BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mengimbangi pertumbuhan kebutuhan material urug kegunaan penambangan penimbunan maupun pemerataan tanah baik untuk infrastruktur serta penambangan pada umumnya Jawa Timur khususnya di wilayah Surabaya dan sekitarnya sangat dibutuhkan mengingat kondisi permukaan tanahnya membutuhkan treatment sebelum dipergunakan. Peluang tersebut di atas dimanfaatkan oleh PT Muda Mudi Indonesia (MMI), perusahaan yang bergerak salah satunya dalam bidang pertambangan yang berpusat di Malang merencanakan usaha pertambangan tanah urug untuk kepentingan penambangan. Sesuai dengan PP No. 27 tahun 1999 tentang Amdal, serta berbagai perangkat peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, khususnya KEPMENLH No. 11 tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), kegiatan pertambangan tanah urug PT MMI 1
Dokumen UKL UPL Tambang Pasir Keras - Mojokerto PT.Muda Mudi Indonesia
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka mengimbangi pertumbuhan kebutuhan material urug
kegunaan penambangan penimbunan maupun pemerataan tanah baik
untuk infrastruktur serta penambangan pada umumnya Jawa Timur
khususnya di wilayah Surabaya dan sekitarnya sangat dibutuhkan
mengingat kondisi permukaan tanahnya membutuhkan treatment
sebelum dipergunakan.
Peluang tersebut di atas dimanfaatkan oleh PT Muda Mudi
Indonesia (MMI), perusahaan yang bergerak salah satunya dalam bidang
pertambangan yang berpusat di Malang merencanakan usaha
pertambangan tanah urug untuk kepentingan penambangan.
Sesuai dengan PP No. 27 tahun 1999 tentang Amdal, serta berbagai
perangkat peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan
yang akan dilaksanakan, khususnya KEPMENLH No. 11 tahun 2006
tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), kegiatan
pertambangan tanah urug PT MMI di Desa Mojolebak termasuk kategori
kegiatan yang tidak wajib dilengkapi dengan Studi AMDAL, sehingga
harus melakukan studi UKL-UPL sebagai bagian dari studi kelayakan
kegiatan proyek dilihat dari aspek lingkungan hidup.
Di samping berbagai dampak positif yang diharapkan, muncul juga
berbagai dampak negatif yang tidak diinginkan terhadap lingkungan
hidup sebagai efek dari kegiatan penambangan tanah urug. Pelaksanaan
penambangan ini harus pula diikuti dengan kegiatan pengelolaan
lingkungan yang diarahkan pada upaya untuk mencegah atau
menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif
agar manfaat yang diperoleh dari kegiatan penambangan dapat
dioptimalkan dan berkelanjutan.
1
PT MMI memiliki komitmen yang tinggi di bidang lingkungan
hidup yang dijabarkan ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup
bagi pelaksanaan penambangan sebagai pra penambangan yaitu
penambangan urugan tanah diharapkan akan dapat menimbulkan dampak
penting.
Studi UKL-UPL yang dilakukan merupakan bagian dari proses
perencanaan dalam kerangka operasional komitmen dan kebijakan
lingkungan hidup.
1.2. Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penyusunan UKL dan UPL
Maksud dilaksanakannya studi UKL dan UPL penambangan tanah
urug adalah:
Merumuskan tindakan pengelolaan dampak yang mungkin
timbul dan upaya pemantauannya untuk menilai
keberhasilan upaya pengelolaan yang telah dilakukan.
Memberikan informasi kepada instansi dan masyarakat
tentang pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan
sebagai akibat kegiatan yang telah dilaksanakan.
Melaksanakan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
sebagai wujud upaya menunjang konsep penambangan yang
berwawasan lingkungan.
Adapun tujuan dilaksanakannya studi UKL dan UPL penambangan
tanah urug di dusun Mojolebak desa Mojogeneng kecamatan Jetis
kabupaten Mojokerto ini adalah:
Mengidentifikasikan rona lingkungan hidup, yang
diprakirakan akan terkena dampak akibat pelaksanaan
kegiatan penambangan.
