LAPORAN PENELITIANBEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMILIKAN
JAMBAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDONGAN RT 02 GEDONGAN
Oleh :Feriyal Sinarli05700177Ragil Walidatil Rizki 07700101Yulia
Dwi Nastiti07700129
Bagian Ilmu Kedokteran KomunitasFakultas KedokteranUniversitas
Wijaya Kusuma Surabaya
Surabaya2014
14
Fakultas KedokteranBagian Ilmu Kedokteran Komunitas
Tanda persetujuan penelitian
1. Nama/NPM: Feriyal Sinarli/057001772. Nama/NPM: Ragil
Walidatil Rizki/077001013. Nama/NPM: Yulia Dwi
Nastiti/07700129Judul penelitian: Beberapa faktor yang mempengaruhi
kepemilikan jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Gedongan RT 02
GedonganMenyetujui untuk diadukan pada Sidang PresentasiPenelitian
Kepaniteraan KlinikIlmu Kedokteran Komunitas diFakultas
KedokteranUniversitas Wijaya Kusuma SurabayaDisetujui :Surabaya,
Februari 2014
Dosen Pembimbing Ilmu Kedokteran KomunitasFakultas
KedokteranUniversitas Wijaya Kusuma SurabayaAtik Sri Wulandari,
S.Km, M.kesNIK.
Kepala Puskesmas Gedongandrg. Lidwina Ellen SWNIP.
BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMILIKAN JAMBAN SEHAT DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDONGAN RT 02 GEDONGAN
Tanda pengesahan penelitian
Telah disidang dalam Sidang Presentasi PenelitianKepaniteraan
KlinikIlmu Kedokteran KomunitasPada, Februari 2014Tim PengujiKetua
sidangAnggota sidang1. dr. 2. dr. Mengesahkan
Koordinator Ilmu Kedokteran KomunitasFakultas
KedokteranUniversitas Wijaya Kusuma Surabaya
dr. Sugiharto, M. Kes (MARS)
PERNYATAANSaya yang bertandatangan di bawah ini :1. Nama/NPM:
Feriyal Sinarli/057001772. Nama/NPM: Ragil Walidatil
Rizki/077001013. Nama/NPM: Yulia Dwi Nastiti/07700129Judul
penelitian: Beberapa faktor yang mempengaruhi kepemilikan jamban
sehat di wilayah kerja Puskesmas Gedongan RT 02 GedonganDengan ini
menyatakan bahwa penelitian ini merupakan hasil karya tulis ilmiah
sendiri dan bukanlah merupakan karya tulis yang pernah diajukan
oleh pihak lain. Adapun karya atau pendapat pihak lain yang
dikutip, ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang
berlaku.Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggungjawab dan
saya bersedia menerima konsekuensi apapun sesuai aturan yang
berlaku apabila di kemudian hari diketahui bahwa pernyataan ini
tidak benar.
Materai Rp 6000Surabaya, Februari 2014
A.N Anggota tsb di atasFeriyal Sinarli 05700177
ABSTRAK
Sinarli F, Walidatil R, Nastiti D. 2014: Beberapa faktor yang
mempengaruhi kepemilikan jamban sehat di wilayah kerja puskesmas
gedongan rt 02 gedongan. Laporan Penelitian, Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya. Pembimbing: Atik Sri Wulandari, S.Km, M.Kes
Kesehatan merupakan kebutuhan yang paling dasar manusia untuk
mencapai kebahagian tanpa penyakit. Di Wilayah Kecamatan Gedongan
kebiasaan BAB (Buang Air Besar) sembarangan merupakan perilaku yang
tidak sehat dan dapat menjadi sumber penyakit. Perilaku hidup yang
tidak sehat menjadi suatu problematika sosial yang harus di
selesaikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui beberapa faktor
yang mempengaruhi kepemilikan jamban sehat di wilayah kerja
puskesmas gedongan rt 02 gedongan.dengan ketersediaan jamban sehat
di setiap rumah warga. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan rutin,
budaya hidup bersih dan sehat, serta memberikan komunikasi,
informasi, dan edukasi pada tiap Kepala Keluarga untuk pengadaan
jamban sehat disetiap rumah warga dimaksudkan untuk membudayakan
hidup sehat dengan cara pengadaan jamban sehat di setiap rumah
warga.Kesimpulan dari penelitian ini diperlukan kebijakan
pemerintah yang memberi konstribusi bagi masyarakat melelui
pengawasan dengan memberikan pelatihan manejemen, keterampilan dan
penyuluhan sebagai agenda perbaikan pengetahuan masyarakat baik
untuk mengembangkan partisipasi keluarga menggunakan jamban maupun
membangun kerjasama lintas sektoral yang melibatkan para penyuluh
untuk mencegah penyakit akibat kotoran manusia serta dapat
meningkatkan kesehatan masyarakat.
Kata Kunci: Jamban sehat, pengetahuan, chi-square test.
ABSTRACT
Sinarli F, Walidatil R, Nastiti D. 2014: Some factors which can
ifluence to the having healthy water closet in the working area of
puskesmas Gedongan rt 02 Gedongan. Research report, Kepaniteraan
Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas, Medical faculty of Wijaya Kusuma
Surabaya University. Adviser : Atik Sri Wulandari, S.Km, M.Kes.
