L1/1 PEMODELAN STRUKTUR BINUS SQUARE DENGAN ETABS NONLINEAR VERSI 9.5.0 1. Metode Pembebanan Langsung Proses pengolahan data untuk metode pembebanan langsung terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahapan persiapan kerangka struktur, penentuan material, penentuan dimensi rangka, penggambaran model elemen, pemodelan perletakan hingga proses running. A. Menyiapkan Grid/Kerangka Struktur Untuk membuat Grid Lines pada program ETABS, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: • Mengatur satuan program ETABS yang digunakan untuk mempermudah pemasukan data. Set unit menjadi Kgf-m. • Pilih menu File > New Model > No.
77
Embed
PEMODELAN STRUKTUR BINUS SQUARE DENGAN ETABS …thesis.binus.ac.id/Doc/Lampiran/2011-2-00281-SP Lampiran001.pdf · perlu dilakukan adalah sebagai berikut: ... membrane dipakai dengan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
L1/1
PEMODELAN STRUKTUR BINUS SQUARE DENGAN ETABS
NONLINEAR VERSI 9.5.0
1. Metode Pembebanan Langsung
Proses pengolahan data untuk metode pembebanan langsung terdiri dari beberapa
tahapan yaitu tahapan persiapan kerangka struktur, penentuan material, penentuan
dimensi rangka, penggambaran model elemen, pemodelan perletakan hingga proses
running.
A. Menyiapkan Grid/Kerangka Struktur
Untuk membuat Grid Lines pada program ETABS, maka langkah-langkah yang
perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
• Mengatur satuan program ETABS yang digunakan untuk mempermudah pemasukan
data. Set unit menjadi Kgf-m.
• Pilih menu File > New Model > No.
L1/2
Gambar 1.1 File New Model
• Dalam option “Building Plan Grid System and Story Definition”, pilih Structural
Object : Grid Only.
Gambar 1.2 Building Plan Grid System and Story Definition
L1/3 • Isi Edit Boxes sesuai data desain denah yang diperoleh.
Gambar 1.3 Grid System
Gambar 1.4 Story Data
L1/4
Gambar 1.5 Tampilan Grid
B. Penentuan Material Struktur
Untuk menentukan material struktur, langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
• Pilih menu Define > Material Properties.
• Dalam option “Define Materials”, pilih CONC (concrete) karena material yang
digunakan merupakan beton, lalu pilih perintah Modify/Show Materials. Ubah nama
CONC menjadi 25 MPa.
• Masukkan data material beton gedung, lalu klik OK pada Analysis Property Data
dan dilanjutkan dengan klik OK pada Define Material.
• Nilai Edit Box Modulus Elasticity adalah diperoleh dari rumus SNI 03-2847-2002
yaitu 4700 f'c .
L1/5
Gambar 1.6 Data Property Material
• Lakukan hal yang sama untuk material dengan mutu beton 30 MPa dan 35 MPa.
C. Penentuan Dimensi Rangka
Dimensi rangka yang didefinisikan antara lain balok, kolom, pelat lantai dan shear
wall. Penentuan dimensi rangka ini disesuaikan dengan data struktur bangunan yang
diperoleh. Dalam pemodelan rangka digunakan sistem beam. Gaya-gaya dalam yang
terjadi pada beam adalah gaya aksial, gaya geser, dan momen. Berbeda dengan truss
yang hanya terdapat gaya aksial dan gaya geser.
a) Kolom
• Define > Frame Sections.
• Hapus penampang yang telah tersedia oleh ETABS supaya tidak membingungkan.
Caranya dengan mendrag semua type properties hingga tersisa 1 buah, lalu klik
Delete Property.
• Kemudian pada option “Define Properties Data”, pilih Add Rectangular.
L1/6
Gambar 1.7 Penentuan Penampang Kolom
• Pada option “Rectangular Section” isi Edit Boxes sesuai data yang diperoleh.
Sebagai contoh untuk mendefinisikan kolom 68A (600mm×800mm):
- Beri nama K68A.
- Pilih mutu beton yang digunakan yaitu 35MPa.
- Masukkan dimensi 0.6 untuk lebar dan 0.8 untuk tebal.
