I. PENDAHULUANLatar BelakangSatu dari empat target sukses dalam
program dan kegiatan pembangunan pertanian 2010 2014 adalah
peningkatan kesejahteraan petani/peternak, dengan salah satu
indikator adalah tingkat pendapatan usaha dan peranannya terhadap
keseluruhan pendapatan rumah tangga.Kebijakan pengurangan kuota
impor bakalan sapi potong dan daging sapi salah satunya bertujuan
untuk membuka peluang peningkatan pendapatan usaha sapi potong di
indonesia khususnya bagi peternak lokal.Usaha ternak sapi potong
dapat menjadi salah satu cara yang efektif dan efisien untuk
memecahkan permasalahan, karena usaha ternak sapi potong merupakan
bagian dari subsektor peternakan yang berpotensi dijadikan sumber
pertumbuhan baru pada sektor pertanian. Jumlah ternak sapi potong
di KabupatenBanjarnegara bertambah dari 37.158 ekor tahun 2003
menjadi 38.501 ekor tahun 2007 dengan kenaikan 3,62 persen dan
pertumbuhan rata-rata 0,91 persen per tahun. Populasi ternak sapi
potong di Banjarnegara sebesar 34.320 ekor pada tahun 2011 (Dinas
Pertanian Kabupaten Banjarnegara, dalam BPS Kabupaten Banjarnegara,
2011). Melihat dari perkembangan tersebut, maka usaha ternak sapi
potong dapat dijadikan alat untuk melakukan revitalisasi
pertanian.Lokasi penyebaran sapi potong terdapat di seluruh
Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, dengan tingkat populasi ternak
sapi potong tertinggi di Kec. Wanayasa 8.047 ekor, Kec. Kalibening
5.593 ekor, Kec. Karangkobar 4.678 ekor dan Kec. Bawang 3.188 ekor.
Total populasi ternak sapi potong di Kabupaten Banjarnegara 40.426
ekor, dengan didukung oleh 21.782 Ha pengahasil hijauan makanan
ternak (HMT) dan 40.237 Ha limbah pertanian (Dinas Pertanian
Kabupaten Banjarnegara, 2011).Usaha ternak sapi potong merupakan
usaha yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk
meningkatkan pendapatan keluarga petani peternak. Kabupaten
Banjarnegara memiliki wilayah kecamatan dengan populasi ternak sapi
potong cukup banyak dengan penyebaran yang luas. Ternak sapi potong
memiliki keunggulan salah satunya nilai jual yang tinggi diantara
ternak ternak lainnya. Pada umumnya masyarakat membutuhkan hewan
ini untuk dikonsumsi, karena kandungan proteinnya yang tinggi. Laju
pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan
daging yang juga meningkat, oleh karena itu usaha sapi potong
merupakan salah satu usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggiyang
dapat dijadikan potensi untuk meningkatkan pendapatan keluarga
petani peternak.Tujuan pokok dari sebuah usahatani keluarga adalah
untuk memperoleh hasil setinggi mungkin guna mencukupi kebutuhan
bagi pelaksanaan usahataninya dan pembentukan modal. Selain
berusaha tani peternak juga memiliki usaha tani lain untuk
mendukung usahanya (Tohir,1991).
Perumusan MasalahUsaha ternak sapi potong umumnya dilakukan
sebagai usaha sampingan untuk menunjang perekonomian keluarga dan
sebagai tabungan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang peternakan sehingga
masyarakat belum mengetahui seberapa besar peranan ternak sapi
terhadap peningkatan pendapatan rumah tangganya.Pola pemeliharaan
ternak sapi potong di Kabupaten Banjarnegara sampai saat ini masih
didominasi oleh peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang
tradisional. Cara pemeliharaan yang tradisional membutuhkan
keterampilan sederhana, menggunakan teknologi tradisional yang
turun-temurun, menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan mutu yang
relatif terbatas, serta tenaga kerja berasal dari keluarga peternak
itu sendiri. Penelitian ini ingin mengkaji lebih dalam mengenal
seberapa besar peranan usaha sapi potong terhadap pendapatan
keluarga peternak sapi potong di Kabupaten Banjarnegara, sehingga
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :1.