Health is a one of the primary necessary to reach happiest without
disease. In the Kecamatan Gedongans area the habbits of defecation
not in a good place, is a not healthy behaviors and can have source
disease. The not healthy behaviors become a social problem which
must settle.This researchs goal is to knowing some factors which
can influence the having healthy water closet in the working area
of Puskesmas Gedongan rt 02 Gedongan with an availability of healty
water closet in the every houses. For this plan would needed
routine counseling, healthy and sanitary behaviors life, and giving
comunication, information and education for every the house holder
to make healthy water closet in every houses for the reason to
promote healthy life with making healthy water closet in every
houses. The conclusion of this research is needed to have a
goverment policy which can give its contribution to the comnunity
under a good control by providing management training, skill
training and counseling as an improvement agenda of their
performance either to develops family participation in using water
closet or to develops an inter sectoral coorperation involving
community prominent leaders in encouraging community to prevent the
disease causes by humans waste as well as improving the communitys
health.
Key words: Healthy water closet, knowledge, chi-square test.
KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan laporan penelitian ini tepat pada
waktunya. Penyusunan laporan penelitian ini sebagai bagian dari
tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas, dan sebagai
salah satu syarat kelulusan pendidikan dokter di Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.Dengan adanya
penyusunan laporan penelitian ini kami berharap dapat menambah
wawasan tentang Ilmu Kedokteran Komunitas dan pelaksanaannya di
lapangan (wilayah kerja Puskesmas Gedongan) pada khususnya.Atas
terselesaikannya laporan program Puskesmas ini, kami menyampaikan
terima kasih kepada :1. Prof. Dr. H. Soedijono T., dr., Sp.THT (K),
sebagai Rektor Universitas Wijaya Kusuma Surabaya2. Prof. Dr. H.
Djanggan Sargowo, dr., Sp.PD, Sp.JP (K), FIHA, FACC, FCAPC, FESC,
FASCC, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Suarabaya.3. Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati T., dr., SKM, sebagai
Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya berserta staf.4. dr. Sugiharto,
M.Kes (MARS), sebagai koordinator kepaniteraan klinik Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.5. Atik Sri Wulandari, S.Km, M.Kes selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan arahan.6. Kepala Dinas Kesehatan Kota
Mojokerto beserta staf.7. drg. Lidwina Ellen SW selaku Kepala
Puskesmas Gedongan Kota Mojokerto beserta staf.8. Rekan rekan
dokter muda dan semua pihak yang telah membantu terselesaikan
laporan penelitian ini.9. Semua pihak yang telah membantu
penyelesaian penelitian ini. Kami menyadari laporan ini masih jauh
dari sempurna sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami
hargai guna penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Gedongan, Februari 2014
Dokter Muda Kelompok 02
Daftar IsiSampul muka0Lembar persetujuan penelitianiLembar
pengesahan iiLembar pernyataan iiiAbstrak ivKata pengantarviDaftar
isi viiiBAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah2C.
Tujuan Penelitian21. Tujuan umum22. Tujuan khusus2D. Manfaat Hasil
Penelitian31. Bagi masyarakat32. Bagi peneliti33. Bagi Instansi
terkait34. Bagi Pengembangan ilmu3BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Definisi
5B. Manfaat5C. Tatalaksana pembuatan jamban sehat 6D. Tehnik
pembuatan tinja8E. Syarat-syarat jamban sehat9F. Struktur pembuatan
jamban sehat10BAB III KERANGKA KONSEPTUALA. Kerangka
konseptual..................................................................................12B.
Hipotesis
penelitian....................................................................................13DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................14
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang PenelitianDi Indonesia terkait bdengan masalah
higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil study Indonesian
sanitation sector development programe (ISSDP) tahun 2006,
menunjukkan 47 % masyarakat masih berperilaku buang air besar ke
sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. (Keputusan menteri
kesehatan, 2008)Dalam sistem kesehatan nasional ( SKN ) tujuan
pembangunan kesehatan ialah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi
penduduk agar dapat terwujudkan kesehatan yang optimal. Salah satu
arah kebijakan kesehatan ialah peningkatan kesehatan lingkungan di
tempat pemukiman. Tujuan program higiene dan sanitasi lingkungan
pemukiman penduduk yaitu meningkatkan kualitas lingkungan yang
lebih baik pada tempat tinggal penduduknya sehingga dapat
melindunginya dari penularan penyakit, keracunan, kecelakaan dan
gangguan pencernaan. (Depkes RI 2005)Dalam kaitannya dengan sarana
poembuangan air besar, hubungan yang paling mendasar dengan
kualitas lingkungan adalah fasilitas dan jenis penampungan tinja
yang digunakan. Jenis sarana penampungan yang tidak memadai, akan
mencemari lingkungan sekitar sekaligus meningkatkan resiko
penularan penyakit terhadap masyarakat. Masalah kondisi lingkungan
tempat pembuangan kotoram manusia tidak terlepas dari aspek dari
kepemilikan terhadap sarana yang digunakan terutama yang dikaitkan
dengan pemeliharaan dan kebersihan sarana. Keberadaan jamban di
Indonesia menurut data bank dunia tahun 2003 dari jumlah penduduk
Indonesia 203 juta orang yang menggunakan jamban baru 100 juta
orang atau hanya 47 % saja (Depkes Ri, 2004)Jamban merupakan
sanitasi dasar pentting yang harus dimiliki setiap masyarakat
sebenarnya, masyarakat sadar dan mengerti artio pentingnya
mempunyai jamban sendiri di rumah. Alasan utama yang selalu
diungkapkan masyarakat mengapa sampai saat ini belum memiliki
jamban keluarga adalah tidak atau belum mempunyai uang, melihat
faktor kenyataan tersebut, sebenarnya tidak adanya jamban di setiap
rumah tangga bukan semata faktor ekonomi, tetapi lebih kepada
adanya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat
(PHBS), jamban pun tidak harus mewah dengan biaya yang mahal. Cukup
yang sederhana saja disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rumah
tangga. Ada faktor lain yang menyebabkan masyarakat untuk membuat
atau membangun jamban yaitu ketergantungan pada bantuan pemerintah
dalam hal membangun jamban. Hal ini merupakan bagian dari kesalahan
masa lalu dalam penerapan kebijakan yang justru cenderung
memanjakan masyarakat. (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 )
B. Rumusan masalahFaktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi
kepemilikan jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Gedongan RT 02
Gedongan
C. Tujuan penelitian
1.Tujuan UmumMenganalisis pengaruh tingkat pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan lingkungan dengan budaya hidup sehat
pada masyarakat khususnya yaitu kebiasaan buang air besar di jamban
yang sehat2.Tujuan Khususa. Mengetahui karakteristik responden
berupa kepemilikan jamban sehat.b. Mengetahui pengaruh tingkat
pendidikan masyarakat terhadap kepemilikan jamban sehat c.
