PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IBNU TAIMIYYAH SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S1) Oleh : Qowwam Sabilalhaq Muthohari 1112033100015 JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H
76
Embed
PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IBNU TAIMIYYAH SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46643/1/QOWWAM SABILALHAQ-FUF.pdf2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IBNU TAIMIYYAH
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Strata (S1)
Oleh :
Qowwam Sabilalhaq Muthohari
1112033100015
JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M / 1440 H
PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IBNU TAIMIYYAH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri (UIN)
Syarif Hidayatullah untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)
Oleh:
Qowwam Sabilalhaq Muthohhari
NIM: 1112033100015
Pembimbing
Kusen, Ph.D
JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M / 1440 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IBNU TAIMIYYAH
telah diujikan dalam siding munaqosah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 18 Juni 2019. Skripsi ini telah di terima sebagai salah
satu syarat mendapatkan gelar sarjana Program Strata Satu (S1) pada program Studi
Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sidang Minaqasah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap anggota
Beliau wafat di dalam penjara Qal`ah Dimasyq yang disaksikan oleh salah
seorang muridnya bernama Ibnul Qayyim. Ia berada di penjara ini selama dua
tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih.
Jenazahnya dishlmatkan di masjid Jami` Bani Umayah sesudah shlmat
Zhuhur yang dihadiri para pejabat pemerintah, ulama, tentara dan para
penduduk. Ia wafat pada tanggal 20 DzulHijjah 728 H dan dikuburkan pada waktu
Ashar di samping kuburan saudaranya yang bernama Syaikh Jamal Al-Islam
Syarafuddin. 5
A. Latar Belakang
Di dalam latar belakang sosok Ibnu Taimiyyah, maka Ada 2 latar belakang
yang akan penulis kemukakan dalam tulisan skripsi, yakni latar belakang politik
dan latar belakang sosial.
Kedua latar belakang ini penulis pisahkan agar lebih mudah untuk di
jelaskan ke dalam skripsi ini.
1. Latar Belakang Politik
Di dalam Sejarah hidup Ibnu Taimiyyah (1263-1328) ditandai dengan
terjadinya pergolakan politik dan social. Sekitar lima tahun sejak ia lahir, Dinasti
Abbasyiah yang telah berusia beberapa abad, dihancurkan oleh pasukan mongol.6
5 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 64 6 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 15
13
Dan hanya tiga tahun sebelum lahir, pasukan tartar memasuki Damaskus dan
Aleppo, sebagai penakluk. Pasukan tartar menyerang dan menjarah Harran7, yakni
ketika ia masih berusia tujuh tahun. Banyak penduduk setempat kemudian
meninggalkan wilayah tersebut, mengungsi ke suriah dan Mesir. Keluarga Ibnu
Taimiyyah mengungsi ke Damaskus. Semenjak itulah keluarganya banyak belajar
tentang masyarakat dan berusaha mengejar ilmu pengetahuan akademik.
Sekitar 13 tahun sebelum Ibnu Taimiyyah lahir, Dinasti Mamluk
membangun kekuasaan di Suriah dan Mesir. Dalam Bahasa arab, mamluk artinya
budak.8 Orang mamluk aslinya menjadi dan majikannya, Sultan Ayyubiah yakni
keturunan dari shlmlahuddin Al-Ayyub, sebuah pulai dekat sungai Nil. Oleh karna
itu, nama asli mereka adalah kaum bahrites (dari kata bahr, artinya sungai).
Penguasa pertama dari dinasti Mamluk (1260-1383 M) dikenal dengan nama
bahrite mamluks.9 Masa pemerintahannya awal dinasti itu bersamaan dengan masa
hidup Ibnu Taimiyyah, Ketika ia tinggal di damaskus maupun sebagian di kairo.
Hlm ini bisa dengan menggambarkan kondisi politik, social dan ekonomi di Mesir
dan Suriah pada masa itu.
Pengaruh kekuasaan Mamluk tumbuh terus menerus selama masa
pemerintahan Kesultanan Al-Ayyubiyyah di Mesir. Di tahun 1250, Sultan Turan
dibunuh oleh kaum Bahrite Mamluk yang kemudian merebut kekuasaan Amir
Aibak yakni seorang budak Sultan Turan, ia tampil sebagai pemimpin
7 Schumpeter, Histori of Economic Analysis (London: Allen & Unwin, 1972), hlm.69
8 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 15 9 Muir, S. William, The Mameluke or slave Dynasty Of Egypt (London: Smith, elder &
Co., 1896) hlm. 312
14
pemerintahan dan kemudian memproklamasikan dirinya sebagai sultan. Aibak
sendiri dibunuh tahun 1257 dan anaknya yang masih kecil dinobatkan diri menjadi
sultan dengan nama Qutuz (1259-1260). Meskipun sejumlah pejabat Mamluk
hanya menjadikannya sebagai boneka. Di tengan kemenangannya itu, kurang dari
setahun kemudian ia ditikam hingga mati oleh bekas budak lainnya, baibar yang
kemudian tampil menjadi sultan Mesir yang baru (1260-1277).Baibar melalui
pemerintahannya yang bijaksana, berhasil mempertahankan kekuasaannya dan
popularitasnya. Ia mengurangi pungutan pajak dan membuat penguasa yang di
gantikannya semakin tidak popular di mata rakyat. Ia mengembangkan pekerjaan-
pekerjaan untuk kepentingan umum, membangun kanal dan pelabuhan serta kubu
pertahanan.10
Setelah mempertahankan tahta Mesir, Sultan Baibar menyusun gagasan
untuk membangun kembali kembali kekaisaran Abbasiyah, yang sekitar tiga tahun
sebelum dibersihkan oleh Hulagu (1256-1265) di Baghdad. Ketika mendengar ada
salah satu keluarga dari dinasti Abbasiyah selamat dari pembantaian mongol,
Baibar membawanya dari Suriah ke Kairo dan menobatkannya sebagai Khlmifah.
