LAPORAN PRAKTIKUM PENCAPAN II “ Pencapan Kain Poliester dengan Zat Warna Pigmen ” Disusun oleh : Nama : Grup : 3K-2 Dosen : Sasmaya S.teks Asisten : Hardianto,S.ST,M.Eng Tgl pengumpulan : LABORATORIUM PENCAPAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM PENCAPAN II
“ Pencapan Kain Poliester dengan Zat Warna Pigmen ”
Disusun oleh :
Nama :
Grup : 3K-2
Dosen : Sasmaya S.teks
Asisten : Hardianto,S.ST,M.Eng
Tgl pengumpulan :
LABORATORIUM PENCAPAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2014
I. MAKSUD DAN TUJUAN
I.1. Maksud
Maksud dilakukannya praktikum kali ini adalah agar
praktikkan dapat memahami teori mengenai pencapan kain
poliester menggunakan zat warna pigmen.
I.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum kali ini adalah agar
praktikan dapat menerapkan teori mengenai pencapan
kain poliester menggunakan zat warna pigmen dan hasil
akhir yang dimiliki oleh kain dari hasil evaluasi dari
hasil pencapan.
II. TEORI DASAR
Pencapan adalah suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil dengan
melekatkan zat warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan
motif yang diinginkan. Motif yang akan diperoleh pada kain cap
nantinya harusnya dibuat dulu gambar pada kertas. Kemudian dari
gambar ini masing-masing warna dalam komponen gambar yang akan
dijadikan motif dipisahkan dalam kertas film. Dari kertas film
inilah motif dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini bagian-
bagian yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya
sedangkan untuk bagian-bagian yang merupakan gambar akan berlubang
dan dapat meneruskan pasta cap ke bahan yang akan dicap.
Pencapan dengan zat warna pigmen banyak dilakukan karena
mempunyai beberapa keuntungan antara lain pembuatan pasta
capnya sederhana, tidak perlu pengerjaan iring setelah
pencapan, zat warna dapat dicapkan bersama-sama dengan zat
warna lain tanpa mengubah warna yang lainnya. Namun terdapat
pula kekurangnnya, antara lain hasil pencapan tidak tahan
gosok dan kaku. Pasta cap terdiri dari zat warna pigmen,
binder, pengental dan katalis. Zat pengikat pada umumnya
merupakan zat yang larut/terdispersi dalam air dan pada suhu
tinggi akan berpolimer. Pengental yang digunakan dalam
pencapan ini menggunakan pengental emulsi, pengental emulsi
adalah dispersi dari zat cair didalam zat cair lai dan tidak
saling melarutkan. Pencapan menggunakan pengental emulsi
menghasilkan pegangan yang lemas. sedangkan katalisnya
adalah senyawa yang pada pemanasan tinggi dapat memberikan
reaksi asam.
II.1. Pencapan dengan Zat Warna Pigmen
Pencapan dengan zat warna pigmen dapat digunakan pada semua
jenis serat. Zat warna pigmen tidak mempunyai afinitas
terhadap serat, maka fiksasinya ke dalam serat diperlukan
bantuan zat pengikat yaitu binder. Kekuatan ikatan antara
zat warna pigmen dengan serat tergantung pada daya ikat dari
binder yang digunakan. Oleh karena sifat fiksasi zat warna
pigmen yang demikian, maka zat warna pigmen dapat
diaplikasin pada semua jenis serat termasuk serat-serat
gelas. Ditinjau dari segi ekonomis, metoda pencapan zat
warna pigmen sangat sederhana dan murah. Proses pencucian
yang dimaksudkan untuk menghilangkan sisa-sisa zat warna,
pengental dan zat-zat pembantu, tidak diperlukan pada metoda
pencapan pigmen. Oleh sebab itu metoda ini sangat luas
digunakan dalam industri.
Pengental emulsi dibagi dua jenis, yaitu emulsi air dalam
minyak (w/o) dan emulsi minyak dalam air (o/w). Emulsi air
dalam minyak adalah air merupakan fasa terdispersi dan
minyak sebagai medium terdispersi. Emulsi minyak dalam air
adalah minyak merupakan fasa terdispersi dan air sebagai
medium pendispersi.kesuksesan system pencapan pigmen
didasarkan pada tiga komponen yang sama penting yaitu,
dispersi pigmen, binder dan zat pengikat silang, pengental
dan zat pembantu untuk mendapatkan sifat-sifat yang
disyaratkan.
