Top Banner
PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management Systems (Simple Case: Traffic Roads Volume Mapping in Tegal City) Yan El Rizal Unzilatirrizqi Dewantoro¹, Mouli De Rizka Dewantoro², Sigit Setijo Budi 3 [email protected]¹, [email protected]², [email protected] Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan, Tegal 1,3 , Perum Jasa Tirta II, Purwakarta² ABSTRAK Volume lalu lintas jalan menunjukkan kondisi jaringan jalan di daerah. Volume lalu lintas jalan menggambarkan berapa banyak orang yang menggunakan jaringan jalan. Studi ini menyajikan data lalu lintas menggunakan peta volume lalu lintas jalan yang lebih mudah untuk dipahami sehingga data akan lebih efisien untuk dianalisis. Data dikumpulkan dengan menggunakan data Satuan Mobil Penumpang (SMP) hasil pengamatan lapangan. Peta volume lalu lintas jalan yang dihasilkan menunjukkan distribusi volume lalu lintas di jalan berbasis jaringan spasial direferensikan jalur data. Hasilnya akan digunakan untuk analisis spasial contoh sederhana untuk meningkatkan keselamatan transportasi di wilayah studi. Analisis sederhana peta digunakan sebagai masukan untuk skema transportasi model. Hasil tampilan konsentrasi dan distribusi publik dalam kegiatan transportasi terlihat dengan jalan-jalan paling padat ditunjukkan oleh volume lalu lintas di pusat kota, yaitu jalan MT. Haryono dan jalan Wahidin Sudirohusodo yang memiliki volume lalu lintas tertinggi terkonsentrasi. Hasil pengamatan volume lalu lintas tertinggi melalui jalan dua arah dari utara dan selatan. Hasil peta menunjukkan paralel jalan tersibuk di pusat kota sehingga memungkinkan untuk menjadi jalan satu arah. Skenario ini mungkin berlaku untuk jam sibuk. Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi alternative bagi sistem transportasi di Indonesia, seperti di negara lain yang sudah menggunakan Sistem Informasi Geografis Transportasi (GIS- T). Kata Kunci: Volume lalu lintas, GIS-T
14

PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

Jan 24, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL

(Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal)

Spatial Based Approach Traffic Safety Management Systems (Simple Case: Traffic Roads Volume Mapping in Tegal City)

Yan El Rizal Unzilatirrizqi Dewantoro¹, Mouli De Rizka Dewantoro², Sigit Setijo Budi3

[email protected]¹, [email protected]², [email protected] Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan, Tegal1,3, Perum Jasa Tirta II, Purwakarta²

ABSTRAK

Volume lalu lintas jalan menunjukkan kondisi jaringan jalan di daerah. Volume lalu lintas jalan menggambarkan berapa banyak orang yang menggunakan jaringan jalan. Studi ini menyajikan data lalu lintas menggunakan peta volume lalu lintas jalan yang lebih mudah untuk dipahami sehingga data akan lebih efisien untuk dianalisis. Data dikumpulkan dengan menggunakan data Satuan Mobil Penumpang (SMP) hasil pengamatan lapangan. Peta volume lalu lintas jalan yang dihasilkan menunjukkan distribusi volume lalu lintas di jalan berbasis jaringan spasial direferensikan jalur data. Hasilnya akan digunakan untuk analisis spasial contoh sederhana untuk meningkatkan keselamatan transportasi di wilayah studi. Analisis sederhana peta digunakan sebagai masukan untuk skema transportasi model.

Hasil tampilan konsentrasi dan distribusi publik dalam kegiatan transportasi terlihat dengan jalan-jalan paling padat ditunjukkan oleh volume lalu lintas di pusat kota, yaitu jalan MT. Haryono dan jalan Wahidin Sudirohusodo yang memiliki volume lalu lintas tertinggi terkonsentrasi. Hasil pengamatan volume lalu lintas tertinggi melalui jalan dua arah dari utara dan selatan. Hasil peta menunjukkan paralel jalan tersibuk di pusat kota sehingga memungkinkan untuk menjadi jalan satu arah. Skenario ini mungkin berlaku untuk jam sibuk. Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi alternative bagi sistem transportasi di Indonesia, seperti di negara lain yang sudah menggunakan Sistem Informasi Geografis Transportasi (GIS-T).

