LAPORAN PRAKTIKUM APLIKASI TEKNIK LABORATORIUM PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU DALAM BAHAN PANGAN OLEH : NAMA : ERVAN TOGATOROP NIM : G31113302 KELOMPOK : I (SATU) ASISTEN : DEWI SARTIKA MONOARFA LABORATORIUM KIMIA ANALISA DAN PENGAWASAN MUTU PANGAN
30
Embed
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU DALAM BAHAN PANGAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUMAPLIKASI TEKNIK LABORATORIUM
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU
DALAM BAHAN PANGAN
OLEH :
NAMA : ERVAN TOGATOROP
NIM : G31113302
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : DEWI SARTIKA MONOARFA
LABORATORIUM KIMIA ANALISA DAN PENGAWASAN MUTU PANGAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air pada bahan pangan tidak hanya dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia, air juga mempunyai peranan yang
sangat besar bagi bahan pangan itu sendiri. Keberadaan air
dalam bahan pangan sering dihubungkan dengan mutu bahan
pangan, sebagai pengukur bagian kering atau padatan, penentu
indeks kestabilan selama penyimpanan, serta penentu mutu
organoleptik terutama rasa dan keempukan.
Analisis kadar air dalam bahan pangan sangat penting
dilakukan baik pada bahan pangan kering maupun pada bahan
pangan segar. Pada bahan pangan kering, kadar air sering
dihubungkan dengan indeks kestabilan khususnya saat
penyimpanan. Bahan pangan kering menjadi awet karena kadar
airnya dikurangi sampai batas tertentu. Pada pangan segar,
kadar air bahan pangan erat hubunganya dengan mutu
organoleptiknya.
Selain mengandung bahan organik dan air, bahan pangan
mengandung senyawa anorganik yang disebut mineral atau abu.
Walaupun jumlahnya sangat sedikit,namun keberadaan mineral
pada bahan pangan sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Didalam tubuh mineral berfungsi sebagai zat pembangun dan
pengatur. Mineral tertentu sangat dibutuhkan sebagai
penyusun tulang, gigi, dan jaringan lunak, otot, darah, dan
sel syaraf, dan sebagian lainya dibutuhkan dalam metabolisme
tubuh.
Karena beragamnya sumber mineral yang ada, analisis abu
dan mineral sangat penting dilakukan untuk mengetahui
kualitas gizi suatu bahan pangan. Selain dapat mengetahui
kualitas gizi analisis abu dan mineral sangat sering
dilakukan sebagai indikator mutu pangan lain. Dari analisis
abu dan mineral dapat diketahui tingkat kemurniam produk
tepung atau gula; adanya pemalsuan pada produk selai, buah
sari buah ,dan cuka; tingkat keberhasilan suatu bahan; dan
terjadinya kontaminasi mineral yang bersifat toksik.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kadar air dalam suatu bahan pangan.
2. Untuk mengetahui kadar abu dalam suatu bahan pangan.
3. Untuk mengetahui prinsip penentuan kadar air dengan
metode oven.
4. Untuk mengetahui prinsip penentuan kadar air dengan
metode tanur.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar setiap praktikan
mengerti cara menganalisis kadar air dan kadar abu dalam
suatu bahan pangan, serta mengetahui prinsip kerja oven dan
tanur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Brownies
Brownies adalah sejenis kue kering yang berwarna coklat
dan rasanya manis yang bahannya terdiri dari tepung terigu,
margarin, telur, gula, dan coklat (coklat bubuk dan coklat
masak) dengan atau tanpa kacang kacangan. Brownies
merupakan jenis cake coklat yang padat awalnya merupakan
adonan gagal dan keras dimana diolah dengan cara dipanggang
atau dioven ( Ambarini, 2004)
Brownies merupakan sumber energi yang baik. nilai energi
per 100 gram brownies adalah 434 kkal, melebihi beras (335
kkal/100 gram) ataupun
mi (339 kkal/100 gram). Energi pada brownies umumnya bersal
dari
karbohidrat ( yaitu tepung dan gula) serta lemak. Kadar
karbohidrat pada brownies adalah 76,6 gram/100 gram
sedangkan lemaknya
mencapai 14 gram/100 gram. Kandungan gizi yang lain dari
brownies adalah kalium (219 mg/100 gram) dan natrium (303
mg/100 gram). Bagi penderita hipertensi tidak perlu
menghindari mengkonsumsi brownies. Kandungan natrium yang
tinggi pada brownies dapat diimbangi oleh kandungan
kaliumnya. Natrium dan kalium akan bekerja sama
mempertahankan tekanan osmotik didalam darah, selain juga
membantu menjaga keseimbangan asam dan
basa (Astawan, 2009).
