1 FONOLOGI BAHASA DAYAK KETUNGAU SESAT KABUPATEN SEKADAU KECAMATAN SEKADAU HILIR DESA ENGKERSIK JERAJAU DUSUN BATU LEBUR BAB I RANCANGAN PENELITIAN A. LATAR BELAKANG Bahasa merupakan sarana komunikasi utama yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa selalu digunakan baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi. Sebagai mahkuk sosial, manusia memerlukan sarana yang efektif untuk memenuhi hasrat dan keinginannya sehingga bahasa merupakan sarana yang paling efektif untuk berhubungan dan bekerja sama. Bahasa dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan pemikiran penggunanya. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis besarnya berupa: (a) untuk menyatakan ekspresi; (b) sebagai alat komunikasi; (c) sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial; (d) sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial (Keraf, 2001:3). Bahasa sebagai alat untuk eskpresi diri dan sebagai alat komunikasi adalah fungsi bahasa secara sempit. Secara luas, fungsi bahasa adalah untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan untuk mengadakan kontrol sosial. Secara garis besar sarana komunikasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu komunikasi bahasa lisan dan bahasa tulis. Selain itu, fungsi bahasa adalah fungsi tekstual. Fungsi tekstual berkaitan dengan peranan bahasa untuk membentuk makna rantai kebahasaan dan mata rantai unsur situasi yang memungkinkan digunakannya bahasa oleh pemakainya baik secara lisan maupun tertulis (Sudaryanto dalam Sumarlan, 2003:3) Bahasa tidak terlepas dari kehidupan manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
FONOLOGI BAHASA DAYAK KETUNGAU SESAT KABUPATEN
SEKADAU KECAMATAN SEKADAU HILIR
DESA ENGKERSIK JERAJAU
DUSUN BATU LEBUR
BAB I
RANCANGAN PENELITIAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa merupakan sarana komunikasi utama yang digunakan oleh
manusia untuk berinteraksi. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa selalu
digunakan baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi. Sebagai mahkuk
sosial, manusia memerlukan sarana yang efektif untuk memenuhi hasrat dan
keinginannya sehingga bahasa merupakan sarana yang paling efektif untuk
berhubungan dan bekerja sama. Bahasa dapat tumbuh dan berkembang sesuai
dengan perkembangan dan pertumbuhan pemikiran penggunanya. Dasar dan
motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis besarnya berupa: (a) untuk
menyatakan ekspresi; (b) sebagai alat komunikasi; (c) sebagai alat untuk
mengadakan integrasi dan adaptasi sosial; (d) sebagai alat untuk mengadakan
kontrol sosial (Keraf, 2001:3).
Bahasa sebagai alat untuk eskpresi diri dan sebagai alat komunikasi
adalah fungsi bahasa secara sempit. Secara luas, fungsi bahasa adalah untuk
mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan untuk mengadakan kontrol
sosial. Secara garis besar sarana komunikasi dibedakan menjadi dua macam,
yaitu komunikasi bahasa lisan dan bahasa tulis. Selain itu, fungsi bahasa
adalah fungsi tekstual. Fungsi tekstual berkaitan dengan peranan bahasa untuk
membentuk makna rantai kebahasaan dan mata rantai unsur situasi yang
memungkinkan digunakannya bahasa oleh pemakainya baik secara lisan
maupun tertulis (Sudaryanto dalam Sumarlan, 2003:3) Bahasa tidak terlepas
dari kehidupan manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting
2
dalam kehidupan karena dengan bahasa manusia dapat berbicara mengenai
apapun, baik yang disenangi maupun yang tidak disenangi. Bahasa digunakan
untuk menimbulkan suasana gembira, jenuh, marah, dan sebagainya
(Soenardji, 2000:5).