Kata Kunci: Volume lalu lintas, GIS-T

Page 2: PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

1. PENDAHULUAN

Tren perkembangan jalan di Indonesia saat ini sering dikatakan tidak berbanding lurus

dengan perkembangan pengguna jalan. Pertambahan panjang jalan bisa dikatakan tidak sesuai

dengan pertambahan kendaraan bermotor yang terus menerus naik secara cepat. Kemudahan

pembelian kendaraan bermotor mempermudah masyarakat memperoleh kendaraan, akibatnya

jalan akan semakin berkurang efektivitasnya. Pengurangan efektivitas penggunaan jalan

ditunjukan dengan ketidakmampuan jalan itu menampung kendaraan yang melakukan

mobilitas. Jumlah kendaraan yang menggunakan jalan semakin banyak dan jalan tidak semakin

lebar atau bertambah, akibatnya akan terjadi kemacetan di jalan. Faktor-faktor ini menjadikan

pengelolaan lalu lintas jalan menjadi sangat penting untuk dilakukan. Pengelolaan lalu lintas

diharapkan tidak menghambat terjadinya mobilisasi yang menggunakan jalan, namun tidak

menjadikan tingkat kemacetan semakin parah.

Pengelolaan lalulintas jalan selama ini dilakukan dengan menggunakan analisis yang

memanfaatkan data lapangan dengan analisis tabular. Pendekatan spasial dengan pemanfaatan

penggunaan peta dan sistem informasi geografis belum banyak digunakan. Penggunaan data

spasial sebenarnya memungkinkan dikarenakan jalan merupakan faktor yang berhubungan

dengan fenomena spasial berupa pergerakan manusia. Pergerakan manusia sehari-hari

tentunya merupakan pergerakan yang berawal dari suatu lokasi menuju lokasi tujuan, hal ini

merupakan suatu fenomena pergerakan atau mobilisasi manusia yang merupakan fenomena

spasial. Pendekatan secara spasial atau keruangan tentunya akan sangat membantu dalam

pelaksanaan pengelolaan lalu lintas jalan raya.

1.1. GIS untuk Transportasi

Sebuah penerapan teknologi GIS yang digunakan untuk pengambilan kebijakan terjadi

di Negara bagian Miami, Kansas (Roche, 2000). 12 kejadian fatal selama 11 bulan pada jalan dua

jalur sepanjang 20 mil dari U.S. Higway 169. Kepala kepolisian sangat memperhatikan kejadian

yang sangat fatal di jalan dan meminta kantor manajemen informasi lahan (LIMO) untuk

membuat peta GIS yang menampilkan lokasi kecelakaan dan atribut yang berhubungan dengan

kecelakaan tersebut yang dapat diakses oleh Gubernur dan petugas yang berwenang agar

dengan cepat menganalisis situasi dan mengambil keputusan dimana kecelakaan yang

signifikan ini terjadi karena kesalahan pengemudi saat meninggalkan kendaraan setelah

meninggalkan badan jalan. Setelah melihat peta, Gubernur memerintahkan untuk memperlebar

sepanjang jalan tersebut. Kepala kepolisian daerah kemudian focus untuk mengurangi

kecelakaan dimasa depan dengan menggunakan analisis data kecelakaan pada jalan lain

berbasis GIS (Brush, 1999).

Page 3: PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

Bob Thomson menuliskan perkataan dari kepala biro keselamatan lalulintas

mengatakan bahwa “GIS adalah revolusi strategis yang sangat potensial untuk meningkatkan

keefektifan pekerjaan bagi polisi dan pengambil kebijakan di seluruh bagian Negara”. Strategi

potensial ini hanya perlu dieksplorasi. Pemanfaatan GIS dengan peta yang dinamis. Masa depan

GIS untuk meningkatkan efisiensi dalam setiap pekerjaan dengan keuntungan keselamatan

hidup manusia yang merupakan aset yang potensial (Roche, 2000).

Beberapa penjelasan diatas menunujukan bagaimana pemanfaatan teknologi GIS di

negara maju sudah mulai diperhatikan mulai dari sekitar 1 dekade yang lalu. Hal ini menjadikan

pemanfaatan teknologi GIS dan kemajuan sistem informasi dimanfaatkan pada negara

Indonesia yang hingga saat ini sebagian besar pergerakan masa menggunakan jalan raya.