Teknik pembuatan brownies mmenurut Sanusi (2010) adalah
sebagai berikut
1. Pound
Lemak dan gula dikocok sampai membentuk krim. Masukkan
telur secara bertahap, kocok merata. Masukkan terigu
sedikit demi sedikit dengan kecepatan rendah.
2. Sponge
Telur dan gula dikocok dengan kecepatan tinggi sampai
mengembang dan kaku. Masukkan tepung terigu Masukkan
terigu secara bertahap dengan kecepatan rendah. Bila
menggunakan margarine dicairkan terlebih dahulu, lalu
masukkan perlahan-lahan secara merata.
3. Chiffon
Kocok putih telur dan gula sampai mengembang dan
kaku. Kocok Kuning telur, dan lemak sampai larut
(ditempat terpisah). Masukkanadonan putih telur dan gula
kedalam adonan kuning telur sampai tercampur rata dengan
perlahan. Masukkan tepung terigu aduk rata. Pada
prinsipnya metode ini hanya memisahkan putih telur dan
kuning telur.
Standar mutu brownies yang baik menurut saragih (2011)
Tempe merupakan bahan makanan hasil fermentasi kacang
kedelai atau
jenis kacang-kacangan lainnya menggunakan jamur Rhizopus
oligosporus dan Rhizopus oryzae. Tempe umumnya dibuat
secara tradisional dan merupakan sumber protein nabati. Di
Indonesia pembuatan tempe sudah menjadi industri rakyat
Tempe mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh
seperti protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah
dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh. Hal ini
dikarenakan kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis
senyawa senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang
mudah dicerna oleh manusia (Kasmidjo, 1990).
Standar Nasional Indonesia untuk produk pangan tempe
dapat disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 02. Standar Nasional Indonesia untuk TempeNo. Kriteria uji Persyaratan1. Keadaan
1.1 Bau Normal (khas tempe)1.2 Warna Normal1.3 Rasa Normal
2. Air, %, b/b maks. 653. Abu, %, b/b maks. 1,5
4. Protein (N x 6,25), %,b/b min. 20
C. Roti
Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu,
air, dan ragi yang pembuatannya melalui tahap pengulenan,
fermentasi (pengembangan), dan pemanggangan dalam oven.
Bahan dan proses yang dilaluinya membuat roti memiliki
tekstur yang khas. Dilihat dari cara pengolahan akhirnya,
roti dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu roti yang
dikukus, dipanggang, dan yang digoreng. Bakpao dan mantao
adalah contoh roti yang dikukus. Donat dan panada merupakan
roti yang digoreng. Sedangkan aneka roti tawar, roti manis,
pita bread, dan baquette adalah roti yang dipanggang (Sufi,
1999).
Roti adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi
tepung terigu dengan ragi atau bahan pengembang lain,
kemudian dipanggang. Roti beranekaragam jenisnya. Adapun
penggolongannya berdasarkan
rasa, warna, nama daerah atau negara asal, nama bahan
penyusun, dan cara pengembangan (Mudjajanto dan Yulianti,
2004).
Standar Mutu roti manis menurut SNI ( 1995) adalah
sebagai berikut :
Tabel 03. Standar Mutu Roti ManisKriteria Uji Satuan Persyaratan
Kenampakan - Normal, Tidakberjamur
Bau - NormalRasa - NormalKadar Air % b/b Maks 40Kadar abu % b/b Maks 1Kadar NaCl % b/b Maks 2.5Serangga - Tidak boleh adaSumber: Standar Nasional Indonesia 01-3840-1995, 1995.
