Abstrak
IbPE Kelompok Usaha Kerajinan Enceng Gondok
Tujuan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan kualitas UKM
mitra, yaitu Pandansari Craft dan Rifat Craft. Adapun permasalahan
yang terdapat di masing-masing UKM terletak pada: 1) bahan baku
dari kerajinan sangat berpotensi terkena jamur; 2) manajemen
produksi, pemasaran, dan pembukuan; 3) SDM terutama dalam hal
manajemen keuangan; 4) fasilitas yang terbatas pada peralatan pun
terbatas pada peralatan sederhana jarum, hakpen, dan alat jungkit
sederhana untuk memasang pegangan tas; 5) finansial yang terletak
pada permasalahan modal dan tidak berani memproduksi kalau tidak
ada pesanan. Solusi yang ditawarkan adalah : 1) Menerapkan formula
pengawet dari bahan alami untuk bahan pengawet enceng gondok.
Pengawet alami yang diterapkan adalah ekstrak daun nimba
(Azadirachta indica A.Juss); 2) pelatihan manajemen produksi,
pemasaran dan pembukuan sederhana; 3) pengadaan mesin bubut; 4)
pelatihan pengoperasian mesin bubut; 5) modal bergulir. Hasil
pengabdian yang telah dilaksanakan yaitu : 1) tersedianya 1 mesin
bubut dan genset (karena diperlukan UKM mitra); 2) adanya
ketrampilan awal dalam pengoperasian awal mesin bubut; 3) diketahui
manajemen produksi, inovasi desain maupun produk berupa kursi dan
tempat makanan; 4) diketahui model pemasaran yang tepat bagi
pengrajin; 5) tersusunnya 2 pembukuan sederhana; 6) diketahuinya
cara penggunaan ekstrak daun nimba sebagai pengawet alami; 7)
diketahuinya cara mendapatkan modal yang tepat bagi pengrajin; 8)
bertambahnya pengetahuan peserta tentang koperasi; 9) sikap positif
dan motivasi yang tinggi dari para peserta selama mengikuti
kegiatan. Ini ditunjukkan peserta yang hadir mencapai 100% dalam
setiap pelatihan.Kata Kunci : IbPE, enceng gondok, UKM
A. Pendahuluan1. Analisis Situasi
Sentra industri kerajinan enceng gondok ini banyak tersebar di
Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Desa Salamrejo Kecamatan
Sentolo. Selain sebagai petani, sebagian besar mata pencaharian
masyarakat desa Salamrejo adalah sebagai pengrajin enceng gondok.
Desa ini menjadi sentra kerajinan enceng gondok karena jumlah
pengrajin dan bahan baku yang cukup banyak. Selain itu di desa ini
dapat kita lihat banyak pengrajin enceng gondok yang sudah
berkembang besar karena sudah mampu menjangkau pasar ekspor.
Perajin memerlukan bantuan teknologi pengawetan cepat
dilaksanakan supaya enceng gondok ini bisa dimanfaatkan. Beberapa
bahan kimia telah terbukti mampu berfungsi sebagai bahan pengawet
seperti natrium borat ( boraks), formaldehid (formalin) dan natrium
nitrit. Bahan-bahan kimia sintetis ini cukup dapat diandalkan.
Pengawetan ini cukup efektif menahan pertumbuhan jamur. Namun, ada
pula beberapa kekurangan dari pengawet sintetis. Sejak isu formalin
dan boraks berkembang di media, dua bahan kimia itu sulit
diperoleh. Pengawetan dengan boraks dapat juga membuat produk
kerajinan ditolak pasar, terutama pasar ekspor.
Produk kerajinan Indonesia, termasuk kerajinan enceng gondok,
sangat berpeluang untuk diekspor. Perlu diperhatikan bahwa
produk-produk yang diekspor harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dari pemerintah dan perusahaan yang menjadi buyers.
Salah satu syarat yang cukup ketat adalah penggunaan bahan-bahan
(utama maupun pendukung) yang bersifat food grade. Syarat ini
bahkan diberlakukan pada produk-produk non makanan. Masyarakat
negara maju memang sangat sensitif terhadap produk industri dan
sangat mengapresiasi produk hijau yang ramah lingkungan. Untuk
memenuhi persyaratan ini, bahan pendukung pembuatan kerajinan
enceng gondok juga harus dipenuhi dari bahan yang dianggap aman
untuk bersinggungan dengan konsumen. Oleh karena itu, perlu
diaplikasikan bahan anti jamur yang dibuat dari bahan alami
(natural product).
