Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2013, pemerintah membuat terobosan baru
yakni dengan memberlakukan kurikulum baru yang diberi
nama kurikulum 2013 sebagai lanjutan dari kurikulum
sebelumnya (KTSP). Alasan diberlakukanya kurikulum ini
salah satunya adalah diharapkan adanya perubahan proses
pembelajaran (dari peserta didik diberi tahu menjadi
peserta didik mencari tahu) dan proses penilaian (dari
berbasis output menjadi berbasis proses dan output).
Oleh karena itu, guru dan peserta didik diharapkan
dapat mengimplementasikan dari kurikulum baru ini. Pada
kurikulum 2013 khususnya pada pelajaran matematika
tingkat SMP dan sederajat, pemerintah sudah menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 67 atau 2,66.
SMP Negeri 03 Batu juga sudah menerapkan kurikulum
2013 yang dikhususkan pada peserta didik kelas VII,
sedangkan peserta didik kelas VIII dan IX menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Diterapkanya kurikulum 2013 ini diharapkan bisa
meningkatkan kualitas peserta didik maupun guru di SMPN
03 Batu, baik dilihat dari proses pembelajaran maupun
dari hasil belajar. Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal
1
Page 2
(KKM) yang digunakan oleh SMPN 03 Batu untuk pelajaran
matematika sesuai dengan yang ditentukan oleh
pemerintah yakni 75 atau 3,00. Di dalam proses
pembelajaran, guru memiliki peran yang sangat penting
dalam menentukan kuantitas dan kualitas pembelajaran.
Karena guru dalam proses pembelajaran diibaratkan
sebagai sutradara yang mana mengatur semua jalanya
proses pembelajaran. Oleh sebab itu, guru harus membuat
perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan kesempatan
belajar bagi peserta didik dan memperbaiki kualitas
mengajarnya serta menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan.
Dari hasil pre-tes tentang pengetahuan awal peserta
didik mangenai materi konsep dasar PLSV yang dilakukan
pada tanggal 12 Maret 2014 didapatkan hasil belajar
peserta didik kelas VII-I semester genap tahun
pelajaran 2013-2014 di SMPN 03 Batu masih rendah yakni
13 dari 27 peserta didik yang nilainya memenuhi KKM.
Diperoleh presentasi ketuntasan klasikal sebesar 48,15
%, sehingga dapat dianalisisi bahwa ketuntasan klasikal
masih tergolong rendah. Menurut peneliti, nilai
tersebut masih tergolong rendah dan faktor penyebabnya
adalah minat belajar peserta didik kurang dan cenderung
malas belajar sehingga hasil yang dicapai kurang
maksimal, serta kurang adanya inovasi guru dalam proses
2
Page 3
belajar mengajar sehingga peserta didik merasa jenuh,
bosan dan kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
Dihimbau untuk para pendidik agar menciptakan suasana
belajar yang lebih menarik supaya peserta didik lebih
nyaman dalam mengikuti proses belajar mengajar dan
memahami materi yang sedang disampaikan oleh guru.
Strategi TS-TS (Two-Stay Two-Stray) pertamakali
dikembangkan oleh Speaker Kagan (dalam Miftahul, 2013)
dengan sintaks, peserta didik dibentuk kelompok dengan
beranggotakan empat orang setelah itu diberikan
permasalahan yang harus dipecahkan bersama dengan
kelompoknya, setelah selesai dua orang dari masing-
masing kelompok bertamu ke kelompok lain dan dua orang
lainya menjaga di kelompoknya, setelah selesai
berkunjung kembali ke kelompok masing-masing dan
melaporkan temuan mereka. Berdasarkan uraian di atas,
menurut peneliti strategi TS-TS sangat cocok untuk
mengatasi masalah tersebut, dikarenakan tersebut
merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan
agar peserta didik dapat saling bekerja sama,
bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah,
dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.
Sehingga peneliti berkeingin untuk melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil belajar Pada
Materi Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) Menggunakan Strategi TS-
3
Page 4
TS (Two-Stay Two-Stray) Pada Peserta Didik Kelas VII-I Tahun Ajaran 2013-
2014 Di SMPN 03 Batu”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana
penerapan strategi pembelajaran TS-TS (Two-Stay Two-Stray)
dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik di
SMP Negeri 03 Batu kelas VII-I tahun ajaran 2013-2014
pada materi persamaan linear satu variabel ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka tujuan
yang diharapkan dalam mengadakan penelitian tindakan
kelas ini adalah untuk mendiskripsikan penerapan
strategi pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two-Stay Two-
Stray) dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta
didik di SMP Negeri 03 Batu kelas VII-I tahun ajaran
2013-2014 pada materi persamaan linear satu variabel.
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian
tindakan kelas ini hanya akan membahas masalah dalam
ruang lingkup:
4
Page 5
1. Peserta didik kelas VII-I di SMP Negeri 03 Batu
semester genap tahun ajaran 2013-2014.
2. Materi pokok yang dibahas dalam penelitian
tindakan kelas ini pada persamaan linear satu
variabel.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu
kontribusi yang berarti dalam upaya meningkatkan hasil
belajar peserta didik kelas VII-I di SMP Negeri 03
Batu, khususnya terhadap kegiatan pembelajaran
matematika. Adapun manfaat penelitian tindakan kelas
ini adalah:
1. Bagi Peserta didik
Mempermudah peserta didik dalam mempelajari dan
memahami materi yang disampaikan oleh guru, serta
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Bagi Guru
Lebih mudah dalam menyampaikan materi, serta mampu
memberikan inovasi-inovasi baru bagi guru dalam
proses belajar mengajar.