Mengetahui pengaruh letak geografis lingkungan masyarakat terhadap
kepemilikan jamban sehat d. Mengetahui pengaruh budaya masyarakat
terhadap kepemilikan jamban sehat
D. Manfaat penelitian1. Manfaat bagi masyarakat a. memberikan
wawasan mengenai pentingnya kepemilikan jamban sehat dan kebiasaan
buang air besar pada tempatnya bagi kesehatan pada masing-masing
individu, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bersama
membangun jamban sehat di setiap rumah.2. Manfaat bagi penelitia.
Untuk menerapkan ilmu yang telah diberikan selama pendidikan
khususnya dalam bidang penelitian dan menambah pengalaman serta
keterampilan dalam memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai
pentingnya hidup sehat dimulai dengan kepemilikan jamban sehat di
setiap rumah.3. Manfaat bagi instansi terkaita. Meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kemandirian hidup sehat
dimulai dari diri sendiri ditandai dengan kepemilikan jamban sehat
pada setiap rumah.4. Manfaat bagi pengembangan ilmua. Sebagai
masukan data dan sumbangan pemikiran perkembangan pengetahuan
khususnya pada bidang sanitasi lingkungan untuk peneliti
selanjutnya terutama yang berhubungan dengan pemakaian dan
pemanfaatan jamban sehat.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISIJamban keluarga adalah suatu bangunan yang
dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia atau najis
bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau wc (madjid,
2009).Jamban berguna untuk tempat membuang kotoran manusia sehingga
bakteri yang ada dalam kotoran tersebut tidak memenuhi lingkungan,
selanjutnya lingkungan akan terlihat bersih indah sehingga
mempunyai nilai estetika yang baik (Soeparmin, 2003).
B. MANFAATMembuang air besar pada tempatnya dan tidak secara
sembarangan dapat membudayakan hidup bersih dan sehat serta turun
serta mewujudkan lingkungan bersih. Ada beberapa manfaat yang dapat
diambiul dari membuang air besar pada tempatnya yaitu:1. Menjaga
lingkungan pengungsi bersih, sehat dan tidak berbau2. Tidak
mencemari sumber air yang ada disekitarnya3. Tidak mengundang
datangnya lalat, kecoa, tikus yang dapat menjadi penularan penyakit
diare, kolera disentri, thypus dan kecacingan.(Unicef,2008)
C. TATA LAKSANA PEMBUATAN JAMBAN SEHATBeberapa kaidah yang harus
dipenuhi dalam pembuatan jamban sehat adalah diantaranya sebagai
berikut :1. Tidak mencemari sumber air minum 2. Tidak berbau tinja
dan tidak bebas dijamah oleh serangga maupun tikus3. Air seni, air
bersih dan air penggelontor tidak ,mencemari tanah sekitarnya oleh
karena itu setidaknya berukuran 1x1 meter dan dibuat cukup landai,
miring kearah lubang jongkok.4. Mudah dibersihkan dan aman
penggunaannya5. Dilengkapi dengan dinding dan penutup6. Cukup
penerangan dan sirkulasi udara 7. Luas ruangan yang cukup8.
Tersedia air dan alat pembersihPemanfaatan jamban keluarga sangat
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kebiasaan masyarakat.
Tujuan program JAGA (jamban keluarga) yaitu tidak membuang tinja
ditempat terbuka melainkan membangun jamban untuk diri sendiri dan
keluarga. Penggunaan jamban yang baim adalah kotoran yang masuk
hendaknya disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dikerjakan
sehabis buangg tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi. Secara
periodic Bowl, leher angsa dan lantai jamban digunakan dan
dipelihara dengan baik, sedangkan pada jamban cemplung lubang harus
selalu ditutup jika jamban tidak digunakan lagi, agar tidak
kemasukan benda-benda lain.faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam menentukan jarak jamban dan sumber air bersih adalah sebagai
berikut:1. Kondisi daerah, datar atau miring2. Tinggi rendahnya
permukaan air3. Arah aliran airan tanah4. Sifat, macam dan struktur
tanahPemeliharaan jamban keluarga sehat yang baik adalah lantai
jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genngan air, bersihkan
jamban secara teratur sehingga ruang jamban selalu dalam keadaan
bersih, didalam jamban tidak ada kotoran terlihat, tidak ada
serangga (kecoa, lalat) dan tikus berkeliaran, tersedia alat
pembersih dan bila ada kerusakan segera diperbaiki.(Unicef,2008)
Masyarakat dapat menggunakan beberapa jenis- jenis jamban dan cara
memilihnya yaitu:1. Jamban cemplung adalah jamban yang
penampungannya berupa lupang yang berfungsi menyimpan dan
meresapkan cairan kotoran atau tinja kedalam tanah dan mengendapkan
kotoran kedasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada
penutup agar tidak berbau. Dapat digunakan pada daerah yang sulit
air. Jamban cemplung ini banyak dipedesaan tapi kurang sempurna,
misalnya tanpa rumah jamban. Jenis jamban ini, kotoran langsung
masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam karena akan mengotori
tanah. Dalamnya sekitar 1,5-3 meter. (Mashuri,1994)
2. Jamban tangki septik atau leher angsa adalah jamban berbentuk
leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang
berfungsi sebagai wadah proses penguraiaan atau dekomposisi kotoran
manusia yang dilengkapi dengan resapannya. Pilihan leher angsa yang
terbuat dari keramik, porselin, atau kaca serat ( fiber glass).