- Klik Reinforcement untuk memasukkan data tulangan.
- Cover to Rebar (tebal penutup beton) masukkan nilai 0.04.
- Number of bar in 3-dir = jumlah tulangan terhadap sumbu lokal 3 = 7 buah.
- Number of bar in 2-dir = jumlah tulangan terhadap sumbu local 2 = 9 buah.
- Masukkan ukuran tulangan sebesar #6, yang diperoleh dari perhitungan:
Tulangan yang digunakan pada kolom 68A adalah 19 mm. Ukuran 19 mm tidak terdapat
dalam program ETABS, sehingga harus diubah kedalam satuan #.
Diketahui:
1 inch = 25.4 mm, maka 19 mm = 4.25
mm19= 0.748 inch
L1/7 Karena 1 inch = #8, maka 0.748 inch = 0.748 inch×#8 = #6
- Klik OK pada Reinforcement Data lalu klik Set Modifiers.
Gambar 1.8 Dimensi Penampang dan Jenis Material Kolom
• Untuk struktur beton bertulang, sifat kekakuan momen dan geser bruto dari
komponen struktur harus dikalikan persentase efektif penampang < 100%. Untuk
itu pada option “Property Modifiers > Analysis Property Modification Factors”,
pada Moment of Inertia about 2 Axis dan 3 Axis harus dikali atau diisi dengan 0.7.
Gambar 1.9 Nilai Kekakuan Lentur Kolom
L1/8 • Klik OK pada Analysis Property Modification Factors dan kemudian klik OK pada
Rectangular Section.
• Lalukan hal yang sama untuk semua jenis kolom yang digunakan.
b) Balok
Seperti yang dilakukan pada kolom, untuk mendefinisikan balok yang dilakukan
antara lain:
• Define > Frame Section.
• Kemudian pada option “Define Properties Data”, pilih Add Rectangular.
• Pada option “Rectangular Section” isi Edit Boxes sesuai data yang diperoleh.
Misalnya pada balok B35 (300 mm×500mm):
- Beri nama B35.
- Pilih mutu beton yang digunakan yaitu 30 MPa.
- Masukkan dimensi 0.3 untuk lebar dan 0.5 untuk tebal.
- Klik Reinforcement untuk memasukkan data tulangan.
- Cover to Rebar atas dan bawah sebesar 0.04.
- Klik OK pada Reinforcement Data.
L1/9
Gambar 1.10 Dimensi Penampang dan Jenis Material Balok
• Kemudian klik Set Modifiers untuk mengisi nilai kekakuan elemen struktur balok
sebesar 0.35.
Gambar 1.11 Nilai Kekakuan Lentur Balok
• Klik OK.
c) Shear Wall
Langkah-langkah untuk mendefinisikan shear wall adalah:
L1/10 • Pada menu Define > Wall/Slab/Deck Sections.
• Pada option “Define Wall/Slab/Deck Sections”, pilih add new Wall.
Gambar 1.12 Penentuan Penampang Shear Wall
• Pada option “Wall/Slab/Deck Sections”, isi Edit Boxes sesuai data yang diperoleh.
Misalnya untuk mendefinisikan shear wall koridor yaitu SW LIFT lantai terbawah,
maka langkah-langkah yang dilakukan adalah:
- Karena elemen shear wall mempunyai kemampuan elemen membrane dan elemen
bending, maka pilih type shell.
- Isi tebal shear wall pada option “Membrane” dan option “Bending” = 0.2 m.
- Pilih option “Thick Plate”, agar shear wall bisa menerima pengaruh deformasi
akibat gaya geser transversal.
L1/11
Gambar 1.13 Parameter Penampang Elemen Shear Wall
• Untuk struktur beton bertulang, sifat kekakuan momen dan geser bruto dari
komponen struktur harus dikalikan persentase efektifitas penampang <100%. Untuk
itu pada option “Property Modifiers > Analysis Property Modification Factors”,
pada Moment of Inertia about 2 Axis dan 3 Axis harus diisi dengan 0.7.
