DAKWAH DAN POLITIK : PEMIKIRAN DAN KIPRAH K.H. MAHRUS AMIN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam ( S.Kom.I ) Oleh : Pahlevy NIM. 105051001984 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DAKWAH DAN POLITIK :
PEMIKIRAN DAN KIPRAH K.H. MAHRUS AMIN
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam ( S.Kom.I )
Oleh :
Pahlevy NIM. 105051001984
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
DAKWAH DAN POLITIK :
PEMIKIRAN KIPRAH DAN K.H. MAHRUS AMIN
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam ( S.Kom.I )
Oleh :
Pahlevy NIM. 105051001984
Di bawah Bimbingan :
Prof. Dr. Murodi, MA NIP. 19640705 1992031 1003
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Dakwah dan Politik (Kiprah dan Pemikiran K.H Mahrus Amin) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I.) pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 23 September 2010
Sidang Munaqasyah, Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 Juni 2010
Pahlevy
ABSTRAK Nama : Pahlevy NIM : 105051001984
DAKWAH DAN POLITIK
KIPRAH DAN PEMIKIRAN K.H. MAHRUS AMIN Elite agama Islam, yang oleh kalangan masyarakat Jawa khususnya disebut
kyai, seringkali dijadikan bahan perbicangan para pengamat dan bahkan oleh kyai sendiri, menyangkut layak tidaknya mereka terjun dalam politik praktis. Sebagian kalangan berpendapat bahwa kyai seharusnya berperan saja sebagai pengayom umat terutama dalam kehidupan beragama, dan karena itu lebih tepat jika menghindarkan diri dari kegiatan politik. Sebaliknya, terdapat pendapat lain yang mengatakan bahwa tidak ada alasan kyai harus meninggalkan politik praktis, sebab berpolitik merupakan bagian kehidupan agama itu sendiri. Saat ini, dari sekian banyak tokoh agama Islam atau kyai di Indonesia yang menjadikan politik sebagai sarana atau media dakwah ialah K.H. Mahrus Amin.
Dalam penelitian ini penyusun mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: Konsep dakwah menurut K.H Mahrus Amin? Konsep politik menurut K.H. Mahrus Amin? Bagaimana kiprah dakwah dan politik menurut K.H. Mahrus Amin?
Sedangkan metodelogi dalam pembahasan skripsi ini menggunakan metodelogi kualitatif yaitu, melakukan wawancara langsung dengan K.H. Mahrus Amin, kemudian mengumpulkan data dari beberapa artikel di internet dan karya-karya berupa tulisan K.H. Mahrus amin serta buku-buku yang terkait dengan permasalahan.
Teori yag digunakan dalam pembahasan ini adalah teori global communitarianism, geographical mobility dan teori cult./lang./ competence/inheritance. teori global communitarianism yang berarti dapat menerima siapa saja untuk menjadi bagian dalam komunitasnya sebagaimana objek dalam berdakwah yang tidak dipilih-pilih. Teori geographical mobility yang artinya berpindah dari wilayah aslinya dan tersebar, sebagaimana agama Islam yang berasal dari Arab menyebar ke seluruh dunia. Teori cult./lang./competence/acquisition yang mempunyai makna dapat mengadopsi dan berakulturasi dengan budaya lain, sebagai contoh Indonesia adalah Indonesia akan tetapi tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Islam baik dari segi sosial, budaya, ekonomi maupun politik.
Dari pembahasan di atas, dapat sekiranya saya simpulkan bahwa dakwah dan politik memiliki keterkaitan, di mana politik dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk berdakwah, dan tidak ada salah seandainya seorang kyai terjun ke dunia politik selama mempunyai niat dan tujuan yang baik untuk kemaslahatan umat, tanpa harus terkontaminasi kotornya politik yang menodai kemurnian dakwah Islam.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, tempat berlindung dan
bersandar atas segala kelemahan manusia sebagai makhluk dhaif dengan
Joman dan Raihan, yang telah memberikan semangat kepada penulis.
10. Sahabatku Rahmat Hidayat, Iqbal Perdana dan M.Irfan.
11. Seluruh teman kelasku KPI D angkatan 2005, terutama buat Zulfikar, Kiki
Maulana, M. Arif Sigit, Geary Fariq, Hifzanul Hanif, Ahmad Fauzi, Farah
Nurul Hikam, Irma Iztarikizra, Upi Zahra.
12. Teman-teman BEM Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
HMI yang telah banyak memberikan wawasan keorganisasian kepada
penulis.
iii
iii
Akhirnya hanya kepada Allah jualah kami berserah diri dan mudah-
mudahan skripsi ini bermanfaat. Meskipun penulis menyadari masih banyak
terdapat kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT.
Jakarta, 5 September 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 7 D. Metodologi Penelitian ........................................................................... 8 E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Dakwah dan Unsur-unsurnya 1. Pengertian Dakwah ....................................................................... 12 2. Unsur-Unsur Dakwah ................................................................... 14 3. Hukum Dakwah ............................................................................ 28
B. Politik 1. Pengertian Politik .......................................................................... 29 2. Perpektif Islam Tentang Politik ..................................................... 31 3. Keterkaitan Dakwah dan Politik .................................................... 34
C. Kiprah dan Pemikiran 1. Pengertian Pemikiran ..................................................................... 35 2. Pengertian Kiprah........................................................................... 36
BAB III PROFIL K.H. MAHRUS AMIN
A. Riwayat Hidup 1. Latar Belakang Keluarga ............................................................... 37 2. Latar Belakang Pendidikan ............................................................ 38 3. Latar Belakang Organisasi ............................................................ 40
B. Karya-Karya K.H Mahrus Amin ......................................................... 41
BAB IV ANALISIS KONSEP DAKWAH DAN POLITIK MENURUT K.H. MAHRUS AMIN A. Konsep Dakwah Menurut K.H. Mahrus Amin .................................. 44 B. Konsep Politik Menurut K.H. Mahrus Amin ..................................... 50 C. Kiprah Dakwah dan Politik Menurut K.H. Mahrus Amin ................. 52
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................ 62 B. Saran ............................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 64 LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Elite agama Islam, yang oleh kalangan masyarakat Jawa khususnya
disebut kyai, seringkali dijadikan bahan perbicangan para pengamat dan
bahkan oleh kyai sendiri, menyangkut layak tidaknya mereka terjun dalam
politik praktis. Sebagian kalangan berpendapat bahwa kyai seharusnya
berperan saja sebagai pengayom umat terutama dalam kehidupan beragama,
dan karena itu lebih tepat jika menghindarkan diri dari kegiatan politik.
Sebaliknya, terdapat pendapat lain yang mengatakan bahwa tidak ada alasan
kyai harus meninggalkan politik praktis, sebab berpolitik merupakan bagian
kehidupan agama itu sendiri.1
Namun, banyak kalangan yang kurang sependapat terhadap peranan
kyai yang terlibat dalam kancah politik, karena seorang kyai belum cukup kuat
untuk menahan godaan fasilitas yang disediakan bagi mereka tatkala tengelam
dalam euporia politik praktis. Bahkan yang lebih memprihantinkan lagi, ketika
antar kyai pun bisa terjadi konflik karena perbedaan aspirasi politik.2
Bagi kyai keterlibatan mereka dalam berpolitik tentu saja sangat
beralasan, bagi mereka antara politik dan dakwah merupakan suatu kesatuan,
mustahil untuk dipisahkan. sebab agama merupakan ajaran tata perilaku
1 Imam Suprayogo, Kyai dan Politik “Membaca Citra Politik Kyai”, Malang , (UIN
Malang Press, 2009), Cet. ke-2 hal. 1 2 Hamadan Daulay, Membangun Kerukunan Berpoltik dan Beragama Di Indonesia,
(Yogyakarta, Puslitbang Depag RI, 2002) hal. 11
1
2
kemanusiaan, sehingga ia bukan hanya sistem teologi tetapi juga sebuah
kebudayaan yang kompleks. Dakwah harus didukung dengan sebuah
kekuasaan politik. Sebab, baik agama maupun politik, secara kasat mata sama-
sama berkolerasi dengan kemaslahatan umat.3
Walau bagaimanapun, kalau memang politik adalah salah satu jalan
untuk menegakkan kemaslahatan umat (al-maslahah al-ammah), dan
menancap sangat kuat dalam kaidah politik Islam (qowaidu al-siyasah al-
Islamiyah), kyai harus tetap berjuang dengan konsisten untuk terus
berekperimentasi. Nabi Muhammad SAW juga "politisi" ulung yang
mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga kepala
negara.4
Jadi, kalau mengikuti tata nilai yang diteladankan Nabi dan
sahabatnya, pastilah akan terus berevaluasi dalam sekian eksperimentasi,
sehingga akan lahir kedewasaan berpolitik. Sebagi sistem hidup yang
sempurna, Islam tidak bergerak pada tataran pemikiran (teoritis) semata, tetapi
bekerja padatataran praktis, mengatur semua segi kehidupan manusia secra
realistis dan objektif. Ini berarti, Islam haruslah diterjemahkan dan
diwujudkan dalam kehidupan nyata dengan membangun komunitas dan
masyarakat Islam.5
Dakwah dibidang politik adalah ajakan mengembalikan tata cara
pengurusan masyarakat ke dalam suasana yang teduh dan Islami. Inilah
3 Syaiful Amin Sholihin, Tokoh Agama dan Pilihan Politik, (Yogyakarta, Tugu Pess,
2004), hal. 27 4 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal
25 5 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Hukum Dakwah, Pengertian Politik, Perpektif Islam Tentang
Politik, Hubungan Keterkaitan Dakwah dan Politik.
