PENELITIAN KUALITATIF METODE PENELITIAN 2 KECEMBURUAN WANITA YANG MEMILIKI PASANGAN LAKI-LAKI PENGGUNA AKTIF SOSIAL MEDIA DALAM HUBUNGAN PACARAN The purpose of this research is to understand how the jealousy of women who have a pair of male active users social media. This research is a qualitative research with case study research design instumental. The technique of data collection was undertaken is in-depth interviews. The results of this research managed to collect three theme namely psychological condition and emotional reactions, coping jealous, and stages jealous on a pair of active use of social media.Key Words: Jealous, active user of social media HELLENA DASILVA - 201571174 Program Studi Psikologi Universitas Esa Unggul
34
Embed
Penelitian kualitatif · Web viewProgram Studi Psikologi Universitas Esa Unggul Penelitian kualitatif METODE PENELITIAN 2 kecemburuan wanita yang memiliki pasangan laki-laki pengguna
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Penelitian kualitatifMETODE PENELITIAN 2
KECEMBURUAN WANITA YANG MEMILIKI PASANGAN LAKI-LAKI PENGGUNA AKTIF SOSIAL MEDIA DALAM HUBUNGAN PACARANThe purpose of this research is to understand how the jealousy of women who have a pair of male active users social media. This research is a qualitative research with case study research design instumental. The technique of data collection was undertaken is in-depth interviews. The results of this research managed to collect three theme namely psychological condition and emotional reactions, coping jealous, and stages jealous on a pair of active use of social media.Key Words: Jealous, active user of social media
HELLENA DASILVA - 201571174Program Studi Psikologi Universitas Esa Unggul
KECEMBURUAN WANITA PADA PASANGAN LAKI-LAKI PENGGUNA AKTIF SOSIAL MEDIA DALAM HUBUNGAN PACARAN
Program Studi Psikologi Universitas Esa Unggul Citra Raya
ABSTRACT
The jealousy is normal in a romantic relationships. Each individual has the experience of jealousy which vary with different causes. One of the causes that can trigger the emergence of jealousy happens is the use of social media. Social media much interested and used by various among both women and men alike. But the comparison of media social users between women and men are dominated by women. It cannot be denied that men are also more active in social media. The activities in the social media also various. No rare activity on social media became the cause of jealousy for women who have a pair of male active user of social media. The purpose of this research is to understand how the jealousy of women who have a pair of male active users social media. This research is a qualitative research with case study research design instumental. The technique of data collection was undertaken is in-depth interviews. The results of this research managed to collect three theme namely psychological condition and emotional reactions, coping jealous, and stages jealous on a pair of active use of social media.
Key Words: Jealous, active user of social media
ABSTRAK
Cemburu merupakan hal yang wajar dalam suatu hubungan romantis. Setiap individu memiliki pengalaman cemburu yang berbeda-beda dengan penyebab yang berbeda pula. Salah satu penyebab yang dapat memicu munculnya cemburu terjadi adalah penggunaan sosial media. Sosial media banyak diminati dan digunakan oleh berbagai kalangan baik wanita maupun laki-laki. Namun perbandingan pengguna sosial media antara kaum wanita dan laki-laki memang didominasi oleh wanita. Tak bisa dipungkiri bahwa ternyata laki-laki juga banyak yang cukup aktif di sosial media. Kegiatan di sosial media juga bermacam-macam. Tak jarang aktivitas di sosial media menjadi penyebab cemburu bagi wanita yang memiliki pasangan laki-laki pengguna aktif sosial media. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana kecemburuan wanita yang memiliki pasangan laki-laki pengguna aktif sosial media. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi kasus instumental. Teknik pengumpulan data yang dilakuakn adalah wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini berhasil mengumpulkan tiga tema yaitu kondisi psikologis dan reaksi emosional, coping cemburu, dan tahapan cemburu pada pasangan yang aktif menggunakan sosial media.
“[…] dia suka main BBM, FB kenal-kenal lewat FB sama BBM terus like-
like status foto cewe lain. Pernah tuh aku liat dia chattingan sama cewe di FB […]” (Arline-912.A1)
Subjek menunjukkan melalui
ekstrak di atas bahwa pasangannya
cukup aktif menggunakan sosial media.
Adapun sosial media yang digunakan
antara lain Facebook, BBM, dan lain-
lain. Kegiatan pasangannya di sosial
media seperti like dan comment foto-
foto ataupun status orang lain. Tak
jarang pasangannya juga melakukan hal
tersebut pada wanita lain. Subjek juga
menyebutkan bahwa hal-hal semacam
itu berhasil membuatnya timbul
perasaan cemburu.
