34 PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI VOKASIONAL PONDOK TREMAS PACITAN (Analisa Kebijakan Pendidikan) Achmad Ridlowi Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Pacitan [email protected]Abstack-In the world of entrepreneurship education it must also be taught to students because entrepreneurship is one of the alternative ways to reduce the high unemployment rate in Indonesia, such as one of the students, not all students who have graduated from pesantren will continue to higher education, but there are alumni who are still unemployed and immediately work, therefore students need to be given life skills to deal with the outside world after graduating, which in this case at Pondok Pesantren Tremas Pacitan has provided skill activities through vocational skills and provides insight into entrepreneurship to the students with the aim that students who are become alumni ready to compete and be able to face the outside world, whether in any case. In connection with this statement, the researcher wants to know an example of the development of entrepreneurship education at Pondok Tremas Pacitan. The results showed that the development of entrepreneurship education for students at Pondok Tremas Pacitan was carried out through providing entrepreneurial motivation, insight into knowledge about entrepreneurship, entrepreneurship seminars and vocational skills activities such as: a). food processing, b). precious stone crafts, c). basic automotive training, d). TI computer, this activity aims to develop students' knowledge of entrepreneurship and talents and skills that can spur students to train skills to be enthusiastic about opening their own business so that students can be more and have provisions to improve. social life for the better. Keywords: Entrepreneurship Education, Vocational, Educational Policy Analysis PENDAHULUAN Pondok pesantren Tremas Pacitan merupakan Pondok tertua yang termasuk Pondok tradisional atau yang biasa dinamakan Pondok salafiyah, dengan adanya kemajuan zaman yang semakin berkembang dan semua semakin modern, Pondok Tremas juga semakin berkembang mengikuti perkembangan dan kemajuan zaman. Biasanya di Pondok yang paling diutamakan yaitu dalam ilmu keagamaannya sehingga kurang diimbangi dengan bekal untuk masa depan dan tidak semua santri yang sudah lulus dari pesantren akan melanjutkan keperguruan tinggi, walaupun ada pastinya tidak semua melanjutkan keperguruan tinggi melainkan ada alumni yang masih menganggur dan ada juga yang langsung bekerja, oleh karena itu santri perlu diberi keterampilan hidup untuk menghadapi dunia luar setelah lulus nanti keterampilan yang diberikan salah satunya yaitu tentang kewirausahaan yang mana disini santri juga masih kurang pengetahuannya tentang kewirausahaan. Dengan demikian Pondok Tremas sekarang sudah mulai mengembangkan pendidikan kewirausahaan meskipun baru tahap awal ataupun tahap pengembangan. Santri- santri di Pondok Tremas sudah mulai diberi pengetahuan dan pembekalan tentang kewirausahaan, kegiatannya yaitu seperti otomotif, tataboga pengolahan pangan dan lain
16
Embed
PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI VOKASIONAL PONDOK TREMAS ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
34
PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN
DI VOKASIONAL PONDOK TREMAS PACITAN
(Analisa Kebijakan Pendidikan)
Achmad Ridlowi
Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Pacitan
sebagainya yang diampu dalam Lembaga Pendidikan Vokasional Pondok Tremas Pacitan,
hal ini bertujuan agar santri bisa mengetahui tentang kewirausahaan dan bisa bersaing
dalam meraih dan menciptakan peluang kerja serta kesempatan berusaha juga menghadapi
dunia luar sekaligus bisa memanfaatkannya ketika sudah lulus atau keluar dari Pondok.
PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN
Mengacu pada latar belakang sebelumnya, pendidikan kewirausahaan merupakan
jembatan yang masih selalu up to date, tapi masalahnya, apakah yang perlu dipelajari
generasi muda dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan? Kepercayaan diri (Mentalitas)
menjadi modal utama, selain sikap dan kemauan terus menemukan yang baru tanpa kenal
risiko. Berikut ini akan peneliti paparkan konsep-konsep dan strategi mengenai hakikat
kewirausahaan dan Pendidikan Kewirausahaan.
Sebelum memahami maksud dari pendidikan kewirausahaan, ada baiknya jika kita
mengetahui makna wirausaha dan kewirausahaan terlebih dahulu.