D. Permen Jelly
Permen jelly merupakan permen yang terbuat dari
campuran sari buah-buahan, bahan pembentuk gel atau dengan
penambahan essens untuk menghasilkan berbagai macam rasa,
dengan bentuk fisik jernih transparan serta mempunyai
tekstur kenyal. Pada umumnya permen jelly dibuat dengan
gelatin sebagai bahan pembentuk gelnya. Gelatin sendiri
merupakan protein yang diperoleh dari hidrolisis kolagen
yang secara alami terdapat pada tulang atau kulit binatang.
Gelatin komersial biasanya diperoleh dari ikan, sapi dan
babi. Selama ini bahan gelatin sebagian besar masih
diimpor. Selain harganya yang relatif tinggi, gelatin impor
sering diragukan kehalalannya bagi kaum muslim. Maka dari
itu perlu adanya pemanfaatan bahan lain yang memiliki
karakteristik mirip dengan gelatin sehingga nantinya dapat
digunakan untuk menggantikan gelatin (Sinurat, 2010).
Standar mutu permen jelly menurut SNI (2008) disajikan
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air
persatuan bobot bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode
untuk menentukan kadar air bahan tersebut yaitu berdasarkan
bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet
basis). Dalam penentuan kadar air bahan hasil pertanian
biasanya dilakukan berdasarkan obot basah. Dalam perhitungan
ini berlaku rumus sebagai berikut: KA = (Wa / Wb) x 100%
(Taib, 1988).
Teknologi pengawetan bahan pangan pada dasarnya adalah
berada dalam dua alternatif yaitu yang pertama menghambat
enzim-enzim dan aktivitas/pertumbuhan mikroba dengan
menurunkan suhunya hingga dibawah 0oC dan yang kedua adalah
menurunkan kandungan air bahan pangan sehingga kurang/tidak
memberi kesempatan untuk tumbuh/hidupnya mikroba dengan
pengeringan/penguapan kandungan air yang ada di dalam
maupun di permukaan bahan pangan, hingga mencapai kondisi
tertentu (Suharto, 1991).
Salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar
air pada suatu bahan adalah dengan menggunakan metode
“Penetapan air dengan metode oven“, yaitu suatu metode yang
dapat digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali produk
tersebut mengandung komponen-komponen yang mudah menguap
atau jika produk tersebut mengalami dekomposisi pada
pemanasan 100oC – 102oC sampai diperoleh berat yang
tetap (Apriyantono, 1989).
Berdasarkan kadar air (bobot basah dan bobot kering) dan
bahan basah maupun bahan setelah dikeringkan, dapat
ditentukan rasio pengeringan (drying ratio) dari bahan yang
dikeringkan tersebut. Besarnya “drying ratio“ dapat dihitung
sebagai bobot bahan sebelum pengeringan per bobot bahan
sebelum pengeringan per bobot bahan setelah pengeringan.
Dapat dihitung dengan rumus: Drying ratio = bobot bahan sebelum
pengeringan / bobot bahan setelah pengeringan (Winarno,
1984).
G. Kadar Abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik
atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan
pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan
sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal
sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat
menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-
bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi
komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai
kadar abu. Produk perikanan memiliki kadar abu yang berbeda-
beda. Standar mutu ikan segar berdasar
SNI 01-2354.1-2006, ialah memiliki kadar abu kurang dari 2%.
Produk olahan hasil diversifikasi dari jelly fish
product (kamaboko) yang tidak diolah menjadi surimi dahulu
memiliki standar kadar abu antara 0,44 – 0,69% menurut
SNI 01-2693-1992. Contoh jelly fish product, yakni otak-otak,
bakso dan kaki naga (Astuti, 2012).
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai
tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya
suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan
sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan.
Penggilingan gandum, misalnya, apabila masih banyak lembaga
dan endosperm maka kadar abu yang dihasilkannya tinggi.
