PEMIKIRAN DAKWAH KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI DALAM BUKU DZIKRULLAH SEPANJANG WAKTU Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh ISNA HIDAYATI TF NIM: 106051001835 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMIKIRAN DAKWAH KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
DALAM BUKU DZIKRULLAH SEPANJANG WAKTU
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
ISNA HIDAYATI TF NIM: 106051001835
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PEMIKIRAN DAKWAH KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
DALAM BUKU DZIKRULLAH SEPANJANG WAKTU
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
ISNA HIDAYATI TF NIM: 106051001835
Di Bawah Bimbingan,
Dr. Fatmawati, MA 197609172001122002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi ini berjudul PEMIKIRAN DAKWAH KH. MUHAMMAD
IDRIS JAUHARI DALAM BUKU DZIKRULLAH SEPANJANG WAKTU
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 10 Juni 2010. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 10 Juni 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. H. Adi Badjuri. MM Dra. Nasichah, MA NIP 10540828 198003 1 001 NIP 196711261996032001
Pembimbing
Dr. Fatmawati, MA NIP 197609172001122002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 10 Juni 2010
Isna Hidayati. TF
MOTTO:
Ora Etra Bora "Berusaha dan berdoa"
Do The Best and Do Like You Thing No Tomorrow
Bagiku Tak Ada Yang Tak Mungkin Kecuali Tidak Mau Melakukan
DEDIKASI PONDOK PESANTREN AL-AMIEN UNTUK KAMI
Ilmu yang diperoleh dari pondok harus senantiasa disadari sebagai:
1. KUNCI yang harus kalian perguanakan sendiri untuk memebuka khasanah Ilmu Pengetahuan yang seluas-luasnya
2. DASAR / PONDASI yang harus kalian bangun di atasnya sebuah bangunan yang kuat dan kokoh
3. MODAL AWAL yang harus kalian putar dan kembangkan sendiri, sehingga mendatangkan keuntungan dan manfaat yang sebesar-besarnya untuk diri kalian sendiri dan orang lain
4. BIBIT / BENIH yang harus kalian pelihara sebaik mungkin untuk kalian semaikan di atas tanah yang subur dan produktif sehingga ia berbuah selebat-lebatnya
5. PEMANASAN / WARMING UP dari suatu pertandingan besar yang akan kalian hadapi dimasyarakat kelak.
6. LANGKAH-LANGKAH PENDAHULUAN dari seribu, sejuta, selaksa langkah yang akan kalian jalani…..
BIODATA PENULIS
Nama : Isna Hidayati Taufik TTL : Sumenep, 27 November 1987 Alamat : Pond-Pest Matlabul Ulum Desa Jambu Kec. Lenteng Kab. Sumenep
Sejalan dengan perintah Allah dalam wahyu pertama yang berisi isyarat Iqra’ yang berarti “Bacalah” dalam surat al-‘Alaq yang berisi tentang perintah terhadap hambanya untuk selalu membaca, yang mana perintah membaca sudah tentu pula selalu diiringi dengan perintah menulis sebagai adanya bahan yang akan dibaca. Aktivitas membaca sangat ditentukan oleh tersedianya bahan bacaan, yang menuntut produktivitas menulis, untuk itu selayaknya bagi kaum intelektual Islam terutama seorang da’i untuk menyalurkan pengetahuannya dan pemikirannya tentang ajaran Islam dalam sebuah tulisan. Berdakwah melalui karya tulis adalah salah satu metode dakwah seorang da’i yang ingin mengajak dan menjelaskan kepada pembaca atau mad’u tentang Islam dan mengajak agar ummat Islam dapat meningkatkan kualitas keimanannya sebagai hamba Allah. KH. Muhammad Idris Jauhari adalah seorang ulama yang berdakwah melalui lembaga sosial yaitu pesantren di Madura dan berdakwah melalui karya tulis. Buku Dzikrullah Sepanjang waktu adalah salah satu karya tulisnya, karya tulis ini mengajak mad’u untuk memahami Dzikrullah sepanjang waktu, dalam keadaan apapun, baik senang maupun sedih dan dimana saja kita berada untuk selalu melaksanakan dzikrullah.
Dari penjelasan di atas, maka penulis merumuskan dua pertanyaan. Bagaimana aktivitas dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari? Bagaimana pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku Dzikrullah Sepanjang Waktu?
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena pengumpulan data yang terdiri dari wawancara kepada KH. Muhammad Idris Jauhari, studi pustaka, studi dokumentasi melalui buku-buku, majalah, rekaman dan teknik analisa data. Dengan analisis data yang bersifat deskriptif, yaitu memaparkan situasi atau peristiwa.
Teori Social Construction Of Reality yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Ia menggambarkan proses sosial dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama. Realitas simbolis, teori ini menjelaskan sebuah realitas yang diberi makna. Sama halnya dengan KH. Muhammad Idris Jauhari yang dalam buku dzikrullah sepanjang waktu menggambarkan metode praktis dzikrullah yang dapat dilakukan secara situasional, dalam keadaan apa saja dan kapan saja.
Berdakwah melalui karya tulis merupakan sarana penyampaian pemikiran seseorang tentang Islam dan dakwah seseorang untuk memberikan pemahaman tentang Islam kepada pembaca atau mad’u agar dapat meningkatkan kualitas keimanannya. Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku Dzikrullah sepanjang waktu bahwa Dzikrullah adalah mengingat dan menyebut Tuhan baik dalam konteks ingatnya sebagai seorang hamba kepada Allah ataupun dalam konteks ingat-Nya Allah kepada sang hamba. Dalam buku dzikrullah sepanjang waktu ini memberikan pengetahuan baru bahwa dalam segala bentuk usaha dan ikhtiar seorang manusia kepada tuhannya yang ia lakukan seharusnya tidaklah terlepas satupun dari Dzikrullah. Baik itu berupa “Prestasi” seorang hamba diMata Tuhannya, baik prestasi imaniyah, ilmiyah, ataupun amaliyah yang dicapai seorang muslim, maupun yang berupa “Musibah” baik ujian, peringatan maupun azab yang menimpa seorang muslim.
i
KATA PENGANTAR
بسم االله الرحمن الرحيم
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa selalu kita panjatkan kehadirat Allah
SWT. Yang mana dengan rahmat-Nya yang begitu melimpah, yang telah
menetapkan iman kita sehingga kita selalu diberi kemudahan untuk melaksanakan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya sehingga kita termasuk
dari golongan mukmin yang istiqomah di jalan-Nya. Amien ya robbal alamien…
Shalawat berikut salam terhantar untuk Nabi Muhammad SAW, pembawa
perdamaian, pencerahan ummat yang menjadi sejarah besar dalam Islam. Semoga
kita dapat meneladani beliau dan mengamalkan sunnah-sunnahnya. Amien…
Syukur Alhamdulillah penulisan skripsi ini dapat berjalan lancar, meski
tidak mudah melalui proses untuk mencapainya. Akan tetapi dukungan, semangat,
bimbingan, dan yang terpenting Doa dari orang-orang terdekat penulislah yang
mendorong penulis untuk tetap berusaha. Dengan segala kerendahan hati, penulis
pada kesempatan ini ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof.
DR. Komarudin Hidayat dan para pembantu Rektor.
2. Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi DR. Arief Subhan MA dan Para
Pembantu Dekan: Drs. Wahidin Saputra, M.Ag, Drs. Mahmud Djalal, MA,
dan Drs. Studi Rizal, LK, MA.
3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Bapak Drs. Jumroni M.Si
dan sekretaris Jurusan Umi Musyarofah, M.Ag.
4. Karyawan Staf Tata Usaha Fakultas Dakwah dan Komunikasi
5. Perpustakaan Utama UIN beserta Staf-stafnya
ii
6. Perpustakaan Fakultas Dakwah beserta Staf-stafnya
7. Pembimbing skripsi, Dr. Fatmawati, MA yang telah banyak mengarahkan
dan memotivasi penulis selama penyelesaian skripsi ini. Terima kasih
yang sebanyak-banyaknya.
8. Dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta
9. Seluruh Jajaran Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien
Prenduan Sumenep Madura dan juga Pengasuh Tarbiyatul Muallimat
(TMAI), terima kasih yang telah membimbing, memberikan Ilmu, dan
memberikan bekal Agama untuk masa depan kami seterusnya agar
menjadi Muslim dan muslimah Anfa’uhum Lin nas.
10. Teruntuk kyai kami KH. Muhammad Idris Jauhari,
Terima kasih bapak kyai yang telah menyempatkan waktunya untuk
membagikan ilmu yang kesekian kalinya meski kami telah menjadi
Alumni. Begitu bangga kami bisa bersua kembali dan mengangkat karya
bapak kyai untuk dikaji lebih dalam lagi. Semoga bapak kyai senantiasa
dilimpahkan kesehatan oleh Allah agar kami murid-murid bisa lebih lama
lagi menimba ilmu pada bapak kyai. Amien
11. Spesial untuk kedua Orang tua Penulis, KH. Muhammad Taufikurrahman
dan Hj. Ulfah Umamiyah, yang dengan kesabaran tak terbatas, telah
memberikan kepercayaan untuk menuntut ilmu dikota orang, kasih sayang
aba dan umi sangat berharga untuk nanda, Tak ada apapun didunia ini
yang dapat membalas kasih sayang Aba dan Umi terima kasih yang tiada
batasnya.
iii
12. Untuk Kakakku tersayang Imam Khodri Taufik. SS penyemangat dan
motivator hidupku, Teteh Ifat dan si bonin.
13. Adekku dan sahabat kecilku Izzatur Rif’ah Sunan, boleh kita sama-sama
berkelana tapi kita harus tetap bersama ya selamanya..
14. My Best Friend Rida Farida Mustopa, terima kasih atas semuanya. Sahabat
adalah orang yang paling mengerti ketika aku berkata “aku lupa” dan
membuka pintu meski aku belum mengetuknya.
15. My Cute Friend Putri Helmalena “Cut Putro”, Aceh punya, satu
perjuangan, satu perantauan.
16. Kawan-kawanku tercinta dan sahabat-sahabatku KPI Kelas-C Angkatan
2006, Broadcast Community, semoga kita tetap bisa bersilaturrahmi.
Terima kasih kawan atas motivasinya, jangan pernah lupa mampir
SURAMADU yang selalu merindukan kawan-kawan semua, miss you all
forever.
17. Kawan-kawanku BEMJ KPI 2009. Mahasiswa adalah Agen Perubahan.
Hidup mahasiswa….
