-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP DERAJAT
KECEMASAN DAN DEPRESI SISWA KELAS III SMU N 1 SUKOHARJO
DALAM MENGHADAPI SNMPTN TAHUN 2010
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran
RIZKA FARAH HILMA
G 0007145
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap
Derajat Kecemasan
Dan Depresi Siswa Kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam Menghadapi
SNMPTN
Tahun 2010
Rizka Farah Hilma, NIM : G.0007145, Tahun : 2010
Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada hari , tanggal 2010
Pembimbing Utama
Nama : Prof. Aris Sudiyanto, dr., Dr., SpKJ (K)
NIP : 19500131 197603 1 001
..............................
Pembimbing Pendamping
Nama : Vitri Widyaningsih, dr
NIP : 19820423 200801 2 011
..............................
Penguji Utama
Nama : Hj. Makmuroch, Dra., MS
NIP : 19530618 198003 2 002
..............................
Anggota Penguji
Nama : Slamet Riyadi dr., M.Kes
NIP : 19600418 199203 1 001
..............................
Surakarta, 2010
Ketua Tim Skripsi
Sri Wahjono, dr., MKes., DAFK
NIP : 19450824 197310 1 001
Dekan FK UNS
Prof. Dr. AA Subijanto, dr., MS
NIP : 19481107 197310 1 003
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara
tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 2010
Rizka Farah Hilma
NIM. G0007145
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ABSTRAK
Rizka Farah Hilma, G0007145, 2010. Pengaruh Bimbingan Belajar
terhadap Derajat Kecemasan dan Depresi Siswa Kelas III SMU N 1
Sukoharjo dalam Menghadapi SNMPTN Tahun 2010. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian: Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan belajar terhadap
derajat kecemasan dan depresi siswa dalam menghadapi SNMPTN. Metode
penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi
two group pre and post test design. Pengambilan sampel dilaksanakan
secara purposive sampling kemudian sampel dibedakan menjadi
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kecemasan dinilai dengan
kuisioner TMAS (The Taylor Manifest Anxiety Scale) dan depresi
dinilai menggunakan kuisioner BDI (Beck Depression Index). Dari
hasil pre dan posttest akan didapatkan nilai selisih, dimana rerata
dari nilai selisih tersebut akan dibandingkan antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Diperoleh 112 data dan dianalisis
menggunakan (1) uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov (2) uji
Mann-Whitney melalui program SPSS 17.0 for Windows. Hasil
penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) adanya perbedaan rerata
selisih skor TMAS pre dan posttest yang sangat bermakna.antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p = 0,001), (2) tidak
terdapat perbedaan rerata selisih skor BDI pre dan posttest yang
bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p = 0,191)
Simpulan penelitian: (1) Bimbingan belajar berpengaruh secara
sangat bermakna terhadap penurunan derajat kecemasan siswa kelas
III SMU N 1 Sukoharjo dalam menghadapi SNMPTN (2) Bimbingan belajar
berpengaruh secara tidak bermakna terhadap penurunan derajat
depresi siswa kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam menghadapi SNMPTN.
Kata kunci : bimbingan belajar, kecemasan, depresi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
ABSTRACT
Rizka Farah Hilma, G0007145, 2010. The Influence of Intensive
Course to Anxiety and Depression Degree among 3th Grade Students of
SMU N I Sukoharjo Who Will Undergo SNMPTN. Medical Faculty of
Sebelas Maret University. Objectives: This research aims to find
the influence of intensive course to anxiety and depression degree
among 3th grade students of SMU N I Sukoharjo who will undergo
SNMPTN Methods: This was an experimental quasi two group pre and
post test design research. Subjects were sampled using purposive
sampling method and were divided into intensive course group and
control group. There were pretest and posttest for every sample in
those group. Anxiety was measured by TMAS (The Taylor Manifest
Anxiety Scale ) and depression was measured by BDI (Beck Depression
Index). Then, the mean difference between pre and posttest score
was compared. There were 112 samples which could be analyzed by
using the Kolmogorov-Smirnov test of normality and Mann-Whitney
test. Results : This research shows (1) a significant mean
difference of pre and posttest TMAS score between intensive course
group and control group (p = 0.001), (2) no significant mean
difference of pre and posttest BDI score between intensive course
group and control group (p = 0.191). Conclusion: (1) There is
significant influence of intensive course to decrease of anxiety
degree among 3th grade students of SMU N I Sukoharjo who will
undergo SNMPTN, (2) There is no significant influence of intensive
course to decrease of depression degree among 3th grade students of
SMU N I Sukoharjo who will undergo SNMPTN. Key words : intensive
course, anxiety, depression,
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
PRAKATA
Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa taala
yang telah
memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
laporan penelitian dengan judul Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap
Derajat Kecemasan dan Depresi Siswa Kelas III SMU N 1 Sukoharjo
dalam Menghadapi SNMPTN Tahun 2010.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat
sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas
pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak.
Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada
:
1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Aris Sudiyanto, dr., Dr., SpKJ (K), selaku Pembimbing
Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan
dan nasehat.
3. Vitri Widyaningsih dr., selaku Pembimbing Pendamping yang
telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan
nasehat.
4. Hj. Makmuroch, Dra., MS, selaku Penguji Utama yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat.
5. Slamet Riyadi, dr., M.Kes, selaku Anggota Penguji yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat.
6. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta. 7. Kepala Sekolah beserta segenap staf dan guru di SMA N
1 Sukoharjo yang
telah memberikan izin penelitian. 8. Bapak, Ibu, dan kakak yang
telah memberi dukungan moral, material, serta
senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini. 9. Arif
Hidayat yang telah memberi semangat dan doa demi
terselesaikannya
skripsi ini. 10. Teman-teman Tigers Phamz: Pram, Meta, Irma,
Restu dan Teman Wisma
Putri Anggia yang selalu memotivasi penulis dengan tawa dan
semangat mereka.
11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat,
koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, 2010
Rizka Farah Hilma
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
DAFTAR ISI
PRAKATA
............................................................................................................
vi
DAFTAR ISI
.........................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL
.................................................................................................
i
DAFTAR LAMPIRAN
.........................................................................................
xi
BAB I. PENDAHULUAN
...................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah
.....................................................................
1
B. Perumusan Masalah
...........................................................................
3
C. Tujuan Penelitian
...............................................................................
4
D. Manfaat Penelitian
.............................................................................
4
BAB II. LANDASAN TEORI
.............................................................................
5
A. Tinjauan Pustaka
.................................................................................
5
1.
Kecemasan........................................................................................
5
2.
Depresi..............................................................................................
12
3. Bimbingan Belajar
........................................................................
.. 22
B. Kerangka Berpikir
...............................................................................
23
C. Hipotesis
..............................................................................................
23
BAB III. METODE PENELITIAN
......................................................................
24
A. Jenis Penelitian
...................................................................................
24
B. Lokasi Penelitian
.................................................................................
24
C. Subyek
Penelitian................................................................................
24
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
D. Teknik Sampling
................................................................................
25
E. Rancangan Penelitian
..........................................................................
26
F. Identifikasi Variabel
Penelitian...........................................................
27
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
............................................ 27
H. Instrumen Penelitian
..........................................................................
30
I. Cara Kerja
..........................................................................................
31
J. Teknik Analisis
Data...........................................................................
32
BAB IV. HASIL PENELITIAN
...........................................................................
33
A. Deskripsi Sampel
................................................................................
33
B. Analisis
Statistika................................................................................
36
BAB V. PEMBAHASAN
....................................................................................
41
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN
.................................................................
47
A. Simpulan
.............................................................................................
47
B. Saran
...................................................................................................
47
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................
49
LAMPIRAN
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Perlakuan
............................................. 33
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
...................................... 34
Tabel 3. Rerata Skor TMAS
.................................................................................
34
Tabel 4. Rerata Skor BDI
.....................................................................................
35
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov-Smirnov
test ............... 36
Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Skor TMAS posttest dan Skor
BDI
postest dengan Levenes Test
................................................................