Berapa besarnya pendapatan dari usaha sapi potong di Kabupaten
Banjarnegara2. Berapa besarnya sumbangan usaha sapi potong dan
usaha tani lainnya terhadap pendapatan keluarga peternak sapi
potong di Kabupaten Banjarnegara3. Seberapa besar pengaruh faktor
jumlah pakan, skala usaha dan curahan tenaga kerja terhadap
pendapatan usaha sapi potong. HipotesisAdanya pengaruh jumlah
pakan, skala usaha, serta curahan tenaga kerja terhadap kebutuhan
tenaga kerja per ST pada usaha peternakan sapi potong di Kabupaten
Banjarnegara.
TUJUAN DAN MANFAATTujuan Penelitian1. Menganalisis pendapatan
peternak sapi potong, pendapatan keluarga peternak sapi potong dan
besarnya peranan usaha sapi potong terhadap pendapatan keluarga
peternak.2. Menganalisis faktorfaktor (pakan, skala usaha, serta
curahan) yang mempengaruhi peranan usaha sapi potong dalam
pendapatan keluarga peternak.Manfaat Penelitian1. Memberikan
informasi tentang peran usaha sapi potong terhadap pendapatan
keluarga peternak sapi potong di Kabupatn Banjarnegara.2.
Memberikan informasi kepada pemerintah Kabupaten Banjarnegara dalam
rangka pengembangan sistem usaha terpadu khususnya bidang
peternakan.3. Bahan landasan informasi untuk penelitian lebih
lanjut dan mendalam untuk pengembangan usaha sapi potong di
Kabupaten Banjarnegara.
18
II. TINJAUAN PUSTAKASapi PotongPeternakan sapi potong merupakan
suatu industri di bidang agribisnis dengan rantai kegiatannya tidak
hanya terbatas pada kegiatan on farm, tetapi juga meluas hingga
kegiatan di hulu dan hilir sebagai unit bisnis pendukungnya. Di
hulu, produksi bibit, pakan, sapronak merupakan kegiatan besar yang
sangat mendukung tercapainya produktivitas sapi potong yang hebat,
sementara di hilir, penanganan pascapanen memegang peranan yang
sangat kuat untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah (value
added) bagi daging sapi. Kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilakukan
secara integritas agar terbentuk sistem industri peternakan sapi
potong yang kuat (Rianto dan Purbowati, 2009).Potensi sapi potong
lokal sebagai penghasil daging belum dimanfaatkan secara optimal
melalui perbaikan manajemen pemeliharaan. Sapi lokal memiliki
beberapakelebihan, yaitu daya adaptasinya tinggi terhadap
lingkungan setempat, mampu memanfaatkan pakan berkualitas rendah,
dan mempunyai daya reproduksi yang baik (Yusdja dan
Ilham,2004).Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu
sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki
nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan
masyarakat. Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi
berupa protein hewani. Sapi sebgai salah satu hewan pemakan rumput
sangat berperan sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang dirubah
menjadi bahan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia
dalam bentuk daging (Sugeng, 1992). Parakkasi (1998) menyatakan
bahwa, rendahnya populasi sapi merupakan salah satu faktor penyebab
rendahnya volume daging. Pada umumnya, selama ini di negara kita
sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak
masih dalam skala kecil, dengan lahan dan modal yang terbatas.