18. Kawan-kawan senimanku LSO. Voice Of Communication Fakultas
Dakwah dan Komunikasi. Ditangan Ku berkarya Disuara Ku Bernada.
Buat penerus Adek-adek VOC lagu untuk kalian “Sekarang ataupun 50
tahun lagi VOC harus tetap berkarya, tak ada bedanya rasa cintaku masih
sama seperti pertama UpGrading ”.
19. Kawan-kawanku KKN Cibeurem 2009. Pengalaman sosial masyarakat
yang sangat berharga. Miss you all Tim 22 Cibeurem.
iv
v
20. Kawan-kawanku Arve-Zhasty Alumni Al-Amien Prenduan Angkatan
2005. Kalian akan selalu tercantum di nadi sejarah perjalananku.
Akhirnya inilah akhir dari langkah penulisan ini, semoga ini bukanlah
mengakhiri prestasi untuk berkarya dalam sebuah tulisan. Dengan segala
kerendahan hati tulisan ini sangat jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis berharap kritikan dan saran yang membangun.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk penulis pribadi dan pembaca secara umum.
Amien ya robbal alamien…
Ciputat, 10 Juni 2010
Isna Hidayati Taufik
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Batas dan Rumusan Masalah ...................................................... 4
C. Tujuan Penilitian ......................................................................... 4
D. Manfaat Penilitian ....................................................................... 4
E. Metodologi Penelitian ................................................................. 5
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 6
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 8
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
A. Pengertian Pemikiran .................................................................. 9
B. Pengertian Dakwah ..................................................................... 11
C. Pengertian Da’i............................................................................ 14
D. Materi Dakwah............................................................................ 15
E. Metode Dakwah .......................................................................... 18
F. Media Dakwah ............................................................................ 20
G. Efek Dakwah............................................................................... 21
H. Tujuan Dakwah ........................................................................... 22
vi
vii
I. Pengertian Dzikir ........................................................................ 23
J. The Social Construction of Reality ............................................. 39
BAB III PROFIL KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
A. Profil KH. Muhammad Idris Jauhari .......................................... 42
1. Latar Belakang Keluarga....................................................... 42
2. Latar Belakang Pendidikan ................................................... 43
3. Kiprah Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari ................... 46
4. Karya KH. Muhammad Idris Jauhari .................................... 51
B. Sekilas Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu ................................ 54
BAB IV HASIL PENELIITIAN
A. Aktivitas Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari....................... 58
B. Analisis Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari
dalam buku Dzikrullah Sepanjang Waktu................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 77
B. Saran-saran.................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Awal munculnya Islam melalui wahyu pertamanya adalah ditandai
dengan isyarat Iqra’ (bacalah) dalam surat al-‘Alaq yang berisi perintah
terhadap hambanya untuk selalu membaca, yang mana perintah membaca
sudah tentu pula selalu diiringi dengan menulis sebagai adanya bahan yang
akan dibaca, berikut dalam firman Allah:
⌧⌧
⌧
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam [Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca]. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. Karena dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya Hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu). Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang.” (QS. Al-‘Alaq: 1-9)
Dalam ayat tersebut mengandung pesan, bahwa aktivitas membaca dan
menulis memang sebuah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Aktivitas
1
2
membaca sangat ditentukan oleh tersedianya bahan bacaan yang menuntut
produktivitas menulis sebagai sarana pengadaan bahan bacaan. Buku adalah
salah satu bentuk karya intelektual, menulis buku dapat dikatakan pesan atau
perintah tersirat Al-Quran yang sepatutnya dijadikan tradisi kaum muslimin. 1
Sejalan dengan perintah Allah untuk banyak membaca maka
selayaknya untuk kaum intelektual Islam terutama seorang da’i untuk
menyalurkan pengetahuannya dan pemikirannya tentang ajaran Islam dalam
sebuah tulisan. Hal ini pula bisa disebut dengan dakwah, ketika seseorang
berdakwah melalui tulisannya agar dapat dibaca oleh orang lain yakni mad’u
sehingga penulis dapat mengajak pembacanya menuju pencerahan spiritual.
Menurut Bunda Gola Gong “Tulisan kita ibarat setapak yang bisa
membawa orang ke mata air atau nyala lilin dikegelapan”.2 Hal inilah yang
menunjukkan betapa besarnya pengaruh tulisan kepada pembacanya, hal ini
pula yang dapat dimanfaatkan oleh para da’i untuk menyampaikan ajaran
Islam dengan menggunakan media tulisan. Dengan karya tulis seorang da’i
dapat menyampaikan pemikirannya dan mengajak mad’u atau pembaca untuk
meningkatkan kualitas keimanannya.
KH. Muhammad Idris Jauhari adalah seorang tokoh yang tinggal
disalah satu desa di daerah Madura. KH. Muhammad Idris Jauhari adalah
salah satu pendiri dari Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep
Madura, sebuah Pondok yang besar di daerah Madura yang memiliki konsep
pendidikan yang modern, memiliki kurikulum yang berdiri sendiri, yang
1 Badiatul Muchlisin Asti, Berdakwah Dengan Menulis Buku, (Bandung : Media Qolbu,
2004), hal. 11, 31-34 2 Gola Gong, Jangan Mau Gak Nulis Seumur Hidup, (Bandung: Salamandani, 2007), hal.
35
3
kurikulumnya selalu berkembang tiap tahunnya juga karena buah dari konsep
pemikiran KH. Muhammad Idris Jauhari.
Beberapa karya tulisnya dibidang keilmuan pendidikan dan juga
mengandung unsur dakwah dan nilai-nilai Islam. KH. Muhammad Idris
mendalami banyak bidang keilmuan seperti pendidikan, dakwah, dan lain
sebagainya. Banyak karya tulis yang telah ditulis olehnya, berikut beberapa
judul karya tulisnya: Hakekat Pesantren dan Kunci Sukses Belajar Di
dalamnya, Mencetak Muslim Multi Terampil, Anak Muda Menjadi Sufi
Mengapa Tidak, Pembudayaan Hidup Islami, dan lain sebagainya. Adapun
karya tulisnya yang mengandung nilai-nilai dakwah salah satunya berjudul
Dzikrullah Sepanjang Waktu, karya tulis ini berisi tentang untuk kita selalu
melaksanakan dzikrullah sepanjang waktu, dalam keadaan apapun, baik
senang maupun sedih dan di mana saja kita berada untuk selalu melaksanakan
dzikrullah.
Dalam penelitian ini penulis tertarik dengan buku karangannya yang
berjudul Dzikrullah Sepanjang Waktu. Perjalanan dakwah beliau dari berbagai
segi ilmu yang dibidangi dan kesungguhan untuk menuangkan pemikirannya
dalam sebuah tulisan sangat cukup menjadi alasan untuk ditelaah lebih dalam
dan diteliti tentang pemikiran dakwahnya. Dalam buku tersebut dijelaskan
tentang dzikrullah yang memiliki makna “menyebut atau mengingat” Allah,
penulis ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang bagaimana pemikiran
dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam bukuya tersebut yang berjudul
“Dzikrullah Sepanjang Waktu” dan juga penulis ingin mengetahui bagaimana
aktivitas dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari. untuk itu penulis melakukan
4
penelitian mengenai “Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari
Dalam Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Batasan masalah penulis fokuskan hanya pada pemikiran dakwah KH.
Muhammad Idris Jauhari Dalam Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu.
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari?
2. Bagaimana pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam buku
Dzikrullah Sepanjang Waktu?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas dakwah KH. Muhammad Idris
Jauhari
2. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris
Jauhari dalam buku Dzikrullah Sepanjang Waktu
D. Manfaat Penelitian
1. Segi Akademis
Penelitian ini untuk menambah wawasan tentang kajian pemikiran
dakwah yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan juga sebagai pelengkap
referensi bagi kalangan akademisi untuk kaperluan studi-studi selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
5
Penelitian ini untuk menjadi masukan, menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan bagi pemikir dakwah, sebagai motivasi bagi
pelaksana dakwah yang didapatkan dari pemikiran dakwah KH.
Muhammad Idris Jauhari dan sebagai pijakan para pengemban dakwah
yang mempunyai kewajiban menyampaikan dakwah Islam kepada
masyarakat.
E. Metodologi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif,
yaitu penelitian yang menekankan kedalaman informasi sehingga sampai
pada tingkat makna melalui pengumpulan data. Dengan analisis data yang
bersifat deskriptif, yaitu memaparkan situasi atau peristiwa.3 Data yang
terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar. Langsung ke sumber data dan
peneliti adalah instrumen kunci.4
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpulan informasi langsung dari
seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting dan
peneliti melakukan wawancara langsung dengan KH. Muhammad Idris
Jauhari. Dan data-data yang dikumpulkan melalui studi pustaka dan
wawancara.5
3 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosda Karya, 2002),
mengembangkan diri khususnya mengembangkan akalnya, yang dibangun
tetap atas landasan iman dan takwa disebut dalam Al-Quran secara
berulang-ulang dengan istilah yang berbeda-beda dan dalam konteks
kualitas yang berbeda-beda pula. Diantaranya Ulul Albab, Ulul Abshar,
Uhlu ‘Ilm, ahlu adzikr, ar-Rasikhuun fi al-Ilm, al-Amien, dan lain
sebagainya. Dalam berfikir, seseorang mengawali dengan memikirkan hal
yang sederhana hingga akhirnya terbentuk pola pikir (Fiqrah) tertentu, dan
hal itu sangat dipengaruhi oleh akidah, ideologi, hati nurani, keinginan dan
kecenderungan hawa nafsu, lingkungan hidupnya seperti sosial, budaya,
ekonomi, politik.5
B. Pengertian Dakwah
Secara etimologi, kata dakwah sebagai bentuk mashdar dari kata da’a
dan yad’u yang artinya memanggil, mengundang, mengajak, menyeru,
mendorong dan memohon.6 Dakwah dalam pengertian ini dapat dijumpai
dalam Al Qur’an yaitu pada surat Yusuf: 33
☺
⌧
Artinya : Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada
memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh." (QS. Yusuf : 33)
Artinya : Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki
orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam) (QS Yunus:25)
Secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif
ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia dan
akhirat.
Istilah dakwah digunakan dalam Al-Qur’an baik dalam bentuk fi’il
maupun dalam bentuk mashdar berjumlah lebih dari seratus kali. Dalam Al-
Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali
dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, 7 kali kepada neraka dan
kejahatan.