37
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Skor TMAS posttest dan Skor
BDI
postest dengan Levenes Test Setelah Proses Transformasi
................. 37
Tabel 8. Hasil uji Mann-Whitney data TMAS postest..38
Tabel 9. Hasil uji Mann-Whitney data BDI postest...38
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran
Lampiran 2. Identitas Sampel dan Informed Consent
Lampiran 3. Kuosioner LLMPI
Lampiran 4. Kuosioner IPSP
Lampiran 5. Kuosioner TMAS
Lampiran 6. Kuisioner BDI
Lampiran 7. Data Mentah Hasil Penelitian
Lampiran 8. Distribusi Data
Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas Data
Lampiran 10. Hasil Analisis Data Penelitian
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut definisi World Health Organization (WHO), remaja adalah
mereka
yang berusia antara 10 hingga 19 tahun. Remaja adalah suatu masa
dimana
individu mengalami perubahan perkembangan psikologik yang
ditandai dengan
percepatan perkembangan kognitif dan konsolidasi pembentukan
kepribadian
(Kaplan dan Sadock, 2005). Setiap periode perkembangan mempunyai
masalah
sendiri-sendiri. Namun masalah remaja sering menjadi sulit oleh
karena kurangnya
pengalaman dalam mengatasi masalah dan perasaan mandiri dalam
mengatasi
masalah.
Pada masa remaja inilah, siswa kelas III SMU dihadapkan pada
salah satu
masalah yaitu SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri).
SNMPTN merupakan seleksi yang dilaksanakan secara bersama oleh
beberapa
Perguruan Tinggi Negeri dalam satu sistem yang terpadu dengan
menggunakan
soal yang sama atau setara dan diselenggarakan secara serentak.
Tidak jarang
dalam menghadapi SNMPTN siswa dapat mengalami kecemasan bahkan
depresi.
Hal ini dapat disebabkan oleh keterbatasan peluang untuk
mendapatkan kursi di
perguruan tinggi negeri sedangkan ambisi untuk berhasil di
SNMPTN sangat
tinggi. Dari laporan yang dikeluarkan oleh Koordinator
Perhimpunan SNMPTN,
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pada tahun 2009 terjadi penurunan daya tampung SNMPTN hampir 20
persen
dari 10.672 kursi menjadi 8.406 kursi. Padahal menurut data dari
panitia
SNMPTN, jumlah peserta SNMPTN tahun 2008 mencapai angka 98.426
orang
(Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2009)
Setiap menjelang pelaksanaan SNMPTN, para siswa dilanda stres
yang luar
biasa. Tidak hanya karena peningkatan aktivitas belajar, tetapi
yang paling berat
adalah beban psikologis mengenai ambisi untuk meraih cita-cita.
Kekhawatiran
ini nampaknya tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga
terjadi pada orang tua
siswa. Salah satu bentuk respon dari kekhawatiran tersebut
adalah dengan
mengikutsertakan anak dalam program bimbingan belajar. Dengan
mengikuti
bimbingan belajar, terkesan bahwa mereka menjadi siap dan mantap
dalam
menghadapi SNMPTN. Bagi kalangan siswa yang berkecukupan, hal
ini bukan
menjadi suatu masalah, tetapi bagi siswa dari kalangan yang
kurang mampu,
kenyataan tersebut akan menimbulkan kecemasan, bila mereka tidak
ikut
bimbingan belajar, mereka akan merasa berat untuk menghadapi
persaingan di
SNMPTN.
Kecemasan dalam menghadapi SNMPTN dapat berdampak besar bagi
psikologis siswa, siswa yang tidak mampu mengatasi kecemasanya
dengan baik
akan jatuh ke dalam keadaan cemas patologis bahkan depresi. Hal
tersebut
ditunjang dengan keadaan psikologis pada usia remaja, yang
merupakan transisi
menuju dewasa sehingga rentan terhadap kejadian depresi
(Reinherz dkk., 2003).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Maramis (2005) menyebutkan bahwa kecemasan pada tingkat tertentu
dianggap
normal, tetapi apabila terjadi terus menerus terjadi kecemasan
dimana fungsi
homeostasis gagal mengadaptasi maka akan terjadi cemas yang
patologis.
Kecemasan dan depresi merupakan dua hal yang saling tumpang
tindih dan
memiliki angka kejadian secara bersamaan yang cukup tinggi
(Durand dan
Barlow, 2006; Beekman dkk., 2000). Individu yang mengalami
depresi, terutama
jika depresinya mencapai tingkat gangguan, juga akan mengalami
kecemasan.
Tetapi tidak semua orang yang menderita gangguan kecemasan juga
mengalami
depresi (Durand dan Barlow, 2006)
Penelitian mengenai kecemasan dan depresi ini dilakukan di SMUN
1
Sukaharjo karena pada sekolah tersebut belum pernah diadakan
penelitian yang
serupa, sehingga diharapkan hasil data yang didapatkan dari
penelitian
bermanfaat serta dapat menjadi referensi informasi dan
pengetahuan.
Selanjutnya penulis akan memaparkan mengenai faktor-faktor
penyebab
kecemasan dan depresi serta kecemasan dan depresi yang terjadi
pada siswa
kelas III SMU dalam menghadapi SNMPTN antara yang mengikuti dan
tidak
mengikuti bimbingan belajar.
B. Perumusan Masalah
Adakah pengaruh bimbingan belajar terhadap derajat kecemasan dan
depresi
siswa Kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam menghadapi SNMPTN Tahun
2010?
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh bimbingan belajar terhadap derajat kecemasan
dan
depresi Kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam menghadapi SNMPTN
Tahun 2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris adanya
pengaruh
bimbingan belajar terhadap derajat kecemasan dan depresi siswa
kelas III
SMU dalam menghadapi SNMPTN.
b. Menambah wawasan psikiatri khususnya tentang pengaruh
bimbingan
belajar terhadap derajat kecemasan dan depresi siswa kelas III
SMU dalam
menghadapi SNMPTN.
2. Manfaat Praktis
Manfaat Praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Memberikan manfaat bagi siswa kelas III SMU sebagai
persiapan
menghadapi SNMPTN dengan baik
b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dan orang tua
untuk
memberikan perhatian yang dibutuhkan oleh siswa dalam
menghadapi
SNMPTN.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kecemasan
a. Pengertian
Menurut Hawari (2006), kecemasan (ansietas/ anxiety) adalah
gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan
takut
atau khawatir yang mendalam dan berkelanjutan, tetapi
kemampuan
dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) tidak
terganggu,
kepribadian juga masih utuh (tidak mengalami keretakan
kepribadian/splitting of personality), sedangkan perilaku
dapat
terganggu walaupun masih dalam batas-batas normal. Pada
manusia,
kecemasan dapat memperlihatkan perasaan seperti gelisah,
sejumlah
perilaku (tampak khawatir, gelisah dan resah) maupun
respon-respon
fisiologis. Kecemasan bersifat kompleks dan merupakan
keadaan
suasana hati yang berorientasi pada masa yang akan datang
dengan
kekhawatiran karena tidak dapat memprediksi dan mengontrol
kejadian
di masa yang akan datang (Durand dan Barlow, 2006 )
Kecemasan merupakan salah satu bagian dari respon yang
penting
dalam mempertahankan diri. Kecemasan merupakan suatu sinyal
yang
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam sehingga
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi
ancaman (Kapplan dan Saddock, 2005). Menurut Maramis (2005)
kecemasan dapat bersifat normal maupun patologis. Kecemasan
normal
terjadi jika individu yang mendapatkan suatu stressor kemudian
dapat
segera melakukan penyesuaian diri. Tetapi, terkadang sistem
kecemasan
individu tidak berfungsi dengan baik atau terlalu berlebihan
sehingga
terjadilah kecemasan yang patologis. Jika kecemasan terjadi
bukan
pada saat yang tepat atau sangat hebat dan berlangsung lama
sehingga
mengganggu aktivitas kehidupan yang normal, maka hal ini
sudah
merupakan suatu penyakit.
Kecemasan yang patologis menurut DSM-IV dan PPDGJ-III dapat
dipahami sebagai : gangguan kecemasan, gangguan kecemasan
akibat
gangguan mental lain atau penyakit medis, atau gangguan
kecemasan
yang berkormobiditas dengan penyakit lain.
b. Epidemiologi
Prevalensi (angka kesakitan) gangguan kecemasan berkisar
6-7%
dari populasi umum. Kelompok perempuan lebih banyak
dibandingkan
prevalensi kelompok laki-laki (Ibrahim, 2002). Dari hasil
penelitian
yang dilakukan oleh Lpin (2002) gangguan kecemasan merupakan
gangguan jiwa yang paling sering terjadi dan menyerang lebih
dari
15,7 juta penduduk Amerika setiap tahunnya dan 30 juta
penduduk
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Amerika pernah mengalami gangguan kecemasan dalam periode
hidupnya.
c. Etiologi
Etiologi dari gangguan kecemasan belum diketahui secara
pasti,
namun diduga dua faktor yang berperan terjadi dalam gangguan
ini
yaitu faktor psikologis dan faktor biologis.
