Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM LAB.TEKNIK LINGKUNGAN MODUL 1 Penentuan Kadar Asam Asetat Dalam Cuka Makan Disusun Oleh: Cindy Lanovia (103134727544553) KELOMPOK 2 Dosen Pembimbing: Chris Salim, Ph.D Riana Ayu Kusumadewi, ST, MT PROGRAM STUDY TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS CLEAN ENERGY AND CLIMATE CHANGE SURYA UNIVERSITY 2015
15

Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

Apr 21, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

LAPORAN PRAKTIKUM LAB.TEKNIK LINGKUNGAN

MODUL 1 – Penentuan Kadar Asam Asetat Dalam Cuka Makan

Disusun Oleh:

Cindy Lanovia (103134727544553)

KELOMPOK 2

Dosen Pembimbing:

Chris Salim, Ph.D

Riana Ayu Kusumadewi, ST, MT

PROGRAM STUDY TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS CLEAN ENERGY AND CLIMATE CHANGE

SURYA UNIVERSITY

2015

Page 2: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

1 | P a g e

Praktikum Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan

(titrasi asam basa)

1. TUJUAN PRAKTIKUM

1.1 Memahami prinsip analisa volumetri dan titrasi.

1.2 Menentukan kadar asam asetat di dalam cuka komersil.

2. DASAR TEORI

2.1 Larutan Cuka

Larutan cuka merupakan larutan yang memiliki kandungan asam asetat 3% sampai

8% yang diencerkan bersama air, dan yang merupakan larutan asam yang dibuat dari reaksi

oksidasi etanol: CH3CH2OH. Larutan cuka umumnya dipakai untuk keperluan rumah tangga

seperti pelengkap masakan dan lain – lain. Komponen kimia utama cuka adalah asam asetat

atau disebut juga asam etanoat (CH3COOH).

Asam asetat atau asam etanoat adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai

pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka ataupun asam asetat memiliki

rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH,

atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak

berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.

Asam asetat juga merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam

format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya

terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COOH. . Asam asetat digunakan dalam

produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun

berbagai macam serat dan kain. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai

6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh

dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.

Asam asetat tidak hanya berguna sebagai bahan penyedap masakan saja, tetapi juga

diproduksi dalam jumlah besar untuk berbagai kegunaan lain. Asam organik ini bisa

diproduksi dalam berbagai konsentrasi. Dalam bentuk murni, asam asetat dikenal sebagai

asam asetat glasial karena mengkristal dalam suhu dingin. Bentuk asam ini sangat korosif dan

Page 3: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

2 | P a g e

bisa berbahaya jika mengenai kulit sehingga orang yang bekerja menggunakan senyawa ini

harus menggunakan alat pelindung.

Terdapat beberapa cara pembuatan asam asetat. Salah satu metode adalah fermentasi

bakteri, teknik yang digunakan untuk membuat cuka, di mana asam asetat dihasilkan sebagai

produk sampingan dari penguraian bakteri. Teknik lain melibatkan reaksi kimia yang

menghasilkan asam ini, seperti yang dilakukan dalam pembuatan untuk penggunaan industri.

Ketika digunakan untuk keperluan makanan, asam asetat biasanya diproduksi secara biologis

karena memerlukan label keamanan makanan. Senyawa berwarna bening ini memiliki rasa

asam yang khas, meskipun mencicipi langsung tidak dianjurkan kecuali jika secara jelas

diperuntukkan bagi konsumsi manusia. Asam asetat juga memiliki bau yang kuat dan tajam.

Selain sebagai penyedap makanan, asam ini juga digunakan sebagai pengawet. Kondisi asam

akan menghambat pertumbuhan bakteri, menjaga makanan aman dari kontaminasi. Dalam

industri, asam asetat digunakan dalam berbagai proses.

2.2. Analisa Volumetri

Analisa volumetri adalah suatu teknik yang melibatkan pengukuran volume suatu

larutan untuk menentukan kandungan senyawa dalam larutan lain secara kuantitatif. Metode

analisis kuantitatif volumetric ini menggunakan titrasi. Proses penambahan volemu tertentu

suatu larutan terhadap larutan yamg lain disebut titrasi. Larutan yang sudah di ketahui

konsentrasinya adalah larutan standar. Analit adalah larutan yang akan ditentukan

konsentrasinya.