1.2. Sistem Informasi Geografis (GIS)

GIS adalah sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data

berreferensi geografi yaitu pemasukkan data, manajemen data, manipulasi dan analisis data,

dan keluaran sebagai hasil akhir (Aronoff, 1989). Burrough (1986), mendefinisikan GIS (sistem

informasi geografi) sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan,

menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai

referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan.

Pada tahap selanjutnya, GIS membentuk dan menyimpannya dalam tabel-tabel rasional

sekaligus menghubungkan unsur-unsur tersebut beserta atributnya. Dengan demikian atribut-

atribut dapat diakses melalui lokasi unsur-unsur peta, dan sebaliknya unsur-unsur peta dapat

diakses berdasarkan atributnya (Borrough, 1986).

Gambar 1 Konsep Dasar Sistem Infromasi Geografis (Google.com dengan Modifikasi, 2013)

Page 4: PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

1.3. Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,

serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan

Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006). Menurut Clarkson (1999), Jalan raya adalah jalur - jalur

tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan

jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan

kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan

cepat.

1.4. Pengelolaan Lalu Lintas Jalan Raya Berbasis Spasial

Pengelolaan lalu lintas jalan raya selama ini ada beberapa jenis yang diterapkan di berbagai

kota di Indonesia. Contoh pelaksanaan pengelolaan lalu lintas jalan raya antara lain adalah jalan

satu arah, dan 3 in 1 atau hanya mobil dengan minimal tiga penumpang yang boleh melewati

suatu jalur. Pengelolaan lalu lintas ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengurai

kemacetan dan memaksimalkan fungsi jalan sehingga tidak menimbulkan masalah berupa

kemacetan.

Sistem keamanan transportasi, termasuk pelayanan seperti sistem keamanan lalu lintas

jalan raya dan pendeteksi lokasi otomatis pada sistem lalu lintas, adalah bagian tujuan dari

integrasi antara sistem informasi geografis (GIS) dan teknologi komunikasi untuk

mengembangkan jenis pelayanan transportasi (Souleyrette dan Straus, 1999).

Sistem Informasi Geografis untuk transportasi/Geographic Information System for

Transportation (GIS-T) dapat menjadi pusat dalam pengambilan kebijakan lingkungan yang

baru untuk penggunaan lahan dan transportasi publik. Dengan cakupan informasi yang sangat

banyak dan terintegrasi berbasis lokasi atau spasial. GIS-T adalah pendekatan holistik pada

penggunaan lahan yang kompleks dan masalah transportasi. GIS-T juga dapat digunakan untuk

mengurangi ketidakterkaitan antara analisis dan komunikasi, menjadikan masukan publik yang

besar kedalam analisis kebijakan, seperti pemilihan data, pengasumsian model, dan

penyusunan skenario (Miller dan Shaw, 2001).

Sistem informasi geografis untuk transportasi adalah keterkaitan antara perangkat keras,

perangkat lunak, data, operator, organisasi dan institusi untuk mengumpulkan,

menggambarkan, menganalisis, dan mengkomunikasikan berbagai jenis informasi tentang

Page 5: PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

bumi. Tipe-tipe informasi tersebut adalah sistem transportasi, dan wilayah regional yang

dipengaruhi oleh sistem tersebut (Fletcher, 2000).

Gambar 2. Peta Zonasi Kecelakaan dan visualisasi Kepadatan Penduduk, Sekolah, Bar dan Pub (Sudeshna Mitra)

Page 6: PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

Gambar 2 menunjukan tingkat dan lokasi kecelakaan dengan ditambahkan data berupa

kepadatan penduduk, sekolah, bar dan pub. Peta ini dapat digunakan untuk melihat secara

cepat ada atau tidaknya hubungan antara kecelakaan, kepadatan penduduk, lokasi sekolah,

lokasi pub dan bar. Sehingga dalam satu tampilan peta yang dihasilkan dari proses GIS dapat

menganalisis banyak variabel dalam satu analisis yang lebih komperhensif. Hal ini dapat

diterapkan di Indonesia dengan memodifikasi variabel yang digunakan dengan mengganti pub

dan bar dengan variabel lain seperti yang disebutkan sebelumnya yaitu pasar tradisional atau

obyek lain yang dapat diasumsikan berpengaruh pada kecelakaan.