1) Teori Psikologi
Sehubungan dengan faktor-faktor psikologis yang berperan
dalam terjadinya kecemasan ada tiga teori yang berhubungan
dengan hal ini, yaitu teori psikoanalitik, teori perilaku dan
teori
eksistansial. Dalam teori psikoanalitiknya Freud menganggap
kecemasan sebagai reaksi psikis terhadap bahaya di seputar
reaktivasi situasi menakutkan masa anak-anak (Durand dan
Barlow,
2006). Ahli psikoanalisis lainnya, Otto Rank mengembalikan
terjadinya semua kecemasan pada trauma kelahiran. Sedangkan
Harry Stack Sullivan menekankan hubungan awal antara ibu dan
anak dan transmisi kecemasan ibu kepada bayinya. Para pakar
teori
perilaku melihat kecemasan sebagai suatu respon yang
dibiasakan
(classic conditioning) terhadap stimulan lingkungan
spesifik.
Penyebab lainnya respon kecemasan dapat dipelajari dengan
meniru kecemasan orang tuanya (teori belajar sosial) (Kaplan
dan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Sadock, 2005). Kecemasan juga dapat dipengaruhi oleh faktor
sense of control atau perasaan mampu mengontrol. Penderita
gangguan kecemasan cenderung menilai lebih (overestimated)
terhadap derajat bahaya dalam situasi tertentu dan cenderung
menilai rendah (underestimate) kemampuannya untuk mengatasi
ancaman yang datang. Sense of control pada tiap individu
tampaknya berhubungan dengan tindakan orang tua pada masa
anak-anak awal (Durand dan Barlow, 2006). Teori eksistansial
berpendapat bahwa terjadinya kecemasan adalah akibat tidak
adanya rangsang yang dapat diidentifikasi secara spesifik.
Ketiadaan ini membuat orang sadar akan kehampaan di dalam
kehidupan ini (Kaplan dan Sadock, 2005)
2) Teori Biologis
Faktor biologi yang berperan penting adalah
neurotransmitter. Ada tiga neurotransmitter utama yang
berperan dalam gangguan kecemasan yaitu norepinefrin (NE),
serotonin (5-HT) dan gama amino butirat acid (GABA) (Kapplan
dan Saddock, 2005). Ganong (2000) menyebutkan serotonin
lebih
berperan utama pada gangguan kecemasan menyeluruh,
sedangkan NE lebih berperan pada gangguan panik. Pemberian
obat-obatan yang meningkatkan kadar NE dapat menimbulkan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
tanda-tanda kecemasan, sedangkan obat-obatan yang
menurunkan kadar NE akan menimbulkan depresi. Peranan
GABA dalam menimbulkan kecemasan berbeda dengan NE.
GABA bersifat menghambat terjadinya kecemasan. Mengenai
peranan 5-HT dalam gangguan kecemasan didapatkan dari hasil
pengamatan efektivitas obat-obat serotonergik terhadap
kecemasan. Menurut Lader (Idrus, 2006) diduga serotonin
mempengaruhi reseptor GABA-benzodiazepin complex sehingga
berperan dalam anti cemas (Idrus, 2006; Kapplan dan Saddock,
2005). Kemungkinan lain adalah interaksi antara 5-HT dengan
NE
dalam mekanisme kecemasan sebagai anticemas (Idrus, 2006 ).
Penelitian genetika semakin menunjukkan banyak bukti
bahwa tiap individu mewarisi kecenderungan untuk tegang dan
gelisah. Tidak ada sebuah gen tunggal pun yang menjadi
penyebab kecemasan. Sebaliknya, kontribusi-kontribusi kecil
dari
banyak gen di wilayah-wilayah kromosom yang berbeda secara
kolektif membuat tiap individu rentan terhadap kecemasan
(Durand dan Barlow, 2006; Tambs dkk, 2009). Hasil penelitian
menunjukkan hampir separuh dari semua pasien dengan gangguan
panik memiliki sekurangnya satu sanak saudara yang menderita
gangguan (Kaplan dan Sadock, 2005).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
d. Gejala Klinik dan Diagnosis
Diagnosis untuk gangguan kecemasan dapat ditegakkan bila
didapatkan baik keluhan somatik (fisik) maupun psikologik
dan
kognitif serta tanda-tanda objektif kecemasan.
1) Keluhan Kognitif dan Psikologis
a) Perasaan cemas, khawatir dan was-was.
b) Ragu-ragu untuk bertindak, atau memutuskan sesuatu, takut
salah.
c) Perasaan takut pada situasi, objek atau keadaan tertentu
d) Perasaan tidak enak dan gelisah.
e) Takut mati, takut menjadi gila, pikiran negatif terhadap
diri
sendiri atau lingkungan sekitar.
f) Merasa tegang.
g) Insomnia, sulit untuk memulai jatuh tidur (early
insomnia)
h) Mudah terkejut dan terlalu waspada.
i) Mudah marah (iritable).
j) Perasaan cemas tersebut mempengaruhi hampir semua aspek
kehidupan penderita, sehingga fungsi pertimbangan akal
sehat, perasaan dan perilakunya terpengaruhi.
2) Keluhan fisik
a) Neurologik dan vaskuler : sakit kepala, pusing
(dizzines),
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
vertigo, tremor, pandangan kabur, rasa baal atau kesemutan.
b) Kardiovaskuler : palpitasi dan nyeri dada.
c) Respirasi : nafas pendek, dipsneu, hiperventilasi.
d) Gastrointestinal : mulut dan tenggorokan kering, nausea,
vomitus dan diare.
e) Genitourinarius : sering berkemih, nyeri saat berkemih,
ejakulasi prematur, impotensia.
f) Sistem muskuloskeltal : sakit dan nyeri otot terutama
otot
leher
g) Kulit : keringat berlebihan, kulit telapak tangan dan
kaki
teraba dingin.
3) Tanda objektif
a) Penderita tampak gugup, gelisahdan tidak dapat duduk
santai
b) Suara bergetar, gagap
c) Palpitasi
d) Hiperventilasi
e) Berkeringat banyak atau telapak tangan dan kaki lembab
(Romadhon, 2002)
e. Skala Penilaian
Salah satu instrumen sebagai alat bantu diagnostik keadaan
cemas
adalah The Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS). Skala ini
disusun
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
oleh Taylor untuk menyeleksi subjek penelitian dengan
tingkat
dorongan kecemasan tinggi dan rendah guna mempelajari
pengaruh
kecemasan tingkat tinggi pada penampilan dalam berbagai
situasi
eksperimental.
Instrumen TMAS berbentuk kuesioner yang berisi 50 butir
pertanyaan. Responden menjawab keadaan ya atau tidak sesuai
dengan
keadaan dirinya dengan memberi tanda (X) pada kolom jawaban
ya
atau tidak. Pada pertanyaan favorable jika diisi jawaban ya
maka
diberi nilai 1, sedangkan pada pertanyaan unfavorable jika
diisi
jawaban tidak maka diberi nilai 1. Tiap nilai dari
masing-masing
pertanyaan kemudian dijumlah. Nilai total dengan jumlah kurang
dari
21 berarti tidak cemas, sedangkan nilai total lebih atau sama
dengan 21
menunjukkan kecemasan.
2. Depresi
a. Pengertian
Depresi adalah suatu gangguan perasaan dengan ciri-ciri
semangat
berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri,
gangguan
tidur dan makan (Maramis, 2005)
b. Epidemiologi
Depresi merupakan gangguan psikiatri yang paling sering
ditemukan.
Prevelansi gangguan depresif berat pada wanita dua kali lebih
besar
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dibandingkan laki-laki. Rata-rata usia onset untuk gangguan
depresif
berat adalah kira-kira 40 tahun; 50 persen dari semua pasien
memiliki
onset antara usia 20- 50 tahun ( Kaplan dan Sadock, 2005).
Menurut
Kessler, dkk (2005) gangguan depresi terjadi pada 14,8 juta
penduduk
dewasa Amerika atau sekitar 6,7 persen dari populasi
Amerika.
c. Etiologi
Dasar umum untuk gangguan depresif berat belum diketahui.