Menurut Priyanti (2004) usaha peternakan sapi potong di Indonesia
semakin mendapat perhatian dari pemerintah, karena permintaan
terhadap daging sapi dari tahun ketahun terus meningkat. Hal ini
disebabkan karena pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi,
perbaikan tingkat pendidikan, kesadaran gizi, arus globalisasi
informasi, perdagangan, urbanisasi dan perubahan gaya hidup. Jumlah
PakanPakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha
pemeliharaan ternak, keberhasilan maupun kegagalan usaha ternak
banyak ditentukan oleh pakan yang diberikan. Produktivitas ternak
70% dipengaruhi faktor lingkungan dan 30% dipengaruhi faktor
genetik. Faktor lingkungan pakan memiliki pengaruh paling besar
sekitar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik
ternak tinggi, namun apabila pemberian pakan tidak memenuhi
persyaratan potensi genetik yang dimiliki, maka produksi yang
tinggi tidak akan tercapai. Pakan juga merupakan komponen produksi
dengan biaya yang terbesar. Biaya pakan dapat mencapai 60-80% dari
biaya produksi (Agustin, 2010).Secara umum jumlah makanan yang
diberikan untuk seekor sapi setiap hari adalah hijauan sebanyak 10
persen dari bobot badan (bervariasi menurut berat dan besar badan),
konsentrat antara 2-5 kg dan pakan tambahan lainnya sebanyak 30-50
gr (Agustin, 2010).Jumlah TernakPemeliharaan ternak di Indonesia
hampir seluruhnya dilakukan dalam skala kecil dan merupakan kerja
sampingan. Jumlah ternak pengaruhnya sangat nyata dan berperan
positif terhadap pendapatan peternak. Skala usaha adalah jumlah
ternak yang dipelihara per usaha tani. Jumlah ternak per usaha tani
dan produktivitas usaha tani mempengaruhi pendapatan usaha tani
(Fadholi, 1996). Jumlah kepemilikan ternak sangat penting bagi
usaha peternakan yang dijalankan. Jumlah kepemilikan ternak ataupun
skala usaha peternakan merupakan identifikasi jumlah ternak yang
dimiliki dan diusahakan. Banyaknya jumlah kepemilikan berpengaruh
pada pendapatan, semakin banyak jumlah kepemilikan maka
pendapatannya juga besar, tetapi apabila terjadi kerugian juga
dapat menderita kerugian yang besar pula (Raditya, 2006).Menurut
Soekartawi (2003), jumlah kepemilikan ternak berpengaruh terhadap
pendapatan, jumlah unit ternak yang dipelihara sangat mempengaruhi
produktivitas usaha, semakin banyak ternak yang dipelihara maka
semakin tinggi pendapatan yang diperoleh dan sebaliknya, semakin
sedikit jumlah ternak yang dipelihara maka dapat semakin rendah
pendapatan yang diperoleh. Konversi Satuan Ternak (ST) untuk sapi
dewasa 1 ST, sapi muda 0,5 ST dan pedet 0,25 ST.Setiap keluargape
ternak hanya memeliharaantara 2 6 ekor dengan pemilikan terbanyak
antara 2 4 ekor per keluarga. Dengan jumlah pemilikan yang sangat
terbatas menyebabkan penerapan teknologi sulit diadopsi oleh
peternak.
Curahan Tenaga KerjaAnalisis ketenagakerjaan juga memerlukan
pembedaan tenaga kerja pria, wanita dan anak. Pembedaan tentang hal
ini terjadi karena setiap jenis tahapan pekerjaan dalam suatu usaha
pertanian adalah berbeda dan juga faktor kebiasaan juga menetukan.
Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan
tenaga kerja, oleh karena itu, dalam analisis ketenagakerjaan
penggunaan tenaga kerja dinyatakan besarnya curahan tenaga kerja.