Roche dalam penelitiannya mengenai pemanfaatan data spasial denga GIS melakukan

analisis mengenai kecelakaan di jalan raya yang dihubungkan dengan lokasi bar atau tempat

untuk meminum alkohol di sekitar wilayah tersebut. Keterkaitan ini digunakan untuk

menganalisis hubungan antara pengaruh alkohol pada pengemudi dan tingkat kecelakaannya.

Selain menganalisis mengenai pengaruh alkohol terhadap pengemudi dan tingkat kecelakaan,

dalam penelitian yang dilakukanya juga menganalisis dan menyajikan peta kecelakaan yang

terjadi di lampu lalu lintas. Peta yang disajikan menunjukan lokasi dan angka kecelakaan yang

disebabkan oleh pengguna jalan yang menerobos saat lampu lalu lintas menunjukan warna

merah.

Gambar 3. Peta Kecelakaan dan Lokasi Bar dan Lokasi Kecelakaan Lowa (Roche, 2000)

Page 7: PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

Gambar 4. Peta Kecelakaan pada Lampu Lalulintas Lowa 1995-1997 (Roche, 2000)

Kedua dari analisis yang dilakukan oleh Roche menunjukan bagaimana manfaat data

spasial atau sistem informasi geografis (GIS) dapat dimanfaatkan untuk keselamatan

transportasi. Gambar 3 dan 4 dapat menunjukan bagaimana peta yang dihasilkan dengan GIS

dan menghubungkan dengan fenomena lain yang berkaitan dengan kecelakaan atau pengguna

jalan.

Hasil analisis dan konsep GIS-Transportasi dirasa sangat penting sehingga perlu dilakukan

kajian yang bermanfaat untuk menggali potensi pemanfaatan GIS-T di Indonesia, serta

memetakan volume lalu lintas secara khusus di satu wilayah kajian seperti di Kota Tegal secara

spasial.

2. METODOLOGI

Permasalahan pengelolaan lalu lintas jalan raya adalah kemacetan. Kemacetan dapat

diakibatkan oleh banyak faktor, antara lain adalah adanya suatu aktivitas di pinggir jalan, atau

terlalu banyaknya kendaraan yang melalui jalan melebihi daya tampung jalan yang ada.

Pengelolaan lalu lintas jalan dengan pendekatan spasial merupakan suatu alternatif yang

mungkin dapat memaksimalkan pengelolaan lalulintas jalan.

Page 8: PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

2.1. Alat dan bahan (Studi Sederhana)

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak pemetaan atau sistem

informasi geografis (GIS). Perangkat lunak ini digunakan untuk melakukan visualisasi data

tabular menjadi data spasial. Visualisasi ini menghasilkan peta yang menunjukan kenampakan

spasial volume lalu lintas beberapa jalan di Kota Tegal.

Bahan yang digunakan adalah data angka jumlah penumpang dalam satuan SMP. Angka

ini menjadi dasar dalam penentuan visualisasi data kedalam bentuk peta maupun data spasial.

Data ini adalah bahan pokok yang digunakan dalam penyusunan atau visualisasi menjadi

sebuah peta. Peta yang dihasilkan akan menunjukan distribusi secara spasial mengenai volume

lalu lintas jalan di kota tegal.

2.2. Alur Penelitian (Studi Sederhana)

Data spasial yang digunakan adalah data spasial yang diperoleh dari proses interpretasi

citra google earth menggunakan perangkat lunak GIS. Data yang dihasilkan menjadi data dasar

yang nantinya akan digabungkan dengan data SMP. Hasil dari pengolahan data ini menghasikan

peta volume jalan. Peta volume jalan ini bisa dikaitkan dengan berbagai obyek yang ada seperti

penggunaan lahan atau obyek lainnya. Tanpa penggabungan juga dapat dilakukan analisis lain

seperti penyusunan skenario lalu lintas untuk menghindari kemacetan.

Studi kasus sederhana ini tidak menganalisis hubungan antara volume lalu lintas dengan

kenampakan lain. Penelitian ini hanya ditujukan untuk menunjukan bagaimana manfaat

penyajian data lalu lintas dalam format spasial. Pada penyajian data dengan bentuk peta ini

memungkinkan untuk menghubungkan bagaimana volume lalu lintas, jalur mana saja yang

volume lalu lintasnya tinggi, bagaimana keterkaitan antar jalur tersebut. Penelitian ini lebih

menekankan pada bagaimana keuntungan dari penggunaan data spasial dalam manajemen

transportasi.

