Page 1
PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN SKIZOFRENIA
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG ASOKA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Keperawatan
OLEH :
NOPRIADI S. RAMBA
NIM: P00320015086
KEMENTERIAN KEREHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
Page 2
HALAMAN PENGESAHAN
PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN SKIZOFRENIA
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG ASOKA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Disusun dan Diajukan oleh:
NOPRIADI S. RAMBA
NIM: P00320015086
Telah Dipertahankan Di Hadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal 7 Agustus 2018 Dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat
Mengetujui :
1. Hj. Nurjannah, B.sc., S.Pd., M.Kes (……………………………….)
2. Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………………….)
3. Sitti Muhsinah M.Kep.,Sp.KMB (……………………………….)
4. Akhmad, SST.,M.Kes (……………………………….)
5. Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc (……………………………….)
Mengetahui :
Ketua Jurusan Keperawatan
Indriono Hadi,S.Kep,Ns,M.Kes
NIP. 197003301995031001
Page 3
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nopriadi S. Ramba
NIM : P00320015086
Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan
Judul KTI :PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA
PASIEN SKIZOFRENIA DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG ASOKA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI
TENGGARA.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 3 Agustus 2018
Yang Membuat Pernyataan.
Nopriadi S. Ramba
Page 4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama : Nopriadi S. Ramba
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Kendari, 18 November 1997
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Suku/ Bangsa : Toraja/ Indonesia
5. Agama : Kristen Protestan
6. Instagram : Novriadi.S_Ramba
7. Alamat : Kel. Ambalodangge, Kec. Laeya,
Kab. Konawe Selatan.
II. Jenjang Pendidikan
1. TK Melati Mekar Tamat Tahun 2003
2. SD Negeri 1 Punggaluku Tamat Tahun 2009
3. SMP Negeri 1 Lainea Tamat Tahun 2012
4. SMA Negeri 3 Konawe Selatan Tamat Tahun 2015
5. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan Tahun
2015-2018
Page 5
Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apapun juga tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur (Filipi 4:6)
Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa
merendahkan diri, ia akan ditinggikan (Lukas 14:11)
Kerjakanlah, wujudkanlah, dan railah cita-citamu dengan memulainya dari bekerja
Bukan hanya menjadi beban didalam impianmu
Karya tulis ini kupersembahkan
Untuk Agama, Bangsa, dan
ALMAMATERKU
Nopriadi S. Ramba
Page 6
ABSTRAK
Novriadi S. Ramba (P00320015086) “Penerapan Aktivitas Terjadwal Pada Pasien Skizofrenia Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulawesi Tenggara dengan Pembimbing I bapak Akhmad dan
Pembimbing II bapak Muhaimin Saranani, (xiii + 51 halaman + 1 tabel + 11
lampiran) Skizofrenia adalah heterogen kronis yang ditandai dengan pola pikir
yang tidak terlalu teratur, delusi, halusinasi,perubahan prilaku yang tidak tepat
serta adanya gangguan fungsi psikologi ODS (Orang dengan skizofrenia) menarik
diri dari orang lain dan kenyataaan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi
yang penuh delusi dan halusinasi. aktivitas terjadwal dimulai dengan manajemen
waktu yang sederhana inti dari penjadwalan aktivitas adalah kita membuat
rencana pemanfaatan waktu yang efektif. Menyusun jadwal juga memerlukan
strategi supaya efektif. Bagaimana penerapan aktivitas terjadwal pada pasien
skizoprenia dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas. Penelitian studi kasus ini
menggunakan desain penelitian deskriptif bertujuan untuk melakukan penerapan
aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas
untuk mengontrol halusinasi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien
skizofrenia yang mengalami halusinasi pendengaran yang kooperatif. Hasil dan
kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada pengaruh pemberian terapi aktivitas
terjadwal pada pasien skizofrenia yang salah satu gejalanya yaitu adanya
halusinasi ditandai dengan pada saat tidak melakukan aktivitas pasien terlihat
berbicara sendiri, mulut komat-kamit, dan terlihat menyendiri sedangkan pada
saat pasien melakukan aktivitas yang terjadwal pasien terlihat sibuk dengan
kegiatan yang dia lakukan sehingga pasien dapat mengontrol halusinasinya dan
tidak memiliki waktu luang untuk mendengarkan suara-suara tidak nyata yang
sering muncul.Saran diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan sebagai
pedoman dalam mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan
kebutuhan aktivitas.
Kata Kunci : Penerapan Aktivitas Terjadwal, Skizofrenia, Kebutuhan Aktivitas.
Daftar Bacaan : 19 (2000-2017)
Page 7
KATA PENGANTAR
Syalom, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha
ESA, Karena berkat rahmat dan penyertaan-Nya jugalah sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini yang berjudul “penerapan aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia
dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas terjadwal di ruang asoka Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulawesi Tenggara” dapat terselesaikan.
Sejak rencana penulisan hingga terselesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini penulis banyak mengalami kesulitan dan tantangan. Namun berkat saran,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka semua masalah dapat
terselesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih kepada:
1. Allah Bapa Di Sorga atas berkat dan kasih Karunia serta penyertaan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Kepada orang tuaku ibunda Riana Ramba tercinta yang selalu menjadi
sumber inspirasi dan memberikan dukungan, semangat dan selalu
mendoakan penulis sampai dengan detik ini dan untuk ayahanda
almarhum Andarias S juga saya ucapkan terimakasih karena sudah
merawat penulis meskipun hanya saat sampai umur 5 tahun saja tapi itu
merupakan sukacita tersendiri, berkat usaha kerja keras ayah juga sehingga
anak-anaknya bisa menempuh pendidikan lebih tinggi.
3. Saudara-saudariku Marnita Ramba, Am.Farm, Jhoni Ramba, S.Pd, Susti
Siola Ramba, Am.Keb, dan Rahmat Salim serta keluarga besar tersayang
yang selalu memberi dukungan, semangat dalam setiap proses yang dilalui
penulis.
4. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari
5. Direktur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah
memberikan izin kepeda peneliti untuk melakukan penelitian.
6. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara
yang telah memberikan izin penelitian.
Page 8
7. Bapak Indriono Hadi, S.Kep,Ns.,M.Kes selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari
8. Bapak Akhmad, SST.,M.Kes selaku pembimbing I dan bapak Muhaimin
Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku pembimbing II yang telah membimbing
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Ibu Hj. Nurjannah, B.sc., S.Pd., M.Kes selaku penguji I, Bapak
Indriono Hadi, S.Kep,Ns.,M.Kes selaku penguji II dan Ibu Sitti Muhsinah
M.Kep.,Sp.KMB selaku penguji III yang telah memberikan kritik dan
saran dalam Karya Tulis Ilmiah ini serta seluruh dosen staf yang telah
mendidik dan membantu penulis selama menjalani pendidikan di Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
10. Kepala ruangan asoka beserta Staf yang telah membantu dan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
11. Sahabat-sahabatku Muhammad Afif La Asat, Masni Astuti, Rismayanti
dan seluruh rekan-rekan mahasiswa jurusan keperawatan poltekkes
kemenkes kendari angkatan 2015 yang telah banyak membantu serta
semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya penulis menyampaikan maaf atas segala kekurangan
yang terdapat pada penulisan ini, kritik dan saran sangat diharapkan demi
kesempurnaan tulisan ini.