3. Bagi Sekolah
Sebagai rujukan dalam meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah khususnya di SMPN 03 Batu.
5
Page 7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Belajar
Menurut Datyanto (dalam Chandra, 2013) belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri
dalam interaksi dengan lingkunganya. Sedangkan menurut
Syah (dalam Chandra, 2013) belajar adalah tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dari
beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
definisi belajar adalah proses perubahan tingkah laku
seseorang secara keseluruhan sebagai hasil dari
pengalaman dan interaksi lingkungan yang melibatkan
aspek kognitif.
Smith dan Ragan (dalam Chandra, 2013) mengemukakan
beberapa indikator yang dapat digunakan untuk
menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Faktor-
faktor tersebut adalah efektif, efisien, dan menarik,
sedangkan kriterianya, yakni.
1) Peran aktif peserta didik (active participation)
7
Page 8
Proses belajar akan berlangsung efektif jika peserta
didik terlibat secara aktif dalam tugas-tugas yang
bermakna, dan berinteraksi dengan materi pelajaran
secara intensif.
2) Latihan (practice)
Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat
memperbaiki tingkat daya ingat atau retensi.
3) Perbedaan individual (individual differences)
Dalam hal ini, tugas guru atau instruktur adalah
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu
seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang
berkualitas.
4) Interaksi sosial (social interaction)
Interaksi sosial sangat diperlukan oleh peserta didik
agar dapat memperoleh dukungan sosial dalam belajar.
Interaksi yang berkesinambungan dengan sejawat atau
sesama peserta didik akan memungkinkan peserta didik
untuk melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan
keterampilan yang sedang dipelajari.
2.2 Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2005) menyatakan, “in cooperative
learning method, student work together in four memver tean to master
materian initially presented by the teacher”. Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa didalam pembelajaran kooperatif
8
Page 9
peserta didik bekerja bersama-sama dalam kelompok untuk
membahas materi yang sudah disampaikan oleh guru.
Model pembelajaran koopeatif memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
a. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara
kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari peserta didik dengan
kemampuan heterogen, yaitu peserta didik yang
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada
individu.
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut.
a. Para peserta didik harus memiliki persepsi bahwa
mereka “tenggelam atau berenang bersama.”
b. Para peserta didik harus memiliki tanggungjawab
terhadap peserta didik atau peserta didik lain dalam
kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para peserta didik harus berpandangan bahwa mereka
semua memiliki tujuan yang sama.
d. Para peserta didik membagi tugas dan berbagi
tanggungjawab di antara para anggota kelompok.
9
Page 10
e. Para peserta didik diberikan satu evaluasi atau
penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap
evaluasi kelompok.
f. Para peserta didik berbagi kepemimpinan sementara
mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama
belajar.
g. Setiap peserta didik akan diminta mempertanggung
jawabkan secara individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja
sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi
pendengar yang baik, peserta didik diberi lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok,
tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan
(Slavin, 2005).
2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS (Two-Stay Two-
Stray)
Model pemelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two-Stay
Two-Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan (dalam
Miftahul, 2013). Metode ini bisa digunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peseta
didik. Metode TS-TS (Two-Stay Two-Stray) merupakan sistem
10
Page 11
pembelajaran kelompok dengan tujuan agar peserta didik
dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling
membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu
sama lain untuk berprestasi. Metode ini juga melatih
peserta didik untuk bersosialisasi dengan baik.
2.3.1 Sintaks metode TS-TS (Two-Stay Two-Stray)
Berikut adalah rincian tahap-tahap strategi
pembelajaran TS-TS :
1) Guru membagi peserta didik dalam beberapa
kelompok yang setiap kelompok terdiri dari
empat peserta didik. Kelompok yang dibentuk
pun merupakan kelompok heterogen, misalnya
satu kelompok terdiri dari 1 peserta didik
berkemampuan tinggi, 2 peserta didik
berkemampuan sedang, dan 1 peserta didik
berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena
pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two-Stay
Two-Stray) bertujuan untuk memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk saling membelajarkan
(Peer Tutoring) dan saling mendukung.
2) Guru memberikan subpokok bahasan bersama-sama
dengan kelomppok masing-masing.
3) Peserta didik bekerja sama dalam kelompok
yang beranggotakan empat orang. Hel ini
bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
11
Page 12
peserta didik untuk terlibat secara aktif
dalam proses berfikir.
4) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing
kelompok meninggalkan kelompoknya untuk
bertamu ke kelompok lainya.
5) Dua orang yang tinggal dalam kelompok
bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
mereka kepada temu dari kelompok lain.
6) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya
masing-masing untuk melaporkan temuan meraka
dari kelompok lain.
7) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil
kerja mereka.
2.3.2 Kelebihan dan kekurangan strategi
pembelajaran TS-TS (Two-Stay Two-Stray)
Kelebihan strategi pembelajaran TS-TS (Two-Stay
Two-Stray).
1) Dapat diterapkan pada semua
kelas/tingkatan.
2) Lebih berorientasi pada keaktifan dan
kreativitas peserta didik.
3) Diharapkan peserta didik akan berani
menggungkapkan pendapatnya.