Tempat air perapat harus terbuat dari kaca serat atau keramik
karena permukaannya licin dan cukup kuat sehingga mudah
dibersihkan. Juga tidak berbau dan tidak mengundang serangga. Dapat
digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk,
karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang
penampungan tinja atau tangki septik digunakan oleh beberapa jamban
( satu lubang dapat menampung kotoran atau tinja dari 3-5 jamban).
(Soekidjo Notoatmodjo,2003)3. Jamban empang (fishpond latrine)
jamban ini dibangun diatas empang, bedanya disini terjadi daur
ulang yakni tinja bisa langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang
lalu orang mengeluarkan tinja, begitu seterusnya. Jamban ini
berfungsi mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga menambah
protein bagi nelayan penghasil ikan. (Kumoro,1998)
4. Septick tank adalah suatu ruangan kedap air atau beberapa
kompartemen yang berfungsi menampung atau mengolah air limbah rumah
tanggadena proses pengendapan dan penguraian tinja oleh bakteri. (
Ehler dan Steel,2000 )
D. TEKNIK PEMBUANGAN TINJAPembuanagan tinja di rumah tangga
merupakan bagian rumah yang sangat penting baik didaerah pedesaan
maupun perkotaan. Bedanya di daerah pedesaan umumnya masih tersedia
lahan yang cukup luas dan beberapa kondisi tertentu di daerah
pedesaan sulit diperoleh air cukup. Sementara itu didaerah
perkotaan lahan untuk pemukiman sulit dan mahal untuk memperolehnya
sehingga pertimbangan-pertimbangan yang masak bagaimana dengan
lahan yang sempit tetapi kebutuhan akan sarana pembuangan tinja
tanpa mengganggu aspek kesehatanmaupun lingkungan hidup. Sebaliknya
di daerha perkotaan umumnya sarana pemenuhan air bersih cukup.
Kondisi yang berbeda antara daerah pedesaan dan perkotaan tersebut
menjadi faktor yang mempengaruhi jenis atau model pembuanagn tinja
yang dipilih.Dalam membangun pembuangan tinja ini diperlukan
beberapa persyaratan sebagai berikut :1. Tidak menimbulkan
kontaminasi pada air tanah yang masuk kedalam sumber atau mata air
dan sumur.2. Tidak menimbulkan kontaminasi pada air permukaan.3.
Tidak menimbulkan kontaminasi pada tanah permukaan. (persyaratan
ini untuk mencegah penularan penyakit cacing)4. Tinja tidak dapat
dijangkau oleh lalat atau binatang-binatang lainnya.5. Tidak
menimbulkan bau dan terlindung dari pandangan, serta memenuhi
syarat-syarat estetika yang lain.6. Metode yang digunakan
sederhana, tidak mahal baik dari segi kontruksi maupun
pengoperasian serta perawatannya. Hal ini dipertimbangkan khususnya
bagi masyarakat pedesaan yang pada umumnya membuat sarana sendiri.
(Didik Saruji, 2006)
E. SYARAT- SYARAT JAMBAN SEHATAda beberapa syarat jamban sehat
yang dapat kita ketahui antara lain:1. Tidak mencemari air minum
(jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10
meter).2. Tidak berbau.3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga
dan tikus.4. Tidak mencemari tanah disekitarnya.5. Mudah
dibersihkan dan aman digunakan.6. Dilengkapi dinding dan atap
pelindung.7. Penerangan dan ventilasi cukup.8. Lantai kedap air dan
luas ruangan memadai.9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih
(Soekidjo Notoatmodjo,2003)
F. STRUKTUR PEMBUATAN JAMBAN SEHATMewujudkan bangunan sebuah
jamban dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:1. Bangunan bagian atas
disebut rumah jamban berlabel A.2. Bangunan bagian tengah disebut
slab atau dudukan jamban berlabel I.3. Bangunan bagian bawah
disebut penampung tinja berlabel BSetiap bagian diuraikan dengan
lebih terperinci dibawah ini :1. Bangunan bagian atas (rumah
jamban) bagian ini secara utuh terdiri dari bagian atap, rangka dan
dinding. Namun dalam prakteknya kelengkapan bangunan ini
disesuaikan dengan kemampuan dari masyarakat di daerah tersebut.a.
