1 PENATAAN DAN PENGADMINISTRASIAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM KIMIA A. Penataan Alat Laboratorium Penataan (ordering) alat dimaksudkan adalah proses pengaturan alat di laboratorium agar tertata dengan baik. Dalam menata alat tersebut berkaitan erat dengan keteraturan dalam penyimpanan (storing) maupun kemudahan dalam pemeliharaan (maintenance). Keteraturan penyimpanan dan pemeliharaan alat itu, tentu memerlukan cara tertentu agar petugas lab (teknisi dan juru lab) dengan mudah dan cepat dalam pengambilan alat untuk keperluan kerja lab, juga ada kemudahan dalam memelihara kualitas dan kuantitasnya. Dengan demikian penataan alat laboratorium bertujuan agar alat-alat tersebut tersusun secara teratur, indah dipandang (estetis), mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak terhalangi atau mengganggu peralatan lain, terpelihara identitas dan presisi alat, serta terkontrol jumlahnya dari kehilangan. Untuk memahami tentang penataan peralatan laboratorium dengan baik diharapkan anda terlebih dahulu mempelajari bagian Pengenalan dan Penggunaan Alat laboratorium. Dalam bagian ini hanya diperkenalkan beberapa contoh alat secara terbatas untuk kepentingan pembahasan tentang penataannya. Di laboratorium terdapat berbagai macam fasilitas umum lab maupun peralatan. Beberapa contoh penataan fasilitas umum lab sudah dikemukakan sebelumnya, pada bagian ini pembahasan akan difokuskan pada penataan alat. Beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan di dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya, diantaranya adalah : 1. Fungsi alat, apakah sebagai alat ukur ataukah hanya sebagai penyimpan bahan kimia saja 2. Kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENATAAN DAN PENGADMINISTRASIAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM KIMIA
A. Penataan Alat Laboratorium
Penataan (ordering) alat dimaksudkan adalah proses pengaturan alat di
laboratorium agar tertata dengan baik. Dalam menata alat tersebut berkaitan
erat dengan keteraturan dalam penyimpanan (storing) maupun
kemudahan dalam pemeliharaan (maintenance). Keteraturan penyimpanan
dan pemeliharaan alat itu, tentu memerlukan cara tertentu agar petugas lab
(teknisi dan juru lab) dengan mudah dan cepat dalam pengambilan alat
untuk keperluan kerja lab, juga ada kemudahan dalam memelihara kualitas
dan kuantitasnya. Dengan demikian penataan alat laboratorium bertujuan
agar alat-alat tersebut tersusun secara teratur, indah dipandang (estetis),
mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak terhalangi atau
mengganggu peralatan lain, terpelihara identitas dan presisi alat, serta
terkontrol jumlahnya dari kehilangan.
Untuk memahami tentang penataan peralatan laboratorium dengan baik
diharapkan anda terlebih dahulu mempelajari bagian Pengenalan dan
Penggunaan Alat laboratorium. Dalam bagian ini hanya diperkenalkan
beberapa contoh alat secara terbatas untuk kepentingan pembahasan
tentang penataannya.
Di laboratorium terdapat berbagai macam fasilitas umum lab maupun
peralatan. Beberapa contoh penataan fasilitas umum lab sudah
dikemukakan sebelumnya, pada bagian ini pembahasan akan difokuskan
pada penataan alat. Beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan di
dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya, diantaranya adalah :
1. Fungsi alat, apakah sebagai alat ukur ataukah hanya sebagai
penyimpan bahan kimia saja
2. Kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian
2
3. Keperangkatan
4. Nilai/ harga alat
5. Kuantitas alat termasuk kelangkaannya
6. Sifat alat termasuk kepekaan terhadap lingkungan
7. Bahan dasar penyusun alat, dan
8. Bentuk dan ukuran alat
9. Bobot / berat alat
Pada praktisnya untuk melakukan penataan / penyimpanan alat tidak dapat
digunakan secara mutlak menurut fungsinya saja atau menurut kecanggihan
dan sifatnya saja. Cara terbaik disarankan mengkombinasikan di antara
aspek-aspek tersebut. Ketidak mutlakan dalam menerapkan aspek di atas
dalam menentukan penataan alat sangat nampak sekali dalam mata
pelajaran sains lainnya seperti fisika dan biologi. Dalam lab fisika penataan
alat seringkali dikelompokkan atas dasar jenis percobaan seperti alat-alat
untuk percobaan listrik, magnet, optik, panas, cahaya dst. Demikian untuk
alat-alat biologi dikelompokkan secara khas pula seperti penataan untuk
alat-alat genetika, ekologi, fisiologi juga ada model, awetan, gambar dst.
Kembali pada sembilan aspek di atas, suatu alat ada yang memiliki satu
fungsi dan yang multi fungsi. Misalnya buret hanya dapat digunakan untuk
mengukur volume zat cair saja, sedangkan pH meter dapat digunakan untuk
mengukur pH dan juga mV, demikian juga multimeter (AVO-meter) dapat
digunakan untuk mengukur kuat arus listrik (mA, A), tegangan listrik (mV,
V), dan tahan listrik (ohm). Tentu kalau penyimpanan alat mengacu atas
dasar fungsi alat, maka akan diperoleh jumlah kelompok alat yang relatif
banyak sesuai konsep-konsep kimia yang harus dipelajari. Oleh karena itu
pengelompokkan berdasarkan fungsi alat cukup kita bagi menjadi alat yang
berfungsi sebagai alat ukur dan alat bukan alat ukur. Tentunya
penyimpanan alat ukur harus ditempatkan pada wadah/tempat khusus yang
dapat menjaga keamanan komponen alat yang memberi informasi kuantitas
dan ketelitian pengukuran. Bagian-bagian buret yang harus dijaga misalnya
3
adalah skala dan ujung buret yang menuju kran. Seringkali buret yang
sudah lama dipakai, warna skalanya tidak nampak jelas. Jika anda
menemukan kasus tersebut, gosokan spidol yang tintanya tidak luntur air
pada goresan-goresan skala agar mengisi lekukannya hingga garis-garis
skala tampak jelas. Hati-hati gosokan spidol jangan melebar ke luar skala,
sehingga menutupi permukaan buret. Demikian ujung buret pada bagian
kran mudah patah kalau menyenggol benda lain, juga tutup kran seringkali
macet. Olehkarena itu buret harus disimpan secara khusus pada rak buret.
Rak tersebut dapat menyangga kedua ujung buret, sehingga bagian ujung
yang mudah patah terlindungi. Di samping harus aman dalam
penyimpanan, buret harus terpelihara. Agar krannya tidak macet, maka
sumbat kran harus diolesi dengan vaselin.
Ada dua macam pH meter yaitu pH meter yang memiliki pembacaan skala
menggunakan jarum dan ada pula menggunakan layar/panel LCD (liquid
Crystal Display) yang dinamakan pH meter digital. Ada pH meter yang
khusus mengukur harga pH suatu zat ada juga yang mampu mengukur
harga pH dan potensial zat (mV). Kedua jenis pH meter ini harus
dioperasikan dengan menggunakan sumber listrik baterei atau listrik arus
AC (Alternating Current), juga perangkat elektrode gelas dan panel skala pH
dalam keadaan terpisah. Tipe pH meter lainnya dinamakan pH-meter stick,
dimana pada alat ini elektrode gelas dan panel pH digabung menjadi satu
kesatuan. pH meter stick ini dioperasikan dengan batu baterei dan hanya
berfungsi untuk mengukur pH. Demikian kerusakan yang terjadi pada pH
meter seringkali terletak pada panel/jarum skala pH akibat penggunaan
voltase listrik terlalu besar, dan pecahnya elektrode gelas yang
permukaannya pipih membentur wadah zat saat pengukuran atau
menyenggol benda lain saat penyimpanan. Oleh karena itu pH meter
hendaknya disimpan pada wadah primer (dus bawaan dari pabrik) dan
ditempatkan pada cabinet sebagai wadah sekunder. Pemeliharaan yang
harus dilakukan terhadap pH meter yaitu selalu menempatkan silika gel
sebagai bahan penyerap uap air pada wadah primer, juga elektrode gelas
4
jangan sampai kering dari larutan KCl jenuh. Demikian buku manual alat
jangan sampai hilang, karena di dalamnya berisi informasi tentang cara-cara
mengoperasikan alat juga cara mengkalibrasi. Untuk keperluan kalibrasi pH
meter biasanya dari pabrik alat tersebut sudah dikemas bahan kimia
(serbuk) untuk membuat larutan buffer pH 4 dan pH 9 (pH rendah dan pH
tinggi). Demikian alat lab yang berfungsi sebagai alat ukur harus mendapat
perhatian lebih dalam mempertimbangkan penyimpanan, penataan dan
pemeliharaannya dibandingkan dengan alat lab bukan alat ukur. Tabel-5.1
memperlihatkan beberapa contoh fungsi alat ukur dan penyimpanannya.