Kewirausahaan yang sering dikenal dalam istilah asingnya sebagai entrepreneurship1.
istilah entrepreneur ini juga berasal dari bahasa prancis: entreprendre, yang dalam bahasa
Indonesia diartikan wirausaha atau kewirausahaan. Entreprendre secara harfiah berarti
mengambil langkah memasuki suatu aktifitas tertentu, sebuah entreprise, atau menyambut
tantangan. Jadi pada makna kata entrepreneur itu terdapat tiga hal penting, yaitu : creativity-
innovation, opportunity creation, dan calculated risk-talking. Jika entrepreneur itu
dimengerti dalam tiga hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa setiap manuasia terlahir
sebagai entrepreneur dengan potensi kreatif-inovatif, pencipta peluang yang handal, dan
pengambil resiko yang berani.2 Berdasarkan istilah terkait, untuk selanjutnya peneliti akan
menggunakan istilah entrepreneurship sebagai pendamping maksud dari makna
kewirausahaan secara alternatif dalam penulisan ini.
Entrepereneur merupakan konsep ilmu sosial yang bersifat dinamis, dan akan selalu
mengalami perubahan seiring dengan kemajuan yang dicapai oleh perkembangan ilmu itu
sendiri, maka beragam pula definisi yang lahir dari para pakar mengenai kewirausahaan ini.
Diantara pendapat yang dapat peneliti paparkan adalah menurut Geoffrey G. Mendith,
Pinchot, dan menurut Kemendiknas.
Menurut Geoffrey G. Mendith, kewirausahaan merupakan gambaran dari orang yang
memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan Usaha; mengumpulkan
1 Entrepreneurship berarti kewirausahaan atau kewiraswaastaan, lihat dalam John M. Echols dan
Hassan Shadili, English-Indonesia Dictionari, (Jakarta: Pustaka Utama, 2000), hlm. 216. 2 Fadlullah, Pendidikan Entrepreneurship Berbasis Islam & Kearifan Lokal, (Jakarta: Diadit Media
Press, 2011), hlm. 75.
36
sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil keuntungan dari padanya, serta mengambil
tindakan yang tepat guna mencapai Keberhasilan.3
Cukup senada dengan dengan ungkapan Pinchot, menurutnya kewirausahaan itu
merupakan kemampuan untuk menginternalisasikan bakat, rekayasa dan peluang yang ada.
Sementara wirausaha adalah orang yang berani mengambil resiko, inovatif, kreatif, pantang
menyerah, dan mampu menyiasati peluang secara cepat.4 Lebih dari itu, jiwa dan semangat
kewirausahaan juga sangat urgen dalam menentukan kemajuan perekonomian suatu negara.
Bukan hanya ketepatan prediksi dan analisis yang tepat, tetapi juga merangsang terjadi
invensi dan inovasi penemuan-penemuan baru yang lebih efektif bagi pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan menurut Kemendiknas, kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, yang sangat bernilai dan berguna; baik
bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Kewirausahaan ini merupakan sikap mental dan
jiwa, yang selalu aktif dan kreatif, berdaya, bercipta, berkarya, bersahaja, dan berusaha dalam
rangka meningkatkan pendapatan atas kegiatan usahanya. Sementara wirausaha adalah orang
yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengambangkan usahanya dengan tujuan untuk
meningkatkan kehidupannya.5
Pendidikan entrepreneur ialah konsep pendidikan dalam memberikan semangat
kepada peserta didik agar terampil dan inovatif dalam melakukan segala sesuatu. Proses
pendidikan seperti ini menuntut peserta didik untuk bias produktif. Pendidikan entrepreneur
ialah pendidikan yang berorientasi kepada pembekalan peserta didik agar cepatdalam
merespon perubahan seta memahami kebutuhan masyarakat baik dari segi ekonomi maupun
sosialnya.6
Kewirausahaan membuat orang yang berhasrat besar terhadap sesuatu menjadi
mandiri secara finansial dan berkontribusi untuk masyarakat. Dia melatih keterampilan,
know-how, dan tindakan yang menghasilkan ide-ide dan inovasi, meyakinkan orang lain
untuk menolong dan bekerja dalam sebuah tim, menerjemahkan ide menjadi kenyataan, dan
mendirikan perusahaan.