Kendari, 3 Agustus 2018
Penulis
Page 9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN SAMPUL DALAM .....................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................ii
HALAMAN KEASLIAN PENULISAN ..........................................................iii
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................iv
MOTTO ...........................................................................................................v
ABSTRAK ........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ......ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................5
C. Tujuan Studi Kasus ................................................................................5
D. Manfaat Studi Kasus ..............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Skizofrenia ......................................................................7
1. Definisi Skizofrenia ..........................................................................7
2. Etiologi ............................................................................................7
3. Klasifikasi Skizofrenia......................................................................9
4. Manifestasi Klinik Skizofrenia..........................................................11
5. Discharge Planning ...........................................................................13
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Skizofrenia ....................................14
1. Pengkajian .......................................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................19
3. Perencanaan Keperawatan ...............................................................19
4. Implementasi ...................................................................................20
5. Evaluasi ...........................................................................................21
C. Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas ........................................................22
1. Pengertian ........................................................................................22
2. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Kebutuhan Aktivitas ................22
Page 10
3. Jenis Aktivitas (Mobilisasi) ..............................................................24
4. Jenis Latihan.....................................................................................25
5. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas ..............................................26
6. Pelaksanaan Pemenuhan Aktivitas dan Latihan .................................27
D. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Aktivitas .............................................29
1. Pengkajian .......................................................................................29
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Rancangan Studi Kasus ..........................................................................33
B. Subjek Studi Kasus.................................................................................33
C. Fokus Studi Kasus ..................................................................................34
D. Definisi Operasional Studi Kasus ...........................................................34
E. Metode Pengumpulan Data .....................................................................34
F. Tempat dan Waktu Studi Kasus ..............................................................35
G. Penyajian Data .......................................................................................35
H. Etika Studi Kasus ...................................................................................35
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus ...................................................................................37
B. Pembahasan Studi Kasus ........................................................................47
C. Keterbatasan Studi Kasus .......................................................................48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................50
B. Saran ......................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Page 11
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1 Tabel Jadwal Aktivitas Harian.................................................................. 54
Page 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan
Lampiran 2 Informasi & Pernyataan Persetujuan (informed consent)
Lampiran 3 Instrumen Studi Kasus
Lampiran 4 Strategi Pelaksanaan
Lampiran 5 Jadwal aktivitas Harian
Lampiran 6 Format Pengkajian
Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes Kendari
Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 9 Surat Keterangan Izin Dari Badan Penelitian Dan Pengembangan
Prov. Sultra
Lampiran 10 Surat Keterangan Izin Penelitian Dari RSJ Prov. Sultra
Lampiran 11 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari RSJ Prov. Sultra
Lampiran 12 Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 13 surat permohonan izin penelitian dari jurusan
Page 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang
signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016),
terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar,
21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
WHO menyatakan bahwa jika 10% dari populasi mengalami masalah
kesehatan jiwa maka harus mendapat perhatian karena termaksud rawan
kesehatan jiwa. Masalah gangguan kesehatan jiwa memang sudah menjadi
masalah yang serius dan perlu perhatian khusus. Satu dari empat orang di
dunia mengalami masalah mental atau sekitar 450 juta orang di dunia
mengalami gangguan jiwa, di Indonesia diperkirakan mencapai 264 dari 1000
jiwa penduduk yang mengalami gangguan jiwa (yosep,2009).
Menurut Kementrian Kesehatan (Kemenkes) hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan, jumlah gangguan jiwa berat atau
dalam istilah medis disebut psikosis / skizofrenia di daerah pedesaan ternyata
lebih tinggi yang mengalami gangguan jiwa berat dan pernah dipasung
mencapai 18,2%, dibandingkan daerah perkotaan hanya mencapai 10,7%.
Jumlah gangguan skizofrenia yakni psikosis ada sekitar 0,46% dari jumlah
penduduk Indonesia atau sekitar 1.065.000 juta jiwa. Kemudian jumlah
masalah mental emosional yakni depresi dan ansietas sebanyak 11,60% dari
jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 24.708.000 jiwa.
Page 14
Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak dan bentuk
psikosis fungsional yang paling berat, menyebabkan timbulnya
pikiran,persepsi,emosi,gerakan,dan prilaku yang terganggu dan tergolong ke
dalam jenis gangguan mental yang serius (Videbeck,2008:348).
“Gejala skizofrenia terbagi menjadi dua bagian yaitu gejala positif atau
gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi,dan disorganisasi pikiran,
bicara,dan prilaku yang tidak teraktur, serta gejala negtaif atau gejala samar
seperti afek datar,tidak memiliki kemauan,dan menarik diri dari masyarakat
atau merasa tidak nyaman” (Videbeck,2008:348). Salah satu gejala utama
psikosis skizofrenia adalah adanya halusinasi. Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana klien biasanya mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi (Muhith, 2015).
Berdasarkan data yang didapatkan di rumah sakit jiwa Sulawesi
Tenggara, jumlah pasien rawat inap pada tahun 2016 mencapai 869 dan di
tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 892 pasien, terdiri dari
skizofrenia berjumlah 800 pasien, gangguan mental 40 pasien, episode
depresi 29 pasien, gangguan hiperkinetik 9 pasien, sindrom amnestik 4
pasien, gangguan mental 4 pasien, demensia 3 pasien, gangguan psikotik 1
pasien, gangguan anxietas fobik 1 pasien,dan retardasi mental 1 pasien.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Brunelin et al. (2012) dari
50% sampai 70% pasien skizofrenia mengalami gangguan presepsi
sensori halusinasi pendengaran. Klien yang mengalami halusinasi
pendengaran karena pasien tidak mampu mengontrol dan mengenal
halusinasi tersebut. Halusinasi pendengaran biasanya auskustik dan
Page 15
auditif seperti mendengar bisikan manusia, hewan, ataupun kejadian
alamiah dan suara musik (Maramis, 2009).
Menurut Doengoes, dkk (2008) gangguan skizofrenia dapat
menyebabkan perubahan kemampuan/ kesiapan seseorang untuk merawat
diri. Penyakit ini ditandai dengan ketidak mampuan menilai realita, dimana
penderita sering mendengar suara bisikan, berperilaku aneh, dan mempunyai
kepercayaan yang salah yang tidak dapat dikoreksi. Akibatnya, mereka akan
mengalami kemunduran dalam berbagai aspek kehidupan seperti pekerjaan,
hubungan sosial, dan kemampuan merawat diri, yang bisa menyulitkan
kehidupan pribadai, keluarga, maupun kehidupan sosial penderitanya.
Buntutnya, mereka cenderung menggantungkan sebagian besar aspek
kehidupannya pada orang lain (Lilis Trihardani,dkk,2009).
Penelitian Yessy Karmelia (2012) dengan judul Pengaruh TAK
Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Klien
Halusinasi Diruang Cendrawasi RSJ Prof HB Saanin Pada Tahun 2012.
Hasilnya tidak sampai separuh responden dikategorikan mampu mengontrol
halusinasi sebelum pemberian TAK halusinasi stimulasi persepsi. Halusinasi
jika tidak segera diatasi akan menimbulkan beberapa resiko yang berbahaya,
diantaranya perilaku kekerasan yang berakibat sampai pada menciderai diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan (maramis,2005. Dalam
Kristiadi,dkk,2015)
Pada klien gangguan jiwa sering terlihat adanya kemunduran yang
ditandai dengan hilangnya motivasi dan tanggung jawab, apatis, menghindar
dari kegiatan, dan hubungan sosial. Kemampuan dasar sering terganggu,
Page 16
seperti activities of daily living (ADL). Situasi tersebut mengakibatkan klien
gangguan jiwa tidak dapat berperan sesuai dengan harapan lingkungan
dimana ia berada. Klien gangguan jiwa tidak mampu melakukan fungsi dasar
secara mandiri misalnya kebersihan diri, penampilan dan sosialisasi. Klien
seperti ini tentu akan ditolak oleh keluarga dan masyarakat (Keliat, 1996.
Dalam Trihardani,dkk,2009).
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup (Hidayat, 2012 hlm
228). Kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas seperti berdiri,
berjalan, dan bekerja merupakan salah satu dari tanda kesehatan individu
tersebut dimana kemampuan aktivitas seseorang tidak lepas dari adekuatan
sistem persyarafan dan musculoskeletal. Aktivitas fisik yang kurang memadai
dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem musculoskeletal seperti
atrofo otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan
fungsi organ internal lainnya (Hidayat, 2012 hlm. 229).
Salah satu cara mengontrol halusinasi yang dilatihkan kepada pasien
adalah melakukan aktivitas harian terjadwal. Kegiatan ini dilakukan dengan
tujuan tujuan untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi yaitu dengan
prinsip menyibukkan dirimelakukan aktivitas yang teratur (Yosep, 2011 hlm
124).
Prinsip aktivitas terjadwal dimulai dengan manajemen waktu yang
sederhana. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk mengelola
waktu adalah penjadwalan. Inti dari penjadwalan aktivitas adalah kita
Page 17
membuat rencana pemanfaatan waktu. Menyusun jadwal juga memerlukan
strategi supaya efektif (Kristiadi,dkk,2015).
Hal ini sangat diperlukan motivasi kepada pasien tentang
pentingnya membuat aktivitas secara terjadwal, menurut (Nursalam &
Efendi, 2008). Motivasi merupakan suatu dorongan dari internal dan
eksternaldari dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya
hasrat atau minat, dorongan atau penghormatan atas dirinya,
lingkungan yang baik, serta kegiatan yang menarik. Adapun aktivitas
adalah suatu tindakan,kegiatan ataupun serangkaian kegiatan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut penulis tertarik
untuk melakukan penulisan karya tulis ilmiah dengan judul penerapan
aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas di ruang asoka Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan aktivitas terjadwal pada pasien skizoprenia dalam
pemenuhan kebutuhan aktivitas ?
