1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan sanitasi yang sangat kritis. Keberadaan fasilitas pembuangan limbah atau yang sering dikenal dengan jamban atau MCK umum, terutama pada lahan basah, yang selama ini digunakan masyarakat ternyata tidak memenuhi standar kesehatan yang ada. Selain itu, jamban atau MCK umum yang digunakan tidak memiliki sistem pengolahan limbah yang terpadu dan ramah lingkungan . Salah satu kondisi terparah adalah 45 % jamban umum atau MCK umum di Kabupaten Bantul, Jogjakarta ternyata tidak memenuhi standar kesehatan. (Kompas.com, 2010). Jenis jamban umum yang ditemui di masyarakat lahan basah, terutama masyarakat menengah ke bawah adalah Jamban empang / gantung (Overhung latrine) yang terdapat dipinggiran sungai. Jamban ini secara sederhana terbuat dari kayu dan kotoran yang dihasilkan langsung dialirkan ke sungai. Kondisi serupa juga terjadi pada fasilitas MCK umum yang terdapat di pinggiran sungai. MCK umumnya dirancang tanpa memiliki sistem penampung kotoran, sehingga kotoran yang dihasilkan langsung dialirkan ke sungai. Akibat dari kotoran yang dialirkan ke sungai secara langsung tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu adalah terjadinya pencemaran pada air sungai. Kondisi terbaru dialami oleh kota Surabaya dimana air minum di Surabaya yang bersumber dari sungai telah tercampur 5 ton tinja. (Surya, 2011) Kondisi ini diperparah dengan terjadinya pencemaran puluhan sungai di Jawa, Sumatra, Bali, dan Sulawesi tercemar berat oleh bahan organik dan zat amonium (Media Indonesia, 2010) Selain itu, akibat lainnya yang ditimbulkan dari dialirkannya tinja ke sungai adalah munculnya penyakit diare. Tinja dikenal sebagai media tempat hidupnya bakteri coli yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit diare dan bahkan sampai kematian (Seale, 2007; Sapa, 2007). Kasus terparah dialami di Jakarta dimana telah terjadi kematian tiga puluh ribu balita pertahunnya akibat penggunaan air sungai yang tercemar oleh tinja. (Okezone.com, 2010) Permasalahan jamban dan MCK yang buruk ternyata juga memberikan imbas yang besar hingga berskala nasional. Indonesia telah mengalami kerugian akibat sanitasi yang buruk sebesar Rp 56 Triliun per tahunnya. Kerugian ekonomi ini dipicu oleh kasus penyakit diare yang memenmbus angka 90 juta pertahun dan kematian akibat diare sebesar 23.000 juta pertahunnya. (Kompas.com, 2010) Oleh karena itu, perlu direncanakan sistem pembuangan limbah manusa yang memenuhi standar kesehatan dan ramah lingkungan. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar MCK memenuhi standar kesehatan antara lain : tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya, tidak menimbulkan bau, pembuatannya murah, dan mudah digunakan dan dipelihara. (Notoatmodjo, 2003). Salah satu solusi dalam perancangan MCK yang memenuhi standar kesehatan dan ramah lingkungan adalah dengan penyediaan tanki septik yang berfungsi
15
Embed
PENDAHULUAN Latar Belakang · PDF filepatogennya dengan memanfaatkan potensi dari enceng gondok sebagai tumbuhan penyerap racun di air. ... inovasi sistem pengolahan limbah yang terpadu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan sanitasi yang sangat kritis.
Keberadaan fasilitas pembuangan limbah atau yang sering dikenal dengan jamban
atau MCK umum, terutama pada lahan basah, yang selama ini digunakan
masyarakat ternyata tidak memenuhi standar kesehatan yang ada. Selain itu,
jamban atau MCK umum yang digunakan tidak memiliki sistem pengolahan
limbah yang terpadu dan ramah lingkungan . Salah satu kondisi terparah adalah 45
% jamban umum atau MCK umum di Kabupaten Bantul, Jogjakarta ternyata tidak
memenuhi standar kesehatan. (Kompas.com, 2010).
Jenis jamban umum yang ditemui di masyarakat lahan basah, terutama
masyarakat menengah ke bawah adalah Jamban empang / gantung (Overhung
latrine) yang terdapat dipinggiran sungai. Jamban ini secara sederhana terbuat dari
kayu dan kotoran yang dihasilkan langsung dialirkan ke sungai. Kondisi serupa
juga terjadi pada fasilitas MCK umum yang terdapat di pinggiran sungai. MCK
umumnya dirancang tanpa memiliki sistem penampung kotoran, sehingga kotoran
yang dihasilkan langsung dialirkan ke sungai.