Prinsip Dasar Volumetri:

1. Pencapaian reaksi titik akhir ekivalen harus berlangsung secara stoikiometri.

Apabila konsentrasi salah satu larutan diketahui, maka konsentrasi larutan lainnya dapat

ditentukan dari volume larutan yang digunakan. Misalnya, dalam percobaan ini kadar asam

asetat ditentukan melalui reaksi dengan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya:

CH3COOH (aq) + NaOH (aq) H2O (l) + CH3CO2Na (aq)

Untuk menentukan konsentrasi CH3COOH, ke dalam sejumlah tertentu larutan CH3COOH,

ditambahkan sedikit demi sedikit larutan NaOH, sampai seluruh CH3COOH habis bereaksi.

Titik ini disebut titik ekuivalen, yaitu titik dimana jumlah mol CH3COOH yang ditambahkan

sama dengan jumlah mol NaOH yang ada dalam larutan semula. Proses penambahan sedikit

demi sedikit larutan CH3COOH ini disebut: titrasi.

Page 4: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

3 | P a g e

2. Titik ekivalen adalah titik pada saat senyawa yang ditambahkan (indikator) telah tepat

mencukupi untuk bereaksi dengan analit.

Kita membutuhkan suatu metode untuk menentukan letak titik ekuivalen, kapan kedua

pereaksi tersebut tepat habis bereaksi. Pada titrasi asam basa, perubahan warna dari indikator

pH umumnya digunakan untuk mendekati letak titik ekuivalen. Pada saat indikator pH mulai

berubah warna, proses titrasi dihentikan. Titik ini dinamakan titik akhir reaksi. Indikator yang

tepat untuk suatu sistem titrasi adalah indikator yang dapat memberikan titik akhir titrasi

sedekat mungkin dengan titik ekuivalen. Indikator pH pada umumnya adalah asam lemah

yang memiliki warna yang kuat, sehingga mereka akan memberikan perubahan warna yang

dramatis ketika bereaksi dengan basa. Karena indikator adalah asam, tentu mereka akan

bereaksi dengan basa, dengan kata lain mereka akan berkompetisi dengan asam yang hendak

kita tentukan kadarnya (CH3COOH). Hal ini memang benar, namun demikian oleh karena

warna indikator sangatlah kuat, kita hanya membutuhkannya dalam konsentrasi yang sangat

kecil. Dengan demikian, gangguan yang ditimbulkannya dalam perhitungan konsentrasi

CH3COOH kita dapat diabaikan. Ingatlah selalu untuk menggunakan indikator dalam

konsentrasi yang sangat rendah. Dalam percobaan ini, Anda akan menggunakan indikator

fenolftalein, yang akan mengalami perubahan warna dari tak berwarna pada larutan asam

menjadi merah muda pada larutan basa. Titik tengah perubahan warna indikator ini terjadi

pada pH = 9.5 (sedikit basa). Ini merupakan indikator yang sangat baik sekali untuk sistem

titrasi asam asetat dengan NaOH, sebab titik ekuivalen titrasi ini terjadi pada pH yang sedikit

basa (bukan pada pH = 7).

Dasar perhitungan Analisis Volumetri :

Penentuan kadar Asam asetat :

% kadar asam asetat = M x Mr/ Rapat massa CH3COOH %

Keterangan :

V= Volume Larutan (mL)

M = Molaritas (M)

Mr = Massa Relativ (gr/mol)

Page 5: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

4 | P a g e

2.3.Larutan Standar Primer

Larutan titran haruslah diketahui komposisi dan konsentrasinya. Idealnya kita harus

memulai dengan larutan standar primer. Larutan standar primer dibuat dengan melarutkan zat

dengan kemurnian yang tinggi (standar primer) yang diketahui dengan tepat beratnya dalam

suatu larutan yang diketahui dengan tepat volumnya. Apabila titran tidak cukup murni, maka

perlu distandardisasi dengan standar primer.