C. Tujuan Studi Kasus
Tujuan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan ini adalah untuk mendokumentasikan penerapan
asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan ini adalah untuk :
Page 18
a. Melakukan penerapan aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia dalam
pemenuhan kebutuhan aktivitas.
b. Penerapan aktivitas terjadwal dalam mengontrol halusinasi
D. Manfaat Studi Kasus
Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Rumah Sakit
Menambah wawasan ilmu dibidang keperawatan dalam penerapan
aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas.
2. Bagi institusi pendidikan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat dijadikan
salah satu bagian dari pembelajaran asuhan keperawata pada pasien
skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas pada Diploma DIII
Keperawatan terkhusus pada program matakuliah keperawatan jiwa.
3. Bagi peneliti
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,
khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan
aktivitas pada pasien skizofrenia. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi
peneliti dalam menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas.
Page 19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Skizofrenia
1. Definisi skizofrenia
Skizofrenia adalah heterogen kronis yang ditandai dengan pola
pikir yang tidak terlalu teratur, delusi, halusinasi,perubahan prilaku yang
tidak tepat serta adanya gangguan fungsi psikologi . gangguan pemikiran
tidak saling berhubungan secara logis; persepsi dan perhatian yang
keliru; afek yang datar atau tidak sesuai; dan berbagai gangguan aktivitas
motorik yang bizzare. ODS (Orang dengan skizofrenia) menarik diri dari
orang lain dan kenyataaan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi
yang penuh delusi dan halusinasi (Nurarif & Kusuma,2015).
2. Etiologi
Beberapa faktor penyebab skizofrenia:
1. Keturunan
Telah dibuktukan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi
saudara tiri 0,9-1,8%, bagi saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan
salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 40-68%, kembar 2
telur 2-5% dan kembar satu telur 61-68%.
2. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubungan dengan saling timbulnya
skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium
dan waktu klimakterium. Tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
Page 20
3. Metabolisme
Metabolisme Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia
tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu
makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita
dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini
masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.
4. Susunan saraf pusat
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada
diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan
mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan
artefakt pada waktu membuat sediaan.
5. Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga
sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau
fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu
suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat
mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia
merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga
timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut
menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
6. Teori Sigmund Freud
Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena
penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan
sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu
Page 21
regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk
pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak
mungkin.
7. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini
yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni
antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi
gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan
proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme)
gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau
gangguan psikomotorik yang lain).
3. Klasifikasi skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan
gejala utama antara lain :
1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses
berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis
ini timbulnya perlahan-lahan.
2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada
masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah
gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya
depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti
Page 22
mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering
terdapat, waham dan halusinasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta
sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah
katatonik atau stupor katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-
waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti
ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan
kemauan.
5. Episode Skizofrenia akut
Gejala skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam
keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini
timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri
berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus
baginya.
6. Skizofrenia Residual
Keadaan skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak
jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah
beberapa kali serangan Skizofrenia.
7. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan
juga gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-
Page 23
manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi
mungkin juga timbul serangan lagi.
4. Manifestasi klinik
1. Gejala episode akut dari skizofrenia meliputi tidak bisa membedakan
antara khayalan dan kenyataan; halusianasi (terutama
mendengarsuara-suara bisikan); delusi (keyakinan yang salah namun
dianggap benar oleh penderita); ide-ide karena pengaruh luar
(tindakannya dikendalikan oleh pengaruh dari luar dirinya); proses
berpikir yang tidak berurutan (asosiasi longgar); ambifen (pemikiran
yang saling bertentangan); datar, tidak tepat atau efek yang labil;
autisme (menarik diri, dari lingkungan sekitar dan hanya memikirkan
dirinya); tidak mau bekerjasama; menyukai hal-hal yang yang dapat
menimbulkan konflik pada lingkungan sekitar dan melakukan
serangan balik secara verbal maupun fisik kepada orang lain; tidak
merawat diri sendiri; dan gangguan tidur maupun nafsu makan.
2. Setelah terjadinya episode psikotik akut, biasanya penderita
skizofrenia mempunyai gejala-gejala sisa (cemas, curiga, motovasi
menurun, kepedulian berkurang, tidak mampu memutuskan sesuatu,
menarik diri dari hubungan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar,
sulit untik belajar dari pengalaman dan tidak bisa merawat diri
sendiri).
Gejala (menurut bleuler, dalam Nurarif & Kusuma,2016) :
Page 24
1. Gejala Primer
a. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang
paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
b. Gangguan afek emosi
1) Terjadi kedangkalan afek-emosi
2) Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
3) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu
kesatuan
4) Emosi berlebihan
5) Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi
yang baik
c. Gangguan kemauan
1) Terjadi kelemahan kemauan
2) Perilaku negativisme atas permintaan
3) Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh
orang lain
d. Gejala psikomotor
1) Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
2) Stereotipi
3) Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang
lama
4) Echolalia dan echopraxia
Page 25
2. Gejala Sekunder
a. Waham dan Halusinasi
Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang
mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra. halusinasi
pendengaran dan penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi
penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi.
5. Discharge Planning
1. Hindari kebiasaan menyendiri
2. Berusaha untuk menceritakan masalah yang ada dengan teman
terdekat
3. Kenali gejala-gejala penyakit dan konsultasikan dengan dokter
4. Konsumsi makanan yang bergizi
5. Observasi secara ketat perilaku klien
6. Singkirkan semua benda berbahaya
7. Berikan obat dan kesinambungan
8. Menurunkan ketegangan
9. Periksa mulut penderita setelah minum obat
10. Alihkan jika halusinasi
11. Fokus dan kuatkan realitas.
Page 26
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Skizofrenia
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, asal suku bangsa, agama, status perkawinan, pendidikan,
tanggal MRS (masuk rumah sakit) dan nama orang tua serta pekerjaan
orang tua.
b. Alasan Masuk
Mengkaji alasan klien dibawa ke rumah sakit serta upaya apa yang
telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah klien.
c. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Terdapat lesi pada area frontal, temporal, dan limbik.
2) Faktor Perkembangan
Rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan
individu tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang
percaya diri dan lebih rentan terhadap stres adalah merupakan salah
satu tugas perkembangan yang terganggu.
3) Faktor Sosiokultural
Individu yang merasa tidak diterima lingkungannya akan merasa
disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
Page 27
4) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stres yang berlebihan dialami individu maka didalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halus nogenik neuro kimia
seperti Buffofenon dan Dimety transferase (DMP). Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktifasinya neuro transmiter otak.
Misalnya terjadi ketidakseimbangan Acetycholin dan Dopamin.
5) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab, mudah
terjerumus pada penyalah gunaan zat adiktif. Selain itu seseorang
yang pencemas, over protektif, dingin, tidak sensitif, pola asuh
tidak adekuat, konflik perkawinan, koping tidak adekuat juga
berpengaruh pada ketidakmampuan individu dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Individu lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam nyata.
6) Faktor Genetik
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang di asuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung akan mengalami skizofrenia juga.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang kita lakukan adalah mengkaji tanda – tanda
vital, suhu, nadi, respirasi dan ukur BB.
Page 28
e. Faktor Presipitasi
Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut
Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan harga diri rendah
kronik adalah:
1) Biologis
Stresor biologis yang berespon neurobiologis maladaptif
meliputi : gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak,
yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
3) Pemicu Gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimuli yang sering
menimbulkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasanya
terdapat pada respon neurobiologis maladaptif yang berhubungan
dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu.
Page 29
f. Status Mental
1) Mengobservasi penampilan klien meliputi: penampilan tidak rapi,
penggunaan pakaian, cara berpakaian.
2) Mengobservasi pembicaraan meliputi: pembicaraan cepat, keras,
gagap, membisu, lambat, apatis, pembicaraan berpindah-pindah.
3) Mengobservasi aktivitas motorik meliputi: lesu, tegang, gelisah,
tremor.
4) Mengobservasi alam perasaan meliputi: sedih, putus asa, gembira,
ketakutan, khawatir.
5) Mengobservasi afek meliputi: datar, tumpul, labil, emosi tidak
sesuai.
6) Mengobservasi interaksi selama wawancara meliputi:
bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, defensif,
curiga.
7) Mengkaji persepsi meliputi: jenis harga diri rendah kronik, isi
harga diri rendah kronik, frekuensi, dan perasaan klien terhadap
harga diri rendah kronik.