Perajin juga harus melakukan pengeringan enceng gondok sebelum
diolah menjadi bahan kerajinan. Saat ini proses pengeringan masih
dilakukan secara tradisional, yaitu dengan penjemuran di bawah
sinar matahari. Dengan cara tersebut maka memakan waktu yang cukup
lama sehingga membutuhkan sentuhan alat teknologi tepat guna yang
dapat meningkatkan produksi dengan proses yang efektif dan
efisien.
Selama ini bahan baku enceng gondok berasal dari Pangandaran dan
Semarang dan belum ada alternatif sumber yang lain.
Gambar.1 Proses pengeringan lewat penjemuran
Peralatan pun terbatas pada peralatan sederhana jarum, hakpen
dan alat jungkit sederhana untuk memasang pegangan tas. Hal ini
disebabkan belum tersedianya mesin bubut yang berguna untuk membuat
pegangan tas. Oven yang biasa digunakan untuk pengeringanpun sudah
tidak dapat berfungsi lagi. Kompresor baru dimiliki oleh pengrajin
Pandansari Craft, sedangkan Rifat Craft belum memiliki. Dua UKM ini
sama-sama belum mempunyai mesin bubut, sehingga masih menggunakan
alat sederhana. yang memakan waktu lama. Di Pandansari Craft
mengalami keterbatasan pada saat mengejar pesanan produksi, karena
terhambat oleh adanya pemadaman listrik secara rutin dalam setiap
minggunya. Dimana hal ini berdampak pada tidak bisa dioperasikannya
mesin jahit listrik. Sementara itu di Pandansari Craft belum
memiliki mesin genset untuk antisipasi pemadaman listrik
bergilir.Dalam pemasaran selama ini masih sangat tergantung dari
pesanan. Katalog sebagai sarana promosi juga perlu diimbangi dengan
stok atau master mengenai produk yang ada dalam katalog. Sehingga
pemesan datang dengan memilih produk dalam katalog, namun tidak
tersedia sampel produknya. Selama ini ekspor ke luar negeri
dijalankan melalui pengepul. Sehingga harga di tingkat konsumen
menjadi lebih tinggi. Katalog yang ada juga masih sederhana, belum
memuat berbagai produk yang pernah diproduksi, terutama produk yang
masih baru. Oleh karena itu diperlukan strategi pemasaran yang
efektif dan efisien.
Harga antar pengrajin juga masih terjadi perbedaan. Antar
pengrajin ada kecenderungan untuk banting harga. Hal ini
menyebabkan persaingan harga yang tidak sehat antar pengrajin.
Selama ini belum ada organisasi seperti koperasi yang dapat menjadi
wadah untuk mengkoordinasikan kepentingan pengrajin.
Pembukuan dalam UKM inipun juga belum tertata. Pengrajin hanya
mencatatkan biaya yang dikeluarkan untuk biaya produksi pada
lembaran kertas yang ditempel ditembok. Jadi ketika ditanya berapa
biaya yang dibutuhkan untuk proses produksi hanya dikira-kira saja.
Rifat Craft selama ini membuat desain sendiri, namun apabila desain
tersebut ternyata disukai pasar. Pengrajin dari luar pun akan
mempuat produk sejenis dengan harga yang lebih murah. Sehingga sang
pembuat desain tidak dapat memiliki keuntungan lebih. Dengan
demikian inovasi dari para pengrajin sangat diperlukan.
Di samping itu inovasi dari kerajinan tas enceng gondok ini
dirasa perlu dilakukan karena untuk meningkatkan ketertarikan
negara-negara pengimpor. Sehingga meminimalisir kejenuhan akan
model, bentuk dan asesorisnya. Sehingga dalam masa-masa yang akan
datang bisa menjangkau pasar ekspor yang lebih luas.
B. Metode
Kegiatan pengabdian dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Pemilihan khalayak sasaran
Awalnya tim pengabdi melakukan observasi pada beberapa UKM
Kerajinan Enceng Gondok di wilayah Kulon Progo, dilanjutkan dengan
memilih UKM yang berminat dan layak bekerja sama dengan tim
pengabdi. Khalayak sasaran pada kegiatan pengabdian ini adalah UKM
Pandansari Craft dan Rifat Craft yang berlokasi di Kulon Progo
elakukan kegiatan pelatihan, yang terdiri atas :
a. pelatihan manajemen produksi , permodalan, dan pemasaran,
b. pelatihan pembukuan sederhana
c. pelatihan pembuatan anti jamur alami yang terbuat dari
ekstrak daun nimba
d. pelatihan perintisan koperasi
e. pelatihan pengoperasian mesin bubut
Adapun bahan dan alat-alat spesifik yang digunakan pada
pelatihan adalah :
a. Buku tulis, pulpen, LCD, Laptop untuk pelatihan manajemen
produksi, permodalan dan pemasaran.