“Iya lah cemburu […] Pokoknya udah kalau comment sama cowo-cowo aja gak boleh sama cewe-cewe. Aku marah waktu itu” (Arline-912.C6)
Ekstrak wawancara di atas
menunjukkan bahwa kegiatan pasangan
Subjek di sosial media benar-benar
menyebabkan cemburu. Subjek juga
menunjukkan ketidaknyamanannya
terhadap pasangannya yang cukup aktif
di sosial media sehingga dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan yang membuatnya cemburu.
Pada penelitian ini, peneliti
mengangkat tiga tema utama yaitu:
kondisi psikologis terkait
kecemburuannya pada pasangan,
konsep cemburu Subjek dan coping
cemburu, dan tahapan cemburu.
Tema: Kondisi Psikologis dan Reaksi
Emosional Terkait Kecemburuan
pada Pasangan
Pengalaman memiliki pasangan
yang aktif di sosial media membuat
Subjek mengalami perubahan
psikologis tertentu maupun reaksi
emosional.
Merasa terancam
Bagi Subjek, memiliki pasangan
yang cukup aktif di sosial media sangat
membuatnya merasa terancam, yang
mana adanya kemungkinan kehadiran
pihak ketiga seperti teman-teman
pasangannya yang ada di sosial media,
kegiatan pasangannya yang sering
berkomunikasi dengan wanita lain
lewat aktivitas komen-komen dan like
status cukup memberi penekanan
kepada Subjek adanya pihak ketiga
yang muncul. Sehingga Subjek merasa
tidak nyaman dan merasa teancam.
Adapun ancaman tersebut yang
dirasakan oleh Subjek adalah dengan
adanya kegiatan pasangan Subjek di
sosial media mulai dari like status,
comment berisi ajakan kenalan dan
lainnya yang dilakukan terhadap wanita
lain baik yang dikenal oleh Subjek atau
tidak dikenal sama sekali.
“Ya kaya ngerasa kan lu udah sama gue ngapain begitu sama cewe ya walaupun Cuma nge like-like […]” (Arline-912.E3)
“Ya itu tadi deket sama cewe, entah siapa lah entar diajak kenalan lah entar kan gak tau ketemunya sama siapa ee.. entah customer dia atau apa kan gak tau nanti ketemunya sama cewe lain. Ya takut main belakang aja sih.” (Arline-201.A8)
Perasaan terancam ini juga turut
dirasa oleh Subjek saat Subjek
mengubah password facebook yang
membuat Subjek merasa adanya
ancaman karena dengan diubahnya
password facebook tersebut ada sesuatu
yang disembunyikan. Menurut Subjek
dengan digantinya password tersebut,
pasangan telah menyembunyikan
sesuatu terkait kegitannya di facebook
dengan orang lain agar tidak diketahui
oleh Subjek. Artinya, pasangan Subjek
tidak lagi terbuka soal kegiatannya di
sosial media sehingga kecurigaan
Subjek dengan perubahan tingkah laku
pasangannya membawa Subjek kepada
kecemburuan.
“Password FB nya, diganti kan. Kataku kok diganti kenapa pasti ada apa-apanya nih. Tapi dia kasih lagi kasih tau lagi passwordnya apa. Gatau deh eee semenjak berapa hari itu dia gak pernah di FB lagi. udah lah biarin aja mau dia main belakang yaudah engga yaudah pasrah aja” (Arline-912.D3)
Merasa kesal dan marah ketika
cemburu
Kecemburuannya pada
pasangan membuat Subjek merasa kesal
dan marah karena adanya hal-hal yang
membuat drinya merasa cemburu.
Setelah mengetahui atau melihat jejak
aktivitas pasangannya yang sering
chatting dengan wanita lain dan
membuatnya timbul perasaan cemburu
seringkali Subjek merasa marah dan
kesal. Ini timbul karena reaksi emosi
dari perasaan cemburunya telah
muncul. Rasa marahnya kepada
pasangan
“Kesel, sedih udah diem aja di rumah kaya mikir gitu, kok dia gitu amat ya. Ya kaya kok dia tega amat ngelakuin ini sama gua, gua aja gak pernah begini sama dia Cuma dia balesnya gitu” (Arline-201.B3)
“Ya emosi sih! […]” (Arline-201.B4)
Kekesalan dan kemarahan
Subjek menggambarkan tidak adanya
rasa menghargai dari pasangannya
terhadap keputusan bersama pada
hubungannya. Muncul presepsi bahwa
pasangannya egois, tidak adil, dan tidak
memikirkan perasaan Subjek setelah
kejadian cemburu yang ia alami.