Tabel-5.1. Alat-alat Ukur Kimia dan Cara Penyimpanannya
Nama Alat Gambar Alat Fungsi Penyimpanan /Pemeliharaan
Neraca Analitik Digital
dan
Neraca Analitik Ayun
Mengukur massa benda
Di ruang timbang dengan
meja beton (meja tidak terpengaruh getaran) dan
terhindar suhu tinggi
pH meter digital
Mengukur pH larutan
Cabinet, kering, elektroda
terlindungi dan tidak kering dari
larutan KCl jenuh
5
Nama Alat Gambar Alat Fungsi Penyimpanan /Pemeliharaan
Gelas ukur
Mengukur Jumlah
Volume cairan
Lemari rak
(shelves)
Labu ukur
Menentukan konsentrasi larutan baku
Lemari rak
(shelves)
Pipet ukur
Mengambil volume cairan
Rak pipet
Dalam laboratorium kimia terutama di Lembaga-lembaga Penelitian dan
Lab Industri banyak alat yang memiliki kualitas tinggi. Dalam hal ini kualitas
berkaitan dengan kecanggihan dan ketelitian (precison) alat. Beberapa
alat kimia canggih misalnya FT-NMR (Fourier Transform Nuclear Magnetic
corong tistel, pendingin Liebig, botol timbang dsb. Alat-alat dengan bahan
dasar logam misalnya kaki tiga, statif, tang krus, pinset, ring, klem tiga jari,
kawat kasa, spatula, dll. Alat-alat yang terbuat dari kayu misalnya rak
tabung reaksi, rak buret, rak pipet, rak pengeringan dll. Demikian alat-alat
yang terbuat dari plastik misalnya botol semprot, botol reagen, botol tetes,
corong, Alat yang terbuat dari porselen misalnya krus, corong Buchner,
lumpang dan alu, pelat tetes, cawan penguap, dll. Alat yang terbuat dari
karet misalnya ball pipet. (lihat Bab III : Tabel 3.1: Beberapa alat kimia di
laboratorium kimia berdasarkan kelompok bahan dasarnya).
Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu alat kita dapat menentukan
atau mempertimbangkan cara penyimpanannya. Alat yang terbuat dari
logam tentunya harus dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas atau
porselen. Jadi alat seperti kaki tiga harus dikelompokkan dengan statif atau
klem tiga jari karena ketiganya memiliki bahan dasar yang sama yaitu
logam, sedangkan gelas kimia dikelompokkan dengan labu erlenmeyer dan
labu dasar rata karena bahan dasarnya gelas.
Belumlah cukup hanya dengan memperhatikan bahan dasar dari alat,
namun penyimpanan alat yang memiliki bahan dasar yang sama harus
10
ditata kembali. Jika tempat penyimpanan kaki tiga dan klem tiga jari adalah
menggunakan lemari rak, maka tahapan rak untuk kaki tiga harus berbeda
dengan tahap rak klem tiga jari, akan tetapi kedua tahap rak harus
berdekatan.
Dengan memperhatikan bahan dasar alat pula, peralatan yang terbuat dari
logam umumnya memiliki bobot lebih tinggi dari peralatan yang terbuat dari
gelas atau plastik. Oleh karena itu dalam penyimpanan dan penataan alat
aspek bobot benda perlu juga diperhatikan. Janganlah menyimpan alat-alat
yang berat di tempat yang lebih tinggi, agar mudah diambil dan disimpan
kembali.
Di samping aspek-aspek yang telah dikemukakan, aspek lainnya yang
perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan dan penataan alat adalah
bentuk dan ukuran alat. Misalnya labu erlenmeyer dikenal ada yang
memiliki bentuk mulut lebar dan mulut kecil, demikian ada yang berukuran
100 mL, 250 mL, 500 mL dst. Oleh karena itu jika labu erlenmeyer
disimpan pada satu tahap rak, maka pada tahap rak itu pula harus ditata
kelompok labu erlenmeyer yang bermulut lebar berukuran 100 mL, 250 mL,
dan 500 mL masing-masing secara terpisah; juga ditata labu erlenmeyer
bermulut kecil dengan ukuran 100 mL, 250 mL, dan 500 mL secara
terpisah.
Dari uraian yang telah dikemukakan, yang menjadi kunci dalam melakukan
penyimpanan dan penataan alat lab dengan baik dan lancar, manakala
petugas/pengelola lab mengenali dan memahami dengan baik karakteristik
dari masing-masing alat. Karakteristik dari suatu alat dinamakan
spesifikasi alat. Setiap alat lab harus dibuatkan spesifikasinya, yaitu
informasi-informasi yang memberikan gambaran tentang suatu alat,
sehingga dari peciri tersebut secara spesifik alat itu terbedakan dari alat
lain. Alat sederhana tentunya memiliki spesifikasi lebih sederhana dari alat
rumit. Spesifikasi alat ini harus dimuat dalam kartu alat, dimana setiap alat
harus memiliki satu kartu. Jika di suatu lab telah dibuatkan kartu-kartu
11
spesifikasi alat, maka pada saat penyimpanan dan penataan petugas lab
harus mencatat data alat pada kartu tersebut.
Literatur alat laboratorium dikenal dengan nama katalog. Di dalam katalog
itu terhimpun secara lengkap tentang informasi tentang spesifikasi alat
hingga harganya. Untuk memperoleh katalog biasanya dilakukan dengan
menyurati perusahaan (supplier) alat lab, biasanya pihak perusahaan akan
memberikan secara cuma-cuma. Miliki katalog alat terbaru karena pada
katalog tersebut industri alat akan memuat produk-produk terbarunya.
Katalog alat-alat penelitian canggih seperti FT-IR, NMR dibuat secara
khusus untuk setiap alat. Seringkali alat canggih merupakan alat
keperangkatan, sehingga banyak komponen yang harus diperhatikan
jangan sampai terlewatkan. Kekurangan komponen kecil, biasanya alat
tersebut tidak dapat dioperasikan. Oleh karena itu terutama dalam
pemesanan alat canggih, kerincian spesifikasi alat sangat diperlukan.
Perusahaan alat hanya memberikan alat sesuai spesifikasi yang diajukan
pemesan. Jika komponen kecil suatu alat tercantum dalam spesifikasi yang
diusulkan, tetapi waktu pengiriman alat ternyata terlewatkan, maka
pemesan dapat mengusulkan komponen tersebut untuk dilengkapi. Di
samping itu lengkapnya penulisan spesifikasi alat akan memudahkan
dalam pemesanan suku cadang.
Di bawah ini disajikan beberapa contoh katalog alat laboratorium serta
satu contoh cara menuliskan spesifikasi alat.
12
Katalog Alat-alat Lab Alkin P.T. (2003). Katalog Peralatan. Bandung : PO Box 1495 Jl.
Pasteur 15 Bandung
Cole-Palmer. (2003-2004). Instruments Company. 625 East Bunker Court. Vernon Hills, Illinois 60061 USA. Phone (078) 594-7600. After June 20 1996. Phone (847) 549-7600 Fax. (847) 549-1700.
Catalog. (2003). Instruments for Research and Industry Tools For Scientist. 12R Inc. PO Box 159 CD Cheltenham PA 19012.
CP Instrument Company Limited. (2003/2004). Products For Science. England.
CP Instrument Company Limited. (2003). The Thermometry Books. England.
Depdikbud, (1993), Buku Katalog Alat Pendidikan IPA untuk SMP dan SMA Jakarta : Dikdasmen-Dikmenum.
Elex Media Komputindo Katalog. PT. (2003-2004). Kelompok Gramedia. Jl. Palmerah Selatan 22 Lt. 6 Jakarta 10270 Telp. 5480888).
