LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MODUL III Pemetaan Situasi KELOMPOK 7 Ferry Wijaya (1006674156) Ledi Khalidannisa (1006659722) Nirmala (1006771232) Rahman Raeyani Kalele (1006659760) Waktu Praktikum : 16 Oktober 2011 Asisten Praktikum : Triananda Pangestu Gusti Tanggal Disetujui : Nilai : Paraf : LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2011
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH
MODUL III
Pemetaan Situasi
KELOMPOK 7
Ferry Wijaya (1006674156)
Ledi Khalidannisa (1006659722)
Nirmala (1006771232)
Rahman Raeyani Kalele (1006659760)
Waktu Praktikum : 16 Oktober 2011
Asisten Praktikum : Triananda Pangestu Gusti
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf :
LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2011
I. Tujuan
1. Untuk mengumpulkan data geometris pada permukaan bumi dan segala
sesuatu yang ada diatasnya, baik alami maupun buatan manusia.
2. Melakukan pemetaan situasi, yaitu menggambarkan data-data geometris di
permukaan bumi ke suatu bidang datar dengan skala tertentu.
3. Memilih cara yang tepat dalam menentukan kerangka dasar pengukuran
situasi sesuai dengan kondisi lapangan dan alat yang dipakai.
II. Peralatan
1. Theodolit 1 buah
2. Statif 1 buah
3. Rambu ukur 1 buah
4. Payung 1 buah
5. Unting-unting 1 buah
6. Patok 4 buah
III. Dasar Teori
Pemetaan situasi adalah gabungan dari pembuatan poligon profil. Proses
pemgukuran situasi memerlukan kerangka dasar pengukuran berupa kerangka
dasar mendatar dan kerangka dasar tinggi. Kerangka dasar mendatar dapat dibuat
melalui beberapa cara. Antara lain : mengikat ke muka, mengikat ke belakang,
triangulasi, poligon, atau gabungan dari cara-cara tersebut. Sedangkan kerangka
dasar tinggi dapat menggunakan sipat dasar. Dari kerangka dasar tersebut dapat
dikumpulkan data-data geometris dari detail yang diukur.
Rumus-rumus yang dipakai :
( )
( )
Dimana :
t = selisih tinggi antara tinggi antara tempat theodolit dengan titik yang
ditembak.
d = jarak horizontal antara tempat theodolit dengan titik yang ditembak
(jarak optis).
a = batas atas ( meter )
b = batas bawah ( meter )
θ = sudut miring/sudut vertikal
Dengan rumus-rumus di atas, serta rumus-rumus dasar untuk menentukan
koordinat, yaitu :
Dimana :
dPQ = jarak dari P ke Q
αPQ = sudut jurusan dari P ke Q
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan
ketinggian sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan
garis lengkung horisontal.
Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik
yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi tinggi tertentu.
Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis
perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta.
Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini
juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
Kontur adalah suatu garis yang digambarkan diatas bidang datar melalui
titik –titik yang mempunyai ketinggian sama terhadap suatu bidang referensi
tertentu. Garis ini merupakan tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai
ketinggian sama terhadap suatu bidang referensi atau garis khayal yang
menghubungkan titik – titik yang mempunyai ketinggian yang sama.Penarikan
garis kontur bertujuan untuk memberikan informasi relief ( baik secara relative
maupun absolute )
Sifat-sifat garis kontur adalah :
1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.
5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang
curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang
landai.
6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan
gunung.
7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” terbalik menandakan suatu
lembah/jurang.
Jenis-jenis garis kontur :
1. Kontur sebuah bukit
2. Kontur sebuah sungai
3. Kontur pada daerah datar
Ketinggian antara garis-garis kontur yang berurutan disebut selang vertikal
atau selang kontur dan besarnya selalu tetap pada peta. Pada irisan dari selang
kontur dan besarannya selalu tetap pada peta. Pada irisan dari selang vertikal
diperlihatkan oleh garis AB. Jarak mendatar antara dua buah kontur digambarkan
oleh jarak BC. Jarak tersebut disebut jarak horizontal. Kemiringan permukaan
tanah antara titik A dan C adalah :
Karena selang vertikal merupakan besaran yang tetap pada kemiringan masing-
masing peta, maka akan berubah jika jarak horizontal berubah.
Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang
berdekatan. Jadi juga merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang
berdekatan. Pada suatu peta topografi interval kontur dibuat sama, berbanding
terbalik dengan skala peta. Semakin besar skala peta, jadi semakin banyak
informasi yang tersajikan, interval kontur semakin kecil.
Indeks kontur adalah garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiap
kelipatan interval kontur tertentu; mis. Setiap 10 m atau yang lainnya. Rumus
untuk menentukan interval kontur pada suatu peta topografi adalah:
Interval Kontur = 1/2000 x skala peta
Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu dengan
kontur yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan untuk menentukan
besaran angka kontur disesuaikan dengan ketinggian yang ada dan diambil angka
yang utuh atau bulat, misalnya angka puluhan atau ratusan tergantung dari
besarnya interval kontur yang dikehendaki. Misalnya interval kontur 2,5 m atau 5
m atau 25 m dan penyebaran titik ketinggian yang ada 74,35 sampai dengan
253,62 m, maka besarnya angka kontur untuk interval kontur 2,5 m maka
besarnya garis kontur yang dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m,
87,5 m, 90 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 5 m, maka
besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100 m dan
seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 25 m, maka besarnya kontur yang
dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan seterusnya.
Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi) antara
besarnya nilai titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang
ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi
dapat juga tidak ada kontur yang melewati dua titik ketinggian atau lebih. Jadi
semakin besar perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian
tersebut, maka semakin banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut,
yang berarti daerah tersebut lerengnya terjal, sebaliknya semakin kecil perbedaan
angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin sedikit
dan jarang kontur yang ada, berarti daerah tersebut lerengnya landai atau datar.
IV. Cara Kerja
1. Membuat denah daerah yang akan diukur, lalu menentukan titik-titik pada
yang mewakili daerah denah tersebut (Pada pecobaan ini titik yang
ditentukan daerah berbentuk persegi dengan tiap sisi 5 titik yaitu A, B, C,
D, E, 1, 2, 3, 4, dan 5). Kemudian, kita menentukan titik asal dari
theodolite tersebut adalah titik C3.
2. Memasang theodolit pada titik C3 dengan benar. Ukur tinggi alat di titik
C3.
3. Memasang rambu ukur pada titik C5, dan teropong bidik pada theodolit di
titik C3. Lalu, theodolite dibidikkan ke rambu ukur yang dipasang di titik
E3. Sudut HA yang dibentuk dari titik C3 ke titik C5 dianggap 0o 00’00’’
4. Mengatur jarak antara C3 dan C5 agar sesuai dengam denah dengan cara
menggeser rambu. Mencatat benang atas, benang bawah, benang tengah
yang terlihat serta ukur jarak titik C3 ke titik C5. Kemudian mengukur
juga titik C4 yang terdapat pada denah
5. Memutar arah theodolit sebesar 180o dari sudut yang terbentuk dari kedua
titik tadi dan mencari titik C1 dan C2 sesuai jarak yang ditentukan pada
denah.
6. Mencatat benang atas, benang bawah, benang tengah yang terlihat.
7. Memutar arah theodolit sebesar 90o dari sudut yang terbentuk dari kedua
titik tadi dan mencari titik D3 dan E3 yang jaraknya telah ditetapkan pada
denah.
8. Mencatat benang atas, benang bawah, benang tengah yang terlihat.
9. Memutar arah theodolit sebesar 180 o
dari tempat rambu ukur sebelumnya
, dan mencari titik A3 dan B3 yang telah ditetapkan pada denah.
10. Mencatat benang atas, benang bawah, benang tengah yang terlihat serta
ukur jarak titik A3 dan B3 ke rambu ukur.
11. Mencari titik A1, A2, A4, A5, B1, B2, B4, B5, D1, D2, D4, D5, E1, E2,
E4, dan E5 dengan cara yang sama yaitu memutar sudut theodolit sesuai