BAB III Profil K.H. Mahrus Amin pada bagian ini dijelaskan mengenai
riwayat hidup dan pendidikan, latar belakang keluarga, latar
belakang pendidikan, aktivitas dakwah dan politik, akivitas K.H.
Mahrus Amin dalam berdakwah dan akivitas K.H. Mahrus Amin
dalam berpolitik.
BAB IV Analisis konsep dakwah dan politik menurut K.H. Mahrus Amin,
pada bagian ini akan menjelaskan mengenai konsep dakwah
menurut K.H. Mahrus Amin, konsep politik menurut K.H. Mahrus
Amin dan korelasi antara dakwah dan politik menurut K.H.
Mahrus Amin.
BAB V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran dari seluruh
proses dan hasil penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Dakwah
Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata bahasa Arab
da`wah ( دَعْوَة ) merupakan bentuk kata masdar (kata kerja) dari da`a, yad`u,
da`watan ( دَعْوَةُ– يَدْعُوْ –دَعَا ) yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.1
Maka dakwah dari sudut bahasa berarti ajakan, seruan, panggilan, undangan.
Sedangkan secara istilah dakwah dapat didefinisikan sebagai setiap
kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk
beriman dan taat kepada Alllah SWT sesuai dengan garis aqidah, yaitu syari`at
dan akhlak islamiyah.2
Menurut M. Quraish Shihab Bahwa dakwah adalah sebagai seruan atau
ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik atau
sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.3
Menurut Wardi Bachtiar dakwah dapat dilakukan dalam 3 kategori
yaitu :
1. Dakwah bi al-lisan
Dakwah bi al-lisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan, dapat berupa ceramah symposium, diskusi, khutbah, sarasehan dan lain sebagainya.
1 Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Yayasan Penyelenggara Al-Quran, 1973),
hal. 126 2 Muhammad Sayyid Alwakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Penerjemah Nabhani
Idris, (Jakarta, Akademika Pressindo, 2002), hal 1 3 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, (Badung, Raizan, 1995), Cet. ke-2, hal. 31
12
13
2. Dakwah bil al-qalam
Dakwah dengan tulisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melaului tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamphlet, lukisan-lukisan, buletin dakwah dan lain sebaginya.
3. Dakwah bi al-hal
Dakwah bi al-hal adalah dakwah melalui perbuatan nyata seperti
perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja keras serta menolong sesame manusia. Dakwah ini dapat berupa pendirian rumah sakit, pendirian panti dan memelihara anak yatim piatu, pendirian lembaga pendidikan, pendirian pusat pencarian nafkah seperti pabrik, pusat perbelanjaan, kesenian dan lainnya.4
Menurut Sayyid Quthub dakwah merupakan salah satu kewajiban bagi
orang Islam, dakwah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kaum Muslim baik
individu maupun kelompok. Tentunya dengan memperhatikan tugas-tugas
dakwah yang demikian berat dan tantangan yang demikian besar, maka
dakwah tidak bisa tidak menghendaki adanya kelompok orang atau umat
(kelompok profesional) yang secara sunggu-sungguh memikirkan masalah
dakwah dan melakukan tugas dakwah dengan baik dan sempurna.5
Sedangkan menurut Abu Risma dakwah adalah sebagai segala usaha
yang dilakukan oleh seorang muslim atau lebih untuk merangsang orang lain
agar memahami, menyakini dan kemudian menghayati ajaran Islam sebagai
1997), hal. 34 5 A. Ilyas Ismail, Pradigma Dakwah Sayyid quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Harakah , (Jakarta, Penerbit Madani 2006), hal. 139 6 Abu Risma, Dakwah Islam Praktis dalam Pembangunan Suatu Pendekatan Sosiologis,
(Yogyakarta, PLP2M, 1985), h. 12
14
Sehubungan dengan ini Allah SWT berfirman :
☺
☺
Artinya : Wahai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. .” (QS. al-Maidah : 67)
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, bahwa dakwah adalah
mengadakan suatu perubahan dan pembenahan baik yang bersifat individu
maupun sosial sesuai dengan ajaran Islam. Dakwah sendiri dapat disampaikan
melalui lisan, tulisan dan juga dengan tinggkah laku yang dilakukan secara
sadar dan terencana dalam upaya mempengaruhi orang lain agar timbulnya
keinsyafan dalam individu dengan menghayati dan mengamalkan ajaran
agamanya dalam keseharian.
B. Unsur-Unsur Dakwah
Aktifitas dakwah akan berjalan dengan baik, jika memperhatikan
unsur-unsurnya. Unsur-unsur dakwah adalah sebagai berikut :
1. Da`I (sebagai subjek)
Subjek dakwah, bisa seorang atau sekelompok orang yang
berorganisasi, bisa dikaji dari sudut pandang al-Islam manusia diciptakan
Allah dalam bentuk tubuh yang indah dan unik, mempunyai tugas
15
memakmurkan bumi yang telah diciptakan-Nya untuk bekal hidup
manusia dalam mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.
manusia diciptakan sebagai khalifah (wakil) Allah dan harus mengabdi
kepada-Nya dengan penuh keikhlasan. diri manusia terdiri dari fisik dan
non fisik, kedua-duanya memerlukan pemeliharaan, memerlukan peranan
dan fungsi untuk menyempurnakan hidup agar mencapai keseimbangan
hidup di dunia dan di akhirat.7
Allah SWT berfirman :
☺ ☺
☺
☺ ☺
⌧
⌧
Artinya : “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. at-Taubah: 71)
Jelas bahwa tugas pelaksana dakwah atau da`i adalah hubungan
masyarakat, mulai dari keluarga sendiri, masyarakat ramai hingga dunia
internasional. Aspek-aspek yang dihadapi cukup rumit dan banyak,
meliputi daya fikir mereka, sikap hidup dan tingkah laku mereka, hal-hal
yang menjadi pendorong dalam kehidupannya, mungkin yang menyangkut
frustasi, juga yang menyangkut program belajar mereka untuk
meningkatkan taraf hidup, menyangkut perbedaan-perbedaan sosial dan
individual, dan yang lebih penting adalah yang menyangkut pemecahan-
pemecahan problema kehidupan manusia yang sangat luas dan multi
kompleks. situasi hidup riil manusia adalah arena dakwah, dan disitulah
para pelaksana dakwah harus mampu terjun dan membenahi yang kurang
beres, menuntun jalan hidup yang benar dan menunjukkan apa yang
dikenal dalam agama sebagai sirathal mustaqim.8
Menurut Sayyid Quthub ada tiga unsur penting yang harus dimiliki
oleh Da`i yaitu :
a. Akhlak Da`i
Da`i merupakan salah satu unsur yang teramat penting dalam proses dakwah. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah. Da`i menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah.da`i pada dasarnya adalah penyeru ke jalan Allah SWT, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (mujahidin) yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat manusia. Da`i harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar.
b. Bekal Da`i
Seorang da`i untuk melaksanakan amanat dan kewajiban dakwah
diharuskan memiliki persiapan-persiapan dan bekal perjalan yang cukup, terutama persiapan dan bekal spiritual yang baik. Oleh karena itu sebelum melaksanakan tugas yang berat para da`i harus mempersiapkan diri dengan memperkuat jiwa dan mental merek dengan iman dan takwa kepada Allah SWT, karena iman adalah bekal utama bagi para da`i.
c. Perjuangan Da`i
8 M. Syafa`at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta, PT Bumirestu, 1982), hal. 105
17
Dakwah adalah proses yang panjang ubtuk membangun sistem Islam dalam proses ini da`i tidak hanya memerlukan berbagai bekal akan tetapi juga membutuhkan komitmen perjuangan yang amat tinggi karena dakwah pada dakwah identik dengan perjuangan. Sayyid Quthub memposisikan da`i sebagai pejuang (mujahid), sebagai pejuang da`i harus bekerja dan berjuang tanpa lelah sepanjang hidupnya.9
Meskipun dakwah merupakan kewajiban setiap muslim, namun
sebelum melakukan dakwah da`i harus tahu tugas, syarat dan sifat apa yang
harus dimiliki yaitu :
a. Tugas da’i
Di dalam sebuah misi penyebaran agama khususnya agama Islam
tidak terlepas dari penyampaiannya yang sering disebut dengan da’i, da’i
adalah orang yang melakukan dakwah.10 Atau dapat diartikan sebagai
orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada khalayak (mad’u).