Atap memberikan perlindungan pada penggunanya dari sinar matahari
angin dan hujan.dapat dibuat dari daun, genting, seng dan
lain-lain.b. Rangka digunakan untuk menopang atap dan dinding
dibuat dari bambu, kayu, dan lain-lain.c. Dinding adalah bagian
dari rumah jamban. Dinding memberikan perlindungan kepada
penggunanya dapat dibuat dari daun, bambu, batu bata, seng, kayu
dan lain-lain.2. Bangunan bagian tengah (slab atau dudukan
jamban)a. Slab menutupi sumur tinja dan dilengkapi dengan tempat
berpijak, slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang
penggunanya. Bahan bahan yang digunakan harus tahan lama dan mudah
dibersihkan seperti kayu, beton, bambu dengan tanah liat, pasangan
bata dan sebagainya.b. Tempat abu atau air adalah wadah untuk
menyimpan abu pembersih atau air. Penaburan sedikit abu kedalam
sumur tinja setelah digunakan akan mengurangi bau, mengurangi kadar
kelembapandan membuatnya tidak menarik bagi lalat untuk berkembang
biak. Air dan sabun dapat digunakan untuk mencuci tanagn dan
membersihkan bagian yang lain.3. Bangunan bagian bawah (penampung
tinja)Penampung tinja adalah lubang dibawah tanah, dapat berbentuk
persegi, lingkaran atau bundar atau empat persegi panajng sesuai
dengan kondisi tanah. Kedalaman tanah bergantung pada kondisi tanah
dan permukaan air di musim hujan. Pada tanah yang kurang stabil
penampung tinja harus dilapisi seluruhnya atau sebagian dengan
bahan penguat seperti anyaman bambu, batu bata, seng beton dan
lain-lain. (Perpustakaan kementerian kesehatan ,2011)
BAB IIIKERANGKA KONSEPTUALA. Kerangka Konseptual
Pengetahuan
Kepemilikan Jamban Sehat
Pendidikan
Letak Geografis
Budaya
Ekonomi
Diteliti :Tidak Diteliti :Keterangan :
Tingkat kepemilikan jamban sehat pada masyarakat RT 02 Gedongan
kota Mojokerto tidak semuanya terpenuhi pada setiap rumah hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor dari individu (disetiap kepala
keluarga) tersebut meliputi pengetahuan, kebudayaan serta
ketersedian lahan.A. Hipotesis PenelitianVariabel adanya jamban
sehat di pengaruhi oleh beberapa variabel bebas yaitu (pengetahuan,
pendidikan, budaya dan geografi). Diantara ketiga variable bebas
tersebut mempunyai beberapa variable tergantung. Dan dari
kesemuannya yang paling berpengaruh terhadap kepemilikan jamban
sehat adalah pengetahuan.
IV. METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitianJenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian chi-square test yaitu penelitian yang merupakan salah
satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan pada 2
variabel dimana skala data kedua variabel adalah nominal (
apabila
B. Lokasi dan waktu penelitianPenelitian ini diadakan di Desa
Kepatihan Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo, dilaksanakan pada
tanggal 9 September 2013 sampai dengan 21 September 2013.
C. Subjek Penelitian1. PopulasiPopulasi adalah sekelompok subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu. (Sudarso,
2007)Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga di
Desa Kepatihan sebanyak 1350. 2. SampelSampel adalah bagian dari
subyek penelitian yang dipilih dengansamplingtertentu untuk bisa
memenuhi atau mewakili (representatif) (Sudarso, 2007). Sampel
dalam penelitian ini adalah penderita Tuberkulosis Paru yang
berjumlah 16 orang sebagai kelompok kasus dan berdasarkan analisa
kesetaraan dipilih 16 orang tanpa Tuberkulosis Paru dari 1350
Kepala Keluarga dengan metode Systematic Random Sampling.
D. VariabelSecara umum variabel adalah operasionalisasi dari
suatu konsep. Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam
nilai yang berarti menunjukkan variasi. (Sudarso, 2007)1. Variabel
bebasVariabel bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik
responden yaitu usia dan pekerjaan; dan pengetahuan masyarakat
tentang tuberkulosis paru, meliputi:a) Penyebab b) Gejala c) Jenis
pemeriksaand) Penularan e) Cara pengobatan f) Lama pengobatang)
Tempat pengobatan2. Variabel terikatVariabel terikat dalam
penelitian ini adalah angka kejadian Tuberkulosis paru yang
tinggiE. Definisi operasional1. PengetahuanPengetahuan adalah hasil
dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini
mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses
pendidikan maupun melalui pengalaman. (Notoatmojo, 2005)
Tabel 4.1 Definisi OperasionalNoVariabelDefinisi Operasional
Cara PengukuranKategoriSkala
1.Tuberkulosis ParuPenyakit radang parenkim paru yang menular
karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. (Slamet Hariadi,
2010)
Wawancara dengan acuan kuesioner
Tahu: menjawab Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis
Tidak tahu: jawaban selain Penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis
Nominal
2.Gejala Utama Tuberkulosis ParuTuberkulosis paru memiliki
gejala utama berupa batuk lebih dari 3 mingguWawancara dengan acuan
kuesionerTahu: menjawab batuk lebih dari 3 minggu
Tidak tahu: jawaban selain batuk lebih dari 3 minggu
Nominal
3.Gejala lain Tuberkulosis ParuGejala lain yang menyertai
penyakit tuberculosis paru yaitu berkeringat malam dan nafsu makan
menurunWawancara dengan acuan kuesionerTahu: menjawab berkeringat
malam dan nafsu makan menurun
Tidak tahu: jawaban selain berkeringat malam dan nafsu makan
menurun
Nominal
4.Pemeriksaan untuk menegakkan Tuberkulosis Parua. Dahak (sputum
BTA)b. Laboratorium (Darah Lengkap)c. Foto thorax/dadaWawancara
dengan acuan kuesioner
Tahu: menjawab pemeriksaan dahak, laboratorium, dan foto
dada
Tidak tahu: jawaban selain dahak, laboratorium, dan foto
dada
Nominal
5.Penularan tuberkulosis paruMelalui batuk atau bersinWawancara
dengan acuan kuesioner
Tahu: menjawab batuk atau bersin
Tidak tahu: jawaban selain batuk atau bersin
Nominal
6.Pengobatan tuberkulosis paruApa yang yang harus dilakukan
penderita tuberkulosis paru untuk dapat sembuh dari penyakitnya
yaitu dengan minum obat anti tuberkulosis (OAT)
Wawancara dengan acuan kuesionerTahu: menjawab minum obat anti
tuberkulosis
Tidak tahu: jawaban selain minum obat anti tuberkulosis
Nominal
7.Lama pengobatanRentang waktu yang diperlukan penderita
tuberkulosis paru untuk minum obat secara teratur hingga tuntas
yaitu selama enam bulan (dua bulan fase intensif dan empat bulan
fase lanjutan).