M. Arifin menyatakan bahwa dakwah adalah suatu kajian dalam seruan, baik dengan lisan, tulisan serta tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk mempengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan, serta pengamalan ajaran agama tanpa adanya unsur paksaan.7
Secara bahasa (etimologi) dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu:
“da’a- yad’u- da’watan” yang artinya menyeru, mengajak.8 Dakwah adalah
sebuah aktivitas menyeru manusia kepada perubahan yang sejatinya tidak
boleh berhenti atau bahkan mati, tetapi ia adalah aktivitas yang harus
memiliki kelanjutan atau secara terus-menerus. Karenanya para pelaku
dakwah memerlukan aktivis yang mampu mengemban amanat penerus para
7 M. Arifin, Psikologi Dakwah Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara,1993), hal. 6 8 Ahmad Warson, Al-Munawwir, hal. 483
13
nabi. Kredibilitas dan kemampuan sang da’i sebagai penentu keberhasilan
merupakan tuntutan zaman, sebab semakin bertambah umat manusia yang
menerima dakwah, semakin meluas geografi dakwah, semakin dibutuhkan
pertambahan wawasan dan keluasan kerja-kerja dakwah.9
Unsur-unsur dakwah adalah komponen yang ada dalam kegiatan
dakwah. unsur-unsur dakwah itu adalah:
1. Da’i (pelaku dakwah) adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan,
tulisan dan perbuatan, baik dilakukan secara individu, kelompok atau
organisasi.
2. Mad’u (mitra dakwah atau penerima dakwah) adalah manusia yang
menjadi sasaran dakwah atau penerima dakwah yaitu manusia secara
keseluruhan.
3. Maddah (materi dakwah) adalah isi pesan atau materi yang disampaikan
oleh da’i pada mad’u. materi dakwah dapat dikelompokkan menjadi : a)
akidah (keimanan), b) syari’ah (ibadah dan muamalah), c) akhlak.
4. Wasilah (media dakwah) adalah alat yang dipergunakan untuk
media dakwah menjadi lima macam yakni media lisan, tulisan, audio
visual, dan akhlak.
5. Thariqah (metode dakwah) adalah metode yang digunakan dalam dakwah.
metode dakwah adalah cara untuk menyampaikan materi dakwah. Dalam
Al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125 :
☺
9 M. Idris A. Shomad. Diklat Ilmu Dakwah, (Jakarta), hal. 2
14
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845]
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. an-Nahal: 125)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa metode dakwah terdiri dari tiga
bentuk yaitu, hikmah artinya metode dakwah dengan mempertimbangkan
kemampuan rasional akal si penerima dakwah, mau’idzoh hasanah artinya
metode menggunakan dalil dan argumentasi yang tepat sehingga mad’u
menjadi puas menerima materi yang diberikan. Mujadalah billati hiya
aahsan yaitu metode tukar pikiran atau diskusi menjawab bila mad’u
menanyakan kebenaran materi dakwah.
6. Atsar (efek dakwah) sering juga disebut dengan feedback atau umpan balik
dari sebuah proses dakwah. efek sangat berguna untuk menentukan
langkah selanjutnya dalam menjalani dakwah.
C. Pengertian Da’i
Da'i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,
maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat
organisasi/lembaga.
15
Secara umum kata da'i ini sering disebut dengan sebutan mubaligh
(orang yang menyampaikan ajaran Islam), namun sebenarnya sebutan ini
konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya
sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti
penceramah agama, khatib (orang yang berkhotbah) dan sebagainya. Siapa
saja yang menyatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi
seorang da'i. Dengan demikian, wajib baginya untuk mengetahui kandungan
dakwah baik dari sisi akidah, syariah, maupun dari akhlak. Berkaitan dengan
hal-hal yang memerlukan ilmu dan keterampilan khusus, maka kewajiban
berdakwah, dibebankan kepada orang-orang tertentu.
Nasaruddin Lathief mendefinisikan bahwa da'i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah waad, mubaligh mustamain (juru penerang) yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama Islam.10 Da'i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah,
alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk
memberikan solusi terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-
metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku
manusia tidak salah dan tidak melenceng.11
D. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da'i
kepada mad'u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi materi dakwah
adalah ajaran Islam itu sendiri.
10 H.M.S. Nasaruddin Lathief, hal. 20 11 Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al- Qardawi Harmoni antara Kelembutan
dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), hal. 18
16
Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat
masalah pokok, yaitu:
1. Masalah Akidah (Keimanan)
Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah
Islamiah.12 Aspek akidah ini yang akan membentuk moral atau akhlak
manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam
dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan. Di mana seorang dai
mengajak mad’u untuk mengimani hanya kepada Allah.
2. Masalah Syariah
Hukum atau syariah sering disebut sebagai cermin peradaban
dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka
peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan
syariah merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang
melestarikan dan melindunginya dalam sejarah. Syariah inilah yang akan
selalu menjadi kekuatan peradaban dikalangan kaum muslim.13
Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat
seluruh umat Islam. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-
hak umat muslim dan non muslim, bahkan hak seluruh umat manusia.
12 Akidah ('aqidah) secara harafiah berarti "sesuatu yang terbuhul atau tersimpul secara
erat atau kuat". Wacana tersebut lalu dipakai dalam istilah agama Islam,yang mengandung pengertian “Pandangan pemahaman, atau ide (tentang realitas) yang diyakini kebenarannya oleh hati". Yakni, diyakini kesesuainnya dengan realitas itu sendiri. Apabila suatu pandangan, pemahaman, atau ide diyakini kebenarannya oleh hati seseorang, maka berarti pandangan, paham, atau ide itu telah terikat di dalam hatinya. Dengan demikian, hal itu disebut sebagai akidah bagi pribadinya. Hubungan apa yang diyakini oleh hati seseorang dan apa yang diperbuat (amalnya) bersifat kualitas; akidah menjadi sebab dan amal perbuatan menjadi akibat. Lihat, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ictiar Baru Van Hoeve, 2002), hal. 9-11.
13 Ismail R. Al-Faruqi, Menjelajah Atlas Dunia Islam, (Bandung: Mizan, 2000), hal. 305. Disebutkan pula bahwa hukum yang membentuk syariat itu dibagi menjadi berapa bagian, yaitu ibadah dan peribadatan, status pribadi, kontrak, kesalahan atau kerugian, hukum pidana, hukum konstitutional, perpajakan dan keuangan publik, hukum administrasi, hukum tanah, hukum perdagangan, hukum internasional, etika, dan perilaku pribadi.
17
Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur
dan sempurna.
Materi dakwah yang menyajikan unsur syariat harus dapat
menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas dibidang hukum
dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubbah (dibolehkan),
dianjurkan (mandub), makruh (dianjurkan supaya tidak dilakukan), dan
haram (dilarang).
Karya tulis KH. Muhammad Idris Jauhari yaitu Dzikrullah
sepanjang waktu yaitu termasuk pada materi yang membahas tentang
syariah, bagaimana seorang muslim menjalankan perintah dan hukum-
hukum Allah.
3. Masalah Mu’amalah
Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu'amalah lebih
besar porsinya dari pada urusan ibadah. Muamalah disini seperti
bagaimana manusia berhubungan dengan Allah, dengan sesama manusia
dan lain sebagainya.
Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial dari
pada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh
bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam muamalah
di sini, diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah
dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT.
4. Masalah Akhlak
Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak
dari "Khuluqun" yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau
18
tabi’at. Ilmu akhlak bagi oleh Al-Farabi, tidak lain dari bahasan tentang
keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan
hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan dan tentang berbagai kejahatan
atau kecurangan yang dapat merintangi usaha pencapaian tujuan
tersebut.14
Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlak dalam Islam pada
dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari
kondisi kejiwaannya. Akhlak dalam Islam bukanlah norma ideal yang tidak
dapat diimplementasikan dan bukan pula sekumpulan etika yang terlepas dari
kebaikan norma sejati.15
Materi akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik dan
buruk, akal, dan kalbu berupaya untuk menemukan standar umum melalui
kebiasaan masyarakat. Karena ibadah dalam Islam sangat erat kaitannya
dengan akhlak. Dengan demikian, orang bertakwa adalah orang yang mampu
menggunakan akalnya dan mengaktualisasikan pembinaan akhlak mulia yang
menjadi ajaran paling dasar dalam Islam.16
E. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk
mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah harus
mencermati firman Allah Swt sebagai berikut:
14 Abdul Adz Dahlan, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT lchtiar Van
Hoeve, 2002), hal. 190. 15 Affandi Muchtar, Ensiktopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ictiar Baru Van
Hoeve 2002), hal. 326. 16 Harun Nastition, Islam Rasional Gagasan dan Pemikirannva, (Bandung: Mizan. 1989),
hal. 58-60.
19
☺
☺
Artinya “ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik …….“ ( Q.S. An-Nahl : 125 ).
Dari ayat tersebut dapat dipahami prinsip umum tentang metode
dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu;
Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, metode mujadalah billati hia
ahsan.
Nabi Muhammad Saw bersabda :
فليغيره بيده وان لم يستطع فبلسانه وان مُنْكَرًا مِنْكُمْ رَأَي مَنْ لبه وذلك أضعف الايمان لم يستطع فبق
Artinya: “Siapa di antara kamu melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” (H.R. Muslim).
Dari hadits tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ;
1. Metode dengan tangan (bilyadi), tangan di sini bisa dipahami secara
tekstual ini terkait dengan bentuk kemungkaran yang dihadapi, tetapi juga
tangan bisa dipahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan
kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa
dakwah.
2. Metode dakwah dengan lisan (billisan), maksudnya dengan kata-kata yang
lemah lembut, yang dapat dipahami oleh mad’u, bukan dengan kata-kata
yang keras dan menyakitkan hati.
20
3. Metode dakwah dengan hati (bil qolb), yang dimaksud dengan metode
dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap
mencintai mad’u dengan tulus, apabila suatu saat mad’u atau objek
dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek
bahkan mungkin memusuhi dan membenci da’i atau muballigh, maka hati
da’i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi
sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da’i hendaknya
mendo’akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Selain dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi adalah bil
uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam
segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW hanya ditentukan
oleh akhlak yang sangat mulia yang dibuktikan dalam realitas kehidupan
sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Seorang da’i harus menjadi teladan
yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan metode dakwah yang dilaksanakan oleh KH. Muhammad
Idris Jauhari ada beberapa seperti metode dakwah lembaga sosial yang
berbentuk dalam sebuah pesantren dan juga metode dakwah bil qalam atau
dakwah dalam bentuk karya tulis.