Faktor
penyebab dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologis,
faktor
genetika dan faktor psikososial. Perbedaan tersebut adalah
buatan karena
kemungkinan ketiga bidang tersebut dapat saling berinteraksi (
Kaplan
dan Sadock, 2005).
1) Faktor Biologis
Teori biologis berdasarkan sejumlah besar penelitian,
menghasilkan data yang dilaporkan paling konsisten dengan
hipotesis
bahwa gangguan mood memiliki hubungan dengan disregulasi
heterogen pada amin biogenik. Norepinefrin (NE) dan serotonin
(5-
HT) merupakan amin biogenik yang paling sering dihubungkan
dalam patofisiologi depresi (Kaplan dan Sadock, 2005).
Hipotesis
katekolamin menyatakan bahwa depresi disebabkan oleh
rendahnya
kadar NE otak, dan peningkatan NE menyebabkan mania.
Hipotesis
indolamin menyatakan bahwa rendahnya 5- HT otak (atau
metabolit
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
utama 5-HIAA) menyebabkan depresi. Menurut hipotesis
permisif
bahwa penurunan NE menimbulkan depresi dan peningkatan NE
menyebabkan mania, hanya apabila kadar 5-HT rendah (Durand
dan
Barlow, 2006).
Pada pasien gangguan mood ditemukan pula disregulasi pada
sumbu neuroendokrin. Hal tersebut kemungkinan merupakan
hasil
dari fungsi abnormal neuron yang mengandung amin biogenik.
Disregulasi sumbu neuroendokrin pada gangguan mood terutama
terjadi pada sumbu adrenal, tiroid dan hormon pertumbuhan
(Goodyer dkk, 2009; Kaplan dan Sadock, 2005).
Bila pengalaman yang berbentuk stressor dalam kehidupan
sehari-hari tercatat dalam korteks serebri dan sistem limbik
sebagai
stressor, emosi yang menganggu, bagian otak ini akan
mengirim
pesan ke tubuh untuk meningkatkan kesadarannya dan
mempersiapkan diri untuk menghadapi stressor tersebut.
Target
utamanya adalah kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal bagian
korteks
akan mengeluarkan hormon kortisol untuk mempertahankan
kehidupan. Kortisol merupakan glukokortikoid utama yang
memiliki
efek metabolik, anti-inflamasi, imunosupresif, serta berperan
penting
dalam mekanisme adaptasi terhadap stres (Sherwood, 2001).
Peningkatan aktivitas glukokortikoid merupakan respon utama
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
terhadap stressor. Kadar kortisol yang meningkat menyebabkan
terjadinya mekanisme umpan balik negatif yaitu hipotalamus
menekan sekresi corticotropin-releasing hormone (CRH), yang
kemudian mengirimkan sinyal ke hipofisis sehingga hipofisis
juga
menurunkan produksi adrenocorticotrophic hormone (ACTH).
Akhirnya sinyal ini juga diteruskan ke korteks adrenal untuk
mengurangi produksinya.
Berbagai jenis stres diketahui menghambat sekresi TSH dan
hormon tiroid, diperkirakan melalui pengaruh saraf pada
hipotalamus.
(Sherwood, 2001). Hasil penelitian menemukan adanya regulasi
abnormal dari sumbu tiroid pada pasien dengan gangguan mood.
Tetapi tidak semua pasien dengan gangguan afektif memiliki
regulasi
abnormal sumbu tiroid. Secara konsisten ditemukan bahwa
kira-kira
sepertiga dari semua pasien dengan gangguan depresif berat
yang
memiliki sumbu tiroid yang normal memiliki pelepasan
tirotropin
yang tumpul yaitu thyroid stimulating hormone (TSH) terhadap
infus
thyrotropine releasing hormone (TRH). ( Kaplan dan Sadock,
2005)
Beberapa penelitian telah menemukan perbedaan statisik
antara
pasien depresi dan orang normal dalam pengaturan pelepasan
hormon
pertumbuhan. Pasien depresi memiliki penumpulan stimulasi
pelepasan hormon yang diinduksi tidur (Kaplan dan Sadock,
2005)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2) Faktor Genetika
Data dari studi-studi keluarga menunjukkan bahwa semakin
banyak tanda dan gejala kecemasan dan depresi pada pasien
tertentu, semakin tinggi angka kecemasan, depresi atau
keduanya
pada anggota keluarga tingkat pertama dan anak-anaknya
(Durand
dan Barlow, 2006). Dibandingkan pria, umumnya wanita
memiliki
kesempatan yang lebih besar untuk mengalami depresi
(Sullivan,
2000). Penelitian keluarga telah secara berulang menemukan
bahwa
sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan
depresif
berat berkemungkinan dua hingga tiga kali lebih mungkin
menderita gangguan depresif berat.
Pada penelitian adopsi ditemukan bahwa anak biologis dari
orangtua yang menderita tetap berada dalam resiko menderita
suatu
gangguan mood, bahkan jika mereka dibesarkan oleh keluarga
angkat yang tidak menderita gangguan. Penelitian adopsi juga
menunjukkan bahwa orang tua biologis dari anak adopsi dengan
gangguan mood mempunyai suatu prevalensi gangguan mood yang
serupa dengan orang tua anak penderita gangguan mood yang
tidak
diadopsi (Kaplan dan Sadock, 2005).
Penelitian pada anak kembar telah menunjukkan bahwa angka
kesesuaian untuk gangguan depresif berat pada kembar
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
monozigotik adalah kira-kira 50 persen. Sebaliknya, angka
kesesuaian pada kembar dizigotik untuk gangguan depresi
berat
adalah kira-kira 10-25 persen (Kaplan dan Sadock, 2005).
Menurut Silberg et al. (2001) terdapat faktor-faktor
lingkungan
yang menyebabkan terjadinya keadaan depresi dan kecemasan
pada
suatu waktu kehidupan manusia. Faktor genetik memiliki peran
yang penting dalam penerimaan individu terhadap faktor
lingkungan yang menjadi resiko terjadinya depresi dan
kecemasan.
3) Faktor Psikososial
Satu pengamatan klinis yang telah direplikasi adalah bahwa
peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres lebih sering
mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode
selanjutnya. Satu teori yang diajukan menjelaskan pengamatan
tersebut adalah bahwa stres yang menyertai episode pertama
menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama yang
pada akhirnya menyebabkan perubahan keadaan fungsional
berbagai neurotransmiter dan sistem pemberi signal
intraneuronal.
Perubahan mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan
besar dalam kontak sinaptik. Hasil akhir, dapat menyebabkan
sesorang berada pada resiko yang lebih tinggi untuk
menderita
episode gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya
stresor
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
eksternal (Kaplan dan Sadock, 2005).
Dilihat dari faktor kepribadian premorbid, tidak ada sifat
atau
tipe kepribadian tunggal yang secara unik mempredisposisikan
seseorang kepada depresi. Tetapi tipe kepribadian tertentu
seperti
dependen-oral, obsesif-kompulsif, histerikal mungkin berada
dalam resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi
daripada
kepribadian antisosisal, paranoid, dan lainnya yang
menggunakan
proyeksi dan mekanisme pertahanan mengeksternalisasikan
lainnya (Kaplan dan Sadock, 2005). Riwayat sosial ekonomi
juga
perlu dipertimbangkan sebagai penyebab depresi. Dalam
penelitian yang dilakukan Lorant dkk. (2007) membuktikan
bahwa
terdapat hubungan antara keadaan keuangan yang buruk dan
terjadinya kasus depresi. Keadaan sosial ekonomi yang bururk
pada masa anak-anak juga dapat menjadi pemicu terjadinya
depresi pada masa dewasa (Stansfeld dkk, 2008).
d. Gejala Klinik dan Diagnosis
1) Gejala Klinik
Gejala depresi meliputi trias depresi yaitu afek deprsif,
kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi
yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya
aktivitas.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gejala tambahan lainnya meliputi :
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang.
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.
d) Tidur terganggu.
e) Nafsu makan berkurang.
Tingkat depresi yang muncul merupakan gambaran dari
banyaknya gejala trias depresi serta gejala tambahan (Maslim,
2003).
2) Diagnosis Depresi
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
(DSM-IV) untuk episode depresi berat :
a) Lima atau lebih gejala berikut telah ditemukan selama
periode
dua minggu yang sama dan mewakili perubahan dari fungsi
sebelumnya sekurangnya satu dari gejala adalah salah satu
dari
mood terdepresi atau hilangnya minat atau kesenangan.