“Ya kesel aja sih kaya kok dia gini ya, kaya misalkan kaya mungkin kok kepercayaan gue kok diginiin ya
maksudnya diabaikan gini gitu […] walaupun gak macem-macem ya hargain lah kan tu udah jadi keputusan bersama.” (Arline-201.E7)
Adanya ketakutan kehilangan
pasangan
Dampak psikologis lainnya
yang muncul pada diri Subjek ialah
adanya takut kehilangan pada pasangan
yang mana juga merupakan suatu
kecemasan tersendiri bagi Subjek. Hal
ini ditunjukkan pada Subjek bagaimana
kecemasan Subjek terhadap pasangan
melalui proses kognitif. Hadirnya pihak
ketiga yang menjadi ancaman bagi
Subjek membuat Subjek mengalami
perubahan psikologis yakni kecemasan.
Hal ini ditunjukkan oleh Subjek yang
merasa takut kehilangan pasangan atau
perasaan takut pasangannya dimiliki
oleh wanita lain yang menjadi objek
cemburu Subjek lewat kegiatan
pasangannya di sosial media.
“Ya sebenernya bingung sih mau gimana kalau udah ada pihak ketika takutnya doang misalkan kalau ada
pihak ketiga ngelakuin segala cara entah ngekang dia takutnya nanti dia gak betah terus berpaling sama cewe ketiga itu (maksudnya pihak ketiga yang dicemburui) entah cewenya bikin nyaman dia lah apa lah […] Takutnya ada orang ketiga kadang aku mikir kalau entar aku dikit-dikit cemburu dianya gak betah malah berpaling ke yang lain” (Arline-201 E10)
Tema: Konsep Cemburu Subjek dan
Coping Cemburu
Konsep cemburu Subjek
Perasaan yang muncul dari
Subjek bermacam-macam penyebabnya
sesuai dengan pengalaman Subjek.
Dalam hal memiliki pasangan yang
aktif sosial media, Subjek
memunculkan konsep atau gambaran
cemburunya. Dilihat dari
pengalamannya, konsep cemburu yang
dirasakan oleh Subjek menunjukkan
bahwa menurutnya cemburu merupakan
perasaan terancam atas adanya
kehadiran pihak ketiga. Menurutnya
juga cemburu juga suatu perwujudan
rasa tajut kehilangan pada pasangan.
Rasa takut kehilangan ini dimaksudkan
yaitu adanya rasa takut pasangan
dimiliki oleh pihak ketiga seperti
ketakuatan terhadap pihak ketiga yang
merasa nyaman dengan pasangan
Subjek.
“[…] misalkan ya misalkan eeh dia deket sama mantan lagi.. dia deket sama cewe contoh kok dia lebih deket sama cewe itu daripada sama aku atau gak kalau sama sosial media dia lebih sibuk sama sama sosial media ketimbang sama aku […] Ya itu tadi deket sama cewe, entah siapa lah entar diajak kenalan lah entar kan gak tau ketemunya sama siapa ee.. entah customer dia atau apa kan gak tau nanti ketemunya sama cewe lain. Ya takut main belakang aja sih.” (Arline-912,201. E1,E6,A8)
“Dia pernah becandaan sama temenku sih di kelas sama cewe-cewe gitu habis itu dia kaya.. mungkin kalo misal ngbrol kaya gini sih oke ya tapi kalau sampai main fisik gitu megang-megang lah ini lah itu lah terus ketawa-ketawa gitu dia tau kalau ada aku di situ tapi dia cuek kaya ah udah lah gitu-gitu[…]” (Arline-912.P1)
Kedua ekstrak di atas yang
ditunjukkan oleh Subjek merupakan
pengalaman cemburu yang pernah ia
alami. Adanya kehadiran pihak ketiga
adalah merupakan perwujudan
penjelasan konsep cemburu
menurutnya. Bagi Subjek, Subjek tidak
menyukai apabila pasangannya dekat
dengan wanita lain apa lagi melakukan
hal-hal yang dapat membuatnya
cemburu serta takut kehilangan
pasangannya karena pihak ketiga
merasa nyaman dengan perlakuan
pasangan Subjek.
“[…]kalau udah ada pihak ketika takutnya doang misalkan kalau ada pihak ketiga ngelakuin segala cara entah ngekang dia takutnya nanti dia gak betah terus berpaling sama cewe ketiga itu (maksudnya pihak ketiga yang dicemburui) entah cewenya bikin nyaman dia lah apa lah.” (Arline-201.E10)
“ya iya habisnya mau marah juga gimana ah. Daripada entar.. masa dianya udah api masa aku api juga sih yaudah lah jadi air aja ngalah aja gitu.. mau sampai kapan begitu. Gitu doang sih.” (Arline-912.C2)
Ketika Subjek cemburu, yang
dilakukan Subjek hanya mendiamkan
atau mengabaikan pasangannya dan
bersikap jutek. Namun apabila hal itu
berlangsung cukup lama dalam hal ini
biasanya Subjek bertahan paling lama 2
hari, Subjek memilih untuk mengalah
dengan keadaan dan pasngannya.