Seseorang dapat dikatakan da’i apabila secara keilmuan ia telah menguasai
tentang ajaran-ajaran Islam. Dari segi wawasan intelektual, pengalaman
spiritual, sikap mental dan kewibawaannya. Seorang yang disebut da’i
biasanya akan terlihat lebih matang tentang keilmuan dibandingkan
mad’unya.11 Karena seorang da’i haruslah bisa mengarahkan orang yang
diajak agar tidak ada kekeliruan dalam menjalani ibadah dan kehidupan
agar selamat dunia akhirat.
Da’i merupakan penerus Rasul, oleh karena itu tugas da’i sama
dengan Rasul yaitu melakukan amar ma’ruf nahi munkar (Mengajak
9 A. Ilyas Ismail, Pradigma Dakwah Sayyid quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Harakah ,(Jakarta, Penerbit Madani 2006), hal. 311-358 10 Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta:PT. Ikhtiar Ouve, 1992), hal. 137 11 Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hal.
137
18
kepada kebaikan dan mencegah kepada keburukan) serta mengajak
manusia beriman kepada Allah dengan diiringi mengerjakan perintahnya
dan menjauhi larangannya.12
Setiap Muslim yang hendak menyampaikan dakwah, khususnya
da’i seyogyanya memiliki kepribadian yang baik untuk menunjang
keberhasilan dakwah, baik kepribadian yang bersifat rohaniah (psikologi)
ataupun kepribadian jasmaniah (fisik).
b. Syarat dan Sifat Da’i
Dalam kegiatan dakwah, peranan da’i sangatlah penting yaitu:
sebagai penyebar asama Islam. Tanpa da’i ajaran Islam hanyalah berupa
ideologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. Oleh Karena
itu, untuk menyebarkan ajaran Islam seorang da’i harus tahu syarat dan
sifat-sifat yang harus dimilikinya sehingga ia mampu menghadapi
beragam mad’u dan beragam persoalannya.
1) Adapun syarat da’i:
a) Pengetahuan mendalam tentang Islam
Dakwah pada dasarnya ialah aktivitas mengajarkan ajaran
islam, sedangkan da’i adalah yang mengajarkan ajaran Islam. Oleh
karena itu sebelum ia mengajarkan kepada orang lain ia harus tahu
lebih mendalam tentng Islam, sehingga ia bisa menjelaskan kepada
mad’u bahwa Islam merupakan ajaran yang berbeda dengan ajaran
lain yaitu bersifat universal, yang ajarannya tidak terbatas, pada
12 Sa’id Al-Qahthan, Menjadi Da’i Yang Sukses, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 84-85
19
hubungannya manusia dengan penciptanya, melainkan juga
hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya.13
b) Juru dakwah jiwa kebenaran
Maksud dari juru dakwah jiwa kebenaran ialah da’i
haruslah menjadi ruh yang penuh kebenaran, kesadaran dan
kemauan serta mampu menjadi pengingat terhadap penyimpangan
dalam masyarakat.14
2) Sifat Da’i/karakter da’i
Karakteristik ialah sifat yng khas kepribadian seseorang
dipertimbangkan dari titik pandang etis atau moral.15
a) Hubungan dengan Allah
Adanya hubungan dengan Allah merupakan dasar utama pada
Akhlak da’i, Karena tanpa adanya hubungan dengan Allah, maka
dakwahnya tidak menghasilkan hasil yang optimal. Adapun jalan
mengikat hubungan dengan Allah antara lain dengan memuliakan
Meningkatkan perbaikan diri merupakan kewajiban yang
mutlak harus ada pada seorang da’i. Karena segala tingkah laku da’i
itu dijadikan sebagai contoh bagi mad’unya sehingga setiap saat ia
13 A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hal. 148 14 Ibid, hal. 149 15 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Dr. Kartini Kartono (Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2004), Cet. ke-9, hal. 82 16 A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hal. 152
20
harus introspeksi diri agar apa yang ia sampaikan sesuai dengan
perbuatannya.17
c) Memahami keadaan masyarakat yang akan dihadapi.
Pemahaman terhadap karakteristik mad’u sangatlah penting.
Bila mad’u nya telah diketahui karekteristiknya, maka da’i dapat
menyesuaikan materi, metode serta media apa yang cocok yang
digunakan.18
Di samping sifat-sifat yang dijelaskan diatas, Hamzah Ya’kub
menambahkan sifat-sifat sebagai berikut
a) Memiliki pengetahuan yang cukup tentang Al-Qu’ran dan As-Sunnah
Rasul serta ilmu-ilmu yang berinduk kepada keduanya seperti tafsir,
ilmu hadist, sejarah kebudayaan Islam dan lainnya.
b) Memiliki pengetahuan yang menjadi kelengkapan dakwah.
c) Penyantun dan lapang dada.
d) Berani kepada siapapun dalam menyatakan dan membela kebenaran.19
Adapun sifat da’i yang dijelaskan dalam Al-Qur’an tertera pada
surat As-Syura ayat 15 yaitu:
☺
☺
☺
☺
17 Sa’id Al-Qahthan, Menjadi Da’i Yang Sukses, ( Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 314 18 Mustofa Ar-Rafi’I, Potret Juru Dakwah, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002), hal. 38-50 19 Moh. Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Prenada Media, 2004), hal. 82-83
21
Artinya : ”Maka Karena itu Serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan Aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)". (QS. as-Syura: 15)
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa da’i haruslah istiqomah, tidak
mengikuti hawa nafsu, menjelaskan tentang ketegarannya dalam iman, berbuat
adil dan berusaha berdakwah sampai non muslim.
2. Mad`u (sebagai objek)
Mad`u dalam istilah isim maf`ul dari da`a. berarti orang yang diajak,
atau dikenakan perbuatan dakwah. mad`u adalah objek sekaligus subjek dalam
dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. siapapun mereka, laki-laki
maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru lahir ataupun
orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad`u dalam dakwah Islam.
dakwah Islam tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi orang-orang di
luar Islam, baik mereka itu atheis, penganut aliran kepercayaan, pemeluk
agama-agama lain, semua adalah mad`u.20
Objek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih, yaitu
masyarakat. Hal ini disebabkan oleh misi kedatangan Islam adalah rahmat
bagi alam semesta, Islam tidak akan tereliasasikan sebagai rahmat semesta
alam apabila dakwah hanya dibatasi pada kalangan tertentu saja. Allah Ta`ala
telah berfirman :
☺
Artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. .” (QS.Al-Anbiya : 107)
3. Metode Dakwah
Secara bahasa metode berasal dari 2 kata yaitu meta (melalui) dan
hodos (jalan/cara). dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata Methodos
yang artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq. metode berarti
cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran yang mencapai suatu
maksud.21
Metode Dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang
da`I untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu Al-Islam atau serentetan
kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.22
Dalam menghadapi serbuan bermacam-macam nilai, keagamaan,
pilihan hidup dan sejumlah janji-janji kenikmatan duniawi, dakwah
diharapkan bisa menjadi solusi dengan fungsi mengimbangi dan pemberi arah
dalam kehidupan umat. Dakwah ke depan menempatkan perencanaan dan
strategi yang tepat dengan merujuk kepada metode dakwah Rasulullah SAW.
Para intelektual muslim dapat merumuskan konsep dan metode dakwah untuk
generasi muda, orang dewasa atau objek dakwah bagi berbagai lapisan
masyarakat yang tingkat pemahaman keagamaannya tergolong rendah atau
21 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta, Pemuda Media, 2006), hal. 6 22 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu,
1997), hal. 34
23
sebaliknya bagi masyarakat yang tingkat pendidikannya tergolong tinggi,
sehingga materi dakwah sesuai dengan objeknya.