Banyaknya lembaga dan endosperm pada gandum menandakan
proses pengolahan kurang baik karena masih banyak mengandung
bahan pengotor yang menyebabkan hasil analisis kadar abu
menjadi tidak murni. Kandungan abu juga dapat digunakan
untuk memperkirakan kandungan dan keaslian bahan yang
digunakan. Kadar abu sebagai parameter nilai gizi, contohnya
pada analisis kadar abu tidak larut asam yang cukup tinggi
menunjukan adanya kontaminan atau bahan pengotor pada
makanan tersebut.
Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara
menurut Astuti (2012), yaitu pengabuan cara langsung (cara
kering) dan pengabuan cara tidak langsung (cara basah).
a. Penentuan kadar abu secara langsung
Prinsip pengabuan cara langsung yaitu semua zat
organik dioksidasi pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-
600oC, kemudian zat yang tertinggal setelah proses
pembakaran ditimbang. Mekanisme pengabuan cara langsung
yaitu cawan porselen dioven terlebih dahulu selama 1 jam
kemudian diangkat dan didinginkan selama 30 menit dalam
desikator. Cawan kosong ditimbang sebagai berat a gram.
Setelah itu, bahan uji dimasukan sebanyak 5 gram ke
dalam cawan, ditimbang dan dicatat sebagai berat b gram.
Pengabuan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu pemanasan pada
suhu 300oC agar kandungan bahan volatil dan lemak
terlindungi hingga kandungan asam hilang. Pemanasan
dilakukan hingga asam habis. Selanjutnya, pemanasan pada
suhu bertahap hingga 600oC agar perubahan suhu secara
tiba-tiba tidak menyebabkan cawan menjadi pecah.
b. Penentuan kadar abu secara tidak langsung
Prinsip pengabuan cara tidak langsung yaitu bahan
ditambahkan reagen kimia tertentu sebelum dilakukan
pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan adalah
gliserol alkohol atau pasir bebas anorganik yang
selanjutnya dipanaskan dalam suhu tinggi. Pemanasan
menyebabkan gliserol alkohol membentuk kerak sehingga
menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar dan
memperbesar oksidasi.
Pemanasan pada pasir bebas dapat membuat permukaan yang
bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan
memperbesar porositas sehingga proses pengabuan semakin
cepat.
H. Penentuan Kadar air Metode Oven
Salah satu metode penentuan kadar air yang sederhana dan
banyak digunakan untuk produk pangan adalah metode
pengeringan atau metode oven (thermogravimetri). Pada metode
ini sampel dibiarkan dalam alat pengering (oven) pada suhu
70-1050C hingga bahan mencapai berat yang konstan. Kelebihan
metode ini adalah prosedurnya yang sederhana dan data yang
diperoleh cukup baik dan akurat. Pengeringan dengan cara
oven adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau
menghilangakan sebagian air dari suatu bahan dengan cara
menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas.
Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai suatu
batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya
(Anonim, 2009a).
I. Penentuan kadar abu dengan menggunakan tanur
Prinsip pengabuan cara tanur yaitu semua zat organik
dioksidasi pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600 oC,
kemudian zat yang tertinggal setelah proses pembakaran
ditimbang. Mekanisme pengabuan cara langsung yaitu cawan
porselen dioven terlebih dahulu selama 1 jam kemudian
diangkat dan didinginkan selama 30 menit dalam desikator.