Mengidentifikasikan kegiatan yang diprakirakan berpotensi
menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup.
Menyusun dokumen UKL dan UPL sebagai pedoman dalam
melaksanakan pengelolaan dan pemantauan dampak penting
terhadap lingkungan hidup baik bersifat positif maupun
2
negatif berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan
penambangan yang dimaksud.
Memberikan rekomendasi mengenai hal-hal yang harus
diperhatikan guna mengoptimalkan dampak penting
kegiatan terhadap lingkungan hidup dan saran tindak dalam
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Penyusunan UKL dan UPL penambangan tanah urug ini
memiliki kegunaan sebagai berikut:
Sebagai instrumen pengikat dan acuan bagi pemrakarsa
dalam hal ini penambangan tanah urug di dusun Mojolebak
desa Mojogeneng kecamatan Jetis kabupaten Mojokerto,
yaitu untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan
yang diselenggarakan.
Sebagai acuan bagi pemerintah daerah setempat, dalam hal
ini Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten
Mojokerto serta institusi pengawas yang berwenang.
1.3. Identitas Pemrakarsa, Penanggung Jawab, dan Penyusun UKL-UPL
1.3.1. Identitas Pemrakarsa
Nama perusahaan : PT Muda Mudi Indonesia
Alamat : Jalan Emas no. 29 Puwantoro Malang
Telepon/fax : 0341 - 4351261
1.3.2. Identitas Penyusun Studi UKL-UPL
Nama Lembaga : Lembaga Pusat Penelitian Lingkungan Hidup
Penelitian : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Alamat : Kampus UWKS Jl. Dukuh Kupang XXV No.54, Dukuh Pakis, Kota SBY, Jawa Timur 60225
1.4. Peraturan dan Perundang - undangan sebagai Acuan UKL dan UPL
Peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan landasan
hukum dan pedoman dalam pelaksanaan UKL-UPL pertambangan tanah
urug Mojogeneng Jatis, antara lain :
1. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya
4
3. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
7. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara
10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
11.Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
12.Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1993 tentang Tata Cara
Perolehan Tanah Untuk Pengembangan dan Implementasi
Kepentingan Umum.
13.Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Nomor KEP-03/MENKLH/6/1987 tentang Prosedur
Penanggulangan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup
14.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor
KEP-13/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak
5
BAB II
RENCANA KEGIATAN
2.1. Nama Kegiatan : Tambang Tanah Urug Quary Mojolebak
2.2. Lokasi Kegiatan : Desa Mojolebak, Kecamatan Jetis
Kabupaten Mojokerto – Jawa Timur
Peta Lokasi Quary Mojolebak dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-1.
Titik koordinat lokasi terletak pada:
70 23’ 40” LS 1120 27’ 30” BT
70 23’30” LS 1120 27’ 20” BT
70 23’ 20” LS 1120 27’ 10” BT
70 23’ 10” LS 1120 27’ 0” BT
2.3. Skala Kegiatan
2.3.1.Tipe Tambang : Penambangan Tanah Urug Paras ( PasirKeras)
2.3.2.Keadaan lingkungan di sekitar rencana lokasi Penambangan yang
termasuk ke dalam Desa Mojolebak dideskripsikan sebagai berikut:
Sebelah
Utara :
Kebun campuran,
kebun singkong
Sebelah
Timur : Lombok
6
Sebelah
Selatan : Jati
Sebelah
Barat : Kebun campuran
2.3.3. Areal Kegiatan
Luas
lahan ± 12,3 ha
Wilayah Mojokerto
Jenis Tanah Urug
Desa Mojolebak
2.3.4. Jadwal Kegiatan
Tabel 2-1
Jadwal rencana penambangan dan pengoperasian Tambang Tanah Urug
Kegiatan Tahun 2015
Juli Agustus September Oktober
Tahap Pra Pra Operasional:
1. Survey Sept – Des.
2. Penguasaan lahan Jan - Feb
3. Persetujuan dana Februari
Tahap Pra Operasional:
1. Pekerjaan Enjiniring Maret
2. Pengadaan alat September
3. Persiapan lapangan dan Mei
Sosialisasi warga
7
4.