Akibat dari kotoran yang dialirkan ke sungai secara langsung tanpa adanya
pengolahan terlebih dahulu adalah terjadinya pencemaran pada air sungai.
Kondisi terbaru dialami oleh kota Surabaya dimana air minum di Surabaya yang
bersumber dari sungai telah tercampur 5 ton tinja. (Surya, 2011) Kondisi ini
diperparah dengan terjadinya pencemaran puluhan sungai di Jawa, Sumatra, Bali,
dan Sulawesi tercemar berat oleh bahan organik dan zat amonium (Media
Indonesia, 2010)
Selain itu, akibat lainnya yang ditimbulkan dari dialirkannya tinja ke sungai
adalah munculnya penyakit diare. Tinja dikenal sebagai media tempat hidupnya
bakteri coli yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit diare dan bahkan
sampai kematian (Seale, 2007; Sapa, 2007). Kasus terparah dialami di Jakarta
dimana telah terjadi kematian tiga puluh ribu balita pertahunnya akibat
penggunaan air sungai yang tercemar oleh tinja. (Okezone.com, 2010)
Permasalahan jamban dan MCK yang buruk ternyata juga memberikan
imbas yang besar hingga berskala nasional. Indonesia telah mengalami kerugian
akibat sanitasi yang buruk sebesar Rp 56 Triliun per tahunnya. Kerugian ekonomi
ini dipicu oleh kasus penyakit diare yang memenmbus angka 90 juta pertahun dan
kematian akibat diare sebesar 23.000 juta pertahunnya. (Kompas.com, 2010)
Oleh karena itu, perlu direncanakan sistem pembuangan limbah manusa yang
memenuhi standar kesehatan dan ramah lingkungan. Beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi agar MCK memenuhi standar kesehatan antara lain : tidak
mengotori permukaan tanah di sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di
sekitarnya, tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya, kotoran tidak boleh
terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau
perkembangbiakan vektor penyakit lainnya, tidak menimbulkan bau,
pembuatannya murah, dan mudah digunakan dan dipelihara. (Notoatmodjo,
2003).
Salah satu solusi dalam perancangan MCK yang memenuhi standar kesehatan
dan ramah lingkungan adalah dengan penyediaan tanki septik yang berfungsi
2
untuk menampung tinja secara sementara. Menurut hasil penelitian Irianto (1996),
anak balita yang berasal dari keluarga yang menggunakan jamban yang dilengkapi
dengan tangki septik, prevalensi diare 7,4% terjadi di kota dan 7,2% di desa.
Sedangkan keluarga yang menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1% diare
terjadi di kota dan 8,9% di desa.
Namun permasalahannya adalah perencanaan MCK/jamban yang
dimodifikasi untuk memenuhi persyaratan tersebut di daerah lahan basah tidaklah
mudah. MCK umum yang selama ini telah dibangun secara besar-besaran di
berbagai daerah di Indonesia ternyata masih belum memiliki tanki septik
dikarenakan faktor teknis pembuatan yang masih sulit. Akibatnya adalah MCK
umum yang dibangun pada daerah lahan basah memiliki sistem pembuangan
limbah langsung ke sungai yang berakibat pada tingginya kasus pencemaran air
sungai. Untuk merancang sistem tanki septik yang cocok diterapkan lahan basah,
maka perlu diperhitungkan pula adanya modifikasi khusus dari MCK/ Jamban
yang dibangun. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah merencanakan
sistem MCK/Jamban dan tanki septik yang saling terintegrasi dan mampu
mengapung di atas air. MCK/jamban ini dikenal dengan nama MCK apung,
dimana tinja yang dihasilkan dari proses sanitasi manusia akan ditampung
didalam tanki septik untuk diolah sehingga tidak mencemari air sungai.
Untuk merencanakan MCK yang dapat mengapung di atas lahan basah, maka
pemilihan material untuk pembuatan bangunan MCK dan tanki septik tidak bisa
dilakukan secara sembarangan. Umumnya material pilihan pembuatan bangunan
MCK umum dan tanki septik yang sering digunakan di lahan kering adalah
dengan menggunakan material beton normal. Namun jika diterapkan pada lahan
basah, pengunaan beton normal dapat mengakibatkan MCK yang didesain tidak
mampu menahan beratnya sendiri sehingga dapat mengurangi daya apung. Salah
satu alternatif material yang tepat untuk spesifikasi tanki septik pada MCK apung
adalah lightweight concrete (beton ringan) yang memiliki bobot lebih ringan
dibandingkan penggunaan beton normal.
