DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN..................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................3 BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM.................9 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................11 BAB V PENUTUP...............................18 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
4) Kemudian ditambahkan Natrium nitroprusid 5% sebanyak 2-3 tetes kedalam
kedua tabung.
5) Amonium hidrosida pekat dimasukkan sebanyak 1-2 ml kedalam masing-masing
tabung. Campur dan diamkan selama 30 menit.
6) Lihat dan catat hasil yang didapatkan.
3.4.4 Pemeriksaan Kadar Kreatinin Urin (Folin)
1) Empat buah tabung reaksi disiapkan (tabung A, B, C dan D).
11
2) Kedalam tabung dimasukkan urin sehat (tabung A), urin patologis (tabung b),
standar kreatinin (tabung C) dan aquades (tabung D) sebanyak 1 ml.
3) Kedalam masing-masing tabung ditambahkan asam pikrat jenuh sebanyak 20 ml
dan NaOH 10% sebanyak 1,5 ml.
4) Kemudian dilakukan pengenceran hingga 100 ml.
5) Hasil pengenceran dicampurkan dan dibaca pada panjang gelombang 540 nm.
6) Lihat dan catat hasil yang didapatkan.
3.4.5 Uji Heller (Protein)
1) Dua buah tabung reaksi disiapkan (tabung A dan tabung B).
2) Kedalam tabung dimasukkan asam nitrat pekat sebanyak 2 ml kedalam masing-
masing tabung.
3) Kemudian ditambahkan urin sehat pada tabung A dan urin patologis pada tabung
B masing – masing sebanyak 2 ml sampai larutan menjadi jenuh.
4) Lihat dan catat hasil yang didapatkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN1. UJI BENEDICT (SEMI KUANTITATIF)
12
HASIL PENGAMATAN
LARUTAN BIRU Kadar glukosa dalam urin < 0,5 %ENDAPAN HIJAU
2. UJI OBERMAYER
13
HASIL PENGAMATAN
TABUNG A (URIN SEHAT)
TABUNG B (URIN
PATOLOGIS)
Keruh coklat (ada endapan)
Seperti warna normal kuning (ada
endapan)
Kesimpulan :Kedua urine negatif (tidak mengandung indikan)
4. PEMERIKSAAN KADAR KREATININ DALAM URINE (FOLIN)
HASIL PENGAMATANTABUNG A (URIN SEHAT) TABUNG B (URIN PATOLOGIS)
= 4
Kesimpulan :Kadar kreatinin urine sehat lebih tinggi dibandingkan urine patologis, karena kreatinin seharusnya dikeluarkan melalui urin. Jadi urin sehat kadar kreatininnya lebih besar dibandingkan dengan urine patologis. (SESUAI TEORI)
14
HASIL PENGAMATAN
BLANKO 0,590
STANDAR 0,603
UJI (-) 0,953
UJI (+) 0,597
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Uji Benedict (semi kuantitatif)
Uji Benedict pada urin dilakukan dengan tujuan untuk menghitung secara kasar kadar
glukosa dalam urin. Prosedur kerjanya adalah memasukkan larutan benedict (2,5 ml) ke
dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 4 tetes urin yang akan diujikan Setelah itu
dipanaskan dalam air mendidih 100◦C dan dibiarkan dingin. Reaksi yang terjadi pada uji
benedict adalah cuprisulfat dalam larutan tembaga alkali akan direduksi oleh glukosa menjadi
cuprooksida membentuk endapan merah bata. Jumlah endapan merah bata yang terbentuk
berbanding lurus dengan kadar glukosa dalam urin. Hasil yang didapatkan dari pengujian
adalah warna urin berubah menjadi kehijauan, sehingga berdasarkan penilaian, kadar glukosa
yang terdapat dalam urin uji tersebut adalah < 0,5 %.
Glukosa adalah jenis gula yang ditemukan dalam darah. Biasanya glukosa sangat
sedikit atau tidak ada dalam urin. Ketika tingkat gula darah sangat tinggi– seperti pada
diabetes yang tidak terkontrol– ginjal mengekskresikan glukosa ke dalam urin untuk
mengurangi konsentrasinya di darah. Keberadaan glukosa dalam urin, yang disebut
glukosuria, juga dapat disebabkan oleh gangguan hormonal, penyakit hati, obat-obatan, dan
kehamilan. Ketika terjadi glukosuria, tes lain seperti tes glukosa darah biasanya dilakukan
untuk mengidentifikasi penyebab yang lebih spesifik.
Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil
penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (mis. urea), elektrolit (mis. natrium,
kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian dialirkan ke tubulus ginjal untuk
direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat yang diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali
dan zat-zat yang tidak diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urin.
Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam urin (kurang
dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang
ginjal terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau
daya reabsorbsi tubulus yang menurun.
15
Seseorang yang menderita diabetes mengalami kondisi di mana jumlah glukosa dalam
darah terlalu tinggi (hiperglikemia). Hal ini terjadi karena tubuh tidak memproduksi insulin
yang cukup, atau bahkan tidak sanggup menghasilkan insulin lagi, atau sel-selnya tidak lagi
merespon dengan baik terhadap pankreas untuk memproduksi insulin. Dengan demikian
jumlah glukosa dalam darah menjadi tinggi. Glukosa darah yang berlebihan tersebut akhirnya
dikeluarkan dari tubuh bersama urin. Jadi, meskipun darah mengandung banyak glukosa,
namun sel-sel tidak mendapatkan asupan energi yang cukup untuk melakukan pertumbuhan.
Dalam praktikum kali ini didapatkan hasil pemeriksaanya itu hasil berwarna biru
kehijauan yang berarti kadar glukosa pada urin sebesar < 0,5%. Hasil tersebut menunjukkan
hasil negative glukosa dalam urin atau dapat dikatakan negative diabetes mellitus.
4.2.2 Uji Obermeyer
Uji Obemeyer adalah pengujian yang bertujuan untuk memerikasa adanya indikasi
dalam urin. Prosedur kerjanya dalah memasukkan urin uji kedalamtabung dan ditambahkan
pereaksi obermeyer. Setelah itu didiamkan beberapa menit dan ditambahkan kloroform
sebanyak 1 ml dan dicampur dengan membalik-baikkan tabung 10 x. Reaksi yang terjdi
adalah gugus indoksil dari indikan oleh pereaksi obermeyer yang mengandung FeCl3 dalam
HCl pekat akan membentuk warna biru yang larut dalam kloroform.
Hasil yang diperoleh dari urin sehat adalah warna keruh sebelum ditambahkan
kloroform dan setelah ditambahkan kloroorm berwarna keruh coklat, sedangkan pada urin
patologis sebelum diberikan kloroform muncul endapan dan setelah ditambah kloroform
muncul warna kekuningan- bening (tidak berubah, seperti awal).
Indikan berasal dari pertumbuhan bakteri, sering diusus kecil. Indikan merupakan
indol yang diproduksi oleh bakteri pada suatu asam amino trytophan dalam usus. Kebanyakn
indol dibunag dalam kotoran. Sisanya akan diserap dan dimetabolisme serta diekskresi
sebagai indikan dalam urin. Dalam usus besar, asam amino akan mengalami dekarboksilasi
oleh enzim dan bakteri usus menghasilkan aminotoksi. Asam amino triptofan akan
membentuk indol dan skatol. Indol dan skatol akan diserap dari usus, selanjutnya dalam hati
akan dioksidasimenjadi indoksil. Indoksil akan berkombinasidengan sulfat (proses konjugasi)
membentuk indikan (=indoksilsulfat). Indikan akandieksresi kedalam urin dan merupakan
salah satu sulfat eteral dalam urin. Indikan dalam urin berasal dari proses pembusukan asam
amino triptofan dalam usus.
16
4.2.3 Uji Rothera (Zat Keton)
Tujuan dari Uji Rothera pada urin adalah untuk mengetahui adanya senyawa keton
dalam urin. Pereaksi yang digunakan dalam percobaan ini dapat bereaksi dengan senyawa
keton dan akan membentuk kompleks berwarna hijau. Prosedur kerja yang dilakukan adalah
memasukkan 5 ml urin yang akan diujikan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
kristal amonium sulfat sampai jenuh, setelah itu ditambahkan natrium nitroprussid 5 %
sebanyak 2-3 tetes dan amonium hidroksida pekat 1-2 ml. Hasil untuk urin sehat membentuk
warna jingga keruh dan ada endapan keruh sedangkan, urin patologis membentuk warna ungu
dengan endapan ungu setelah didiamkan 30 menit. Maka urin patologis positif mengandung
keton.
Benda keton (asam β hidroksibutirat, asam asetoasetat dan aseton) tidak ditemukan dalam
urin normal. Pada penderita diabetes mellitus, pada alkoholisme dan yangmenderita
kelaparan yang berkepanjangan terjadi gangguan metabolism karbohidrat yang disertai
peningkatan metabolism lipid. Pada keadaan ini terjadi peningkatan produksi benda keton
dalam hati yang selanjutnya akan diekskresikan ke dalam urin. adanya badan keton didalam
urin ini disebut Ketonuria.