Baibar dan pengikutnya mengucap sumpah setia kepadanya. Sebagai Imbalannya,
ia menganugrahi Baibar dengan jabatan yang sangat mulia. Dengan legitimasi
relijius yang diberikan khlmifah, peranan baibar semakin kuat.
Namun setelah Baibar meninggal, selama masa 13 tahun, sebanyak 9 sultan
susul menyusul bergantian menaiki tahta. Akan tetapi, tidak ada di antara mereka
10 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 16
15
yang mampu bertahan cukup lama kecuali sultan Qalawun (1279-1290) yang
mampu memerintah dengan bijaksana dan membangun kesultanan yang
kokoh.selama masa 12 tahun pemerintahannya, dia berhasil mengalahkan musuh
dan penantangnya serta membuat Mesir secara politik dan ekonomi menjadi sangat
kuat.
Yakni sekitar tahun 1309, Sultan Qalawun tampil ke tahta untuk ke-
tigakalinya dan berkuasa kurang lebih selama 13 Tahun. Inilah masa emas bagi
dinasti Mamluk. Ia memperkenalkan sejumlah pembaruan politik dan ekonomi
serta memperluas hubungan diplomatic dengan negara negara tetangga. Ia sangat
menghargai ulama dan kaum intelektual.11
Pada masa ini, Ibnu Taimiyyah mampu merai pengalaman akademik, politik
dan ekonomi. Sultan Nasir memberikannya kedudukan yang tinggi di antara para
ulama, setelah ia di jemput dari penjara akibat sejumlah kesalahpahaman,
perbedaan dan perselisihan pendapatnya dengan sejumlah ahli hukum yang
menentang dirinya dan gagasan-gagasannya.
Terdapat sebuah ikatan yang sangat erat antar sultan-sultan mesif dan raja-
raja india.Sultan Mahmud Tughluk dan Firuz shah, memperoleh gelar kehormatan
dari khlmifah Abbasiyah di Mesir. Mereka mengirm duta ke m=Mesir untuk
memperoleh bantuan untuk melawan Mongol.
11 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 17
16
Ketika di analisis, ternyata ancaman yang paling besar bagi dinasti
mamlukterjadi sejak awal dari kekuatan mongol di TransoXanianyang terus
berusaha mengembangkan wilayah kekuasaannyake irak dan beberapa kali
menyerang Suriah. Oleh karna itu sultan mamluk kehilangan kehormatannya. Dan
beberapa kali juga kekuasaan mamluk harus mundur namun,Sultan Nasir berhasil
menaklukkan Gubenur mongol, sehingga setelah itu tidak ada lagi kekuatan mongol
yang berani memasuki Mesir.
Masalah internal pemerintahan kelultanan Mamluk merupakan salah satu
sumber instabilitas. Hlm itu disebabkan oleh invasi pasukan mongol yang
meninggalkan berbagai bentuk anarki dan juga karna pergantian pergantian sultan.
Dan semenjak itulah tidak dapat diterima secara sepakat sebuah tatanan atau sistem
sukses setelah meninggalnya sejumlah sultan. Karna sejumlah tokoh mamluk
maupun amir saling berambisi dan berjuang untuk memperoleh kekuasaan.
Akbibatnya, terjadilah sejumlah gangguan keamanan, Selama pemerintahan
mereka terjadi perkembangan di bidang ilmu pengetahuan akademis dan
ekonomi.12
1. Latar Belakang Sosial
a. Struktur dalan bermasyarakat
Struktur di dalam masyarakat Mamluk terbagi menjadi 3 kelas. Pertama
yakni bangsa Mamluk sendiri. Mereka memandang rendah para petani bahkan
12 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 18
17
menolak berbaur dengan mereka. Kedua, di samping bangsa Mamluk adalah
masyarakat lain yang disebut dengan Ahl al-Imamah atau bisa juga disebut “kaum
serbanan” yang bekerja di sejumlah kanttor pemerinntahan. Bangsa Mamluk sangat
menghormati ulama karena mereka belajar ilmu agama terhadapnya. Akan tetapi
para elite Mamluk ini sangat khawatir karna para ulama itu tidak pernah ragu dalam
menyampaikan kritik ketika melihat sesuatu yang bertentangan dengen perintah
agama yang secara benar. Dan ketiga yakni para pedagang dan pengusaha, karna
memiliki kekayaan yang lebih dan menjadi obyek pungutan pajah bahkan mangsa
penyitaan.13
Di dalam latar belakang sosial pasti terjadi beberapa konflik dan kerusuhan,
hlm ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial dan intelektual. Herbert Heaton
menulis dalam bukunya Economic History Of Europe, Kerusuhan yang terjadi
ibarat angin surga yang memberi kesempatan untuk memperkuat jejak kaki yang
mempertemuka timur dan barat. Orang-orang muslim dan nasrani secara bebas
bercampur baur dalam kehidupan sosial, ekonomi dan akademis, dan menghasilkan
kemanfaatan bersama.
b. Intelektual dan Pendidikan
Di dalam pembahasan ini, tentunya sudah penulis jelaskan juga
bahwasannya Mesir dan Suriah ini menjadi pusat pengkajian ilmu pengetahuan
selama periode Mamluk. Sejumlah lembaga pendidikan madrasan yang didirikan
13 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 23
18
sultan di sejumlah kota berbeda dengan di seluruh wilayah kesultanan.14 Ada
sejumlah pengajar spesialis tentang subjek tertentu, memberikan sertifikat kepada
para murid mereka yakni setelah menyelesaikan studinya. Nilai dan sertifikat ini
tergantung pada kapasita personal dari guru-guru itu sendiri. (37) Sultan sultan
Mamluk sangat suka mengkoleksi buku dan membangun sejumlah perpustakaan.