Sistem perancangan MCK apung juga menggunakan sistem bongkar pasang
dan praktis, sehingga mampu menjawab kebutuhan akan sanitasi dai daerah rawan
bencana. Selain menggunakan sistem tanki septik yang terintegrasi dengan
bangunan MCK diatasnya, MCK apung juga memanfaatkan sistem pengolahan
limbah alami dengan menggunakan wet land, sehingga limbah yang telah diolah
secara sementara oleh tanki septik mampu dinetralisir keberadaan bakteri
patogennya dengan memanfaatkan potensi dari enceng gondok sebagai tumbuhan
penyerap racun di air.
Tujuan
Tujuan dari Gagasan ini adalah
a. Untuk mengidentifikasi desain dan modifikasi dari MCK apung sebagai
inovasi sistem pengolahan limbah yang terpadu dan ramah lingkungan
sehingga vesibel deiterapkan di lahan basah.
b. Untuk mengetahui mekanisme pengolahan limbah padat dan cair pada
sistem pengolahan limbah MCK Apung yang ramah lingkungan
c. Untuk mengetahui keunggulan MCK Apung sebagai sistem pembuangan
limbah padat dan cair pada manusia
3
Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan MCK apung ditinjau dari sisi
sustainability antara lain :
a. Sosial
MCK apung dapat mengajarkan kepada masyarakat di dearah lahan basah
pola budaya sanitasi yang bersih, sehat dan ramah lingkungan. Selain itu,
MCK apung dapat juga menjadi media bagi pemerintah untuk membantu
menyelesaikan permasalahan akan kebutuhan sanitasi bagi masyarakat yang
berada di daerah rawan banjir.
b. Lingkungan
Dengan diterapkannya MCK apung pada lahan basah, maka dapat mengurangi
tingginya angka pencemaran air sungai akibat keberdaan MCK yang tidak
memiliki sistem penampungan dan pengolahan limbah yang ramah
lingkungan.
c. Ekonomi
MCK apung dapat menjadi alternative MCK yang praktis dan ekonomis bagi
masyarakat. Hal ini dikarenakan MCK apung dirancang dengan menggunakan
material ringan dengan sistem bongkar pasang , tanpa menggunakan material
berat dari bata dan semen sebagai penyusun bangunannya. Selain hemat
material, proses pembuatanan MCK apung lebih menghemat waktu dan hemat
SDM
GAGASAN
Potensi Tanki Septik sebagai Teknologi Alternatif Pengolahan Limbah di
Lahan Basah
Sistem pengolahan limbah yang paling tepat untuk masalah sanitasi adalah
sistem pengolahan on site anaerobic seperti tangki septik (septik tank) karena
lebih sederhana dan efektif, tidak membutuhkan lahan yang terlalu besar ,
berpotensi menghasilkan energi gas. Tangki septik pada dasarnya adalah suatu
ruang bangun yang dikondisikan secara anaerobik yang digunakan untuk
mereduksi padatan tersuspensi organik seperti tinja manusia (Viraraghavan,
1976). Tujuan dari tangki septik adalah untuk menyediakan pengolahan air limbah
awal bagi limbah tinja dengan cara menangkap dan memisahkan material padatan
tinja dari bagian yang cair. Namun sistem ini yang idealnya membutuhkan
pengosongan antara 2-3 tahun, terkadang tidak ditangani secara baik sehingga
dalam waktu 5-10 tahun terjadi kondisi overload yang dapat menurunkan efisiensi
pengolahan (NDUDP, 2001). Tangki septik dibuat dari pasangan batu, pasangan
bata atau beton. Bagian – bagian penting dalam tanki septik bisa dilihat dalam
gambar 1 sebagai berikut.
4
Gambar 1. Penampang atas dan penampang samping dari tanki septik
Potensi Enceng Gondok Sebagai Penetralisir Cairan Influen (Wetland)
Ekosistem lahan basah memiliki kemampuan alamiah untuk
menghilangkan berbagai jenis limbah pada beberapa tingkat efisiensi (Nichols,
1983). Kemampuan ini terutama disebabkan karena adanya vegetasi yang
berperan sebagai pengolah limbah. Karena sistem ini belum tentu dapat mengolah
seluruh jenis kontaminan, maka perlu dirancang sistem lahan basah buatan untuk
mengolah limbah tertentu. Salah satunya adalah memalui perancangan wet landd
dengan meanfaatkan enceng gondok. Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.)