Gambar 1.14 Nilai Kekakuan Lentur Shear Wall
L1/12 • Klik OK pada option tersebut dan dilanjutkan dengan klik OK pada option Define
Wall/Slab/Deck Sections.
d) Pelat Lantai
Langkah-langkah untuk mendefinisikan elemen pelat lantai antara lain:
Misalnya untuk mendefinisikan pelat lantai S10:
• Define > Define Wall/Slab/Deck Sections.
• Klik Add New Slab.
• Beri nama S10 dan masukkan dimensi membrane 0.12 dan bending 0.12.
• Pilih type Membrane dan klik OK pada Wall/Slab Sections. Tipe pemodelan
terdapat 3 jenis yaitu shell (shear wall), membrane dan plate. Tipe shell jika elemen
struktur tersebut mempunyai kemampuan elemen membran dan bending (lentur). Di
program ETABS, membrane dipakai dengan fungsi untuk mendistribusikan beban
merata ke balok-balok. Perbedaan membrane dan plate adalah pada membrane
hanya punya kekakuan pada bidang (inplane stiffness) sedangkan plate hanya punya
kekakuan keluar bidang (out of plane stiffness) sedangkan shell memiliki kedua tipe
kekakuan. Selain itu, pemakaian tipe membrane dikarenakan distribusi bebannya
sesuai tributari (trapesium). Jumlah derajat kebebasan (degree of freedom, DOF)
adalah jumlah minimum koordinat independen yang diperlukan untuk menyatakan
posisi suatu massa pada saat tertentu. Untuk struktur tiga dimensi jumlah DOF pada
setiap lantai berjumlah 3, yaitu 2 translasi horisonal pada arah yang saling tegak
lurus dan dan 1 rotasi pada sumbu tegak lurus bidang horisontal.
• Kemudian klik OK pada Define Wall/Slab/Deck Sections.
L1/13
Gambar 1.15 Parameter Penampang Elemen Pelat Lantai
D. Penggambaran Model Elemen
a) Kolom
Untuk melakukan penggambaran elemen kolom terdapat beberapa langkah yang
harus dilakukan.
Misalnya untuk menggambarkan elemen kolom 68A, langkah-langkahnya adalah:
• Klik Draw Menu > Draw Line Object > Create Columns in Region or at Clicks
(Plan).
Gambar 1.16 Properties of Column Object
L1/14 • Pada properties of object pilih property elemen kolom yang sudah dibuat yaitu
K68A.
• Klik pada column line dimana kolom K68A akan dipasang.
• Lakukan hal yang sama untuk semua elemen kolom hingga lantai teratas.
• Jika ingin melakukan penggambaran dalam arah X-Z atau Y-Z yaitu dalam
tampilan vertikal maka pilih menu view > set elevation view > 1.
• Untuk mempercepat penggambaran elemen kolom dapat juga dilakukan replicate.
Caranya blok frame kolom yang sudah dibuat kemudian pilih menu Edit >
Replicate.
Gambar 1.17 Edit Boxes Replicate
• Pada replicate arah linear, ketik pada Edit Boxes “Increment Data” yaitu nilai jarak
yang diinginkan pada boxes dx dan dy, (nilai positif berarti arah replicate searah
sumbu dan nilai negatif berarti arah replicate berlawanan sumbu). Sedangkan nilai
“Number” adalah jumlah penggandaan yang diinginkan.
L1/15
Gambar 1.18 Penggambaran Elemen Kolom
b) Shear Wall
Untuk melakukan penggambaran elemen shear wall terdapat beberapa langkah
yang harus dilakukan.
Misalnya untuk menggambarkan elemen shear wall SWLIFT35, langkah-langkahnya
adalah:
• Plih menu Draw > Draw Area Object > Draw Walls (Plan).
• Pada Properties of Object, pilih property elemen shear wall yang sudah dibuat yaitu
SWLIFT35 dengan tipe Pier.
• Gambar elemen SWLIFT35 tersebut pada lokasi yang ada.
• Kemudian lakukan Mesh Area terhadap area shear wall agar elemen tersebut dapat
lebih berdeformasi lateral (tidak kaku) dan menghindari perubahan tegangan yang
signifikan maupun konsentrasi tegangan. Dalam melakukan meshing, sebaiknya
tidak perlu terlalu halus karena juga berpengaruh pada lamanya analisis struktur.