F. Media Dakwah
Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad'u. Untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan
berbagai wasilah. Ada beberapa macam media dakwah, sebagai berikut:
21
1. Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan
lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato,
ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.
2. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar,
surat-menyurat, korespondensil, spanduk dan sebagainya. Berdakwah
melalui karya tulis adalah salah satu metode dakwah seorang da’i yang
ingin mengajak dan menjelaskan kepada pembaca atau mad’u tentang
Islam dan mengajak agar ummat Islam dapat meningkatkan kualitas
keimanannya sebagai hamba Allah.
3. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur dan sebagainya.
4. Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra
pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, seperti televisi, film, slide,
OHP, internet dan sebagainya.
5. Akhlak yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan
didengarkan oleh mad'u.
G. Efek Dakwah
Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi.
Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da'i dengan materi dakwah,
wasilah, dan metode tertentu, maka akan timbul respon dan efek (atsar) pada
mad'u (penerima dakwah).
efek (Atsar) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses
dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da'i.
22
Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka
selesailah dakwah. Padahal efek sangat besar artinya dalam penentuan
langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis efek dakwah, maka
kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan
dakwah yang akan terulang kembali. Sebaliknya dengan menganalisis efek
dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera
diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya
(corrective action). Demikian juga strategi dakwah yang dianggap baik dapat
ditingkatkan.
Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa efek kognitif terjadi bila ada
perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Efek
ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau
informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi atau dibenak khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan
dengan emosi, sikap serta nilai. Sedangkan efek behavioral merujuk pada
perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan,
atau kebiasaan berperilaku”17
H. Tujuan Dakwah
Setiap aktivitas apapun harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
Untuk itu tujuan dakwah harus jelas dan terukur agar usaha dakwah dapat
diukur berhasil atau gagalnya. Tujuan dakwah adalah untuk membentuk
pribadi muslim agar mempunyai iman yang kuat, berakhlak karimah,
berprilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyariatkan Allah.
17 Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik Berpidato,
(Bandung: 1982), hal. 269.
23
Tujuan untuk masyarakat adalah untuk membentuk agar masyarakat
senantiasa sejahtera dan penuh dengan suasana ke-Islaman. Suatu masyarakat
yang senantiasa mematuhi peraturan-peraturan yang telah disyariatkan oleh
Allah, baik yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan sesama,
hubungannya dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Tujuan dakwah untuk mengajak manusia agar menolak tuhan-tuhan
selain Allah (Thaghut) dan beriman hanya pada Allah sehingga
1. Keluar dari kondisi yang “gelap”
2. Menuju hidup yang penuh cahaya/nur atau kondisi yang terang benderang
(sukses di dunia dan akhirat).
Tujuan utama dakwah yaitu memberikan perwujudannya kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup di dunia maupun akhirat yang diridhai Allah.
I. Pengertian Dzikir
Dzikir adalah satu aktivitas ibadah dengan satu tujuan yakni
mendekatkan diri kepada Allah. Setiap muslim akan memahami bahwa Allah
SWT merupakan Dzat Yang Maha Suci dan tidak dapat dekat dengan-Nya
kecuali siapa saja yang menyucikan dirinya.
Dzikir selain untuk menyerap dan meresonansi hati pelaku dengan
energi positif dari Allah SWT, maka juga bertujuan untuk menghasilkan
pancaran nilai energi. Pancaran nilai energi ini memiliki fungsi dalam dua
sifat yaitu bersifat vertikal atau hubungan dengan Allah, dan bersifat
horizontal atau hubungan dengan manusia.18
18 Yunus Hanis Syam, Hidup Sehat Dengan Dzikir Kesehatan, (Yogyakarta: Lukita,
2010), hal. 15, 18-19
24
Menurut Shalih Ahmad Asy Syami, barang siapa yang berdzikir
kepada Allah dengan hatinya, maka ia seorang pedzikir. Barang siapa yang
berdzikir kepada Allah tidak dengan hatinya, maka ia bukan pedzikir. Karena
lisan adalah pelayan hati dan pengikut setianya.19
Ibnu Qoyyim Al-Jauzi dalam kitabnya “Al-Wabilus Shayyib”
menjelaskan bahwa dzikir adalah obat hati yang dapat menghadirkan
ketenangan, ketentraman dan penghilang rasa depresi, resah, gundah dan
sedih. Satu fakta menyatakan bahwa perasaan-perasaan tersebut merupakan
sumber datangnya sakit dalam diri manusia. Hikmah dzikir yang terpenting
adalah menumbuhkan sifat optimis (kepastian) dalam diri manusia dan
menyadarkannya bahwa dia tidak sendiri dalam usaha menghadapi berbagai
permasalahan dalam hidupnya.20
Di dalam buku Dzikir Orang-orang Sukses yang ditulis oleh Aam
Amiruddin dan M. Arifin Ilham, bahwa pengertian dzikir sebagai berikut:
1. Dzikir yang menunjukkan pada arti Al-Quran
Allah berfirman pada ayat-ayatnya berikut:
☺
Artinya: “sesungguhnya kami-lah yang menurunkan az-dzikra (al-Quran)
dan sesunggunya kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S. Al-Hijr:15).
Ad-dzikra dalam ayat tersebut bermakna Al-Quran. Imam Ibnu
Qayyim berpendapat, Dzikrullah itu ialah dengan Al-Quran yang Allah
19 Shalih Ahmad Asy Syami, Wasiat Abdul Qadir, (Jakarta: PT. Aqwam Media
Profetika, 2010), hal. 81 20 Yunus Hanis Syam, Hidup Sehat Dengan Dzikir Kesehatan, (Yogyakarta: Lukita,
2010), cet. Ke-I, hal. 10-11
25
turunkan kepada Rosul-Nya, dengannya akan tenang hati orang yang
beriman, karena hati tidak akan tenang kecuali dengan iman dan yakin.
Dan tidak ada jalan untuk memperoleh keimanan dan keyakinan kecuali
dengan Al-Quran.” Mengapa az-dzikra bermakna Al-Quran? Ada korelasi
makna antara Al-Quran dan dzikir, kalau dzikir diartikan sebagai
peringatan begitu pula Al-Quran yang berisi tentang peringatan.
2. Dzikir yang merujuk pada arti “Shalat”
Allah berfirman :
Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Q.S. Thaha:14).
Dan juga Allah berfirman:
⌧ ☺
Artinya: “dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. Al-Ankabut:45)
3. Dzikir merujuk pada arti Jumat
Allah berfirman sebagai berikut:
26
☺
☺ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila di seru untuk
menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggakanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Jumu’ah:9).
Shalat Jumat memiliki keistimewaan karena dilaksanakan
seminggu sekali, shalat ini dapat disebut sebagai dzikir mingguan. Shalat
Jumat juga memiliki rangkaian lebih banyak dibandingkan shalat lima
waktu, di mana seluruh rangkaiannya merupakan dzikrullah, mulai dari
persiapan seperti mandi dan berpakaian, shalat intizhar, mendengarkan
khutbah, sampai shalat Jumatnya.
4. Dzikir yang menunjuk pada arti mengingat-Nya
Allah berfirman dalam Al-Quran:
☯ ⌧
⌧
☺ ☺
☺ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu, supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada
27
cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-Ahzab :41-43)21
Dzikir dalam pengertian inilah yang dipahami oleh sebagian besar
orang. Saat muncul kata dzikir, maka yang ada dibenaknya adalah
mengingat Allah dengan membaca kalimat-kalimat dzikir.
Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan agar mukmin berdzikir
kepada Allah dengan dzikir yang banyak, dzikir dalam arti mengingat-
Nya. Baik menggunakan kalimat dzikir dengan kalimat-kalimat dzikir atau
hanya dengan lintasan dihati saja. Makna dari ayat “Dzikir yang banyak”
yang dimaksud bukan banyak dalam arti jumlah atau bilangan tertentu,
karena bila kata tersebut berpatokan pada bilangan, maka tidak ada
kejelasan korelasi dengan kata “banyak” itu sendiri karena kata “banyak
menunjukkan sesuatu yang relatif. Seratus bisa bermakna banyak, akan
tetapi bila bilangan itu dibandingkan dengan bilangan seribu maka seratus
menjadi sedikit. Ini menujukan bahwa kata “banyak” memakai standar
jumlah bilangan, sangatlah relatif. Untuk itu dalam ayat tersebut dalam
mempraktekkan dzikir yang banyak sesuai perintah yang terkandung
dalam ayat tersebut adalah dengan berupaya untuk selalu sadar dan
senantiasa berada dijalan-Nya dalam setiap langkah dan gerak hidup, baik
disertai ucapan asma Allah atau tidak.
Dzikir berasal dari kata “dzakara-yudzakkiru-dzikr” yang berarti
mengingat (dalam hati) atau menyebut (dengan lisan). Mengingat atau
21 Aam Amiruddin dan M. Arifin Ilham, Dzikir Orang-Orang Sukses, (Bandung:
menyebut sesuatu biasanya selalu muncul dari rasa cinta yang mendalam.
Seperti dalam prakata arab mengatakan:
ره ذآْ منْرَثَآْا اَئًيْ شَبَّحَ أَنْ مَArtinya: “Siapa yang mencintai sesuatu, pasti akan selalu mengingat dan
menyebut-nyebutnya”
Dan cinta sejati biasanya selalu muncul dari keyakinan, persaksian dan
pengakuan atas kelebihan dan kebaikan dari sesuatu tersebut. Cinta yang
bersumber dari keyakinan inilah yang memunculkan sikap patuh, tunduk dan
loyal untuk merasa dekat dengan kekasih yang dicintai dan selalu menjalankan
apapun yang dikehendakinya.
Kata dzikrullah itu pada umumnya berupa perintah untuk mengingat
dan menyebut Allah sebanyak-banyaknya, di mana saja, kapan saja, dan
dalam situasi apa saja, baik suka atau duka, sendirian atau bersama-sama.
Sedangkan kata dzikrullah berupa kalimat berita pada umumnya berisi janji-
janji Allah untuk orang-orang yang selalu berdzikir kepada-Nya serta ancaman
Allah bagi mereka yang tidak berdzikir (melupakan atau lupa kepada Allah).