Solms) yang sering menjadi permasalahan di lingkungan perairan karena dianggap
sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) ternyata memiliki sifat hiperakumulator
terhadap beberapa bahan pencemar seperti logam berat (Eddy,2008)
Eceng gondok memiliki akar yang bercabang-cabang halus, permukaan
akarnya digunakan oleh mikroorganisme sebagai tempat pertumbuhan (Neis,
1993). Muramoto dan Oki dalam Sudibyo (1989) menjelaskan, bahwa Eceng
gondok dapat digunakan untuk menghilangkan polutan, karena fungsinya sebagai
sistem filtrasi biologis, menghilangkan nutrien mineral, untuk menghilangkan
logam berat seperti cuprum, aurum, cobalt, strontium, merkuri, timah, kadmium
dan nikel. Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Liao dan Chang (2004) dimana
eceng gondok mampu menyerap Cd, Pb, Cu, Zn dan Ni masing-masing adalah 24,
542, 2162, 2617, dan 1346 mg/m2 untuk kondisi perairan Erh-Chung wet landd
yang tercemar logam berat. Mekanisme yang mungkin terjadi ketika tanaman
eceng gondok mengakumulasikan Pb ke dalam jaringannya adalah mekanisme
rizofiltrasi dan fitoekstraksi. Mekanisme ini terjadi ketika akar tumbuhan
mengabsorpsi larutan polutan sekitar akar ke dalam akar, yang selanjutnya
ditranslokasi ke dalam organ tumbuhan melalui pembuluh xylem. Proses ini
cocok digunakan untuk dekontaminasi zat-zat anorganik seperti logam-logam
berat (Erakhrumen & Agbontalor, 2007).
5
Potensi Lightweight Concrete sebagai Material Utama dalam Pembuatan
Tanki Septik Terapung
Pembuatan tangki septik apung dapat memanfaatkan teknologi lightweight
concrete (beton ringan). lightweight concrete memiliki sifat fisik yang lebih baik
dibandingkan dengan normal weight concrete (beton normal), yakni memiliki
berat yang lebih ringan, kemampuan isolasi lebih tinggi dan kualitas kelembaban
tinggi. lightweight concrete konvensional dibuat dengan cara memanaskan
lempung, serpihan batu pada temperatur 1000–1200oC pada tempat pembakaran.
Proses tersebut menghasilkan lightweight aggregate kualitas tinggi dengan
struktur yang kuat, stabil secara fisik, tahan lama, isolasi tinggi dan ringan
(Swamy and Wu, 1995). Pada awalnya, lightweight aggregate disusun dari
material alam yang diekstrak dari bumi, namun bertambahnya kebutuhan terhadap
lightweight aggregate, menyebabkan sumberdaya alam menjadi berkurang. Untuk
memproduksi lightweight aggregate alternatif, dapat menggunakan batu-batuan
biasa dan mineral yang di bakar pada temperatur lebih tinggi (Swamy and Jiang,
1993). Beberapa tahun ini banyak perhatian ditujukan pada perkembangan
lightweight concrete. Keuntungan dari lightweight concrete adalah murah,
konstruksinya mudah dan ramah lingkungan. Pada umumnya, beton terdiri dari 3
fase bahan campuran dari pasta semen, agregat dan interface agregat/pasta semen
(Mehta, 1986). Semakin besar kekuatan agregat maka kekuatan lightweight
concrete juga akan semakin besar. Faktor seperti rasio air/semen dan sifat pori
dari pengerasan pasta semen juga berpengaruh pada kepadatan beton. Penggunaan
Untuk mengetahui klasifikasi kepadatan beton ringan dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut
Tabel 1. Klasifikasi Kepadatan Beton Ringan
No.
Kategori Beton
Ringan
Berat Isi Unit Beton
(Kg/m3)
Tipikal Kuat
Tekan Beton Tipikal Aplikasi
1 Non Struktural 300 – 1100 < 7 Mpa Insulating material
2 Non Struktural 1100 – 1600 7 - 14 Mpa Unit masonry
3 Struktural 1450 – 1900 17- 35 Mpa Struktural
4 Normal 2100 – 2550 20 - 40 Mpa Struktural
(Sumber: Young, 1972)
Solusi Yang Pernah Ditawarkan
Untuk menjawab akan kebutuhan sanitasi dari masyarakat di lahan basah.
Selama ini telah dibentuk fasilitas jamban dengan berbagai macam spesifikasi.
Menurut Entjang (2000), macam-macam tempat pembuangan tinja di lahan basah,
antara lain:
1. Jamban air (Water latrine)
Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai
tempat pembuangan tinja. Proses pembusukkanya sama seperti pembusukan
tinja dalam air kali. Kelemahan dari jamban ini adalah tidak higienis dan
memenuhi standar kesehatan. (Gambar 2.A)
6
2. Jamban parit (Trench latrine)
Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30 - 40 cm untuk tempat defaecatie.
Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya. Penggunaan jamban parit
sering mengakibatkan pelanggaran standar dasar sanitasi, terutama yang
berhubungan dengan pencegahan pencemaran tanah, pemberantasan lalat, dan
pencegahan pencapaian tinja oleh hewan. (Gambar 2.B)
3. Jamban leher angsa (Angsa latrine)
Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini
sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium. Bila dipakai,
tinjanya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang
menurun untuk masuk ke tempat penampungannya. Kelemahan dari jamban
ini adalah pada saat terjadi banjir dan tergenangi air tidak mampu untuk
digunakan. (Gambar 2.C)
4. Jamban empang / gantung (Overhung latrine)
Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam, selokan, kali, rawa
dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air permukaan sehingga bibit
penyakit yang terdapat didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air,
yang dapat menimbulkan wabah. (Gambar 2.D)
Gambar 2. Jenis – Jenis Jamban sesuai dengan fungsi dan Kegunaan
Berdasarkan berbagai jenis jamban di atas, masih memiliki banyak
kekurangan yang harus diperbaiki. Masalah utama dalam pembuatan jamban
selama ini adalah masih belum memenuhinya dengan standar kesehatan yang ada,
tidak memiliki tanki septik, dan tidak bisa difungsikan ketika terjadi bencana
banjir.
Desain MCK apung sebagai Inovasi Sistem Pengolahan Limbah Yang
Terpadu Dan Ramah Lingkungan
Gagasan yang kami ajukan yaitu desain MCK yang dapat mengapung dan
sesuai dengan standar kesehatan untuk diaplikasikan di daerah banjir atau
pemukiman di atas air.
B C D A
7
Gambar 3. Desain secara umum MCK Apung
MCK apung ini terdiri dari 4 bagian utama, yaitu
1. Bangunan atas
Atap yang terbuat dari fiber, dinding bangunan atas terbuat dari multipleks,
interior yang terdiri atas bak mandi dengan menggunakan material dari fiber dan
kloset jongkok dari keramik.
Gambar 5. Bangunan bagian atas MCK apung
2. Deck/ Lantai
Bagian deck terdiri dari plat baja dan strukturnya terbuat dari profil baja kanal
dan siku sebagai rangka utama.
Gambar 6. Bangunan bagian deck atau lantai dalam MCK apung
3. Bangunan bawah
Bangunan bawah MCK aung terdiri atas ponton yang terbuat dari drum
plastic. Tanki septik yang terbuat dari beton ringan dengan tulangan wiremesh
8
untuk perkuatan. Bagian luar dilapisi dengan waterproof agar tidak terjadi
kebocoran.
Gambar 5. Desain tanki septik pada MCK apung
4. Wetland
Dibuat didekat tangki septik dengan tanaman eceng gondok yang diberi sekat
berupa tali agar tidak terjadi pertumbuhan eceng gondok yang
berlebihan.Tujuannya adalah untuk mencerna limbah cair yang bersifat patogen
seingga tidak mencemari sungai.
Gambar 6. Bagian wetland dalam MCK Apung
Modifikasi MCK Apung sebagai Inovasi Sistem Pengolahan Limbah Yang
Terpadu Dan Ramah Lingkungan
1. Potensi Beton Ringan sebagai Material Penyusun Tanki Septik
Pembuatan tangki septik apung dapat memanfaatkan teknologi lightweight
concrete (beton ringan). lightweight concrete memiliki sifat fisik yang lebih baik
dibandingkan dengan normal weight concrete (beton normal), yakni memiliki
berat yang lebih ringan, kemampuan isolasi lebih tinggi dan kualitas kelembaban
tinggi. (Swamy and Wu, 1995). Selain itu, salah satu kelebihan beton ringan
dibandingkan dengan fiber, material yang secara umum digunakan sebagai tanki
septik, ialah beton ringan harganya jauh lebih murah disbanding dengan fiber,
sehingga MCK apung dengan menggunakan beton ringan jauh lebih ekonomis.
2. Kapasitas Tanki Septik
Berdasarkan analisa perhitungan yang telah dilakukan, tanki septik dalam
MCk apung dengan volume 1000 liter mampu menampung 28 orang per tahun
atau sama dengan 7 KK per tahun. Dengan kata lain, dalam mekanisme
pengurasan bak dalam tanki septik perlu dilakukan dalam rentan satu tahun sekali
dengan kapasitas maksimum 28 orang per harinya
3. Sistem Perawatan Tanki Septik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sistem pearwatan tanki septik
menurut Candra (2007) antara lain
9
a) Penumpukan endapan lumpur mengurangi kapasitas septic tank sehingga
isi septic tank harus dibersihkan minimal sekali setahun.
b) Penggunaan air sabun dan desinfektan seperti fenol sebaiknya dihindari
karena dapat membunuh flora bakteri di dalam septic tank.
c) Septic tank baru sebaiknya diisi dahulu dengan air sampai saluran
pengeluaran, kemudian dilapisi dengan lumpur dari septic tank lain untuk
memudahkan proses dokomposisi oleh bakteri.