Meshing yang dilakukan pada setiap shear wall menjadi 4×4 segmen, yaitu dengan
L1/16
cara memilih semua area shear wall yaitu pilih menu Select > by Wall/Slab/Deck
Section > Shear Wall.
• Setelah shear wall terpilih semua, maka dilakukan meshing yaitu pilih menu Edit >
Mesh Areas > Mesh Quads/Triangles into 4 by 4 Areas.
Gambar 1.19 Mesh Area
• Lakukan hal yang sama untuk semua area shear wall.
L1/17
Gambar 1.20 Mesh Area pada SWLIFT35
• Setelah semua area shear wall selesai dimesh, maka dilanjutkan dengan pemodelan
area shear wall sebagai pier. Kegunaan pemodelan area shear wall sebagai pier
adalah penggabungan area-area pada tiap tipe shear wall dalam satu kesatuan
sehingga menjadi struktur yang menerima beban aksial dan lentur.
• Untuk melakukan pemodelan tersebut agar tampak pada “Section Designer”, harus
mengatur tampilan tampak atas pada setiap lantai. Pilih/ blok area yang ingin
dimodelkan sebagai suatu pier dengan cara memilih menu Assign > Shell/Area >
Pier Label > Add New Pier > kemudian ketik nama tipe shear wall (misalnya
1LIFT).
L1/18
Gambar 1.21 Permodelan Pier Shear Wall 1LIFT
• Lakukan hal yang sama untuk semua jenis shear wall SWLIFT pada semua lantai.
Gambar 1.22 Potongan Struktur Shear Wall SWLIFT
• Untuk mengecek apakah bentuk area shear wall yang tampak pada view sudah
sesuai dengan area yang dimodelkan pada pier, maka harus cek pada Section
L1/19
Designer. Pilih menu Design > Shear Wall Design > Define Pier Sections for
Checking > Add Pier Sections > lalu isi Edit Boxes yang ditampilkan.
Gambar 1.23 Data Penampang Pier
• Kemudian pilih option Section Designer, maka akan terlihat penampang pier yang
dimodelkan. Atur ukuran tulangan yang digunakan pada shear wall tersebut.
Gambar 1.24 Hasil Pemodelan Penampang Pier Shear Wall 1LIFT
L1/20 • Agar dapat mendapatkan diagram interaksi dari pier, maka harus menentukan
ukuran tulangan yang dipakai dengan cara klik kanan pada corner reinforcing dan
pada edge reinforcing.
Gambar 1.25 Desain Penulangan untuk Tepi dan Semua Sudut
• Karena tulangan, bentuk geometri penampang pier dan ukuran serta lokasi
penulangan tulangan menggunakan section designer, maka harus memodelkan area
pier sebagai general reinforcement pier section. Untuk memodelkan pier sebagai
general reinforcement pier, pilih suatu jenis pier terdahulu dengan Select > By Pier
ID > 1LIFT > OK, lalu modelkan sebagai general reinforcement pier dengan pilih
menu Design > Shear Wall Design > Assign Pier Section for Checking > General
Reinforcement Pier Sections.
• Tentukan option tersebut pada edit boxes yang muncul.
L1/21
Gambar 1.26 Pemilihan Model Tipe Pier untuk Top Section dan Bottom Section
• Pada menu “Assign General Reinforcement Pier Sections” terdapat pemilihan
model tipe pier untuk section top dan section bottom. Pilih 1LIFT pada penampang
untuk atas dan bawah.
• Lakukan hal yang sama untuk semua shear wall hingga lantai teratas.
Gambar 1.27 Penggambaran Elemen Shear Wall
L1/22 c) Balok
Untuk menggambar balok terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan.
Misalnya untuk menggambar balok induk B37A dan balok anak B25A, maka langkah-
langkahnya adalah:
• Klik Draw Menu > Draw Line.
• Pilih Property: B37A, Moment Releases : Continuous.
• Kemudian klik dari titik A sampai titik B lokasi balok tersebut terletak.