رْبَآْ أَ االلهُرُذآْلَوَ Artinya: “Dan sungguh dzikrullah itu lebih besar.” (Al-‘Ankabut: 45)
Para ulama menafsirkan bahwa “dzikrullah” adalah ingatnya seorang
hamba kepada Allah. Dan itu lebih besar keutamaannya di sisi Allah dari pada
ibadah-ibadah lainnya. Tetapi sebagian ulama menafsirkan bahwa yang
dimaksud dengan “dzikrullah” di sini adalah ingat-Nya Allah kepada hamba-
Nya, sesuai dengan firmannya:
مْآُرُآُذْنى أَوْرُ آُاذْ فَ
29
Artinya: “Ingatlah kalian kepadaku, maka Aku pasti ingat kepada kalian.” (Al-Baqarah:152)
Dan ingatnya Allah kepada hamba-Nya ini lebih besar nilainya di sisi
Allah dari pada ingatnya si hamba kepada Allah.
1. Jenis-jenis Dzikrullah
a. Basmalah
Setelah memantapkan niat dalam hati, seorang muslim seharusnya
memulai aktivitas apapun dengan basmalah.
Basmalah adalah salah-satu bentuk dzikrullah yang menegaskan
bahwa kita memulai pekerjaan ini dengan, atas nama atau karena
Allah, semata-mata untuk mengharap taufik, hidayah, ma’unah,
‘inayah, rahmah, barokah dan ridho-Nya. Lafadz basmalah seperti “
“ ميحرلا نمحرلا هللا مسب
b. Tasbih dan Taqdis
Tasbih adalah sebuah pengakuan yang jujur, kuat dan benar atas
kesucian Allah dari segala apa saja yang tidak layak bagi-Nya, dan atas
kesucian Allah dari segala bentuk penyifatan siapapun yang tidak
bersumber dari Allah dan Rasul-Nya. Lafadz tasbih seperti “سبحان االله ”
yang artinya Maha suci Allah.
c. Tahmid
Tahmid adalah suatu bentuk ekspresi rasa syukur kepada Allah dengan
memuji-Nya. Ekspresi ini harus dilandasi oleh pengakuan dalam hati
bahwa segala apa yang kita miliki atau kebaikan yang kita saksikan
dan rasakan, muncul atau terjadi semata-mata karena rahmat dan
30
d. Tahlil
Tahlil adalah mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah SWT dan
bahwa Allah tidak butuh kepada yang selain-Nya, dan yang lain-Nya
butuh kepada-Nya. Lafadz tahlil seperti “لا اله الا االله”
e. Takbir
Takbir adalah mengakui bahwa Allah-lah yang Maha besar dan selain
Allah adalah kecil dan bahwa segala urusan yang berhubungan dengan
Allah adalah urusan yang terbesar dan selain itu urusan kecil. Lafadz
takbir seprti “ ربكأ هللا “
f. Hauqalah
Hauqalah adalah suatu bentuk ekspresi akan kelemahan diri, karena
tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah. Contoh lafadz
hauqalah (لا حول ولا قوة الا باالله) yang artinya “tiada daya untuk menolak
sesuatu yang bahaya dan mendatangkan sesuatu yang bermanfaat
melainkan dengan Allah”.
g. Hasbalah
Hasbalah adalah suatu bentuk ekpresi pemasrahan total kepada Allah,
lafadz hasbalah yang paling utama ( حسبنا االله\حسبي ) yang artinya
“cukuplah Allah bagiku/bagi kami”.
h. Istighfar
Istighfar adalah suatu ekpresi pengakuan atas dosa-dosa yang telah
dilakukan sambil memohon ampun dari Allah. Lafadz istighfar seperti
31
yang artinya “ Aku memohon ampun kepada (ميظعلا هللا رفغتسأ)
Allah yang maha agung”.
i. Shalawat kepada Rosulullah SAW
Shalawat adalah ekpresi pengakuan dan persaksian seorang muslim
terhadap kerasulah Nabi Muhammad SAW dan pernyataan rasa cinta
kepada beliau, sekaligus sebagai manifestasi dari perintah Allah dalam
Al-Quran. Allah berfirman:
⌧
☺ ☺ Artnya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada
nabi (Muhammad. SAW), wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah dan bersalamlah kepadanya.” (Al-Ahzab:56)
j. Tilawah Al-Quran (membaca)
Tilawah/Membaca Al-Quran adalah salah satu ekspresi dari dzikrullah,
sebab tidak mungkin seorang muslim membaca Al-Quran dengan tartil
dan khusu’, kecuali karena didorong oleh hasrat untuk mengingat
Allah dan menyebut asma Allah (dzikrullah). Membaca Al-Quran
adalah ibadah yang berpahala di sisi Allah karena kita diperintahkan-
Nya untuk selalu membacanya.
k. Melaksanakan Shalat
Shalat adalah salah-satu bentuk dzikrullah yang paling utama,
sebagaimana firman Allah:
)45: العنكبوت ( وَلَذآْرُ االلهُ أَآْبَرْ Artinya: “Dan sungguh dzikrullah itu lebih besar.” (Al-‘Ankabut: 45).
32
Para jumhur ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan
dzikrullah dalam ayat ini adalah “shalat” karena ayat sebelum kalimat
dzikrullah ini Allah menerangkan tentang fungsi shalat yang dapat
mencegah pelakunya dari kekejian dan kemungkaran.
Untuk itu hampir dari semua jenis dzikrullah yang disebutkan di atas
(seperti Basmalah, Hauqolah, Hamdalah, Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir, dan
lain sebagainya) semua terdapat dalam shalat. Seperti dalam firman Allah:
وَأَقم الصَّلَوَةَ لذ آْرى ..... “…dan tegakkan shalat untuk mengingat-Ku”22
2. Macam-macam Dzikir
a. Dzikir bil ‘Amal : yaitu segala perbuatan yang tujuannya untuk mengingat
Allah. Misalnya, seorang siswa atau mahasiswa tidak pernah mencontek di
saat ujian karena dia tahu bahwa Allah selalu mengawasi setiap saat dan
kesempatan.
b. Dzikir ‘Aqliyah : yaitu dzikir orang-orang yang berilmu (Ulil Albab)
dengan cara tafakkur dan tadabbur. Mereka menggunakan ilmu yang
dimiliki untuk berdzikir kepada Allah. Ini penting karena ketika ilmuan
tidak menggunakan ilmunya untuk berdikir kepada Allah maka ilmunya
cenderung akan membuat mereka sombong.
22 Muhammad Idris Jauhari, Dzikrullah Sepanjang Waktu, (Sumenep Madura: Mutiara
Press, 2008), hal. 1-16
33
c. Dzikir bil Lisan : yaitu setaip ucapan yang di lafalkan dengan tujuan untuk
mengingat Allah. Misalnya, ucapan istighfar, takbir, tahmid, dan tahlil
setelah selesai shalat lima waktu. Dzikir lisan terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Dzikir Ma’tsur
Yaitu dzikir yang bersumber dari al-Quran dan as-sunnah. Terdapat
banyak dzikir dan do’a yang tertera di dalam Al-Quran dan telah di
ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW melalui Hadisnya.
2) Dzikir Ghairu Ma’tsur
Yaitu dzikir yang tidak berdasarkan pada Al-Quran dan as-Sunnah,
semata-mata hanyalah ijtihad para ulama, seperti dzikir yang di tulis
oleh syeh an-Nawawi Al batani dan lain sebagainya.
3) Dzikir Bil Qalbi
Yaitu hati yang selalu mengingat Allah ketika muncul listasan untuk
berbuat maksiat. Misalnya ketika kita berniat untuk mengambil barang
orang lain akan tetapi tidak jadi untuk melakukannya karena takut akan
azab Allah Swt.23
3. Keutamaan Dzikir
a. Mendapat ketenangan Hati
Allah berfirman,
☺
23 Aam Amiruddin dan M. Arifin Ilham..., hal: 16-20
34
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. ( Q.S. Ar-Ra’d:28)
Dzikir yang sebenar-benarnya dzikir adalah dzikir yang di
dalamnya terucap kalimat-kalimat yang berkarakter dan mampu
menembus ruang kalbu yang paling dalam. Hatipun akan selalu hadir dan
siap untuk segala hal yang menimpa dengan segala kerelaan dan
keridhaan, karena dia yakin bahwa Allah selalu menemani. Semakin
menambah kekuatan iman dan istiqamah (terus menerus). Tiada lagi rasa
sedih dan rasa takut selain kepada Allah semata.
Allah berfirman:
Artinya: Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Yunus:62)
Adapun ciri-ciri sikap ketenangan hati yang terlahir dari dzikir:
1) Sikap berfikir positif “Positif Thinking”
2) Menerima Ketetapan Allah
3) Ikhlas Dalam Bekerja
4) Percaya Diri Dalam Menghadapi Persoalan Hidup
b. Selalu Diingat Oleh Allah
Allah berfirman:
35
Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Q.S. Al-Baqarah: 152).
Bahwa dzikir akan membawa efek positif pada kedekatan manusia
dengan Allah. Kedekatan ini tentu saja berbeda dengan kedekatan seorang
manusia dengan manusia. Kedekatan manusia dengan manusia biasanya
bersifat temporal karena mudah dipengaruhi oleh kepentingan masing-
masing, sehingga ketika kepentingan tersebut tidak terpenuhi maka
kedekatan itu mulai pudar.
Berbeda dengan kedekatan manusia dengan Allah yang dibangun
dengan dzikir, tentu atas landasan kasih sayang, ketulusan dan ketaatan.
Kalaupun ada kepentingan, kepentingan itu hanya datang dari pihak
manusia saja, pada hakikatnya, Allah tidak membutuhkan dzikir manusia
karena tanpa hal itupun Allah sama sekali tidak akan merugi. Lebih dari
itu pula, Allah tetap akan menumpahkan rahmat kepada hamba-Nya yang
senantiasa berdzikir (membangun kedekatan) kepada-Nya tanpa batas.
c. Mendapat Perlindungan Allah Pada Hari Kiamat
Rosulullah bersabda, ”Ada tujuh golongan yang akan dilindungi
oleh Allah di hari tiada lindungan kecuali lindungan-Nya,……..seseorang
yang berdzikir pada Allah dengan menyendiri hingga berlinang air
matanya.” (H.R. Bukhari)
36
Dihari akhir (kiamat) yang begitu dahsyat sebagai penutup
kehidupan dunia, sebagai hari pembalasan untuk orang yang melakukan
dosa dan ganjaran baik untuk orang yang melaksanakan amalan shaleh. Di
hari inilah di mana tak ada satupun di antara manusia yang dapat mencari
tempat sembunyi untuk meminta perlindungan kecuali perlindungan Allah
dan bekal amal baik selama di dunia. Akan tetapi betapa murahnya Allah
yang mana hadist tadi menjelaskan bahwa ada tujuh golongan yang akan
mendapatkan pertolongan di hari kiamat dan salah satunya adalah mereka
yang berdzikir kepada-Nya, berdzikir manakah yang dimaksud hadist
tersebut?