Cawan kosong ditimbang sebagai berat a gram. Setelah itu,
bahan uji dimasukan sebanyak 5 gram ke dalam cawan,
ditimbang dan dicatat sebagai berat b gram. Pemanasan
dilakukan hingga asam
habis. Selanjutnya, pemanasan pada suhu bertahap hingga
600 oC agar perubahan suhu secara tiba-tiba tidak
menyebabkan cawan menjadi
pecah (Anonim, 2009).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum penentuan kadar air dan kadar
abu yang dilakukan pada hari Rabu, 15 Oktober 2014, pukul
08.00 – 11.00 WITA, di Laboratorium Kimia Analisa dan
Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi
Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
- tanur
- oven
- cawan
- timbangan analitik
- penjepit cawan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
- brownies
- roti manis
- tempe
- permen jelly
- cumi-cumi
C. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut
:
1. Penentuan Kadar Air
a. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC.
b. Cawan didinginkan dengan dimasukkan ke dalam
desikator.
c. Ditimbang berat kosong cawan.
d. Bahan di masukkan ke dalam cawan, lalu ditimbang
hingga 5 gram.
e. Kemudian dipanaskan ke dalam oven selama 3 jam.
f. Didinginkan di dalam desikator selama 10 menit.
g. Ditimbang lagi berat cawan yang berisi bahan.
h. Dimasukkan ke dalam oven kembali sampai berat
konstan.
2. Penentuan Kadar Abu
a. Panaskan cawan dalam tanur dengan suhu 750oC.
b. Cawan didinginkan dengan dimasukkan ke dalam
desikator.
c. Bahan di masukkan ke dalam cawan, lalu ditimbang
hingga 5 gram.
d. Ditimbang cawan.
e. Kemudian dipanaskan lagi ke dalam tanur dengan suhu
750oC.
f. Didinginkan di dalam desikator selama 10 menit.
g. Ditimbang lagi berat cawan yang berisi bahan.
h. Dihitung berat abu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil praktikum penentuan kadar air dan kadar abu dalam
bahan pangan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 02. Hasil Penentuan Kadar Air dan Kadar AbuNo Bahan Kadar Air ( % ) Kadar Abu ( % )1 Brownies 26,89 1.384 2 Tempe 59,001 0.9663 Roti 25,553 1.3114 Permen Jelly 9,012 0.23965 Cumi-cumi 86,122 0.666
Sumber: Data Sekunder Praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium
B. Pembahasan
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah brownies
sebanyak 10 gram, yaitu 5 gram untuk pengujian kadar air,
dan 5 gram lagi untuk pengujian kadar abu. Komposisi dari
brownies adalah tepung terigu, telur, lemak, gula pasir dan
coklat. Hal ini sesuai dengan Astawan (2009), yang
mengatakan bahwa brownies merupakan sumber energi yang baik.
Energi pada brownies umumnya berasal dari karbohidrat
( yaitu tepung dan gula) serta lemak. Brownies memiliki
komposisi, seperti tepung terigu, margarin, telur, gula,
dan coklat (coklat bubuk dan coklat masak) dengan atau
tanpa kacang kacangan
Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan
yang menunjukan banyaknya air yang terkandung di dalam
bahan. Kadar air biasanya dinyatakan dengan persentase berat
air terhadap bahan basah atau dalam gram air untuk setiap
100 gram bahan yang disebut dengan kadar air basis basah.
Berat bahan kering atau padatan adalah berat bahan setelah
mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga
beratnya tetap (konstan). Hal ini sesuai dengan Suharto
(1991), yang mengatakan bahwa kadar air adalah persentase
kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan
berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum
teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan
berat kering dapat lebih dari 100 persen.
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik
atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan
pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan
sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Penentuan kadar abu
total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain
untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan,
mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu
parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Hal ini sesuai
dengan Firmansyah (2011), yang mengatakan bahwa kadar abu
adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan
organik. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada
macan bahan dan cara pengabuanya.
Perhitungan kadar air yang terdapat pada brownies,
terlebih dahulu ditimbang bobot brownies yang digunakan
sebanyak 5 gram menggunakan timbangan analitik. Setelah itu,
dipanaskan ke dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam untuk
menguapkan kandungan air yang terdapat pada biskuit.
Kemudian bahan didinginkan ke dalam desikator selama 10
menit. Setelah itu, ditimbang lagi berat cawan dan bahannya
dengan menggunakan timbangan analitik. Lalu dikeringkan
kembali ke dalam oven sampai diperoleh berat yang konstan.
Hal ini sesuai dengan Winarno (1992), yang menyatakan
bahwa pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan
mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110ºC selama 3
jam atau sampai didapat berat yang konstan.