EYELA. (2003). Price List. Tokyo (PT Indo Aktivina. WIsma Benhil Lantai 7 Jl. Jenderal Sudirman Kav 36 Jakarta Pusat).
Fisher. (2003). (PT. Sardo Ganesha Perdana Jl. Sunda 57 Telp. 59310 Bandung 40112).
Fisons-Gallenkamp-Griffin & George. (PT. Amal Parlagutan Niaga PO Box 2344 Jakarta 10001 Indonesia Telp. (021) 829-6312).
Gama Gede. CV. (2003). Daftar Harga. Jl. Semar No. 10 bandung. Tlp. (022) 619594, 637173. Fax. (022) 619504 Bandung 40172.
Griffin & George. Daftar alat-alat Lab dan Alat-alat pelajaran Praktek IPA/SLU untuk SLP dan SLA.
Kontes.. (2003). Microflux Microscale Organic Chemistry Kits By Kenneth L. Williamson, Mount Holyoke College Cloth. heath and Company, Lexington, MA 02173.
Medilab. CV. (2003). Pricelist Alat Laboratorium. Medilab Laboratory abd Scientific Supplier. Pyrex, Wertheim, Schott/jena, RRC, Hanna Instrument. Jl. Terusan Galunggung No. 11 Bandung 40263 Tlp. (022) 306669.
Sargent-Welch. (2003-2004). Scientific Company International Headquarters. NJ : 07080 USA PO Box 1002 South Plainfield. (CV Sumber Karya Jl. Batu Ceper No. 2 B/C Telp. 363081 Bogor).
13
B. Penataan Bahan Kimia
Bahan kimia yang ada di lab jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah
peralatan. Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat
menimbulkan resiko bahaya cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan
lab aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia
merupakan bagian penting yang harus diperhatikan.
Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan
penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation),
tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas
Temp. Compensation : Automatic (with ATC probe) or manual, 0 to 100 oC
Calibration points : Automatic at pH 1.68; 4.01; 7.00; 10.01 and 12.45 Power : Four 1.5 V AAA batteries (included) or 110 or 220 VAC (with adapter sold separatory at left) Batterey life : 50 hours continuous Dimension : 8.9 cm W x 18.7 cm H x 4.4 cm D Shpg wt : Meters 0.7 kG; Kits 1.7 kG.
14
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis
tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses
pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila
bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya
terutama tingkat kebahayaannya.
Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus
disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain
seperti api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia.
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya.
Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko
bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable
dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi
daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena
harus ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable
daripada disimpan pada cabinet bahan toxic. Berikut ini merupakan
panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam
kaitan dengan penyimpanannya.
Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas.
Label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal
diterima dan dipakai. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-
masing kelompok bahan tersebut diberi label dengan warna berbeda.
Misalnya warna merah untuk bahan flammable, kuning untuk bahan
Bahan Radioaktif > Bahan Piroforik > Bahan Eksplosif >
Cairan Flammable > Asam/basa Korosif > Bahan Reaktif
terhadap Air > Padatan Flammable > Bahan Oksidator >
Bahan Combustible > Bahan Toksik > Bahan yang tidak
memerlukan pemisahan secara khusus
15
oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau
untuk bahan yang bahayanya rendah.
label bahan flammable label bahan oksidator
label bahan toksik label bahan korosif
Gambar 5.1. Label bahan dengan tingkat bahaya rendah
Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol
reagen jauh lebih penting. Informasi yang harus dicantumkan pada botol
reagen diantaranya :
- Nama kimia dan rumusnya - Konsentrasi - Tanggal penerimaan - Tanggal pembuatan - Nama orang yang membuat reagen - Lama hidup - Tingkat bahaya - Klasifikasi lokasi penyimpanan - Nama dan alamat pabrik
Sebaiknya bahan kimia ditempatkan pada fasilitas penyimpanan secara
tertutup seperti dalam cabinet, loker, dsb. Tempat penyimpanan harus
16
bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar
matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan
ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan.
Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan pula dalam wadah
sekunder seperti baki plastik untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat
bocor atau pecah. Wadah sekunder yang diperlukan harus didasarkan atas
ukuran wadah yang langsung diisi bahan kimia, tidak atas dasar volume
bahan cair yang ada dalam wadahnya. Ukuran wadah bahan primer yang
perlu disediakan wadah sekundernya yaitu :
1. Cairan radioaktif ketika wadah berukuran 250 mL
2. Semua cairan berbahaya lain untuk wadah 2,5 L
Secara umum pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan
wadah sekunder adlah :
1. Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi misalnya
alkohol, eter, trikloroetan, perkloroetan dsb.
2. Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam
sulfat, asam florida, asam fosfat dsb.
3. Basa-basa pekat misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan
kalium hidroksida.
4. Bahan radioaktif
Bahan kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, dan bahan
kimia yang rusak harus dibuang melalui unit pengelolaan limbah. Ingat
bahwa biaya pembuangan bahan kimia akan meningkat jika ditunggu
sampai waktu cukup lama, oleh karena itu limbah kimia harus dibersihkan
setiap saat.
Inventarisasi harus dilakukan terhadap bahan kimia yang ada di
laboratorium. Perbaharui label-label yang rusak secara secara periodik.
Inventarisasi harus melibatkan nama bahan, rumus, jumlah, kualitas, lokasi
penyimpanan, dan tanggal penerimaan, nama industri, bahaya terhadap
kesehatan, bahaya fisik, lama dan pendeknya bahaya terhadap kesehatan.
17
Di suatu laboratorium, MSDS (Materials Safety Data Sheets) atau sumber
lain yang memberikan informasi tentang resiko bahaya dari setiap bahan
harus ada. Hubungi rumah sakit terdekat untuk mendapatkan informasi itu,
atau jalin hubungan dengan Rumah Sakit untuk mempermudah penanganan
jika terjadi kecelakaan di laboratorium. Di dalam MSDS biasanya terdapat
informasi tentang nama produk dan industri, komposisi bahan, identifikasi
tingkat bahaya, pertolongan pertama bila terkena bahan itu, cara menangani
kecelakaan, penanganan dan penyimpanan, cara perlindungan fisik,
kestabilan dan kereaktifan, informasi toksikologi, ekologi, transportasi,
pembuangan dan aturan pemerintah yang diberlakukan.
Berikut ini akan dibahas tentang panduan cara penyimpanan dan penataan
bahan kimia untuk masing-masing bahan menurut kelompok tingkat
bahayanya.
1. Penyimpanan dan penataan bahan kimia radioaktif
Tidak sembarangan laboratorium dapat membeli, menggunakan,
menyimpan dan membuang bahan radioaktif. Bahan tersebut dapat
diadakan di suatu lab makala mendapat izin dari Departemen
Kesehatan khususnya bagian radiasi. Sekalipun di laboratorium sekolah
bahan ini tidak tersedia, tidak ada salahnya bagi anda mengetahui cara
penyimpanannya. Bahan radioaktif harus disimpan di suatu tempat
yang terawasi dan terjaga keamanannya dari kehilangan oleh orang
yang tak bertanggung jawab. Pada tempat penyimpanan harus
dituliskan kata “HATI-HATI BAHAN RADIOAKTIF ( CAUTION
RADIOACTIVE MATERIALS)”. Catat jumlah nyata dan perhatikan batas
jumlah penyimpanan yang diperbolehkan. Hubungi Radiation Safety
Officer untuk memperoleh informasi rinci tentang penggunaan dan
penyimpanan bahan radioaktif tersebut.
18
2. Penyimpanan dan penataan bahan kimia reaktif
Bahan reaktif dikategorikan sebagai bahan yang bereaksi sendiri atau
berpolimerisasi menghasilkan api atau gas toksik ketika ada perubahan
tekanan atau suhu, gesekan, atau kontak dengan uap lembab.
Biasanya bahan reaktif memiliki lebih dari satu macam kelompok bahan
bahaya, misalnya bahan tersebut termasuk padatan flammable juga
sebagai bahan yang reaktif terhadap air, karena itu memerlukan
penanganan dan penyimpanan secara khusus. Biasanya sebelum
menentukan cara terbaik dalam penyimpanan bahan kimia reaktif,
terlebih harus menentukan bahaya spesifik dari bahan itu.
Bahan kimia reaktif biasanya dikelompokkan menjadi bahan kimia
piroforik, eksplosif, pembentuk peroksida, dan reaktif air. Bahan
piroforik adalah bahan yang dapat terbakar ketika kontak dengan udara
pada suhu < 54,44 0C. Bahan kimia piroforik ada yang berupa padatan
seperti fosfor, cairan seperti tributilaluminium atau gas seperti silan.