Dalam praktikum ini, larutan NaOH bereaksi dengan gas karbon dioksida (CO2) yang

ada di udara. Meskipun reaksi ini tergolong lambat, ia akan mempengaruhi konsentrasi

larutan NaOH yang kita buat. Konsentrasi larutan NaOH cenderung menjadi tidak stabil,

dapat berubah setiap saat karena reaksi dengan udara. Oleh karena itu, sebelum digunakan

untuk titrasi, larutan NaOH perlu ditentukan konsentrasi tepatnya terlebih dahulu. Proses ini

disebut standarisasi. Hal ini dilakukan melalui titrasi NaOH dengan suatu larutan asam lain

yang stabil dan dapat diperoleh dalam keadaan yang murni, sehingga konsentrasinya dapat

ditentukan secara akurat. Larutan yang demikian disebut standar primer, sedangkan NaOH

dalam hal ini disebut standar sekunder.Standar yang tidak termasuk standar primer

dikelompokkan sebagai standar sekunder, contohnya NaOH; karena NaOH tidak cukup

murni (mengandung air, natrium karbonat dan logam-logam tertentu) untuk digunakan

sebagai larutan standar secara langsung, maka perlu distandardisai dengan asam yang

merupakan standar primer .

Persyaratan standar primer

Kemurnian tinggi, stabil terhadap udara, bukan kelompok hidrat, tersedia dengan mudah,

cukup mudah larut, berat molekul cukup besar

Contoh standar primer yakni Kalium hydrogen ftalat.

Kalium hidrogen ftalat merupakan larutan yang digunakan untuk men-standarisasi

larutan NaOH. Reaksinya adalah sebagai berikut:

KC8H5O4 (aq) + NaOH (aq) KNaC8H4O4 (aq) + H2O(l)

Dalam praktikum ini, kita akan melakukan sederetan reaksi titrasi asam-basa.

Page 6: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

5 | P a g e

3. ALAT DAN BAHAN

Berikut ini contoh alat dan bahan yang digunakan :

ALAT JUMLAH

Gelas Kimia 3 buah

Pipet ukur 25 mL 1 buah

Labu ukur 1 buah

Gelas ukur 100 mL 1 buah

Batang pengaduk gelas 1 buah

Corong Kaca 1 buah

Neraca Analitik 1 buah

Statif, Klem and Boss

Head

2 pasang

Buret 1 buah

BAHAN JUMLAH

Larutan NaOH Disesuaikan

Kalium Hidrogen Ftalat Disesuaikan

Indikator Fenolftalein Disesuaikan

Akuades Disesuaikan

Sampel Cuka Disesuaikan

Indikator

Fenoftalein

Larutan Cuka

Dapur

Larutan Kalium

Hidrogen Ftalat

Larutan NaOH

0,1 M

Gelas Ukur,

Pengaduk dan pH

meter

Klem and Boss

Head pH Meter

Page 7: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

6 | P a g e

4. CARA KERJA

No Cara Kerja Gambar

A.

Standarisasi NaOH 0.1 M dengan Larutan Standar KC8H15O4

1. Tuangkan kira-kira 40 mL larutan NaOH 1 M ke dalam

gelas kimia 100 mL, kemudian lakukan pengenceran

(10x) dengan cara: pipet 25 mL larutan NaOH tersebut

ke dalam labu ukur 250 mL. Tera dengan akuades

hingga tanda batas dan aduk larutan dengan baik.

Tandai larutan ini dengan label: Larutan NaOH 0.1 M.

2. Timbang 4 gram KC8H15O4 ke dalam gelas kimia 100 mL

dan larutkan dengan 70 mL akuades. Aduk sampai

seluruh KC8H15O4 larut (zat ini memang agak sukar

larut). Pindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan

tambahkan dengan akuades hingga tanda batas.

Hitung konsentrasi dari larutan KC8H15O4 yang Anda

buat. Tandai larutan ini dengan label: Larutan

KC8H15O4.

3. a. Pipet 10 mL larutan KC8H15O4 Anda ke dalam gelas

ukur 100 mL dan tambahkan dua tetes indikator

fenolftalein, aduk hingga indikator larut dengan baik.

b. Lakukan titrasi dengan menggunakan larutan NaOH

0.1 M hingga terjadi perubahan warna. Catat volume

larutan NaOH 0.1 M yang diperlukan dan pH. Lakukan

percobaan ini tiga kali, yaitu: satu kali titrasi kasar

(untuk memperkirakan volume titran dan untuk

berlatih menentukan titik akhir titrasi) dan dua kali

titrasi teliti (duplo; untuk menentukan volume titran

yang sebenarnya).