Pengukuran rencana
prasarana infrastruktur September
5. Kantor lapangan
6. Test Kebisingan Agustus
7. Test Air September
8. Test Udara Oktober
9. Test Batuan / Tanah Urug Oktober
10. PemasanganTurbine Unit 1 November
11. PemasanganTurbine Unit 2 November
Tahap Operasional:
1. Pengoperasian tambang
November
2. Pengoperasian dan sinkronisasi
November
Kerja
3. Pengoperasian komersial Unit 1 November
4. Pengoperasian komersial Unit 2 November
2.4. Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup, dapat dibagi atas 3 (tiga) tahapan, yaitu Tahap
Pra Operasional, Tahap Operasional, Tahap Pasca Operasi.
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam setiap tahapan kegiatan
diringkaskan sebagai berikut:
(1) Tahap Pra-Operasi :
1. Survei Lapangan
2. Pengadaan Lahan
3. Sosialisasi Warga
8
4. Penambangan Sarana dan Prasarana
5. Mobilisasi Peralatan
6. Pembukaan dan pematangan lahan
7. Penggunaan tenaga kerja
(2) Tahap Operasi :
1. Pengoperasian Tambang
2. Pemeliharaan dan reklamasi tambang
(3) Tahap Pasca Operasi :
1. Pemanfaatan eks Tambang
2.4.1. Rencana Kegiatan Tahap Pra Operasi
2.4.1.1. Survei Lapangan
Kegiatan survei lapangan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa,
meliputi :
1. Pekerjaan pra survei yakni mengadakan koordinasi dengan institusi
terkait, penjajagan, pemilihan, penetapan lokasi Tambang,
2. Pekerjaan survei untuk melakukan pengukuran dan penyelidikan
antara lain penyelidikan mekanika tanah dan hidrogeologi, dengan
pekerjaan sebagai berikut :
• Survei pengukuran diperlukan untuk mempersiapkan data yang akurat
dalam menentukan elevasi, batas areal tambang, penempatan patok
batas rencana tanah yang akan ditambang, serta menetapkan posisi
patok bench mark sebagai titik dasar survei pekerjaan selanjutnya.
• Penyelidikan mekanika tanah sehingga dapat ditentukan jenis tanah
yang sesuai guna mengetahui jenis material yang bermanfaat dalam
pengurugan.
9
Pekerjaan tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai
peralatan terutama GPS Garmin dengan berbagai perlengkapan lainnya
yang dilakukan oleh tenaga berpengalaman . Adapun untuk survey luas
tanah yang dimaksud adalah untuk petugas survey Dinas ESDM Provinsi
Jawa Timur pada Bulan Juli 2015 yang lalu. Pekerjaan survei dilakukan
pula oleh Team Studi UKL-UPL Tambang yang meliputi pekerjaan: pra
survei, survei dan pengamatan, sampling, interview dan sosialisasi yang
dilaksanakan di dalam tapak tambang dan sekitar tapak tambang yang
dimaksud.
2.4.1.2. Pengadaan Lahan
Lahan untuk Tambang adalah Penduduk setempat Desa Mojolebak
Dusun Mojogeneng. Pada saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
pertanian tadah hujan. Pengadaan lahan melalui proses: pertemuan dengan
masyarakat pengguna lahan, inventarisasi dan klarifikasi luasan dan status
lahan yang akan dibebaskan, penawaran nilai lahan, tanaman di atas lahan
dan pencapaian kesepakatan, pembayaran dan penyerahan ganti rugi atau
kompensasi. Semuanya bisa melalui kontrak sewa maupun pembebasan
lahan.
Proses pembebasan lahan akan ditangani oleh Tim Pembebasan
lahan PT.Muda Mudi Indonesia. Proses ini dimulai dengan kegiatan public
hearing antara tim pembebasan lahan dengan seluruh masyarakat yang
lahannya akan terkena pembebasan. Penentuan nilai tali asih atas lahan,
dan tanaman tumbuh dan bangunan dilakukan dengan cara musyawarah
untuk mufakat serta mentaati peraturan perundangan yang berlaku.