• Sedangkan untuk menggambar balok anak B25A, maka pilih Property: B25A, dan
Moment Releases : Pinned.
Gambar 1.28 Properties of Object untuk Balok Induk
Gambar 1.29 Properties of Object untuk Balok Anak
• Lakukan hal yang sama untuk setiap jenis balok induk dan balok anak hingga
termodelkan pada semua lantai bangunan.
L1/23
Gambar 1.30 Penggambaran Elemen Balok
d) Pelat Lantai
Langkah-langkah yang dilakukan untuk membuat pelat lantai antara lain:
• Klik Draw Menu > Draw Area Objects > Draw Area.
• Pastikan property yang akan digambarkan.
• Pastikan Snap to Grid Intersections and Point akitf dengan cara Draw Menu > Snap
to > Grid Intersections.
• Klik semua titik tempat beradanya pelat lantai tersebut, misalnya untuk
menggambar pelat lantai S8 pada tepi lantai 1, yaitu dengan klik C1, C2, G2, G1
dan kemudian kembali ke C1 lalu tekan enter.
• Untuk melihat pelat yang sudah dipasang, klik View > Set Building View Options,
beri check list pada bagian Special Effect yaitu Object Fill dan Apply to All
Windows.
• Klik OK.
L1/24
Gambar 1.31 Set Building View Options
• Lakukan hal yang sama untuk semua jenis pelat lantai pada semua lantai bangunan.
Gambar 1.32 Penggambaran Elemen Pelat Lantai
L1/25 E. Pemodelan Perletakan Struktur
Karena pemodelan perletakan struktur bangunan adalah jepit, maka pada ETABS
dapat dilakukan dengan cara:
• Pilih menu View > Select Plan Level > Base.
• Kemudian memodelkan perletakan struktur adalah jepit : blok semua joint pada
level base.
• Pilih menu Assign > Joint/Point > Restraints (Support).
• Pilih gambar jepit atau beri tanda check list pada semua kotak Restraints in Global
Directions.
Gambar 1.33 Pemodelan Perletakan Struktur
L1/26
Gambar 1.34 Denah Pemodelan Perletakan Struktur
F. Pemodelan Rigid Offset
Dalam membuat model struktur, umumnya mengabaikan dimensi dari titik
sambungan, yang dianggap sebagai suatu titik saja yang sangat kecil. Pada konstruksi
beton, sering dijumpai ukuran kolom yang relatif besar dibandingkan dengan panjang as
ke as balok yang menghubungkannya. Jika ukuran sambungan cukup besar diabaikan,
dapat menghasilkan kesalahan yang signifikan. Maka untuk ukuran sambungan yang
cukup besar, pengaruhnya harus diperhitungkan dalam analisis karena pada daerah
sambungan mempunyai kekakuan yang relatif besar (rigid)
Pada ETABS, pendekatan pengaruh kekakuan sambungan dapat dimodelkan sebagai
Rigid Zone Offset. Nilai default Rigid Zone Factor = 0. Jika Rigid Zone Factor adalah 1,
maka dianggap end-offset sebagai elemen yang sangat kaku. Pada penelitian ini
L1/27 disarankan menggunakan Engineering Judgement dalam memasukkan Rigid-Zone
Factor. Secara umum, manual program menyatakan bahwa Rigid Zone Factor ≤ 0.5.
Langkah-langkah dalam melakukan pemodelan Rigid Offset antara lain:
• Misalnya untuk kolom 68A, pilih Select > By Frame Section > Kolom 68A
• Masukkan nilai Rigid Offset dengan cara pilih Assign > Frame Line > End (Length)
Offsets > masukkan nilai Rigid Zone Factor = 0.5.
Gambar 1.35 Nilai Rigid Offset
G. Mendefinisikan Beban Statik
Beban mati yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah beban mati akibat berat
sendiri dan beban mati tambahan yaitu dinding dan pelat lantai.
a) Mendefinisikan Beban Mati akibat Berat Sendiri
Langkah-langkah untuk mendefinisikan beban mati akibat berat sendiri antara lain:
• Klik Menu Define > Static Load Cases
• Pastikan selfweight multiplier pada Load DEAD = 1 yang artinya berat sendiri
dimasukkan dalam beban DEAD.