Page 8: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

7 | P a g e

B.

Titrasi Cuka dengan Larutan NaOH Standar

1. Encerkan cuka (20x) dengan cara: pipet 5 mL cuka ke

dalam labu ukur 100 mL, kemudian tera dengan

akuades hingga tanda batas. Tandai larutan Anda ini

dengan label: Larutan CH3COOH.

2. Pipet 10 mL larutan cuka Anda ke dalam gelas ukur

100 mL, tambahkan dua tetes indikator fenolftalein,

kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0.1 M, hingga

terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi

merah muda. Lakukan titrasi ini tiga kali, yaitu satu

kali titrasi kasar (untuk memperkirakan volume titran)

dan dua kali titrasi teliti (untuk menentukan volume

titran yang sesungguhnya).

Page 9: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

8 | P a g e

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Percobaan

Tabel 5.1.1 Percobaan Standarisasi NAOH dengan Larutan Standar KC8H5O4

Percobaan Kasar

Perubahan Warna

Percobaan Teliti 1 Perubahan Warna

mL (NaOH) PH - mL (NaOH) PH -

0 3.2 - 0 3.27 -

1 3.22 - 2 3.37 -

2.5 3.41 - 4 3.59 -

4.5 3.59 - 6.1 3.79 -

6 3.74 - 8 3.95 -

7 3.82 - 10 4.11 -

8 3.92 - 12 4.28 -

9.3 4.03 - 15 4.59 -

10 4.1 - 15.5 4.62 -

11 4.17 - 16 4.7 -

12 4.26 - 16.5 4.79 -

13 4.36 - 17 4.86 -

15 4.85 - 17.5 4.9 -

17 5.42 - 18 5.12 -

19 5.6 - 18.1 5.16 -

20 9.77 Terjadi 18.2 5.2 -

21 10.65 Terjadi 18.3 5.24 -

22 10.96 Terjadi 18.4 5.28 -

23 11.1 Terjadi 18.5 5.34 -

24 11.22 Terjadi 18.6 5.39 -

25 11.29 Terjadi 18.7 5.45 -

26 11.35 Terjadi 18.8 5.52 -

27 11.39 Terjadi 18.9 5.6 -

28 11.43 Terjadi 19.1 5.68 -

19.9 9.33 Terjadi

20 9.78 Terjadi

20.5 10.41 Terjadi

21 10.59 Terjadi

21.5 10.75 Terjadi

22 10.88 Terjadi

22.5 10.94 Terjadi

23 11.02 Terjadi

23.5 11.08 Terjadi

Page 10: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

9 | P a g e

24 11.13 Terjadi

24.5 11.17 Terjadi

25 11.2 Terjadi

Berikut merupakan grafik yang menunjukkan hubungan hasil titrasi pada percobaan

standarisasi NaOH:

pH

mL NaOH

Pada percobaan standarisasi NaOH 0,1 M dengan Larutan Standar KC8H5O4, kita

menggunakan fenolftalein sebagai indikator. Kondisi larutan awalnya mempunyai pH asam,

sehingga larutan KC8H5O4 tidak dapat bereaksi dengan indikator fenolftalein. Saat NaOH 0,1

M mulai ditambahkan ke dalam larutan KC8H5O4, maka indikator fenolftalein mulai bereaksi

dengan larutan tersebut karena pH larutan menjadi semakin basa.

Berdasarkan hasil percobaan diatas, dapat kita lihat pada titrasi kasar standarisasi NaOH

dengan larutan KC8H5O4 membutuhkan 20 mL NaOH untuk medapatkan titik ekuivalen yang

ditandai dengan terjadinya perubahan warna dalam larutan menjadi merah muda, pH

meningkat dari 5.6 menjadi 9.77 dan bersifat basa. Kemudian saat kita memperkecil jumlah

mL NaOH pada titrasi teliti, maka didapatkan angka 19.9 mL NaOH untuk medapatkan titik

ekuivalennya dimana pH nya juga meningkat dari 5.68 menjadi 9.33. Selain itu juga pada

titrasi kasar maupun teliti, perubahan pH sudah tidak berubah terlalu drastis atau bisa

dikatakan sudah stabil setelah titik ekuivalen didapatkan.