Curahan tenga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja
efektif yang dipakai (Soekartawi 2002).Sofyan (2003) berpendapat
bahwa, produktivitas tenaga kerja yang tinggi akan menentukan
penekanan faktor produksi yang lebih efisiensi. Menurut Hernanto
(1996) jumlah jam dan hari kerja total yang digunakan untuk seluruh
pencurahan kerja setiap kegiatan yang dilakukan serta jumlah setara
pria yaitu ukuran kerja hari kerja pria (satu hari = 7 jam kerja,
dan satu orang pria dewasa = 1 HK). Untuk mengetahui potensi tenaga
kerja keluarga harus dilipatkan atau dikalikan pencurahannya dalam
satu tahun.Curahan kerja merupakan banyaknya tenaga kerja yang
digunakan untuk menjalankan usahanya. Besarnya curahan kerja
dihitung dalam satuan jam kerja setara pria (JKSP), 1 hari kerja
pria = 0,7 hari kerja wanita = 0,5 hari kerja anak-anak. Untuk satu
hari kerja di perhitungkan 7 jam kerja (Hernanto,1993). Curahan
kerja berpengaruh terhadap pendapatan peternak, hal tersebut bila
dikaitkan upah yang harus dibayarkan untuk tenaga
kerjaPendapatanPendapatan adalah selisih antara penerimaan dan
biaya produksi. Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya penyusutan
alat-alat bangunan dan gaji tenaga kerja. Pendapatan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain skala usaha, pemilikan cabang
usaha, efesiensi penggunaan tenaga kerja, tingkat produksi yang
dihasilkan, modal, pemasaran hasil dan tingkat pengetahuan
peternakan dalam menangani usaha peternakan. Maharani (2005)
mengungkapkan bahwa kondisi sosial ekonomi petani peternak salah
satunya dicirikan oleh tingkat pendapatan yang diperoleh dalam
periode tertentu. Analisis pendapatan diperlukan dua keterangan
pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu
tertentu. Tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan
keadaan sekarang dan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha.
Setiap peternak harus mengacu pada prinsip ekonomi yaitu
mendapatkan keuntungan secara maksimal dengan biaya yang
sekecil-kecilnya. Pendapatan yang tinggi tidak selalu menunjukkan
efisiensi yang tinggi, karena mungkin pendapatan yang besar
tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi mempunyai
tujuan memperkecil biaya produksi per satuan produk yang
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Cara yang
ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah memperkecil biaya
keseluruhan dengan mempertahankan produksi yang telah dicapai untuk
memperbesar produksi tanpa meningkatkan biaya keseluruhan (Rahardi,
1999).
III. METODE PENELITIAN DAN ANALISISMetode PenelitianPenelitian
dilakukan dengan metode survei, yaitu melakukan wawancara
menggunakan kuisioner dan melakukan pengamatan di lapangan terhadap
peternak sapi potong di Kabupaten Banjarnegara.Materi /
SasaranSasaran penelitian ini adalah peternak sapi potong yang
tersebar di tujuh Kecamatan Kabupaten Banjarnegara.Variabel yang
DiamatiVariabel - variabelyang diamati dalam penelitian yaitu
jumlah pakan,skala usaha,curahan tenaga kerja danpersentase
kontribusi pendapatan usaha sapi potong terhadap pendapatan
keluarga peternak.Metode Penetapan SampelPenelitian akan
dilaksanakan dengan menggunakan metode survei (survey method)
terhadap rumah tangga peternak sapi potong. Wilayah yang akan
dijadikan sampel penelitian dipilih secara Stratified random
sampling berdasarkan populasi sapi potong. Responden dipilih dengan
metode Quota Sampling sebanyak 20 peternak pada masing masing
wilayah yang dipilih.