Menurut Toto Asmara metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang
dilakukan oleh seorang da`I kepada mad`u untuk mencapai tujan atas dasar
hikmah dan kasih sayang. 23
Menurut Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah pada umumnya
terbagi pada beberapa segi, yaitu sebagai berikut :
a. Metode dari segi cara, yaitu :
1) Cara tradisional, termasuk didalamnya adalah sistem ceramah umum, cara ini marak dilakukan oleh masyaraka luas.
2) Cara modern, termasuk dalam metode ini adalah diskusi, seminar dan
sejenisnya.
b. Metode dari segi jumlah audiens, yaitu :
1) Dakwah perorangan, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap perorangan secara langsung (Face to Face atau Privat).
2) Dakwah kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap kelompok
tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya, seperti kelompok pengajian, karang taruna, organisasi dan lain-lain.
c. Metode dari segi pelaksanaan, yaitu :
1) Cara Langsung, yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara tatap muka
antara komunikator dengan komunikannya.
2) Cara tidak langsung, yaitu dakwah yang dilakukan oleh media seperti televise, radio, penerbitan-penerbitan, internet dan lain-lain.
d. Metode dari segi penyampaian isi, yaitu :
1) Cara serentak, cara ini dilakukan untuk pokok-pokok bahsan yang
praktis dan tidak terlalu banyak kaitannya dengan masalah-masalah lainnya (fokus terhadap suatu permasalahan ).24
23 Toto Asmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta, Gaya Media Pratama, 1997), Cet. ke-1,
hal. 43
24
Jadi kesimpulan metode dakwah adalah suatu cara bagaimana
menyampaikan dakwah sehingga sasaran dakwah atau mad`u mudah
mencerna, memahami, meyakini terhadap materi yang disampaikan25
Adapun metode dalam melaksanakan dakwah tercantum dalam Al
Qur`an surat An-Nahl ayat 125:
☺
☺
☺
☺
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.(QS. an-Nahl : 125)
4. Materi Dakwah
Materi dakwah tidak lain adalah al-Islam yang bersumber dari al-
Qur`an dan al-Hadist sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syari`ah
dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.26
Al-Qur`an adalah sumber ajaran Islam yaitu wahyu Allah yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad. Wahyu Allah itu diturunkan dalam
24 Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya, Usaha
1997), hal. 35 31 Abdul Karim Zaidan, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta, Media Dakwah, 1984), Cet.
ke-2, hal. 26
27
Sebenarnya media dakwah tidak hanya berperan sebagai alat Bantu
dakwah, namun apabila ditinjau lebih lanhut media dakwah adalah salah satu
faktor penting dalam mencapai tujuan dakwah.
6. Tujuan Dakwah
Tujuan dilaksankannya dakwah adalah untuk mengajak manusia
kejalan Tuhan yang benar, yaitu Islam. Dakwah adalah usaha atau kegiatan
yang bertujuan, suatu kegiatan tidak akan bermakna jika tanpa arah tujuan
yang jelas. Tujuan dakwah Islam antara lain adalah mengubah pandangan
hidup seseorang. dari perubahan pandangan hidup ini akan berubah pula pola
pikir dan pola sikap.32
Menurut Sayyid Quthub Pada dasarnya tujuan dakwah adalah untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kebahagian bagi umat manusia baik dalm
kehidupan maupun dunia akhirat kelak. Akan tetapi kebahagian tentu tidak
dapat dicapai apabila terjadi berbagai kerusakan di tengah-tengah masyarakat,
baik berupa kedzholiman, kemunkaran, dan berbagai tindak kejahatan lainnya.
Kebahagiaan juga tidak dapat dicapai apabila sebagian anggota masyarakat
merampas hak-hak anggota masyarakat lainya dengan menuhankan diri dan
memperbudak orang lain. Maka dari itu tujuan dakwah yang sesungguhnya
adalah hal-hal yang mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan umat
manusia.33
Allah SWT berfirman :
32 Rafiudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung, CV.
Pustaka Setia. 2001), Cet. ke-2, hal. 32 33 A. Ilyas Ismail, Pradigma Dakwah Sayyid quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Harakah , (Jakarta, Penerbit Madani 2006), hal.
28
☺
☺ ☺
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan
seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.
C. Hukum Dakwah
Hukum ada dalam masyarakat sejak manusia itu ada di atas muka bumi
ini. Masyarakat terbentuk apabila ada dua orang atau lebih untuk hidup
bersama. oleh karena itu, hukum ada dan diprlukan keberadaannya sejak
adanya manusia itu sendiri dan paling tidak, sejak adanya dua manusia untuk
hidup bersama. Demikian juga dengan dakwah. Dakwah ada dan diperlukan
keberadaannya sejak manusia itu ada. bahkan ada yang mengatakan, dakwah
itu ada sejak manusia hidup di dalam surga (Nabi Adam dan Siti hawa), dan
terus berkembang sampai saat dimana manusia berada di muka bumi. Dengan
demikian dakwah itu ada dan dilakukan, sejak adanya manusia.34
Allah SWT berfirman tentang dakwah dalam Al-Qur`an berbunyi :
☺ ⌧ ☺
34 H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakwah di Indonesia), (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Cet. ke-1, hal. 1
29
☺ ⌧
Artinya : ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik ”.(QSAl-Imran : 110)
Dakwah merupakan tugas yang mulia, karna dakwah tidak lain utuk
menujukan manusia kepada kebaikan dan menggiring mereka untuk bersatu
dalam satu kalimat tauhid. mengajak mereka untuk menghadapi kedzaliman
dan kejahilan. tak ada suatu perbuatan yang paling mulia selain berdakwah.
rosulullah SAW bersabda “balligu anni wallau ayyah”.
Pada dasarnya ulama sepakat bahwa dakwah Islam itu wajib
hukumnya akan tetapi wajibnya ada yang berpendapat wajib `ain, artinya
seluruh umat Islam dalam kedudukan apapun tanpa kecuali wajib
melaksanakan dakwah, dan ada pula yang berpendapat wajib kifayah, artinya
dakwah itu hanya diwajibkan atas sebagian umat Islam yang mengerti saja
seluk-beluk agama Islam.35
B. Politik
1. Pengertian Politik
Kata politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukkan
sifat pribadi atau perbuatan, kata ini terambil dari kata latin politicus dan
35 Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, (Bandung, PT Al Ma`rifat, 1981),
hal. 12
30
Kata politik dalam bahasa Arab adalah as-syiasah (السياسة)
merupakan masdar dari kat sas - yasusu ( سوياس -ساس ), dan ini merupakan
kosa kata bahasa Arab asli.37
Politic kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan tiga
arti, yaitu :
Segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat, dan sebagainya)
mengenai pemerintahan sesuatu Negara atau terhadap Negara lain, tipu
muslihat atau kelicikan, dan juga dipergunakan sebagai nama bagi sebuah
disiplin pengetahuan, yaitu ilmu politik.38
Sebagai istilah “politik” pertama kali dikenal melalui buku Plato yang
berjudul Politeia yang juga dikenal dengan Republik.39
Menurut Salim Ali Al-Bahsanawi politik adalah cara dan upaya
menangani masalah rakyat dengan seperangkat undang-undang untuk
mewujudkan kemaslahatan dan mencegah hal-hal yang merugikan bagi
kepentingan manusia.40
Sedangkan menurut Deliar Noor, Politik merupakan segala aktivitas atau
sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan juga bermaksud untuk
36 Abd. Mu`in Salim, FIQH SIYASAH “Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al quran”,
(Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 1995) Cet. ke-2, hal. 34 37 Yusuf al-Qordowi, Pedoman Bernegara dalam Perspektif Islam, (Jakarta, Pustaka Al-
Kautsar, 1999), hal 35 38 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,
1983), hal 763 39 Delian Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, (Jakarta, Rajawali, 1982), hal. 11 40 Salim Ali Al-bahsanawi,Wawasan Sistem Politik Islam, (Jakarta, Pustaka al-Kautsar),
Cet.ke-1, hal. 23
31
mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu macam bentuk
susunan masyarakat.41
Dengan demikian politik pada dasarnya memiliki sedikitnya dua
kecenderungan pendefinisian yaitu, pandangan yang mengkaitkan politik dengan
orang banyak baik dalam satu bangsa atau negara, dan pandangan politik dengan
masalah kekuasaan, otoritas atau dengan konflik.42
2. Perspektif Islam Tentang Politik
Berbicara tentang Islam dan politik, keduanya hingga saat ini tetap
merupakan topik yang hangat untuk diperbincangkan, sejalan dengan
pandangan yang sangat dikenal para ahli Islam. menurut Nurcholis Madjid,
Islam merupakan sistem-sistem kehidupan yang lengkap. Islam merupakan
din (agama) dan sekaligus dawlah (negara).43
Islam adalah agama yang komprehensif (mengandung pengertian yang
luas dan menyeluruh) didalamya terdapat sistem politik, sistem ekonomi,
sistem sosial dan sebagainya. dapat dilihat dari segi sejarah Nabi dan Rosul,
tidak satu pun yang diutus Allah SWT melainkan untuk berdakwah, dan
berdakwah itu mencakup berbagai aspek termasuk politik didalamnya. karena
itu politik tak bisa dipisahkan dari dakwah itu sendiri.