Hamper di setiap madrasan dan masjid ada perpustakaan yang sangat bernilai.
Sultan Qalawun memperkaya koleksi perpustakaannya dengan sejumlah buku dan
tafsir Al-Quran, hadis yurisprudensi, ilmu Bahasa, buku pengobatan, literature dan
puisi.
Di dalam ruang lingkup Geografi, sejumlah buku yang sangat berharga
ditulis pada periode ini. Yang cukup penting misalnya buku Taqwiim al-Buldan
yang dalam argumentasinya ia menyebutkan bahwa bumi itu bulat dan setiap orang
yang berjalan mengelilinginya akan memperoleh pengalaman yang bermanfaat dan
kehilangan masa satu hari.15
Buku buku geografi yang ditulis pada masa itu, masih memiliki nilai penting
hingga saat ini. Di antaranya yang paling terkenal yakni penulis biografi
muslimadalah Ibnu Khlmikan yang hidup di Suriah. Ia pertama kali menerbitkan
kamus biografi tentang tokoh nasional dalam Bahasa arab yang berjudul Wafayat
al-A’yan wa anba’ ahl-Zaman, kemudian Al-Kutubi menulis pelengkap buku
seperti di Aleppo yang berjudul Fawat al-Wafayat.
14 ‘Ashur, S.A.F, al-‘Asr al-Mamaliki (Kairo: Dar al-Nahdahah al-Arabiyah,1965), hlm.
330-331 15 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 26
19
Kemudian karya tulisan sejarah yang demikian populernya diteruskan dan
diikhtisarkan oleh penulis-penulis kemudian. Buku karya Ibnu Katsir yang berjudul
al-Bidayah wa al-Nikayah, juga merupakan karya yang sangat bernilai dalam
sejarah Islam. Ada 14 jilid yang berkaitan dengan periode itu. Ibnu katsir juga
sangat dikenal sebagai Penafsir Al-Quran. Nuwairi juga banyak menjabat dalam
pmerintahan kesultanan Mamluk yang menulis buku Nihayah al-Arab fi Funun al-
Adab sebanyak 13 jilid. Sebagian di antaranya berkaitan dengan kegiatan
pemerintahan, Khususnya pada jilid kedelapan yang bernilai sangat penting dalam
riset sistem keuangan di Mesir, Pada masa itu.
Dalam bidang ilmu Bahasa dan literature teologi, periode ini juga
memberikan kontribusi yang sangat besar. Sejumlah kamus Arab yang sangat
otentik dan terbesar, misalnya Lisan al-‘Arab, sebanyak 20 jilid cukup tebal,
dipersiapkan oleh Ibnu Manzur (1331). Ahli grametika Bahasa Arab Abu Hayyan
al-Tahwidi juga hidup di masa ini. Ahli teologi al-Dhahabi, al-Nawawi, Izzuddin
bin ‘Abdul-Salam, al-Subki, dan Ibnu al-Qoyyim juga hidup pada masa itu.16
B. Aktifitas dan Kegiatan
1. Aktifitas Ibnu Taimiyyah
Aktifitas dan kegiatan Ibnu Taimiyyah ini adalah mengajar dan hubinya
dalam menulis, di dalam metode mengajarnya sangat elegan dan mencolok, bahkan
penuh dengan referensi yang otentik, diperkuat dengan argumentasi rasional dan
16 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 28
20
bukti-bukti dari Hadits nabi. Dalam memberikan khotbah tentang subyek apapun,
ia selalu mengutip ayat Al-Quran sebagai dasarnya, membahas maknanya dengan
referensi silang dengan Hadits nabi. Kemudian ia menguraikan dengan pendapat
para imam yang relevan srtapendapat para ahli fiqih termasyhur lainnya. Caara
membahas masalahnya ini menggunakan berbagai jalan, sehingga masalah dan
jalan keluarnya menjadi jelas dalam pikiran para pendengarnya. Ibnu Taimiyyah
memiliki ingatan yang sangat bagus , yang membantunya membanjiri lawan
lawannya dalam berpolemik.17
Menurut Ibnu Taimiyyah pada garis besarnya metode pengajaran dapat
dibagi kepada dua bagian, yaitu metode ilmiah dan metode iradiah. Hlm ini
didasarkan pada pemikirannya bahwa al-Qalb (hati) merupakan alat untuk belajar.
Hatilah yang mengendalikan anggota badan dan mengarahkan jalannya. Menurut
Ibnu Taimiyyah bahwa al-qalb (hati) tersebut memiliki dua daya, yaitu daya ilmiah
atau daya berpikir, dan daya iradiah yaitu kecenderungan untuk mengamalkan apa
yang dipikirkan. Pemikiran tersebut dimulai dalam hati dan berakhir dalam hati dan
ketika iradah (kemauan) bermula di dalam hati dan berakhir pada anggota badan,
pada puncaknya penggunaan kedua daya tersebut di dalam akal. Dengan demikian,
akal merupakan sifat yang terdapat pada hati, yaitu pemikiran dan kemauan.
Melalui daya ilmiah, hati seorang akan menghasilkan ma’rifah (pengetahuan yang
mendalam) dan ilmu (pengetahuan biasa). Tujuan utama metode ini adalah
mendidik kemauan seorang pelajar sehingga hatinya tergerak untuk tidak
dagangan yang diimpor dari luar negeri. Kharaj merupakan iuran pajak pada
daerah-daerah yagn ditaklukan. Prosentase dari kharaj lebih tinggi dari ushr.
Ghanimah yang didapatkan dibagi 4/5 kepada para prajurit yang ikut andil dalam
perang sedangkan 1/5-nya disimpan sebagai kas negara.