Bahan piroforik harus disimpan di dalam cabinet flammable secara
terpisah dari cairan flammable dan cairan combustible. Unsur fosfor
harus disimpan dan dipotong dalam air. Demikian gas silan harus
disimpan secara khusus.
Bahan eksplosif adalah bahan yang dapat menimbulkan ledakan.
Ledakan tersebut diakibatkan oleh penguraian bahan secara cepat dan
menghasilkan pelepasan energi dalam bentuk panas, api dan
perubahan tekanan yang tinggi. Banyak faktor yang menyebabkan
suatu bahan dapat meledak, sehingga menyulitkan dalam
pengelompokkan bahan eksplosif ini. Faktor yang menunjang timbulnya
ledakan dari bahan kimia di laboratorium diantaranya adalah : (1)
Kandungan oksigen senyawa. Beberapa peroksida (misalnya benzyol
peroksida kering) dan oksidator kuat lainnya mudah meledak, (2)
Gugus reaktif. beberapa senyawa seperti hidrazin memiliki gugus
oksidatif dan reduktif, sehingga sangat tidak stabil. Beberapa senyawa
19
nitro (misalnya Trinitrotoluen/TNT, azida, asam pikrat kering) juga
mudah meledak. Hati-hati dalam membaca label bahan kimia, dan
perhatikan lambang yang menunjukkan kestabilan dan mudah
meledaknya bahan tersebut. Keputusan yang harus diambil dalam
menentukan penyimpanan bahan mudah meledak atas sifat masing-
masing bahan kimia tersebut. Perhatikan secara khusus agar
penyimpanan bahan tersebut tidak mengundang atau meningkatkan
bahaya misalnya hindari penyimpanan asam pikrat jangan sampai
kering.
Beberapa eter dan senyawa sejenis cenderung bereaksi dengan udara
dan cahaya membentuk senyawa peroksida yang tidak stabil. Bahan
kimia yang dapat membentuk peroksida tersebut diantaranya adapah p-
dioksan, etil eter, tetrahidrofuran, asetaldehid, dan sikloheksena. Untuk
meminimalkan timbulnya bahaya dari bahan kimia tersebut, maka cara
yang harus diperhatikan dalam penyimpanannya adalah sebagi berikut :
1. Simpan bahan kimia pembentuk peroksida itu dalam botol tertutup
rapat (tidak kontak dengan udara) atau dalam wadah yang tidak
terkena cahaya.
2. Berikan label pada wadah tentang tanggal diterima dan dibuka
bahan tersebut.
3. Uji secara periodik (3 atau 6 bulan) terjadinya pembentukan
peroksida. Buanglah peroksida yang telah dibuka setelah 3 - 6 bulan
(lihat Tabel-5).
4. Buanglah wadah bahan kimia pembentuk peroksida yang tidak
pernah dibuka sesuai batas kadaluarsa yang diberikan pabrik atau
12 bulan setelah diterima.
Tabel-5.3 Bahan Kimia Pembentuk Peroksida
20
Limit Waktu 3 Bulan
Bahan Kimia
Limit Waktu 6 Bulan
Bahan Kimia
21
Bahan yang reaktif dengan air apabila kontak dengan dengan udara
lembab saja akan menghasilkan senyawa toksik, flammable, atau gas
mudah meledak. Misalnya hipoklorit dan logam hidrida. Oleh karena itu
penyimpanan bahan kimia ini harus dijauhkan dari sumber air (jangan
menyimpannya di bawah atau di atas bak cuci, dst.). Gunakan
pemadam api dengan bahan kimia kering apabila terjadi kebaran
dengan bahan ini. Simpan dalam desikator yang diisi dengan silika gel.
3. Penyimpanan dan penataan bahan kimia korosif
Bahan kimia korosif terdiri dari dua macam yaitu asam dan basa.
Penyimpanan bahan kimia korosif jangan sampai bereaksi dengan
tempat penyimpanannya (lemari rak dan cabinet). Perhatikan bahwa
diantara bahan korosif dapat bereaksi dengan hebat, sehingga dapat
mengganggu kesehatan pengguna.
Untuk keperluan penyimpanan, asam-asam yang berujud cairan
diklasifikasi lagi menjadi tiga jenis yaitu asam-asam organik (misalnya
asam asetat glacial, asam format, asam mineral (misalnya asam klorida
dan asam fosfat), dan asam mineral oksidator (misalnya asam kromat,
asam florida, asam perklorat, dan asam berasap seperti asam nitrat dan
asam sulfat). Panduan penyimpanan untuk kelompok asam ini
diantaranya adalah :
a. Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan logam aktif seperti
o 2-Acetylaminofluorene o Acrylonitrile o 4-Aminodiphenyl o Asbestos o Benzene o Benzidine (and its salts) o 1,3 - Butadiene o bis-Chloromethyl ether o Cadmium o Coke oven emissions o Dibromochloropropane (DBCP) o 3,3'-Dichlorobenzidine (and its salts) o 4-Dimethylaminoazobenzene o Ethylene dibromide o Ethyleneimine o Ethylene oxide o Formaldehyde o Inorganic Arsenic o Methyl chloromethyl ether
4,4'-Methylene bis(2-chloroaniline)
Bahan Kimia Karsinogen
o Methylene chloride o Methylenedianiline o alpha-Naphthylamine o beta-Naphthylamine o 4-Nitrobiphenyl o N-Nitrosodimethylamine o beta-Propiolactone
o Vinyl chloride
27
7. Penyimpanan dan penataan bahan kimia sensitif cahaya
Penyimpanan bahan kimia yang sensitif cahaya harus dipisahkan atas
dasar tingkat kebahayaannya. Misalnya brom dengan oksidator, arsen
dengan senyawa beracun. Beberapa concoh senyawa sensitif cahaya
diantaranya adalah brom (Br2), garam merkuri, kalium ferosianida,
K4[Fe(CN)6], natrium iodida (NaI) dll. Agar tidak terjadi penguraian, bahan
kimia ini harus terhindar dari cahaya. Simpanlah bahan sensitif cahaya
ini dalam botol berwarna coklat (amber bottle). Apabila botol penyimpan
bahan kimia ini harus dibungkus dengan foil (kertas perak/timah), maka
tuliskan label pada bagian luar botol tersebut.
8. Penyimpanan dan penataan Gas Terkompresi (Compressed Gases)
Dengan memperhatikan Gambar-9 di atas,
a. Pisahkan dan tandai mana tabung gas yang berisi dan mana yang
kosong.
b. Amankan bagian atas dan bawah silinder dengan menggunakan
rantai dan rak logam.
c. Atur regulator ketika gas dalam silider digunakan.
d. Pasang tutup pentil ketika silinder tidak digunakan.
e. Jauhkan silinder dari sumber panas, bahan korosif bahan berasap
maupun bahan mudah terbakar.
f. Pisahkan silinder yang satu dengan yang lainnya jika gas dari silinder
satu dapat menimbulkan reaksi dengan gas dari silinder lain.
g. Gunakan lemari asap untuk mereaksikan gas yang diambil dari
silinder.
h. Gunakan gerobak yang dilengkapi rantai ketika memindahkan silinder
gas berukuran besar.
i. Jagalah sumbat katup jangan sampai lepas ketika menggeser-
geserkan silinder, karena gas dalam silinder memiliki tekanan tinggi.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, Tabel-8 dan Tabel-9
merupakan pedoman dalam penyimpanan bahan kimia di laboratorium.
28
Mana saja penyimpanannya yang harus didekatkan dan mana saja yang
harus dipisahkan.
