Page 1
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020
135
PENERAPAN ARSITEKTUR BIOPHILIC PADA BANGUNAN
BOARDING SCHOOL
Isra’ Khusnul Khotimah Salahuddin1*, Niniek Anggriani2
1Mahasiswa Program Studi Arsitektur, UPN “Veteran” Jawa Timur
E-mail : [email protected] 2Dosen Program Studi Arsitektur, UPN “Veteran” Jawa Timur
ABSTRAK
Keteladanan dan kebiasaan–kebiasaan atau budaya berperilaku baik merupakan
cara yang sangat efektif dalam membangun karakter dalam pendidikan,. dalam
membangun perilaku tersebut diperlukan sistem pembelajaran berkelajutan. Fasilitas
yang memadai dan dengan sistem yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan
diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan siswa. Boarding School atau sistim
berasrama yang modern merupakan salah satu cara yang efektif untuk melaksanakan
pendidikan berkarakter boarding school dengan dilengkapi fasilitas pendidikan yang
memadai dapat meningkatkan kinerja dan kenyamanan pengguna. Arsitektur Biophilic
adalah pendekatan disain yang diterapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan pengguna,
sedangkan yang dimaksud dengan biophilic yaitu adanya ikatan antara manusia dengan
alam. Dari beberapa hasil penelitian secara kuantitatif yang pernah dilakukan
pemanfaatan Arsitektur Biophilic dapat meningkatkan produktivitas dan kreatifitas serta
menurunkan tingkat stres.
Kata kunci : Boarding school; Biophilic Design; Pola Penerapan
APPLICATION OF BIOPHILIC ARCHITECTURE IN BOARDING SCHOOL
BUILDING
ABSTRACT
Character education is very important in developing the abilities and character
and civilization of the nation. In addition, it turns out that character education is not only
enough to be taught through subjects in the classroom. Character education must be
implemented through habituation activities, both spontaneously and by example. One way
that can effectively carry out character education is through the boarding system or the
more modern Boarding School system. Education in boarding schools requires an
educational facility that can improve user performance and comfort. One design
approach that can meet these needs is Biophilic Architecture. The meaning of biophilic
namely the existence of bonds with nature is a human need, where basically humans
always depend directly on nature for their survival. This biophilic architecture can
increase productivity and creativity and reduce stress levels. The application of Biphilic
Architecture in educational facilities needs to be further investigated because of the lack
of information about this. This qualitative research uses a qualitative type method
approach where collecting related literature. This research was conducted with the aim
to examine the application of biophilic design patterns that can be applied to boarding
school buildings. The results of this study reveal that by using the application of biophilic
design in educational facilities can be done by applying all biophilic design patterns.
Keywords : Boarding School; Biophilic Design; Application Patterns
Page 2
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020
136
PENDAHULUAN
Pendidikan karakter merupakan cara yang sangat efektif dalam hal
mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa. Dalam membangun
perilaku tersebut diperlukan sistem pembelajaran berkelajutan. Fasilitas yang memadai
dan dengan sistem yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan diharapkan dapat
meningkatkan kenyamanan siswa. Boarding School atau sistim berasrama yang modern
merupakan salah satu cara yang efektif untuk melaksanakan pendidikan berkarakter Di
Indonesia sendiri, Boarding School biasanya bentuk modernisasi dari pondok pesantren.
Jadi, di zaman yang serba modern ini, Boarding School menjadi alternatif pendidikan
yang menarik, terutama bagi insan-insan muda zaman sekarang (Asriani, Sa and Akbar,
2017).