4.2.4 Pemeriksaan Kadar Kreatinin (Folin)
Uji follin pada urin bertujuan untuk mengetahui kadar kreatinin dalam urin. Prosedur
kerjanya dengan membuat empat macam tabung yang berisikan urin uji, urin patologis,
standar dan blanko. Urin yang akan diujikan ( 1 ml ) dimasukkan kedalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan asam pikart jeniuh sebanyak 20 ml dan NaOH 10% sebanyak 1,5 ml.
Selain itu urin patologis perlu juga untuk diuji, untuk membandingkan antara urin uji dengan
urin patologis. Sedangkan standar yang digunakan pada adalah standar kreatinin, selain itu
blankonya adalah aquades. Kadar yang didapatkan pada urin uji adalah sebesar
sedangkan pada urin patologis sebesar .
17
Kreatinin adalah produk katabolisme dari keratin fosfat yang ada di dalam otot. Hasil
katabolisme tersebut memiliki nilai yang konstan dalam tiap individu setiap harinya.
Kreatinin sangat bergantung dari massa otot. Secara kimiawi, kreatinin merupakan derivat
dari kreatin. Kreatinin dalam urin berasal dari filtrasi glomerulus dan sekresi oleh tubulus
proksimal ginjal. Berat molekulnya kecil sehingga dapat secara bebas masuk dalam filtrat
glomerulus. Kreatinin yang diekskresi dalam urin terutama berasal dari metabolisme
kreatinin dalam otot sehingga jumlah kreatinin dalam urin mencerminkan massa otot tubuh
dan relatif stabil pada individu sehat (Levey,2003; Remer et al . 2002; Henry, 2001)
Kadar kreatinin memiliki nilai normal yaitu : 0,6 – 1,2 mg% untuk sampel urin sewaktu
dan 1 – 1.5 mg% untuk sampel urin 24 jam. Apabila hasil kadar kreatinin lebih tinggi dari
pada normalnya menunjukkan bahwa orang tersebut terkena akut tubularnekrosis, dehidrasi,
diabetes neforpati, eklamia (suatu kehamilan yang meliputi kejang), glomerulonefritis, gagal
ginjal, penyakit otot menyusun, preeclampsia (kehamilan – induced hipertensi), pielonefritis,
ginjal berkurangnya aliran darah (syok, gagal ginjal, jantung kongestif), rhabdomyolysis,
obstruksi saluran kemih. Sedangkan kadar kreatinin lebih rendah dari normal dapat
menunjukkan: muscular clystrophy (tahapakhir) dan myasthenia gravis. (National Institutes
of Health, 2007). Hasil praktikum kali ini menunjukan bahwa kadar kreatinin sebesar 0,028
gram/24jam untuk urin sehat, sedangkan 0,000538 gram/24jam pada urin patologis . Ini
menandakan kedua sampel masih memiliki kadar kreatinin yang normal.
4.2.5 Uji Heller (Protein)
Uji heller pada urin dilakukan bertujuan untuk mengetahui keberadaan protein dalam
urin. Protein dalam urin akan mengalami denaturasi dengan penambahan asam nitrat pekat
dalam bentuk cincin putih pada perbatasan kedua cairan. Uji heller dilakukan dengan
memasukkan asam nitrat pekat kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan urin uji / urin
patologis sebanyak 2 ml. Hasil yang diperoleh untuk urin sehat yakni terbentuknya cincin
putih yang sangat tebal dan untuk urin patologis juga terbentuk cincin putih tetapi tipis maka
dapat dikatakan kedua urin tersebut positif mengandung protein atau proteinuria.
Proteinuria adalah adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai
normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2.Dalam
keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.
Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat
18
menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius.Walaupun
penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria
biasanya bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak
progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara
langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius.adanya protein di dalam urin
sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya
penyebab/penyakit dasarnya.Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring
rutin pada orang sehat sekitar 3,5%.Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi
kelainan ginjal.
Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari.pada beberapa
kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika
protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit
diatas nilai normal.Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500
mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin. Dalam keadaan normal, walaupun
terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui
nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalam urin.Ini disebabkan 2 faktor utama
yang berperan yaitu: Filtrasi glomerulus dan reabsorbsi protein tubulus.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan Uji benedict pada urin mengandung glukosa < 0.5% (glikosuria).
Uji obermayer pada urin sehat dan patologis tidak mengandung indikan.
Uji rothera urin sehat tidak mengandung keton, dan pada urin patologis mengandung keton.
Kadar kreatinin orang sehat lebih tinggi daripada kadar kreatnin patologis.
Uji heller pada urin sehat mengandung protein lebih banyak daripada urin patologis .
Seharusnya protein tidak dikeluarkan melalui urin.
19
5.2 Daftar Pustaka
- Corwin, E. J. 2001. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
- C. Pearce, Evelyn. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
- C. Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.