Page 9: PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

Gambar 5. Diagram Alir Studi Sederhana Pemetaan Volume Lalu Lintas

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Potensi Pemanfaatan GIS untuk Keselamatan Transportasi Indonesia

Kompleksitas sistem yang berkaitan menjadikan manajemen lalu lintas tidak maksimal

jika dianalisis dengan pendekatan yang sederhana. Beberapa negara maju telah optimal

memanfaatkan data spasial untuk melakukan manajemen transportasi guna meningkatkan

keselamatan transportasi. Pemanfaatan teknologi informasi yang berkembang sangat pesat

sudah sebaiknya diaplikasikan pada sistem manajemen keselamatan transportasi di Indonesia.

Penerapan di Indonesia untuk saat ini mungkin lebih kepada menganalisis dan

memetakan jalan dan keadaan jalan. Dengan pemetaan ini dapat menyertakan keadaan jalan

antara lain luas jalan, keadaaan jalan, tingkat kerusakan jalan dll. Pada pemetaan keadaan jalan

ini dapat digunakan untuk melakukan analisis prioritas dalam perawatan jalan sehingga dapat

mendukung dalam pengambilan kebijakan untuk meningkatkan keselamatan transportasi.

Page 10: PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

Aplikasi lain yang dapat diterapkan antara lain mengadaptasi dari penelitian Roche

Tahun 2000. Penelitian tentang lokasi kecelakaan dan bagaimana intensitasnya pada suatu titik.

Hasil yang diperoleh berupa peta intensitas kecelakaan pada suatu jalan raya. Hasil tersebut

kemudian dapat dihubungkan dengan keadaan jalan, seperti belokan, kondisi jalan, atau pola

pemanfaatan jalan tersebut.

Penelitian yang ditunjukan pada gambar 3 dapat diaplikasikan di Indonesia dengan

menyesuaikan faktor yang berpengaruh pada kecelakaan di Indonesia. Di negara maju seperti

eropa mungkin alkohol merupakan salah satu faktor dominan dalam kecelakaan, namun untuk

Negara Indonesia mungkin alkohol bukan menjadi salah satu faktor paling berpengaruh

terhadap kecelakan. Hal ini menjadikan penggunaan parameter lokasi bar atau tempat untuk

mendapatkan minuman bir tidak digunakan.

Contoh penerapan di Indonesia mungkin kecelakaan dapat dikaitkan dengan lokasi

pasar tradisional. Pasar tradisional di Indonesia sedikit banyak pasti memanfaatkan badan jalan

baik untuk berdagang maupun untuk sekedar kegiatan/aktivitas para pedagang dan pembeli.

Lokasi pasar tradisional dengan segala keadaannya di Indonesia mungkin dapat menjadi faktor

yang dapat dikaitkan dengan lokasi dan intensitas kecelakaan. Hasil tentatif dari analisis ini

dimungkinkan untuk menganalisis bagaimana seharusnya pengelolaan manajemen keselamatan

transportasi dalam menyikapi lokasi pasar tradisional yang memanfaatkan badan jalan.

Hasil analisis tersebut kemudian dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengelolaan

sistem lalu lintas yang diterapkan. Skenario lalu lintas seperti penerapan jalan searah pada

waktu dan jam tertentu, namun dengan tetap tidak mengabaikan bagaimana konektivitas jalan.

Skenario yang digunakan harus memperhatikan persebaran spasial antara lokasi kecelakaan,

lokasi pasar tradisional, dan juga persebaran konektivitas jalan sehingga skenario yang

diterapkan dapat efektif dan tidak menghambat aktivitas transportasi.

Banyak hal yang dapat dilakukan dan diterapkan aplikasinya di Indonesia. Pemanfaatan

GIS akan sangat membantu dalam manajemen keselamatan transportasi di Indonesia. Masih ada

aplikasi GIS untuk penentuan zonasi dan skenario parkir yang menggunakan badan jalan, atau

analisis kecelakaan dan hubunganya dengan fenomena spasial lain sehingga kebijakan yang di

ambil dapat dilihat dari kekomplekan spasial yang berhubungan dengan lalulintas.