Sehingga, pendidikan menjadi faktor penting yang menentukan kemajuan suatu
negara di masa kini. Kegiatan belajar dan mengajar ini perlu ditunjang fasilitas
pendidikan yang baik sehingga proses belajar dapat berjalan secara kondusif. Sayangnya
di Indonesia masih banyak perguruan tinggi yang memiliki sarana dan prasarana kurang
memadai.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kenyamanan dan kinerja dalam fasilitas
pendidikan adalah dengan menghadirkan alam ke lingkungan belajar. Alam dapat
mendukung suasana belajar karena manusia cenderung untuk memiliki koneksi dengan
alam baik secara sadar maupun tidak sadar. Penerapan konsep biophilia atau dikenal
dengan istilah biophilic design pada arsitektur yang menunjukkan pentingnya manusia
berhubungan dengan alam untuk bertahan hidup di era modern (Browning, Ryan and
Clancy, 2014). Manfaat dari penerapan biophilic design di sekolah dapat ditunjukkan dari
studi kasus terdahulu antara lain: meningkatkan produktivitas, menurunkan tingkat stres,
hingga meningkatkan tingkat pemulihan tubuh manusia.
Dengan melihat penjelasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Apakah
Arsitektur Biophilic dapat diterapkan pada bangunan boarding school? Apakah
pendekatan Arsitektur Biophilic dapat diterapkan pada bangunan boarding school.
Teori Biophilic Design Pada Lingkup Bangunan
Menurut Browning biophilic design adalah desain yang menyediakan kesempatan
bagi manusia untuk hidup dan bekerja pada tempat yang sehat, minim tingkat stress, serta
menyediakan kehidupan yang sejahtera dengan cara mengintegrasikan desain dengan
alam (Hadny, 2017). Penerapan biophilic design pada bangunan dipercaya memiliki
berbagai manfaat diantaranya adalah menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
kenyamanan dan kepuasan dalam ruang, dan meningkatkan kebugaran tubuh (Kellert,
2008).
Biophilic design memfasilitasi interaksi timbal balik antara manusia dengan alam
dan sistem kehidupan. Tujuan biophilic design antara lain menciptakan ruang restoratif
dan dapat memulihkan fisik dan psikologis manusia, menyehatkan sistem syaraf dan
menampilkan daya hidup yang estetik (Subroto, Priatman and Rahardjo, 2015). Berikut
ini merupakan penjelasan desain biophilic dalam lingkup interior menurut Browning pada
tahun 2004:
1. Visual connection with nature
Desain biopilik yang diterapkan pada bangunan dengan penekanan elemen alam,
baik secara langsung maupun tidak langsung
2. Non-visual connection with nature
Yaitu konektivitas dengan alam melalui stimulus selain indera penglihatan.
Page 3
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020
137
3. Non-rhytmic sensory stimuli
Yaitu konektivitas secara acak dengan alam yang berlangsung singkat yang
bahkan kadang tidak disadari oleh individu.
4. Thermal and airflow variability
Perubahan pola yang diterapkan pada interior bangunan yang berkaitan dengan
kelembaban udara dan penghawaan dalam ruang sebagai bentuk keterwakilan
alam.
5. Presence of water
Yaitu kondisi yang menambah pengalaman ruang melalui melihat, mendengar,
maupun berinteraksi dengan hadirnya elemen air dalam ruang.
6. Dynamic and diffuse lighting
Yaitu pemanfaatan intensitas cahaya yang menghadirkan bayangan alami dalam
ruang yang senantiasa berubah untuk menghasilkan kondisi perubahan waktu
sebagaimana yang terjadi di alam.
7. Connection with natural system
Yaitu kesadaran terhadap eksistensi proses alami, yang senantiasa berubah dan
bersifat musiman dengan sifat perubahan temporal dari ekosistem yang sehat.
8. Biomorphic forms and patterns
Yaitu penekanan pada pengambilan bentuk alam atau stilasi dengan model motif
yang berulang-ulang sebagai bagian dari elemen struktural maupun dekoratif
dalam ruang.
9. Material Connection with Nature
Yaitu penekanan pada penggunaan material alami sehingga dapat digunakan
untuk eksplorasi karakteristik material alam yang akan mengalami perubahan
seiring dengan berjalannya waktu.
10. Complexity and order
Yaitu yang berhubungan dengan ruang dan skala serta penerapan bentuk simetri
dan geometris fractal yang berulang.
11. Prospect
Yaitu pola yang disifatkan pada ruang yang memberikan pandangan luas, terbuka
dan lapang.