4. Modifikasi Wet Land
Wet land dipasang terpisah dari bangunan MCK apung, dimana influent yang
dihasilkan dari tanki septik dialirkan ke wetlend melalu media pipa. Influent pada
nantinya akan diolah secara alami oleh tanaman enceng gondok. Pada saat
perencanannya, tanaman enceng gondok diberikan sekat pembatas dengan
menggunakan tali, hal ini diakukan ntuk mengantisipasi adanya pertumbuhan
enceng gondok yang pesat sehingga banyak memakan luasan air suangi.
5. Sistem Keseimbagan MCK Apung
Untuk mengantisipasi keseimbangan dari MCK apung jika terkena limbasan
air atau aliran air, maka MCK apung dapat dimodifikasi untuk mengatasi hal
tersebut, yakni :
a) Di pasangnya jangkar pada bagian bawah MCK apung. Jangkar dapat
dibuat dengan menggunakan beton normal yang ditenggelamkan di dasar
air. Jangkar juga di pasang di keempat sisi dari MCK apung agar dapat
berdiri dengan seimbang
b) Di tambat pada pohon atau tiang. Kemungkinan ini bisa dilaksanakan
dengan mendirikan MCK apung sedekat mungkin dengan areal
pepohonan. Agar seimbang, maka bagian yang di tambat adalah pada
bagian keempat sisi dari bangunan MCK apung
6. Sistem Daur Ulang Air
Sementara itu, untuk menjawab kebutuhan akan air bersih pada areal banjir,
maka MCK apung dilengkapi dengan bak filter air yang penempatannya bisa di
lihat pada gambar. Air dapat di ambil dari air banjir yang terdapat diluar,
kemudian dimasukan ke bak filter, sehingga proses penjernihan terjadi. Air yang
jernih pada nantinya akan di alirkan secara otomatis ke bak mandi melalui pipa
Gambar 7. Sistem Filteralisasi pada MCK apung
Air di luar bangunan dapat
dijadikan sebagai sumber air
bersih. Air dapat di ambil
dengan menggunakan gayung
dan dimasukan pada jendala
Jendela penghubung antara
bak penjernihan air dengan
bagian luar bangunan. Air
dimasukan ke dalam jendela
dan di dalam jendela terjadi
proses penjernihan air
10
Sistem Pengolahan Limbah pada MCK apung
Gambar 8. Sistem Pengolahan Limbah pada MCK apung
Sistem pengolahan limbah pada tanki septik secara umum dibagi menjadi dua
tahapan. Dimana limbah padat diolah secara kimiawi oleh bakteri anaerob yang
dihasilkan secara alami dari tinja manusia. Dan kedua adalah melalui Wetland
yang terdiri dari tumbuhan air yang berfungsi untuk menyerap limbah pathogen
yang dihasilkan dari limbah cair dari tanki septik.
Di dalam tangki septic ini tinja akan berada selama beberapa hari. Selama
waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses (Notoatmodjo, 2003). Yang
pertama adalah proses kimiawi, dimana akibat penghancuran tinja akan direduksi
dan sebagian besar (60-70%) zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki
sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan
busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air
dalam tangki tersebut. lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan
11
suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri
anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya.
Proses yang kedua adalah proses biologis. Dalam proses ini terjadi
dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang
memakan zat-zat organik dalam sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuknya
gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga
memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah
tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah.
Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam
tempat perembesan atau resapan.
Setelah terjadi pengolahan limbah padat di dalam tanki septik oleh bakteri
anaerob. Yang tetap menjadi masalah adalah untuk benda cairan setelah
padatannya dipisahkan, karena di dalam cairan tersebut masih akan terkandung
sejumlah mikroba, yang mungkin masih bersifat patogen (dapat menyebabkan
penyakit). Karenanya salah satu cara pemecahan yang banyak digunakan adalah
dengan menggunakan resapan, untuk mengalirkan benda cairan setelah benda
padatnya mengendap. Cara resapan yang digunakan adalah dengan mengalirkan
efluen dari tangki septik menuju wetland yang dibuat didekat tangki septik dengan
cara melewatkan air efluen tersebut pada tanaman eceng gondok yang diberi
sekat berupa tali agar tidak terjadi pertumbuhan eceng gondok yang berlebihan.