4. Ali bin Abi Thlmib ( 23H – 40H / 600 – 661 M )
Pada masa pemerintahan Ali, beliau mendistribusikan seluruh pendapatan
provinsi yang ada di Baitul Mal Madinah , Busra, dan Kuffah. Ali ingin
mendistribusikan sawad, namun ia menahan diri untuk menghindari terjadi
perselisihan.
Secara umum, banyak kebijakan dari Khlmifah Ustman yang masih
diterapkan, seperti alokasi penegeluaran yang tetap sama. Pengeluaran untuk
angkatan laut yang ditambahkan jumlahnya pada masa Ustman hampir dihilangkan
seluruhnya.
Khlmifah Ali mempunyai konsep yang jelas mengenai pemerintahan,
administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannnya seperti
mendiskripsikan tugas dan kewajiban dan tanggung jawab penguasa, menyusun
dispensasi terhadap keadilan, kontrol atas pejabat tinggi dan staf, menjelaskan
34
kebaikan dan kekurangan jaksa, hakim dan abdi hukum, menguraikan pendapatan
pegawai administratif dan pengadaan bendahara.9
C. Prinsip Prinsip Ekonomi Islam
Prinsip-prinsip ekonomi Islam yang merupakan bangunan ekonomi Islam
didasarkan atas lima nilai universal yakni : tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan),
nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintah) dan ma’ad (hasil). Kelima nilai ini
menjadi dasar inspirasi untuk menyusun teori-teori ekonomi Islam.10
Namun teori yang kuat dan baik tanpa diterapkan menjadi sistem, akan
menjadikan ekonomi Islam hanya sebagai kajian ilmu saja tanpa member dampak
pada kehidupan ekonomi. Karena itu, dari kelima nilai-nilai universal tersebut,
dibangunlah tiga prinsip Derivatif yang menjadi ciri-ciri dan cikal bakal sistem
ekonomi Islami.
Ketiga prinsip Derivatif itu adalah Multitype Ownership, Freedom to Act,
dan Social Justice. Di atas semua nilai dan prinsip yang telah diuraikan di atas,
dibangunlah konsep yang memayungi kesemuanya, yakni konsep akhlak. Akhlak
menempati posisi puncak, karena inilah yang menjadi tujuan Islam dan dakwah
para Nabi, yakni untuk menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak inilah yang
menjadi panduan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya.
Nilai- nilai Tauhid (keEsaan Tuhan), ‘adl (keadilan), nubuwwah (kenabian),
9 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada ,2006) ed 3, hlm. 85 10 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: III T, 2002), hlm. 17
35
khilafah (pemerintah, dan ma’ad (hasil) menjadi inspirasi untuk membangun teori-
teori ekonomi Islam :
1. Tauhid
Prinsip pertama dalam sistem ekonomi Islam adalah tauhid. Karna dari
sinilah lahir prinsip-prinsip yang bukan saja dalam bidang ekonomi, tetapi juga
menyangkut segala aspek kehidupan dunia dan akhirat.11
Tauhid dapat diibaratkan sebagai matahari, yang mana sebagai sumber
kehidupan di bumi dan planet sekelilingnya. Tauhid mengantarkan manusia
mengakui bahwa keesaan Allah mengandung konsekuensi keyakinan bahwa segala
sesuatu bersumber dari Allah dan kesudahannya pun berakhir pada Allah Swt.12
Dalam Islam juga, segala sesuatu yang ada itu tidak diciptakan dengan sia-
sia, tetapi memiliki tujuan. Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah
kepada-Nya. Karena itu segala aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam
dan sumber daya serta manusia (mu’amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan
dengan Allah. Karena kepada-Nya manusia akan mempertanggungjawabkan segala
perbuatan, termasuk aktivitas ekonomi dan bisnis.13
2. Keadilan dan Keseimbangan
11 Shihab, M. Quraish, Menabur Pesan Illahi Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan
Masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), hlm. 198 12 Shihab, M. Quraish, Menabur Pesan Illahi Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan
Masyarakat, Jakarta: Lentera Hati, 2006, h. 402 13 Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Wali Pers, 2007),h.14-15
36
Prinsip ekonomi Islam yang kedua ini dimaksudkan bahwa seluruh
kebijakan dan kegiatan ekonomi harus dilandasi paham keadilan, yakni
menimbulkan dampak positif bagi pertumbuhan dan pemerataan pendapatan dan
kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan
keseimbangan adalah suatu keadaan yang mencerminkan kesetaraan antara
pendapatan dan pengeluaran, pertumbuhan dan pendistribusian dan antara
pendapatan kaum yang mampu dan kurang mampu.14
Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil.
Dia tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap makhluk-Nya secara dzalim.
Manusia sebagai khlmifah di muka bumi harus memelihara hukum Akhmad
Mujahidin, Allah menciptakan bumi dan menjamin bahwa pemakaian segala
sumber daya diarahkan untuk kesejahteraan manusia, supaya semua mendapat
manfaat daripadanya secara adail dan baik. Dalam banyak ayat, Allah
memerintahkan manusia untuk berbuat adil. Islam mendefinisikan adil sebagai
tidak menzalimi dan tidak dizalimi.
Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak
dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hlm itu merugikan orang lain
atau merusak alam. Tanpa keadilan, manusia akan terkotak-kotak dalam berbagai
golongan. Golongan yang satu akan menzalimi golongan yang lain, sehingga terjadi
eksploitasi manusia atas manusia. Masing-masing beruasaha mendapatkan hasil
yang lebih besar daripada usaha yang dikeluarkannya karena kerakusannya.