12. Refuge
Yaitu pola yang ditanamkan sifat pada ruang yang memberikan rasa aman dan
terlindungi.
13. Mystery
Yaitu pola dengan penekanan pada suasana yang membuat individu kagum akan
sensasi yang menakjubkan yang dirasakan oleh panca indera
14. Risk & Peril
Yaitu model yang disifatkan pada ruang (space) yang memberikan rasa bahaya
atau ancaman namun tetap dapat merasakan rasa aman
Persyaratan Perancangan pada Fasilitas Pendidikan
Menurut peraturan menteri pendidikan nasional nomor 24 tahun 2007, untuk
menjamin terwujudnya tujuan pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan nasional
diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Terdapat cara penyusunan
kriteria desain interior fasilitas pendidikan dalam penelitian ini didasarkan pada nine
environment element (Huisman et al., 2012) . Berikut kriteria desain interior fasilitas
pendidikan :
Page 4
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020
138
1. Lingkungan (Environment)
Lahan perlu terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan
keselamatan jiwa, pencemaran air, udara, dan kebisingan (Kalonica, Kusumarini
and Rakhmawati, 2019).
2. Ruang (Space)
Desain pada fasilitas dapat membuat pengguna ruang memiliki pandangan luas,
rapi dan terang sehingga fungsi ruang mudah diingat. Area baca, ruang kelas,
serta ruang dosen membutuhkan suasana tenang (Kalonica, Kusumarini and
Rakhmawati, 2019).
3. Pencahayaan (Light)
Desain pencahayaan tidak hanya memperhatikan pencahayaan di siang hari,
tetapi juga berorientasi pada malam hari karena sebagian pengguna ruang dalam
melakukan aktivitas hingga malam hari (Standar and Pendidikan, 2011).
4. Bidang Pijakan (Ground Plane)
Pertimbangan penting mengenai bentuk, lokasi dan jumlah tangga adalah
kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan pengguna (Standar and
Pendidikan, 2011).
5. Pelingkup (Enclosure)
Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu kegiatan
pembelajaran, setiap ruangan dilengkapi dengan jendela, pengaturan
penghawaan serta tingkat pencahayaan yang memadai.
6. Pendukung (Support)
Beragam perabot dapat mengakomodasi kegiatan pengguna pada setiap ruangnya
sangat penting sebagai pendukung kegiatan pada ruangan tersebut (Standar and
Pendidikan, 2011).
7. Pemajang, Penyimpan, dan Permukaan Kerja (Display, Storage, and
Worksurface)
Pemilihan bentuk dan peletakkan furnitur dapat dilakukan melalui tiga tahap
yaitu: mengukur volume kebutuhan dan ruang yang tersedia, menyesuaikan
sirkulasi dan dinding tempat mebel akan diletakkan, dan mempertimbangkan
fungsi sebagai penyeimbang atau vocal point (Standar and Pendidikan, 2011).
8. Dekorasi (Decoration)
Lukisan dinding atau warna mencolok dapat menunjukan arah atau menandakan
area ruang. Dekorasi juga memberi kesan dinamis dan hangat pada ruang.
9. Informasi (Information)
Informasi dalam gedung biasanya berupa denah nama ruang dalam sebuah
gedung dan hubungannya dengan gedung lain. Bangunan juga dilengkapi
peringatan bahaya dan penunjuk arah yang jelas untuk akses evakuasi termudah
(Standar and Pendidikan, 2011).
METODE
Perancangan dalam hal ini menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan
melakukan pengamatan serta kajian yang mendalam dari objek tersebut yang mengacu
pada buku berjudul 14 pattern of biophilic design untuk mendapatkan hasil terhadap
fenomena yang terjadi. Dari proses tersebut kemudian menghasilkan bahwa pattern
biophilic design yang bisa diterapkan sekolah berasrama atau biasanya disebut boarding
school.