8) Mengobservasi proses pikir meliputi: pembicaraan klien yang
berbelit-belit, tidak logis, memotong pembicaraan, pembicaraan
diulang-ulang.
9) Mengobservasi kemampuan penilaian dalam pengambilan
keputusan.
10) Mengobservasi daya tilik diri terhadap penyakit.
Page 30
g. Penilaian Stresor
Studi mengenai relaps dan eksaserbasi gejala menimbulkan
bahwa stres, penilaian individu terhadap stresor, dan masalah koping
dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan
gejala. Model diathesis stres menjelaskan bahwa gejala
skizofrenia muncul berdasarkan hubunganan stres yang dialami
individu dan ambang toleransi terhadap stres internal.
h. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor berlebihanya informasi pada saraf yang
menerima dan memproses inflamasi di thalamus frontal otak.
i. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon
neurobiologi.
j. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Mengkaji apakah klien mengalami masalah dalam dukungan
kelompok, lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi
dan pelayanan kesehatan.
k. Aspek Medik
Menuliskan diagnosis medis klien yang telah dirumuskan oleh
dokter dan obat yang harus diminum klien.
Page 31
l. Kebutuhan Persiapan Pulang
Mengobservasi kemampuan klien saat makan, defekasi,
berpakaian, mandi, istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan
kesehatan, aktivitas didalam rumah dan diluar rumah.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada pasien Skizofrenia
(NANDA NIC-NOC,). Masalah keperawatan utama pada skizofrenia
adalah:
a. Konfusi akut
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 6x24 jam dengan NOC :
perilaku patuh: aktivitas yang disarankan. Dengan kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi manfaat yang diharapkan dari aktivitas fisik : tidak
pernah menunjukkan (1) – secara konsisten menunjukkan (5).
b. Mengidentifikasi hambatan untuk melaksanakan aktivitas fisik yang
di ditentukan : tidak pernah menunjukkan (1) – secara konsisten
menunjukkan (5).
c. Menggunakan strategi untuk mengalokasikan waktu untuk aktivitas
fisik : tidak pernah menunjukkan (1) – secara konsisten menunjukkan
(5).
d. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik sehari-hari yang ditentukan : tidak
pernah menunjukkan (1) – secara konsisten menunjukkan (5).
Page 32
e. Menggunakan buku harian untuk memantau kemajuan dalam
aktivitas fisik yang ditentukan : tidak pernah menunjukkan (1) –
secara konsisten menunjukkan (5).
f. Melaporkan gejala yang dialami selama aktivitas : tidak pernah
menunjukkan (1) – secara konsisten menunjukkan (5).
NIC : Stimulasi kognitif (peningkatan kesadaran yang komprehensif
terhadap sekeliling [lingkungan sekitar] melalui penggunaan stimulus
yang terencana).
1. Dorong penggunaan program multi stimulasi (misalnya, bernyanyi
dan mendengar musik, aktivitas-aktivitas kreatif, latihan,
percakapan, interaksi sosial atau pemecahan masalah) untuk
meningkatkan dan melindungi kapasitas kognisi.
2. Dorong stimulasi kognisi diluar tempat kerja seperti aktivitas
membaca atau keikutsertaan aktif dalam aktivitas seni dan budaya.
3. Berikan stimulasi sensori yang terencana ( gunakan televisi, radio,
atau musik).
4. Gunakan alat bantu memori: ceklis, jadwal, dan catatan peringatan.
5. Berikan instruksi verbal dan tertulis.
4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses
keperawatan dimana pada tahap ini tindakan yang telah di rencanakan
oleh perawat di laksanakan dalam membantu pasien mencegah,
mengurangi dan menghilangkan dampak atau respon yang di timbulkan
oleh masalah keperawatan dan kesehatan.
Page 33
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan
yang berfungsi untuk menilai sejauh mana keberhasilan yang telah
dicapai selama melakukan proses keperawatan serta melihat apa yang
sudah dipecahkan dan dinilai kembali.
Tujuan evaluasi adalah untuk meberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu peleyanan keperawatan
melalui perbandingan-perbandingan pelayanan keperawatan yang telah
diberikan serta sesuai dengan standar tujuan yang telah ditentukan.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut :
1) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria/rencana yang telah
disusun.
2) Hasil tindakan keperawatan berdasarkan kriteria keberhasilan yang
telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Hasil evaluasi Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
a. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/ kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah
diterapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan ini tidak tercapai
secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara
mengatasinya.
c. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/ kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah
baru. Dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara
Page 34
lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa,
tindakan, dan factor-faktor lain yang tidak sesuai yang
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
C. Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas
1. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas
seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Adapun sistem tubuh yang berperan
dalam kebutuhan aktivitas antara lain: tulang, otot dan tendon,
ligamen, sistem saraf dan sendi.
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup .
Latihan merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh.
2. Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas
a. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu
fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya
berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya
kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan,
fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi
pelindung organ-organ dalam. Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang
Page 35
pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang
vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur
dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung
dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi
kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan
diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan
terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu
pada masa dewasa.
b. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan
tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan
insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang
bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar
dapat berfungsi kembali.
c. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang
dengan tulang. Ligament bersifat elastic sehingga membantu
fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut
merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus
akan mengakibatkan ketidakstabilan.
d. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula
spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat).
Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki
Page 36
fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf
pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan
kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat
mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan
pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan
sensorik pada daerah radial tangan.
e. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu.
Sendi membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan
gerakan antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang.
Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang
merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago
artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan
synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan
jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.(Alimul
H. A. Aziz, 2009)
3. Jenis Aktivitas (Mobilitas)
a. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Aktivitas penuh ini merupakan fungsi
saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh
area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
Page 37
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area
tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang
dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami
aktivitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol
motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
1) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada system
musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang.
2) Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reversibel, contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera
tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya system saraf
motorik dan sensorik.(Alimul H. A. Aziz, 2009)
4. Jenis latihan
a. Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan otot
dan sendi.
b. Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada penambahan
daya tahan kardiovaskular.
c. Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot jangka
pendek.
Page 38
Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat
badan atau kemampuan olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur
memperbaiki kinerja sistem kekebalan tubuh, dan membantu mencegah
penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe
2 dan obesitas.
5. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas
Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan
aktivitas seseorang karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-
hari.
b. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi
kemmapuan aktivitas karena dapat mempengaruhi fungsi system
tubuh.
c. Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan, contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan
jauh memiliki kemampuan aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang
yang mengalami gangguan aktivitas (sakit) karena budaya dan adat
dilarang beraktivitas.
d. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
e. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi
alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. Intolerensi aktivitas/
penurunan kekuatan dan stamina, depresi mood dan cemas.(Alimul H,
A Aziz. 2012).
Page 39
6. Pelaksanaan Pemenuhan Aktivitas dan Latihan
a. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan
mobilitas, digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot,
dan fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :
1) Posisi fowler
2) Posisi sim
3) Posisi trendelenburg
4) Posisi Dorsal Recumbent
5) Posisi lithotomi
b. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi
kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih
posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi
roda, dan lain-lain.
c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk
melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak,
serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.
d. Latihan isotonik dan isometrik
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan
ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang
berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan
rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static
Page 40
exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung dan
denyut nadi.
e. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan
pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan
otot.Latihan-latihan itu, yaitu :
1) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
2) Fleksi dan ekstensi siku
3) Pronasi dan supinasi lengan bawah
4) Pronasi fleksi bahu
5) Abduksi dan adduksi
6) Rotasi bahu
7) Fleksi dan ekstensi jari-jari
8) Infersi dan efersi kaki
9) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
10) Fleksi dan ekstensi lutut
11) Rotasi pangkal paha
12) Abduksi dan adduksi pangkal paha
f. Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi
sebagai dampak terjadinya imobilitas.
g. Melakukan Postural Drainase
Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan
sekret dari paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret
Page 41
itu sendiri. Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya
sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran
sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan
fungsi respirasi. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak,
postural drainase lebih efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi
dada.
h. Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis
yaitu dengan cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien
untuk mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril,
dan lain-lain.
D. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Aktivitas
1. Pengkajian
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan
imobilitas adalah sebagai berikut:
a. Riwayat keperawatan sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan/ ganguan dalam mobilitas dan
imobilitas, seperti adanya nyeri kelemahan otot,kelelahan, tingkat
mobilitas dan imobilitas,daerah tergangguanya mobilitas dan
imobilitas dan lama terjadinya imobilitas.