Tabel-5.5 Matriks Bahan Kimia yang incompatable
(tidak boleh disimpan bersamaan)
Asam
Anorganik Asam
Oksidator Asam
Organik Basa Oksidator
Anorganik Racun
Organik racun
Reaktif air
Pelarut organik
Asam anorganik
X X X X X X
Asam oksidator
X X X X X X
Asam organik
X X X X X X X
Basa X X X X X X
Oksidator X X X X
Anorganik racun
X X X X X X
Organik racun
X X X X X X
Reaktif air X X X X X X
Pelarut organik
X X X X X
x = tidak boleh disimpan bersamaan
Tabel-5.6 Klasifikasi Penyimpanan Bahan Kimia
Bahan Kimia Tidak Boleh Bercampur dengan
Asam asetat CH3COOH
Asam kromat, H2Cr2O4; Asam nitrat, HNO3; Senyawa hidroksil, -OH; Etilen glikol, C2H6O2; Asam perklorat, HClO4; Peroksida, H2O2, Na2O2; Permanganat, KMnO4
Aseton CH3COCH3
Campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat, (HNO3 pkt + H2SO4 pkt); Basa kuat, NaOH, KOH
Fasilitas umum laboratoium dimaksudkan adalah barang-barang yang
merupakan perlengkapan laboratorium. Barang-barang yang termasuk ke
dalam kategori ini adalah :
Meja tulis Meja demonstrasi
Lemari alat/bahan Instalasi air
Saklar listrik Barometer
Bak cuci Meja tik/komputer Meja praktikum OHP
Tangki gas Instalasi gas
36
Perlengkapan P3K Alat penangkal kebakaran
Instalasi listrik Blower
Telpon/alat komunikasi lainnya
Kran air/gas
Lemari asap Jam dinding
Termometer ruangan Lemari es
Papan tulis Perkakas bengkel
Barometer ruangan Penuntun Praktikum
Papan pengumuman Rak alat/zat
Kursi/bangku Hand book
Lampu
Peralatan standar bengkel sederhana antara lain :
Gergaji kayu Pisau/cutter
Gergaji besi Golok
Gergaji triplek Kapak
Bor listrik (tangan) Kunci Inggris
Bor engkol (tangan) Kunci ring (set)
Mata bor kayu Kunci pas (set)
Mata bor logam kunci L (set)
Obeng biasa (set) Gunting seng
Obeng kembang (set) Gunting kain/kertas
Palu besi (set) Gunting kain/kertas
Palu karet/plastik Ketam
Kikir besi (set) Ampelas listrik
Kikir kayu (set) Mistar panjang besi
Tang biasa Mistar siku-siku besi
Tang mulut panjang Mistar segitiga besi
Kakatua/gegep Potlot kerja kayu
Untuk mengadministrasikan fasilitas umum laboratorium tersebut
digunakan 4 macam format yaitu Format B1, B2, B3 dan B4.
Format B1 disebut kartu barang. Kartu ini digunakan oleh petugas
di setiap laboratorium. Jika suatu sekolah memiliki beberapa jenis
lab, maka untuk barang sejenis nomor kartu di setiap lab harus sama,
juga kartu ini hanya digunakan untuk satu macam barang.
Pada bagian atas kartu barang tertera abjad dari A sampai Z untuk
memberi label nama awal dari suaru barang. Misalnya Barometer,
dan Blower. Kedua barang tersebut diawali dengan huruf B, maka
37
huruf-huruf lainnya dari C s.d. Z harus dihilangkan dengan cara
mengguntingnya. Karena secara alfabetis urutan kata Barometer (Ba)
lebih dahulu dari kata Blower (Bl), maka nomor kartu untuk
Barometer harus lebih rendah dari nomor kartu untuk Blower,
misalnya Barometer nomor B1 dan Blower nomor B2.
Informasi lain yang harus diisi pada kartu barang adalah nama
barang, golongan, nomor induk barang, lokasi penyimpanan,
spesifikasi (merk, ukuran, pabrik, kode barang), mutasi barang, dan
riwayat barang.
Nama barang diisi dengan nama yang lazim digunakan misalnya
barometer. Golongan barang dimaksudkan apakah barang tersebut
termasuk perkakas, barang optik, barang elektronik, perabot, dsb.
Kode barang disesuaikan dengan kode yang diberikan oleh pabrik
atau buku katalog. Nomor induk adalah nomor pada buku
induk/daftar barang.
Lokasi penyimpanan diisi dengan R_ / L_ / Rk_ / Tk_ . R, L, Rk dan
Tk menyatakan Ruangan, Lantai, Rak, dan Tingkat.
Tanggal diisi dengan tanggal, bulan, dan tahun saat penerimaan
barang atau pengeluaran barang. Di bagian sebelahnya, kartu
barang tersebut memuat informasi tentang riwayat barang yang
memberi keterangan tentang pelaksanaan pemeliharaan atau
perbaikan dari barang tersebut dengan format sbb.
No. Tgl Tgl
Pemeliharaan/ Perbaikan
Dikerjakan Oleh
Biaya Sumber Dana
No & Tanggal Pemeriksa /
Penanggungjawab Ket.
SPK / Kontrak
Berita Acara
Nama Tgl Keadaan
38
Format B2 disebut daftar barang atau buku induk. Daftar barang
merupakan rekapitulasi dari format B1 (Kartu barang). Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pengisian dan mendistribusikan daftar
barang adalah sebagai berikut : Nomor urut, Nomor induk, kode
barang, spesifikasi, dan jumlah barang yang diisikan dalam Format
B2 (daftar barang) disalin kembali dari format B1 (kartu barang).
Jangan sekali-kali menghilangkan nama barang pada Format B2
sekalipun jumlah persediaan yang tercantum dalam Format B1 tidak
ada. Karena akan menyulitkan pelacakan barang tersebut di masa
mendatang. Buatlah daftar barang beberapa rangkap untuk laporan
periodik (awal semester/tahun) kepada Ketua Lab/Kepala
Lab/Pimpinan Sekolah, dan simpan 1 hingga 2 eksemplar untuk
dokumen. Jika pada suatu saat anda akan merubah/memperbaiki
daftar barang karena memang ada perubahan data, cara
memperbaikinya adalah :
Tutupi kolom jumlah pada barang dengan kertas, kemudian
fotocopy 1 eks
Hasil fotocopy kemudian dipakai untuk mencatat data baru
39
Bentuk format B1 dan Format B2 UNTUK ADMINITRASI BARANG.
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
FORMAT B1
KARTU BARANG LABORATORIUM
NAMA SEKOLAH : __________________
Nomor Kartu : ________
Golongan Barang : ________
Nomor Induk : ________
Spesifikasi
Nama Barang : ___________
Merk : ___________
Ukuran : ___________
Pabrik : ___________
Kode Barang : ___________
Lokasi Penyimpanan :_____________
Tanggal
Keadaan Paraf
petugas Keterangan Masuk Keluar Persediaan
Baik Rusak Baik Rusak Baik Rusak
40
FORMAT B2
DAFTAR BARANG LABORATORIUM
NAMA SEKOLAH : __________________
No.
Urut
No.
Induk
No.
Kode
Nama
Barang
Spesifikasi Jumlah Keterangan
Merk Ukuran Pabrik Baik Rusak
................., ................200.. Mengetahui Kepala/Ketua Lab ____ PetugasLab, Kepala Sekolah, (_________________) (___________________) (__________________)
Format B3 disebut Daftar Penerimaan/Pengeluaran Barang. Bagi
yang bekerja di sekolah barang-barang yang diterima di koordinir
oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana. Pada waktu penerimaan
sudah disertai daftar barang atau faktur barang. Karena itu tidak perlu
lagi menggunakan Format B3 sebagai penerimaan. Langsung saja
daftar tersebut didokumentasikan ke dalam file khusus dan
klasifikasikan berdasarkan sumber pendanaannya. Format B3 bagi
petugas hanya berfungsi sebagai daftar pengeluaran barang yang
41
didistribusikan ke masing-masing laboratorium sesuai dengan
usulannya yang tertuang dalam Format B4. Format B3 bagi teknisi
yang bekerja di lab berfungsi sebagai alat penerimaan barang atau
alat pengeluaran/peminjaman yang sifatnya tentatif.
Bentuk format B3 dapat dilihat seperti berikut.
FORMAT B3
DAFTAR PENERIMAAN / PENGELUARAN
BARANG LABORATORIUM
NAMA SEKOLAH : __________________
No.
Urut
No.
Induk
No.