Luaran dari penelitian ini berupa peluang dan contoh terapan desain yang dapat
dimanfaatkan oleh orang lain dalam mendesain. Penelitian ini dilakukan berdasarkan tiga
tahapan yaitu Kompilasi data, analisa data dan hasil.
Page 5
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020
139
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisa yang dilakukan didapatkan beberapa pattern biophilic yaitu:
1. Visual connection with nature (P1)
Pola ini menekankan pada pemandangan atau view dari dalam ruang fasilitas
pendidikan tinggi baik secara langsung maupun tidak langsung. Kehadiran alam
secara langsung dalam ruang dilakukan misalnya memanfaatkan taman dalam ruang,
green wall, atau fosil hewan pada perabot. Gambar dan lukisan alam serta stilasi
bentuk alam juga dapat dimanfaatkan sebagai penghubung pengguna dengan alam
secara tidak langsung.
2. Non-visual connection with nature (P2)
Pola yang mengandalkan indra yang berhubungan langsung dengan alam.
Material bertekstur kasar, tanaman dan kolam yang dapat diakses secara langsung
oleh pengguna dapat meningkatkan koneksi pengguna dengan alam.
3. Stimulus sistem sensorik (P3)
Pola berkaitan stimulus sistem sensorik yang sifatnya random dan berlangsung
cukup cepat sehingga tidak disadari oleh pengguna ruang tetapi dapat menciptakan
suasana yang segar, menarik, dan semangat.
Gambar 2. Contoh penerapan pattern non visual connection with
nature pada tanaman yang dapat diakses secara langsung
Sumber : pinterest.com
Gambar 1. Contoh penerapan pattern Visual connection
with nature secara langsung
Sumber : pinterest.com
Gambar 3. Contoh penerapan pattern non rhythmic sensory stimuli
pada skylight bangunan dengan pergerakan awan secara langsung
Sumber : pinterest.com
Page 6
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020
140
4. Thermal and airflow variability (P4)
Pola ini variable panas dan penghawaan. Bukaan jendela dan ventilasi
memungkinkan udara mengalir dengan baik.
5. Presence of water (P5)
Pemanfaatan unsur air dalam ruang bisa menghilangkan stress
6. Dynamic and diffuse lighting (P6)
Bentuk penerapan pola ini misalnya pencahayaan dengan kesan dinamis, skylight
dan jendela sebagai akses cahaya matahari.
Gambar 4. Contoh penerapan pattern Thermal and airflow
variability pada bukaan dengan sunshade.
Sumber : pinterest.com
Gambar 5. Contoh penerapan pattern Presence of water dengan waterfall.
Sumber : pinterest.com
Gambar 6. Contoh penerapan Dynamic and diffuse lighting
dengan skylight.
Sumber : pinterest.com
Page 7
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020
141
7. Connection with natural system (P7)
Pola ini menghubungkan interior dengan sistem alam yang selalu berubah agar
pengguna ruang dapat berinteraksi dengan alam.
8. Biomorphic forms and patterns (P8)
Penerapan pola ini dapat dilakukan misalnya dengan menerapkan bentuk organis,
hewan, tumbuhan, atau ombak pada elemen pembentuk dan pengisi interior.
9. Material Connection with Nature (P9)
Perwujudan suasana alam dapat dilakukan dengan menambahkan material alam
10. Complexity and order (P10)
Penerapan pola ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan pengulangan
bentukan2 geometris.
11. Prospect (P11)
Pemanfaatan pola ini memberikan kesan luas dan terang dalam interior
12. Refuge (P12)
Pola memberikan rasa kagum dan ingin tahu akan sensasi yang dirasakan dalam
ruang seperti pergerakan dinamis dengan penerapan bidang pijakan berkelok, jendela
terbatas, bentuk ruangan melengkung, serta dekorasi infinity glass.
13. Mystery (P13)
Pola ini Terkesan tertutup.
14. Risk/peril (P14)
Pola memberikan rasa bahaya atau ancaman tetapi tetap merasa terlindungi agar
pengguna ruang dapat meningkatkan keingintahuan, kewaspadaan, dan kekaguman.