b. Buku Kas untuk pelatihan pembukuan sederhana
c. Ekstrak daun nimba untuk pelatihan pembuatan anti jamur
alami
d. Kayu untuk pelatihan pengoperasian mesin bubut
e. Mesin bubut untuk pelatihan pengoperasian mesin bubut
f. Bahan yang digunakan : kayu,
3.Disain alat, kinerja dan produktivitasnya
Secara spesifik, kegiatan pengabdian mengutamakan pengadaan
mesin bubut dengan penjelasan sebagai berikut :
Mesin bubut adalah salah satu jenis mesin perkakas yang
menggunakan prinsip dasar pemotongan.Membubut pada prinsipnya
adalah membuat benda bulat dengan diameter tertentu dengan jalan
penyayatan
Bekerja dengan mesin bubut memerlukan persyaratan kerja,
persiapan kerja, dan peralatan kerja.
a. Persyaratan kerja, yaitu kondisi yang disesuaikan dengan
mesin, benda kerja dan operatornya. 1.) Kondisi mesin 2.) Benda
kerja b. Persiapan kerja, yaitu kegiatan menyiapkan, penyetelan,
pemasangan, dan pemeriksaan. 1.) Kegiatan menyiapkan2.) Kegiatan
penyetelan 3.) Kegiatan pemasangan 4.) Kegiatan pemeriksaan c.
Peralatan kerja : alat potong dan alat ukur
d. Mengidentifikasi Gambar kerja 1.) Mesin yang dipakai
2.) Alat-alat potong yang dipakai
3.) Alat-alat Bantu
4.) Alat ukur yang sesuai dengan produk yang dibuat.
5.) Jumlah produk yang akan kita buat 6.) Bahan apa yang
dipakai, sehingga dapat menentukan :
a.) Kecepatan putar sumbu utama
b.) Kecepatan Potong (Vc)
c.) Bahan alat potong
d.) Kedalaman penyayatan
Dengan melihal hal-hal diatas, agar kita dapat membuat suatu
produk dengan prosedur yang baik dan benar maka kita harus mampu
dan benar-benar memahami gambar kerja.
Gambar 1. Mesin bubut kayu
ALAT POTONG Alat potong adalah alat/pisau yang digunakan untuk
menyayat produk/benda kerja
Pahat bentuk :
Pahat dalam
CEKAM
Cekam adalah peralatan mesin bubut yang digunakan untuk menjepit
benda kerja.
Chuck :
Center :
PRODUKTIVITAS ALAT
Mesin bubut bisa digunakan untuk membuat barang-barang
seperti:
CONTOH DESAIN PRODUK KAYU
4. Pengumpulan dan analisis data.
Pengumpulan data menggunakan :
a. Observasi
b. Wawancara
c. Dokumentasi
Analisis data menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif
C. Hasil Pengabdian
Pelaksanaan pengabdian tahun I adalah sebagai berikut:
Tabel Pelaksanaan Pengabdian
NoKegiatan Tanggal dan tempat PelaksanaanPembicara
Jumlah peserta
1Pengadaan mesin bubut 1-25 September 2010
Di Rifat CraftBasuki12
2Pelatihan mesin 25 September 2010
Di Rifat CraftAan Ardian, S.Pd12
3Pelat manajemen prod Tanggal 29 Mei 2010
Di Pandansari CraftTomoliyus, MS17
4Pelat manajemen pemasaran Tanggal 29 Mei 2010
Di Pandansari CraftTomoliyus, MS16
5pembukuan sederhana 16 Agustus 2010
Di Rifat CraftDr. Moerdiyanto, M.Pd12
6Pelat ekstrak daun nimba29 Juli 2010
Di Di Pandansari CraftNeily Nailufar22
7Permodalan16 Agustus 2010
Di Rifat CraftDr. Moerdiyanto, M.Pd12
8Perkoperasian29 Juli 2010
Di Di Pandansari CraftKiromim Baroroh22
Hasil pengabdian tahun I adalah sebagai berikut : 1. Tersedianya
1 mesin bubut
2. Tersedianya 1 mesin genset
3. Ketrampilan awal dalam pengoperasian awal mesin bubut
4. Diketahui manajemen produksi yang sesuai untuk pengrajin
enceng gondok.
5. Diketahui inovasi desain maupun produk berupa kursi dan
tempat makanan
6. Diketahui model pemasaran yang tepat bagi pengrajin
7. Tersusunnya 2 pembukuan sederhana
8. Diketahuinya cara penggunaan ekstrak daun nimba
9. Diketahuinya cara mendapatkan modal yang tepat bagi
pengrajin10. Bertambahnya pengetahuan peserta tentang koperasi
11. Sikap positif dan motivasi yang tinggi dari para peserta
selama mengikuti kegiatan. Ini ditunjukkan peserta yang hadir
mencapai 100% dalam setiap pelatihan.