3.11 3.12 3.13 Kerangka Pemikiran
Faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha sapi potong :Jumlah
PakanSkala usahaCurahan Tenaga KerjaPendapatan usaha sapi potong
dan usaha selain sapi potongKontribusi Usaha Sapi Potong Terhadap
Pendapatan Keluarga PeternakPendapatan total keluarga peternakUsaha
ternak sapi potong merupakan salah satu sumberdaya yang memiliki
potensi. Kegiatan usaha peternakan sapi potong akan berhasil
apabila tingkat kebutuhan tenaga kerja setara dengan jumlah ternak
yang dimiliki. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan
tenaga kerja, diantaranya umur peternak, jumlah ternak, pendidikan
peternak dan lamanya beternak. Secara sistematis kerangka pemikiran
penelitian dapat dilihat sebagai berikut :
Metode AnalisisDefinisi Operasional1. Peddapatan total keluarga
petani peternak diperokeh dari usaha sapi potong dan usaha selain
sapi potong2. Penerimaan peternak berasal dari penerimaan usaha
sapi potong dan usaha selain sapi potong. Penerimaan dari usaha
sapi potong meliputi kenaikan ternak, penjualan ternak dewasa,
pedet, dan induk afkirserta penerimaan sampingan lainnya seperti
penjualan feses sapi maupun kompos.3. Biaya variabel yang
dikeluarkan meliputi pembelian pakan, obat obatan, vitamin,
transportasi serta biaya operasional lainnya4. Biaya tetap yang
diperhitungkan disini adalah penyusutan, sewa lahan, biaya untuk
tenaga kerja tetap serta pajak bumi dan bangunan5. Jumlah Pakan
adalah besarnya pakan yang diberikan kepada ternak yang akan
digunakan oleh ternak untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan
produksi (Kg).6. Jumlah ternak adalah banyaknya ternak yang
dimiliki oleh peternak saat dilakukan penelitian dan dinyatakan
dalam satuan ternak (ST).Satuan ternak untuk sapi adalah : Sapi
dewasa (> 2 tahun): 1 ST Sapi muda / dara (1-2 tahun): 0,5
STAnak sapi / pedet (< 1 tahun): 0,25 ST(Direktoratjendral
Peternakan, 1999).7. Curahan jam kerja adalah jam kerja yang
digunakan untuk mengelola usaha peternakan sapi potong, dinyatakan
dalam satuan jam kerja setara pria (JKSP) per tahun.8. Lama
beternak adalah lamanya usaha dari awal beternak sampai saat
dilakukan penelitian dan dinyatakan dalam tahun.
Metode AnalisisUntuk menghitung Pendapatan menggunakan rumus : I
= TR - TC TC = FC + VC Keterangan :I = Income (pendapatan) TR =
Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total biaya) FC =
Fixed Cost (biaya tetap) VC = Variabel Cost ( biaya variabel)
X1YUntuk menghitung kontribusi pendapatan sapi potong terhadap
pendapatan keluarga peternak : K = x 100 % Keterangan : K =
Kontribusi usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan
keluargapetani peternak (%) X1 = Pendapatan usaha ternak sapi
potong (Rp/tahun) Y = Pendapatan keluarga petani peternak sapi
potong (Rp/tahun)Besarnya pengaruh variabel independent terhadap
variabel dependent dapatdiketahui dengan menggunakan rumus regresi
linier berganda menurut Algifari (2000) :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + B4X4Keterangan: Y= Pendapatan
keluarga petani peternak sapi potongX1= Jumlah PakanX2= Skala
UsahaX3 = Curahan Tenaga KerjaX4 = PersentaseKontribusiPendapatan a
= intercept b = koefisien regresiUntuk mengetahui signifikasi
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat
menggunakan uji F sebagai berikut :F hitung = (Sudjana,
1991)Keterangan :K= banyaknya variabeln= banyaknya sampelR2=
koefisien determinasiKriteria pengujian :F hitung > F table 0,05
berarti secara bersama-sama variabel independent berpengaruh nyata
terhadap variabell dependent sedangkan F hitung < F table 0,05
berarti secara bersama-sama variabel independent tidak berpengaruh
nyata terhadap variabel dependent.Menguji variabel bebas secara
parsial terhadap variabel terikat untuk mengetahui tingkat
signifikasinya menggunakan uji t statistik yaitu : t hitung =
(Sudjana, 1991)Keterangan : t hitung= nilai t hitungbi= koefisien
regresi variabel ke iSbi= standar deviasi keTata Urutan KerjaTahap
PersiapanKegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan meliputi pra
survey untuk mengetahui kondisi lapangan tempat penelitian yang
akan dijadikan responden serta meminta data dari instansi terkait
guna sebagai data sekunder, pembuatan daftar pertanyaan atau
quisioner yang berhubung dengan materi terkait dan menyusun
proposal serta makalah usulan penelitian kemudian melaksanakan
seminar usulan penelitian. Tahap Pengumpulan DataSetelah seminar
usulan penelitian dilaksanakan dan disetujui kemudian membuat surat
perizinan ke dinas tertaik sebagai izin untuk terjun ke lapangan.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung
kepada responden.
