Top Banner
PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA LAMONGAN YANG BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE ARUNA DP 3211.203.006 Dosen Pembimbing: Ir. Muhammad Faqih, MSA, Ph.D Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN PERANCANGAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013
41

PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

Oct 03, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA

PUSAT KOTA LAMONGAN YANG BERBASIS

SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE

ARUNA DP 3211.203.006

Dosen Pembimbing:

Ir. Muhammad Faqih, MSA, Ph.D

Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono

PROGRAM MAGISTER

BIDANG KEAHLIAN PERANCANGAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2013

Page 2: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

Ruang terbuka hijau (green open space) adalah kawasan atau permukaan tanah yang didominasi

oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana

lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian

Dalam skala kota kecil, pengarahan perencaan sebuah ruang terbuka, baik ruang

terbuka hijau, tidak kepada sebagai ruang yang terisolir namun diarahkan kepada

struktur ruang yang menyeluruh (network of space) (Triarso, 2005).

RTH pada pusat Kota Lamongan hanya memiliki 1,98% . Hal tersebut sangat kurang ideal

jika mengkaitkan dengan Permen PU No 5 Tahun 2008 yang menyebutkan perbandingan

RTH adalah 30% dari luas wilayah. Selain itu juga terdapat pertambahan fungsi di dalam

RTH yang sebelumnya hanya memiliki fungsi ecology, kini berkembang dengan memiliki

fungsi socio cultural dan economy.

LATAR BELAKANG

Page 3: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

•Bagaimana pola dan distribusi ruang terbuka hijau pada pusat Kota Lamongan?

•Bagaimana kriteria sebuah ruang terbuka hijau yang berbasis sustainable urban landscape?

•Bagaimana konsep rancangan yang sesuai dengan kriteria-kriteria sustainable urban landscape

diaplikasikan untuk penataan ruang terbuka hijau?

•Bagaimana penataan ruang terbuka hijau yang sesuai dengan kriteria-kriteria sustainable urban

landscape?

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

•Mengidentifikasi pola dan distribusi ruang terbuka hijau pada pusat kota Lamongan.

•Mengidentifikasi kriteria sustainable urban landscape untuk penataan ruang terbuka hijau

pada pusat Kota Lamongan.

•Merumuskan konsep rancangan yang sesuai dengan kriteria-kriteria sustainable urban

landscape diaplikasikan untuk penataan ruang terbuka hijau pada pusat Kota Lamongan.

•Merancang penataan ruang terbuka hijau pada pusat Kota Lamongan yang sesuai dengan

kriteria sustainable urban landscape.

PERTANYAAN PENELITIAN

TUJUAN PENELITIAN

Page 4: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

•Ruang terbuka publik adalah ruang yang dapat diakses oleh masyarakat, baik secara langsung maupun

secara tidak langsung.

•Carr (2000), menyebutkan bahwa sebuah ruang publik harus memiliki sifat responsif, demokratis serta

bermakna. Ruang publik yang responsif artinya harus dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan

kepentingan secara luas. Demokratis yang dimaksud adalah sebagai ruang publik yang harus dapat

dimanfaatkan secara luas (masyarakat umum) tanpa terkotak-kotakan akibat adanya perbedaan sosial,

ekonomi dan budaya.

•Ruang Terbuka Kota terdiri dari 3 bagian: (1) pusat kota, (2) daerah industri, (3) lingkungan perumahan

Referensi: Hakim (2004), Carr (2000), Triarso (2005).

Ruang Terbuka Kota

•Triarso menyebutkan bahwa ruang terbuka kota terdiri dari 3 bagian yaitu pusat kota, industri dan lingkungan

perumahan. Ruang terbuka kota yang sifatnya benar-benar publik adalah ruang terbuka yang berada di pusat

kota.

•Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka ruang terbuka yang berada di pusat kota harus memerhatikan

sifat-sifat dari ruang publik yang dikemukakan oleh Carr yaitu sebuah ruang terbuka publik harus bersifat

responsif dan demokratis agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa terkecuali.