Ibnu Hajr Al-Atsqalani menjelaskan dalam kitab Fathul Bary yang
menyebutkan bahwa,”Dzikir kepada Allah tersebut dilakukan hati dengan
tadzakkur (mengingat dan menyebut-nyebut atas keagungan-Nya) atau
dengan lisan, dengan mengucapkan sejumlah kalimat-kalimat dzikir yang
mengagungkan-Nya.”
d. Dapat Melepaskan Pengikat Setan Saat Bangun Tidur
Setan adalah merupakan musuh utama yang nyata untuk manusia.
Karena program utamanya adalah mengajak manusia untuk tinggal
bersama mereka di neraka kelak. Upaya harian setan yaitu dengan
membuat ikatan di kepala manusia yang sedang tidur di malam hari.
Dikala manusia tidur setan membuat tiga tali untuk mengikatnya,
sehingga ketika dia bangun akan merasa susah dan tidurnya semakin
nyenyak. Bangun kesiangan jika sesekali memang terampuni, itupun
apabila ada alasan jelas dan dapat diterima.
37
e. Menjadikan Hidup Ini Jadi Hidup
Sebagian orang memaknai hidup ini penuh dengan masalah,
dengan dzikir kita akan lebih tahu pemaknaan hidup, tujuan hidup akan
terpampang jelas, langkah hidup begitu pasti, hidup akan terasa lebih
bermakna, hidup tidak akan terasa hampa. Karena dengan dzikir kita dapat
kali, berdo'a sebelum tidur, باسمك اللهم أحيا و أموت dan berdo'a untuk
mendapat mimpi yang baik dan minta agar bisa bangun malam untuk
shalat lail atau shalat malam.
7. Dan pada bab berikutnya menjelaskan tentang disaat seseorang mendapat
kenikmatan, kabar gembira, maka hendaklah berdzikir dengan meyakini
bahwa kenikmatan dan kebaikan itu dari Allah kemudian hendaknya
melakukan sujud syukur, dan dengan banyak memuji Allah.
8. Pada bab berikutnya menjelaskan tentang ketika memasuki masjid, rumah,
dan lain sebagainya hendaknya membaca dzikir dengan basmalah dan
tasbih, masuk dan keluar kamar mandi hendaknya membaca berdoa dan di
manapun serta kapanpun tidak berhenti untuk selalu berdzikir kepada
Allah. Jika seseorang mendapatkan kesusahan dan kabar sedih, hendaknya
tetap berprasangka yang baik kepada Allah, yakin jika seseorang tersebut
sabar maka Allah akan mengganti kesedihan dengan kegembiraan. Dan di
57
dalam bab ini menjelaskan, ketika mendapat hidangan makanan dan
minuman pertama yang harus dilakukan adalah bersyukur kemudian
berdoa semoga mendapatkan barokah. Ketika makan, minum dengan
memulai basmalah dan mengakhirinya dengan hamdalah dan do'a. Apabila
kesehatan terganggu berdzikir dengan membaca basmalah 3 kali, tangan
diletakkan di orang yang sakit sambil berdo'a minta kesembuhan dan
apabila membesuk orang yang sakit hendaknya memegang badannya
dengan tangan kanannya dan mendo'akan kesembuhannya. Ketika
dihadapkan kepada kematian pertama hendaknya meyakini bahwa semua
adalah milik Allah dan suatu saat akan kembali pada-Nya.
Di dalam buku Dzikrullah Sepanjang Waktu, yakni berisi tentang
metode praktis kepada mad’u untuk lebih mudah dalam mempraktekkan dan
menerapkan dzikrullah disetiap waktu dalam kesehariannya, mulai dari
bangun tidur hingga tidur kembali selayaknya untuk menerapkan dzikrullah.
Dan dalam keadaan apa saja, di dalam buku ini diberikan penjelasan untuk
melaksanakan dzikrullah dalam keadaan apa saja yang dirasakan baik ketika
seseorang dalam suasana senang maupun sedih.
Dan juga berisi tentang untuk menerapkan makna kalimat-kalimat
dzikir bukan hanya dalam kalimat lafdhi akan tetapi juga dalam kehidupan
nyata sehari-hari agar setiap ummat senantiasa berupaya untuk melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dengan istiqomah karena hasil
dari selalu mengingat dan menyebut Asma Allah dalam kesehariannya,
sehingga selalu merasa bahwa Allah selalu berada di mana setiap manusia itu
berada sehingga semua yang dihadapi akan terasa mudah dengan pertolongan
Allah dan lebih merasa tawakkal.
BAB IV
HASIL PENELIITIAN
A. Aktivitas Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari
Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari ada tiga: 1
1. Dakwah Bil Maqal atau Bil Lisan: dakwah ini yang bersifat verbalistik,
contohnya seperti Tabligh-tabligh, pidato, ceramah dan lain sebagainya.
Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari selain menjadi pimpinan
pondok pesantren Al-Amien juga menyampaikan dakwah bil lisan atau
ceramah agama dibinaan jamaahnya, jama’ahnya dari kyai-kyai disekitar
pondok pesantren Al-Amien dan ketua-ketua ta’mir. Dalam ceramahnya
KH. Muhammad Idris Jauhari selalu mengajak jama’ahnya untuk
melafadzkan kalimat-kalimat dzikir, dan kemudian dikembangkan kalimat
dzikir tersebut dengan tausiyahnya terhadap kehidupan nyata, seperti
keindahan alam semesta.
Pada saat berdakwah KH. Muhammad Idris Jauhari menjelaskan
kepada masyarakat untuk terlebih dahulu memantapkan hati dalam
berdzikir kepada Allah, menjelaskan manfaat dan faedah dzikir, mengajak
untuk melafadzkan kalimat-kalimat dzikir, untuk senantiasa selalu
membasahi bibir dengan kalimat-kalimat dzikir yakni menyebut Asma
Allah.2
1 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010 2 Wawancara bersama Tokoh Masyarakat Pimpinan yayasan Al-Mu’ien Bluto Sumenep
yang mengkuti Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari
58
59
KH. Muhammad Idris Jauhari dalam ceramah dan tausiyahnya selalu
mengajak dan menerapkan para santrinya untuk selalu istiqomah dalam
melaksanakan shalat-shalat sunnah Qobliyah dan Ba’diyah, shalat tahujjud
dan shalat dhuha. Dan KH. Muhammad Idris Jauhari mengadakan pengajian
bulanan yaitu acara pertemuan rutin bulanan yang diisi dengan ceramah
agama bagi seluruh alumni dan wali santri Pondok Pesantren Al-Amien yang
diisi juga dengan dzikir dan doa bersama.3
2. Dakwah Bil Hal: dakwah yang langsung menyangkut praktek dilapangan,
contohnya seperti mengadakan sunatan masal, Pengajian, kerja bakti sosial
dan lain sebagainya.4
Dakwah Bil Hal KH. Muhammad Idris Jauhari adalah berupa dakwah
Lembaga Sosial yaitu melalui pendidikan sosial yang berbentuk Pesantren
yang di dalamnya diajarkan ajaran Islam secara praktis atau praktek sehari-
hari. Metode ini agar masyarakat menjadikan tradisi mengamalkan ajaran
Islam secara sadar ataupun tidak sadar karena sudah menjadi kebiasaan yang
diterapkan dalam sistem pendidikan pesantren tersebut, seperti prakata “Ala
bisa karena biasa”.
Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam lembaga sosialnya yaitu
pondok pesantren berupa dakwah melalui kaderisasi atau pengkaderan
santriwan dan santriwati dari PP. Al-Amien Prenduan Madura, ketika mereka
berada di kelas 6 Mu’allimin yang setingkat dengan kelas 3 Madrasah Aliyah
mereka disebar ke tempat-tempat sekitar Madura yang masih kurang ilmu ke-
3 Wawancara bersama H. Sunan Al-Huda Alumni Pondok Pesantren Al-Amien dan
merupakan Wakil dari Pimpinan Pondok Pesantren Matlabul Ulum Jambu Sumenep 4 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
60
Islamannya. Metode ini juga pernah dilakukan oleh para Wali Songo,
contohnya seperti Sunan Ampel memerintahkan Raden Fatah untuk berhijrah
ke hutan Bintara, membuka hutan tersebut dan membuat kota baru dan kota
tersebut bernama Demak.
Di dalam memimpin pondok pesantren Al-Amien KH. Muhammad
Idris Jauhari menerapkan kepada santrinya untuk melaksanakan disiplin
dzikir untuk membiasakan santrinya mempraktekkan dzikir kepada Allah baik
sebelum maupun setelah melaksanakan shalat wajib yaitu dengan memberikan
contoh-contoh bacaan dzikir, dan selalu membangkitkan semangat santrinya
untuk berdzikir. KH. Muhammad Idris Jauhari Mewajibkan kepada seluruh
santri untuk menghafalkan macam-macam dzikir dan doa melalui kegiatan
Syurutul Kafaat yaitu merupakan syarat kenaikan kelas di pondok pesantren
Al-Amien karena setelah lulus dari pesantren alumninya diharapkan dapat
menjadi pewaris Ulama’ dan dapat berguna bagi ummat. 5
3. Dakwah Bil Kitabah: yaitu dakwah melalui tulisan. Dakwah melalui karya
tulis atau dakwah bil kibah menurut KH. Muhammad Idris Jauhari adalah
bersifat abadi karena tidak mudah hilang terhapus zaman dan waktu meski
sang da’i telah tiada, dapat dibaca oleh sebanyak-banyaknya orang, bjek
dakwahnya lebih luas, tidak tebatas tempat, dan bisa dibaca kapan saja oleh
pembaca (Mad’u). 6
Sejalan dengan perintah Allah dalam wahyu pertama yang berisi
isyarat Iqra’ (bacalah) dalam surat al-‘Alaq yang berisi perintah terhadap
5 Wawancara bersama H. Sunan Al-Huda Alumni Pondok Pesantren Al-Amien dan
merupakan Wakil dari Pimpinan Pondok Pesantren Matlabul Ulum Jambu Sumenep 6 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
61
hambanya untuk selalu membaca, yang mana perintah membaca sudah tentu
pula selalu diiringi dengan menulis sebagai adanya bahan yang akan dibaca.
