubungan dengan tenaga kerjaan) yang bermakna

dapat menyebabkan gangguan kesehatan apabila

melanjutkan tenaga kerjaan, atau menyebabkan

peningkatan kerentanan terhadap pajanan bahaya kesehatan

di tempat kerja atau kondisi kerja. Riwayat kesehatan dan

riwayat tenaga kerjaan secara lengkap diperlukan untuk

dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai

terutama bila diketahui adanya pajanan yang berulang dan

kemungkinan gangguan kesehatan.

Page 46: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50  

  

Tujuan pemeriksaan kesehatan khusus pada dasarnya

sama dengan pemeriksaan kesehatan pra-kerja. Dalam hal ini,

hasil pemeriksaan kesehatan khusus ditempatkan sebagai data

dasar menggantikan data dasar hasil pemeriksaan kesehatan

prakerja. Jenis pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan

kesehatan khusus tergantung pada riwayat penyakit dan status

kesehatan saat terakhir atau saat pemulihan.

2) Pemantauan Biologis

Pemantauan biologis (biological monitoring) adalah

pemeriksaan yang dilakukan terhadap bagian tubuh sebagai

media biologis (darah, urin, liur, jaringan lemak, rambut, dll)

yang ditujukan untuk mengetahui tingkat pajanan atau efeknya

pada tenaga kerja. Melakukan pemantauan biologis

memungkinkan kita untuk dapat mengetahui dosis yang masuk

ke dalam tubuh dari gabungan berbagai cara masuk. Disamping

itu dengan pemantauan biologis di mungkinkan pemeriksaan

pajanan untuk jangka lama dan adanya akumulasi di dalam

tubuh. Pada kasus pajanan bahan kimia, pemeriksaan dapat

berupa bahan aktif atau metabolitnya. Pemantauan biologis

juga ditujukan untuk mengetahui pengaruh suatu pajanan

bahaya kesehatan terhadap tubuh dan kerentanan tubuh

terhadap pajanan bahaya kesehatan tertentu.

Page 47: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51  

  

c. Penataan Data

Penataan data (record keeping) merupakan bagian yang

tidak boleh dilupakan dalam manajemen risiko kesehatan. Seluruh

data yang diperoleh dari kegiatan manajemen risiko kesehatan ini

terutama data tingkat pajanan dan surveilans kesehatan harus

tersimpan rapi dan dijaga untuk setiap saat dapat digunakan sampai

paling tidak selama 30 tahun. Penataan data ini ditujukan agar :

1) Dapat mengenal tren kesehatan dan masalah yang perlu

penyelesaian

2) Memungkinkan evaluasi epidemiologi

3) Memenuhi persyaratan legal

4) Tersedianya dokumentasi yang sesuai dengan tenaga kerja dan

perusahaan dalam kasus klaim kompensasi kecelakaan kerja

termasuk penyakit yang berhubungan dengan tenaga kerjaan

5) Memungkinkan pemantauan kinerja kesehatan tenaga kerja.

5. Pelaporan Penyakit Akibat Kerja

Berdasarkan Permenakertrans No. 609 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat

Kerja bahwa mekanisme penyelesaian kasus PAK adalah :

a. Bagi tenaga kerja yang masih dalam hubungan kerja, pengusaha

wajib melaporkan penyakit yang timbul karena hubungan kerja ke

dinas yang membidangi ketenagakerjaan setempat dan Badan

Penyelenggara dalam bentuk form KK2 tidak lebih dari 2 x 24 (dua

Page 48: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52  

  

puluh empat) jam setelah ada hasil diagnosis dari dokter

pemeriksa.

b. Bagi tenaga kerja yang sudah berhenti bekerja pelaporan penyakit

akibat kerja dapat dilakukan oleh perusahaan atau tenaga kerja ke

Badan Penyelenggara dengan melampirkan hasil diagnosis dokter

pemeriksa meskipun hubungan kerja telah berakhir, asalkan

penyakit tersebut timbul dalam jangka waktu tidak lebih dari 3

(tiga) tahun sejak hubungan kerja berakhir.

c. Pengusaha wajib melaporkan kepada dinas yang membidangi

ketenagakerjaan setempat dan Badan Penyelenggara dengan

laporan bentuk form KK3 tidak lebih dari 2 x 24 (dua puluh empat)

jam setelah tenaga kerja berdasarkan surat keterangan dokter

pemeriksa (dalam bentuk KK5) dinyatakan sembuh, cacat, atau

meninggal dunia.

Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. 01/MEN/1981 bahwa daftar penyakit akibat kerja

yang harus dilaporkan, sebagai berikut :

a. Pneukoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan

jaringan perut (silicosis, antrakosilikosis, asbestosis) yang

silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau

kematian.

b. Penyakit-penyakit paru-paru dan saluran pernafasan

(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu dan logam keras.

Page 49: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53  

  

c. Penyakit paru-paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner)

yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, hennep, dan sisal

(bissinosis)

d. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab-penyebab

sensitisasi dan zat-zat perangsang yang dikenal dan berada dalam

proses tenaga kerjaan.

e. Alveolitis allergis dengan penyebab faktor dari luar sebagai akibat

penghirupan debu-debu organik.

f. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh berillium atau

persenyawaan-persenyawaan yang beracun.

g. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh cadmium atau

persenyawaan-persenyawaan yang beracun.

h. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaan-

persenyawaan yang beracun.

i. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaan-

persenyawaan yang beracun.

j. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh mangan atau

persenyawaan-persenyawaan yang beracun.

k. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan-

persenyawaan yang beracun.

l. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh air raksa atau

persenyawaan-persenyawaan yang beracun.

Page 50: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54  

  

m. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh timah hitam atau

persenyawaan-persenyawaan yang beracun.

n. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaan-

persenyawaan yang beracun.

o. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

p. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh derivate-derivate halogen

dari persenyawaan-persenyawaan hidrokarbon alifatik atau

aromatik yang beracun.

q. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolog

yang beracun.

r. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh derivate-derivate nitro dan

animo dari benzene atau homolog-homolog yang beracun.

s. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester-

ester lain asam sitrat.

t. Penyakit-penyakit yang disebabkan alkohol-alkohol atau keton.

u. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab

asfiksia seperti : karbon monoksida, hidrogen sianida atau derivate-

derivate yang beracun, hidrogen sulfida.

v. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

w. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik

(kelainan-kelainan otot, urat, tulang, persendian, pembuluh darah

tepi atau syaraf tepi).

Page 51: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55  

  

x. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh tenaga kerjaan dalam

udara yang bertekanan lebih.

y. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh radiasi yang mengion.

z. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi

atau biologis yang tidak termasuk golongan penyakit akibat kerja

lainnya.

aa. Kanker kulit epiteliome primer yang disebabkan oleh ter, pic,

bitumen, minyak mineral, antrasen atau persenyawaan-

persenyawaan produk-produk atau residu-residu dari zat-zat ini.

bb. Kanker paru-paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

cc. Penyakit-penyakit infeksi atau parasit yang didapat dalam suatu

tenaga kerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.

dd. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau suhu

rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi.

Page 52: Penerapan-Medical-Check-Up-Berkala-Sebagai-Upaya ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56  

  

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Keterangan : = di teliti

------- = tidak diteliti

Tidak ada kelainan

Ada kelainan

Identifikasi Bahaya

Medical Check Up - Pemeriksaan Fisik - Pemeriksaan Laboratorium - Pemeriksaan Rontgen - Pemeriksaan Radiologi - Pemeriksaan Audiometri - Pemeriksaan Spirometri

Biomonitoring -Pemeriksaan Benzene, Timah, Timbal, Cadmium, Crom, Nikel dan lainnya.

Tenaga Kerja Resti dilakukan

2 (dua) kali setahun.

Tenaga Kerja Non-Resti

dilakukan 1 (satu) kali setahun

Tenaga Kerja Resti dilakukan 1

(satu) kali setahun.

Evaluasi hasil oleh dokter perusahaan

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Ada kelainan

Ada kelainan

Evaluasi hasil oleh dokter perusahaan

Evaluasi hasil oleh dokter perusahaan

Tindak Lanjut ke Dokter Spesialis untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan

Identifikasi PAK : -Kontrol Lingkungan Kerja -Kontrol Personal -Riwayat Kesehatan Tenaga kerja/ MCU pra-employee -Hasil MCU berkala