4) Menambah kekompakan, kreatifitasa dan
rasa percaya diri peserta didik.
12
Page 13
5) Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh.
6) Peserta didik yang pandai dapat mengajari
peserta didik yang kurang pandai.
7) Peserta didik dapat saling membantu satu sama
lain dan saling mendorong untuk berprestasi.
Kekurangan strategi pembelajaran TS-TS (Two-Stay
Two-Stray).
1) Membutuhkan waktu yang lama.
2) Peserta didik cenderung tidak mau belajar
dalam kelompok.
3) Bagi guru, membutuhkan banyak peersiapan
(materi, dana dan tenaga).
4) Guru cenderung kesulitan dalam mengelolah
kelas.
2.4 Hasil belajar peserta didik
Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dengan
hasil belajar, kegiatan belajar merupakan proses dan
hasil belajar merupakan hasil belajar. Menurut
Purwanto (dalam Yulia, 2012) hasil belajar adalah
perubahan perilaku pesert didik akibat belajar.
Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai
penguasaaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam
proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2012),
13
Page 14
penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai peserta
didik dengan kriteria tertentu. Pengolahan hasil
penilaian melalui nilai rata-rata, melalui rapor hasil
belajar peserta didik selama periode tertentu dapat
diketahui perkembanganya. Mereka yang memiliki hasil
belajar yang tinggi nilai rapornya selalu di atas rata-
rata, serta menunjukkan adanya peningkatan prestasi.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
seseorang dalam menerima ilmu dan ditunjukkan dengan
adanya ketercapaian pada indikator yang telah
ditetapkan.
Penilaian hasil belajar dan proses belajar saling
berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar merupakan
akibar dari proses. Penilaian proses belajar adalah
upaya memberi nilai tehadap kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh peserta didik dan guru dalam
mencapai tujuan-tujuan guruan. Pada penilaian ini
dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam
mencapai tujuan guruan atau perubahan tingkah laku
peserta didik.
Adapun fungsi dari penilaian adalah :
1) Untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan
instruksional.
14
Page 15
2) Umpan balik bagi perbaikan prosses belajar-mengajar.
3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar
peserta didik kepada orang tua.
Adapunfaktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
menurut Slameto (2010) dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu faktor yang berasal dari diri peserta didik
(intern) dan fakfor yang berasal dari luar diri peserta
didik (ekstern).
1) Faktor Internal
a. Faktor jasmani, seperti: kesahatan, cacat tubuh.
b. Faktor psikologi, seperti: intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
kesiapan, dan cara belajar.
c. Faktor kelelahan, seperti: kelelahan jasmani dan
rohani.
2) Faktor Eksternal
a. Faktor keluarga, seperti: cara mendidik anak,
relasi antara keluarga, keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor sekolah, seperti: metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan peserta didik,
relasi peserta didik dengan peserta didik,
disiplin sekolah, waku sekolah, standart
pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, tugas
rumah.
15
Page 16
c. Faktor masyarakat, seperti: kegiatan peserta
didik dalam masyarakat, mass media (bioskop,
radio, TV, dll), teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat.
2.5 Materi Pembelajaran
1. Kalimat Tertutup
Kalimat tertutup adalah kalimat berita yang dapat
dinyatakan nilai kebenarannya, bernilai benar atau
salah, dan tidak keduanya.
Contoh:
a) Palembang adalah ibukota Propinsi Sumatera
Selatan. (Benar)
b) Pencipta lagu Indonesia Raya adalah Kusbini.
(Salah)
c) Siapa pencipta lagu Indonesia Raya ? (tidak
keduanya)
2. Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum dapat
ditentukan nialai kebenarannya.
Contoh:
a) Ibu kota negara Indonesia adalah xb) b+20=34
3. Persamaan Linier Satu Variable (PLSV)
16
Page 17
PLSV adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh
tanda sama dengan (=) dan hanya mempunyai satu
variable berpangkat satu.
Contoh:
a) x+7=9
Fakta-fakta dari kalimat terbuka di atas:
- Memiliki satu variable, yaitu x- Dihubungkan dengan relasi sama dengan (¿)
- Pangkat tertinggi x adalah 1- Jika x diganti menjadi 2, maka 2 + 7 = 9
merupakan pernyataan yang bernilai benar.
- Jika x diganti menjadi 3, maka 3 + 7 = 9
merupakan pernyataan yang bernilai salah.
4. Menentukan Penyelesaian PLSV
Menyelesaikan PLSV dapat dilakukan dengan menambah,
mengurangi, mengalikan dan membagi kedua ruas
persamaan dengan bilangan yang sama.
Contoh:
a) Tentukan penyelesaian persamaan 3y−2=13, jika yvariable pada bilangan bulat.
Jawab:
3y−2=13
3y−2+2=13+2 (kedua ruas ditambah 2)
3y=15
17
Page 18
13×3y=
13×13 (kedua ruas dikalikan 13)
atau 3y3=15
3 (kedua ruas dibagi 3)
y=5
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {5}
5. Persamaan yang ekuivalen/ Setara
Dua atau lebih persamaan linier dikatakan setara
atau ekuivlen jika himpunan penyelesaian persamaan
itu tetapi bentuk persamaannya berbeda, dilambangkan
dengan
Contoh:
3y−2=13 dengan 2y−2=8, memiliki himpunan
penyelesaian yang sama yaitu {5}. Dengan demikian
kedua persamaan diatas bisa dikatakan setara atau
ekuivalen. Ditulis dengan lambang sebagai berikut :
x−4=8x−5=7.