•Dalam hal ini, sifat responsif artinya harus dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan secara

luas. Demokratis yang dimaksud adalah sebagai ruang publik yang harus dapat dimanfaatkan secara luas

(masyarakat umum) tanpa terkotak-kotakan akibat adanya perbedaan sosial, ekonomi dan budaya.

•Dengan demikan, maka sebuah ruang terbuka kota seharusnya memerhatikan sifat responsif dan demokratis

agar sebuah ruang terbuka kota memiliki makna baik sebagai makna manfaat maupun makna sebagai identitas

sebuah kota.

Critical Review

Page 5: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

•Ruang terbuka hijau (green open spaces) adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang

didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau

sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau

budidaya pertanian.

•Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah, dimana 20% diperuntukkan

ruang terbuka hijau milik publik sedangkan sisanya yaitu 10% untuk ruang hijau privat.

•Ruang terbuka hijau pada pusat kota dititkberatkan pada struktur ruang kota secara

menyeluruh. Artinya tidak ada sebuah ruang yang menutupi atau terisolir secara masif.

•Ruang terbuka hijau merupakan sebuah nodes dimana ruang terbuka memiliki aktivitas yang

dinamis serta berada pada lokasi yang strategis.

Referensi: Hakim (2004), Triarso (2005), Lynch (1965)

Ruang Terbuka Hijau

•Sesuai dengan pandangan Triarso tentang tuang terbuka kota, maka pada studi lokasi penelitian, penataan

ruang terbuka hijau dapat diarahkan pada struktur kota yang menyeluruh. Artinya tidak ada batasan secara

fisik yang menyebabkan sebuah ruang terbuka hjau menjadi terisolir secara masif.

•Pandangan tersebut juga dapat dilengkapi dengan teori Kevin Lynch tentang sebuah ruang terbuka hijau

merupakan nodes, dimana terletak pada simpul-simpul keramaian dan lokasi yang strategis.

•Dengan demikian, untuk penataan ruang terbuka hijau pada kota kecil, seperti Kota Lamongan, maka

penataan yang dilakukan adalah penataan yang menyeluruh pada struktur ruang kota dan dititikberatkan

pada lokasi yang strategis sehingga ruang terbuka hijau yang baru akan menjadi sebuah nodes.

Critical Review

Page 6: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

• Sustainable urban landscape is “a sustainable urban landscape achieves the correct balance between

environmental, economic and social needs”

• 4 elemen penting dalam sustainable urban lanscape adalah manuisa, air, tanah dan pemerintah.

• Indikator yang perlu diperhatikan dalam kriteria sustainable urban landscape:

�harus dikurangi atau tidak memiliki emisi CO2

�memiliki kualitas air yang tinggi

�mengintegrasikan lansekap, taman dan atap hijau untuk memaksimalkan keanekaragaman hayati perkotaan dan

mengurangi efek pulau panas perkotaan,

�mengambil dari sumber daya bumi, dengan menggunakan prinsip ekologi perkotaan,

�menyediakan akses mudah dan mobilitas, baik saling terkait, dan menyediakan sistem rendah dampak transportasi

publik yang efisien,

�menggunakan bahan lokal dan regional dan menerapkan sistem prefabrikasi konstruksi modular,

�menciptakan rasa dinamis dari tempat dan identitas budaya otentik.

Referensi: Pineo (2009), Von Borcke (2009), Turner (2009), Jenks, M., Birton, E., William, K. (1996)

Sustainable Urban Landscape

•Terdapat kesamaan pandangan tentang aspek-aspek yang terkandung dalam sustainable urban landscape antara

pandangan Von Borcke, Jenks, M. Birton, E. Willian, K.yaitu aspek ecology, economy dan socio-cultiral.

•Pandangan tersebut dapat dilengkapi dengan pandangan Condon yang menyebutkan bahwa terdapat 4 elemen

penting dalam sustainable urban landscape yaitu manusia, tanah, air dan pemerintah.

•Juga perlu memerhatikan indikator-indikator yang dikemukakan oleh Lehmann dalam konteks sustainable urban

landcscape yang dapat diterapkan di lokasi penelitian.

•Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam konteks sustainable urban landscape peran

stakeholder yang terkait dalam melaksanakan indikator untuk menetukan kriteria sangat penting untuk

menunjang aspek ecologi, economy dan soscio cultural.

Critical Review

Page 7: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

dimana pada pada metode penelitian tersebut menggunakan pendekatan untuk menemukan

dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam observasi pada objek penelitian serta

interaksi yang komunikatif melalui wawancara yang mendalam serta penggunaan data berupa

angka sebagai bahan untuk bagian analisa

metode penelitian secara kualitatif dan kuantitatif

dengan pendekatan post positivistik

Strategi pendekatan ini dideskripsikan sebagai strategi pendekatan yang

memiliki penekanan terhadap subjektivitas namun tergantung nilai-nilai

kultur, budaya, serta tradisi setempat. Dengan demikian, pendekatan ini

mengarah kepada sesuatu yang alamiah namun juga lebih manusiawi.

• Sumber data dari pelaku kegiatan, yang meliputI masyarakat, Pemerintah Daerah

Lamongan sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam hal penataan ruang terbuka hijau kota.

• Sumber data berupa tampilan grafik yang menyajikan keadaan

pada kawasan penelitian yaitu pada kawasan pusat Kota Lamongan, sebagai contoh

yaitu kondisi fisik pada lokasi dan aktivitas kegiatan di dalamnya.

• Sumber data yang menyajikan tulisan, angka, gambar yang terkait dengan

penelitian ruang terbuka hijau pada pusat Kota Lamongan yang berbasis sustainable urban

landscape, meliputi kajian teori serta pendapat para ahli dan pakar, dokumen dari berbagai

instansi pemerintah terkait penelitian.

METODE PENELITIAN

Page 8: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

Sasaran Variabel Definisi Operasional Alat Ukur

Mengidentifikasi bentuk pola dan

pendistribusian ruang terbuka hijau

pada pusat kota Lamongan secara

optimal.

• Luas kawasan pusat kota

• Luas eksisting RTH

• Karakteristik RTH

• Luas wilayah pada pusat kota

• Fakta luas kondisi ruang terbuka hijau

• Ragam karakter dari setia jenis ruang terbuka hijau

• Peta Kabupaten Lamongan

• Jumlah keberadaan RTH

• Jenis RTH

Mengidentifikasi kriteria-kriteria

sustainable urban landscape yang

berpengaruh terhadap penataan

ruang terbuka hijau pada pusat

Kota Lamongan.

Aspek Ekonomi Mengamati segala aktivitas dan jenisnya dalam kegiatan

ekonomi serta mencatat sarana dan prasarana penunjangnya

sebagai upaya pembentukan laju aspek ekonomi

berkelanjutan.

• Jenis dan aktivitas perekonomian

• Sarana dan prasarana yang

menunjang

• Laju perekonomian

Aspek Sosial Melakukan pengamatan lapangan untuk mengamati kondisi

sosial pada lokasi studi kasus dengan penekanan pada

interaksi sosial dan pengaruhnya terhadap kajian penatan

RTH.

Melakukan wawancara dengan stakeholders terhadap nilai

budaya setempat dalam upaya untuk menjaga identitas

kelokalan budaya setempat.

• Aksesbilitas lokasi

• Interaksi sosial

• Kultur budaya

Aspek Lingkungan Mengidentifikasi jumlah vegetasi dan jenisnya yang sesuai

dan menampilkan vegetasi lokal untuk menciptakan identitas

dan upaya sebagai preservasi lingkungan setempat.

Melakukan observasi dan wawancara dengan stakeholders

mengenai sudah diterapkannya preservasi lingkungan pada

RTH eksisting.

• Penghijauan

• Iklim

• Keteduhan

• Preservasi lingkungan

VARIABEL PENELITIAN

Page 9: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

Teknik Analisa Data Output yang Diharapkan

Analisa Tipo Morfologi mengetahui pola ruang terbuka hijau

Analisa Deskriptif Kualitatif mengetahui pendistribusian ruang

terbuka hijau

Analisa Triangulasi Data mengetahui kriteria ruang terbuka

hijau yang berbasis sustainable urban

landscape.