(1) mood terdepresi hampir sepanjang hari
(2) hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua
aktivitas sepanjang hari
(3) penurunan berat badan yang bermakna jika tidak melakukan
diet atau penambahan berat ( perubahan berat badan lebih
dari 5% dalam satu bulan), atau penurunan atau peningkatan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
nafsu makan hampir setiap hari
(4) insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
(5) agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari.
(6) kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
(7) perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan
atau
tidak tepat (mungkin bersifat waham) hampir setiap hari.
(8) kehilangan kemampuan berpikir atau konsentrasi atau
tidak
dapat mengambil keputusan hampir setiap hari.
(9) pikiran akan kematian yang rekuren, ide bunuh diri yang
rekuren
tanpa rencana yang spesifik, atau usaha bunuh diri atau
rencana
khusus untuk melakukan bunuh diri.
b) Gejala tidak memenuhi untuk kriteria episode campuran
c) Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting
lain.
d) Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu
zat
(misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau
suatu
kondisi medis umm (misalnya, hipotirodidisme)
e) Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita, yaitu
kehilangan
orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan atau
ditandai
oleh gangguan fungsional yang jelas, preokupasi morbid dengan
rasa
tak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik, atau
retardasi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
psikomotor (Kaplan dan Sadock, 2005)
e. Skala Penilaian Beck Depression Inventory (BDI)
Beck Depresion Inventory (BDI) mengevaluasi 21 gejala depresi,
15
diantaranya menggambarkan emosi, perubahan sikap, 6 gejala
somatik.
Setiap gejala dirangking dalam skala intensitas 4 poin dan
nilainya
ditambahkan untuk memberi total nilai dari 0-63; nilai yang
lebih tinggi
mewakili tingkat depresi yang lebih berat. Dua puluh satu item
tersebut
menggambarkan kesedihan, pesimistik, perasaan gagal,
ketidakpuasan,
rasa bersalah, harapan akan hukuman, membenci diri sendiri,
menuduh
diri sendiri, keinginan bunuh diri, menangis, iritabilitas,
penarikan diri
dari masyarakat, tidak dapat mengambil keputusan, perubahan
bentuk
tubuh, masalah bekerja, insomnia, kelelahan, anoreksia,
kehilangan
berat badan, preokupasi somatik dan penurunan libido.
Pengisian BDI membutuhkan waktu 10-15 menit, diisi sendiri
oleh
responden (Tomb, 2003). Jika responden memilih lebih dari
satu
pernyataan dalam kelompok apapun, nilai yang lebih tinggi yang
dicatat;
jika perasaanya terletak diantara dua alternatif, salah satu
yang terdekat
yang dinilai. Nilai yang kurang dari 10 mengindikasikan tidak
ada atau
minimalnya depresi, 10-18 mengindikasikan depresi ringan
sampai
sedang, 19-29 mengindikasikan depresi sedang sampai berat dan
nilai
diatas 30 mengindikasikan depresi berat. Menurut hasil
penelitian yang
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dilakukan oleh Veerman dkk. (2009), BDI menunjukkan korelasi
yang
baik dengan prevalensi kejadian depresi.
3. Bimbingan Belajar
a. Pengertian
Bimbingan belajar adalah jalur pendidikan non formal, yang
diselenggarakan di luar sekolah, melalui proses kegiatan
belajar-
mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan.
Pendidikannya bersifat lebih efektif dan efisien untuk
bidang-bidang
pelajaran tertentu oleh karena program pendidikan dapat spesifik
sesuai
dengan kebutuhan dan tidak memerlukan syarat-syarat yang
ketat
(Paidi, 1994)
b. Tujuan Bimbingan Belajar
1) Mempersiapkan siswa kelas 3 SMU dan lulusannya secara
intensif
dengan meningkatkan prestasi akademik di sekolah,
meningkatkan
penguasaan materi dan kemampuan analisis.
2) Mempersiapkan strategi yang tepat dan cepat.
3) Memperdalam materi-materi yang diujikan dalam ujian masuk
oerguruan tinggi negeri.
4) Membekali siswa baik dari segi akademis maupun mental
spiritual.
5) Memberikan pengarahan dalam memilih program studi dan
perguruan tinggi negeri sesuai potensi akademik (Paidi,
1994)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
B. Kerangka pemikiran
C. Hipotesis
Terdapat perbedaan derajat kecemasan dan depresi antara siswa
yang
mengikuti bimbingan dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan
tes dalam
menghadapi SNMPTN.
SNMPTN
-HT
-HT
Disregulasi neuroendokrin
CEMAS
Usia Jenis kelamin Genetik Tipe kepribadian Faktor ekonomi
Faktor lingkungan
STRESOR
BIMBINGAN BELAJAR
materi
mental
DEPRESI
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi two
group pre and
post test design.
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMU N 1 Sukoharjo.
C. Subjek penelitian
1. Populasi sumber
Siswa siswi kelas III SMU N 1 Sukoharjo pada tahun ajaran
2009/2010.
2. Sampel
Sampel yang diteliti terdiri dari siswa siswi kelas III SMU N 1
Sukoharjo
pada tahun ajaran 2009/2010 yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
3. Besar sampel
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
siswa
siswi kelas III SMU N 1 Sukoharjo pada tahun ajaran 2009/2010
yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
1) Siswa atau siswi kelas III SMU N 1 Sukoharjo
2) Siswa dengan skor L-MMPI < 10
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Kriteria Eksklusi
1) Siswa yang telah diterima dalam PMDK.
2) Siswa yang tidak mengikuti SNMPTN.
3) Siswa dengan pengisian kuisioner tidak lengkap.
4) Siswa yang mengikuti bimbingan belajar privat.
5) Siswa dengan skor IPSP nilai cut off point tiap kelompok
D. Teknik sampling
Subyek penelitian ini diambil dengan menggunakan purposive
sampling yang
merupakan skema pencuplikan non random dimana pemilihan
responden
berdasarkan pada pertimbangan subyektif peneliti. (Sastroasmoro,
2008)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
E. Rancangan Penelitian
LLMPI
BDI
Skor cut off point
Skor
Populasi sumber
Sampel
Perlakuan Kontrol
BDI TMAS
LLMPI
TMAS BDI
Bimbingan belajar
TMAS
IPSP IPSP
BDI TMAS
Skor < cut off point
Skor < cut off point
Skor cut off point
Analisa Statistik
Analisa Statistik
LLMPI
Skor
Skor < 10
Skor
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
F. Identifikasi variabel
1. Variabel bebas : Bimbingan Belajar
2. Variabel tergantung : Kecemasan dan Depresi
3. Variabel perancu
a. Terkendali : usia, faktor ekonomi, faktor psikologis, kondisi
fisik
b. Tidak terkendali : jenis kelamin, faktor genetik, tipe
kepribadian
G. Definisi operasional variabel
1. Variabel Bebas : Bimbingan Belajar
a. Definisi
Jalur pendidikan non formal yang dilaksanakan di luar sekolah
yaitu di
lembaga bimbingan belajar. Proses pelaksanaannya melalui
kegiatan
belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan
berkesinambungan.
b. Alat Ukur : Kuisioner
c. Cara pengukuran
Pengisian kuisioner bimbingan belajar diisi sendiri oleh
responden.
Responden menjawab ya atau tidak sesuai dengan keikutsertaan
bimbingan belajar.
d. Kategori : Bimbingan belajar dan Tidak bimbingan belajar
e. Skala : Kategorikal
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2. Variabel Terikat
a. Kecemasan
1) Definisi
Kecemasan (ansietas/ anxiety) adalah gangguan alam perasaan
(affective) yang ditandai dengan perasaan takut atau khawatir
yang
mendalam dan berkelanjutan, tetapi kemampuan dalam menilai
realitas (Reality Testing Ability/RTA) tidak terganggu,
kepribadian
juga masih utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/splitting
of
personality), sedangkan perilaku dapat terganggu walaupun
masih
dalam batas-batas normal.
2) Alat ukur : Kuisioner
a) Cara pengukuran
Pengisian TMAS diisi sendiri oleh responden. Responden
menjawab keadaan ya atau tidak sesuai dengan keadaan dirinya
dengan memberi tanda (X) pada kolom jawaban ya atau tidak.
Pada pertanyaan favorable jika diisi jawaban ya maka diberi
nilai 1, sedangkan pada pertanyaan unfavorable jika diisi
jawaban tidak maka diberi nilai 1. Tiap nilai dari masing-
masing pertanyaan kemudian dijumlah.