L1/28 b) Mendefinisikan Beban Mati selain Berat Sendiri
• Klik pada kolom Load, kemudian tuliskan SDEAD dengan tipe superdead yang
akan digunakan untuk mendefinisikan beban mati selain berat sendiri. Pastikan
selfweight multiplier =0, lalu klik Add New Load.
c) Mendefinisikan Beban Mati akibat Dinding/Tembok
• Klik pada kolom Load, kemudian tuliskan TEMBOK dengan tipe superdead yang
akan digunakan untuk mendefinisikan beban tembok. Pastikan selfweight multiplier
= 0, lalu klik Add New Load.
Gambar 1.36 Define Static Load Case Names
H. Penempatan Beban Mati
Beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan Binus Square yang ditinjau
adalah beban mati akibat berat sendiri, beban pelat lantai dan beban tembok. Beban mati
tidak perlu dihitung lagi, sedangkan beban lainnya harus dihitung terlebih dahulu.
a) Menempatkan Beban Mati Pelat Lantai
Misalnya untuk beban mati pada lantai atap sebesar 385 kg/m², maka langkah-
langkah yang dilakukan adalah:
L1/29 • Klik pada lokasi pelat yang akan diberi beban sehingga pada sekeliling pelat
terdapat garis putus-putus.
• Klik Assign > Shell/Area Loads > Uniform.
• Klik Load Case Name = SDEAD dan masukkan nilai 385 pada Load dan klik OK.
Gambar 1.37 Definisi Beban Mati Pelat Lantai
b) Menempatkan Beban Mati pada Tembok
Misalnya untuk beban mati pada tembok B35 lantai atap sebesar 675 kg/m, maka
langkah-langkah yang dilakukan adalah:
• Klik pada lokasi balok B35 dimana beban tembok bekerja sehingga pada lokasi
balok tersebut terdapat garis putus-putus.
• Klik Assign > Frame/Line Load > Distributed.
• Pada Load Case Name pilih TEMBOK lalu isikan nilai 675 pada Uniform Load dan
klik OK.
L1/30
Gambar 1.38 Definisi Beban Mati Tembok
• Untuk melihat beban tembok yang bekerja klik tombol 3-d, dan untuk
menghilangkan tampilan beban, klik Assign Menu > Clear Display of Assigment.
I. Kombinasi Pembebanan
Sesuai tata cara SNI 03-2847-2002, beban kombinasi yang telah disebutkan harus
dimasukkan dalam ETABS. Untuk memasukkan beban kombinasi, langkah-langkah yang
dilakukan adalah:
• Plih Define > Load Combination > Add New Combo.
• Tentukan beban kombinasi yang akan dimasukkan yaitu 1.4D.
L1/31
Gambar 1.39 Kombinasi Pembebanan
J. Analisa Struktur
Setelah semua beban ditempatkan dan kombinasi pembebanan ditentukan maka
tahapan selanjutnya adalah proses running. Proses analisa struktur pada pembebanan
langsung dilakukan hanya satu kali.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisa struktur adalah:
• Pilih Menu Analyze > Run Analysis atau tekan tombol F5.
• Selanjutnya proses running akan berjalan hingga tercapai kondisi complete analysis.
Karena struktur bangunan merupakan 3 dimensi maka dalam analisa struktur harus
mencakup 6 derajat kebebasan. Selain itu, analisa juga ditinjau menggunakan analisa
dinamik.
Tahapan untuk pemodelannya adalah:
• Pilih menu Analyze > Set Analysis Options
L1/32 • Pilih semua option yaitu UX, UY, UZ, RX, RY, RZ atau dengan pilih ikon Full 3D.
Gambar 1.40 Analysis Option
• Pilih menu Analyze > Set Analysis Option > Klik Dynamic Analysis.
• Set Dynamic Parameter > Number of Modes = 18 karena jumlah tingkat sebanyak
18 lantai.
Gambar 1.41 Dynamic Analysis Parameters
L1/33 • Kemudian dilakukan dua kali proses running yaitu dengan pilih Analyze > Run
Analysis.