Tahap Analisis DataKegiatan dalam tahap ini berupa tabulasi data
yang diperoleh dari pengumpulan data di lapangan. Kemudian
melakukan analisis data statistik.Tahap Penyusunan LaporanSetelah
melakukan kegiatan mulai dari awal persiapan, penggumpulan data,
analisis, kemudian kegiatan tersebut disimpulkan dan dituangkan
dalam bentuk laporan penelitan atau skripsi yang dipandu oleh dosen
pembibing.Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian dilaksanakan di
Kabupaten Banjarnegara pada tanggal ..... Bulan
..................... sampai dengan tanggal ...... Bulan
....................... 2013. Penelitian berada di tujuh Kecamatan
dengan tiga zona agroekologi yang berbeda. Jadwal Kegiatan
PenelitianNo.Tahap penelitianBualan ke
IIIIIIIV
1.Tahap persiapan
2.Tahap pelaksanaan
3.Tabulasi dan analisis data
4.Penyusunan laporan
DAFTAR PUSTAKAAgustini, N. 2010. Manajemen Pengelolaan Limbah
Pertanian untuk Pakan Ternak Sapi. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian dan Kementerian Pertanian Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian NTB.
Blakley, J dan D.H. Bade. 1985. The Science of Animal Husbandry.
Fourth Edition. Prentiece-Hall Inc. Diterjemahkan oleh Bambang
Srigandono. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Fadholi, H. 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal
206
Maharani. 2005. Persepsi Dan Partisipasi Petani-Peternak Dalam
Penyuluhan Pertanian Swakarsa (Kasus Penyuluhan Swakarsa di Desa
Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen
Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Parakkasi, A., 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI
Press, Jakarta.
Priyanti, A dan Andi D. 2004. Pengembangan Usaha Sapi Potong
Pola Integrasi.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Balai Penelitian
Ternak Bogor.
http://peternakan.litbang.deptan.go.id/download/sapipotong/sapo04-13.pdf.
Diakses 23 Oktober 2013
Raditya. 2006.
AnalisisHubunganStrukturKepemilikanDenganKinerjaKeuangan Perusahaan
PerbankanPersero Dan Perusahaan SwastaNasional.
JurnalFakultasEkonomiUniversitas Islam Indonesia Yogyakarta. http:
// digilib. Uii.acc.id/download/fe/manajemen-hamidah2.pdf.
(diaksestanggal 1 Desember 2013).
Rahardi, F., 1999. Agribisnis Tanaman Buah. Penebar Swadaya.
Jakarta.Rianto, E dan Purbowati, F. 2009. Panduan Lengkap Sapi
Potong. Penebar Swadya. Jakarta
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan
Analisis Funsi Cobb-Douglass. Ed. Rev. Cetakan III. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Sugeng, Y. B. 1992. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yusdja, Y. dan N. Ilham. 2007. Suatu Gagasan Tentang Peternakan
Masa Depan dan Strategi Mewujudkannya. Forum Penelitian Agro
Ekonomi Vol. 25 No 1: 1928