Wawancara dengan acuan kuesionerTahu: menjawab enam bulan
Tidak tahu: jawaban selain enam bulan
Nominal
8.Tempat pengobatanFasilitas kesehatan dimana penderita
tuberkulosis paru bisa mendapatkan obat anti tuberkulosis (OAT)
secara gratis yaitu puskesmas atau Rumah Sakit Umum DaerahWawancara
dengan acuan kuesionerTahu: menjawab Puskesmas atau Rumah Sakit
Tidak tahu: jawaban selain Puskesmas atau Rumah sakit
Nominal
F. Teknik pengumpulan data1. Data primer diperoleh dengan
wawancara dengan acuan kuesioner2. Data sekunder diperoleh dari
Studi dokumen dengan catatan lapangan data yang ada di Desa
Kepatihan Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.
G. Pengolahan dan analisis data1. Pengolahan DataPengolahan data
yang dilakukan dapat dibagi dalam beberapa tahapan sebagai berikut
:a. EditingMelakukan pengecekan kelengkapan data, kesinambungan
data dan keseragaman data sehingga menjamin validitas data.b.
CodingPemberian nomer code pada jawaban yang bersifat kategori.c.
Data entryMemasukkan data ke dalam computer.d.
TabulatingPengelompokan data dalam bentuk tabel sesuai bentuk
variabel yang akan dianalisise. DescribingMenggambarkan dan
menerangkan data.f. AnalysisMelakukan uji statistik dengan
menggunakan komputer.2. Analisis DataAnalisis data dengan mengukur
Resiko Relatif/ Odds Ratio (OR) untuk mendapatkan hasil pengaruh
tingkat pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru terhadap
tingginya angka kejadian Tuberkulosis Paru di Desa Kepatihan
Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian1. Gambaran umum daerah penelitianDesa
Kepatihan adalah suatu Desa yang secara geografis terletak di
wilayah Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo. Merupakan dataran
rendah dengan jalan yang sebagian besar sudah beraspal. Hubungan
antar daerah dapat terjangkau, baik dengan kendaraan roda dua
maupun roda empat. Selain itu, sudah terdapat jaringan komunikasi
(televisi, radio, telepon) dimana sebagaian besar masyarakat Desa
sudah memanfaatkannya.Data umum Desa/kelurahan:a. Identitas Nama
Desa / Kelurahan: KepatihanKode Desa: 404.7.14.12Kecamatan:
TulanganWilayah Binaan Kecamatan: TulanganKabupaten:
SidoarjoPropinsi: Jawa Timurb. Luas Wilayah1) Luas Desa /
Kelurahan: 177.700 Ha2) Batas Wilayaha) Sebelah Utara: Desa Medalem
Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjob) Sebelah Selatan: Desa
Gelang Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjoc) Sebelah Barat: Desa
Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjod) Sebelah Timur: Desa
Pang Kemiri Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjoc. Kondisi
Geografi1) Ketinggian tanah dari permukaan laut: 7 m2) Topografi
(dataran rendah, tinggi, pantai): Dataran rendah3) Banyaknya curah
hujan: 1500 mm/Thd. Pemerintahan Desa / Kelurahan1) Jumlah RT: 162)
Jumlah RW: 43) Jumlah perangkat Desa/Kel: 7 orange. Data demografi
1) Jumlah penduduk menurut jenis kelamina) Laki-laki: 2442jiwab)
Perempuan: 2434jiwaJumlah: 4876 jiwa2) Jumlah penduduk menurut
jenis kelamina) Umur 0-3 tahun: 220 orangb) Umur 4-6 tahun: 224
orangc) Umur 7-12 tahun: 527 orangd) Umur 13-15 tahun: 282 orange)
Umur 16-18 tahun: 245 orang f) Umur 19-26 tahun: 595 orangg) Umur
27-40 tahun: 903 orangh) Umur > 40 tahun: 1.105 orang3) Jumlah
kepala keluarga (KK):1.350 jiwa4) Jumlah laki-laki: 2.442 jiwa5)
Jumlah perempuan: 2.434 jiwaf. Data pekerjaan1) Petani: 325 orang2)
Nelayan: -3) ABRI: 30 orang4) Wiraswasta/pedagang: 271 orang5)
Tukang: 70 orang6) Pegawai Negeri Sipil: 95 orang7) Buruh tani: 165
orang8) Pemulung : 7 orang9) Jasa : 57 orangg. Data sarana
pendidikan1) Taman kanak-kanak / PAUD: 5 unit2) SD / MI: 2 unit3)
SMP / MTs: - unit4) SMA / MA: - unit5) Pondok Pesantren: - unit
2. Gambaran umum respondena. Usia respondenPada penelitian ini
menggunakan batasan usia dewasa yaitu diatas 18 tahun.b. Pekerjaan
respondenBerdasarkan hasil pengamatan pada 32 responden diketahui
distribusi jumlah dan persentase pekerjaan adalah sebagai berikut
:Tabel 5.1Status pekerjaan respondenStatus PekerjaanTuberkulosis
ParuNon Tuberkulosis ParuJumlah
Orang%Orang%Orang%
Bekerja 1134,41031,252165,62
Tidak bekerja515,6618,751134,38
Sumber: Hasil Survey 2013 Dari hasil survey diketahui, jumlah
penderita Tuberkulosis Paru yang bekerja berjumlah 11 orang (34,4%)
sedangkan yang tidak bekerja berjumlah 5 orang (15,6%). Responden
yang tidak menderita Tuberkulosis Paru yang bekerja berjumlah 10
orang (31,25%) dan yang tidak bekerja 6 orang (18,75%).