Subjek merasa apabila ia cemburu dan
marah pada pasangan hanya akan
memperkeruh suasana.
“Kadang kalau cemburu banget sih aku ngomong sama dia maksudnya apa gini gni gini.. Aku tegur dia langsung sih tapi kalau dia banyak aja alesannya ngeless (bohong) segala macem udah lah daripada debat cape tanyain dia terus aku diemin aja yang penting tau kalau dia begini” (Arline-201.C8)
Ketika kecemburuan Subjek
memuncak Subjek biasanya berusaha
untuk membicarakan hal tersebut pada
pasangannya, mendengar penjelasan
dari pasangannya. Namun apabila
Subjek merasa pasangannya berbohong
atau mencoba mencari alasan, Subjek
tetap memilih untuk tidak berdebat atau
mengalah. Yang terpenting bagi Subjek
ialah dirinya tahu kejadian yang
membuatnya cemburu.
Tema: Tahapan Cemburu
Primary appraisal
Pada tahap pertama ini individu
mempersepsikan adanya
ancaman ,kterhadap hubungan (Brehm,
1992).
“[…]Nih dari cewe bukan nih terus aku mau liat dia gak boleh. Misalkan kalau ada yang telepon atau dia mau ketemuan.. Ya kaya ngerasa kan lu udah sama gue ngapain begitu sama cewe ya walaupun Cuma nge like-like” (Arline-912.A5)
Ekstrak di atas menunjukkan
bahwa pada tahap pertama Subjek
merasa adanya ancaman yang hadir
karena kegiatan pasangannya di sosial
media. Menurutnya ancaman tersebut
adalah hadirnya pihak ketiga yaitu
wanita lain ataupun teman pasangan
Subjek yang ada si sosial media.
Secondary appraisal
“Pernah tuh aku liat dia chattingan sama cewe di FB” (Arline-912.A1)
Pada tahap ini Subjek mencoba
untuk memahami dan melihat kembali
bukti-bukti yang menunjukkan adanya
ancaman. Aspek yang muncul dalam
tahapan ini ialah aspek kognitif yang
mana Subjek berpikir pasangannya
dekat dengan wanita lain lewat
kegiatannya di sosial media dan
mencoba untuk mengklarifikasi
kejadian tersebut.
“Kalau aku cek-cek hp nya aktivitas Facebooknya iya sih, comment-comment statusnya orang di grup, terus itu.. sama cowok yang pengen beli hp nya gitu sih. Kalau sama cewe.. udah gak lagi.” (Arline-912.C3)
Subjek juga mulai memikirkan
bagaimana caranya untuk mengatasi
kecemburuan tersebut.
Reaksi Emosional
“Kesel, sedih udah diem aja di rumah kaya mikir gitu, kok dia gitu amat ya. Ya kaya kok dia tega amat ngelakuin ini sama gua , gua aja gak pernah begini sama dia Cuma dia balesnya gitu” (Arline-201.B3)
“Ya emosi sih! Cuman aku mikir kalau aku marah pasti dia bakal ikut marah karana orangnya emosinya gak terkontrol sih naik turun.” (Arline-201.B4)
Subjek mulai menunjukkan
emosi negatif karena munculnya
kecemburuan pada pasangan. Pada saat
melihat paangan melakukan aktivitas
aktif menggunakan sosial media
muncul perasaan marah, kesal, dan
takut kehilangan pada pasangan.
Coping dan hasil coping
Pada tahapan ini, Subjek
mencoba untuk menyelesaikan
masalahnya. Cara yang dilakukan oleh
Subjek dalam meredam perasaan
cemburu pada pasangan pertama-tama
adalah memastikan hal-hal tersebut
yang menyebabkan Subjek cemburu
benar terjadi. Subjek biasanya
mengecek ponsel pasangannya.
“Ngecek sih iya. Kan karna aku kan tau waktu itu passwordnya.. password FB nya dia kan eee.. ya sering ngecek-ngecek gitu[…]” (Arline-912.C3)
Ketika apa yang Subjek ketahui dari
kegiatan pasangannya di media sosial
itu berhasil membuat Subjek cemburu,
barulah Subjek melakukan caranya
sendiri untuk meredakan
kecemburuannya terhadap pasangan
dengan mendiamkan pasangannya dan
membicarakan hal tersebut dengan
pasangan, apabila terjadi perdebatan
antara Subjek dan pasangan, Subjek
akan memilih untuk mengalah demi
mempertahankan hubungannya.
“[…] Kalau aku cemburu kadang aku diem sih […]” (Arline-912.C5)