Seperti perintah dalam ayat tersebut yakni perintah untuk banyak membaca
maka selayaknya untuk kaum intelektual Islam terutama seorang da’i untuk
menyalurkan pengetahuannya dan pemikirannya tentang ajaran Islam dalam
sebuah tulisan.
Dari sinilah KH. Muhammad Idris Jauhari selain memiliki bakat dalam
tulis menulis juga berdakwah melalui tulisannya, menggali pemikiran dan
pemahamannya tentang Islam yang dituangkan dalam sebuah karya tulis agar
dapat dibaca oleh orang lain yakni mad’u sehingga dapat mengajak
pembacanya menuju pencerahan spiritual dan agar dapat mengajak pembaca
melalui karya tulisnya untuk meningkatkan kualitas keimanannya. Dakwah
KH. Muhammad Idris Jauhari dalam bukunya yang berjudul Dzikrullah
sepanjang waktu mengajak pembaca atau mad’u akan pentingnya melakukan
dzikrullah secara situasional yakni malakukan dzikrullah kapan saja (baik
dalam keadaan sibuk maupun senggang) dan dalam keadaan apa saja (baik
dalam keadaan sedih maupun senang).
Konsep dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari adalah untuk
melanjutkan risalah yang telah dirintis oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam
melaksanakan dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari terikat dengan cara-cara
Rosulullah dalam menyampaikan Risalah, maka referensi utama KH.
Muhammad Idris Jauhari dalam berdakwah adalah Rosulullah melalui sejarah
Beliau ketika menyampaikan Risalah.
62
Mengapa KH. Muhammad Idris Jauhari menjadikan Rosulullah
sebagai referensi utamanya, pada konsep-konsep dan metode Rosulullah
dalam melaksanakan dakwah ke masyarakat?. Karena menurut KH.
Muhammad Idris Jauhari, dakwah adalah lanjutan dari risalah dan
pelaksanaannya untuk melanjutkan risalah tersebut maka sebagai referensinya
dalam berdakwah adalah KH. Muhammad Idris Jauhari meneladani
Rosulullah ketika menyampaikan Risalah.7
Tujuan dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari adalah pada agama
Islam itu sendiri. Dakwah itu tidak hanya kepada orang non muslim tapi juga
kepada orang Islam. Dan tujuan dakwah menurut KH. Muhammad Idris
Jauhari adalah mengajak seseorang untuk masuk Islam hal itu untuk orang
yang non muslim, sedangkan dakwah yang ditujukan untuk seorang muslim
yaitu mengajak seseorang untuk menjalankan nilai-nilai dan syariat agama
Islam dengan baik dan benar.
Sosiologis dakwah menurut KH. Muhammad Idris Jauhari adalah
tentang subjek dan objek dakwah, yaitu tentang ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan subjek dan objek dakwah atau ilmu-ilmu tentang kemasyarakatan yang
ada kaitannya dengan dakwah, itulah yang disebut dengan sosiologi dakwah.
Nilai-nilai dasar dakwah menurut KH. Muhammad Idris Jauhari adalah
karena dakwah adalah lanjutan dari risalah maka nilai-nilai dasarnya sama
dengan Risalah. Misalnya jika Risalah bersumber dari kejujuran, keikhlasan,
niat yang benar, nilai-nilai tauhid dan lain sebagainya, maka nilai-nilai
7 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
63
dakwahpun juga memiliki nilai-nilai sama seperti nilai-nilai yang digunakan
Rosulullah dalam menjalan Risalah.
Jadi apa yang telah ditetapkan oleh Rosulullah ketika menyampaikan
Risalah, dari nilai-nilai dasar itulah seorang da’i melanjutkan dalam bentuk
dakwah. Karena dakwah adalah lanjutan dari Risalah itu sendiri.8
B. Analisis Pemikiran Dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari Dalam Buku
Dzikrullah Sepanjang Waktu
Pemikiran dakwah KH. Muhammad Idris Jauhari dalam karyanya
Dzikrullah sepanjang waktu adalah bahwa Dzikrullah (mengingat dan
menyebut Tuhan) baik dalam konteks ingatnya sebagai seorang hamba kepada
Allah ataupun dalam konteks ingat-Nya Allah kepada sang hamba, memiliki
posisi yang sangat sentral dan strategis dalam kehidupan seorang muslim.
Dengan karya dzikrullah sepanjang waktu ini untuk memberi pengetahuan
bahwa dalam segala bentuk usaha dan ikhtiar seorang manusia kepada
tuhannya yang ia lakukan tidaklah terlepas satupun dari dzikrullah, baik itu
berupa “prestasi” seorang hamba di-Mata Tuhannya, baik prestasi imaniyah,
ilmiyah, ataupun amaliyah yang dicapai seorang muslim, maupun yang berupa
“musibah” baik ujian, peringatan maupun azab yang menimpa seorang
muslim. Dan dzikrullah tersebut meliputi tiga unsur:
1. Upaya untuk selalu mengingat Allah dengan cara menghubungkan setiap
apapun yang dilihat, didengar, dirasakan dan peristiwa apapun yang
dialami dengan keagungan dan kekuasaan Allah.
8 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
64
2. Upaya untuk selalu menyebut asma Allah yang Maha Agung dengan lisan
yang fasih dan kalimat-kalimat Thoyyibah.
3. Upaya mengimplementasikan ingatan dan sebutan tersebut dengan
menjalan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.9
Pada hakekatnya pemikiran yang ingin disampaikan KH. Muhammad
Idris Jauhari melalui karya tulisnya buku Dzikrullah sepanjang waktu, agar
masyarakat menyadari tugas utamanya dalam hidup ini. Tugas utamanya itu
adalah melaksanakan dzikrullah sepanjang waktu, di mana saja, kapan saja
dan dalam keadaan apa saja. Dalam tulisan melalui karyanya KH. Muhammad
Idris Jauhari menguraikan bahwa untuk melaksanakan dzikrullah secara
situasional, yang dibagi menjadi dua: 1) Melakukan dzikrullah secara zamani
(keadaan apapun), 2) Melakukan dzikrullah secara tempat (dimana saja dan
kapan saja).
Yang ingin ditanamkan KH. Muhammad Idris Jauhari kepada pembaca
melalui buku Dzikrullah Sepanjang Waktu, agar masyarakat menjadi ahli
dzikir, menjadikan dzikrullah sebagai kebutuhan dalam hidup dan menyadari
hakekat keistimewaan dzikir sepenuhnya.10
Di dalam karya tulisnya dzikrullah sepanjang waktu berisi tentang
metode praktis kepada mad’u agar lebih mudah menerapkan dzikrullah dan
mempraktekkan langsung disetiap waktu dalam kesehariannya selama 24 jam,
mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali selayaknya untuk menerapkan
dzikrullah. Dan di dalam buku ini diberikan metode praktis untuk
9 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010 10 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
65
melaksanakan dzikrullah dalam keadaan apa saja yang dirasakan baik ketika
seseorang dalam suasana senang maupun sedih.
Dan juga berisi tentang petunjuk untuk menerapkan makna kalimat-
kalimat dzikir bukan hanya dalam kalimat lafdhi akan tetapi juga dalam
kehidupan nyata sehari-hari agar setiap ummat senantiasa berupaya untuk
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dengan istiqomah
karena hasil dari selalu mengingat dan menyebut Asma Allah dalam
kesehariannya, sehingga selalu merasa bahwa Allah selalu berada di mana
setiap manusia itu berada sehingga semua yang dihadapi akan terasa mudah
dengan pertolongan Allah dan lebih merasa tawakkal.
Agar menjadikan dzikrullah sebagai kebutuhan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyadari hakekat keistimewaan dzikir sepenuhnya dan
melakukan dzikrullah sebanyak-banyaknya, di mana saja, kapan saja, dan
dalam situasi apa saja baik suka maupun duka, sendirian ataupun bersama-
sama. Sesuai dengan pengertian dzikir yang meliputi tiga unsur: pertama,
upaya untuk selalu mengingat Allah dengan cara menghubungkan setiap
apapun yang dilihat, didengar, dirasakan dan peristiwa apapun yang dialami
dengan keagungan dan kekuasaan Allah. Kedua, upaya untuk selalu
menyebut asma Allah yang Maha Agung dengan lisan yang fasih dan kalimat-
kalimat Thoyyibah. Ketiga, upaya mengimplementasikan ingatan dan sebutan
tersebut dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-
Nya.11
11 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
66
Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu Pada Bab Mukaddimah
menjelaskan tentang Antara Dzikir Sebagai Esensi Iman, menjelaskan bahwa
Seorang yang beriman kepada Allah akan bergetar hatinya disaat dia
mendengar kalimat-kalimat Allah. Sama halnya dengan orang yang berdzikir
dan mengaplikasikan kalimat dzikir dalam kehidupan sehari-hari dengan
menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah dan selalu berupaya
untuk menjalankan perintah Allah dari hasil melaksanakan implementasi
kalimat-kalimat dzikir lafdhi dan dari hasil implementasi mengingat
keberadaan Allah.
Untuk itu, Dzikir adalah untuk meningkatkan derajat keimanan
seorang muslim di Mata Allah. Semakin istiqomah seorang muslim
melakukan dzikir dalam hidupnya, maka semakin tinggi pula derajat
keimanannya di hadapan Allah.
Untuk itu maka dengan malaksanakan dzikir secara terus menerus dan
istiqomah sesungguhnya merupakan proses pembentukan pribadi yang
bertaqwa. Dan seseorang yang senantiasa konsisten dalam berdzikir maka ia
akan selalu merasa bahwa ia senantiasa berada di bawah perhatian Allah.12
Untuk itu seseorang yang berdzikir hendaknya melalui tiga aspek.