Dalam perkembangannya, saat ini sudah banyak diproduksi
selain zat warna pigmen sintentik juga binder sintentik yang
lebih menjamin hasil cap sesuai keinginan. Demikian pula
halnya dengan penggunaan pengental, dari mulai pengental
alam berkembang menjadi pengental emulsi air dalam minyak
(w/o), kemudian emulsi minyak dalam air (o/w) dan pada
akhirnya pengental sintetis. Komponen pasta cap pigmen
didasarkan pada tiga hal penting, yaitu : dispersi zat warna
pigmen, binder dan zat pembantu ikatan silang, serta
pengetal yang sesuai. Hasil pencapan pigmen yang baik
ditandai dengan tingkat kecerahan yang tinggi, sifat
pegangan yang tidak kaku dan sifat daya ketahanan yang
tinggi terhadap gosok dan pencucian.(Agus Suprapto,dkk.,
2006, Bahan Ajar Teknologi Pencapan 1)
Binder merupakan zat kimia yang berperan penting dalam
proses pencapan dengan zat warna pigmen untuk meningkatkan
daya ketahanan luntur warna. binder adalah suatu zat yang
akan membentuk lapisan tipis yang terbuat dari makromolekul
rantai panjang yang pada saat diaplikasikan pada tekstil
berwarna.(Agus Suprapto,dkk., 2006, Bahan Ajar Teknologi
Pencapan 1)
Zat warna pigmen adalah zat warna yang tidak larut dalam
air, diperdagangkan dalam bentuk terdispersi kerap disebut
juga emulsi pigmen. Terutama dibuat dari bahan baku
sintetis, selain tersedia cukup banyak warna-warna, untuk
pigmen putih digunakan bahan dasar titanium dioksida,
campuran kupro dan alumunium untuk warna metalik serta besi
oksida untuk mendapatkan warna kecoklatan.
Dalam melakukan pemilihan zat warna pigmen yang penting
diperhatikan selain harganya juga sifat-sifat ketahanan
lunturnya, kecerahannya dan kekuatan pewarnaannya. Pasta cap
yang digunakan sebaiknya mempunyai sifat reologi seperti
plastik, dapat dipindahkan pada tekstil dengan mudah tetapi
penetrasinya terbatas. Jika terjadi perakelan pasta akan
mengencer dan setelah perakelan kembali menjadi solid pada
permukaan kain, sehingga tidak berpenetrasi lebih jauh ke
dalam tekstil hanya tinggal di permukannya saja, sehingga
menghasilkan tingkat pewarnaan yang lebih baik.
Pada penggunaan pengental dispersi, untuk menghindari
ketidakrataan warna pada pencapan kain-kain halus dan kain-
kain hidrofob dan juga terjadinya screen fram marks, dapat
dikombinasikan dengan pengental koloid (misal dari jenis
eter selulosa) yang mengurangi efek pecahnya lapisan pasta
cap. Namun demikian perlu tetap diperhatikan efek pegangan
kaku jika penambahan pengental koloid semakin besar.
Keuntungan dari zat warna pigmen adalah:
Pencapan pigmen ekonomis karena tidak perlu dilakukan
pencucian setelah fiksasi, pengambilan contoh cepat dan
tidak memerlukan waktu yang lama.
Dapat dilakukan pada semua jenis bahan.
Pewarnaan tidak mempunyai banyak masalah.
Lebih ramah lingkungan karena tidak ada proses
pencucian.
Kerugian dari zat warna pigmen adalah:
Hasil celup relatif kaku (apabila tanpa menggunakan
softener )
Tahan luntur tergantung dari konsentrasi dan jenis
binder.
Zat warna hanya menempel pada permukaan kain saja dan
tahan terhadap gosokan jelek. (Diktat pencapan, Agus
suprapto,dkk,2006)
Pigmen terdiri dari beberapa macam :
Endapan zat warna kation ( lakes).
Zat warna basa yang bersifat kation diendapkan suatu
anion misalnya asam fostungs molidat akan memberikan
endapan.
Endapan zat warna anion
Zat warna anion diendapkan dalam barium, endapan garam
logam tersebut tahan terhadap pelarut organik tetapi
biasanya tahan lunturnya kurang baik terhadap asam dan
alkali.
Komplek logam.
Adalah senyawa gabungan atau senyawa kordinat, dimana
molekul zat warna yang mengandung atom oksigen atau
nitrogen mampu memberikan elektron kepada atom logam.