Dengan begitu, efluen dari tangki septik diharapkan dapat mencemari beban
pencemaran ke lahan basah. (Suriawiria,1996)
Pihak yang Dapat Mengimplementasikan Konsep MCK Apung
Agar produk MCK apung ini berkontribusi dalam upaya negara untuk mengurangi
budaya sanitasi masyarakat Indonesia yang sangat buruk. Maka diperlukan kerja
sama yang erat dan profesiona; antara stakeholder yang berkaitan, antara lain :
1. Mahasiswa
Mahasiswa sebagai penemu gagasan memiliki peranan sebagai pihak
akademisi yang melakukan serangkaian penelitian untuk menunjang
keberhasilan penerapan dari MCK apung ini. Dalam pelaksanaannya,
mahasiswa akan didampingi oleh dosen pembimbing masing-masing dan
labolatorium yang berkaitan.
2. Universitas Atau Perguruan Tinggi Negeri
Perguruan tinggi memiliki peranan penting dalam memberikan
fasilitas berupa labolatorium kepada para mahasiswa dalam mengembangkan
penelitiannya. Selai itu, perguruan tinggi negeri juga berperan dalam
memberikan paten akan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa. Tujuan
dilaksanakan paten atas nama PTN yang bersangkutan tidak lain adalah agar
penelitian mahasiswa mampu diakui oleh pihak perusahaan maupun pihak
pemerintah
3. Perusahaan
Perusahaan memiliki peranan dalam proses produksi dan pabrikasi
akan karya yang dihasilkan oleh PTN. Dengan adanya kerja sama mitra yang
baik antara perusahaan dan pihak PTN, diharapkan produk produk yang
diteliti oleh PTN mampu diterapkan secara nyata oleh masyarakat melalui
proses produksi oleh pihak perusahaan yang bersifat teratut dan berkala.
12
4. Pemerintah
Pemerintah sebagai pihak birokrat memiliki andil penting dalam
menistribusikan produk yang telah dihasilkan secara massal oleh pihak
perusahaan ke tempat-tempat yang memiliki kebutuhan yang tinggi akan
MCK apung. Pemerintah selain bertindak sebagai distributor kepada
masyarakat, pemerintah juga berperan dalam mensosialisasikan MCK apung
secara tepat sasaran agar dapat dimanfaatlan secara maksimal oleh
masyarakat sekitar.
5. Masyarakat Setempat
Masyarakat setempat sebagai pihak utama yang menggunakan (user)
dan memanfaatkan fungsi dari MCK apung seharusnya mampu bersifat
terbuka terhadap produk baru yang bermanfaat. Diharapkan dengan
pemahaman seperti itu, maka kehidupan masyarakat yang berbudaya sanitasi
sehat perlahan dapat dibentuk melalui pemanfaatan fungsi MCK apung
dengan baik dan benar.
Langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Gagasan
Salah satu permasalahan yang kemudian muncul dalam pengembangan
MCK apung ini adalah MCK apung merupakan ide baru yang masih belum
dilaksanakan sebelumnya. Oleh karena itu, agar ide ini dapat diimplementasikan,
maka tahapan yang harus dilaksanakan antara lain.
1. Tahap pertama
Tahapan pertama dalam serangkaian proses pengimplementasian
gagasan MCK apung adalah dengan menyempurnakan proses penelitian yang
dibutuhkan oleh mahasiswa di PTN serta proses pematenan dari hasil
penelitian mahasiswa tersebut oleh PTN yang bersangkutan. Serangkaian
penelitian tersebut meliputi a) penelitian terkait lightweight concrete b)
penelitian terkait modifikasi tanki septik c) penelitian analisa daya apung d)
simulasi produk penelitian di lapangan
2. Tahap Kedua
Tahap kedua adalah perlu adanya kerja sama antara PTN bersangkutan
dengan perusahaan yang bergerak di bidang kontruksi sehingga proses
pabrikasi dari produk MCK apung bisa berjalan dengan lancar dan berkala.