Kelebihan pemanfaatan GIS untuk transportasi adalah untuk analisis dengan melibatkan

banyak variabel yang berhubungan dengan sistem transportasi. Variabel yang sangat banyak itu

disajikan dalam bentuk data spasial dan kemudian dapat dianalisis dengan lebih mudah.

Seberapapun banyaknya variabel yang digunakan dalam analisis, jika memiliki data lokasi

Page 11: PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

spasial maka data tersebut akan dapat dihubungkan satu dengan yang lain. Semakin banyak

variabel berkaitan yang digunakan dalam pengambilan kebijakan manajemen keselamatan

transportasi maka akan semakin baik hasil yang diperoleh dan meningkatkan keselamatan

transportasi.

3.2. Studi Sederhana

Studi sederhana ini dilakukan dengan tujuan untuk memvisualisasikan data volume lalu

lintas rata-rata harian di kota tegal. Batasannya adalah hanya visualisasi beberapa ruas jalan di

kota Tegal. Diharapkan dari penelitian ini hanya untuk menunjukan bagaimana efektivitas dari

penyajian data yang dilakukan dengan visualisasi berupa peta. Sehingga dari peta yang sangat

sederhana ini dapat diperoleh banyak analisis sederhana.

Gambar 6. Peta Volume Lalulintas (LHR Tahun 2012) Sebagian Jalan Kota Tegal

Pembuatan peta dilakukan dengan menggunakan data dasar berupa data spasial jalan.

Data volume harian rata-rata (LHR) didapatkan dari data lapangan. Data LHR ini dimasukan ke

dalam data spasial sehingga dapat melekat pada data spasial dan dapat disajikan dengan

menggunakan peta. Data latar yang digunakan pada peta yang dibuat adalah citra hybrid yang

diperoleh dari google hybrid map. Penggunaan latar ini ditujukan untuk menunjukan bagaimana

Page 12: PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

konektivitas jalan selain jalan yang dimodelkan volume lalu lintas harinya. Selain untuk

menunjukan jaringan jalan, data latar ini dapat menunjukan gambaran dari penggunaan lahan

di Kota Tegal yang secara langsung akan memengaruhi volume lalu lintas.

Secara sederhana penggunaan lahan berupa permukiman merupakan awal kegiatan

transportasi yang dimulai oleh manusia, sedangkan daerah pusat kota merupakan tujuan dari

perjalanan manusia. Peta tersebut menunjukan bahwa daerah di pusat Kota Tegal memiliki

jalan utama yang melintang selatan utara. Jalan dengan volume lalu lintas paling padat ada di

tengah kota dengan penggunaan lahan dominan berupa permukiman maupun lahan terbangun.

Bedasarkan peta tersebut jalan yang memiliki angka LHR atau volume lalu lintas

tertinggi adalah jalan Sultan Agung hingga A.R. Hakim dan Jalan Kapten Sudibyo. Kedua ruas

jalan ini jika dilihat secara spasial maka akan terlihat bahwa jalan ini merupakan jalan yang

sejajar. Dimensi dan panjang kedua ruas jalan ini juga tidak jauh berbeda. Sehingga jalan kedua

jalan ini jika tidak mampu menampung volume lalu lintas, dapat menjadi pertimbangan dalam

penyusunan skenario lalu lintas.

Contoh skenario yang dapat diterapkan untuk memaksimalkan pelayanan kedua ruas

jalan padat ini adalah dengan menjadikan kedua jalan ini menjadi jalan searah. Satu ruas searah

dari utara ke selatan, satu ruas lagi sebaliknya. Melihat penggunaan lahan diantara dua ruas

jalan ini adalah berupa permukiman, dan terlihat jaringan jalan lokal disekitaran permukiman,

maka penerapan skenario searah ini tidak akan banyak menemui kendala. Berbeda jika diantara

kedua jalan ini tidak memiliki akses-akses lokal yang memudahkan pengguna jalan.

Studi sederhana ini seharusnya dapat dimaksimalkan dengan melakukan penelitian

disemua aspek yang dapat dijadikan analisis untuk penyusunan skenario yang lebih maksimal.

Variabel lain yang mungkin bisa digunakan adalah lebar jalan dan kondisi jalan, sehingga

didapatkan hasil bagaimana kemampuan atau daya dukung jalan bagi pemanfaatan jalan.