Senyawa netral bebas logam
Merupakan jenis pigmen yang paling banyak dipakai dan
berasal dari sebagian besar zat warna monoazo, diazo dan
beberapa dari golongan azina, indigo dan antrakinon
sehingga warnanya melengkapi seluruh warna spektrum.
(Lubis, Arifin, dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil.
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung)
Zat warna pigmen tidak mempunyai afinitas terhadap semua
serat oleh karena itu maka diperlukan zat pengikat
(binder) yang akan membentuk lapisan film yang sangat
tipis diatas bahan dan membentuk ikatan dengan serat.
Syarat zat pengikat antara lain:
. Gugus reaktif dapat mengadakan ikatan dengan serat
. Daya kohesi adesi pada suptrat
. Tidak berwarna dan stabil
. Daya tahan terhadap hidrolisa terhadap pelarut.
. Tahan terhadap zat kimia, panas dan cuaca.
Binder mempunyai gugus reaktif dalam kopolimer yang akan
membentuk ikatan silang (cross linking) antar molekul-
molekul kopolimer atau dengan hidroksi, amino dan gugus
lainnya dari serat pada saat proses curing. Reaksi ikatan
silang membutuhkan suhu tinggi dan katalis yang bersifat
asam. Katalis yang banyak digunakan pada pencapan dengan
zat warna pigmen adalah diamonium posfat.
Reaksi ikatan silang dari binder terjadi pada kondisi asam
yang dapat digambarkan sebagai berikut :
B−CH2OH + HO−CH2−B B−CH2OCH2−B + HOH pH <5
B−CH2OH + HOB B−CH2−OB + HOH pH <5
Reaksi antara binder dengan serat dapat digambarkan sebagai
berikut :
B−CH2OR + HO−Sel B−CH2−O−Sel + ROH
Dimana R adalah CH3 atau H dan B adalah molekul binder.
Hasil pencapan zat warna pigmen yang baik ditandai dengan
tingkat kecerahan yang tinggi, sifat pegangan yang tidak
kaku, dan sifat daya tahan yang cukup tinggi terhadap
pencucian, kurang baik terhadap gosokan.
Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempengaruhi
kecepatan reaksi tanpa zat tersebut ikut bereaksi
mekanismenya pembentukan ikatan sialang tiga dimensi
diperlukan suasan asam dan suhu tinggi, dan asam ini
diperoleh dari katalisator.
Penggunaan katalisator harus optimum karena bila kurang
maka proses polimerisasi tidak sempurna.
Pengental digunakan untuk mendapatkan kekentalan pasta cap
pada kain atau memindahkan/melekatkan pasta cap pada kain.
Sebagai penetrasi yang baik dan motif yang tajam.
Syarat pengental :
Stabil selama proses pencapan
Tidak berwarna maupun mewarnai ahan tekstil serta
tidak bereaksi dengan zat warna.
Mudah kering dan tidak menimbulkan busa.
Dapar menahan resapan larutan/uap air sehingga
diperoleh motif yang tajam.
Dapat memindahkan zat warna sebanyak mungkin ke bahan
tekstil.
Dapat bercampur dengan baik dengan zat pembantu
tekstil lainnya dan tidak mengadakan
reaksi/antaraksi.
Mudah dihilangkan pada pencucian.
Daya rekat yang baik.
Pengental ada beberapa macam : alam, sintetik,
modifikasi, emulsi, dan semi emulsi.(Diktat Pencapan,
Agus Suprapto,dkk,2006)
II.2. Serat PoliesterDi Inggris dikenal dengan nama Terylene, sedangkan di
Amerika dikenal nama dagang Dacron, dacron dibuat dari
asam tereftalat dan etilena glikol. Sedangkan Terylene
dibuat dari dimetil tereftalat dan etilena glikol.
Namun yang lebih sering ditemu adalah poliester yang
terbuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
Dibuat melalui proses reaksi esterifikasi polimerisasi
dan pemintalan leleh. Poliester terbentuk secara
kondensasi menghasilkan polietilen tereftalat yang
merupakan suatu ester dari komponen dasar asam dan
alkohol yaitu asam tereftalat dan etilena glikol.
nHOOC COOH + nHO(CH2)2OH
( Asam Tereftalat ) ( Etilena Glikol )
OH OC COO(CH2)2O H + (2n-1)H2O
N
II.2.1. Morfologi Serat Poliester
Penampang melintang Penampang membujur
II.2.2. Sifat Fisika
II.2.3. Sifat Kimia
Tidak tahan terhadap alkali kuat,d alam larutan alkali
panas terjadi pengikisan permukaan, digunakan untuk
proses “pengurangan berat”, tahan terhadap asam, larut
dalam metil salisilat dan m cresol, dan bersifat
hidrofob,dicelup dengan zat warna.