Lahan yang akan dibebaskan terdiri atas lahan tapak Kegiatan
Operasional Tambang (± 12,3 ha).
10
2.4.1.3 Sosialisasi ke warga
Demi menjaga akan dampak yang tidak diinginkan atas kedua
belah pihak maka sebelumterjadi transaksi baik yang berupa persewaan
maupun jual beli tanah, maka sosialisasi bagi semua pihak akan dilakukan
sebagaimana yang telah dikerjakan sebelumnya.
Demikian juga berkaitan dengan rencana operasi penambangan
yang akan dilakukan sehingga warga khususnya yang tinggal dekat dengan
lokasi tambang akan mendapatkan penjelasan bahkan juga kompensasi
yang berkaitan dengan dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya
penambangan tersebut.
2.4.1.4. Penambangan Prasarana dan Sarana
Sarana infrastruktur jalan adalah menggunakan sarana jalan yang
pernah dipakai penambangan sebelumnya dengan terlebih dahulu
dilakukan perbaikan dan penambahan pengurugan. Adapun jarak sarana
jalan menuju lokasi tambang dari jalan umum adalah lebih kurang 600
meter sedangkan saat ini kondisi jalan yang ada adalah sepanjang 550m,
jadi masih kurang 50 meter lagi.
2.4.1.5. Mobilisasi Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam penambangan tanah urug Desa
Mojolebak umumnya didatangkan dari luar Kabupaten Mojokerto Provinsi
Jawa Timur. Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan Pra
Operasional tersebut diperincikan pada Tabel 2-2.
Tabel 2-2
Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap Pra Operasi
No. Nama Jenis Alat Jumlah (unit)
1. Dump truck / trailer 502 Vibro hammer 1
11
3 Bulldozer 34 Excavator 55 Motor grader 16 Light truck 17 Water tank truck 28 Water tank 19 Asphalt sprayer 110 Asphalt finisher 111 Water pump 212 Water pass 213 Genset 214 Air compressor 115 Theodolite 2
2.4.1.6. Pembukaan dan Pematangan Lahan
Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan yang diperlukan antara
lain meliputi pekerjaan-pekerjaan berikut :
• Pekerjaan pembersihan (clearing, grubbing dan stripping top
soil) meliputi pembersihan lahan dari tumbuh-tumbuhan, batuan
permukaan dan pengupasan permukaan tanah lunak, termasuk
pembuatan jalan sementara menuju area penempatan material
pembersihan itu sendiri. Khusus top soil akan ditempatkan di
pinggiran lokasi yang selanjutnya digunakan untuk keperluan
landscaping. Selanjutnya untuk pekerjaan operasi penambangan
setelah dilakukan aktifitas tersebut di atas diharapkan untuk
proses operasi produksi operasi penambangan akan berjalan
sesuai dengan rencana dan kriteria jenis tanah urug yang
diharapkan.
12
2.4.1.7. Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan khususnya pada saat pra
operasi dan operasi diperkirakan 27 orang, dan 10 orang diantaranya
tenaga kerja setempat. Tenaga kerja yang digunakan diutamakan berasal
dari daerah sekitar tambang yang berdasarkan kriteria keahlian dan
keterampilannya diperkirakan dapat mencapai sekitar 20 orang. Sedangkan
lainnya sekitar 17 orang tenaga kerja berasal dari luar daerah.
Berdasarkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki,
tenaga kerja tersebut dapat dikatagorikan sebagai supervisor, tukang,
mandor, buruh dan personalia. Sedangkan tingkat pendidikannya dapat
bervariasi mulai dari tingkat SD, SLTP, SLTA, Sarjana Muda atau
Diploma, dan Sarjana (S1). Perkiraan jumlah tenaga kerja yang diperlukan
tersebut disajikan pada Tabel 2-5.