Gambar 7. Contoh penerapan Connection with natural system
dengan kolam ikan.
Sumber : pinterest.com
Gambar 8. Contoh penerapan Biomorphic forms and patterns
pada gallery.
Sumber : pinterest.com
Page 8
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020
142
Bentuk penerapan pola ini antara lain lantai dan dinding kaca, lantai dikelilingi kolam,
akuarium pada plafon, atau pagar rendah di tempat tinggi.
Studi Terapan Identifikasi Pattern Biophilic Design pada Boarding School
1. Pengamatan Objek 1 : Asrama Pesantren Akhwat di Cimanggis
Berdasarkan proses analisa yang dilakukan terhadap dokukmentasi bangunan,
dapat diterapkan 4 pattern. Yaitu:
• P1 – Visual Connection with nature
• P4 – Thermal and airflow variability
• P9 – Material Connection with nature
• P14 – Risk/Peril
Berikut merupakan hasil analisis dari masing-masing pattern yang diterapkan
pada Asrama Pesantren Akhwat di Cimanggis (Asrama Pesantren Tahfizh Akhwat (1
& 2) / Bitte Design Studio | ArchDaily):
1. Identifikasi pattern Visual connection with nature
Penerapan pattern ini menyesuaikan dengan pendekatan arsitektur tropis
dimana bangunan memiliki banyak bukaan yang mengarah ke lansekap alam
buatan yang sengaja diciptakan untuk menciptakan suasana seperti berada di
dalam taman.
Seperti yang telah ditunjukkan pada gambar di atas, bangunan ini
memanfaatkan bukaan secara maksimal dan membuat lansekap alam dengan
hadirnya pepohonan di setiap sudut bangunan. Sehingga pengguna
mendapatkan suasana alam.
2. Identifikasi pattern Thermal and airflow variability
Bangunan Asrama ini memiliki banyak bukaan dan ruang terbuka.
Sehingga aliran angin yang masuk dan sinar matahari dapat maksimal untuk
menyeimbangkan suhu pada ruangan.
Gambar 9. View keatas bangunan menggambarkan suasana alam.
Sumber : archdaily.com
Gambar 10. Bukaan pada area tengah bangunan
memberikan kesan hangat dan dingin.
Sumber : archdaily.com
Page 9
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020
143
3. Identifikasi pattern Material Connection with nature
Penggunaan material kayu yang dominan mengesankan pada bangunan
agar lebih sejuk dan suistanable. Bangunan ini menggunakan mayoritas
konstruksi kayu karena lebih cepat dan ringan.
4. Identifikasi pattern Rsik/Peril
Penggunaan tangga yang tidak diberi pagar dapat membahayakan
pengguna bangunan. Namun hal tersebut memberikan kesan alami agar
perpindahan angin dapat terjadi secara langsung.
2. Studi Kasus Objek 2 : Student Dormitory of Hangzhou Qianjiang Campus, China
Berdasarkan hasil analisis identifikasi pattern biophilic design yang diterapkan
pada Student Dormitory of Hangzhou Qianjiang Campus menunjukkan bahwa
bangunan ini menerapkan 6 pattern biophilic design pada desain bangunan, yaitu:
• P1 – Visual connection with nature
• P2 – Non visual connection with nature
• P3 – Non rhythmic sensori stimuli
• P7 – Connection with natural system
• P11 – Prospect
• P12 – Refuge
Berikut merupakan hasil analisis dari masing-masing pattern yang diterapkan
pada Student Dormitory of Hangzhou Qianjiang Campus (Student Dormitory of
Hangzhou No.2 High School Qianjiang Campus / UAD | ArchDaily) :
1. Identifikasi pattern Visual connection with nature
Penerapan pattern ini menyesuaikan konsep lingkungan arsitektur hijau
dimana terdapat banyak ruang terbuka hijau dan tumbuhan-tumbuhan yang
ditanam. Sehingga lingkungan sekoitar bangunan terasa alami dan sejuk.
Gambar 11. Penggunaan material kayu pada ruang bersama.