II.3. Hghja
III. ALAT DAN BAHAN
III.1. Alat
1) Rakel
2) Screen
3) Kain lap
4) Pengaduk
5) Gelas plastik
6) Gelas piala
7) Gelas ukur
8) Timbangan analitik
9) Mixer
10) Stenter
III.2. Bahan
1) Kain poliester
III.2.1.Bahan Pengental
1) Air
2) Minyak tanah
3) Emulsifier
III.2.2.Bahan Pasta Cap
1) Zat warna pigmen
2) DAP
3) Binder
4) Pengental
IV. RESEP
IV.1. Resep pengental induk
- Emulsifier :
- Minyak tanah :
- Air :
IV.2. Resep pasta pencapan
- ZW pigmen :
- Binder :
- Urea :
- DAP :
- Pengental emulsi :
- Balance :
IV.3. Perhitungan resep
Resep pengental induk
Emulsifier 501000
x50=2,5
Minyak tanah 6001000
x50=30
Air 3501000
x500=17,5
Resep pasta cap (variasi binder dan suhu curing)
Resep 1 2 3 4
Pigmen 201000
x50=1 201000
x50=1 201000
x50=1 201000
x50=1
Pengental
Emulsi
7501000
x50=37,57501000
x50=37,57501000
x50=37,57501000
x50=37,5
Urea 101000
x50=0,5201000
x50=1 301000
x50=1,5401000
x50=2
Binder 1801000
x50=9 1801000
x50=9 1801000
x50=9 1801000
x50=9
DAP (1 :
2 )
201000
x50=1 201000
x50=1 201000
x50=1 201000
x50=1
Waktu
drying
Suhu
curing
Waktu
curing
V. FUNGSI ZAT
a. Emulsifier : zat aktif permukaan untuk
membantu mengemulsikan minyak dan airsehingga akan
terbentuk emulsi antara minyak dan air.
b. Minyak tanah : untuk meningkatkan kekentalan pasta
cap, melekatkan zat warna pada bahan tekstil dan
sebagai pengatur viskositas.
c. Air :
d. Zat warna pigmen : untuk mewarnai serat atau bahan.
e. DAP : sebagai donor asam, yang pada suhu
tinggi akan mengeluarkan asam sebagai syarat
terjadinya fiksasi antara zat pengikat dengan serat.
f. Binder : sebagai zat pengikat yang membentuk
lapisan film/jaringan yang sangat tipis diatas bahan
dan membentuk ikatan dengan serat sehingga hasil
pencapan memiliki ketahanan gosok yang lebih baik.
g. Urea : zat higroskopis untuk menjaga
kelembaban kain.
VI. DIAGRAM ALIR
VII. CARA KERJA
a. Pembuatan Pengental sintetik
- Menimbang pengental sintetik 50 gram.
- Menambahkan sebagian air sampai 350 gram.
- Mengaduk secara merata dengan menggunakan mixer sampai
pengental mengental.
b. Pembuatan Pasta Cap
- Mengambil pengental emulsi yang telah jadi sesuai
dengan kebutuhan,
- Memasukkan zat warna pigmen ke dalamnya dan diaduk
terus sampai semua bagian merata.
- Menambahkan binder, DAP dan urea.
- Menambahkan kembali pengental sebagai balance bila
pasta terlalu cair dan menambahkan air bila pasta
terlalu kental.
c. Pencapan (print)
- Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan
posisi terbuka sempurna dan konstan pada meja cap.
- Meletakkan screen tepat berada pada bahan yang akan
dicap
- Pasta cap ditaburkan pada bagian pinggir screen (tidak
mengenai motif).
- Menahan screen agar tetap mengepres pada bahan,
kemudian dilakukan proses pencapan dengan cara memoles
screen dengan pasta cap menggunakan rakel.
- Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan
menekan ke bawah agar dapat mendorong zat warna masuk
ke motif.
- Screen kemudian dilepaskan ke atas.