18
Page 19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) karena merupakan pengkajian terhadap
masalah praktis dalam kelas dengan tujuan menentukan
tindakan yang tepat dalam mengatasi permasalahan di
kelas. Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian partisipan, yaitu
peneliti terlibat secara penuh dan langsung dalam
proses penelitian mulai dari awal sampai akhir dengan
tujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
pada mata pelajaran matematika.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
peserta didik kelas VII-I semester genap tahun
pelajaran 2013-2014 di SMP Negeri 03 Batu yang terdiri
dari 27 peserta didik dengan 11 laki-laki dan 16
perempuan.
3.3 Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMPN
03 Batu yang beralamatkan di Jalan Raya Beji No. 08
Telp. / Fax. (0341) 592084 Junrejo Batu. Website :
19
Page 20
www.smp3batu.net dan Email : [email protected] .
Proses penelitian dan pengambilan data dilaksanakan
pada pembelajaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-
2014 dan disesuaikan dengan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung di kelas VII-I SMP Negeri 03 Batu.
3.4 Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui 4
(empat) tahap yaitu: perencanaan (planning), tindakan
(acting), observasi (observating) dan refleksi (reflecting).
Untuk mengatasi suatu permasalahan di kelas, peneliti
memerlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus
tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan. Apabila
pada siklus pertama masih ada hal-hal yang kurang maka
dilaksanakan siklus kedua, dan begitu juga pada siklus-
siklus berikutnya. Tahapan dalam siklus ini adalah
sebagai berikut.
20
Page 21
Gambar 3.1 Tahapan Siklus PTK (buku pandual PPL, 2013)
Berikut ini adalah penjelasan dari tahapan gambar
siklus di atas.
1) Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah:
(a)Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada
peserta didik dengan menggunakan stategi TS-TS (Two-
Stay Two-Stray).
(b)Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dengan menggunakan stategi TS-TS (Two-Stay Two-Stray).
(c)Membuat lembar kerja peserta didik (LKS).
21
Page 22
(d)Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus
penelitian tindakan kelas.
(e)Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2) Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah:
(a)Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
(b)Guru menyampaikan materi pelajaran mengenai materi
persamaan linear satu variabel (PLSV).
(c)Peserta didik dibagi kelompok.
(d)Guru memberikan tugas dalam bentuk LKS dan masing-
masing kelompok mengerjakannya.
(e)Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.
(f)Hasil diskusi kelompok di tempel pada mading
masing-masing kelompok.
(g)Dua orang dari masing-masing kelompok berkunjung
ke mading dari kelompok lain dan memberikan
komentar mereka mengenai materi yang sedang
dibahas. Dua orang lainya menjaga di kelompoknya.
(h)Setelah berkunjung, dua orang dari masing-masing
kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing dan
mendiskusikan hasil yang diperoleh.
(i)Guru dan peserta didik membahas materi yang kurang
dimengerti, serta menyimpulkan.
22
Page 23
(j)Guru memberi evaluasi.
(k)Penutup.
3) Pengamatan (Observating)
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah:
(a)Mengamati situasi kegiatan pembelajaran di kelas.
(b)Mengamati keaktifan dan sikap peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
(c)Mengamati kemampuan peserta didik dalam kegiatan
diskusi kelompok.
(d)Memantau hasil belajar peserta didik terhadap
penguasaan materi pembelajaran.
4) Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah:
(a)Mancatat hasil observasi.
(b)Mengevaluasi hasil observasi.
(c)Menganalisis hasil pembelajaran
(d)Mencatat hal-hal yang masih kurang untuk dijadikan
perbaikan pada siklus berikutnya.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1)Silabus
23
Page 24
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai kegiatan pembelajaran, pengolahan kelas, dan
penilaian hasil belajar.
2)Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan
seperangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk setiap
pertemuan. Masing-masing RPP berisi kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan
belajar mengajar di kelas dan penilaian.
3)Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS)
Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS) digunakan untuk
membantu proses pengumpulan data hasil penelitian.
4)Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan oleh observer untuk
menilai proses pembelajaran guru di kelas. Proses
penilaianya yakni untuk mengetahui pembelajaran yang
dilaksanakan sudah sesuai atau tidak dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun dan
untuk mengetahui pembelajaran yang dilaksanakan
sudah berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
5)Tes Hasil Belajar
Tes digunakan untuk melihat tingkat penguasan peserta
didik dalam pembelajaran matematika dengan
24
Page 25
menggunakan stategi TS-TS (Two-Stay Two-Stray). Tes hasil
belajar ini dilakukan dalam bentuk kuis individu yang
diberikan setelah pembelajaran berlangsung.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik
tes yang dilakukan untuk memperkuat hasil pengamatan
terhadap hasil belajar peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung.
1) Kuis
Kuis yang digunakan berbentuk tes tulis dan digunakan
untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap
materi yang dipelajari. Selain itu, kuis juga
digunakan untuk mengetahui keberhasilan dari stategi
TS-TS (Two-Stay Two-Stray) yang telah dilaksanakan, sehingga
hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk evaluasi
pembelajaran selanjutnya.