Page 42
b. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit
sistem neurologi (kecelakaan cerebrovascular terauma kepala,
peningkatan tekanan intra keranial, miastenia geravis, guillain barre
cedera midula spinalis, dan lain-lain) riwayat penyakit sisitem
kardiovaskular (infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat
penyakit system musculoskeletal (osteoporosis, fraktur,
artritis),riwayat penyakit sitem pernafasan (penyakit paru obstruksi
menahun, peneumonia, dan lain-lain,riwayat pemkaian obat, seperti
sedative, hipnotik depresan system saraf pusat, laksansia, dan lain-
lain.
c. Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan dan kaki
baik kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan,
kekuatan, atau spastis.
d. Kemampuan mobilitas
Pengkajian ini untuk menilai kemampuan gerak ke posisi
miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
e. Kemampuan rentang gerak
Pengkajian ini dilakukan pada daerah seperti bahu, siku,
lengan, panggul, dan kaki.
Page 43
f. Perubahan intoleransi aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
perubahan pada system pernafasan, antara lain: suara nafas, analisa
gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang
produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Sedangkan yang
berhubungan dengan perubahan system kardiovaskuler, seperti nadi
dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta
perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan
posisi.
g. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Kekuatan otot dapat dikaji secara bilateral atau tidak.
h. Perubahan fisiologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya
gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku,
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-
lain.
i. Pola Kesehatan
1) Aktivitas / Istirahat
Tanda : Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang
terkena.
2) Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon
terhadap nyeri) atau hipotensi (kehilangan darah).
Page 44
3) Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, dan kesemutan
(parestesis).
Tanda : Deformitas lokal angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang
fungsi. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / ansietas atau
trauma lain).
4) Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin
terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang dapat berkurang
pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf. Spasme /
kram otot (setelah imobilitasi).
5) Keamanan
Tanda: Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, dan perubahan
warm. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau
tiba-tiba).(Alimul H. A. Aziz, 2009)
Page 45
BAB III
METODE STUDI KASUS
A. Rancangan Studi Kasus
Penelitian studi kasus ini menggunakan desain penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan
objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk
kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010:
35).
B. Subjek Studi Kasus
Subjek penelitian studi kasus ini adalah satu orang klien skizofrenia yang
berada di Rumah Sakit Jiwa Sulawesi Tenggara.
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2012).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Pasien skizofrenia dengan gejala halusinasi pendengaran di ruang
Asoka Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara yang
kooperatif.
b. Pasien halusinasi pendengaran yang kooperatif.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nusalam,
2012).
Page 46
1. Pasien skizofrenia yang tidak mengalami halusinasi pendengaran.
2. Pasien skizofrenia yang tidak kooperatif.
C. Fokus Studi
1. Kebutuhan Aktivitas Pada pasien skizofrenia
2. Mengontrol halusinasi dengan cara membuat aktivitas terjadwal .
D. Definisi Operasional
1. Skizofrenia
Skizofrenia adalah diagnosa medis/dokter yang menunjukkan gangguan
kejiwaan dimana salah satu gejalanya yaitu adanya halusinasi
pendengaran.
2. Aktivitas terjadwal
Aktivitas terjadwal adalah aktivitas yang dilakukan oleh pasien skizofrenia
yang mengalami halusinasi pendengaran yang telah terjadwal dan dibuat
berdasarkan kesepakatan bersama perawat dengan pasien dari bangun pagi
sampai tidur malam kembali. Aktivitas terjadwal ini diobservasi/
dievaluasi setiap hari terhadap kepatuhan pasien dalam melaksanakan
aktivitas terjadwal yang sudah dibuat.
E. Pengumpulan data
1. Prosedur administrasi pengumpulan data meliputi :
a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal peneliti yaitu
Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan
b. Peneliti meminta surat rekomendasi ke lokasi penelitian yaitu Rumah
Sakit Jiwa Sulawesi Tenggara.
Page 47
c. Peneliti meminta izin kepada Direktur rumah sakit jiwa Sulawesi
Tenggara.
d. Peneliti meminta izin kepada kepala ruangan asoka rumah sakit jiwa
Sulawesi Tenggara.
2. Instrumen pengumpulan data
Peneliti melakukan pemilihan sampel penelitian berdasarkan
pasien yang dirawat pada waktu jadwal penelitian dengan karakteristik
responden yaitu, dikhususkan pada pasien jiwa yang terdiagnosa medis
skizofrenia dengan gejala halusinasi pendengaran, dengan tidak
mempersyaratkan jenis kelamin, pekerjaan dan sosial ekonomi. Dan
peneliti menggunaka instrumen observasi sebagai instrumen penelitian
ini.
F. Tempat dan Waktu Studi Kasus
Penelitian ini telah dilakukan di ruangan asoka Rumah Sakit Jiwa
Sulawesi Tenggara pada tanggal 11 – 14 Juli 2018, selama 4 sift jaga.
G. Penyajian Data
Data yang akan disajikan pada penelitian ini yakni secara tekstural atau
narasi, disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dan respon dari subyek studi
kasus yang merupakan data pendukung dari penelitian.
H. Etika Studi Kasus
Penelitian ini telah diajukan kepada tim program karya tulis ilmiah
Poltekkes Kemenkes Kendari jurusan Keperawatan, adapun etika yang harus
di taati oleh peneliti dalam melaksanakan studi kasus yakni :
Page 48
1. Melakukan pengkajian hingga evaluasi dengan sebenar-benarya yang
berlandaskan teori yang telah dijabarkan pada tinjauan teori
2. Peneliti harus menggunakan komunikasi terapeutik dalam melaksanakan
setiap tindakan keperawatan.
3. Peniliti tetap menjaga privasi subyek peneliti (peneliti)
4. Peneliti harus tetap memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal yang
dapat membahayakan subyek peneliti.
Page 49
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Data yang diperoleh penulis dari wawancara dan observasi saat
melakukan pengkajian pada Tn.S pada tanggal 11 Juli 2018 sebagai
berikut:
Nama : Tn.S
Alamat : Perumnas
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan: Kawin cerai
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
No. Rek.Medik : 04 19 73
Tanggal Masuk : 10-11-2017
b. Alasan masuk RSJ
Pasien gelisah, jalan tanpa tujuan, pasien sering berbicara sendiri,
pasien sering menolak minum obat. Pernah dirawat sebelumnya di RSJ
Page 50
c. Keluhan saat dikaji
Pasien sering berbicara sendiri, mulut komat-kamit, dan kadang
terlihat menyendiri serta pasien mengatakan mendengarkan suara-
suara.
d. Faktor predisposisi
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu.
e. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan pasien didapatkan data yaitu: TD: 130/80 MmHg,
Nadi: 90x/Menit, Suhu:36oC, Respiratori: 22x/Menit, TB: 160 cm, BB:
50 kg.
f. Genogram (Tiga generasi)
Penjelasan gambar genogram: pasien merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara, dan mengatakan dirinya pernah menikah dan
memiliki seorang putra namun saat ini pasien telah bercerai dengan
istrinya.
Masalah keperawatan: tidak ada
g. Psikososial
1) Konsep diri
46
Page 51
a) Citra tubuh : pasien mengatakan menyukai seluruh
anggota tubuhnya.
b) Identitas diri : pasien menyadari sudah menikah dan
memiliki seorang anak
c) Peran : pasien berperan sebagai kepala rumah
tangga dalam keluarganya.
d) Ideal diri : pasien ingin cepat sembuh dan pulang
kerumahnya.
e) Harga diri : pasien mengatakan malu dengan dirinya
sekarang.
Masalah keperawatan: Harga diri rendah
2) Hubungan sosial
a) Orang yang terdekat: pasien mengatakan anaknya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat: pasien
mengatakan tidak memiliki peran serta dalam masyarakat.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: pasien
mengatakan tidak ada orang-orang yang menerimanya.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
h. Status Mental
1) Penampilan
Pada saat pengkajian penampilan pasien terlihat tidak rapi, bau
badan,dan kuku agak panjang dan kotor.
Masalah keperawatan: defisit perawatan diri
Page 52
2) Aktivitas motorik
Klien nampak gelisah dan kadang berbicara sendiri.
Masalah keperawatan: konfusi akut
3) Alam perasaan
Pasien mengatakan perasaannya biasa-biasa saja, tidak ada yang
perlu dikawatirkan.
Masalah keperawatan: tidak ada
4) Afek
Pada saat dilakukan wawancara pasien tampak afeknya labil.
Masalah keperawatan: tidak ada
5) Interaksi sosial
Selama proses interaksi dengan pasien sangat kooperatif, ada
kontak mata.