Kode
Nama
Barang
Spesifikasi Jumlah Keterangan
Merk Ukuran Pabrik Baik Rusak
................., ................200.. Yang menyerahkan, Penerima, ( Sebagai .........................) (Sebagai .......................) (_________________) (__________________)
42
Format B4 disebut daftar usulan barang. Usulan barang dapat
berupa perbaikan/rehabilitasi atau pengadaan baru. Mekanisme kerja
pengusulan barang dilakukan oleh Ketua Lab berdasarkan kebutuhan
yang diajukan oleh para Pembimbing Praktikum kepada Kepala Lab,
sedangkan pengisian Format B4 ini dilakukan oleh Teknisi lab. Alur
selanjutnya Kepala Lab melaporkan kepada Wakil Kepala
Sekolah/Kepala Sekolah. Perusahaan yang menangani pengadaan
barang langsung mengirim barang tersebut ke sekolah. Sedikit
berbeda dengan format-format sebelumnya, pada format ini
disamping tercantum jenis dan jumlah barang yang diperlukan harus
juga dicantumkan kuantitas barang tiap kemasan, termasuk juga
harganya. Oleh karena itu untuk memudahkan perencanaan, setiap
laboratorium minimal di sekolah harus memiliki katalog barang, alat,
maupun katalog zat. Dalam pengusulan, spesifikasi barang/alat/zat
mempunyai fungsi yang sangat penting, karena apabila barang yang
diterima tidak sesuai dengan pangajuan, pemesan mempunyai dasar
yang kuat untuk menolak barang tersebut. Format B4 ditunjukkan
seperti di bawah ini
43
FORMAT B4
DAFTAR USULAN PERBAIKAN / PENGADAAN
BARANG LABORATORIUM
NAMA SEKOLAH : __________________
No.
Urut
No.
Induk
No.
Kode
Nama
Barang
Spesifikasi
Jumlah
Harga
Satuan
/Kemasan
(Rp)
Harga
Total (Rp) Merk Ukuran Pabrik
..................., ........................200.. Mengetahui Kepala Sekolah, Kepala Lab, Ketua Lab ______ (_______________) (_______________) (__________________)
44
3. Pengadministrasian alat laboratorium
Alat laboratorium dimaksudkan adalah alat-alat yang digunakan untuk
pelaksanaan praktikum atau penelitian kimia. Alat laboratorium
dikelompokkan sesuai dengan bahasan penataan alat. Untuk praktisnya
alat-alat dikelompokkan ke dalam :
Alat gelas :
Gelas ukur
Labu Erlenmeyer
Termometer, dll.
Alat listrik :
Ampermeter
Power supply
Voltmeter, dll.
Alat logam :
Kaki tiga
Penjepit/klem tiga jari
Statif, dll.
Instrumen :
Colorimeter
pH meter
Spektrofotometer UV, dll.
Untuk mengadministrasikan peralatan lab digunakan Format C1 (Kartu
buah, kesepuluh 5 buah. Oleh karena percobaan kedua jumlahnya
paling banyak, maka jumlah beker gelas 100 ml yang diisikan pada
kolom jumlah kebutuhan adalah 10 buah.
Pada Form C6 angka 1, 2, 3, ... pada kolom mata praktikum adalah
menyatakan mata praktikum-mata praktikum yang akan menggunakan
lab tersebut. Data yang harus dimasukkan pada kolom mata praktikum
ini adalah jumlah alat yang dibutuhkan pada setiap mata praktikum.
Pengisian kolom jumlah kebutuhan bukan merupakan jumlah dari alat
yang dibutuhkan pada mata praktikum ke-1 s.d. ke-7, tetapi kolom ini
diisi dengan jumlah alat yang paling banyak diperlukan diantara
percobaan mata praktikum, karena pelaksanaan praktikum satu mata
50
praktikum dengan mata praktikum yang lain tidak akan dibuat jadwal
yang bersamaan.
Bentuk format C-4, Format C5 dan Format C6 ditunjukkan berikut ini.
FORMAT C4
DAFTAR USULAN PERBAIKAN / PENGADAAN
ALAT LABORATORIUM
NAMA SEKOLAH : __________________
No.
Urut
No.
Induk
No.
Kode
Nama
Alat
Spesifikasi
Jumlah
Harga
Satuan
/Kemasan
(Rp)
Harga
Total (Rp) Merk Ukuran Pabrik
..................., ........................200.. Mengetahui Kepala Sekolah, Kepala Lab, Ketua Lab ______ (_______________) (_______________) (__________________)
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
FORMAT D1
KARTU ZAT DI LABORATORIUM
NAMA SEKOLAH : __________________
Nomor Kartu : ________
Golongan Zat : ________
Nomor Induk : ________
Spesifikasi
Nama Zat : ___________
Rumus Kimia : ___________
Mr : ___________
Kemurnian : ___________
Konsentrasi : ___________
BJ : ___________
Ujud : ___________
Warna : ___________
Pabrik : ___________
Kode Zat : ___________
Lokasi Penyimpanan :_____________
Tanggal
Keadaan Paraf
petugas Keterangan Masuk Keluar Persediaan
Baik Rusak Baik Rusak Baik Rusak
58
Jika pengadministrasian zat pada Kartu Zat (Form D1) telah selesai, maka
pekerjaan selanjutnya adalah mengisi Daftar Zat (Form D2). Pada Form
D2 tercantum spesifika zat dengan mencantumkan pa, tek dan ujud. Pa.
dimaksudkan adalah pro analisisyaitu zat kimia yang kemurniannya tinggi,
sedangkan tek (teknis) adalah zat kimia yang memiliki kemurnian teknis
(kurang murni).
Format D2 berfungsi untuk membuat rekapitulasi semua zat yang ada
pada kartu zat. Informasi-informasi yang terdapat dalam format ini adalah
nomor urut, nomor induk (nomor yang sesuai pada kartu zat), nomor kode
(nomor yang diambil dari katalog), nama zat, rumus kimia, spesifikasi (pa,
tek, ujud), dan jumlah. Daftar zat pun harus ada di gudang pusat, pada
pimpinan lembaga, kepala laboratorium, dan para ketua lab agar para
pengambil keputusan tersebut mengetahui persis alat apa yang masih
tersedia di gudang pusat, sehingga tidak terjadi ketidak tepatan dalam
pengadaan zat baru. Bentuk format D-2 ditunjukkan sebagai berikut :
59
FORMAT D2
DAFTAR ZAT DI LABORATORIUM
NAMA SEKOLAH : __________________
No.
Urut
No.
Induk
No.
Kode
Nama
Zat
Rumus
Kimia
Spesifikasi Jumlah Keterangan
pa teknis Ujud Baik Rusak
................., ................200.. Mengetahui Kepala/Ketua Lab ____ PetugasLab, Kepala Sekolah, (_________________) (___________________) (__________________)
Format D3 disebut daftar Penerimaan / Pengeluaran zat. Daftar ini
berfungsi untuk mencatat zat yang diterima pada saat pemesanan atau
mengeluarkan zat ke masing-masing laboratorium. Di samping itu, format
D3 dapat pula digunakan oleh masing-masing lab untuk mencatat alat yang
dikeluarkan atau yang dikembalikan oleh peserta praktikum/pengguna lab.
Informasi yang tercantum dalam format D3 ini meliputi : nomor urut, nomor
60
induk dan nomor kode zat, nama zat, spesifikasi alat (pa, tek, dan ujud),
jumlah zat yang diterima / dikeluarkan, dan keterangan. Kolom keterangan
dapat diisi oleh nama peminjam barang/alat/bahan. Bentuk format D3
ditunjukkan seperti di bawah ini.
FORMAT D3
DAFTAR PENERIMAAN / PENGELUARAN
ZAT DI LABORATORIUM
NAMA SEKOLAH : __________________
BIDANG KEAHLIAN : __________________
PROGRAM KEAHLIAN : __________________
No.
Urut
No.
Induk
No.
Kode
Nama
Zat
Rumus
Kimia
Spesifikasi Jumlah Keterangan
pa teknis Ujud Baik Rusak
................., ................200.. Yang menyerahkan, Penerima, ( Sebagai .........................) (Sebagai .......................) (_________________) (__________________)
Format D-4 disebut Daftar usulan zat. Format ini berfungsi untuk
mengusulkan zat yang dibutuhkan. Informasi-informasi yang terliput dalam
format ini adalah nomor urut, nomor induk (nomor sesuai pada kartu zat),
nomor kode (nomor dari katalog), nama zat, spesifikasi (pa, tek., dan ujud),
61
jumlah zat yang dibutuhkan, harga satuan/kemasan, dan harga total. Agar
usulan dari setiap mata praktikum (percobaan) dan usulan dari setiap lab
dapat dilacak kembali pada saat pendistribusian alat nantinya, maka perlu
dikembangkan format baru yaitu Format D5 dan Format D6.