2) Observasi
Observasi dilaksanakan agar penggunaan stategi TS-
TS (Two-Stay Two-Stray) yang dilaksanakan sesuai dengan
rancanagan pelaksanaan pembelajaran yang telah
disusun. Selain itu, observasi juga digunakan sebagai
evaluasi guru dalam pembelajaran, sehingga dalam
penilaiannya diisi oleh observer atau guru matematika
25
Page 26
lainnya. Berikut adalah tabel lempar penelitian
observer (buku panduan PPL, 2013).
Tabel 3.1 Bentuk Lembar Penilaian Observer
26
NO INDIKATOR / ASPEK YANG DIAMATI SKORA. Pembuka Pelajaran
1. Mengecek kehadiran peserta didik 1 2 3 4 52. Memeriksa kesiapan peserta didik
dalam proses pembelajaran 1 2 3 4 5
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 1 2 3 4 5
4. Melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi 1 2 3 4 5
B. Kegiatan Inti Pembelajaran1. Mengkaitkan materi dengan
pengetahuan peserta didik 1 2 3 4 5
2. Menyampaikan konsep materi pokok dengan jelas 1 2 3 4 5
3. Menguasai kelas dengan strategi TS-TS 1 2 3 4 5
4. Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu 1 2 3 4 5
5. Menumbuhkan keceriaan dan antusias peserta didik dalam belajar 1 2 3 4 5
6. Melakukan penilaian selama proses pembelajaran sesuai kompetensi 1 2 3 4 5
7. Menggunakan bahasa lisan dan tulisandengan baik dan benar 1 2 3 4 5
C. Penutup1. Membuat kesimpulan materi bersama
peserta didik 1 2 3 4 5
2. Memberikan arahan dan tugas sebagai bagian remidi, pengayaan, serta memberikan penguatan
1 2 3 4 5
Total Skor
Page 27
Keterangan : 1 = sangat tidak baik 3 = kurang baik 5
= sangat baik
2 = baik 4 = baik
3) Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan yang dibuat
oleh peneliti setelah proses pembelajaran berakhir.
Catatan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan
pembelajaran selanjutnya yang berisi mengenai hal-hal
yang ditemukan selama proses pembelajaran menggunakan
stategi TS-TS (Two-Stay Two-Stray). Berikut adalah bentuk
catatan lapang.
Petunjuk!
Tuliskan segala sesuatu yang sesuai dengan pengamatan
anda selama kegiatan berlangsung
3.7 Teknik Analisis Data
27
Hari/Tanggal :
Jam :
..................................................
..................................................
..................................................
..................................................
..................................................
..................................................
..................................................
Page 28
Analisis data digunakan untuk menentukan ada
tidaknya peningkatan hasil belajar peserta didik pada
setiap siklus, skor tes dari setiap siklus dibandingkan
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) perseorangan
dan klasikal. Skor yang diperoleh peserta didik setiap
akhir siklus selanjutnya dinyatakan dalam bentuk
presentase yang menyatakan ketuntasan belajar secara
klasikal.
1. Secara perseorangan peserta didik telah tuntas
belajar apabila kriteria ketuntasan minimal mencapai
skor tes minimal 75 untuk mengetahui ketuntasan
belajar secara individual digunakan rumus sebagai
berikut.
Nilai=SkoryangDiperoleh
SkorMaksimal×100
2. Secara klasikal dianggap tuntas belajar apabila
telah mencapai 80% dari jumlah peserta didik yang
telah mengikuti tes yang mendapatkan nilai yang
memenuhi KKM. Ketuntasan belajar klasikal peserta
didik dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut ini.
Persentaseketuntasanklasikal=jumlahsiswayangtuntasjumlahsiswaseluruhnya
×100%
Tabel 3.2 Kriteria Keberhasilan Penelitian
28
Page 29
Persentase
Keberhasilan (%)
Kriteria
91 – 100 Sangat Baik81 – 90 Baik65 – 80 Cukup50 – 64 Kurang25 – 49 Rendah0 – 24 Gagal
(Arikunto, 2003)
29
Page 30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Pra-siklus
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
berdasarkan hasil observasi dan pengumpulan data dari
kondisi awal kelas VII-I semester genap tahun ajara
2013-2014 di SMP Negeri 03 Batu. Observasi ini
dilaksanakan sesuai dengan kondisi kelas tersebut,
sehingga pelaksanaan stategi TS-TS (Two-Stay Two-Stray) yang
dilakukan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Observasi ini dilakukan pada materi Persamaan Linear
Satu Variabel (PLSV). Pada tahap observasi yang
dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2014 didapat nilai
matematika peserta didik kelas VII-I semester genap
tahun ajara 2013-2014 di SMP Negeri 03 Batu hanya 13
dari 27 peserta didik yang nilainya memenuhi KKM.
Diperoleh presentasi ketuntasan klasikal sebesar 48,15
%, sehingga dapat dianalisisi bahwa ketuntasan klasikal
masih tergolong rendah. Melihat dari Dari data
tersebut, maka peneliti akan menerapkan stategi
peembelajaran TS-TS (Two-Stay Two-Stray) untuk meningkatkan
hasil belajar peserta didik.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri
dari dua siklus yaitu siklus I yang dilaksanakan pada
30
Page 31
tanggal 12 Maret 2014 dengan alokasi waktu 3x 40 menit
dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 dan 19 Maret
2014 dengan alokasi waktu 5 x 40 menit.