Masalah keperawatan: tidak ada
6) Persepsi
Saat dilakukan pengkajian pasien tidak mampu
menjelaskan/menggambarkan isi halusinasi, pasien terlihat ngawur,
dan kadang berbicara sendiri.
Masalah keperawatan: konfusi akut
7) Proses pikir
Pada saat pengkajian pasien mampu menjawab pertanyaan dengan
tepat dan sesekali berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
Masalah keperawatan: tidak ada
Page 53
8) Isi pikir
Pasien terus bertanya kapan dia bisa pulang.
Masalah keperawatan: tidak ada
9) Tingkat kesadaran
Pasien mampu mengetahuai nama, tempat, dan waktu.
Masalah keperawatan: tidak ada
10) Memori
Pasien tidak dapat mengingat pengalaman-pengalaman masa
lalunya.
Masalah keperawatan: tidak ada
11) Tingkat konsentrai berhitung
Pasien mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung dari angka 1-
20.
Masalah keperawatan: tidak ada
12) Kemampuan penilaian
Pasien mampu memilih salah satu dari dua pilihan yang diajukan.
Masalah keperawatan: tidak ada
13) Daya tilik diri
Pasien mengatakan menerima keadaannya saat ini bahwa dia
sedang sakit dan butuh perawatan.
Masalah keperawatan: tidak ada
i. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Page 54
1) Makan
Pasien makan 3x sehari dengan nasi dan lauk-pauk. Pasien
tidak memiliki pantangan makanan/alergi.
Masalah keperawatan: tidak ada
2) BAB/BAK
Pasien BAB dan BAK secara mandiri pada tempatnya dan
membersihkan kamar mandi dan wc setiap selesai digunakan.
Masalah keperawatan: tidak ada
3) Mandi
Pasien mandi 1x dalam sehari tanpa perintah dari perawat.
Masalah keperawatan: tidak ada
4) Berpakaian/ berhias
Pasien bisa berpakaian sendiri tetapi mengganti pakaian harus
diperintah oleh perawat.
Masalah keperawatan: tidak ada
b. Nutrisi
Pasien mengatakan puas dengan pola makannya, pada saat makan
pasien makan bersama-sama dengan pasien lainnya, frekuensi
makan 3x sehari dengan nafsu makan yang meningkat, berat
badan pasien saat pengkajian yaitu 45 kg.
Masalah keperawatan: tidak ada
c. Tidur
Pasien sulit untuk tidur pada siang hari.
Masalah keperawatan: gangguan pola tidur
Page 55
2. Kemampuan klien
Pasien mampu mengatasi kebutuhannya sendiri seperti makan dan
berpakaian dan mampu membuat keputusan berdasarkan keinginannya
sendiri, tetapi dalam mengatur penggunaan obat dan melakukan
pemeriksaan kesehatan pasien masih butuh bantuan perawat.
Masalah keperawatan: tidak ada
3. Aktivitas didalam rumah
Pasien mampu melakukan aktivitas didalam ruangan seperti
menyajikan makanan, merapikan ruangan dan mencuci pakaian
dengan perintah petugas/ perawat.
4. Kurang pengetahuan tentang
Pasien mengatakan kurang pengetahuan tentang penyakit fisik, dan
obat-obatan.
Masalah keperawatan: defisit pengetahuan.
j. Aspek Medik
Diagnosa medik : skizofrenia residual
Terapi medik : Riseperidone 2 x 1 mg, Lorazepam 1 x 2 mg, dan
Ketokonazole 1 x 200 mg.
Daftar Masalah :
1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Konfusi akut
4. Gangguan pola tidur
5. Defisit pengetahuan
6. Defisit perawatan diri
Page 56
2. Variabel penelitian
Penerapan aktivitas terjadwal dilaksanakan selama 4 hari, jadwal
aktivitas harian ini telah disepakati dengan pasien, meliputi :
Tabel 4.1
Jadwal Aktivitas Harian
Jam Kegiatan Harian Rabu Kamis Jumat Sabtu
Y T Y T Y T Y T
05:00 1. Sholat subuh √ √ √ √
06:00 2. Bersih-bersih ruangan √ √ √ √
06:30 3. Cuci baju √ √ √ √
07:00 4. Sarapan √ √ √ √
07:30 5. Cuci piring √ √ √ √
08:00 6. Senam Pagi * √
08:30 7. Menyapu √ √ √ √
09:00 8. Mandi √ √ √ √
10:00 9. Santai/ berbicang-bincang √ √ √ √
10:30 10. Makan selingan (snack) √ √ √ √
11:00 11. Nonton Tv √ √ √ √
11:30 12. Makan siang √ √ √ √
11:55 13. Minum obat √ √ √ √
12:00 14. Sholat dzuhur √ √ √ √
13:00 15. Santai / berbincang-bincang √ √ √ √
14:00 16. Tidur siang √ √ √ √
15:30 17. Sholat ashar √ √ √ √
16:00 18. Bercakap-cakap / Nonton tv √ √ √ √
16:30 19. Makan sore √ √ √ √
17:30 20. Cuci piring √ √ √ √
18:00 21. Sholat magrib √ √ √ √
18:50 22. Nonton Televisi √ √ √ √
19: 15 23. Sholat Isya √ √ √ √
20:00 24. Tidur malam √ √ √ √
Page 57
Keterangan:
Y= Ya (dilakukan)
T= tidak
*= dilakukan setiap hari jumat
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah kegiatan yang sudah
dijadwalkan sebanyak 23 kegiatan pada hari pertama aktivitas harian yang
dilakukan pasien sebanyak 15 kegiatan atau sekitar 65,2% terdiri dari
sarapan, cuci piring, menyapu, mandi, santai/ berbincang-berbicang,
nonton televisi, makan siang, minum obat, istirahat/berbincang-bincang,
nonton televisi, makan sore, cuci piring, nonton televisi, tidur malam.
sedangkan yang tidak lakukakan oleh pasien yaitu 8 kegiatan terdiri dari
sholat subuh, bersih-bersih ruangan, cuci baju, sholat dzuhur, tidur siang,
sholat ashar, sholat magrib, dan Sholat Isya.
Pada hari kedua jumlah aktivitas yang dijadwalkan sebanyak 23
kegiatan, yang dilakukan oleh pasien sebanyak 16 kegiatan atau sekitar
69,5% terdiri dari bersih-bersih ruangan, sarapan, cuci piring, menyapu,
mandi, santai/berbincang-bincang, nonton televisi, makan siang, minum
obat, istirahat/berbincang-bincang, nonton televisi, makan sore, cuci
piring, nonton televisi, tidur malam. sedangkan yang tidak lakukakan oleh
pasien yaitu 7 kegiatan terdiri dari sholat subuh, cuci baju, sholat dzuhur,
tidur siang, sholat ashar, sholat magrib, dan Sholat Isya. Pada hari kedua
ini terjadi tambahan kegiatan aktivitas yang dilakukan dibanding dengan
hari pertama yaitu pada poin ke 2 (bersih-bersih ruangan).
Page 58
Pada hari ketiga aktivitas yang dijadwalkan sebanyak 24 kegiatan
yang dilakukan oleh pasien sebanyak 18 atau sekitar 75% terdiri dari
bersih-bersih ruangan, cuci baju, sarapan, cuci piring, senam pagi,
menyapu, mandi, santai/berbincang-bincang, nonton televisi, makan siang,
minum obat, istirahat/berbincang-bincang, nonton televisi, makan sore,
cuci piring, nonton televisi, tidur malam. Sedangkan kegiatan yang tidak
dilakukan oleh pasien yaitu 6 kegiatan terdiri dari sholat subuh, sholat
dzuhur, tidur siang, sholat ashar, sholat magrib, dan Sholat Isya. Pada hari
ketiga ini terjadi tambahan kegiatan aktivitas yang dilakukan oleh pasien
dibandingkan hari kedua yaitu pada poin ke 3 dan 6 (cuci baju dan senam
pagi).
Pada hari keempat aktivitas yang dijadwalkan sebanyak 23 kegiatan
yang dilakukan oleh pasien sebanyak 17 kegiatan atau sekitar 75% terdiri
dari bersih-bersih ruangan, cuci baju, sarapan, cuci piring, menyapu,
mandi, santai/berbincang-bincang, nonton televisi, makan siang, minum
obat, istirahat/berbincang-bincang, nonton televisi, makan sore, cuci
piring, nonton televisi, tidur malam. Sedangkan yang tidak dilakukan oleh
pasien yaitu sholat subuh, sholat dzuhur, tidur siang, sholat ashar, sholat
magrib, dan Sholat Isya. Pada hari keempat ini kegiatan harian yang
dilakukan tetap hampir sama dengan hari ketiga namun senam pagi tidak
lakukan karena senam pagi dilakukan hanya setiap hari jumat.