Aktivitas manusia tidak dapat berlangsung tanpa bahasa. Pada era
sekarang ini, semakin tinggi peradaban manusia maka semakin tinggi pula
intensitas penggunaan bahasa yang didukung kemajuan teknologi. Bangsa
Indonesia memiliki keberagaman suku dan bahasa, dengan bahasa Indonesia
sebagai bahasa bahasa nasional. Satu di antaranya adalah suku Dayak yang
mempunyai bahasanya sendiri. Suku Dayak terbagi lagi ke dalam sub-sub
suku dengan bahasa yang berbeda, seperti sub suku Dayak Ketungau. Bahasa
yang dituturkan suku ini dikenal juga dengan istilah bahasa Ketungau. Bahasa
ini sedikit berbeda dengan beberapa bahasa lainnya di sepanjang Sungai
Sekadau. Suku Dayak Ketungau merupakan salah satu sub-Ibanic yang
terbagi dalam beberapa pembagian lagi berdasarkan wilayah dan asal usul
keturunannya. Jika berbicara tentang Suku Ketungau maka anggapan orang
bahwa sub kelompok etnis Dayak tersebut adalah penghuni beberapa
kecamatan yang ada di Kab.Sintang saja, seperti Ketungau Hulu, Ketungau
Tengah dan Ketungau Hilir. Hal ini karena status mereka sebagai
purih/keturunan asli dari Kelompok ketungau ini.
Suku Lain yang juga mendapat sebutan ini adalah Suku Ketungau
yang menghuni wilayah Kabupaten Sekadau. Berdasarkan cerita dan asal-
usulnya ketungau sekadau atau yang dikenal dengan nama ketungau sesat ini
adalah kelompok yang terpisah dari kelompok ketungau yang ada di
Kab.Sintang. Hal ini karena adanya beberapa kesamaan dalam ciri-ciri
kebudayaan, kemiripan bahasa dan tentu saja kesamaan nama dari kedua
kelompok etnis tersebut. Berdasarkan penuturan-penuturan yang disampaikan
oleh para tetua masyarakat Dayak ketungau di Kabupaten Sekadau,
keterpisahan itu disebabkan oleh gangguan yang dilakukan oleh roh-roh halus
3
yang mengganggu pemukiman masyarakat Ketungau di masa itu. Namun jika
ditilik dari aspek geografis, jalan persebaran dan beberapa kebudayaan
esensial yang dimiliki oleh kedua etnis tersebut, maka akan ditemukan bahwa
secara ilmiah kelompok etnis Dayak ketungau Sekadau bukanlah bagian dari
suku ketungau yang ada di Sintang. Beberapa informasi yang disampaikan
oleh masyarakat ketungau yang ada di Kab.Sintang bahwa ketungau sesat
yang menjadi versi mereka bukanlah yang terdapat di Kab.Sekadau namun
masih berada di wilayah Kab. sintang juga,,yakni yang berada di sekitar kota
sintang, hidup di antara komunitas-komunitas ibanic lainnya seperti Desa
Seberuang dan mualang.
Hal lain yang membuatnya berbeda adalah kecenderungan orang pada
masa lalu untuk menyebutkan beberapa etnis di sekadau sebagai etnis yang
tersesat dari rombongan utama seperti Ketungau Sesat, Taman Sesat, Sawai
Sesat, dan ada beberapa lainnya. Hal ini disebabkan oleh lemahnya beberapa
komunitas tersebut untuk mempertahankan jati dirinya sebagai sebuah etnis
yang berbudaya. Dengan jumlah sekitar 28.000 jiwa dan menjadi penghuni 46
kampung di 3 Kecamatan Sekadau yakni, Sekadau Hulu, Sekadau Hilir, dan
Belitang Hilir, maka kelompok ketungau Sekadau merupakan salah satu
kelompok sub etnis dayak besar di Kabupaten Sekadau. Kelompok ketungau
sekadau/ketungau sesat ini sebagian besar menghuni kampung kampung yang
berada di sekita Kota Sekadau di 4 penjurunya, mulai dari kota sekadau
menuju jalur jalan sanggau, jalan rawak, jalan sintang dan seberang kapuas.