4.2 Deskripsi Siklus I
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I
dilaksanakan satu kali pertemuan dengan dua jam
pelajaran. Tepatnya pada hari Rabu tanggal 12 Maret
2014 pada jam ke 3-4 (08.20-09.40). Berikut adalah
tahapan pelaksanaan pada siklus I.
1) Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan siklus I, kegiatan yang
dilakukan peneliti adalah membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) tentang menentukan konsep PLSV.
Adapun kompetensi dasarnya yaitu 1. menyelesaikan
persamaan dan pertaksamaan linear satu variable. 2.
membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah
nyata yang berkaitan dengan persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel. Sedangkan
indikator pembelajarya yakni menemukan konsep kalimat
tertutup, kalimat terbuka, serta mengenal PLSV dalam
berbagai bentuk dan variable. Materi yang disampaikan
adalah kalimat tertutup, kalimat terbuka, dan persamaan
linear satu variabel. Waktu yang diperlukan adalah 2
jam pelajaran yakni pada jam ke 3-4 (08.20-09.40).
31
Page 32
Membuat lembar kerja siswa (LKS) berupa soal uraian
dengan jumlah soal lima butir soal (Lampiran 10).
Lembar kerja siswa (LKS) dikerjakan secara berkelompok
dengan satu kelompok terdiri dari empat peserta didik.
Alokasi waktu yang digunakan untuk berdiskusi
menyelesaikan LKS 25 menit.
Menyusun tes hasil belajar, yakni guru memberikan
pengarahan kepada setiap kelompok dalam menyelesaiakan
masalah. Selain itu, guru juga membimbing kelompok yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang
telah diberikan. Hasil belajar peserta didik diambil
dari nilai tes yang diberikan oleh guru setelah proses
pembelajaran berlangsung. Pada siklus I ini, jumlah
soal tes sebanyak 4 soal pilihan ganda dan 3 soal
uraian. Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk tes adalah
10 menit.
Menyusun pedoman observasi mengenai hasil belajar
peserta didik yang diisi oleh observer atau guru
matematika yang lain (Lampiran 3). Penilainya mulai
dari pembukaan pembelajaran, kegiatan inti pembelajran,
dan penutup. Observer yang menilai pada proses
pembelajaaran sebanyak 1 orang observer.
2) Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 12 Maret 2014. Waktu yang diperlukan
32
Page 33
adalah 2 jam pelajaran yakni pada jam ke 3-4 (08.20-
09.40). Materi yang disampaikan adalah kalimat
tertutup, kalimat terbuka, dan persamaan linear satu
variabel (PLSV). Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
adalah guru membuka pelajaran dengan dan memeriksa
kehadiran peserta didik serta membacakan tujuan
pembelajaran. Selanjutnya masuk ke kegiatan inti, yakni
guru menyampikan materi setelah selesai guru membagi
peserta didik menjadi 7 kelompok dengan satu kelompok
terdiri dari empat peserta didik yang memiliki
kemampuan randome. Peserta didik berdiskusi bersama
dengan kelomoknya dengan alokasi waktu 25 menit,
setelah itu hasil diskusi masing-massing kelompok di
tempel pada mading kelompoknya masing-masing. Dua orang
dari masing-masing kelompok berkunjung ke mading dari
kelompok lain dan memberikan komentar mereka mengenai
materi yang sedang dibahas. Dua orang lainya menjaga di
kelompoknya. Setelah berkunjung, dua orang dari masing-
masing kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing
dan mendiskusikan hasil yang diperoleh. Guru dan
peserta didik membahas materi yang kurang dimengerti,
serta menyimpulkan, setelah itu guru membagikan soal
tes pada peserta didik. Masuk ke kegiatan penutup yakni
guru memberikan evaluasi tentang materi yang sudah
33
Page 34
disampaikan dan menyuruh peserta didik untuk
mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya.
3) Pengamatan (Observating)
Pada tahap pengamatan siklus I, guru memberikan
pengarahan kepada setiap kelompok dalam menyelesaiakan
masalah. Selain itu, guru juga membimbing kelompok yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang
telah diberikan. Pada pembelajaran ini kebanyakan
peserta didik kesulitan dalam menentukan koefisien,
variabel, dan konstant pada Persamaan Linear Satu
Variabel (PLSV), serta ketika peserta didik diskusi
kelompok (menyelesaikan LKS) memerlukan waktu lebih
lama dari yang sudah ditentukan sebelumnya.
Hasil dari tes yang sudah dilakukan oleh peserta
didik menunjukkan bahwa 19 dari 27 peserta didik yang
nilainya memenuhi KKM. Kebanyakan kesalahan peserta
didik dalam menjawab terletak pada soal pilihan ganda
no 2 dan 4, yakni tentang fakta-fakta dari PLSV dan
menentukan koefisien, variabel, dan konstant padaPLSV.
Sedangkan pada soal uraian dia atas 80% jawaban peserta
didik sudah benar.
4) Refleksi (Reflecting)
Pada tahap refleksi, tes hasil belajar siklus I
didapatkan hasil nilai peserta didik kelas VII-I adalah
19 dari 27 peserta didik yang nilainya memenuhi KKM.