Agama Islam sejak kemunculanya di Mekah tahun 611 M dan
disebarkan oleh Nabi Muhammad sudah harus bersentuhan dengan kekuasaan
politik. Ajaran tauhid yang diajarkan Nabi Muhammad membawa dampak
41 Deliar Noor, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakarta, CV. Rajawali, 1982), hal. 194 42 Jeje Abdul Rozak, Politik Kenegaraan al-Ghazali dan Ibnu Tamiyah, (Surabaya, PT.
Bina Ilmu, 1999), hal. 49 43 Moh. Mufid, Politik Dalam Perspektif Islam, (Jakarta, UIN Jakarta Press, 2004), Cet.
ke-1, hal. 129
32
sosial, budaya dan politik, karena menawarkan agama tauhid, persamaan
derajat manusia dan keadilan, kepada masyarakat jahiliyah yang sudah
memiliki kepercayaan menyembah banyak dewa, memberlakukan perbedaan
status manusia dan penumpukan harta pribadi.44
Dalam Islam politik pertama kali dilakukan oleh para nabi yang diutus
Allah SWT sebagai contoh yang dialami Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman
AS yang dikenal sebagai raja. Dan juga ketika Nabi Muhammad SAW sebagai
Rasullulah mendirikan dan memimpin Negara Madinah.
Sedangkan hukum dakwah dalam kaitannya dengan politik dapat
dikategorikan kedalam hukum dakwah yang bersifat kifayah sebab tidak
semua orang yang memiliki kemampuan dalam bidang politik.
Politik yang dalam Islam disebut siyasah bermakna mengatur urusan
umat, yang dilaksanakan oleh Negara (pemerintah) maupun umat. Dalam al-
Qur`an tidak tertulis secara tekstual mengenai kata siyasah, namun dalam surat
keempat yaitu surat an-Nisaa ayat ke 58-59 membahas tentang menyerahkan
amanat dan penghormatan kepada pemimpin.
Allah SWT Berfirman :
⌧
☺
☺
⌧ ☺ ⌧
44 Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono, Etika Membagun Masyarakat Islam Modern, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007) Cet. ke-2, hal. 227
33
⌧
⌧
Artinya :“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.an-Anisaa :58) “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.an-Anisaa :59)
Dua ayat di atas yaitu ayat 58 dan 59 dalam surat an-Nisaa adalah
dasar yang diturunkan oleh Allah SWT dengan wahyu sebagai pokok pertama
di dalam mendirikan sesuatu kekuasaan, atau sesuatu pemerintahan, sekaligus
untuk menaati pemimpin yang memimpin umat.
Yang pertama ialah menyerahkan amanat umat kepada ahlinya.
maksudnya hendaklah seluruh pelaksana pemerintahan atau seluruh aparat
pemerintah diberikan kepada orang yang bisa memegang amanat, dan orang
yang ahli pada bidangnya. Yang kedua adalah perintah untuk menaati Allah
SWT, Rosul dan ulil amri (pemimpin), dengan syarat tidak bertentangan
34
dengan hukum Allah SWT yang terdapat dalam al-Qur`an dan al-Hadist yang
menjadi petunjuk hidup umat Islam.45
Salah satu contoh pada waktu Fathul Makkah (Pembukaan kota Makkah)
nabi Muhammad Saw menyerahkan kunci Ka`bah kepada seseorang dari Bani
Syaibah, agar mampu menjalankan sebagai Siqaayatul Hajji (pemberi air minum
orang-orang yang sedang menjalankan ibadah haji) dan sebagai Sadaanatul Bait
(perawat Baitul Haram, penjaga pintu masuk dan sebagai pengantar masuk). Dan
karena Abbas (paman Rosululah SAW) juga memintanya, maka turunlah ayat yang
berorientasi pada kebijaksanaan politik berdasarkan syari`at Islam (yang dituangkan
dalam surat An Nisa ayat 58-59). Mengacu kepada kedua ayat tersebut, maka
wajiblah bagi waliyul amri untuk mengangkat seseorang yang paling superior (ahli
dibidangnya) untuk mengurusi suatu urusan kaum Muslimin.46
Rosulullah SAW bersabda :
معه واللجوء ستقاوم والناس ، لقائد درع هو إنا : قال النبي أن : الحديث من هريرة أبو وروى عندما لكن. مكافأة على تحصل فسوف ، ما حد إلى والعمل وجل عز االله إلى لتقي استبعد عندما )مسلم صحيح (.نتيجة على تحصل سوف ثم ، أخرى بلدان في مع حكمت
Artinya :
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw. beliau bersabda: Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan selainnya, maka ia akan mendapatkan akibatnya. (Shahih Muslim No.3428)
.
3. Keterkaitan Dakwah dan Politik
45 Hamka, Tafsir Al-Azhar : Juz` V, (Jakarta, PT Pustaka Panjimas, 1983), hal : 136 46 Taqiyuddin Ibnu Taimiyah, Kebijaksanaan Politik Nabi SAW, (Dunia Ilmu, Surabaya,
1997), hal 1
35
Dakwah dan politik adalah dunia yang terkadang menampilkan
wajah dan perspektif berbeda. Politik adalah dunia yang berhubungan erat
dengan kekuasaan dan persoalan mengelola negara oleh karena itu politik
cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh tujuan politiknya
dan tidak terlalu memperdulikan efek yang akan terjadi.
Berbeda dengan politik yang bersifat duniawi, dakwah bersifat
lebih sakral. Dakwah menjadi semacam media untuk mensosialisasikan
ajaran-ajaran dan ide yang berkembang dalam Islam.
Dakwah di bidang politik adalah ajakan mengembalikan tata cara
pengurusan masyarakat kedalam suasana yang teduh dan Islami. Inilah
panggilan yang sesuai dengan fitrah manusia dimanapun dia berada. Tidak
ada manusia di dunia ini yang tidak diciptakan Allah SWT dan tidak
satupun mahluk manusia yang tidak akan kembali kepada Allah SWT. Jadi
wajarlah bahwa manusia yang berakal menghormati aturan pencipta-Nya
dan kepada siapa dia kembali.
C. Pemikiran dan Kiprah
1. Pengertian Pemikiran
Menurut WJS Purwodarminta pemikiran berarti abstraksi
seseorang terhadap sesuatu atau lebih jauh lagi pemikiran diartikan sebagai
konsepsi, pandangan, nalar akal sesorang atas suatu hal.47
47 W.J.S Purwodarminta, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hal. 735
36
Menurut penulis pemikiran adalah buah karya tertinggi manusia
yang diberikan sang pencipta, manusia adalah mahluk paling sempurna
yang Allah ciptakan, yang membedakan manusia dengan mahluk Allah
lainnya adalah manusia dikaruniakan akal pikiran. Pemikiran merupakan
buah aktivitas berfikir yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
Selama kesadaran terjadi, selama itu pula aktivitas berfikir berlangsung.
Sesuai dengan potensi yang telah Allah berikan kepada manusia maka
konsekuensi logisnya adalah manusia harus memanfaatkan dan
mengembangkannya semaksimal mungkin.