Sebagian besar di antaranya bermata pencaharian sebagai petani
ladang, dan sawit (untuk daerah-daerah yang dimasuki perkampungan sawit)
dan sebagian kecil telah menempuh pendidikan hingga bekerja di lembaga-
lembaga formal dan pejabat daerah. Salah Kelompok suku Ketungau di
Kecamatan Sekadau Hilir menyebar di beberapa kampung diantara nya Desa
Jerajau Dusun Batu Lebur. Berdasarkan pengamatan peneliti, pemilihan
Dusun Batu Lebur sebagai lokasi penelitian dikarenakan bahasa yang
4
digunakan merupakan bahasa yang masih belum tercampur dengan bahasa
lain dan didukung kondisi masyarakat yang masih asli. Selain itu, mayoritas
penuturnya berada di Desa Jerajau. Dusun Batu Lebur sendiri berjarak 15 km
dari Kecamatan Sekadau Hilir dan 45 km dari Kota Sekadau. Dalam studi
linguistik terdapat empat subdisiplin ilmu linguistik, yaitu fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi mendeskripsikan masalah bunyi,
morfologi mendeskripsikan bentuk kata, sintaksis mendeskripsikan bentuk
kalimat, dan semantik mendeskripsikan bentuk makna. Luasnya sistem bahasa
yang ada, maka pada penelitian ini dibatasi tentang fonologi bahasa Dayak
Ketungau.
Peneliti tertarik mengkaji mengenai fonologi karena fonologi
merupakan subdisiplin ilmu yang paling mendasar dalam tataran linguistik.
Bidang kajiannya mencakup dua aspek, yaitu aspek fonetik dan fonemik.
Beberapa pertimbangan peneliti dalam mengambil penelitian fonologi bahasa
Dayak Ketungau. Pertama, berdasarkan kajian kepustakaan, belum pernah ada
penelitian ilmiah mengenai fonologi bahasa Dayak Ketungau. Kedua, dalam
bahasa Dayak Ketungau terdapat cirri-ciri fonologis yang menjadi sebuah ciri
khas bahasa tersebut yang membedakan bahasa Dayak Ketungau.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, masalah umum pada
penelitian ini adalah fonologi bahasa Dayak Ketungau. Masalah penelitian ini
terbagi menjadi dua submasalah, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah aspek fonetik dalam bahasa Dayak Ketungau Sesat Desa
Engkersik Jerajau?
2. Bagaimanakah aspek fonemik dalam bahasa Dayak Ketungau Sesat Desa
Engkersik Jerajau?
5
C. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
fonologi bahasa Dayak Ketungau. Penelitian ini secara khusus bertujuan
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan aspek fonetik bahasa Dayak Ketungau Sesat yang
berkaitan dengan inventarisasi bunyi dan deskripsi bunyi.
2. Mendeskripsikan aspek fonemik bahasa Dayak Ketungau Sesat yang
berkaitan dengan pembuktian status fonem, fonem dan alofonnya, dan
struktur fonem dalam suku kata.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun
praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah sebagai bahan pembelajaran
dan pengembangan dalam kajian kebahasaan, khususnya yang berkaitan
dengan fonologinya. Manfaat praktisnya antara lain sebagai berikut.
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan serta
menambah wawasan tentang bahasa, khusunya mengenai fonologi
bahasa Dayak Ketungau Sesat.
2. Bagi guru bahasa Indonesia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru bahasa Indonesia
sebagai salah satu alternasi bahan pembelajaran bahasa Indonesia.
3. Bagi penelitian lainnya
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternasi
bahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya di bidang
linguistik, khususnya yang berkaitan dengan fonologi.
E. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan untuk memudahkan
penelitian dalam pengumpullan data sehingga arah penelitian ini menjadi
lebih jelas. Berdasarkan masalah penelitian, perincian bahwa aspek fonologi
6
bahasa Dayak Ketungau Sesat yang akan dibahas adalah aspek fonetik dan
fonemik. Dengan demikian, ruang lingkup penelitian ini akan mengamati
sistem fonetik dan fonemik bahasa Dayak Ketungau Sesat. Objek kajian
fonetik adalah cabang fonologi yang menyelidiki bunyi bahasa menurut cara
pelafalan, sifat-sifat akuistiknya, dan cara penerimaannya oleh telinga
manusia, sedangkan fonemik adalah fonem dalam fungsinya sebagai pembeda
makna kata. Dalam fonemik kita meneliti apakah perbedaan bunyi-bunyi itu
berfungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Kasman, 2008:7).
a. Penjelasan Istilah
Penjelasam istilah dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman
antara peneliti dan pembaca dalam memahami istilah yang digunakan
dalam penelitian. Penjelasan istilah tersebut sebagai berikut.
1. Fonologi
Fonologi adalah ilmu yang termasuk dalam tataran linguistik,
yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
(Kridalakasana, 2008:57).
2. Fonetik
Fonetik adalah ilmu yang mempelajari produksi bunyi bahasa.
Ilmu ini berangkat dari teori fisika dasar yang mendeskripsikan bahwa
bunyi pada hakikatnya adalah gejala yang timbul akibat adanya benda
yang bergetar dan menggetarkan udara di sekelilingnya. Oleh karena
bunyi bahasa juga merupakan bunyi, bunyi bahasa tentunya diciptakan
dari adanya getaran suatu benda yang menyebabkan udara ikut
bergetar. Perbedaan antara bunyi bahasa dengan bunyi lainnya
menurut fonetik adalah bunyi bahasa tercipta atas getaran alat-alat
ucap manusia sedangkan bunyi biasa tercipta dari getaran benda-benda
selain alat ucap manusia. Namun demikian, pada dasarnya deskripsi
bunyi bahasa fonetik ini masih kurang lengkap sehingga akan
dilengkapi oleh deskripsi bunyi bahasa menurut fonemik.
7
3. Fonemik
Fonemik sendiri adalah ilmu yang mempelajari fungsi bunyi
bahasa sebagai pembeda makna.
b. Prosedur Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini mengkaji fonologi bahasa Ketungau Sesat,
meliputi: aspek fonetik dan fonemiknya. Untuk mencapai tujuan
tersebut, penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode
deskriptif diarahakn sebagai prosedur pemecahan masalah yang akan
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek
atau objek yang diteliti secara apa adanya sesuai dengan fakta pada
saat penelitian dilakukan. Menurut Sudaryanto, (1988:62) Metode
deskriptif menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata
berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara
empiris hidup pada penutur-penuturnya, seingga dihasilkan atau
dicatat berupa pemberian bahasa yang dikatakan sifatnya seperti
potret, paparan seperti apa adanya. Dengan metode deskriptif,
penelitian dilakukan semata-mata berdasarkan fakta atau fenomena
yang memang hidup pada penuturnya. Dalam hal ini, metode dekriptif
memberikan gambaran yang objektif tentang fonologi bahasa Dayak
Ketungau Sesat yang akan dianalisis sesuai dengan faktor pemakaian
sebenarnya dari bahasa Ketungau Sesat.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan bentuk penelitian yang menggambarkan suatu keadaaan
dengan uraian. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka (Moleong, 2005:11). Oleh karena itu, data yang
8
akan dikumpulkan tidak menggunakan angka-angka atau perhitungan,
melainkan mengacu pada makna atau pemahaman terhadap interkasi
terhadap konsep data yang dianalisis. Dengan demikian data dianalisis
dalam bentuk uraian dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Pendekatan
kualitatif memiliki ciri-ciri berlatar alamiah, bersifat deskriptif, lebih
mengutamakan proses daripada hasil, dan analisis data bersifat
induktif (Bogdan dan Biklen, 1982 dalam Djajasudarma,1994).
Berlatar alamiah, maksudnya data penelitian bersumber dari peristiwa-
peristiwa komunikasi dan situasi alamiah yang berlangsung di
masyarakat Dayak Ketungau. Bersifat deskriptif, maksudnya data
dikumpulkan berbentuk deskripsi wacana. Data dilengkapi dengan