Tabel 2-3
Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Pra operasi dan operasi
No. Posisi / Keahlian Jumlah (orang)
1 Manajerial 5
2 Supervisi 2
3 Tenaga kerja trampil 20
4 Tenaga kerja kasar 10
2.4.2. Rencana Kegiatan Tahap Operasi
2.4.2.1 Pengoperasian Penambangan Tanah Urug
Secara umum pengoperasian tambang tanah urug ini dalam
pelaksanaanya adalah memakai system operasional kerja yang terlebih
dahulu dibuat jalannya sehingga memudahkan akan operasional
pelaksanaan dan terjadi koordinasi maupun kecepatan kerja yang lebih
efektif dan efisien.
13
Selain daripada itu control pengaturan setiap unit kerja akan selalu
dilaksanakan selaras dengan aktifitas kerja yang dilakukan. Untuk itu
monitoring dan laporan berkala akan dilakukantermasuk juga pengawasan
terhadap kondisi lingkungan yang mungkin ditimbulkan dengan adanya
aktifitas penambangan tersebut sehingga selain dapat mencegah terhadap
akses – akses yang ditimbulkan juga demi mengantisipasi terhadap
dampak yang tidak diinginkan antara lain debu yang ditimbulkan karena
lalu lalangnya kendaraan dan penyelamatan biota air maupun darat.
2.4.3 Kegiatan pada Tahap Operasi
Persiapan akan dilaksanakan dan dimulai dengan operasional kerja
dengan memaksimalkan kinerja alat berat dan tenaga manusia yang
bekerja sebagai operator maupun helper operator saat melaksanakan
tugasnya.
2.4.4. Rencana Kegiatan Tahap Pasca Operasi
Masa berlangsungnya operasional Tambang sesuai ijin IUP dan
juga potensi ke depan yang mendukungnya. Dalam Tahap Pasca Operasi,
sumber dampak utama (pemanfaatan lahan eks tambang) dan pengelolaan-
pemantauannya diuraikan lebih lanjut dalam UKL-UPL ini.
2.5. Sumber-Sumber Polutan dan Penanganannya
Dalam rangkaian sistem operasi pemanfaatan tanah urug,
disamping menghasilkan tanah urug, juga dihasilkan material tanah
buangan (limbahyang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.
Sumber-sumber polutan pada Tambang Tanah Urug adalah :
1. Akibat lalu lalang kendaraanpengangkut material tanag urug yang
memiliki daya angkut tonase sekitar 25 -30 ton m3 maka akan
menimbulkan debu dari jalan maupun di lokasi tambang. Oleh
akrena itu untuk mengurangi dampak tersebut di lokaso maupun
kea rah jalan menuju lokasi Kegiatan Operasional selalu dilakukan
14
penyiraman secara berkala sehingga jalan terpelihara dan debu
yang beterbangan juga sangat berkurang.
2. Secara berkala PT.Muda Mudi Indonesia juga akan menunjuk
petugas khusus untuk memberi bantuan berupa masker maupun
obat – obat yang diperlukan jika ada penduduk di sekitar lokasi
penambangan mengalami gangguan ISPA.
3. Untuk material buangan yang berupa top zoil akan dialokasikan di
tempat yang khusus sehingga pada saat selesai dilakukan reklamasi
maka bagian atas tanahnya akan diurug dengnan tanah top soil
supaya dengan demikian humus tanahnya bisa membantu
pertumbuhan dan lokasi tersebut tetap bisa dimanfaatkan untuk
usaha pertanian bahkan saluran irigasinyapun menjadi
memungkinkan untuk dialirkan karena kondisi tanahnya sudah
berupa tanah rata dengan elevasi yang sudah tidak seperti
sebelumnya.
15
BAB III
RONA LINGKUNGAN AWAL
3.1. Komponen Fisik Kimia
3.1.1 Iklim
Wilayah sekitar rencana lokasi Tambang Tanah Urug Mojolebak
termasuk dalam iklim munson tropis. Angin dari Barat Daya membuat
curah hujan cukup tinggi, pada periode November - April. Sebaliknya,
karena adanya pengaruh angin dari Tenggara pada periode Mei -
Oktober, curah hujan menjadi lebih sedikit. Angin munson dari arah
Barat menyebabkan musim penghujan. Musim kemarau jatuh dalam
bulan Mei – Oktober.