Pengisian kolom percobaan pada Form D5 mirip dengan pengisian pada
Form C5. Oleh karena zat kimia merupakan bahan habis pakai, maka
pengisian kolom jumlah kebutuhan merupakan jumlah dari zat yang
dibutuhkan pada percobaan ke-1 s.d. ke-10. Demikian pengisian jumlah
kebutuhan pada Form D6 merupakan jumlah zat yang diperlukan dari mata
praktikum 1 s.d. 7. Harga satuan zat dapat dilihat pada katalog dari
perusahaan. Harga total merupakan perkalian antara jumlah kebutuhan
dengan harga satuan. Perlu diperhatikan bahwa ukuran kemasan bahan
kimia sangat menentukan terhadap jumlah kebutuhan bahan yang
diusulkan. Misalnya kemasan etanol yang ada di perusahaan adalah 1 L dan
5 L, sedangkan usulan yang diajukan dari lab-1 400 ml dan lab-2 400 ml,
maka etanol yang harus dibeli bukan 800 ml tetapi harus 1L. Oleh karena itu
harga satuan bahan kimia yang harus dicantumkan harus dipilih untuk
kemasan terkecil. Bentuk format D-4, Format D5 dan Format D6 ditunjukkan
berikut ini.
62
FORMAT D4
DAFTAR PENGADAAN
ZAT DI LABORATORIUM
NAMA SEKOLAH : __________________
No.
Urut
No.
Induk
No.
Kode
Nama
Zat
Rumus
Kimia
Spesifikasi
Jumlah
Harga
Satuan/
Kemasan
(Rp)
Harga Total
(Rp) pa tek ujud
..................., ........................200.. Mengetahui Kepala Sekolah, Kepala Lab, Ketua Lab ______ (_______________) (_______________) (__________________)
Ketenagaan yang terlibat dalam pengelolaan laboratorium terdiri dari :
Kepala /pengelola laboratorium
Penanggungjawab praktikum
Asisten penanggungjawab praktikum
Teknisi (jika ada)
Laboran /Juru lab
Pengadministrasian ketenagaan laboratorium digunakan format E yang
memuat informasi tentang jenis ketenagaan, jumlah, kualifikasi
pendidikan, dan rincian tugas (job description). Bentuk format E
ditunjukkan sebagai berikut :
FORMAT E
DAFTAR KETENAGAAN
LABORATORIUM
NAMA SEKOLAH : __________________
Nama
Lab Nama Jabatan
Keadaan yang ada Keadaan
Seharusnya Rincian
Tugas Jml
Gol.
Kepeg. Pend. Jml. Pend.
..................., ........................200.. Mengetahui Kepala Sekolah, Kepala Lab, Ketua Lab ______ (_______________) (_______________) (__________________)
66
6. Pengadministrasian kegiatan laboratorium
Kinerja suatu lembaga biasanya ditentukan oleh frekuensi dan kualitas
kegiatan yang dilakukannya. Kinerja lembaga yang baik tentu sangat
ditentukan oleh seberapa jauh personel yang ada di dalamnya
memfungsikan semaksimal mungkin prasarana dan sarana yang ada.
Prestasi personel dan lembaga tersebut dapat dikenal oleh banyak
orang manakala lembaga tersebut mempublikasikan keadaan
lembaganya melalui media informasi. Publikasi tersebut tidak lain
merupakan pertanggung jawaban (akuntabilitas) lembaga itu tehadap
publik. Implikasi dari publikasi yang disajikan, tentunya menuntut
adanya data yang tepat sesuai keadaan nyata. Data kegiatan nyata
dapat diungkapkan, manakala kegiatan yang dilakukan
terekam/teradministrasi dengan baik. Oleh karena itu
pengadministrasian kegiatan lembaga khususnya kegiatan
laboratorium merupakan salah satu bagian penting dari pengelolaan
lembaga/laboratorium.
Di suatu lembaga mungkin saja hanya memiliki satu laboratorium
mungkin juga lebih. Misalnya dalam sistem persekolahan mungkin
terdapat lab kimia, fisika, dan biologi; pada lembaga lain untuk bidang
kimia sendiri tersedia berbagai macam lab seperti lab kimia dasar, lab
kimia anorganik, lab kimia analitik, lab kimia fisika, lab kimia instrumen,
lab kimia oganik, lab biokimia dll. Dengan tidak memandang banyak
dan sedikitnya jumlah lab yang ada disuatu lembaga, maka
pengadminstrasian kegiatan lab merupakan qonditio sin quanon
karena diperlukan untuk kepentingan, kemajuan dan keberlanjutan
lembaga itu.
Untuk mengadministrasikan kegiatan laboratorium digunakan Format
F yang memuat informasi tentang waktu kegiatan, mata kegiatan/
mata pelaajran praktikum, judul kegiatan/praktikum, pembimbing
67
kegiatan/praktikum, jenis praktikan dan jumlahnya. Data ini sangat
diperlukan untuk melihat efisiensi dan efektifitas penggunaan
laboratorium. Bentuk Format F ditunjukkan seprti berikut.
FORMAT F
AGENDA KEGIATAN
LABORATORIUM
NAMA SEKOLAH : __________________
Hari
dan waktu
Kegiatan
Mata kegiatan
/ Mata
pelajaran
Judul Pengguna lab Pembimb.
prak. Paraf
Pembim.. Keterangan
Kegiatan Status
Peserta Jml peserta
..................., ........................200. Mengetahui Kepala Sekolah, Kepala Lab, Ketua Lab ______ (_______________) (_______________) (__________________)
Dengan memperhatikan uraian tentang cara pengadministrasian fasilitas
laboratorium di atas, cara pengadaan barang dan alat yang baru atau suku
cadangnya (spare part) serta zat kimia perlu mendapat perhatian lebih
lanjut.
68
Dalam pengadaan barang, alat dan zat, ada dua asas yang harus
diperhatikan yaitu azas efektifitas dan azas efisiensi. Azas efektifitas
dimaksudkan bahwa dalam pengadaan barang, alat dan bahan hendaknya
memperhatikan relevansi terhadap pelaksanaan kegiatan yang akan
dilakukan di laboratorium khususnya kegiatan praktikum. Sedangkan azas
efisiensi dimaksudkan adalah adanya pengaturan dan penggunaan dana
dari sumber dana yang ada secara tepat. Dalam hal ini jangan sampai
terjadi penumpukan barang, alat ataupun zat tertentu tetapi tidak
digunakan. Oleh karena itu pengadaan barang, alat dan bahan harus
didasarkan atas dasar
“apa yang akan digunakan?” bukan “apa yang diperlukan?”.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar kita dapat membuat
rencana pengadaan barang, alat dan zat yang efektif dan efisien,
diantaranya adalah :
Perangkat program pengajaran (untuk sistem persekolahan)
Perangkat instrumen administrasi
Sumber dan alokasi dana yang tersedia
Perangkat litelatur barang, alat dan zat
Perangkat personel pengelola laboratorium
Mekanisme pengadaan barang, alat dan zat
Faktor perangkat program dan alokasi dana yang akan dibahas pada bagian
ini. Perangkat program pengajaran yang dimaksudkan dalam Buku ini
adalah struktur kurikulum, silabi, satuan pelajaran, dan petunjuk praktikum.
Dari struktur kurikulum kita dapat mengetahui mata pelajaran apa saja yang
melibatkan praktikum di lab. Demikian penuntun praktikum yang baik yaitu
penuntun yang diturunkan dari silabi dan satuan pelajaran dapat dijadikan
pedoman untuk menginventarisir jenis alat dan zat, tingkat kecanggihan dan
ketelitian alat dan kemurnian zat serta jumlah alat dan zat yang diperlukan.
Oleh karena itu petunjuk praktikum yang digunakan hendaknya telah diuji
coba sehingga alat dan bahan yang diperlukan jelas kriterianya. Dan hal lain
69
yang tidak kalah pentingnya bahwa peralatan dan zat yang akan dipesan
tersedia banyak pada supplier.