Tabel 5.2 Distribusi jenis pekerjaan respondenJenis
PekerjaanTuberkulosis ParuNon Tuberkulosis ParuJumlah
Orang%Orang%Orang%
Swasta733,3329,52942,85
Pedagang14,7614,7629,52
Pegawai14,7629,52314,28
Guru14,76314,28419,04
Petani14,7629,52314,28
Sumber: Hasil Survey 2013Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa
dari 32 responden yang diteliti, distribusi responden berdasarkan
jenis pekerjaan mayoritas adalah swasta dengan jumlah 7 orang
responden (33,33%). Sedangkan jenis pekerjaan lainnya yaitu
pedagang, pegawai, guru, dan petani tersebar merata.c. Jumlah
penderita Tuberkulosis pada respondenBerdasarkan hasil pengamatan
pada 32 responden diketahui distribusi jumlah dan persentase
penderita Tuberkulosis paru di Desa Kepatihan, Kecamatan Tulangan,
Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut :Tabel 5.3 Jumlah
penderita Tuberkulosis Paru dan Non Tuberkulosis Paru pada
respondenKriteriaJumlah responden(32 orang)Persentase
Tuberkulosis Paru1650%
Non Tuberkulosis Paru1650%
Total32100%
Sumber: Hasil Survey 2013Dari hasil survei, karena jenis
penelitian berupa Observasional Case Control Study dengan studi
kesetaraan maka jumlah responden dengan Tuberkulosis Paru sama
dengan responden non Tuberkulosis paru sebanyak masing-masing 16
orang (50%).d. Tingkat pemahaman responden tentang Tuberkulosis
paruDistribusi jumlah dan persentase tingkat pengetahuan masyarakat
tentang Tuberkulosis Paru di Desa Kepatihan, Kecamatan Tulangan,
Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut :Tabel 5.4 Tingkat
pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru di Desa kepatihan,
Kecamatan Tulangan, Kabupaten SidoarjoTingkat
PengetahuanTuberkulosis ParuNon Tuberkulosis ParuJumlah
Orang%Orang%Orang%
Tahu1134,4928,122062,5
Tidak Tahu515,6721,881237,5
Sumber: Hasil Survei 2013Berdasarkan hasil pengumpulan data pada
32 responden, diketahui distribusi penderita Tuberkulosis Paru yang
tahu tentang Tuberkulosis paru 34,4% dan yang tidak tahu 15,6%.
Sedangkan pada penderita non Tuberkulosis Paru yang tahu tentang
Tuberkulosis Paru 28,12% dan yang tidak tahu 21,88%.
3. Analisis dataTabel 5.5 Hubungan antara tingkat pengetahuan
tentang Tuberculosis paru dengan angka kejadian Tuberkulosis
paruFaktor ResikoTuberkulosis ParuNon Tuberkulosis ParuJumlah
Tahua = 11b = 916
Tidak Tahuc = 5d = 716
Jumlah161632
Sumber: Hasil survey 2013Keterangan :a = Penderita Tuberkulosis
paru yang tahu tentang Tuberkulosis paru = 11 orangb = Penderita
non Tuberkulosis paru yang tahu tentang Tuberkulosis = 9 orangc =
Penderita Tuberkulosis paru yang tidak tahu tentang Tuberkulosis
paru = 5 orangd = Penderita non Tuberkulosis paru yang tidak tahu
tentang Tuberkulosis paru = 7 orang
Tabel 5.5 menunjukkan hubungan tingkat pengetahuan tentang
Tuberkulosis Paru antara penderita Tuberkulosis paru dan non
penderita Tuberkulosis Paru. Dari hasil pengukuran Odds Ratio untuk
menentukan apakah tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap
tingginya angka kejadian tuberkulosis paru didapat nilai 1,71 yang
berarti orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang Tuberkulosis
Paru memiliki resiko tertular Tuberkulosis Paru sebesar 1,71 kali
lebih tinggi dibandingkan orang yang memiliki pengetahuan tentang
Tuberkulosis Paru.
B. Pembahasan1. Tuberkulosis Paru pada respondenBerdasarkan data
sekunder tahun 2010 sampai dengan 2013 yang diperoleh dengan
mencatat data yang ada di Puskesmas Kepadangan, didapatkan bahwa
Desa Kepatihan memiliki angka kejadian Tuberkulosis paru sebesar 16
orang, tertinggi diantara 9 desa yang ada di wilayah Puskesmas
Kepadangan.Tingginya angka kejadian Tuberkulosis paru ini
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: pengetahuan masyarakat
terhadap Tuberkulosis paru yang dianalisis dalam penelitian ini,
lokasi geografis terpencil, sulitnya akses menuju unit pelayanan
kesehatan, petugas pelayanan kesehatan yang kurang proaktif
melakukan skreening kasus tuberkulosis paru, lokasi rumah yang
terlalu dekat dengan ventilasi yang kurang dan perilaku hidup tidak
sehat yang tergambar pada kerangka konsep Bab III.Jumlah responden
sebanyak 32 orang yang terdiri dari 16 penderita Tuberkulosis paru
dan 16 orang tidak menderita Tuberkulosis paru. Jenis penelitian
Observasional Case Control Study yang bersifat uji kesetaraan.