12. Berdasarkan permintaan dari UKM karena listrik sering padam,
mengakibatkan proses produksi kerajinan terhambat, sehingga karena
ini dianggap sebagai kebutuhan mendesak maka pengabdi menambahkan
genset.C. Faktor pendukung dan faktor penghambat1. Faktor
Pendukung
Kegiatan pelatihan ini terlaksana dengan baik karena didukung
oleh beberapa faktor, antara lain:a. Semangat dan motivasi para
peserta untuk maju dan terus meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan.b. Dukungan (support) pengrajin Pandansari Craft dan
Rifat Craft untuk kelancaran kegiatan-kegiatan dalam bentuk
pemberian dukungan fasilitas tempat dan kegiatan.c. Tersedianya
bahan baku untuk pelatihan terkait dengan kerajinan enceng gondok
d. Kebersamaan tim pengabdi.
2. Faktor penghambat
Faktor penghambat atau kendala yang dihadapi, yaitu:
a. Keterbatasan personil pengabdian b. Keterbatasan sarana dan
prasarana monitoring implementasi modelc. Keadaan cuaca hujan yang
menghambat proses praktek pelatihan d. Waktu yang relatif panjang
untuk mempersiapkan kegiatan.
D. Kesimpulan
1. Hasil pengabdian
Pengabdian di UKM Pandansari Craft dan Rifat Crat telah
terlaksana selama 1 tahun dengan rincian kegiatan sebagai berikut
:
a. Menyelenggarakan pelatihan pembuatan pengawet alami untuk
bahan pengawet enceng gondok. Pengawet alami yang diterapkan adalah
ekstrak daun nimba (Azadirachta indica A.Juss).b. Menyelenggarakan
pelatihan manajemen produksi, pemasaran dan pembukuan sederhanac.
Menyelenggarakan pengadaan mesin bubut beserta pelatihan
pengoperasiannyad. Menyelenggaran pengadaan mesin genset
Dalam penyelenggaraan kegiatan tidak terlepas dari faktor
pendukung maupun faktor penghambat. Faktor pendukung kegiatan
antara lain : semangat dan motivasi peserta pelatihan, dukungan UKM
Pandansari Craft dan Rifat Craft dalam fasilitas tempat dan bahan
baku pelatihan, serta kebersamaan tim pengabdi. Adapun faktor
penghambat kegiatan adalah : keterbatasan personil pengabdiane
maupun sarana dan prasana, kadaan cuaca hujan yang menghambat
proses praktek pelatihan serta waktu yang relatif panjang untuk
mempersiapkan kegiatan.
2. Rencana keberlanjutan program
a. Pengadaan 1 unit oven (mesin pengering). Mesin pengering ini
diperlukan mitra yaitu UKM Pandansari Craft, karena selama ini
proses pengeringan sering terhambat oleh kondisi cuaca, sehingga
pengeringan kurang maksimal.
b. Pengadaan 2 unit komputer.
Komputer ini diperlukan oleh UKM Pandansari Craft dan Rifat
Craft untuk menunjang kegiatan administrasi dan pembukuan.c.
Penyempurnaan pembukuan dilakukan melalui pelatihan pembukuan
tingkat lanjut. Hal ini perlu dilaksanakan karena pelatihan tahun I
tentang pembukuan masih sangat sederhana, hanya berupa pencatatan
pemasukan secara kas/kredit dan pengeluaran secara kas/kredit d.
Pelatihan tingkat lanjut di bidang manajemen produksi, pemasaran
dan permodalan.e. Pelatihan lanjutan mengenai pengaplikasian
pengawet alami (ekstrak daun nimba).Pelatihan ini dilakukan untuk
mengintensifkan penggunaan pengawet alami pada produk kerajinan
enceng gondok
f. Diupayakan pembuatan leaflet, brosur, dan memperbaiki katalog
yang menggambarkan model yang sudah pernah dibuat oleh mitra.g.
Penambahan UKM mitra yang sejenis berdasarkan permintaan ataupun
minat UKM yang bersangkutan. Melalui penambahan ini diharapkan
kegiatan pengabdian semakin bisa dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat. UCAPAN TERIMA KASIH
Kami dari tim pengabdi mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. DP2M Dikti atas dana yang digulirkan untuk kegiatan
pengabdian yang kami laksanakan.
2. Ketua LPM UNY beserta seluruh staf yang telah memfasilitasi
pengumpulan proposal dan laporan PPM
PAGE 12