TEKNIK ANALISA DATA

Page 10: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

No. Jenis Taman Luasan (Ha)

1. Jalur Hijau 1,15972. Rotonde 0,21553. Monumen 0,27904. Taman Hutan Kota 0, 36605. Ruang Terbuka 1,12906. Makam 0,4177Jumlah 3,5669

ANALISA DESKRIPTIF KUALITATIF

Luas pusat kota : 160,17 Ha

Luas ruang terbuka hijau : 3,5669 Ha

Maka prosentase ruang terbuka hijau pada

pusat Kota Lamongan adalah 1,98%. Dari

hasil luasan tersebut maka kekurangan

yang harus dipenuhi adalah 28,12% atau ±50,7 Ha ruang terbuka hijau.

Page 11: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

ANALISA TIPO MORFOLOGI PUSAT KOTA

LAMONGAN

Pola jaringan jalan di wilayah perencanaan

dibentuk oleh dua jenis jalan yaitu jalan

utama (main axis) dan jalan cabang

(sub axis). Jalan utama terdiri dari Jalan JA

Suprapto, Jalan Veteran, Jalan Sudirman,

Jalan Basuki Rahmat, Jalan Sumargo, Jalan

Lamongrejo dan Jalan Sunan Drajad. Jalan

tersebut menjadi jalan induk yang

membentuk pola linier pertumbuhan lahan

terbangun, yang terlihat pada blok

perdagangan dan jasa

Page 12: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI

Jalur Hijau

Jalur hijau merupakan jalur penempatan

tanaman serta elemen lansekap lainnya yang

terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA)

maupun di dalam ruang pengawasan jalan

(RUWASJA). Sering disebut jalur hijau karena

dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman

yang pada umumnya berwarna hijau. Jalur

hijau dapat berada di tepi jalan maupun pada

median jalan tergantung dari pola jalan. Pada

pusat Kota Lamongan, jalur hijau umumnya

berada di tepi jalan yang memiliki fungsi

sebagai peneduh, penyaring gas karbon serta

dapat juga sebagai pengarah. Namun, secara

umum fungsi jalur hijau adalah sebagai

pembentuk iklim mikro pada kawasan

perkotaan. Dengan demikian, jalur hijau lebih

mengedepankan fungsi ecology dibandingkan

dengan fungsi lainnya.

Page 13: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI

Taman Rotonde

Taman rotonde merupakan taman yang

berfungsi sebagai estetika taman kota.

Persebarannya umunya terletak di

persimpangan jalan. Pada pusat Kota

Lamongan, dengan hanya memiliki luas

0,2155 Ha, keberadaan taman rotonde

secara kualitas maupun kuantitas sangat

kurang. Persebaran taman tersebut hanya

berada di titik-titik persimpangan tertentu

sehingga persebarannya kurang merata.

Selain ditempatkan di persimpangan jalan,

taman rotonde juga dapat ditempatkan di

jalan masuk kota. Dengan adanya

penambahan taman rotonde, maka

diharapkan pada setiap persimpangan jalan

akan memiliki taman rotonde yang

berkualitas.

Page 14: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI

Taman Monumen

Taman monumen merupakan taman yang

dibangun sebagai elemen penunjang estetis

dari keberadaan monumen. Taman

monumen umumnya bersifat pasif, artinya

tidak ada kegiatan manusia di dalamnya

sehingga masyarakat tidak dapat

memanfaatkannya sebagai ruang terbuka

publik.

Taman monumen di pusat Kota Lamongan

hanya memiliki luas 0,2790 Ha. Dengan

luasan tersebut taman hanya berfungsi

sebagai taman pasif, padahal taman-

taman tersebut memiliki potensi untuk

dikembangkan menjadi taman yang aktif.

Taman aktif adalah taman yang memiliki

kegiatan manusia secara langsung terkait

fungsi dan penggunaannya.