Berdzikir dengan pengucapan lisan, dimantapkan dalam hati dan
diimplementasikan ucapan lisan dan ingatan tersebut dalam perbuatan sehari-
hari dengan menta’ati perintah Allah dan menajauhi larangan Allah.13
12 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010 13 Wawancara bersama KH. Muhammad Idris Jauhari di PP. Al-Amien, Prenduan,
Sumenep, Madura. Pada tanggal 15 Maret 2010
67
Menurut KH. Muhammad Idris Jauhari Dzikir tidak lagi menjadi
rutinitas formal melainkan kebutuhan batiniyah seorang muslim agar hati dan
seluruh jiwa raganya senantiasa dekat dan menyatu dengan Allah. Berdzikir
berarti sebuah wujud dari ketaatan melakukan perintah Allah. Dalam buku
Dzikrullah sepanjang waktu KH. Muhammad Idris Jauhari mengutip Hadist
Rosulullah sebagai berikut:
مَنْ لَمْ يُكْثرْ ذآْرَاللَّه فَقَدْ بَرئَ منَ الإيْمَان Artinya: “Barang siapa tidak banyak menyebut Allah, maka sesungguhnya dia
telah lepas dari keimanan.” (HR. Thabrani)
Lewat dzikir ini pula seorang muslim mencari ketenangan dan
kedamaian (as-salam). Dan Allahlah sumber kedamaian dan ketenangan itu.
Maka untuk mencapai ketenangan dan kedamaian tersebut, tidak ada jalan lain
kecuali mendatangi sumbernya dan membersamakan diri untuk selalu dengan-
Nya.
الَّذيْنَ أَمَنُوْا وَتَطْمَئنُّ قُلُوْبُهُمْ بذآْر االله أَلاَبذآْر االله تَطْمَئنُّ الْقُلُوْبُ Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d:28).14
Seorang muslim yang beriman senantiasa berdzikir kepada Allah. Dia
tidak akan pernah berpaling dari mengingat-Nya, apalagi sengaja
melalaikannya. Hatinya begitu dekat dengan Allah, Sebagaimana Allah dekat
14 Muhammad Idris Jauhari, Dzikrullah Sepanjang Waktu Dimana Saja dan Dalam
Keadaan Apa Saja, (Sumenep: Mutiara Press, 2008), hal. 17-19
68
kepadanya. Tidak ada jarak antara seorang muslim yang senantiasa berdzikir
dengan Allah.15
Sejalan dengan pendapat Imam Al-Ghazali tentang fungsi zikir, Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya’ Ulum Addin” menjelaskan bahwa dengan
zikir maka hati menjadi tenang, zikir juga bisa mendatangkan ilham,
menghalangi ruang gerak setan sehingga setan menjauh dari hati manusia.
Dan dalam kondisi itulah malaikat memberikan ilham kedalam hati manusia.
Dalam risalah al-Qusyairiyah dijelaskan bahwa zikir adalah rukun (tiang)
yang paling kuat sebagai jalan menuju Allah.16
Di dalam Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu Pada Bab Mukaddimah
menjelaskan tentang Pengertian Dzikir yang berasal dari kata “dzakara-
yudzakkiru-dzikr” yang berarti mengingat (dalam hati) atau menyebut (dengan
lisan). Mengingat atau menyebut sesuatu biasanya selalu muncul dari rasa
cinta yang mendalam. Seperti dalam prakata arab mengatakan:
مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا اَآْثَرَ منْ ذآْرهArtinya: “Siapa yang mencintai sesuatu, pasti akan selalu mengingat dan
menyebut-nyebutnya”
Dan cinta sejati biasanya selalu muncul dari keyakinan, persaksian dan
pengakuan atas kelebihan dan kebaikan dari sesuatu tersebut. Cinta yang
bersumber dari keyakinan inilah yang memunculkan sikap patuh, tunduk dan
loyal untuk merasa dekat dengan kekasih yang dicintai dan selalu menjalankan
apapun yang dikehendakinya.
15 Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 1960), cet. Ke-I, hal. 109 16 Imam Al-Ghazali, Dzikrullah Rahasia dan Kekuatan, (Pondok Gede: PT. Sahara
Intisains: 2009), cet Ke-II
69
Dalam Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu Pada Bab Mukaddimah
menjelaskan tentang keutamaan dzikir, Kata Dzikrullah itu pada umumnya
berupa perintah untuk mengingat dan menyebut Allah sebanyak-banyaknya, di
mana saja, kapan saja, dan dalam situasi apa saja, baik suka atau duka,
sendirian atau bersama-sama. Sedangkan kata dzikrullah berupa kalimat berita
pada umumnya berisi janji-janji Allah untuk orang-orang yang selalu berdzikir
kepada-Nya serta ancaman Allah bagi mereka yang tidak berdzikir
(melupakan atau lupa kepada Allah). Allah berfirman:
وَلَذآْرُ االلهُ أَآْبَرْArtinya: “Dan sungguh dzikrullah itu lebih besar.” (Al-‘Ankabut: 45)
Para ulama menafsirkan bahwa dzikrullah adalah ingatnya seorang
hamba kepada Allah. Dan itu lebih besar keutamaannya di sisi Allah dari pada
ibadah-ibadah lainnya. Tetapi sebagian ulama menafsirkan bahwa yang
dimaksud dengan “dzikrullah” di sini adalah ingat-Nya Allah kepada hamba-
Nya, Dan ingat-Nya Allah kepada hamba-Nya ini lebih besar nilainya di sisi
Allah dari pada ingatnya si hamba kepada Allah. Sesuai dengan firmannya:
فَاذْ آُرُوْنى أَذْآُرُآُمْ Artinya: “Ingatlah kalian kepada-Ku, maka Aku pasti ingat kepada kalian.”
(Al-Baqarah:152)
Sama halnya seperti yang dituliskan oleh Aam Amiruddin dan M.
Arifin Ilham dalam karyanya yang berjudul “Dzikir Orang-Orang Sukses”,
yang menjelaskan beberapa keutamaan dzikir dan salah satunya adalah
seseorang yang berdzikir maka akan “Selalu Diingat Oleh Allah”, Allah
berfirman:
70
Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Q.S. Al-Baqarah: 152).17
Bahwa dzikir akan membawa efek positif pada kedekatan manusia
dengan Allah. Kedekatan ini tentu saja berbeda dengan kedekatan seorang
manusia dengan manusia. Kedekatan manusia dengan manusia biasanya
bersifat temporal karena mudah dipengaruhi oleh kepentingan masing-masing,
sehingga ketika kepentingan tersebut tidak terpenuhi maka kedekatan itu
mulai pudar.
Berbeda dengan kedekatan manusia dengan Allah yang dibangun
dengan dzikir, tentu atas landasan kasih sayang, ketulusan dan keta’atan.
Kalaupun ada kepentingan, kepentingan itu hanya datang dari pihak manusia
saja. Pada hakikatnya, Allah tidak membutuhkan dzikir dari manusia karena
tanpa hal itupun Allah sama sekali tidak akan merugi. Lebih dari itu pula,
Allah tetap akan menumpahkan rahmat kepada hamba-Nya dan kepada yang
senantiasa berdzikir (membangun kedekatan) kepada-Nya tanpa batas.18
Buku Dzikrullah Sepanjang Waktu membagi Dzkir dari segi waktu
dalam 6 waktu. Sebagai berikut:
1. Kegiatan Fajar
Agar seorang muslim membiasakan bangun 1 jam sebelum waktu
Subuh untuk melakukan dzikrullah. Ada beberapa bentuk dzikrullah yang
17 Aam Amiruddin dan M. Arifin Ilham, Dzikir Orang-Orang Sukses, (Bandung:
Khazanah Intelektual, 2009), cet. Ke-II, hal. 21 18 Aam Amiruddin dan M. Arifin Ilham, Dzikir Orang-Orang Sukses, (Bandung:
Khazanah Intelektual, 2009), cet. Ke-II, hal. 22
71
2. Kegiatan Pagi
Mengajarkan kepada seorang muslim untuk membiasakan bahwa
ketika terbitnya matahari dianjurkan untuk melakukan dzikrullah, seperti
Memuji Allah, Membaca Surat Ar-Rum Ayat 19-20, dan Membaca
sayyidul Istighfar seperti: “Astaghfirullahal ‘adzim, Alladzi la ilaa ha
Al-Faruqi, Ismail R. Menjelajah Atlas Dunia Islam. Bandung: Mizan, 2000
Al-Ghazali, Imam. Dzikrullah Rahasia Dan Kekuatan, Pondok Gede: PT. Sahara Intisains, 2009, cet. Ke-II
Amiruddin, Aam dan Ilham, M. Arifin. Dzikir Orang-Orang Sukses, Bandung: Khazanah Intelektual, 2009, cet. Ke-II
Arbi, Armawati. Dakwah dan Komunikasi, Jakarta: Diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, 2003.
Arifin, M. Psikologi Dakwah Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
Asti, Badiatul Muchlisin. Berdakwah Dengan Menulis Buku, Bandung: Penerbit Media Qolbu, 2004.
Asy Syami, Shalih Ahmad Wasiat Abdul Qadir, PT. Aqwam Media Profetika, 2010
Aziz, Ali. Ilmu Dakwah, PT. Fajar Interpratama Offset, cet. Ke-II, Edisi Revisi
Berger Peter L. dan Thomas Luckmann. Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan, LP3ES, 1990.
Bungin, M. Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Tomas Luckman. Jakarta: Prenada Media Group, 2008. cet. Ke-I
Djaelani, Abdul Qadir. Koreksi Terhadap Ajaran Tasawuf Jakarta: Gema Insani Press, 1996, cet. Ke-I
Djauhari, Mohammad Tidjani MA. Menebar Islam Meretas Aral Dakwah, Jakarta: TAJ Publising, 2008.
Eriyanto. Analisis Framing. Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2005, cet. Ke-III
77
78
Esack. Al-Qur'an, Liberasi Pluralisme, Membebaskan yang Tertindas, Bandung: Mizan, 2000.
Finoza, Lamudin. Komposisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Diksi Insan Mulya, 2007, cet. Ke-XII
Gong, Gola. Jangan Mau Gak Nulis Seumur Hidup, Bandung: Salamandani, 2007.
Ilahi, M. Munir dan Wahyu. Manajemen Dakwah, Rahmat Semesta dan Prenada
Ismail, Abu Anas Hilmi Bin Muhammad Bin. 101 Keajaiban Dzikir, Solo: Media Dzikir, 2009, cet. Ke-I
Jauhari, Muhammad Idris. Dzikrullah Sepanjang Waktu, Dimana saja dan dalam keadaan apa saja, Sumenep Madura: Mutiara Press, 2008.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2005.
Lane, E.W.Lane’s. Arabic-English Lecsicon, Beirut: Librairiie du Libanon, 1980.
Malaikah, Mustafa. Manhaj Dakwah Yusuf Al- Qardawi Harmoni antara Kelembutan dan Ketegasan, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997.