14 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011,
h. 415
37
Keadilan dalam hukum Islam berarti pula keseimbangan antara kewajiban yang
harus dipenuhi oleh manusia (mukallaf) dengan kemampuan manusia untuk
menunaikan kewajiban itu. Di bidang usaha untuk meningkatkan ekonomi,
keadilan merupakan “nafas” dalam menciptakan pemerataan dan kesejahteraan,
karena itu harta jangan hanya saja beredar pada orang kaya, tetapi juga pada mereka
yang membutuhkan.15
3. Kehendak bebas
Kehendak bebas adalah prinsip yang mengantar seorang Muslim menyakini
bahwa Allah Swt. memiliki kebebasan mutlak, namun manusia juga mendapatkan
anugerah kebebasan untuk memilih jalan yang terbentang dihadapannya baik dan
buruk. Manusia yang baik di sisi-Nya adalah manusia yang mampu menggunakan
kebebasan itu dalam rangka penerapan tauhid dan keseimbangan.
Setiap orang tentunya dapat menikmati kebebasan sepenuhnya untuk
berbuat sesuatu atau mengambil pekerjaan apapun atau juga memanfaatkan
kekayaan dengan cara yang ia sukai.16
15 Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Wali Pers, 2007),hlm. 16 16 Afzalur Rahman, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj. H. M. Arifin, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), hlm. 194
38
4. Tanggung Jawab
Menurut Islam, bahwa sungguh manusia diberikan kebebasan untuk
menentukan jalan hidup dan memilih dalam bidang usaha ekonomi yang akan
dilakukan, namun kebebasannya ini harus di dasari juga rasa tanggungjawab.17
Konseps tanggung jawab dalam Islam secara komprehensif ditentukan. Ada
dua aspek dari konsep ini yang harus dicatat sejak awal.
1. tanggung jawab menyatu dengan status kekhlmifahan manusia
keberadaannya sebagai wakil Tuhan di muka bumi.
2. konsep tanggung jawab dalam Islam pada dasarnyabersifat sukarela dan
tidak harus dicampuradukkan dengan ‘pemaksaan’ yang ditolak
sepenuhnya oleh Islam.
5. Khalifah
Dalam doktrin Islam manusia diciptakan Allah untuk menjadi khlmifah
(wakil Allah) di muka bumi. Manusia telah diberkahi dengan semua kelengkapan
akal, spiritual, dan material yang memungkinkannya untuk mengemban misinya
dengan efektif.
جعل فيها من يفسد فيها توا أ
ال ق
ليفة
رض خ
ي جاعل في ال
ة إن
ئك
مال
ك لل ال رب
ق
وإذ
س د قح بحمدك ون
سب حن ن
مآء ون
مون }ويسفك الد عل
تم ما ل
عل
ي أ
ال إن
ك ق
{ 30 ل
نسمآء هؤآلء إن ك
نبئوني بأ
ال أ
قة ف
ئك
ال ى ال
م عرضهم عل
ها ث
لسمآء ك
م ءادم ال
تم وعل
مت 31صادقين } ما عل
نآ إل
م ل
عل
ك ل
وا سبحان
الحكيم }{ ق
عليم ال
نت ال
ك أ { 32نا إن
17 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011), hlm. 419
39
م غ
عل
ي أ
م إن
كل ل
قم أ
لال أ
سمآئهم ق
هم بأ
نبأ
آ أ م
لسمآئهم ف
نبئهم بأ
ال يآءادم أ
يب ق
تمون }كنتم ت
بدون وما ك
م ما ت
عل
رض وأ
ماوات وال {33الس
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat :
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khlmifah di muka bumi.” Mereka berkata
: “Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahlm kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah berfirman :
“Sesungguhnya Aku me-ngetahui apa yang tidak Engkau ketahui.” Dia mengajar
kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian memaparkannya kepada para
malaikat, lalu berfirman : “Sebutkanlah kepadaKu nama-nama benda itu, jika
kamu ‘orang-orang’ yang benar.” Mereka berkata : “Maha suci Engkau, tidak ada
yang kami ketahui selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Allah
berfirman : “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini !”
Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah
berfirman : “Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku
mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan
kamu sembunyikan?”
Fungsi kekhalifahan manusia adalah untuk mengelola alam dan
memakmurkan bumi ini sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syariah Allah.
Dalam mengemban tugasnya sebagai khlmifah, ia diberi kebebasan dan juga dapat
berfikir serta menalar untuk memilih antara yang benar dan yang salah, baik dan
buruk dan mengubah kondisi hidupnya ke arah yang lebih baik. Berbeda dengan
paradigma kapitalisme, konsep khilafah mengangkat manusia ke status terhormat
di dalam alam semesta. Serta memberikan arti dan misi bagi kehidupan baik laki-
laki maupun wanita. Arti ini diberikan oleh keyakinan bahwa mereka tidak
diciptakan dengan sia-sia tetapi untuk mengemban sebuah misi. Khlmifah berbuat
sesuai ajaran Tuhan dan berfungsi sebagai wakil wakil Tuhan di muka bumi.18
24, hlm. 11. 5 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 81
44
penguasaan (zulm) yang dilakukan oleh seseorang. Sesekali alasannya adalah
karena adanya kekurangan dalam produksi atau penurunan impor dari barang-
barang yang diminta. Jadi, jika kebutuhan terhadap jumlah barang meningkat,
sementara kemampuan menyediakannya menurun, harga dengan sendirinya akan
naik. Disisi lain, jika kemampuan penyediaan barang meningkat dan permintaan
menurun, harga akan turun. Kelangkaan dan kelimpahan tak mesti diakibatkan oleh
perbuatan seseorang. Bisa saja berkaitan dengan sebab yang tidak melibatkan
ketidakadilan. Atau sesekali bisa juga disebabkan oleh ketidakadilan.6
Ibnu Taimiyah memberikan penjelasan yang rinci tentang beberapa faktor
yang mempengaruhi permintaan dan tingkat harga. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:7
1. Permintaan masyarakat (al-ragabah) yang sangat bervariasi (people’s
desire) terhadap barang. Faktor ini tergantung pada jumlah barang yang
tersedia (al-matlub). Suatu barang akan semakin disukai jika jumlahnya
relatif kecil (scarce) daripada yang banyak jumlahnya.