Page 15: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI

Hutan Kota

Hutan kota merupakan suatu hamparan lahan

yang bertumbuhan pohon-pohon yang

kompak dan rapat di dalam wilayah

perkotaan baik pada tanah negara maupun

tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan

kota oleh pejabat yang berwenang. Hutan

kota di pusat Kota Lamongan hanya memiliki

luasan 0,3660 Ha sehingga secara kuantitas

sangat kurang padahal hutan kota dapat

disebar di beberapa titik pusat kota guna

meningkatkan kualitas iklim mikro kota.

Page 16: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI

Taman Ruang Terbuka

Pada pusat Kota Lamongan ruang terbuka hijau

publik memiliki luasan 1,1290 Ha. Ruang

terbuka hijau publik tersebut adalah alun-alun

dan telaga. Dari bentuk tersebut, RTH yang

benar-benar memiliki kondisi yang ideal

sebagai RTH publik adalah alun-alun dan telaga

Bandung.

Namun perlu diperhatikan bahwa penambahan

secara kuantitas ruang terbuka hijau harus juga

memerhatikan kualitas. Kualitas tersebut juga

harus memerhatikan fungsi ecology, socio

cultural maupun economy seperti penjelasan

sebelumnya sehingga keberadaan sebuah

ruang terbuka hijau dapat mencakup fungsi

ecology,socio cultural dan economy.

Page 17: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI

Taman MakamPada pusat Kota Lamongan, persebaran

makam cukup merata. Namun yang perlu

diperhatikan adalah kondisi makam yang

cenderung kurang terawat. Kondisi tersebut

menjadikan makam kurang berfungsi sebagai

area hijau sehingga peran sebagai salah satu

penjaga iklim mikro kawasan kota menjadi

kurang maksimal. Maka, perlu adanya

penataan makam tidak hanya dari sisi

ecology namun juga memerhatikan sisi socio

cultural dan economy sehingga menjadikan

makam menjadi ruang terbuka hijau yang

sustainable.

Page 18: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI

Alun-alun

Socio-cultural Economy

Berada di persimpangan jalan yang strategis (nodes) sehingga

memberikan aksesbilitas yang cukup mudah untuk pengunjung.

Namun dari sisi area parkir kurang memadai karena

menggunakan sebagian badan jalan sebagai area parkir. Dari sisi

culutral, alun-alun ini masih memertahankan beberapa bangunan

peninggalan kolonial Belanda, yakni tower air yang sekarang

sudah tidak digunakan lagi dan bangunan joglo sebagai tempat

upacara kabupaten sehingga kesan sejarah masih terasa.

Alun-alun merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi

informal yang belum terlalu tertata dengan baik. Masih banyak

aktivitas informal di dalam alun-alun serta penggunaan jalur

pedestrian sebagai area informal sehingga perlu upaya penataan

agar tidak membebani wajah kota dengan aktivitas informal

seperti kegiatan PKL maupun kegiatan parkir yang tidak tertata

secara baik

Kesimpulan: Alun-alun merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang sudah memiliki modal economy dan socio cultural. Namun

perlu upaya penataan agar modal tersebut dapat saling menunjang satu sama lain serta dapat mempercantik wajah pusat kota.

Penataan dari sisi economy dapat dengan penyediaan area PKL yang representatif sebagai economy. Sedangkan sisi socio cultural

dapat mengembangkan ruang terbuka seperti panggung terbuka sebagai pusat kegiatan. Serta juga dapat menjaga keberadaan

bangunan bersejarah di dalam alun-alun dengan tujuan menjaga ekspresi budaya lokal.

Luas : 1 Ha

Berada di kawasan perdagangan, perkantoran dan

permukiman.

Batas Wilayah

Utara : Rumah Dinas Bupati dan Wakil Bupati

(Permukiman)

Selatan : Perkantoran

Barat : Masjid dan Perdagangan

Timur : Perkantoran

Page 19: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

HASIL ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI

Sedapat mungkin, vegetasi yang dipilih harus memerhatikan

karakter jalan sehingga ada kesesuaian antara fungsi vegetasi

dengan karakter jalan. Serta vegetasi yang dipilih juga

sebaiknya adalah vegetasi yang mampu mencerminkan ekspresi

budaya lokal, seperti misalnya sawo kecik. Juga perlu adanya

pemikiran untuk memilih vegetasi yang produktif. Pemilihan

tersebut dilakukan agar vegetasi yang ditanam dapat

bermanfaat untuk masyarakat sehingga ada nilai ekonomi yang

dirasakan terutama untuk jalan lingkungan di area permukiman.