Penelitian lebih dalam memanfaatkan GIS dapat mengadopsi dari penelitian yang dilakukan di

negara maju yang sudah dibahas pada bagian sebelumnya. Dapat ditambahkan lokasi dan

intensitas kecelakaan, lokasi sekolah, pasar, dan obyek lain yang berpengaruh pada pergerakan

manusia memanfaatkan jalan dan mempengaruhi volume lalulintas,.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kajian ini membahas dua bagian, pertama yaitu bagaimana potensi pemanfaatan GIS-T

di Indonesia dengan melihat perkembangan pemanfatan Sistem informasi geografis untuk

transportasi (GIS-T) di negara maju dan yang kedua ialah studi sederhana mengenai pemetaan

volume lalu litas di Kota Tegal. Banyak pemanfaatan yang sangat menarik dengan menggunakan

Page 13: PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

teknologi GIS di negara maju yang dapat diterapkan di Indonesia. Sebagai alat untuk pendukung

pengambil kebijakan transportasi, GIS-T dapat dikatakan sangat potensial dikembangkan di

Indonesia yang menjadikan jalan raya sebagai fasilitas transportasi dominan. Adaptasi dan

penyesuaian parameter yang digunakan juga perlu diperhatikan dengan sosial budaya di

Indonesia.

Studi sederhana menunjukan fenomena spasial volume lalu lintas harian rata-rata (LHR)

yang dihitung dengan satuan mobil penumpang (SMP). Peta yang dihasilkan menunjukan

bagaimana konektivitas antara jalan, volume lalu lintasnya. Latar belakang peta berupa citra

satelit dapat menunjukan bagaimana keterkaitan antara volume lalu lintas dan penggunaan

lahan yang ada. Peta tersebut dapat menggambarkan dengan sangat informatif mengenai

keadaan volume lalu lintas jalan. Skenario sederhana dapat disusun hanya dengan melihat peta

dengan data yang sangat terbatas itu.

Studi selanjutnya diharapakan akan dilakukan dengan melakukan pemetaan mengenai

infrastruktur spasial yang lebih detail lagi. Kondisi jalan, daya tampung jalan, dan aktivitas lain

seperti lokasi pasar, lokasi sekolah dapat dipetakan untuk menganalisis bagaimana keterkaitan

antara setiap variabel dengan keadaan volume lalu lintas. Seluruh variabel tersebut dapat

dihubungkan dengan lokasi dan intensitas kecelakaan yang terjadi. Hasil analisis nantinya dapat

digunakan untuk pendukung pengambilan kebijakan guna meningkatkan keselamatan

transportasi jalan di Indoensia.

Page 14: PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL (Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal) Spatial Based Approach Traffic Safety Management

DAFTAR PUSTAKA

Aronoff, Stan. 1989. Geographic Information System a Management Perspective. WDL

Publication : Ottawa-Canada

Brush, Trisha W. 1999. Governor Persuaded to Widen “Killer 169” by the Power of GIS. ESRI

ArcNews, Fall 1999,p 22.

Burrough, P.A. 1986. Principles of Geographic Information Systems for Land Resource Assessment.

Monographs on Soil and Resources Survey No. 12, Oxford Science Publications : New York.

Clarkson H. Oglesby dan R. Gary Hicks. 1999. Teknik Jalan Raya Jilid I. Edisi Ke-empat. Penerbit

Erlangga.

Fletcher, D. 2000. Geographic information systems for transportation: A look forward in

Transportation in the New Millenium: State of the Art and Future Directions. Washington, DC:

Transportation Research Board.

Harvey J. Miller and Shih- Lung Shaw. 2001. Geographic Information Systems for Transportation

(GIS-T): Principles and Application. Oxford University Press.

Mitra, Sudeshna. Enhancing Road Traffic Safety: A GIS Based Methodology to Identify Potential

Areas of Improvement. Civil and Environmental Engineering Department California

Polytechnic State University,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN.

Roche, Jerry. 2000. Geographic Information Systems-Based Crash Data Analysis And The Benefits

To Traffic Safety. 2000 MTC Transportation Scholar Conference. Ames-Lowa

Souleyrette, R. R. and Strauss, T. R. 1999. Transportation. in S. Easa and Y. Chan (eds.) Planning

and Development Applications of GIS. American Society of Civil Engineers, Reston, VA, 117-

133