34
Page 35
Diperoleh presentasi ketuntasan klasikal sebesar 70,37%
, sehingga dapat dianalisisi bahwa ketuntasan klasikal
sudah termasuk dalam kriteria cukup. Dengan melihat
kelemahan peserta didik di atas, maka dibutuhkan
penjelasan yang mendasar pada peserta didik yang
mengalami hambatan tersebut dengan cara diskusi antar
teman dalam kelompoknya dan melakukan kunjungan antar
kelompok, serta guru harus bisa memperkirakan waktu
yang tepat untuk peserta didik berdiskusi supaya tidak
melebihi waktu yang sudah diperkirakan.
4.3 Deskripsi Siklus II
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus
II dilaksanakan dua kali pertemuan dengan lima jam
pelajaran. Tepatnya pada hari Senin tanggal 17 Maret
2014 pada jam ke 1-3 (08.00-10.00) dan hari Rabu
tanggal 19 Maret 2014 pada jam ke 3-4 (08.20-09.40) .
Berikut adalah tahapan pelaksanaan pada siklus II.
1) Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan siklus II, kegiatan yang
dilakukan peneliti adalah membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) tentang menentukan konsep PLSV.
Adapun kompetensi dasarnya yaitu 1. menyelesaikan
persamaan dan pertaksamaan linear satu variable. 2.
membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah
35
Page 36
nyata yang berkaitan dengan persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel. Sedangkan
indikator pembelajarya yakni menenentukan penyelesaian
dan bentuk setara atau ekuivalen dari PLSV dengan cara
kedua ruas ditambah, dikurangi, dikalikan atau dibagi
dengan bilangan yang sama. Materi yang disampaikan
adalah penyelesaan PLSV dan bentuk setara atau
ekuivalen PLSV. Pada siklus II ini membutuhkan 2 kali
pertemuan dengan alokasi waktu yang diperlukan adalah 5
jam pelajaran yani hari Senin tanggal 17 Maret 2014 jam
ke 1-3 (08.00-10.00).dan hari Rabu 19 Mater 2014 jam ke
3-4 (08.20-09.40).
Menyusun tes hasil belajar, yakni guru memberikan
pengarahan kepada setiap kelompok dalam menyelesaiakan
masalah. Selain itu, guru juga membimbing kelompok yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang
telah diberikan. Hasil belajar peserta didik diambil
dari nilai tes yang diberikan oleh guru setelah proses
pembelajaran berlangsung. Pada siklus I ini, jumlah
soal tes sebanyak 2 soal uraian. Alokasi waktu yang
dibutuhkan untuk tes adalah 15 menit.
Menyusun pedoman observasi mengenai hasil belajar
peserta didik yang diisi oleh observer atau guru
matematika yang lain (Lampiran 6). Penilainya mulai
dari pembukaan pembelajaran, kegiatan inti pembelajran,
36
Page 37
dan penutup. Observer yang menilai pada proses
pembelajaaran sebanyak 1 orang observer.
2) Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada
hari Senin tanggal 17 Maret 2014 dan hari Rabu 19 Mater
2014 dengan waktu yang diperlukan adalah 5 jam
pelajaran. Pada pertemuan ke-1 hari Senin 17 Maret
2014 jam ke 1-3 (08.00-10.00) materi yang disampaikan
adalah menentukan penyelesaian PLSV. Pertemuan ke-2
hari Rabu 19 Maret 2014 jam ke 3-4 (08.20-09.40) materi
yang disampaikan adalah menentukan bentuk setara atau
ekuivalen PLSV.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pada
pertemuan ke-1 adalah guru membuka pelajaran dengan dan
memeriksa kehadiran peserta didik serta membacakan
tujuan pembelajaran. Selanjutnya masuk ke kegiatan
inti, yakni guru menyampikan materi setelah selesai
guru menyuruh peserta didik untuk berkumpul dengan
kelompoknya masing-masing. Peserta didik berdiskusi
bersama dengan kelomoknya untuk menyelesaikan Uji
Kometensi 6.2 no 1 dan 3 dengan alokasi waktu 30 menit,
setelah itu hasil diskusi masing-massing kelompok di
tempel pada mading kelompoknya masing-masing. Dua orang
dari masing-masing kelompok berkunjung ke mading dari
kelompok lain dan memberikan komentar mereka mengenai
37
Page 38
materi yang sedang dibahas. Dua orang lainya menjaga di
kelompoknya. Setelah berkunjung, dua orang dari masing-
masing kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing
dan mendiskusikan hasil yang diperoleh. Guru dan
peserta didik membahas materi yang kurang dimengerti,
serta menyimpulkan. Masuk ke kegiatan penutup yakni
guru memberikan evaluasi tentang materi yang sudah
disampaikan dan menyuruh peserta didik untuk
mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya.
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan ke-2 adalah guru
membuka pelajaran dengan dan memeriksa kehadiran
peserta didik serta membacakan tujuan pembelajaran.
Selanjutnya masuk ke kegiatan inti, yakni guru
menyampikan materi setelah selesai guru menyuruh
peserta didik untuk berkumpul dengan kelompoknya
masing-masing. Peserta didik berdiskusi bersama dengan
kelomoknya untuk mencari 6 persamaan linear satu
variabel yang setara tau ekuivalen dengan alokasi waktu
25 menit, setelah itu hasil diskusi masing-massing
kelompok di tempel pada mading kelompoknya masing-
masing. Dua orang dari masing-masing kelompok
berkunjung ke mading dari kelompok lain dan memberikan
komentar mereka mengenai materi yang sedang dibahas.