Persentase kegiatan harian yang dilakukan pasien Tn.S pada hari
pertama, kedua, ketiga, dan keempat mengalami peningkatan sehingga
pasien tidak memiliki waktu luang untuk menyendiri dan berbicara
Page 59
sendiri,. Ada beberapa jadwal kegiatan harian yang tidak sama sekali
dilakukan oleh pasien Tn.S yaitu tidur siang dan sholat, pada saat itulah
halusinasi pasien kambuh ditandai dengan pasien bebicara sendiri, mulut
berkomat kamit,dan menyendiri.
B. Pembahasan Studi Kasus
Latihan fisik yang terencana, terstruktur, dilakukan berulang-ulang
termaksud olahraga fisik merupakan bagian dari aktivitas fisik. Aktivitas fisik
sedang yang dilakukan secara terus-menerus dapat mencegah terjadinya
penyakit tidak menular seperti penyakit pembulu darah, diabetes, kangker
(Kristanti, 2002). Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga
dilakukan untuk melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah
bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular .(Alimul H, A Aziz.
2012). Penelitian yang dilakukan selama 4 hari dari tanggal 11 Juli 2018 – 14
Juli 2018 pada 1 pasien di ruang Asoka Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi
Tenggara dengan kasus Skizofrenia Residual hasil peneliti didapatkan bahwa
pasien dalam melakukan kegiatan harian terjadwal yang telah disusun oleh
penulis dan telah disepakati oleh pasien Tn.S meningkat yaitu dari 15 menjadi
17 kegiatan harian yang terjadwal. dengan keikutsertaan pasien dalam
melakukan aktivitas terjadwal ini memberi dampak positif sehinggga pasien
tidak memiliki waktu luang untuk merespon suara-suara yang sering pasien
dengar (halusinasi). Salah satu cara mengontrol halusinasi yang dilatihkan
pada pasien melakukan aktivitas yang terjadwal. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengurangi resiko halusinasi mencul lagi yaitu dengan perinsip menyibukkan
diri melakukan aktivitas yang teratur (Yosef, 2011). Prinsip aktivitas
Page 60
terjadwal dimulai dengan manajemen waktu yang sederhana. Salah satu alat
bantu yang dapat digunakan untuk mengelola waktu adalah penjadwalan. Inti
dari penjadwalan aktivitas adalah kita membuat rencana pemanfaatan waktu.
Menyusun jadwal juga memerlukan strategi supaya efektif
(Kristiadi,dkk,2015).
Peneliti bertindak sebagai fasilitator yang memberikan pelayanan studi
kasus yang dibutuhkan yaitu dengan menyusun aktivitas harian yang
terjadwal kepada pasien sehingga melalui kegiatan aktivias terjadwal tersebut
klien tidak dapat lagi mendengarkan suara-suara (halusinasi) yang
didengarkan pasien berkurang. Peneliti mencoba melakukannya dengan cara
membimbing atau mengingatkan pasien secara lisan mengenai kegiatan
harian terjadwal yang sudah disusun.
Penelitian yang dilakukan hari pertama, kedua, ketiga, dan keempat pada
jam 05:00, 12:00, 14:00 pasien tidak melakukan aktivitas. Pada jam-jam
tersebut pasien mengalami halusinasi karena tidak melakukan kegiatan
aktivitas terjadwal yang sudah di susun yang ditandai dengan pasien bebicara
sendiri, mulut berkomat kamit, dan menyendiri. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan (Kristiadi,dkk,2015), menyatakan intensitas
terjadinya halusinasi meningkat saat sebelum dilakukan aktivitas terjadwal,
sedangkan hasil penelitian setelah dilakukan aktivitas yang terjadwal
didapatkan hasil intensitas terjadinya halusinasi menjadi menurun.
Hambatan yang terjadi saat melakukan aktivitas Sholat yaitu pasien tidak
paham tentang tata cara melaksanakan sholat, dan pasien juga tidak
Page 61
melakukan aktivitas tidur siang karena pasien gelisah dan lingkungan yang
berisik
C. Keterbatasan Studi Kasus
Penelitian ini telah dilakukan sesuai prosedur yang ada, namun dalam
melakukan penelitian penulis memiliki keterbatasan-keterbatasan sebagai
berikut:
1. Dalam hal berinteraksi dengan pasien membutuhkan kesabaran dan
ketegasan berbicara, ini dikarenakan pasien mudah beralih dan terkadang
berbicara di luar topik (tidak nyambung).
2. Pemberian kegiatan aktivitas terjadwal membutuhkan kesepakatan dari
pasien sehingga terlebih dahulu harus dilakukan membina hubungan
saling percaya (BHSP).
3. Terkadang pasien perlu diingatkan mengenai kegiatan harian yang telah
disepakati sehingga peneliti harus mengingatkannya.
4. Peneliti tidak dapat mengontrol pasien sepenuhnya selama 24 jam dan
peneliti hanya memberikan serta mengawasi aktivitas harian yang
terjadwal pada jam 08:00 – 15:00 wita, kondisi ini memungkinkan
adanya kesalahan-kesalahan dalam mengawasi kegiatan harian terjadwal
pasien.
Page 62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang penerapan aktivitas terjadwal pada pasien
skizofrenia dalam pemenuhan aktivitas di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sulawesi Tenggara selama 4 hari dari tanggal 11-14 Juli 2018 maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi aktivitas terjadwal pada
pasien skizofrenia yang salah satu gejalanya yaitu adanya halusinasi ditandai
dengan pada saat tidak melakukan aktivitas pasien terlihat berbicara sendiri,
mulut komat-kamit, dan terlihat menyendiri sedangkan pada saat pasien
melakukan aktivitas yang terjadwal pasien terlihat sibuk dengan kegiatan
yang dia lakukan sehingga pasien dapat mengontrol halusinasinya dan tidak
memiliki waktu luang untuk mendengarkan suara-suara tidak nyata yang
sering muncul.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Bagi tenaga kesehatan khususnya bidang keperawatan hendaknya dapat
memberikan terapi aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia dalam
pemenuhan kebutuhan aktivitas, terutama Sholat dan Tidur siang
hendaknya perawat memantau dan mengingatkan pasien untuk
melaksanakan kegiatan sholat, dan menciptakan suasana yang tenang
sehingga pasien dapat istirahat tidur siang.
Page 63
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar dapat dijadikan sebagai salah satu bagian dari
pembelajaran asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia dalam
pemenuhan kebutuhan aktivitas.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan sebagai pedoman
dalam mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan
kebutuhan aktivitas dan dapat memperhatikan kebutuhan spiritual dan
kebutuhan Istirahat dan Tidur pada pasien Skizofrenia.
Page 64
JADWAL KEGIATAN
A. Alat dan Bahan
Alat penelitian yang digunakan yaitu alat tulis, dan kamera. Sedangkan
bahan penelitian yang digunakan yaitu lembar jadwal kegiatan.
B. Cara Kerja
1. Tahap persiapan
Tahap ini dilakukan penyusunan proposal dan mengurus surat izin
atau pengantar dari Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan
yang ditujukan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara
untuk mendapatkan izin penelitian ditempat tersebut.
2. Tahap penelitian
a. Melakukan peninjuan langsung ke objek penelitian
b. Memberikan informed consent untuk ditanda tangani oleh subyek yang
akan diteliti.
c. Melakukan penerapan aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia
diruang perawatan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.
3. Tahap pengelolaan data
Melakukan analisa berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Kemudian menyajikan data tersebut untuk memberikan penerapan
aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas
Lampiran 1
Page 65
4. Tahap akhir
Tahap akhir dari penelitian ini yaitu penulisan laporan, yang
disajikan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah.
Page 67
INSTRUMEN STUDI KASUS
Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmojo, 2010). Instrument penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
1. Alat tulis dan buku
Alat tulis dan buku digunakan untuk menuliskan informasi yang
didapatkan dari narasumber tentang aktivitas yang ingin dilakukan secara
mandiri.
2. Lembar jadwal kegiatan
Lembar jadwal kegiatan ini berisi seputar aktivitas terjadwal pada
pasien skizofrenia.
3. Kamera
Kamera digunakan ketika peneliti melakukan observasi untuk
mendokumentasikan gambar.