- Untuk screen berikutnya (warna berbeda), dipasang
screen dengan memposisikan motif, agar kedua motif
dapat berimpit dengan tepat.
- Melakukan proses pencapan seperti point di atas.
- Setelah selesai, pasta cap dibiarkan pada kain hingga
sedikit mengering untuk kemudian mengangkatnya secara
hati-hati.
- Dilakukan proses pengeringan, dengan predry dalam
mesin stenter.
- Setelah kering, dilakukan proses curing dengan mesin
stenter.
d. Pengujian kain hasil cap
- Ketuaan warna
- Kerataan warna
- Ketajaman warna
- Ketahanan luntur warna terhadap pencucian
- Ketahanan luntur warna terhadap sinar
VIII. DATA PERCOBAAN
IX. DISKUSI
Berdasarkan hasil percobaan pencapan pada kain poliester
dengan zat warna pigmen diperoleh beberapa pembahasan
mengenai ketuaan warna, kerataan warna, ketajaman warna, dan
ketahanan luntur warna baik terhadap pencucian maupun
terhadap gosokan.
8.1 Ketuaan Warna
Dilihat dari hasil pencapan dengan variasi suhu
curing, kain yang diproses dengan suhu curing lebih
tinggi akan menghasilkan warna lebih tua. Warna yang
dihasilkan kain no.2 dengan suhu curing 1400C lebih
tua dibandingkan kain no.1 dengan suhu curing 1200C
begitupun warna yang dihasilkan kain no.4 lebih tua
bila dibandingkan kain no.3.
Sedangkan apabila dilihat dari variasi binder yang
digunakan, penggunaan binder yang semakin banyak
akan berdampak pada hasil celupan yang semakin muda.
Kain no.1 dengan penggunaan binder 100 gram
menghasilkan warna lebih tua bila dibanding kain
no.3 dengan penggunaan binder 200 gram. Begitupun
pada kain no. 2 dengan penggunaan binder 100 gram
menghasilkan warna lebih tua bila dibandingkan
dengan kain no.4 dengan penggunaan binder 200 gram.
Dan apabila dilihat dari percobaan, kain yang
dilakukan proses pencucian memiliki ketuaan warna
yang lebih muda bila dibandingkan kain tanpa proses
pencucian. Hal ini disebabkan karena jaringan tiga
dimensi yang terbentuk dari lapisan film tidak
berikatan silang secara sempurna sehingga zat warna
yang sudah menempel pada permukaan serat mudah
terlepas kembali. Akibatnya kain mudah luntur
danwarna yang dihasilkan lebih muda.
8.2 Kerataan Warna
Kerataan yang dihasilkan pada setiap kain yang dihasilkan
pada pencapan dengan zat warna pigmen pada kain poliester
ini cenderung sama. Warna-warna yang bermigrasi (belobor)
atau keluar dari motif disebabkan pada screen yang
digunakan.
8.3 Ketajaman Warna
Kain yang memiliki ketajaman warna yang paling baik
adalah pada kain dengan penggunaan binder 100 gram dan
dengan suhu curing 1400C. Hal ini disebabkan karena
penggunaan binder yang digunakan optimum. Apabila
penggunaan binder terlalu banyak, warna kain yang
dihasilkan cenderung ke arah muda dan tidak tajam. Selain
itu penggunaan suhu curing yang tinggi akan memudahkan
minyak tanah yang terkandung pada pengental menguap
secara optimum sehingga warna yang dihasilkan semakin
tajam.
8.4 Ketahanan Luntur Warna terhadap Pencucian
Kain yang memiliki ketahanan luntur warna terhadap
pencucian yang paling baik adalah kain no. 4 dengan
penggunaan binder sebanyak 200 gram dan suhu curing 140-0C. Hal ini disebkan karena semakin banyak binder yang
digunakan maka ikatan silang yang terbentuk akan semakin
banyak. Sehingga ikatan antara serat pada kain dengan zat
warna pada pasta cap akan semakin kuat. Selain itu suhu
curing yang tinggi akan memperkuat ikatan yang terbentuk.
8.5 Ketahanan Luntur Warna terhadap Sinar
Untuk ketahanan luntur warna terhadap sinar, kain yang
dihasilkan dari masing-masing variasi memiliki ketahanan
luntur yang sama. Karena dilihat dari hasil evaluasi,
kain dengan penggunaan binder 100 gram dan 200 gram serta
suhu curing 1200C dan 1400C tidak menunjukkan perbedaan