2. Tergantung kepada jumlah orang yang membutuhkan barang
(demander/consumer/ tullab). Semakin banyak jumlah peminatnya,
semakin tinggi nilai suatu barang.
3. Harga juga dipengaruhi oleh kuat lemahnya kebutuhan terhadap suatu
barang, selain juga besar dan kecilnya permintaan. Jika kebutuhan terhadap
6 Ibnu Taimiyah, “Alhisbah Fi Al Islam”, (Kairo: Dar al-Sa’ab 1976), h. 41 7 Ibnu Taimiyah, “Majmu’ Fatawa”, (Kairo: Dar al-Sa’ab 1976), h. 304-306
45
suatu barang kuat dan berjumlah besar, maka harga akan naik lebih tinggi
jika dibandingkan dengan jika kebutuhannya lemah dan sedikit.
4. Harga juga akan bervariasi menurut kualitas pembeli barang tersebut (al-
mu’awid). Jika pembeli merupakan orang kaya dan terpercaya (kredibel)
dalam membayar kewajibannya, maka kemungkinan ia akan memperoleh
tingkat harga yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak
kredibel (suka menunda kewajiban atau mengingkarinya).
5. Tingkat harga juga dipengaruhi oleh jenis uang yang digunakan sebagai alat
pembayaran. Jika menggunakan jenis mata uang yang umum dipakai, maka
kemungkinan harga relatif lebih rendah jika dibandingakan dengan
menggunakan mata uang yang tidak umum atau kurang diterima secara luas.
Hal di atas dapat terjadi karena tujuan dari suatu transaksi haruslah
menguntungkan penjual dan pembeli. Jika pembeli memiliki kemampuan untuk
membayar dan dapat memenuhi semua janjinya, maka transaksi akan lebih mudah
atau lancar dibandingkan dengan jika pembeli tidak memiliki kemampuan
membayar dan mengingkari janjinya. Tingkat kemampuan dan kredibilitas pembeli
berbeda-beda. Hal ini berlaku bagi pembeli maupun penjualnya, penyewa dan yang
menyewakan, dan siapa pun juga. Obyek dari suatu transaksi terkadang (secara
fisik) nyata atau juga tidak nyata. Tingkat harga barang yang lebih nyata (secara
fisik) akan lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak nyata. Hal yang sama
dapat diterapkan untuk pembeli yang kadang-kadang dapat membayar karena
memiliki uang, tetapi kadang-kadang mereka tidak memiliki uang cash dan ingin
46
meminjam. Harga pada kasus yang pertama kemungkinan lebih rendah daripada
yang kedua.
Kasus yang sama dapat diterapkan pada orang yang menyewakan suatu
barang. Kemungkinan ia berada pada posisi sedemikian rupa, sehingga penyewa
dapat memperoleh manfaat dengan tanpa tambahan biaya apapun. Akan tetapi,
kadang-kadang penyewa tidak dapat memperoleh manfaat ini jika tanpa tambahan
biaya, seperti yang terjadi di desa yang dikuasai penindas atau oleh perampok, atau
di suatu tempat diganggu oleh binatang-binatang pemangsa. Sebenarnya, harga
sewa tanah seperti itu tidaklah sama dengan harga tanah yang tidak membutuhkan
biaya-biaya tambahan ini.8
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al-Hisbah fi Al-Islam membedakan dua
jenis harga, yakni harga yang tidak adil dan cacat hukum serta harga yang adil dan
sah menurut hukum
ومن هنا یتبين أن السعر منه ما هو ظلم ل یجوز ،ومنه ما هو عدل جائز
Dan dari sini jelaslah bahwa harga itu diantaranya ada yang zholim dan dia
tidak diperbolehkan, dan ada juga yang adil dan dia diperbolehkan
Dalam kitab al Hisbah Ibnu Taimiyah lebih memperjelas apa yang
dimaksud dengan harga yang adil yaitu:
8 Ibnu Taimiyah, “Alhisbah Fi Al Islam”, (Kairo: Dar al-Sa’ab 1976), hlm. 42
47
فإذا كان الناس یبیعون سلعهم على الوجه العروف من غير ظلم منهم وقد
إما لقلة الش يء ، واما لكثرة الخلق ، فهذا إلى هللاا ارتفع السعر
Apabila orang-orang memperjual belikan barang dagangannya dengan cara-
cara yang bisa dilakukan tanpa ada pihak yang dizholimi kemudian harga
mengalami kenaikan karena kurangnya persediaan barang ataupun
bertambahnya jumlah penduduk (permintaan) maka itu semata-mata karena
Allah SWT.9
Di dalam Skripsi ini, penulis hanya menjelaskan 3 pokok pemikiran Ibnu
Taimiyyah, yang mana pemikiran ekonomi ini menjadi pokok atau menjadi suatu
kajian yang menarik untuk di aplikasikan kedalam tulisan ini, pertama Harga Yang
Adil, kedua Pasar Yang Sehat dan ketiga Hak Milik. Berikut ini adalah penjelasan
dalam hlm tersebut.
a. Harga Yang Adil
Ketika membahas harga yang adil maka terdapat pula sebuah mekanisme di
dalam harga, mekanisme harga yakni suatu proses yang berjalan atas dasar gaya
tarik menarik antara konsumen dan produsen, baik dari pasar Output (barang)
ataupun input (faktor-faktor produksi).10 Adapun harga dapat diartikan sebagai
sejumlah uang yang menyatakan nilai tukar suatu unit benda tertentu.