(1) Nilai total < 21 berarti tidak cemas.
(2) Nilai total
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3) Skala : Numerik
b. Depresi
1) Definisi
Merupakan suatu gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat
berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri,
gangguan tidur dan makan.
2) Alat ukur : Kuosioner
3) Cara pengukuran
Pengisian Beck Depresion Index (BDI) diisi sendiri oleh
responden. Jika responden memilih lebih dari satu pernyataan
dalam
kelompok apapun, nilai yang lebih tinggi yang dicatat; jika
perasaannya terletak diantara dua alternatif, salah satu yang
terdekat
yang dinilai.
a) Nilai < 10 menunjukan tidak adanya atau minimumnya
nilai
depresi
b) Nilai 10-18 depresi ringan sampai sedang
c) Nilai 19-29 depresi sedang sampai berat
d) Nilai
4) Skala : numerik
3. Variabel Perancu
a. Terkendali : usia, faktor ekonomi, faktor psikologis, kondisi
fisik.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Tidak terkendali : jenis kelamin, faktor genetik, tipe
kepribadian
H. Instrumen penelitian
1. Data diri dan Informed Consent
Data diri adalah data yang berisi tentang informasi identitas
sampel,
meliputi:
a. Nama
b. Jenis kelamin
c. Kelas
d. Mengikuti bimbingan tambahan diluar sekolah
Informed content dalam penelitian ini adalah untuk
menyatakan
persetujuan responden sebagai sampel penelitian.
2. LMMPI
Skala kebohongan dari Lie Minnesota Multiphasic Personality
Inventory
(Skala LMMPI) yang berisi 15 butir pertanyaan untuk menilai
kejujuran
dalam menilai jawaban instrumen yang diberikan. Bila jawaban
tidak sama
atau lebih dari 10 pertanyaan maka responden dinyatakan gugur
atau
dikeluarkan dari perhitungan.
3. Instrumen Penilaian Stresor Psikososial (IPSP)
IPSP merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk
menentukan
taraf beratnya stessor psikososial responden. Penentuan beratnya
stesor
dengan mempergunakan instrumen mempertimbangkan unsur
objektivitas
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pemeriksa dan unsur penghayatan responden dengan memberi bobot 0
untuk
perasaan yang tidak terganggu, 1 untuk perasaan yang terganggu,
dan 2
untuk perasaan sangat terganggu. Obyektivitas penilaian besar
derajat
stressor dilakukan dengan memberikan bobot yang berbeda untuk
masing
masing peristiwa, yaitu 1 untuk pernyataan 1 5; 2 untuk
pernyataan 6 10;
3 untuk pernyataan 11 15; 4 untuk pernyataan 16 20, 5 untuk
pernyataan
21 30, dan 6 untuk pernyataan 31 35. Skor untuk masing masing
butir
adalah dengan mengalikan bobot butir dengan bobot perasaan
responden
atas peristiwa tersebut, dan akhirnya taraf beratnya stres
ditentukan dengan
menjumlah skor semua butir peristiwa yang ada.
4. TMAS (The Taylor Manifest Anxiety Scale )
5. BDI ( Beck Depression Index)
I. Cara Kerja
1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada
kepala SMA
N 1 Sukoharjo.
2. Setelah mendapakan izin, peneliti kemudian melakukan
pembagian
kuosioner IPSP, LLMPI, TMAS dan BDI kepada seluruh siswa kelas
III
SMA N 1 Sukoharjo.
3. Peneliti membagi seluruh siswa tersebut menjadi dua kelompok,
yaitu
kelompok dengan bimbingan belajar dan kelompok tanpa bimbingan
belajar.
4. Peneliti melakukan restriksi terhadap masing-masing kelompok
dengan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi pada hasil pengisian
kuosioner
sehingga didapatkan jumlah total akhir sampel yang memenuhi
kriteria
tersebut.
5. Setelah kelompok dengan bimbingan belajar telah mendapat
paparan
binbingan belajar maka peneliti melakukan pembagian kuosioner
LLMPI,
TMAS dan BDI pada kedua kelompok tersebut.
6. Selanjutnya data derajat kecemasan dan depresi yang diperoleh
pada
pengisian kuosioner terakhir akan dianalisis menggunakan teknik
analisa
data yang telah dipilih.
J. Teknik analisa data
Ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan bimbingan belajar
terhadap derajat kecemasan dan depresi siswa kelas III SMU
dalam
menghadapi SNMPTN akan diuji menggunakan uji t-independent.
Alasan
dipilihnya uji t-independen karena skala variabel bebas
dalam
penelitian ini adalah nominal, sedangkan skala variabel
terikatnya
numerik. Data akan diolah dengan Stastistical Product and
Service
Solution (SPSS) 17 for Windows sehingga akan diperoleh hasil
yang
pada akhirnya dapat digunakan untuk melihat pengaruh
tersebut
bermakna atau tidak bermakna.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas III SMU N 1 Sukoharjo
pada tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini menggunakan metode
pretest
dan posttest. Pretest dilakukan dengan tujuan merestriksi sampel
serta
mengetahui derajat kecemasan dan depresi sampel sebelum
diberikan
perlakuan. Untuk merestriksi sampel digunakan dua kuosioner
yaitu, LMMPI
(Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory) dan IPSP
(Instrumen
Penilaian Stresor Psikososial). Pada awal penelitian didapatkan
total sampel
sebanyak 162 siswa, dari jumlah sampel tersebut diketahui 20
siswa tidak
mengikuti SNMPTN dan 15 siswa tidak melakukan pengisian data
secara
lengkap. Oleh karena itu total sampel yang memenuhi syarat
mengikuti
pretest adalah 127 siswa. Hasil pretest menunjukkan sebanyak 15
siswa tidak
memenuhi syarat untuk menjadi sampel karena 9 siswa tidak lolos
tes
kebohongan (LLMPI) dan 6 siswa memiliki skor IPSP lebih dari
nilai cut off
point rata-rata. Jadi, setelah melalui proses restriksi
berdasarkan kriteria
eksklusi dan inklusi didapatkan total sampel yang memenuhi
syarat menjadi
sampel penelitian berjumlah 112 siswa.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan perlakuan
No Kelompok Jumlah Persentase (%) 1 2
Bimbingan Belajar Kontrol Total
57 55
112
50,8 49,2 100
Sumber : Data Primer, 2010
Dari Tabel 1 diketahui bahwa kelompok bimbingan belajar
memiliki
jumlah sampel yang lebih banyak daripada kelompok kontrol
walaupun
perbedaannya tidak signifikan. Sampel kelompok bimbingan belajar
yaitu
sebanyak 57 siswa (50,8%), sedangkan kelompok kontrol berjumlah
55 siswa
(49,2%).
Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin
No Kelompok Jenis Kelamin Total Persentase (%)
Total (%)
L
P
L P
1 2
Bimbingan Belajar Kontrol
19 26
38 29
57 55
33,3 47,2
66,7 52,8
100 100
Sumber : Data Primer, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan pada
kedua
kelompok memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan
dengan laki-
laki. Kelompok bimbingan belajar memiliki jumlah sampel
perempuan
sebanyak 38 siswa (66,7%) dari 57 siswa. Pada kelompok kontrol
sampel
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
perempuan berjumlah 29 siswa (52,8%) dari total keseluruhan
sampel
kelompok kontrol sebanyak 55 siswa.
Tabel 3. Rerata skor TMAS (The Taylor Manifest Anxiety
Scale)
No Kelompok Rerata skor TMAS (mean SD)
Rerata selisih skor TMAS pretest dan
postest Pretest Postest
1. Bimbingan belajar
19,88 4,285 20,81 3,319 0,93 3,099
2. Kontrol 21,62 5,144 24,82 5,092 3,22 2,917 Sumber : Data
Primer, 2010
Berdasarkan Tabel 3 di atas, diketahui. baik pada pretest maupun
posttest,
diketahui bahwa rerata skor TMAS pada kelompok kontrol lebih
tinggi
daripada kelompok bimbingan belajar. Pada pretest diketahui
rerata skor
TMAS kelompok bimbingan belajar sebesar 19,88 4,285 dan pada
kelompok kontrol sebesar 21,62 5,144. Sedangkan pada posttest
diketahui
rerata skor TMAS pada kelompok bimbingan belajar sebesar 20,81
3,319
dan pada kelompok kontrol sebesar 24,82 5,092. Dibandingkan
dengan
kelompok bimbingan belajar, kelompok kontrol juga memiliki
rerata selisih
skor TMAS pretest dan posttest yang lebih tinggi, yaitu 3,22
2,917.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 4. Rerata skor BDI (Beck Depression Index) No Kelompok
Rerata skor BDI
(mean SD) Rerata selisih skor
BDI pretest dan postest
Pretest Postest 1. Bimbingan
belajar 4,81 3,637 6,40 3,751 1,58 2,000
2. Kontrol 5,55 5,280 8,96 6,083 3,31 3,985 Sumber : Data
Primer, 2010
Dari Tabel 4 tersebut, diketahui baik pada pretest maupun
posttest, rerata
skor BDI pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok
bimbingan
belajar. Pada pretest diketahui rerata skor BDI pada kelompok
bimbingan
belajar sebesar 4,81 3,637 dan kelompok kontrol sebesar 5,55
5,280.