Setelah kita mengidentifikasi jenis dan jumlah alat atau zat dari penuntun
praktikum, hendaknya dalam usulan pengadaan alat atau zat tersebut
lengkap dengan spesifikasinya. Khusus untuk pengadaan alat perlu juga
mempertimbangkan beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Nilai pedagogik 2. Daya guna 3. Struktur 4. Ketelitian dan reliabitas 5. Bahan alat 6. Ukuran alat 7. Bentuk alat 8. Nilai reparasi 9. Kepraktisan bawa/simpan
10. Keselamatan
Nilai pedagogik dimaksudkan yaitu kemampuan suatu alat untuk
mempermudah penanaman konsep dan merangsang daya pikir atau
mengaktifkan nalar peserta didik.
Daya guna alat dimaksudkan yaitu keunggulan suatu alat dengan
kemampuan multifungsi untuk dapat digunakan dalam berbagai eksperimen.
Struktur alat dimaksudkan adalah tingkat kerumitan rangkaian alat dan
kejelasan proses kerja. Struktur alat yang baik hendaknya tidak menyita
waktu lama dalam pemasangan tetapi fakta dan proses eksperimen dapat
tertunjukkan dengan jelas.
Ketelitian (accuracy) dan reliabilitas (precision) alat dimaksudkan yaitu
tingkat keakuratan pengukuran dan keajegan hasil pengukuran. Alat untuk
penelitian umumnya diperlukan ketelitian tinggi daripada untuk alat
praktikum, akan tetapi alat yang baik untuk keperluan dua hal dimaksud
harus mempunyai keajegan pengukuran yang tinggi. Artinya hasil
70
pengukuran terhadap objek sejenis secara berulang harus mendapatkan
hasil pengukuran yang sama.
Bahan alat dimaksudkan yaitu bahan dasar suatu alat dibuat, apakah dari
logam, gelas, ataukah dari plastik. Alat dengan bahan dasar logam haruslah
dipilih yang tahan korosi, alat dengan bahan dasar gelas haruslah dipilih
yang tahan panas seperti jenis pyrex, dsb.
Ukuran (size) alat dimaksudkan yaitu besar atau kecilnya dimensi alat baik
volume, berat, atau panjangnya. Untuk keperluan praktikum yang jumlah
pesertanya banyak hendaknya sudah diarahkan pada penggunaan alat
berskala semimikro bahkan mikro, dengan cara ini kita berupaya
meningkatkan efisiensi penggunaan zat kimia dan sekaligus menurunkan
timbulnya polusi zat buang. Namun untuk keperluan demonstrasi hendaknya
dipilih alat berukuran besar, sehingga percobaan yang dipertunjukkan dapat
diamati oleh banyak orang.
Bentuk alat dimaksudkan yaitu penampilan alat maupun artistiknya. Bentuk
alat yang diinginkan bergantung kepada keperluan jenis eksperimen yang
akan dilakukan, misalnya bentuk termometer yang akan digunakan dalam
Calorimeter harus memiliki jarak antara titik nol dan cairan raksa cukup
panjang, sehinnga sewaktu termometer dimasukkan ke dalam calorimeter
skala nol masih terbaca.
Nilai reparasi dimaksudkan yaitu fleksibilitas mudah tidaknya suatu alat
untuk direparasi jika terjadi kerusakan. Alat yang baik harus mempunyai nilai
reparasi tinggi, artinya mudah direparasi. Hindarilah pembelian alat yang
hanya sekali pakai.
Kepraktisan bawa/simpan (portable) dimaksudkan yaitu fleksibilitas mudah
tidaknya suatu alat untuk dibawa atau disimpan. Alat yang frekuensi
penggunaan tinggi dan jumlah yang digunakan banyak haruslah mempunyai
71
nilai kepraktisan bawa/simpan tinggi. Misalnya pHmeter yang akan
digunakan pada praktikum saja lebih cocok dengan pHmeter Stick daripada
pHmeter berelektrode gelas terpisah.
Keselamatan (safety) dimaksudkan yaitu nilai keamanan alat bila digunakan
tidak menimbulkan bahaya bagi pemakai maupun menimbulkan kerusakan
bagi alat itu sendiri.
Agar kriteria-kriteria di atas dapat dijadikan patokan dalam memilih suatu
alat, sebaiknya setiap kriteria diberi bobot. Jumlah bobot dari seluruh kriteria
itu dinamakan nilai alat. Misalnya kita akan menetapkan nilai alat pH-meter
dari perusahaan A dan B. Langkah pertama kita menetapkan bobot masing-
masing kriteria misalnya nilai pedagogik (1,5), daya guna (1,5), struktur alat
(1), ketelitian alat (1,5), bahan alat (1), ukuran alat (1), bentuk alat (0,5), nilai
reparasi (1), kepraktisan bawa (0,5), dan keselamatan (0,5). Pemberian
bobot masing-masing aspek hendaknya dipertimbangkan oleh Tim
penimbang yang kompeten tentang seluk-beluk alat yang bersangkutan.
sedangkan total bobot 10 didasarkan atas kepraktisan menghitung.
Misalnya nilai alat untuk pH-meter dari perusahaan A
No. Kriteria Alat Rentang Nilai (x)
Bobot (Y) (X) x (Y) 1 2 3 4
1 Nilai Pedagogik v 1,5 6
2 Dayaguna alat v 1,5 6
3 Struktur alat v 1 2
4 Ketelitian alat v 1,5 3
5 Bahan alat v 1 2
6 Ukuran alat v 1 3
7 Bentuk alat v 0,5 1
8 Nilai reparasi v 1 3
9 Kepraktisan bawa v 0,5 1,5
10 Keselamatan v 0,5 1,5
Nilai Alat 29
72
Misalnya nilai alat untuk pH-meter dari perusahaan B
No. Kriteria Alat Rentang Nilai (x)
Bobot (Y) (X) x (Y) 1 2 3 4
1 Nilai Pedagogik v 1,5 6
2 Dayaguna alat v 1,5 6
3 Struktur alat v 1 3
4 Ketelitian alat v 1,5 6
5 Bahan alat v 1 3
6 Ukuran alat v 1 4
7 Bentuk alat v 0,5 1,5
8 Nilai reparasi v 1 3
9 Kepraktisan bawa v 0,5 2
10 Keselamatan v 0,5 1,5
Nilai Alat 36
Dari sisi kualitas alat, karena nilai alat dari perusahaan B (36) dan
perusahaan A (29), maka pH-meter dari perusahaan B lebih baik daripada
pH-meter dari perusahaan A. Sedangkan kalau kita analisis dari sisi harga
misalnya pH-meter di perusahaan A berharga Rp 600.000 sedangkan jenis
pH-meter yang ada di perusahaan B adalah Rp 700.000. Jika kita
menghitung harga pH-meter dengan kualitas seperti di perusahaan B
berdasarkan harga dari perusahaan A, yaitu 36/29 x Rp 600.000 = Rp
744.827. Maka pH-meter dengan nilai alat (36) jika dibeli dari perusahaan A
harganya akan mencapai Rp 744.827. Berdasarkan contoh ini, jelaslah
bahwa pH-meter yang memiliki nilai alat (36) mesti dibeli dari perusahaan B.
Di suatu lembaga selalu ada alokasi dana untuk pengadaan barang, alat
maupun zat tetapi kuantitasnya belum memenuhi klebutuhan yang
signifikan. Alokasi dana yang ada ini perlu dimanfaatkan seefektif dan
seefisien mungkin dengan cara membuat rencana pengadaan alat/zat
berdasarkan skala prioritas. Hindari pengusulan yang menimbulkan
penumpukan alat sejenis yang frekuensi penggunaannya rendah. Di
samping itu pihak pengusul harus memberikan informasi kepada pihak yang
mengatur dana bahwa jika dana yang tersedia lebih rendah dari dana yang
diusulkan, maka jenis alat/zat yang diusulkan tidak boleh dipotong karena
akan mengganggu rencana pelaksanaan praktikum juga mengganggu
keterlaksanaan kurikulum. Pemotongan yang lebih baik adalah mengurangi
kuantitas dari masing-masing jenis alat/zat yang diusulkan, sehingga
73
permasalahan hanya terletak pada bagaimana pembimbing praktikum
menerapkan metodenya. Misalnya jika usulan semua terpenuhi maka
pelaksanaan praktikum dilakukan secara individual, tetapi dengan adanya
pengurangan kuantitas alat/zat pelaksanaan praktikumnya dilakukan secara
berkelompok. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dalam menurunkan
kuantitas usulan zat kimia. Menurunkan jumlah zat kimia haruslah sesuai
dengan kemasan (packing) terkecil yang disediakan suplier.