Jalur Hijau

Taman Rotonde

Vegetasi yang dapat dikembangkan selain vegetasi yang estetis juga

vegetasi yang bersifat lokal serta produktif. Serta juga dapat

memanfaatkan vegetasi yang bersifat lokal atau vegetasi yang

mencerminkan kelokalan Lamongan seperti bambu dan sawo kecik.

Sehingga taman rotonde dapat berkembang menjadi taman yang

sustainable.

Page 20: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

HASIL ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI

Taman MonumenTaman monumen di pusat Kota Lamongan dapat

dikembangkan menjadi ruang publik yang aktif seperti

misalnya taman monumen Kadet Soewoko. Dengan

mengangkat tokoh atau sesuatu yang bersifat lokal seperti

misalnya ikon bandeng dan lele maka dapat dijadikan

sebagai taman monumen yang bersifat publik sehingga

masyarakat dapat berinteraksi satu sama lain.

Hutan Kota

Penambahan hutan kota tersebut dapat dikembangkan menjadi ruang

terbuka hijau yang aktif. Hutan kota tidak hanya memiliki fungsi

ecology saja, namun dari pembahan sebelumnya bahwa hutan kota

memiliki otensi untuk dikembangkan menjadi ruang terbuka hijau

yang sustainable dengan memasukkan aspek socio cultural dan

economy. Aspek socio cultural dapat meliputi pemilihan vegetasi lokal,

aksesbilitas di dalam maupun di sekitar hutan kota mudah dan hutan

kota dapat dikembangkan menjadi sarana interkasi masyarakat.

Sedangkan dari aspek economy dapat dikembangkan dengan

pemilihan vegetasi yang produktif serta juga dapat memberikan ruang

untuk PKL dalam kegiatan economy mereka.

Page 21: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

HASIL ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI

Taman Ruang Terbuka

Kelurahan Luas Lahan Area

Permukiman (Ha)

Luas RTH (Ha)

30% x Luas Lahan

Tlogoanyar 10.45 3.135

Sidoharjo 10.2 3.06

Sukomulyo 11.35 3.405

Sukorejo 20.75 6.225

Tumenggungan 12.3 3.69

Jetis 25.7 7.71

Banjarmendalan 14.8 4.44

Sidokumpul 16.2 4.86

Total 132.75 36.525

Page 22: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

HASIL ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI

Taman Makam

Makam tersebut tentunya tidak hanya

dikembangkan secara ecology saja, namun juga

perlu dikembangkan dalam aspek socio cultural

dengan memberi area parkir kendaraan yang jelas,

memberi kemudahan dalam aksesbilitas dan

sirkulasi di dalam makam. Sedangkan

pengembangan aspek economy adalah dengan

memberi ruang bagi PKL bunga musiman di sekitar

area makam. Pemberian ruang tersebut penting

dilakukan untuk mengakomodasi masyarakat

sekitar dalam memanfaatkan area makam sebagai

area economy mereka. Juga, perlu dilakukan

pemilihan vegetasi yang produktif di sekitar makam

guna masyarakat sekitar dapat mendapat manfaat

langsung dari adanya vegetasi tersebut.

Page 23: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

HASIL ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI

RTH dengan Fungsi TertentuPada area bantaran sungai dapat dikembangkan

ruang terbuka yang aktif dengan memanfaatkna

jalur bantaran sungai. Pengembangan bantaran

sungai menjadi ruang terbuka yang aktif juga

merupakan salah satu inovasi yang dapat dilakukan

untuk memberi ragam atau bentuk ruang terbuka

hijau.