• Dari proses running ini, kemudian didapat data output yang digunakan sebagai
bahan pembanding. Data output diperoleh pada Menu Display > Show Table atau
Menu Display > Show Member Forces/Stress Diagram.
Gambar 1.42 Run Analysis
2. Sequential Loading Method
Proses pengolahan data untuk metode sequential loading hampir sama dengan
metode pembebanan langsung. Perbedaan antara kedua metode hanya terletak pada
proses running yaitu dilakukannya dua kali running untuk proses sequential loading.
A. Analisa Struktur
Setelah semua beban ditempatkan dan kombinasi pembebanan ditentukan maka
tahapan selanjutnya adalah proses running. Proses analisa struktur pada pembebanan
sequential dimulai dengan mendefinisikan tahap sequence case pada struktur bangunan
yang dimodelkan.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk memodelkan sequence load case adalah:
• Pilih Menu Define > Add Sequential Construction Case.
L1/34 • Tentukan bentuk pembebanan.
• Klik atau beri tanda check list pada Replace Dead Type Cases with this Case in all
Default Design Combos.
• Beri tanda check list pada User Specified Active Structure dan klik OK.
Gambar 1.43 Auto Construction Sequence Case
• Kemudian dilakukan dua kali proses running yaitu dengan pilih Analyze > Run
Analysis.
Gambar 1.44 Run Analysis Pertama
L1/35 • Setelah proses running pertama selesai, maka dilanjutkan dengan running kedua
yaitu dengan pilih Analyze > Run Construction Sequence Analysis.
Gambar 1.45 Sequence Construction Case Run Analysis
3. Creep and Crack Sequential Loading Method
Yang membedakan program ETABS untuk metode creep and crack sequential
loading dengan program ETABS untuk metode sequential loading adalah pada definisi
input material elemen struktur yaitu pada modulus elastisitas yang diubah menjadi
modulus elastisitas rangkak dan nilai kekakuan elemen struktur shear wall yang diubah
menjadi 0.35.
Misalnya untuk kolom 68A lantai 1, input data untuk define material menjadi:
L1/36
Gambar 1.46 Data Property Material untuk Rangkak
Gambar 1.47 Nilai Kekakuan Lentur Shear Wall Rangkak
Tahapan semua proses creep and crack sequential loading yang dijalankan sama
dengan sequential loading. Tahapan yang membedakan kedua proses pembebanan ini
hanyalah pada proses definisi material pada tahapan awal, dimana pada metode creep
and crack sequential loading, modulus elastisitas bahan yang digunakan adalah modulus
L1/37 elastisitas rangkak. Selanjutnya pada proses penentuan dimensi rangka, dimana nilai
kekakuan lentur shear wall rangkak yang diisi adalah sebesar 0.35.
L1/38
PERHITUNGAN MANUAL DENGAN METODE TAKABEYA
Salah satu metode yang paling sering digunakan dalam perhitungan konstruksi
statis tak tentu, khususnya pada konstruksi portal adalah metode Takabeya. Dalam
perhitungan untuk konstruksi portal dengan metode Takabeya, didasarkan pada asumsi-
asumsi bahwa deformasi akibat gaya aksial dan gaya geser dalam diabaikan serta
hubungan antara balok-balok dan kolom pada satu titik kumpul adalah kaku sempurna.
Untuk perjanjian tanda pada perhitungan yaitu momen ditinjau terhadap ujung batang
dinyatakan positif (+) apabila berputar ke kanan dan sebaliknya negatif (-) apabila
berputar ke kiri.
Gambar 2.1. Portal Kolom C25 dan C28
Langkah-langkah perhitungan manual gaya dalam struktur bangunan Binus Square:
L1/39 A. Menghitung Momen-Momen Parsiil
1. Hitung Angka Kekakuan Batang (k)
Diketahui:
I = 4333 0.0256mm0.80.6m12
1
12
1 =××=bh
H = 3.24 m
KA1 = KBa = I/H = 0.0256 m4 /3.24 m = 0.0079 m³
Lakukan perhitungan yang sama untuk semua nilai kekakuan batang yaitu batang kolom
dan batang balok, seperti yang ditampilkan dalam tabel 4.37.