2. Pengaruh pengetahuan tentang tuberkulosis paru terhadap
tingginya angka kejadian Tuberkulosis ParuBerdasarkan Tabel 5.5
yang menggambarkan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
Tuberculosis paru dengan angka kejadian Tuberkulosis paru dan
dilakukan perhitungan untuk mengukur Odds Ratio didapatkan hasil
nilai 1,71 yang berarti orang yang tidak memiliki pengetahuan
tentang Tuberkulosis Paru memiliki resiko tertular Tuberkulosis
Paru sebesar 1,71 kali lebih tinggi dibandingkan orang yang
memiliki pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru.Hal ini sesuai
dengan teori ada bahwa pengetahuan masyarakat tentang pengobatan,
pencegahan Tuberkulosis Paru masih kurang karena penyuluhan tentang
Tuberkulosis Paru belum dilakukan secara maksimal. Sikap masyarakat
tentang penyakit Tuberkulosis Paru yang kurang baik juga tidak
diikuti dengan perilaku dalam melakukan pengobatan dan pencegahan
Tuberkulosis Paru.
Terkadang pengetahuan masyarakat tentang penyakit Tuberkulosis
Paru baik, namun persepsi sebagian masyarakat bahwa penyakit yang
dialaminya adalah batuk biasa, ternyata berpengaruh pada munculnya
sikap kurang peduli dari masyarakat terhadap akibat yang dapat
ditimbulkan oleh penyakit Tuberkulosis Paru. Perilaku dan kesadaran
sebagian masyarakat untuk memeriksakan dahak dan menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan juga masih kurang.Pengetahuan tentang
Tuberkulosis Paru merupakan salah satu faktor yang cukup
berpengaruh dalam tindakan pencegahan dan penularan Tuberkulosis
Paru pada masyarakat. Pengetahuan bisa didapatkan dari dari
penyuluhan, media cetak dan elektronik yang berguna untuk mencegah
meningkatnya penderita Tuberkulosis Paru.
C. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanAda pengaruh antara tingkat pengetahuan tentang
Tuberkulosis Paru terhadap tingginya angka kejadian Tuberkulosis
Paru.
B. Saran1. Perlu dilakukan penyuluhan rutin tentang Tuberkulosis
Paru setiap tiga bulan sekali di desa.2. Penerapan budaya hidup
bersih dan sehat di masyarakat seperti menggiatkan budaya gotong
royong, etika batuk dan bersin yang benar.3. Memberikan komunikasi,
informasi, dan edukasi ( KIE ) pada tiap penderita dan pengantar
yang datang ke Puskesmas tentang Tuberkulosis Paru.4. Kerjasama
lintas sektoral dalam pembuatan reklame berbasis iklan layanan
masyarakat tentang Tuberkulosis Paru.
Lampiran 1FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYAPRAKTEK KERJA LAPANGANILMU KEDOKTERAN KOMUNITASPengaruh
tingkat pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru terhadap
tingginya angka kejadian Tuberkulosis Paru di Desa Kepatihan
Kecamatan Tulangan Kabupaten SidoarjoSURAT PERSETUJUAN MENJADI
RESPONDEN( Informed Concent )Setelah mendapat penjelasan dengan
baik tentang tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul Pengaruh
tingkat pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru terhadap
tingginya angka kejadian Tuberkulosis Paru di Desa Kepatihan
Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo, saya mengerti bahwa saya
diminta untuk mengisi kuesioner dan menjawab pertanyaan tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan sosial
budaya di Desa kami. Saya memahami bahwa penelitian ini tidak
membawa resiko. Saya mengerti bahwa catatan mengenai data
penelitian akan dirahasiakan. Informasi mengenai identitas saya
tidak akan di tulis pada penelitian dan akan tersimpan secara
terpisah di tempat yang aman.Saya mengerti bahwa saya berhak
menolak untuk berperan sebagai responden atau mengundurkan diri
setiap saat tanpa adanya saksi atau kehilangan semua hak saya. Saya
telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau
mengenai keterlibatan saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab
dengan memuaskan. Secara sukarela saya sadar dan bersedia berperan
dalam penelitian ini dengan menandatangani surat persetujuan
menjadi responden.Sidoarjo, September 2013 Responden
(..)
DAFTAR PUSTAKA
DEPKES. (2008). Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Jakarta: Bakti Husada. Tersedia di
http://www.depkes.go.id/downloads/pedoman_stbm.pdf (Diakses tanggal
19 Februari 2014)DEPKES. (2009). Seri Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Di Rumah Tangga. Jakarta: Bakti Husada. Tersedia di
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/1444/2/BK2009-A.pdf
(Diakses tanggal 19 Februari 2014)Ehler & Steel, 2000.
Syarat-syarat jamban sehat yang memenuhi
standart,jakartaJoharuddin. (2007). Makalah Jamban yang Sehat.
Tersedia di
http://jojo-fakultaskesehatanmasyarakat.blogspot.com/p/blog-page.html?m=1
(diakses tanggal 19 Februari 2014)Kumoro P, 1998. Jamban keluarga
di kecamatan Den Pasar BaliMashuri S, 1994. Pengelolaan tinja
manusia, APK, Teknologi SanitasiPadangPSEAU. (2011). Informasi
Pilihan Jamban Sehat. Tersedia di
http://www.pseau.org/outils/ouvrages/stbm_informasi_pilihan_jamban_sehat_2011.pdf
(diakses tanggal 19 Februari 2014)Sarudji, Didik. (2006). Kesehatan
lingkungan. Surabaya: Media ilmu.Tarigan,Elizabeth. (2008).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Keluarga dalam
Penggunaan Jamban di Kota Kabanjahe. Medan: Universitas Sumatra
Utara. Tersedia di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6793/1/057023004.pdf
(Diakses tanggal 19 Februari 2014)UNICEF. (2010). 10 Pesan Hidup
Sehat Dalam Kedaruratan. Jakarta. Tersedia di
http://www.unicef.org/indonesia/PHSDalamKedaruratan.pdf (Diakses
tanggal 19 Februari 2014).