Page 24: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

Hasil Analisa Tipologi Geometri dan Spasial Ruang Terbuka Hijau

Page 25: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

Hasil Analisa Tipologi Geometri dan Spasial Ruang Terbuka Hijau

Page 26: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG

BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE

Page 27: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG

BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE

Page 28: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG

BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE

Page 29: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG

BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE

Page 30: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG

BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE

Page 31: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG

BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE

Page 32: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG

BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE

Page 33: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG

BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE

Page 34: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

PENATAAN JALUR HIJAU

Page 35: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

PENATAAN TAMAN KOTA

Page 36: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

PENATAAN ALUN-ALUN

Page 37: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

PENATAAN HUTAN KOTA

Page 38: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

PENATAAN TAMAN MAKAM

Page 39: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

PENATAAN BANTARAN SUNGAI

Page 40: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

•Identifikasi distribusi ruang terbuka hijau menunjukkan bahwa persebaran ruang terbuka hijau belum merata di seluruh

area pusat kota, hanya pada area tertentu dengan luasan 3,5669 Ha dari luas pusat kota.

•Hasil analisa tipologi menunjukkan bahwa:

oRuang terbuka hijau di pusat Kota Lamongan memiliki 6 tipe yaitu jalur hijau, taman rotonde, taman monumen, hutan

kota, taman ruang terbuka dan taman makam.

oBeberapa dari ruang terbuka hijau yang ada, seperti alun-alun, Telaga Bandung, hutan kota, tidak hanya memiliki modal

ecology namun juga modal socio cultural dan economy sehingga dapat dikembangkan menjadi ruang terbuka hijau yang

sustainable.

oIdentifikasi tipo morfologi spasial ruang terbuka hijau di pusat Kota Lamongan menunjukkan bahwa memiliki sebuah tipe

square dan linier. Tipe square dimiliki oleh alun-alun sedangkan sisanya adalah berbentuk linier.

•Kekurangan dari jumlah minimal ruang terbuka hijau dapat dilakukan dengan penambahan ruang terbuka hijau.

Penambahan tersebut dapat dilakukan pada dengan cara:

oMeningkatkan jalur hijau pada jalan lingkungan permukiman.

oMeningkatkan taman rotonde pada setiap persimpangan jalan di pusat Kota Lamongan.

oMeningkatkan taman monumen dengan mengangkat ikon budaya Lamongan untuk kemudian dijadikan sebagai taman

monumen yang bersifat publik.

oMeningkatkan jumlah hutan kota untuk mendukung dan menjaga iklim mikro kota.

oMeningkatkan jumlah ruang terbuka publik yang dimulai dari play ground per 250 KK, taman olah raga, taman kota.

oMengoptimalkan ruang terbuka privat di setiap bangunan dengan memaksimalkan peraturan koefisien dasar bangunan

sebesar 70% di pusat Kota Lamongan.

•Untuk menuju ke konsep penataan, terdapat kriteria-kriteria ruang terbuka hijau sustainable urban lanscape yang dapat

dijadikan dasar untuk merumuskan konsep penataan yang terbagi melalui aspek internal dan aspek eksternal..

•Konsep penataan ruang terbuka hijau dapat dijadikan acuan untuk pengembangan ruang terbuka hijau selanjutnya.

Bahwa ruang terbuka hijau merupakan ruang publik yang telah berkembang fungsinya.

KESIMPULAN

Page 41: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA …

a.Pemerintah

•Melakukan langkah untuk segera menyusun dan melakukan perencanaan ruang terbuka hijau di pusat Kota

Lamongan yang berbasis sustainable urban landscape.

•Melakukan peninkatan kualitas maupun kuantitas ruang terbuka hijau setelah penyusunan perencanaan

selesai dilakukan.

• Melakukan langkah strategis terkait mekanisme instensif dan disintensif bagi masyarakat

untuk meningkatkan pentingnya keberadaan ruang terbuka hijau.

b. Masyarakat

• Masyarakat untuk selalu mendukung upaya peningkatan ruang terbuka hijau melalui

peran serta yang aktif melalui komunitas yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau

dalam rangka menata ruang terbuka hijau yang berbasis sustainable urban landscape.

• Masyarakat harus menyadari akan pentingnya ruang terbuka hijau dalam menunjang

kehidupan masyarakat baik dari sisi ecology, socio cultural maupun economy.

SARAN