Sumber : archdaily.com
Gambar 12. Konsep tangga tanpa pagar untuk kesan alami.
Sumber : archdaily.com
Page 10
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020
144
Seperti yang telah ditunjukkan pada gambar di atas, bangunan ini
memanfaatkan bukaan cukup dan membuat lansekap alam dengan hadirnya taman
yang luas di tengah bangunan. Sehingga pengguna mendapatkan view ke alam.
2. Identifikasi Non visual connection with nature
Banyaknya bukaan pada bangunan ini menjadi akses bagi masuknya
udara, aroma serta suara dari luar ke dalam bangunan. Konsep bangunan yang
terbuka dan mendukung kehadiran keanekaragaman hayati membuat banyak
flora fauna yang hinggap di sekitar lingkungan bangunan sehingga
memberikan stimuli melalui hubungan langsung pengguna dengan unsur-
unsur alam tersebut.
3. Identifikasi pattern Non rhythmic sensori stimuli
Terdapat kolam disekitar lingkungan menghasilkan refleksi air dari
lingkungan sekitar. Sehingga kesan alam pun semakin terasa. Dan juga dapat
memberikan stimulasi ingatan dan menstabilkan emosi pengguna bangunan
tersebut.
Gambar 13. Penerapan pattern visual connection with
nature pada Student Dormitory of Hangzhou.
Sumber : archdaily.com
Gambar 14. Penerapan pattern non visual connection with
nature pada Student Dormitory of Hangzhou.
Sumber : archdaily.com
Page 11
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020
145
4. Identifikasi pattern Connection with natural system
Banyaknya ruang terbuka hijau menjadikan bangunan ini sebagai habitat
bagi berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Hadirnya unsur alam berupa flora
dan fauna ini menimbulkan terjadinya koneksi dengan sistem alam yang terus
bertumbuh dan berkembang. Ditambah lagi melalui hadirnya bukaan
memberikan akses bagi pengguna menjadi peka terhadap situasi cuaca dan
iklim yang terjadi di luar bangunan.
Hadirnya kolam sebuah kolam disekitar bangunan menstimulasi pengguna
lebih peka terhadap makhluk hidup lain, dan juga memberikan kesan sejuk
dan segar pada sekitar bangunan.
5. Identifikasi pattern Prospect
Penerapan pandangan yang luas dan terbuka dapat memberikan efek yang
baik untuk pengguna bangunan. Hal ini dikarenakan dengan view langsung
yang alami dapat memberikan kebebasan gerak pada pengguna.
Gambar 15. Refleksi air dari kolam dapat menstabilkan
emosi.
Sumber : archdaily.com
Gambar 16. Layout bangunan Student Dormitory of Hangzhou.
Sumber : archdaily.com
Gambar 17. Ruang Bersama pada balkon Student
Dormitory of Hangzhou.
Sumber : archdaily.com
Page 12
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020
146
6. Identifikasi pattern Refuge
Kondisi pengguna pada bangunan seringkali membutuhkan privasi
dimana komunikasi dengan orang lain dapat dikontrol. Sehingga terdapat
sekat-sekat yang dihadirkan dalam interior ruang asrama.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa identifikasi penerapan biophilic
design pada fasilitas pendidikan dapat dilakukan dengan menerapkan semua pola
biophilic design. Dari identifikasi penulis terhadap penerapan pola biophilic design
tersebut terdapat sembilan pola yang masih memungkinkan untuk dapat diaplikasikan
pada bangunan fasilitas Pendidikan, yaitu :
1. Visual Connection with nature
2. Non visual connection with nature
3. Non rhythmic sensori stimuli
4. Thermal and airflow variability
5. Connection with natural system
6. Prospect
7. Refuge
Hasil identifikasi juga menunjukkan semua penerapan biophilic design harus
tetap memperhatikan lokasi peletakkan tanaman atau fitur air yang berisiko merusak
barang yang ada di sekitarnya. Bukaan yang besar dapat menjadi akses pemandangan dan
aliran udara dari dalam ruang. Hasil analisis penerapan biophilic design pada interior
fasilitas pendidikan ini menunjukkan semua pola biophilic design dapat diterapkan pada
bangunan boarding school meskipun tidak semua elemen interior dapat menerapkan
semua pola.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT atas rahmat yang diberikan
serta orang tua dan keluarga yang telah mendukung dalam penulisan jurnal. Kemudian
untuk Ibu Ir. Eva Elviana, MT. dan Ibu Ir. Niniek Anggriani, MT. atas bimbingannya
serta masukan yang bermanfaat. Selain itu penulis juga berterima kasih kepada teman-
teman discord yang selalu setia menemani penulis dalam proses penulisan jurnal.