Lampiran 3
Page 68
STRATEGI PELAKSANAAN
Masalah keperawatan : konfusi akut
Pertemuan : 1 (pertama)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : -pasien mengatakan sering mendengar suara-suara
DO : -pasien nampak berbicara sendiri
-mulut komat-kamit
-kadang terlihat menyendiri
2. Diagnosa : konfusi akut
3. Tujuan Khusus:
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan-kegiatan secara terjadwal
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
4. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan membuat
kegiatan-kegiatan secara terjadwal.
c. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Lampiran 4
Page 69
B. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum, selamat pagi pak . Apa kabar hari ini?
2. Memperkenalkan Diri
Perkenalkan pak nama saya Novriadi, saya mahasiswa poltekkes
kendari, jurusan keperawatan.
3. Membuka Pembicaraan dengan Topik Umum
Sepertinya bapak terlihat sehat hari ini. bapak sudah ngapain aja pagi
ini.?? Bagaimana kalau kita bincang-bincang?
4. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini?, apakah masih mendengar suara-
suara eneh lagi?
5. Kontrak
saya akan latih cara untuk mengontrol halusinasi dengan membuat
jadwal kegiatan bapak setiap harinya. Kita akan membuat secara
bersama-sama selama 15 menit. Bagaimana apa Pak sudah siap? “
C. Kerja
Cara untuk mengendalikan halusinasi adalah dengan melakukan kegiatan-
kegiatan seperti yang bapak lakukan di rumah misal membersihkan rumah,
membaca buku, olah raga, nonton TV dll. Baiklah sekarang mari kita buat
jadwal kegiatan harian dari pagi sesudah bangun tidur sampai malam hari
sebelum tidur. Hal ini tujuannya untuk meminimalkan bapak mendengar
suara-suara aneh itu lagi .
( buat jadwal kegiatan bersama klien/ yang di sepakati oleh klien )
Page 70
Bagus, sekarang pak sudah memiliki jadwal kegiatan harian untuk hari ini ,
yang untuk besok dan hari selanjutnya nanti kita buat bersama – sama lagi
ya pak?
D. Terminasi
1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita buat jadwal kegitan
bapak ini?”
2. Evaluasi Objektif
Cara untuk mengendalikan halusinasi dengar yaitu apa pak ? Bagus
pak bisa menyebutkannya. Dengan melakukan kegiatan – kegiatan
yang sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang telah kita buat tadi,
berarti tidak ada waktu untuk melamun/merenung sendiri.
3. Rencana tindak lanjut
“Pak ...mau kan melaksanakan kegiatan – kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah kita buat ? dan jangan lupa untuk mematuhi semua
jadwal kegiatan harian yang telah kita susun.
4. Kontrak
Topik :Besok kita akan mengevaluasi jadwal kegiatan yang bapak
sudah lakukan .
Tempat : ruang asoka
Waktu : 10 menit saja.
” Sekarang bapak mau kemana ? Bagaimana kalau bapak ikut
berkumpul dengan temam- temanya yang lain, kan bisa ngobrol-ngobrol”
Page 71
JADWAL AKTIVITAS HARIAN
Nama : Tn. S Diagnosa medis : Skizofrenia Residual
Umur : 46 Tahun Diagnosa Kep : Konfusi akut
Hari ke : 1 Ruangan : Asoka
Hari/
Tanggal Jam Kegiatan Harian
Dilakukan
Ya Tidak
Rabu,
11 Juli
2018
05:00 1. Sholat subuh √
06:00 2. Bersih-bersih ruangan √
06:30 3. Cuci baju √
07:00 4. Sarapan √
07:30 5. Cuci piring √
08:00 6. Senam Pagi *
08:30 7. Menyapu √
09:00 8. Mandi √
10:00 9. Santai/ berbicang-bincang √
10:30 10. Makan selingan (snack) √
11:00 11. Nonton Televisi √
11:30 12. Makan siang √
11:55 13. Minum obat √
12:00 14. Sholat dzuhur √
13:00 15. Istirahat / berbincang-bincang √
14:00 16. Tidur siang √
15:30 17. Sholat ashar √
16:00 18. Bercakap-cakap / Nonton televisi √
16:30 19. Makan sore √
17:30 20. Cuci piring √
18:00 21. Sholat magrib √
18:50 22. Nonton Tevevisi √
18:15 23. Sholat Isya √
20:00 24. Tidur malam √
Keterangan : * = dilakukan setiap hari jumat.
Lampiran 5
Page 72
JADWAL AKTIVITAS HARIAN
Nama : Tn. S Diagnosa medis : Skizofrenia Residual
Umur : 46 Tahun Diagnosa Kep : Konfusi akut
Hari ke : 2 Ruangan : Asoka
Hari/
Tanggal Jam Kegiatan Harian
Dilakukan
Ya Tidak
Rabu,
12 Juli
2018
05:00 25. Sholat subuh √
06:00 26. Bersih-bersih ruangan √
06:30 27. Cuci baju √
07:00 28. Sarapan √
07:30 29. Cuci piring √
08:00 30. Senam Pagi *
08:30 31. Menyapu √
09:00 32. Mandi √
10:00 33. Santai/ berbicang-bincang √
10:30 34. Makan selingan (snack) √
11:00 35. Nonton Televisi √
11:30 36. Makan siang √
11:55 37. Minum obat √
12:00 38. Sholat dzuhur √
13:00 39. Istirahat / berbincang-bincang √
14:00 40. Tidur siang √
15:30 41. Sholat ashar √
16:00 42. Bercakap-cakap / Nonton televisi √
16:30 43. Makan sore √
17:30 44. Cuci piring √
18:00 45. Sholat magrib √
18:50 46. Nonton Tevevisi √
18:15 47. Sholat Isya √
20:00 48. Tidur malam √
Keterangan : * = dilakukan setiap hari jumat.
Page 73
JADWAL AKTIVITAS HARIAN
Nama : Tn. S Diagnosa medis : Skizofrenia Residual
Umur : 46 Tahun Diagnosa Kep : Konfusi akut
Hari ke : 3 Ruangan : Asoka
Hari/
Tanggal Jam Kegiatan Harian
Dilakukan
Ya Tidak
Rabu,
13 Juli
2018
05:00 49. Sholat subuh √
06:00 50. Bersih-bersih ruangan √
06:30 51. Cuci baju √
07:00 52. Sarapan √
07:30 53. Cuci piring √
08:00 54. Senam Pagi * √
08:30 55. Menyapu √
09:00 56. Mandi √
10:00 57. Santai/ berbicang-bincang √
10:30 58. Makan selingan (snack) √
11:00 59. Nonton Televisi √
11:30 60. Makan siang √
11:55 61. Minum obat √
12:00 62. Sholat dzuhur √
13:00 63. Istirahat / berbincang-bincang √
14:00 64. Tidur siang √
15:30 65. Sholat ashar √
16:00 66. Bercakap-cakap / Nonton televisi √
16:30 67. Makan sore √
17:30 68. Cuci piring √
18:00 69. Sholat magrib √
18:50 70. Nonton Tevevisi √
18:15 71. Sholat Isya √
20:00 72. Tidur malam √
Keterangan : * = dilakukan setiap hari jumat.
Page 74
JADWAL AKTIVITAS HARIAN
Nama : Tn. S Diagnosa medis : Skizofrenia Residual
Umur : 46 Tahun Diagnosa Kep : Konfusi akut
Hari ke : 4 Ruangan : Asoka
Hari/
Tanggal Jam Kegiatan Harian
Dilakukan
Ya Tidak
Rabu,
14 Juli
2018
05:00 73. Sholat subuh √
06:00 74. Bersih-bersih ruangan √
06:30 75. Cuci baju √
07:00 76. Sarapan √
07:30 77. Cuci piring √
08:00 78. Senam Pagi *
08:30 79. Menyapu √
09:00 80. Mandi √
10:00 81. Santai/ berbicang-bincang √
10:30 82. Makan selingan (snack) √
11:00 83. Nonton Televisi √
11:30 84. Makan siang √
11:55 85. Minum obat √
12:00 86. Sholat dzuhur √
13:00 87. Istirahat / berbincang-bincang √
14:00 88. Tidur siang √
15:30 89. Sholat ashar √
16:00 90. Bercakap-cakap / Nonton televisi √
16:30 91. Makan sore √
17:30 92. Cuci piring √
18:00 93. Sholat magrib √
18:50 94. Nonton Tevevisi √
18:15 95. Sholat Isya √
20:00 96. Tidur malam √
Keterangan : * = dilakukan setiap hari jumat.
Page 94
DOKUMENTASI
Gambar 1: Membagikan makan siang
Gambar 2: Memberi makan pasien