Dua orang lainya menjaga di kelompoknya. Setelah
berkunjung, dua orang dari masing-masing kelompok
38
Page 39
kembali ke kelompoknya masing-masing dan mendiskusikan
hasil yang diperoleh. Guru dan peserta didik membahas
materi yang kurang dimengerti, serta menyimpulkan,
setelah itu guru membagikan soal tes pada peserta
didik. Masuk ke kegiatan penutup yakni guru memberikan
evaluasi tentang materi yang sudah disampaikan dan
menyuruh peserta didik untuk mempelajari materi untuk
pertemuan selanjutnya.
3) Pengamatan (Observating)
Pada tahap pengamatan siklus II, terlihat bahwa
peserta didik sangat antusias dalam berdiskusi
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Dari hasil
diskusi kelompok yang telah dilakukan, setiap peserta
didik dipastikan dapat mengerjakan/mengetahui
jawabannya kemudian guru memulai proses berkunjung dari
masing-masing kelompok dan tugas guru yaitu memantau
jalanya proses berkunjung antar kelompok. Dari hasil
pengamatan diperoleh sebagian kecil peserta didik masih
kurang memahami cara penyelesaian PLSV.
Hasil dari tes yang sudah dilakukan oleh peserta
didik menunjukkan bahwa 23 dari 27 peserta didik yang
nilainya memenuhi KKM. Peserta didik sudah memahami
materi yang telah disampaikan sehinngga nilai yang
diperoleh sudah bagus dan tergolong baik. Tetapi dalam
mengerjakan soal masih ada yang peserta didik kurang
39
Page 40
teliti dalam menghitung sehingga hasil yang diperoleh
salah.
4) Refleksi (Reflecting)
Pada tahap refleksi, tes hasil belajar siklus II
didapatkan nilai peserta didik kelas VII-I adalah 23
dari 27 peserta didik yang nilainya memenuhi KKM.
Terlihat adanya peningkatan peserta didik yang nilainya
di atas KKM yakni 3 orang peserta didik. Dari nilai
hasil tes individu diperoleh presentasi ketuntasan
klasikal sebesar 85,19%, sehingga dapat dianalisisi
bahwa ketuntasan klasikal sudah termasuk dalam kriteria
baik. Melihat dari hasil tes peserta didik yang
menunjukkan indikasi kurang telitinya peserta didik
dalam mengerjakan soal, maka guru menyuruh pesarta
didik untuk melakukan banyak latihan soal dan
memerikasa jawaban sebelum dikumpulkan pada guru.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan mulai dari
pengamatan awal sampai pelaksanaan tindakan pada siklus
II didapat gambaran sebagai berikut:
Diagram 4.1 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik
40
Jumlah Pesarta Didik
Page 41
Pra-siklus Siklus I Siklus II0
5
10
15
20
25
TuntasTidak Tuntas
Berdasarkan diagran 4.1 terlihat adanya peningkatan
hasil belajar peserta didik setelah menggunakan
strategi TS-TS (Two-Stay Two-Stray) yakni 13 peserta didik
yang nilianya memenuhi KKM pada Pra-siklus, sedangkan
pada siklus I ada 20 peserta didik dan siklus II ada 23
peserta didik. Jika dibentuk dalam prosentase
ketuntasan klasikla diperoleh pra-siklus 48,15%, siklus
I sebesar 70,37% dan siklus II 85,19%. Sedangkan
peningkatan hasil belajar pesarta didik antar siklus,
yakni pra-siklus ke siklus I mengalami peningkatan
sebesar 22,22% sedangkan dari siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan sebesar 14,82%. Sehingga terbukti
adanya peningkatan hasil belajar peserta didik setelah
menggunakan strategi TS-TS.
41
Siklu
Page 42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Strategi TS-TS (Two-Stay Two-Stray) denga sintaks
pembelajarannya yakni peserta didik dibentuk kelompok
dengan beranggotakan empat orang setelah itu diberikan
permasalahan yang harus dipecahkan bersama dengan
kelompoknya, setelah selesai dua orang dari masing-
masing kelompok bertamu ke kelompok lain dan dua orang
lainya menjaga di kelompoknya, setelah selesai
berkunjung kembali ke kelompok masing-masing dan
melaporkan temuan mereka. Strategi TS-TS ternyata mampu
meningkatkan hasil belajar peserta didik dari siklus I
ke siklus II sebesar 14,82%.
5.2 Saran
Melihat dari kekurangan yang ada pada siklus I dan
siklus II maka penulis menyarankan pada peneliti
selanjutnya dalam menyampaikan materi supaya mengguakan
media pembelajaran serta contoh dalam kehidupan sehari-
hari supaya peserta didik lebih cepat dalam memahami
materi yang disampaikan, serta guru harus bisa mengatur
pembagian waktu ketika anak diskusi dan berkunjung
antar kelompok.
42
Page 43
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Chandra. 2013. Pengertian Hasil Belajar, (Online),
(http://misterchand89.blogspot.com, diakses pada
27 maret 2014).
Lembaga PPL. 2013. Panduan Praktik Pengalaman Lapangan di
Sekolah. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Miftahul Huda. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Puataka Pelajar.
Yulia. 2012. Hasil Belajar, (Online),
(http://eprints.uny.ac.id, diakses pada 27 maret
2014).
Slavin, R. 2005. Cooperative Learning Theory, Recearch and
Pracice. New Batson: Allyn and Bacon.
Sudjana, D. N. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT.Remadja Rosdakarya.
43