Harga yang adil menurut Ibnu Taimiyyah adalah “Nilai harga di mana
orang-orang menjual barangnya dan diterima secara umum sebagai hlm yang
9 Ibnu Taimiyah, “Alhisbah Fi Al Islam”, (Kairo: Dar al-Sa’ab 1976), hlm. 42 10 Euis Amalia. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. (Jakarta: Grama Publishing, 1996).
48
sepadan dengan barang yang dijual ataupun barang-barang yang sejenis lainnya di
tempat dan waktu berbeda”.11
Konsep Ibnu Taimiyyah yang seringkali ditemukan dalam pembahasan
tentang permasalahan harga, yakni kompensasi yang setara/adil (‘Iwad al-
Mitsl) dan harga yang setara/adil (Tsaman al-Mitsl).12 Dia berkata :” Kompensasi
yang setara akan diukur dan ditaksir oleh hlm-hlm yang setara, dan itulah esensi
dari keadilan (Nafs al-‘Adl)”.
Iwadh al-Mitsl adalah penggantian yang sama yang merupakan nilai harga
sepadan dari sebuah benda menurut adat kebiasaan. Adapun Tsaman al-Mitsl
adalah nilai harga di mana orang-orang menjual barangnya dapat diterima secara
umum sebagai hlm yang sepadan dengan barang yang dijual itu. Keadilan yang
dikehendaki oleh Ibnu Taimiyyah berhubungan dengan prinsip La Dharar yakni
tidak melukai dan tidak merugikan orang lain, dengan berbuat adil maka tidak akan
terjadi kezaliman. Permasalahan tentang kompensasi yang adil muncul ketika
membongkar masalah moral atau kewajiban hukum (berkaitan dengan
kepemilikan). Adapun prinsip-prinsip itu berkaitan dengan kasus-kasus berikut :13
1. Ketika seseorang bertanggung jawab menyebabkan terluka atau rusaknya
orang lain (nufus), hak milik (amwal), keperawanan dan keuntungan
29, hlm. 526. 18 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 100
51
regulasi atau pengaturan terhadap harga. Tujuan utama dari harga yang adil adalah
memelihara keadilan dalam mengadakan transaksi timbal balik diantara
masyarakat.
b. Mekanisme Pasar
Ibnu Taimiyyah juga memiliki pandangan yang jernih dalam sebuah pasar
bebas, Harga sangat dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan.
Menurutnya, naik dan turunnya angka dari sebuah harga itu tidak selalu berkaitan
dengan Kezaliman (zulm) yang dilakukan oleh seseorang. Meskipum alasannya
adalah adanya kekurangan dalam produksi atau penurunan impor dari barang-
barang yang diminta. Oleh karna itu, jika membutuhkan peningkatan jumlah
barang, sementara produksinya menurun maka dalam kasus-kasus seperti ini bisa
dipastikan adanya kenaikan harga. Dalam kasus lain, jika kemampuan dalam
produksi barang meningkat, namun dalam permintaan konsumen menurun maka
dapat di pastikan harga juga akan turun. Karna kelangkaan dan kelimpahan suatu
barang itu tidak mesti diakibatkan oleh perbuatan satu pihak. Namun hlm ini dapat
terjadi apabila terdapat suatu ketidakadilan.19
Dari pernyataan di atas dapat di analisis bahwasannya ada kebiasaan yang
tidak baik tepatnya pada zaman Ibnu Taimiyyah, kenaikan harga itu terjadi akibat
adanya ketidakadilan atau malpraktik dari para produsen. Kata yang paling actual
yang sering digunakan oleh Ibnu Taimiyyah adalah zulm, yang berarti sebuah
pelanggaran hukum atau lebih tepatnya ketidakadilan. Pada kasus seperti ini, di
19 Amalia Euis, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2010,
Hlm 207
52
gunakan dalam pengertian manipulasi oleh penjual, yang mendorong terjadinya
ketidakseimbangan pasar.
Ibnu Taimiyyah Mengatakan bahwasannya ada dua sumber di dalam
penyediaan barang yakni, Produksi barang dan impor barang yang diminta (ma
yukhlak aw-yujlab min dhlmik al-mal al-matlub).20 Makna dari al-matlub adalah
sinonim dari Bahasa inggris”demand”. Untuk menyatakan permintaan atas barang
tertentu, Ibnu Taimiyyah menggunakan ungkapan raghbat fi al-shai’. Misalnya
keinginan atas suatu barang. Keinginan itu terefleksi dalam bentuk keinginan atau
selera, merupakan salah satu pertimbangan penting dari permintaan.
Pasal yang di kutip di atas memberi kesan bahwasannya Ibnu Taimiyyah
menunjukan pada sesuatu yang kini disebut fungsi penawaran dan permintaan.
Ketika terjadi sebuah lonjakan akan permintaan pada harga yang sama dan
kekurangan kekurangan penyediaan pada harga yang sama pula. Sebaliknya,
kekurangan permintaan dan kelebihan suplai pada harga yang sama, alhasil akan
terjadinya dorongan untuk penurunan harga. Tidak dapat dipungkiri lagi, jika
penurunan suplai disertai dengan peningkatan permintaan maka akan terjadilah
kenaikan dalam harga.