Hasil pengumpulan data iklim dari Stasiun Klimatologi sebagai
stasiun terdekat dengan rencana lokasi tambang yang tercatat selama 10
tahun antara 2000 - 2010, menunjukkan suhu udara rata-rata bulanan
berkisar antara 29,23 - 31,17 OC. Suhu maksimum terjadi pada bulan
Agustus dan suhu minimum terjadi pada bulan Desember sampai
Januari.
Pengumpulan data curah hujan di Indonesia, diperoleh data selama
tahun 1997 – 2000 menunjukkan rata-rata curah hujan bulanan berkisar
antara 68,38 – 264,25 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Desember dan terendah pada bulan Agustus.
Kelembaban relatif udara rerata bulanan dalam wilayah studi
tergolong tinggi berkisar antara 74.6 % – 85.6 %.
Kecepatan angin rerata bulanan termasuk rendah berkisar antara
0,7 knot atau 0,35 m/det (bulan Pebruari dan Maret) sampai 3,3 knot
atau 1,65 m/det (bulan Agustus) dengan rata-ratanya 1,78 knot atau
0,89 m/det. Pada bulan Mei-Oktober (kemarau) arah angin dominan
16
berhembus dari Timur Laut (NE) dan Timur (E),Sedangkan pada
musim hujan (Nopember – April) angin berhembus dari arah Timur (E)
dan Tenggara (SE).
Hasil pengukuran dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-
UPL ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks 3-1 dan Tabel 3-1,
menunjukkan arah angin Timur Laut – Barat Daya dan kecepatan 2 – 5
m/s, kelembaban 45 – 65% dan suhu 30 – 320C.
3.1.2 Kualitas Udara dan Kebisingan
Rona lingkungan kualitas udara dan kebisingan, sebagai kondisi
awal sebelum adanya tambang di amati pada tiga titik ukur, yaitu (1)
dalam kawasan rencana Lokasi tambang, (2) persimpangan Jalan Akses
dengan jalan Raya, dan (3) dalam kawasan pertigaan Mojokerto.
Kondisi kualitas udara yang dinyatakan dalam parameter debu
menunjukkan bahwa pada titik KU-3 (= pemukiman penduduk Desa
Bendung) sudah berada di atas baku mutu maksimum yang
dipersyaratkan oleh PP Nomor 41 Tahun 1999, sedangkan di dua titik
lainnya masih berada di bawah baku mutu. Kadar debu yang terukur di
Mojokerto serta jalan menuju jalan raya ini bersumber dari arus lalu
lintas jalan desa yang dalam kondisi kering, sehingga saat dilintasi oleh
kendaraan sangat mudah mendisversikan debu ke udara ambien. Titik
ukur kualitas udara pada Mojokerto maupun arah menuju lokasi
tambang ini tepat berada di tepi jalan desa sehingga kadar debu yang
terukur juga relatif tinggi. Selengkapnya hasil pengukuran kualitas
udara dapat dilihat pada Tabel 3-1.
Dari parameter tingkat kebisingan, seluruh titik pengamatan
memiliki tingkat kebisingan yang berada di bawah baku mutu
maksimum yang dipersyaratkan untuk masing-masing baku mutu yang
ditetapkan sesuai dengan peruntukkannya. Pada titik (1) memiliki
tingkat kebisingan yang paling rendah dibandingkan dengan dua titik
pantau lainnya, hal ini disebabkan karena pada titik (1) = rencana lokasi
17
tambang) ini tidak ada kegiatan yang menimbulkan tingkat kebisingan,
kecuali suara-suara yang ditimbulkan dari hembusan angin yang
menggoyang daun. Selengkapnya hasil pengukuran kebisingan dapat
dilihat pada Tabel 3-1.
Tabel 3-1
Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana
pengoperasian tambang dan daerah sekitarnya
No Parameter Satuan KU.1 KU.2 KU.3 Baku mutu1 Kondisi Pengukuran