Perhitungan kadar abu yang terdapat pada brownies,
terlebih dahulu ditimbang bobot brownies yang digunakan
sebanyak 5 gram menggunakan timbangan analitik. Setelah itu,
dipanaskan ke dalam tanur pada suhu 750oC selama 3 jam untuk
menguapkan bahan-bahan yang terkandung di dalam brownies,
kecuali mineralnya. Kemudian bahan didinginkan ke dalam
desikator selama 10 menit. Setelah itu, ditimbang lagi berat
cawan dan bahannya dengan menggunakan timbangan analitik.
Lalu dikeringkan kembali ke dalam tanur sampai diperoleh
berat yang konstan. Hal ini sesuai dengan Anonim (2010),
yang mengatakan bahwa penentuan kadar abu adalah
mengoksidasikan senyawa organik pada suhu yang tinggi, yaitu
sekitar 500-600°C dan melakukan penimbangan zat yang tinggal
setelah proses pembakaran tersebut.
Hasil praktikum ukur kadar abu didapatkan kadar abu yang
dimiliki oleh brownies , yaitu sebanyak 1,384%. Penilaian
mutu brownies ditinjau dari aspek ini dapat dilakukan secara
laboratoris dengan analisis kimia. Syarat mutu brownies yang
telah ditetapkan oleh Departemen Perindustrian tercantum
dalam Standar Nasional Indonesia (SNI. 01-2973-1992), yaitu
2% (maksimum 2%). Ini menunjukkan bahwa kandungan abu yang
terdapat di dalam brownies berdasarkan SNI 01-2973-
1992 telah memenuhi syarat yang ada, yaitu kurang dari 2%
(maksimum 2%). Hal ini sesuai dengan Rena (2013), yang
menyatakan bahwa brownies adalah kue kering yang berwarna
coklat dan rasanya manis yang bahannya terdiri dari tepung
terigu, margarin, telur, gula, dan coklat (coklat bubuk dan
coklat masak) dengan atau tanpa kacang kacangan yang dibuat
tanpa peragian dengan kandungan abu yang rendah kurang dari
5 %.
Hasil praktikum mengenai kadar air menunjukkan bahwa
kadar air brownies
adalah 26,89 %. Ini menunjukkan bahwa kadar air yang
terdapat di dalam brownies lebih tinggi dari kadar air
brownies biasanya yaitu sekitar 16,78%. Hal ini terjadi
karena adanya kesalahan sewaktu brownies yang sudah dioven
akan ditimbang, desikator yang terbuka terlalu lama sehingga
uap air dari udara disreap oleh bahan yang mengakibatkan
penambhan kadar air bahan . Hal ini sesuai dengan Saragih
(2011), yang menyatakan bahwa brownies adalah Brownies
adalah sejenis kue kering yang berwarna coklat dan rasanya
manis yang yang dibuat tanpa peragian dengan kandungan air
yang rendah kurang dari 16 %.
Daftar Pustaka
Ambarini. 2005. Brownies. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Irawan A. 2006. Kandungan Mineral Cumi-Cumi (Loligo sp) danUdang Vanamei (Litopenaeus vannamei) Serta Pengaruh Perebusan Terhadap Kelarutan. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Kasmidjo, R.B., 1990. TEMPE : Mikrobiologi dan KimiaPengolahan serta Pemanfaatannya. PAU Pangan dan GiziUGM. Yogyakarta.
Roper, C.F.E., M.J Sweeney and C.E Neuen,1984.Chephalopods of The Word. And Annottated andlllustrated Ratalogue of Spesies of Interest toFisheries. FAO Species Catalogue
Sanusi. 2010. Ragam Kreasi Brownies Manis Nan Cantik.Yogyakarta: Flashbooks
Sarwojo. 2005. Serba – Serbi Dunia Molusca. Malang. Indonesia
Sinurat, Ellya,. Murdinah dan Fransiska. KarakterisasiPermen Jelly yang dibuat dari Formulasi JellyPowder.