DAFTAR PUSTAKA
Asrama Pesantren Tahfizh Akhwat (1 & 2) / Bitte Design Studio | ArchDaily (no date).
Available at: https://www.archdaily.com/937647/asrama-pesantren-tahfizh-
akhwat-1-and-2-bitte-design-
studio?ad_source=search&ad_medium=search_result_all (Accessed: 28 May
Gambar 18. Pemberian Batasan atau sekat pada ruang asrama.
Sumber : archdaily.com
Page 13
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 2, November 2020
147
2020).
Asriani, P., Sa, C. and Akbar, D. (2017) ‘Pendidikan Karakter Dalam Kegiatan
Pembelajaran’, Seminar Nasional : Pengembangan Profesionalisme Pendidik
Untuk Membangun Karakter Anak Bangsa, 2, pp. 1–7. Available at:
http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/gtk/article/viewFile/314/297
(Accessed: 21 May 2020).
Browning, W., Ryan, C. and Clancy, J. (2014) 14 Patterns of Biophilic Design, Terrapin
Bright Green,LLC. New York: Terrapin Bright Green Ilc.
Hadny, A. (2017) ‘Penerapan Teori Biophilic Design Dalam Strategi Perancangan
Sekolah Alam Sebagai Sarana Pendidikan Dasar Di Karanganyar’, Arsitektura.
Universitas Sebelas Maret, 15(2), P. 406. Doi: 10.20961/Arst.V15i2.14912.
Huisman, E. R. C. M. et al. (2012) ‘Healing environment: A review of the impact of
physical environmental factors on users’, Building and Environment. Pergamon,
58, pp. 70–80. doi: 10.1016/j.buildenv.2012.06.016.
Kalonica, K., Kusumarini, Y. and Rakhmawati, A. (2019) ‘Identifikasi Penerapan
Biophilic Design pada Interior Fasilitas Pendidikan Tinggi’, Dimensi Interior,
17(1), pp. 1–9. doi: 10.9744/interior.17.1.1-9.
Kellert, S. R. (2008) ‘Dimensions, Elements, and Attributes of Biophilic Design’, in
Kellert, S. R., Heerwagen, J. H., and Mador, M. L. (eds) Biophilic Design: The
Theory, Science and Practice of Bringing Buildings to Life. Hoboken, NJ: John
Wiley & Sons, Inc., pp. 3–19. Available at:
https://www.researchgate.net/profile/Stephen_Kellert/publication/284608721_D
imensions_elements_and_attributes_of_biophilic_design/links/56619da108ae49
31cd59f2ed.pdf (Accessed: 21 May 2020).
Standar, B. and Pendidikan, N. (2011) ‘Standar Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Tinggi’.
Student Dormitory of Hangzhou No.2 High School Qianjiang Campus / UAD |
ArchDaily (no date). Available at: https://www.archdaily.com/931105/student-
dormitory-of-hangzhou-n-high-school-qianjiang-campus-
uad?ad_source=search&ad_medium=search_result_all (Accessed: 29 May
2020).
Subroto, M. A., Priatman, J. and Rahardjo, J. (2015) Analisa Kesadaran Biophilia Pada
Mahasiswa Calon Pengguna Gedung P1 Dan P2 Universitas Kristen Petra
Surabaya, Jurnal Dimensi Utama Teknik Sipil.