2. Pengertian Kiprah
Kata kiprah berasal dari gerakan cepat dan dinamis tarian Jawa
dalam pertunjukan wayang orang dan sebagainya (biasanya ditarikan oleh
seorang laki-laki). Pada perkembangannya ‘kiprah’ bisa berarti derap
kegiatan. Berkiprah sebagai kata kerja berarti melakukan kegiatan dengan
semangat tinggi, bergerak (di bidang), berusaha giat dalam bidang (politik,
kesenian dan lain lain).48
Sedangkan menurut WJS Purwodarminta dalam kamus umum
Bahasa Indonesia kata kiprah diartikan sebagai, tindakan, aktifitas,
kemampuan kerja, reaksi, cara pandang seorang terhadap ideologi atau
institusinya.49
48 http://www.bahasakita.com/updates/kiprah dikutip pada 14\03\2010 49 W.J.S Purwodarminta, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta,Balai Pustaka, 1976), hal. 735.
menerapkan perundang-undangan keadilan, agama memegang peranan yang
positif, berkesan yang dalam di dalam kehidupan masyarakat, karena agama
itu mengikat hati pemeluknya dengan cinta dan kasih sayang yang tidak
terdapat pada ikatan lain, baik dari kebangsaan, bahasa, ataupun kepentingan
bersama.1
Untuk mengenalkan agama, maka perlu adanya dakwah Islam, pada
hakikatnya Islam tersebar karena dakwah, dari zaman Nabi Muhammad SAW
hingga saat ini dimana Islam telah tersebar keseluruh penjuru dunia. Di
Indonesia sendiri Dakwah Islam sudah ada jauh sebelum Negeri ini ada.
Dakwah adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim tujuan utama dakwah
ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di
akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT, Nabi Muhammad SAW mencontohkan
1Abdullah Syatam, Dakwah Islamiyah. Terj. Ibrahim Husein, (Jakarta, Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Depag, 1986). hal 2
44
45
dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan
perbuatan.
☺
☺
☺
☺
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” QS. An-Nahl 125
Seiring dengan berkembangnya zaman dan pemikiran, hakikat dakwah
pun kian meluas, dakwah kini tidak lagi hanya di kenal dengan proses dimana
terjadinya komunikasi antara da’i dengan mad’u dalam suatu forum, dakwah
tidak lagi hanya di artikan ketika ada orang yang berbicara di atas mimbar,
melainkan, aktifitas dakwah kini telah lebih bersifat universal. Sebagaimana
yang termaktub dari ayat di atas, Allah SWT. telah memerintahkan kita untuk
menyeru kepada manusia untuk taat kepada Tuhan dengan cara yang baik,
apapun caranya, selama itu baik dan tetap mengarah kepada jalan Tuhan,
maka itu dapat dinamakan dengan dakwah.
Sesuai dengan makna dakwah, yaitu mengajak kepada yang baik dan
mencegah terhadap yang munkar, apapun bentuk dari ajakan atau proses
menuju kearah yang lebih baik dan menjauhi larangan Tuhan, itu dapat
dikatakan dengan dakwah.
46
Menurut K.H Mahrus Amin Dakwah pada hakikatnya adalah
menegakkan syari`at agama Allah dan melaksanakan perintahnya dan
menjauhi larangan-larangannya. Oleh sebab itu dakwah yang harus
diusahakan atau dilaksanakan dengan mengikuti jejak rosul dalam
menegakkan agama Islam atau berdakwah, yaitu para mubalig atau tokoh-
tokoh Islam atau ulama-ulama supaya bermarkas di masjid, dari mesjid itulah
kemudian bagaimana ajaran Islam ini dapat dilaksanakan intinya di dalam
pembinaan tauhid atau takwa kepada Allah.2
Kyai secara normatif dipersepsi sebagai penerus amanat pewaris misi
nabi, oleh umatnya dianggap sebagai pemimpin dalam segala bidang
kehidupan. Mestinya, juga memikirkan persoalan-persoalan mendasar yang
dihadapi pengikutnya, termasuk masalah ekonomi.3
Dalam menjaga eksistensi dakwah diperlukan banyak faktor penunjang
seperti faktor ekonomi dan juga pemberdayaan sumber daya manusia atau
sumber daya umat. disinilah seharus masjid sebagi pusat dakwah harus
berperan berkenaan dengan kehidupan masyarakat saat ini terutama di bidang
ekonomi, umpamanya mendirikan BMT (Baitul Mal wa Tamwil) atau
kegiatan-kegiatan ekonomi yang lain. Kemudian juga bagaimana dengan
sosial budaya umat Islam itu seirama atau sesuai dengan ajaran Islam atau
budaya yang Islami dan kegiatan sosial masyarakat yang lain ini
dikembangkan dan dirangkai sehingga ulama-ulama itu menggeluti dan
2 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman
beliau (Ulujami) 3 Imam Suprayogo, Kyai dan Politik “Membaca Citra Politik Kyai”, (Malang , UIN
Malang Press, 2009) Cet ke-2, hal. 254
47
berdakwah bukan hanya sekedar ceramah atau mensosialisasikan pidatonya
dari tempat ke tempat lain, jadi harus mengembangkan seluruh ajaran agama
Islam.4
Allah SWT Berfirman :
⌧ ☺
⌧ ⌧
⌧
⌧ Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. QS.( Attaubah : 122)
Dari ayat di atas dapat kita tafsirkan bahwa tidak semua umat Islam
diharuskan pergi ke medan perang akan tetapi diharuskan beberapa dari
mereka untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama untuk
mengingatkan yang lain atau berdakwah dan juga untuk kemaslahatan umat
tentuya.
Dalam berdakwah terutama kembali kepada pribadi mubalig atau Da`i,
bahwa untuk menghadapi dakwah itu dengan berbagai macam tantangan,
rintangan tidak semulus yang dibayangkan seperti halnya juga para nabi dan
4 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman
beliau (Ulujami)
48
rasul. Untuk itu bagi para mubalig-mubalig atau para da`i harus meningkatkan
takwa atau iman dan takwa sehingga dia dekat dengan Allah, Allah akan dekat
dengan dia dan kalau dia sudah dekat dengan Allah sebagaimana rosul dapat
mukzijat, para wali dapat karomah maka para tokoh-tokoh atau ulama ini
dapat ma`unah dari Allah, sehingga apa yang dia kehendaki Allah lah yang
akan membantu, ini yang pertama. selanjutnya yang kedua terus menuntut
ilmu menggali ajaran-ajaran agama dan berbagai pengalaman dan wawasan
sehingga dia mempunyai wawasan yang luas, setelah itu dia harus
mengamalkan apa yang dia temukan dalam ajaran agama sebagai pedoman
hidup yang harus juga disosialisasikan, selain mengamalkan dia harus
istiqomah, sabar dan tawakal kepada Allah SWT ini pribadi yang harus ada
untuk itu nanti didalam pelaksanaanya mungkin ada yang berhasil ada yang
tidak berhasil tapi Allah akan menilai kesungguhan dan niat daripada
berdakwah itu yang akan menentukan juga Allah tapi kita hanya bisa
ikhtiya
Alla
Artinya : ksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (QS. al Mudatsir: 6-7)
r.5
h SWT berfirman :
☺
Dan janganlah kamu memberi (dengan ma
5 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman
beliau (Ulujami)
49
Dari tulisan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Konsep K.H
Mahrus Am ah, Media Dakwah
juan Dakwah sebagai berikut :
1. Me
a.
sebagainya. Biasanya beliau berkutbah didepan para
an para murid dan tokoh-tokoh yang lain dan
b.
u ibadah amaliah dan beberapa buku lainnya seperti
Bangsa dan Umat Melalui Gerakan Pramuka Santri
c.
in dalam berdakwah memiliki Metode Dakw
dan Sasaran Dakwah dan Tu
tode Dakwah
Metode dakwah yang beliau gunakan adalah :
Dakwah bi al-lisan
Beliau menyampaikan dakwahnya melalui khutbah, diskusi, forum
nasional dan lain
santrinya, berdiskusi deng
juga forum-forum nasional seperti Forum Umat Islam dan Forum
Islamic Center.
Dakwah dengan tulisan
Beliau berdakwah dengan tulisan atau penyampaian informasi atau
pesan dakwah melalui tulisan, dengan cara menulis buku tentang
pengalaman dakwahnya. Selain itu beliau juga menulis buku pedoman
doa-doa dari buk
Pembinaan Kader
dan Buku Pedoman Santri Bela Negara Kader Pemersatu Bangsa
Pembela Umat.
Dakwah bi al-hal
Beliau juga berdakwah melalui perbuatannya sebagai contoh
berperilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara
lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja
50
keras serta menolong sesama manusia. Selain itu beliau juga
erdakwah dengan pendirian pondok pesantren, pendirian panti dan
emelihara anak yatim piatu, pendirian lembaga pendidikan dan
a aktif dalam organinsasi kepemudaan, organisasi
k
2.
wah yang beliau gunakan adalah media cetak seperti buku
tulisann
dalamnya.
4.
menegakkan syari`at agama
Allah
B.
b
m
masjid, sert
eislaman bahkan organisasi politik.
.