3 Panji Anorga dan Joko Sudantoko, Koperasi: Kewirausahaan dan Penguasaha Kecil (Jakarta :
Rineka Cipta,2002), hal. 137. 4 Agus Wibowo, Pendidikan Kewirausahaan (Konsep dan Strategi), (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2011), hlm. 24. 5 Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Bahan Pelatihan dan Penggembangan Pendidikan
Kewirausahaan, (Jakarta : Kemendiknas Badan Penelittian dan Pengembangan kurikulum, 2010), hlm. 15-17. 6 tejo Nurseto, „Pendidikan Berbasis Entrepreneur‟, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, VIII.2
(2010), hlm 7.
37
Dari beberapa deskripsi pemahaman tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa
kewirausahaan (entrepreneurship) adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk
memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang
setiap hari. Jadi dapat diidentifikasikan bahwa siapapun dapat berwirausaha selama terdapat
upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengambangkan ide dan meramu sumber daya
untuk menemukan peluang, dan perbaikan hidup. Sehingga tidak hanya terbatas pada satu
sasaran usaha yang termasuk bisnis semata, melainkan kemungkinan besar juga diluar
karakter tersebut juga. Sangat sederhana dan cukup mudah nampaknya dalam memahami
maksud dari tekstualitas entrepreneurship ini, namun tidak semudah melaksanakannya secara
langsung di lapangan.
Pemicu berkembangnya potensi kewirausahaan pada masing-masing individu tidaklah
sama. Riant Nugroho menyabutkan tiga tipikal Entrepreneur, yaitu: 1) Entrepreneur karena
terpaksa; 2) Entrepreneur karena kesempatan ; 3) Entrepreneur karena pilihan.7
Pada tipikal yang pertama, individu belajar hidup mandiri, menggembalakan kambing
(beternak), menjadi pedagang asongan, atau menjalankan bisnis tertentu karena terpaksa,
akibat keterbatasan, kemiskinan, putus sekolah atau ditinggal wafat orang tuanya. Ada juga
individu memilih menjadi pengusaha karena di-PHK dari perusahaan tempat ia bekerja.
Pada tipikal kedua, individu membangun bisnis karena kekuasaan yang
mendukungnya. Individu menjalankan bisnis karena ada peluang, berupa kebijakan dan
fasilitas politik pemerintah.
Pada tipikal ketiga, individu telah menentukan visi menjadi sukses kaya dengan jalan
membangun bisnis dan jaringan usaha, dan enggan menjadi karyawan. Individu berusaha
mewujudkan impian berupa kekayaan, kemakmuran, dan kebebasan finansial tanpa terikat
waktu kerja kantoran, dengan penghasilan maksimal. Mereka umumnya mengikuti
pendidikan formal dalam bidang manajemen, bisnis, dan keuangan atau mengikuti berbagai
pelatihan motivasi, kursus dan pelatihan manajemen bisnis singkat.
Dari pemaparan mengenai lingkup pengertian entrepreneurship (kewirausahaan)
tersebut, paling tidak telah menggambarkan bahwa entrepreneur bukanlah merupakan hal
yang mudah untuk diperoleh sekejap mata tanpa melalui proses dan penanaman jiwa-jiwa
mentalitas, kreatifitas dan berviskan inovatif dalam mencapai target dalam nilai-nilai
kewirausahaan.
7 Fadlullah, Pendidikan Entrepreneurship Berbasis Islam & Kearifan Lokal, (Jakarta: Diadit Media
Press, 2011), hlm. 76.
38
VOKASIONAL
Vokasional adalah sebuah lembaga pendidikan kejurusan pasca Madrasah Aliyah di
Pondok Tremas Pacitan. diresmikan pada tanggal 18 Februari 2012 oleh Direktur PD &
Pontren Kementerian Agama RI Drs. Ace Saifuddin MA. Lembaga Vokasional merupakan
Pilot Project dari Kementerian Agama RI dan satu satunya lembaga Vokasional berbasis
pesantren yang pertama kali didirikan di indonesia.
Sistem Pendidikan yang relatif singkat memungkinkan santri untuk mudah dalam
belajar Sehingga akan teresifiensi waktu,biaya dengan aspek kemudahan bagi seseorang
untuk mengembangkan profesinya. Pendidikan di Vokasional Pondok Tremas Pacitan
dirancang secara terpadu, dengan kurikulum yang mencakup 3 komponen utama, yaitu :
komponen intra kurikuler, ko kurikuler dan ekstra kurikuler. Ketiga materi kurikulum
tersebut diharapkan dapat membentuk pengalaman belajar teoritis maupun praktis, bahkan
mampu membuka cakrawala seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan
potensi diri sepenuhnya sebagai basis jiwa kewirausahaan/entrepreneur.