Di dalam satu bagian bukunuya Fatawa,21 Ibnu Taimiyyah mencatat
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap permintaan dan konsekuensinya
terhadap harga yakni :22
20 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 105 21 Salin Edgar, “Just Price” dalam Encylopadia of the social sciences (New York:
Macmillan) Vol. 8, hlm. 507. 22 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 107
53
a. Perubahan juga tergantung pada jumlah para peminta (tullab). Jika jumlah
dari orang-orang yang meminta dalam satu jenis barang dagangan banyak,
maka harga akan naik dan akan terjadi sebaliknya jikalau jumlah permintaan
sedikit.
b. Keinginan penduduk (al-raaghbah) atas jenis yang berbeda-beda dan
sesekali berubah-ubah. Perubahan itu sesuai dengan kelimpahan atau
kelangkaan barang yang diminta (al-matlub). Sebuah barang sangat di
inginkan jika persediaannya sangatlah sedikit.
c. Harga juga berubah-ubah, sesuai dengan siapa saja dalam pertukaran barang
tersebut dilakukan (al-mu’awid). Jika ia kaya dan dijamin membayar hutang
maka harga bisa turun untuknya. Daripada yang di terima dari orang lain
yang diketahui sedang dalam kebangkrutan, suka menunda pembayaran,
atau diragukan dalam melakukan pembayaran.
d. Jikalau tingkat kebutuhan atas suatu barang ini menguat ataupun melemah
ini bisa berpengaruh dalam kenaikan harga karna meluasnya jumlah dan
ukuran dari kebutuhan baik besar maupun kecil.
Harga juga dapat dipengaruhi oleh bentuk alat pembayaran yang digunakan
dalam jual beli. Jika yang digunakan umum dipakai (naqd ra’ji), harga akan lebih
rendah daripada membayar dengan uang yang jarang ada di peredaran
54
c. Hak Milik
Dalam Islam, Allah lah pemilik yang sesungguhnya dan mutlak. Menurut
Ibnu Taimiyah, penggunaan hak milik dimungkinkan sejauh tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariat.23
Hak milik bagi Ibnu Taimiyyah yakni sebuah kekuatan yang didasari atas
suariat untuk menggunakan sebuah objek, Namun kekuatan itu sangatlah bervariasi
dalam bentuk dan tingkatannya.24 Misalkan, kekuatan itu sesekali sangat lengkap,
sehingga pemilk benda tersebut berhak menjual, meminjamkan ataupun
menghadiahkan bahkan menggunakannya untuk tujuan produktif. Akan tetapi,
sekali tempo maka kekuatan tersebut tidak akan lengkap lagi, karna hak dari
pemilik itu terbatas.25 Pembahasan Ibnu Taimiyyah tidak dibatasi oleh hak milik
pribadi, namun juga mencangkup kepemilikan oleh masyarakat maupun negara.
Dalam masalah seperti ini, pandangan akan masalak karakteristik ekonominya.
1. Hak Milik Individu.
Setiap individu tentunya memiliki hak untuk menikmati hak miliknya karna
kerja keras yang telah dilakukannya tersebut, yakni dengan menggunakannya
secara produktif, memindahkannya dan melindunginya dari pemubaziran yang
terbuang sia-sia. Oleh karna itu Ia tidak boleh menggunakannya secara berlebihan
23 Amalia Euis, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2010,
Hlm 217 24 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 137 25 Amalia Euis, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2010,
hlm 218
55
untuk tujuan bermewah-mewahan. Oleh karna itu hak milik individu ini dibatasi
oleh sebuah kesederhanaan.26
2. Hak Milik Sosial atau Kolektif.
Hak milik sosial memiliki bentuk yang bermacam-macam. Misalnya,
sebuah objek bisa saja dimiliki oleh dua orang atau lebih, organisasi atau asosiasi.
Contoh penting dari kepemilikan bersama adalah anugerah alam, seperti air, rumput
dan api yang juga disebutkan dalam hadis Rasulullah Saw. “manusia itu berserikat
(dalam pemanfaatan) tiga alam, yaitu air, rumput dan api”. (HR Ahmad bin
Hambal). Salah satu alas an dari keharusan pemilikan kolektif terhadap obyek-
obyek alam adalah semua itu diberikan oleh Allah seacara gratis dan semua itu demi
kepentingan umum. 27
3. Hak Milik Negara.
Di dalam suatu negara tentunya membutuhkan hak milik untuk memperoleh
pendapatan, sumber-sumber penghasilan dan kekuasaan untuk melaksanakan
kewajibannya, seperti untuk menyelenggarakan pendidikan, regenerasi moral,
memelihara keadilan, memelihara hukum dan secara umum melindungi seluruh
kepentingan material dan spiritual penduduk. Menurut Ibnu Taimiyah, sumber
26 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 138
27 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 142
56
utama dari pendapatan negara itu adalah zakat dan harta rampasan perang
(ghanimah).28
C. Tantangan Ibnu Taimiyyah dalam memerankan ekonomi di pemerintahan.
Seperti para pemikir Islan lainnya, Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa
pemerintah merupakan institusi yang sangat dibutuhkan.29 Ia memberikan dua
alasan dalam menetapkan negara dan kepemimpinan negara seperti apa adanya.
Penekanan dari pembahasannya lebih pada karakter religius dan tujuan dari sebuah
pemerintahan;“Tujuan terbesar dari negara adalah mengajak penduduknya
melaksanakan kebaikan dan mencegah mereka berbuat munkar”.30
Oleh karna itu jihadnya pemerintah dalam permasalahan ekonomi ini harus
ada, agar pemasalahan-permasalahan ekonomi dapat di pecahkan sebagaimana
Ibnu Taimiyyah mengatakan :
عام لفاعله ولغيره في الدين والدنيا، فإن نفع الجهاد وهو ظاهر عند العتبار؛
ومشتمل على جميع أنواع العبادات الباطنة والظاهرة، فإنه
مشتمل من محبة للا
تعالى، واإلحالص له، والتوكل عليه، وتسليم النفس والال له، والصبر والزهد،
، وسائر أنواع العمال: على ما ل يشتمل عليه عمل آخر. والقائم
بهوذكرللا
من الشخص والمة بين إحدى الحسنيين دائما , واما النصر والظفر, واما
28 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 144
29 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 225