Media Dakwah
Media dak
ya dan koran-koran, selain itu beliau juga berdakwah melalui
lembaga pendidikan yang didirikannya dan juga berdakwah melalui
organisasi-organisasi yang beliau aktif di
3. Objek Dakwah
Objek dakwah beliau adalah orang disekitarnya pada khususnya
seperti keluarga, murid, orang tua murid, warga sekitar pondok pesantrenya,
dan seluruh umat Islam pada umumnya.
Tujuan Dakwah
Tujuan beliau dalam berdakwah adalah
dan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya.
selain itu mencetak kader-kader Islam dan pemberdayaan umat diberbagai
bidang baik bidang agama, bidang sosial, bidang ekonomi dan lainnya.
Konsep Politik Menurut K.H. Mahrus Amin
Politik adalah menyangkut kekuasaan, cara menggunakan kekuasaan
serta proses pengelolaan pemerintahan dan negara maka politik termasuk salah
51
satu alat untuk dakwah. Politik yang fungsional untuk dakwah adalah politik
yang mengindahkan nilai-nilai Islam bersumber dari pedoman umat Islam
yaitu Al Quran dan Sunnah. Menurut K.H Mahrus Amin konsep politik atau
berpolitik terlebih dahulu harus menguasai bahwa politik ini dalam suatu
negara terutama dalam pembinaan bangsa dan negara atau umat. sebagaimana
kalau di dalam Negara demokrasi sesuai dengan ketentuan yang dasarnya
hukum, sehingga bagi umat Islam berpolitik itu bagaimana hukum-hukum itu
bisa dilaksanakan oleh bangsa dan umat sesuai dengan ajaran dan syaria`at
agama Islam. Itulah yang diperjuangkan oleh para mubalig atau ulama-ulama
dimana saja baik di partai atau di organisasi Islam, inilah dari pada misi
pemimpin-pemimpin umat Islam.6 Para ulama intinya untuk menegakkan
ajaran-ajaran agama itu dapat dilaksanakan oleh umat, maka bagi para ulama
yang terjun ke politik terutama itu bagaimana niat, niat pertama dalam politik
kalau pun berhasil dan sukses itu akan lebih cepat dapat melaksanakan apa
yang dikehendaki dan dapat berperan di kehidupan bernegara, oleh sebab itu
kalau pun dalam keadaan tertentu bisa saja ulama itu terjun kedalam politik
atau jug gi tugas siapa yang harus menekuni atau terjun
angka
a ulama itu bisa memba
kedunia politik dan siap juga yang berdakwah j panjang yaitu
pengkaderan umat dengan pendidikan, mendirikan pesantren-pesantern untuk
kegiatan jangka panjang.7
Allah SWT berfirman :
6 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman
beliau (Ulujami) 7 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman
beliau (Ulujami)
52
⌦ Artinya
dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)
n bahwa Allah telah memberikan
guasa dimuka bumi, salah
aka dari itu sudah sepatutnya
harus men
ada
C. Kip
1.
: Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan
beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. al an`am : 165)
Dari ayat di atas dapat dijelaska
amanat kepada sebagian umatnya untuk menjadi pen
satunya adalah pemimpin di bidang politik m
gutamakan kemaslahatan umat karena menjadi seorang pemimpin
lah amanat dan ujian dari Allah SWT.
rah Dakwah dan Politik K.H. Mahrus Amin
Kiprah K.H. Mahrus Amin Dalam Dakwah
Jakarta selain dikenal sebagai kota modern, ternyata memiliki
sosok Kiai yang dikenal luas oleh masyarakat. Dia adalah K.H. Mahrus
Amin, penggagas pendirian 1000 Pesantren Nusantara. Lelaki berusia 70
tahun ini menggagas pendirian 1000 Pesantren Nusantara dengan Gerakan
Nasional, Cinta Wakaf Zakat, Infaq, dan Shadaqoh. Impiannya untuk
mewujudkan 1000 Pesantren Nusantara pada awalnya memang tampak
seperti sesuatu yang mustahil diwujudkan, terlebih saat ini masyarakat
lebih mengutaman pendidikan umum ketimbang agama. Pemilihan model
pengkaderan lewat pondok pesantren adalah alasan historis dan empiris.
Lembaga ini telah terbukti bisa tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
53
masyarakat, desa maupun kota. Pondok pesantren juga merupakan
penerjemahan dari jejak langkah Rasulullah Muhammad SAW
membangun umat di Madinah. Ketika hijrah dari Makkah ke Madinah, hal
pertam
endiri dan pimpinan bidang
kepeng
a yang dilakukan oleh Rasul adalah mendirikan masjid sebagai
pusat semua aspek kegiatan umat namun pelan tapi pasti keinginannya
mulai terwujud, idenya mendapatkan respon dari masyarakat di berbagai
daerah.8
Warna kehidupan di Jakarta Bagaikan pelangi, kehidupan di
Jakarta kaya warna. Bahkan, bagi p
urusan Pondok Pesantren Darunnajah, Mahrus Amin, warna
kehidupan di ibu kota kini cenderung maksiat. Dengan demikian,
pesantren yang berdomisili di Ulujami, Jakarta Selatan ini, berharap dapat
memberikan warna pencerahan.9
Untuk urusan dakwah tokoh yang satu ini tak perlu dipertanyakan
lagi exsistensinya, beliau telah mendirikan dan membina puluhan pondok
pesantren dari ujung Barat hingga ujung Timur Indonesia. Lelaki berusia
70 tahun ini menggagas pendirian 1000 Pesantren Nusantara dengan
Gerakan Nasional, Cinta Wakaf Zakat, Infaq, dan Shadaqoh. Impiannya
untuk mewujudkan 1000 Pesantren Nusantara pada awalnya memang
tampak seperti sesuatu yang mustahil diwujudkan, terlebih saat ini
masyarakat lebih mengutaman pendidikan umum ketimbang agama.
8 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal
Zaidan, Abdul Karim, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta, Media Dakwah, 1984
Zainudin, A.R, Pemikiran Politik Islam, Jakarta, Pensil-324, 2004
67
2. Media Cetak dan Wawancara
Media STABILITAS/EDISI 109/TAHUN V/18 AGUSTUS – 2 SEPTEMBER 2009
Warta Kwarnas Edisi Ke 3 Tahun V 2010
K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman beliau (Ulujami)
3. Website/ Ineternet
www.BahasaKita.com www.darunnajah.com www.detik.com (30/05/2009) www.factbook.com/Indonesia www.forumislamiccenter.com www.Inilah.com www.Kapanlagi.com www.MADINAOnline.com www.RepublikaOnline.com/Menoreh Warna di Kota Maksiat/Pesantren Darunnajah Ulujami/Rabu, 24 Desember 2008
Drs. KH. Mahrus Amin, KH. Zaenuddin MZ dan H. Suryadharma Ali, M. Si pada acara Tabligh Akbar Maulid Nabi Muhammad SAW dan Peresmian SME’sCO mart di Pesantren Madinatunnajah Ciputat.
Ust.Arifin Bersilaturrahmi ke Kyai Mahrus KH Mahrus Amin (PBB) dan Ust Hafidz
Abdurrahman (HTI) berjabat tangan.
K.H Mahrus Amin bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo saat keduanya berkunjung ke pondok pesantren Darunnajah Jakarta.
K.H Mahrus Amin Bersama K.H Mahrus Amin dan Ust. Yusuf Mansur Hj.Airin Rachmi Diany
K.H Mahrus Amin saat menerima penghargaan lencana melati yang disematkan oleh bapak presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
K.H Mahrus Amin Saat Berkhutbah Didepan Santri-Santrinya Di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta.
Bersama Gubernur DKI dalam acara PORSEKA ke XXVIII di Darunnajah Jakarta
Penulis Bersama K.H Mahrus Amin K.H Mahrus Amin Saat Pelepasan Alumni
Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta.