Sedangkan pada posttest diketahui rerata skor BDI pada kelompok
bimbingan
belajar sebesar 6,40 3,751 dan pada kelompok kontrol sebesar
8,96 6,083.
Kelompok kontrol juga memiliki rerata selisih skor BDI pretest
dan posttest
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok bimbingan
belajar, yaitu
3,31 3,985.
B. Analisis Statistika Data penelitian yang telah diperoleh
kemudian dianalisis dengan uji t-
independent yang merupakan uji parametrik Uji ini digunakan bila
skor
kedua kelompok tidak berhubungan satu sama lain. Adapun syarat
uji t-
independent adalah data berskala numerik, terdistribusi secara
normal, dan
variansi kedua kelompok dapat sama atau berbeda (untuk 2
kelompok). Untuk
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
mengetahui bahwa data terdistribusi normal atau tidak, maka
dilakukan uji
normalitas. Uji normalitas yang dilakukan pada masing-masing
sebaran data
dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun analitik. Cara
analitik
memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang lebih tinggi
dibandingkan
dengan deskriptif sehingga dalam penelitian ini dilakukan dengan
uji
Kolmogorov-Smirnov karena sampel yang digunakan > 50,
sedangkan untuk
mengetahui variansi kedua kelompok dapat dilakukan uji
homogenitas
Levenes Test.
Hasil uji homogenitas dengan Levenes Test menunjukkan
terdapat
perbedaan varians rerata skor TMAS pretest dan posttest antara
kelompok
bimbingan belajar dan kontrol (p < 0,05) . Sedangkan pada
rerata selisih skor
BDI pretest dan posttest antara kelompok bimbingan belajar dan
kontrol tidak
terdapat perbedaan varians (p > 0,05). Karena data yang akan
diolah terdiri
atas 2 kelompok, maka normalitas data bukan merupakan suatu
syarat yang
mutlak dilakukannya uji parametrik.
Sebaran data dikatakan normal bila nilai p > 0,05. Pada
penelitian ini,
distribusi data untuk skor rerata selisih skor TMAS dan rerata
selisih skor BDI
tidak normal. Oleh karena itu, data harus dinormalkan terlebih
dahulu melalui
proses transformasi. Setelah ditransformasi sebaran data tetap
tidak normal.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini tidak dapat
menggunakan uji
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
parametrik t-independent melainkan menggunakan uji alternatifnya
yaitu uji
non-parametrik Mann-Whitney
Tabel 5. Hasil Uji Mann-Whitney Data Rerata Selisih Skor TMAS
Pre dan Postest
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diperoleh nilai p = 0,001 (p
< 0,05).
Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata selisih
skor derajat
kecemasan sebelum dan sesudah intervensi yang sangat bermakna
antara
kelompok perlakuan bimbingan belajar dengan kelompok
kontrol.
Gambar 1. Boxplot Rerata Selisih Skor TMAS Pre dan Postest
Kelompok Rerata selisih skor TMAS pretest dan
posttest (mean SD)
Analisis Mann-Whitney
Bimbingan Belajar 0,93 3,099 p = 0,001
Kontrol 3,22 2,917
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Gambar di atas menunjukkan adanya perbedaan rerata selisih skor
TMAS
pre dan posttest antara kelompok kontrol (non bimbel) dengan
kelompok
perlakuan (bimbel)
Tabel 6. Hasil Uji Mann-Whitney Data Rerata Selisih Skor BDI Pre
dan Postest
Sumber : Data Primer, 2010
Tabel 6 di atas menunjukkan dari hasil uji Mann-Whitney
diperoleh nilai
p = 0,191 (p > 0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan
rerata selisih skor derajat depresi sebelum dan sesudah
intervensi yang
bermakna antara kelompok dengan perlakuan bimbingan belajar
dengan
kelompok kontrol.
Gambar 2. Boxplot Rerata Selisih Skor BDI Pre dan Postest
Kelompok Rerata selisih skor BDI
pretest dan posttest (mean SD)
Analisis Mann-Whitney
Bimbingan belajar 1,58 2,000 p = 0,191
Kontrol 3,31 3,985
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Secara deskriptif data selisih skor BDI pre dan posttest juga
ditunjukkan
oleh Gambar 2. Gambar tersebut menunjukkan tidak adanya
perbedaan rerata
selisih skor BDI pre dan posttest antara kelompok kontrol (non
bimbel)
dengan kelompok perlakuan (bimbel).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 1 diketahui jumlah
sampel yang
dapat dianalisis dalam penelitian ini adalah 112 siswa. Jumlah
total sampel
sebesar 112 siswa tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok
perlakuan bimbingan belajar yang berjumlah 57 siswa dan kelompok
kontrol
yang berjumlah 55 siswa. Selisih jumlah sampel kedua kelompok
yang tidak
terlalu besar tersebut bukan merupakan suatu intervensi dari
penulis melainkan
murni didapatkan melalui proses restriksi, dimana sampel yang
tidak memenuhi
syarat kriteria inklusi dan eksklusi tidak akan digunakan
sebagai sampel pada
penelitian postest. Walaupun analisis menggunakan uji t -
independent tidak
mengharuskan jumlah sampel sama dari setiap kelompok, tetapi
dengan selisih
jumlah yang minimal, ketimpangan selisih jumlah sampel dari
masing-masing
kelompok tersebut dapat dihindari.
Tabel 2 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan jenis
kelamin,
kelompok bimbingan belajar memiliki sampel perempuan lebih
banyak daripada
kelompok kontrol. Meskipun berdasarkan penelitian sebelumnya,
jenis kelamin
perempuan memiliki resiko lebih besar untuk mengalami gangguan
kecemasan
dan depresi (Ibrahim, 2002 ; Kaplan dan Sadock, 2005; Sullivan,
2000), tetapi
pada penelitian ini tidak mengkategorikan jenis kelamin ke dalam
variabel luar
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
yang dapat dikendalikan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
mengantisipasi
kekurangan jumlah sampel, mengingat mayoritas siswa di SMU 1
Sukoharjo
berjenis kelamin perempuan.
Dari Tabel 3 diketahui rerata selisih skor TMAS (The Taylor
Manifest
Anxiety Scale) pre dan posttest kelompok bimbingan belajar
adalah 0,93 3,099
dan pada kelompok kontrol adalah 3,22 2,917. Sedangkan pada
Tabel 4
diketahui rerata selisih skor BDI (Beck Depression Inventory)
pre dan posttest
kelompok bimbingan belajar adalah 1,58 2,000 dan kelompok
kontrol adalah
3,31 3,985. Masing-masing perbedaan rerata tersebut kemudian
dianalisis
dengan uji t-independent, tetapi setelah dianalisis lebih lanjut
diketahui bahwa
skor selisih TMAS dan skor BDI memiliki distribusi data yang
tidak normal.
Setelah dilakukan proses transformasi untuk menormalkan
distribusi data,
ternyata data tersebut tetap tidak normal. Oleh karena itu,
analisis data dalam
penelitian ini tidak dapat menggunakan uji parametrik
t-independent melainkan
menggunakan uji alternatifnya yaitu uji non-parametrik
Mann-Whitney.