Grafik 5.1.1.Titrasi Kasar NaOH 0.1 M dengan

Larutan Standar KC8H5O4

Grafik 5.1.2.Titrasi Teliti NaOH 0.1 M dengan

Larutan Standar KC8H5O4

pH

mL NaOH

Page 11: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

10 | P a g e

Setalah mendapatkan hasil akhir titrasi, kita dapat menghitung konsentrasi NaOH yang sudah

di standarisasi yakni sebagai berikut :

Tabel 5.1.2.Hasil titrasi NaOH 0.1 M dengan larutan standar KC8H5O4

Parameter Titrasi Kasar Titrasi Teliti Rata-Rata

mL NaOH 20 19.9 19.95

pH 9.77 9.33 9.55

Perhitungan Konsentrasi KC8H5O4

m = V x M x Mr

4.035 gr = 0.1 L x M x 214

M = 4.035 / (0.1 x 214)

M = 0.188 M

Perhitungan Konsentrasi NaOH

Mol KC8H5O4 = Mol NaOH

M1. V1 = M2. V2

0.188 x 10 mL = M2 x 19.95 mL

M2 = 0.094 M

Dari hasil perhitungan diatas, kita mendapatkan konsentrasi NaOH yang baru yakni

sebesar M= 0.094 M. Hasil tersebut mendekati konsentrasi NaOH sebelum di standarisasi

yakni 0.1 M.

Tabel 5.1.3. Percobaan Titrasi NaOH Standar dengan Larutan Cuka

Percobaan Kasar Perubahan Warrna

Percobaan Teliti Perubahan Warna

ml NaOH pH - ml NaOH pH

0 2.5 - 0 2.54

1 3.3 - 1.5 3.49

2 3.79 - 3 4.29

3 4.3 - 3.1 4.35

4 4.89 - 3.2 4.41

5 10.77 Terjadi 3.4 4.48

6 11.82 Terjadi 3.5 4.54

7 12.08 Terjadi 3.6 4.61

Page 12: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

11 | P a g e

8 12.2 Terjadi 3.8 4.75

9 12.29 Terjadi 3.9 4.83

10 12.35 Terjadi 4 4.92

11 12.39 Terjadi 4.1 5.01

12 12.43 Terjadi 4.2 5.09

4.3 5.24

4.4 5.41

4.5 5.61

4.6 6.08

4.7 9.84 Terjadi

4.8 10.68 Terjadi

4.9 10.99 Terjadi

5.2 11.17 Terjadi

5.5 11.38 Terjadi

6 11.65 Terjadi

6.5 11.75 Terjadi

7 11.88 Terjadi

7.5 11.92 Terjadi

8 11.99 Terjadi

9 12.07 Terjadi

10 12.12 Terjadi

11 12.18 Terjadi

12 12.21 Terjadi

Berikut merupakan grafik yang menunjukkan hubungan hasil titrasi cuka dengan larutan

NaOH standar.

Grafik 5.1.3.Titrasi Kasar Cuka dengan

Larutan NaOH Standar

Grafik 5.1.4. Titrasi Teliti Cuka dengan

Larutan NaOH Standar

pH pH

mL NaOH mL NaOH

Page 13: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

12 | P a g e

Pada percobaan Titrasi Cuka dengan Larutan NaOH standar, kita masih menggunakan

fenolftalein sebagai indikator. Berdasarkan tabel 5.1.3 dan grafik 5.1.3 dapat kita lihat, pH

awal larutan cuka sebesar 2.5(asam) dan naik cukup significant yakni sebesar 10.77 (basa)

pada saat terjadi penambahan 5 mL NaOH. Perubahan warna terjadi pada saat 5 mL NaOH

ditambahkan kedalam larutan.

Selanjutnya pH tidak lagi meningkat dan relative konstan setelah penambahan >5 mL NaOH.

Kemudian saat kita memperkecil jumlah mL NaOH pada titrasi teliti, maka didapatkan angka

4.7 mL NaOH untuk medapatkan titik ekuivalennya dimana pH nya juga meningkat dari 6.08

menjadi 9.84. Sama halnya dengan titrasi kasar, pada titrasi teliti pun pH relative konstan

setelah penambahan >4.7 mL NaOH.