Perlu sekali untuk dimaklumi bahwa pendidikan vokasional itu bersifat
berkesinambungan, tidak pernah selesai pada tahap tertentu saja. Menjadi sangat naif apabila
kurikulum yang ada tidak bersifat sangat fleksibel sesuai peluang yang ada.
Dalam sebuah riset disebutkan program entrepreneurship atau biasadisebut pendidikan
ber-usaha dibelahan dunia ini dikarenakan semakin akan butuhnya suatu karakter
kewirausahaan kepada pemuda (kreatif, berinovasi, berani mengambil resiko) dan sangat
urgennya martabat seorang entrepreneur pada suatu motor pergerakan perekonomian suatu
negara.8
Program studi di lembaga pendidikan vokasional pondok tremas pacitan pada tahap
awal dibuka 4 program : Program Teknik Informatika, Program Teknik Otomotif, Program
Teknik kerajinan Batu, Program Teknik Pengolahan Pangan.
KEBIJAKAN PENDIDIKAN
1. Pengertian Kebijakan Pendidikan
8 Angga, Pengembangan Kurikulum Berbasis Interpreneurship di Sekolah / Madrasah, Fitrah Jurnal
Kajian Ilmu-ilmu Keislaman, V.1 (2019), hlm 7.
39
Secara konseptual, kebijakan dapat saja disebut sebagai serangkaian tindakan
sebagai suatu arahan untuk mencapai tujuan. Hal yang berkaitan dengan kebijakan dalam
sebuah organisasi merupakan komponen-komponen masukan yang perlu dimanfaatkan
dalam usaha memperoleh setiap produk atau keluaran. Proses untuk mencapai produk
atau keluaran terebut senantiasa dilakukan melalui apa yang disebut sebagai kebijakan.9
Sementara Kebijakan pendidikan adalah kebijakan publik di bidang pendidikan.
Ensiklopedia wikipedia menyebutkan bahwa kebijakan pendidikan berkenaan dengan
kumpulan hukum atau aturan yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang
tercakup di dalamnya tujuan pendidikan dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.10
Penegasan lainnya juga disampaiakan oleh Mark Olsen, John Codd, dan Anne-
Marie O‟Neil, menurut mereka kebijakan pendidikan merupakan kunci bagi keunggulan,
bahkan eksistensi, bagi negara-bangsa dalam persaingan global, sehingga kebijakan
pendidikan perlu mendapatkan prioritas utama dalam era globalisasi. Salah satu
argumennya adalah bahwa globalisasi membawa nilai demokrasi. Demokrasi yang
memberikan hasil adalah demokrasi yang didukung oleh pendidikan. 11
Margaret E. Goertz mengemukakan bahwa kebijakan pendidikan berkenaan
dengan efisiensi dan efektivitas anggaran pendidikan. Isu menjadi penting dengan
meningkatkan kritis publik terhadap biaya pendidikan.
Perlu kita ketahui bersama bahwa perumusan visi dan misi pendidikan juga
tergantung pada aspek-aspek politik-sosial-ekonomi dimana manusia itu hidup
selanjutnya, karena pendidikan itu merupakan kesatuan antara teori dan praktik, maka
Analisis Kebijakan Pendidikan merupkan salah satu input yang penting pula dalam
perumusan visi dan misi pendidikan. Bahkan seterusnya program-program pendidikan
yang telah diuji cobakan atau dilaksanakan merupakan masukan bagi analisis kebijakan
yang pada gilirannya akan lebih memperhalus atau mempertajam visi dan misi
pendidikan.
Jadi Sebagaimana diungkapkan oleh Tilaar dan Riant Nugroho, bahwa Kebijakan
pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah
strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk
9 Yoyon Bahtiar Irianto, Kebijakan Pembaharuan Pendidikan: Konsep, teori, dan Model, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2011), hlm. 34. 10 Riant Nugroho, Kebijakan pendidikan yang Unggul, kasus pembanguna pendidikan di Kabupaten