TRANSKRIP WAWANCARA
Nara Sumber : Drs. K.H Mahrus Amin
Hari/Tanggal : Jum`at / 19 Maret 2010
Waktu : 09.00 – 10.15
Tempat : Pondok Pesantren Darunnajah
1. Bagaimana Konsep Dakwah Menurut Ustadz\Bapak ?
Jawaban :
Dakwah itu ada kaitannya dengan menegakkan syariaat agama Allah dan melaksanakan
perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya. Oleh sebab itu dakwah yang harus kita
usahakan atau laksanakan kita mengikuti jejak rosul dalam menegakkan agama islam
atau berdakwah yaitu para mubalig atau tokoh-tokoh Islam atau ulama-ulama supaya
bermarkas di masjid, dari mesjid itulah kemudian bagaimana ajaran Islam ini dapat
dilaksanakan intinya didalam pembinaan tauhid atau takwa kepada Allah kemudian
kemudian tamir masjid dengan ibadah-ibadah sehari-hari juga yang berkenaan dengan
peningkatan SDM (sumber daya manusia) atau sumber daya umat baik anak-anak,
remaja, pemuda dan orang tua, bagaimana untuk ajaran agama Islam itu dihayati dan
diamalkan. Yang ketiga berkenaan dengan kehidupan masyarakat saat ini terutama di
bidang ekonomi untuk mencari nafkah. Masjid adalah pusat dakwah ini haruslah berperan
umpamanya mendirikan BMT (Baitul Mal wa Tamwil) atau kegiatan-kegiatan ekonomi
yang lain, kemudian juga bagaimana dengan sosial budaya umat Islam itu seirama atau
sesuai dengan ajaran Islam atau budaya yang Islami dan kegiatan sosial masyarakat yang
lain ini dikembangkan dan dirangkai sehingga ulama-ulama itu menggeluti dan
berdakwah bukan hanya sekedar ceramah atau mensosialisasikan pidatonya dari tempat
ke tempat lain, jadi harus mengembangkan seluruh ajaran agama Islam.
2. Bagaimana Konsep Politik Menurut Ustadz\Bapak ?
Jawaban :
Konsep politik atau berpolitik dengan nilai-nilai Islam terlebih dahulu harus menguasai
bahwa politik ini dalam suatu negara terutama dalam pembinaan bangsa dan negara atau
umat. sebagaimana kalau didalam Negara demokrasi sesuai dengan ketentuan yang
dasarnya hukum, sehingga bagi umat Islam berpolitik itu bagaimana hukum-hukum itu
bisa dilaksanakan oleh bangsa dan umat sesuai dengan ajaran dan syaria`at agama Islam.
Itulah yang diperjuangkan oleh para mubalig atau ulama-ulama dimana saja baik dipartai
atau diorganisasi Islam, inilah dari pada misi pemimpin-pemimpin umat Islam
3. Menurut Ustadz\Bapak Adakah Keterkaitan Antara Dakwah & Politik ?
Jawaban :
Antara dakwah dan politik ada kaitannya dan juga bisa kita pisahkan, maksudnya kalu
kaitannya dengn politik itu bagaimana dalam pengaturan dan penataan Negara atau
bangsa tetapi kalau dakwah itu ada kaitannya bagaiman menegakkan ajaran-ajaran agama
dipermukaan bumi atau disebuah Negara. Politik boleh dikatakan kalau berhasil akan
cepat bisa melaksanakan syariat Islam yang diperjuangkan oleh politisi Islam tapi kalau
dakwah bisa saja lambat terutama dengan pendidikan, boleh dikatakan untuk
menegakkan syari`at Islam itu bisa dengan politik atau dengan dakwah dan bisa saja
dalam berpolitik itu kita dengan sistem berdakwah.
4. Menurut Ustadz\Bapak Apa Yang Paling Penting Dalam Berdakwah ?
Jawaban :
Dalam berdakwah terutama kembali kepada pribadi mubalig, bahwa untuk menghadapi
dakwah itu dengan berbagai macam tantangan, rintangan tidak semulus yang
dibayangkan seperti halnya juga para nabi dan rosul. Untuk itu bagi para mubalig-
mubalig atau para da`i harus meningkatkan takwa atau iman dan takwa sehingga dia
dekat dengan Allah, Allah akan dekat dengan dia dan kalau dia sudah dekat dengan Allah
sebagaimana rosul dapat mukzijat, para wali dapat karomah maka para tokoh-tokoh atau
ulama ini dapat ma`unah dari Allah, sehingga apa yang dia kehendaki Allah lah yang
akan membantu, ini yang pertama. selanjutnya yang kedua terus menuntut ilmu menggali
ajaran-ajaran agama dan berbagai pengalaman dan wawasan sehingga dia mempunyai
wawasan yang luas, setelah itu dia harus mengamalkan apa yang dia temukan dalam
ajaran agama sebagai pedoman hidup yang harus juga disosialisasikan, selain
mengamalkan dia harus istiqomah, sabar dan tawakal kepada Allah SWT ini pribadi yang
harus ada untuk itu nanti didalam pelaksanaanya mungkin ada yang berhasil ada yang
tidak berhasil tapi Allah akan menilai kesungguhan dan niat daripada berdakwah itu yang
akan menentukan juga Allah tapi kita hanya bisa ikhtiyar.
5. Bagaimana Pendapat Ustadz\Bapak Mengenai Ulama Yang Terjun Kedunia
Politik Saat Ini, Misalnya Seperti K.H Zainudin M.Z ?
Jawaban :
Para ulama intinya untuk menegakkan ajaran-ajaran agama itu dapat dilaksanakan oleh
umat, maka bagi para ulama yang terjun ke politik terutama itu bagaimana niat, niat
pertama dalam politik kalau pun berhasil dan sukses itu akan lebih cepat dapat
melaksanakan apa yang dikehendaki dan dapat berperan di kehidupan bernegara, oleh
sebab itu kalau pun dalam keadaan tertentu bisa saja ulama itu terjun kedalam politik atau
juga ulama itu bisa membagi tugas siapa yang harus menekuni atau terjun kedunia politik
dan sipa juga yang berdakwah jangka panjang yaitu pengkaderan umat dengan
pendidikan, mendirikan pesantren-pesantern untuk kegiatan jangka panjang.
6. Apakah Menurut Uztadz/Bapak Dalam Berpolitik Kita Juga Bisa Melakukan
Dakwah?
Jawaban :
Tentu bagi seorang muslim apalagi mubalig apalagi ulama dalam berpolitik bisa
melaksanakan dakwah dan bahkan bisa mengaplikasikan ajaran-ajaran agama Islam
diberbagai kegiatan. Ini yaitu perlunya untuk berpolitik, jadi intinya bahwa kita didalam
menghadapi politik juga harus tau poltik sehingga kita tidak menjadi korban politik. Dan
ini perlunya mubalig dan kita terutama inti dalam pengkaderan dimana 10-20 tahun yang
akan dating akan berperan dimasyarakat jangan lengah itulah perjuangan lembaga
pendidikan Islam dan Pondok Pesantren.
7. Organisasi Dakwah dan Politik Apa Saja Yang Ustadz\Bapak Aktif
Didalamnya?
Jawaban :
Tentu setiap kita ini dibina dan melalui proses dewasa dan proses menjadi pemimpin
sesuai dengan keadaan dan lingkungan pada waktu hidup waktu saya digemleng saya ikut
perang waktu umur 8 tahun sudah itu aktif juga di organisasi pandu atau pramuka aktif
juga organisasi santri aktif juga di kegiatan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan juga
dilatih sebagai MenWa (Resimen Mahasiswa), kemudian mendapat pengalaman juga
dalam kegiatan Forum Umat Islam, juga kegiatan di Partai Bulan Bintang (PBB) dan juga
sekarang sebagai ketua umum Forum Islamic Center Pusat yang berpusat di Kramat Jaya
menggantikan pak Zaelani karena beliau sudah uzur, pembinanya adalah bapak
Sutiyoso,juga sebagai ketua umum Badan Kerjasama Pondok Pesantren Seluruh
Indonesia, juga ada yayasan Qolbu Salim yang membina Pembina-pembina, pengasuh-
pengasuh dan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan juga sebagai pendiri pondok
pesantren Darunnajah dan Madinatunnajah.
8. Apa Harapan Ustadz\Bapak Kedepannya Untuk Dakwah dan Politik di
Indonesia ?
Jawaban :
Mengembangkan pondok pesantren seluruh Indonesia yang intinya kita ingin para alumni
dapat membangun 1000 pondok pesantren nusantara sehingga Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) terutama daerah perbatasan terbangun atau dibangun pondok
pesantren- pondok pesantren, merekalah untuk menjaga NKRI dan juga pemersatu
bangsa dan juga mempererat atau perekat umat ini yang menjadi keinginan Ustad Mahrus
dan itu tidak mimpi karena sekarangUstad Mahrus dari umur 21 hingga sekarang umur
70 tahun sudah membidani atau mendirikan 60 pondok pesantren dari Aceh sampai
Marauke, kemudian para alumni juga lebih dari 40 yang sudah menjadi pimpinan
pesantren dan sampai sekarang sudah 100 jadi kalau 10-20 tahun mendatang saja 1
pesantren mengembangkan 10 saja itu 100X 10 sudah 1000 pondok pesantren sebagai
benteng untuk menjaga diperbatasan Negara-negara tetangga atau Negara-negara musuh.