Setalah mendapatkan hasil akhir titrasi, kita dapat menghitung konsentrasi larutan cuka yakni

sebagai berikut :

Tabel 5.1.4. Hasil Titrasi Cuka dengan larutan NaOH standar

Parameter Titrasi Kasar Titrasi Teliti Rata-Rata

mL NaOH 5 4.7 4.85

pH 10.77 9.84 10.30

Perhitungan Konsentrasi larutan cuka yang telah diencerkan

Mol CH3COOH = Mol NaOH Standar

M3 x V3 = M2 x V2

M3 x 10 mL = 0.094 x 4.85 mL

M3 = 0.0456 M

Perhitungan Konsentrasi Larutan cuka sebelum diencerkan

Mol CH3COOH = Mol CH3COOH sesudah diencerkan

M4 x V4 = M3 x V3

M4 x 5 mL = 0.0456 x 10 mL

M4 = 0.0912 M

Page 14: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

13 | P a g e

Perhitungan Kadar Asam Asetat dalam cuka ( diketahui, rapat massa asam asetat

murni= 1.049 gr/m3 dan Massa Relatif = 60.05 gr/mol)

% kadar asam asetat = M x Mr/ Rapat massa CH3COOH %

% kadar asam asetat = 0.0912 x 60.05 / 1.049 %

% kadar asam asetat = 5.266 %

Dari hasil perhitungan diatas, kita mendapatkan konsentrasi Larutan cuka sesudah

diencerkan yakni sebesar 0.0456 M, dan larutan cuka awal sebelum diencerkan yakni sebesar

0.0912 M, dan hasil akhir penentuan kadar asam asetat dalam cuka yakni sebesar 5.266%.

Pada percobaan ini, kita menggunakan larutan cuka dapur yang kadar asam asetatnya sudah

diketahui sebesar 25 %. Hal tersebut menjelaskan bahwa ternyata kadar asam asetat dalam

cuka dapur tersebut tidak benar 25%.

Adapun dalam percobaan ini, beberapa kesalahan/eror bisa terjadi. Diantaranya yakni:

1. Kesalahan dalam menentukan titik ekuivalennya.

mL NaOH yang ditambahkan cukup besar sehingga titik ekuivalennya tidak bisa

didapatkan dengan akurat.

2. Kesalahan dalam pembacaan mL NaOH dalam buret. Ketidaktepatan dalam

pembacaan mL NaOH bisa disebabkan oleh posisi mata peneliti yang tidak tepat lurus

dengan buret.

3. Tidak telaten dalam pengadukan saat titrasi sedang berlangsung sehingga larutan tidak

tercampur dengan baik.

6. KESIMPULAN

Prinsip Volumetri dan titrasi dalam percobaan ini yakni penambahan volemu tertentu

suatu larutan terhadap larutan yamg lain melibatkan pengukuran volume suatu larutan untuk

menentukan kandungan senyawa dalam larutan lain secara kuantitatif. Penentuan konsentrasi

asam cuka dapat dihitung dengan menambahkan larutan NaOH kedalamnya dan dihitung mL

NaOHnya.

Kadar asam asetat dalam cuka komersil yang didapatkan dari percobaan ini yakni sebesar

5.2 %. Kadar asam asetat yang didapatkan dari percobaan ini berbeda dengan kadar asam

cuka yang sudah tertera dilabel cuka komersilnya yakni sebesar 25 %.

Page 15: Penentuan kadar asam cuka - Laporan 3 Lab.TL

14 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Modul Praktikum - Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan. (2015). Tangerang: Teknik

Lingkungan, Surya University.

Amazine. (2015). Apa itu Asam Asetat?Ketahui cara pembuatan dan manfaatnya. Retrieved Mei 17,

2015, from Amazine - Online Popular Knwoledge: http://www.amazine.co/25619/apa-itu-

asam-asetat-ketahui-cara-pembuatan-manfaatnya/

Mahartika, I. (2015). Volumetri. Retrieved Mei 18, 2015, from Academia.Edu:

http://www.academia.edu/4697730/VOLUMETRI

Megha. (n.d.). Larutan Kimia Cuka. Retrieved Mei 17, 2015, from Indonesia-indonesia:

http://indonesiaindonesia.com/f/89641-larutan-kimia-cuka/

Seya, I. P. (2011, Maret 22). Dasar Analisis Volumetri. Retrieved Mei 17, 2015, from

http://ikaputriseya.blogspot.com/2011/03/dasar-analisis-volumetri.html