Perusahaan juga pada nantinya akan bergerak di bidang pemasaran dan
pendistribusian produk dari MCK apung
3. Tahap ketiga
Tahap ketiga adalah perlu adanya kerja sama integrasi antara PTN
sebagai peneliti, perusahaan sebagai pabrikasi dan yang terakhir adalah
pemerintah sebagai pihak sosialisasi. Karena produk MCK apung lebih
diutamakan untuk masyarakat menengah kebawah dengan harapan mampu
kebiasaan buruk sanitasi masyarakat, maka pemerintah memiliki andil besar
sebagai pihak yang mensosialisasikan isu budaya sanitasi bersih melalui
pemanfaatan produk MCK apung tersebut. Dengan begitu, diharapkan produk
MCK apung mampu digunakan tepat sasaran oleh masyarakat
13
KESIMPULAN
Inti Gagasan
MCK apung memanfaatkan lightweight concrete sebagai tanki septik
dikarenakan potensinya 1) Ringan 2) Berat jenis kecil 3) Murah 4) Kuat. MCK
apung didesain dengan menggunakan bagian bagian bangunan dari MCK apung
terdiri dari 1) Bagian atas : atap dari fiber, dinding dari multipleks, bak mandi dari
fiber, dan kloset jongkok. 2) bagian plat lantai yang terdiri dari : baja dengan
ketebalan 3 mm, profil kanal baja dan profil siku.3) Bagian bawah yang terdiri
dari tanki septik (beton, wire mesh, water proof) dan pelampung yang terbuat dari
tong plastic 4) wet land. Sistem pengolahan limbah pada MCK apung melalui tiga
tahapan, yakni 1) tahap kimiawis ; pemisahan limbah menjadi endapan dan cairan
2) tahap biologis : perombakan secara organic oleh bakteri anaerob (Tahap 1 dan
2 terjadi di tanki septik) 3) tahap penetralisiran influent dengan menggunakan
enceng gondok pada wet land Keunggulan MCK apung sebagai system pengolah
limbah antara lain : 1) ringan 2) Praktis 3) Ekonomis 4) tanki saptik yang
memenuhi kapasitas 5) vesibel untuk diterapkan diberbagai medan. Dengan
diterapkannya MCk apung ini, diharapkan dapat mengatasi permasalahan sanitasi
yang buruk di Indonesia melalui penyediaan laternatif fasilitas MCK yang
memenuhi standar kesehatan.
Teknik Implementasi Gagasan
Untuk dapat mengimplementasikan gagasan MCK apung ini, maka perlu
dilakukan serangkaian penelitian yang meliputi 1) penelitian beton ringan 2)
penelitian tanki septik 3) penelitian daya apung dan 4) penelitian uji lapangan.
Adapun pihak – pihak yang berperan penting dalam merealisasikan gagasan
penelitian antara lain 1) mahassiswa sebagai peneliti 2) PTN sebagai pihak
pematen 3) perusahaan sebagai pihak produksi 4) pemerintah sebagai pihak
distribusi dan sosialisasi dan 5) masyarakat setempat.
Prediksi Keberhasilan
Berbagai potensi yang dimiliki oleh negara Indonesia menjadikan negara
ini berpotensi sebagai negara pelopor produk sanitasi ramah lingkungan dan
bersatandarkan kesehatan untuk lahan basah pertama di dunia. Adapun potensi
yang dimaksud antara lain :
1. MCK apung mampu diterapkan di berbagai jenis lahan basah, yakni di daerah
rawa, di daerah pinggiran sungai, di daerah pemukiman pinggiran sungai dan
di daerah tangga[ banjir
2. MCK apung lebih praktis dalam pembuatannya, sehingga menghemat waktu
dan menghemat tenaga kerja serta lebih ekonomis
3. MCK apung memiliki sistem pengolahan limbah yang lebih terjamin dan
memenuhi standar, dimana limbah padat diolah secara alami di dalam tanki
septik dan limbah cair diolah di wet land
14
DAFTAR PUSTAKA
Eni Prahtiyani. 1 Oktober 2010. 45% Jamban di bantul Tidak Memenuhi Standart.
Dikases di <Kompas.com> pada 12 Januari 2012
Haryo Damardono.18 Desember 2008.Kerugian Akibat Sanitasi Buruk Rp 56
trilliun. Dikases di <Kompas.com> pada 12 Januari 2012
Insaf Albert Tarigan. 14 Oktober 2010. 30 Ribu Balita Meninggal akibat Sanitasi
Buruk. Dikases di <okezone.com> pada 18 Januari 2012
Irianto, J., Soesanto. S., Supraptini, Inswiasri, Irianti, S., dan Anwar, A., 1996.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita
(Analisis Lanjut Data SDKI 1994). Jakarta : Buletin Penelitian
Kesehatan.
Mehta, PK. 1986. Concrete: structure, properties, and materials. 2nd edition.
Englewood Cliffs. NJ: Prentice-Hall Inc.
NDUDP, November, 2001. Nad Dinh Urban Development Project: Septage
Management Study. COLENCO; SANDEC, EAWAG. Di akses di