Hasil yang diperoleh dari uji tersebut menunjukkan bahwa
terdapat
perbedaan rerata selisih skor TMAS pre dan posttest antara
kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol yang sangat bermakna, dimana p = 0,001 (p
< 0,05). Pada
derajat depresi ditemukan hasil yang berbeda yaitu tidak
terdapat perbedaan
rerata selisih skor BDI pre dan posttest antara kelompok
perlakuan dan
kelompok kontrol yang bermakna dengan nilai p = 0,191 (p >
0,05).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Perbedaan rerata selisih skor TMAS pre dan posttest yang
signifikan antara
kelompok bimbingan dan kelompok kontrol dalam menghadapi
SNMPTN
diharapkan terjadi karena faktor dari bimbingan belajar.
Bimbingan belajar yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu pendidikan jalur non
formal yang
dilaksanakan di luar sekolah dan diselenggarakan oleh lembaga
bimbingan
belajar. Tujuan umum dari bimbingan belajar adalah membantu
siswa untuk
menemukan cara belajar yang tepat, meningkatkan ketrampilan
belajar, memilih
program studi yang sesuai dan memecahkan kesulitan yang
berkaitan dengan
tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan (Syah, 2004).
Bagi para siswa, mengikuti ujian termasuk di dalamnya SNMPTN
dapat
merupakan kejadian hidup yang stresfull. Untuk mengatasi hal
tersebut,
dibutuhkan sense of control dan self efficacy yang cukup adekuat
agar terhindar
dari gangguan psikologis dan fisik. Sense of control sangat
memiliki pengaruh
terhadap kontinum perasaan tiap individu dalam menghadapi
stress. Ketika
terjadi suatu ancaman dan tantangan, tubuh dapat meresponnya
melalaui empat
perasaan yaitu, excitement, stres, cemas dan depresi (Durand dan
Barlow, 2006).
Ancaman dan tantangan yang datang ketika individu tersebut sudah
merasa siap
dan sangat mampu untuk mengatasinya akan menimbulkan perasaan
excitement
(bergairah). Tetapi jika ancaman datang, padahal individu
tersebut tidak
memiliki persiapan yang cukup untuk menghadapinya, maka ancaman
tersebut
akan menimbulkan perasaan tertekan. Adapun sebagai responnya
individu
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
tersebut harus berusaha lebih keras untuk dapat menghadapi
ancaman tersebut.
Individu yang mengalami banyak tekanan kemungkinan akan timbul
stress yang
ditandai dengan perasaan mudah tegang dan mudah marah. Jika
ancaman datang
dan individu tersebut percaya tidak banyak yang dapat dilakukan
untuk
mengatasi ancaman tersebut, maka mungkin akan timbul perasaan
cemas. Pada
individu yang selalu mempersepsi bahwa kehidupannya mengancam
mungkin
kehilangan harapan dan merasa dirinya tidak akan pernah memiliki
kontrol akan
masuk ke dalam tahap depresi, dimana sudah tidak ada lagi usaha
untuk
mengatasi ancaman tersbut.
Dengan mengikuti bimbingan belajar diharapkan siswa dapat
terstimulasi
untuk melakukan penyesuaian diri terhadap stressor yang ada
sehingga dapat
menghindari terjadinya stres, kecemasan bahkan depresi. Pada
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Isnaeni (2005) diketahui bahwa
keikutsertaan
siswa dalam bimbingan belajar memiliki pengaruh positif yang
ditunjukkan oleh
perbedaan rerata nilai akhir kelompok bimbingan belajar dan
kelompok kontrol,
dimana kelompok bimbingan belajar memiliki rerata nilai yang
lebih tinggi. Dari
hasil tersebut faktor prestasi dapat menjadi suatu parameter
kesiapan individu
dalam menghadapi ujian. Dengan tingkat prestasi yang lebih baik,
diharapkan
siswa yang mengikuti bimbingan belajar memiliki self efficacy
yang lebih baik
dibandingkan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Keyakinan akan kemampuan dalam menghadapi peristiwa stresfull,
dalam
hal ini ujian terkait dengan faktor kesiapan. Kelompok bimbingan
belajar
mendapatkan tambahan materi pelajaran sehingga menjadi lebih
terbiasa
melakukan latihan soal serta mendapatkan pembahasan secara
intensif.
Bimbingan belajar juga memberikan bimbingan dan arahan dalam
memilih dan
menentukan program studi atau perguruan tinggi yang sesuai
dengan minat dan
kemampuan siswa (Rakhmat dkk, 2009). Hal tersebut menjadi nilai
tambah bagi
siswa yang mengikuti bimbingan belajar, sehingga menjadikan
dirinya lebih siap
baik secara akademik maupun psikologis dalam menghadapi
SNMPTN.
Pada penelitian ini, hasil analisis perbedaan rerata selisih
skor BDI pre dan
posttest antara kelompok bimbingan dan kelompok kontrol
menunjukkan hasil
yang tidak signifikan. Hasil tersebut berbeda dengan hipotesis
penelitian, dimana
diharapkan bimbingan belajar dapat memberikan pengaruh derajat
depresi siswa
yang akan mengikuti ujian. Kontinum perasaan dalam menghadapi
ancaman dan
tantangan bergerak menuju dua arah, tergantung dari self of
control dan self
efficacy tiap individu. Perasaan depresi muncul setelah timbul
perasaan stres dan
cemas sehingga untuk menimbulkan perasaan depresi pada individu
dibutuhkan
waktu yang lebih lama dan stresor yang lebih kuat daripada
perasaan cemas.
Selain karena hal tersebut kemungkinan terjadi karena masih
banyaknya
keterbatasan pada penelitian ini, antara lain belum dapat
dikendalikannya faktor
genetik, jenis kelamin dan tipe kepribadian. Data dari
studi-studi keluarga
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
menunjukkan bahwa semakin banyak tanda dan gejala depresi pada
pasien
tertentu, semakin tinggi angka depresi pada anggota keluarga
tingkat pertama dan
anak-anaknya (Durand dan Barlow, 2006). Dari faktor jenis
kelamin, diketahui
bahwa umumnya perempuan memiliki kesempatan yang lebih besar
untuk
mengalami depresi daripada laki-laki (Sullivan, 2000). Tipe
kepribadian tertentu
seperti dependen-oral, obsesif-kompulsif, histerikal mungkin
berada dalam
resiko yang besar untuk mengalami depresi (Kaplan dan Sadock,
2005).
Keterbatasan lain pada penelitian ini adalah sampel yang
digunakan terbatas
pada satu lokasi tertentu yaitu SMU N 1 Sukoharjo sehingga hasil
penelitian ini
hanya dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian, yaitu
SMU N 1
Sukoharjo. Terkait dengan hal-hal tersebut, diperlukan
penelitian lebih lanjut
untuk mengendalikan semua variabel luar yang dapat mempengaruhi
derajat
kecemasan dan depresi pada siswa yang mengikuti SNMPTN dan pada
populasi
yang lain atau lebih luas sehingga hasil yang diperoleh akan
lebih bermakna.
.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan:
1. Bimbingan belajar berpengaruh secara sangat bermakna terhadap
penurunan
derajat kecemasan siswa kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam
menghadapi
SNMPTN.
2. Bimbingan belajar berpengaruh secara tidak bermakna terhadap
penurunan
derajat depresi siswa kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam
menghadapi
SNMPTN.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran
penulis adalah
sebagai berikut:
1. Sebaiknya pihak sekolah juga memberikan tambahan materi dan
bimbingan
bagi siswa yang akan mengikuti SNMPTN.
2. Dibutuhkan komunikasi dan perhatian yang lebih baik antara
pihak sekolah,
orangtua dan siswa di dalam proses belajar mengajar, khususnya
dalam rangka
menghadapi ujian.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
3. Siswa yang akan menghadapi SNMPTN dapat mengikuti bimbingan
belajar
guna mempersiapkan ujian dengan lebih baik sehingga dapat
terhindar dari
perasaan cemas yang berlebihan.
4. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh
bimbingan
belajar terhadap derajat kecemasan dan depresi siswa dalam
menghadapi
SNMPTN dengan mengendalikan faktor-faktor luar yang turut
mempengaruhi,
seperti faktor genetik, jenis kelamin dan tipe kepribadian yang
belum dapat
dikendalikan dalam penelitian ini.
5. Sebaiknya dilakukan penelitian pada populasi lain atau yang
lebih luas untuk
memperluas generalisasi hasil penelitian dan perlu dilakukan
penelitian lebih
lanjut dengan sampel yang lebih besar untuk mendapatkan hasil
yang lebih
akurat dan terpercaya.
6. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terkait
manfaat-manfaat dari
bimbingan belajar yang dapat mempengaruhi derajat kecemasan dan
depresi
siswa dalam menghadapi ujian.