godeliviacinitya 4 out of 5 dentists recommend this WordPress.com site Skip to content Home About ← Sejarah Singkat Gizi Menurut Para Tokoh Laporan PSG Biokimia Darah Pemeriksaan Hemoglobin Posted on December 29, 2012 by godeliviacinitya BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sel darah merah (eritrosit). Merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan dua sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
godeliviacinitya 4 out of 5 dentists recommend this WordPress.com site
Skip to content
Home About
← Sejarah Singkat Gizi Menurut Para Tokoh
Laporan PSG Biokimia Darah Pemeriksaan Hemoglobin
Posted on December 29, 2012 by godeliviacinitya
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sel darah merah (eritrosit). Merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan
dua sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. Sel
darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa
oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai
untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang
akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru [1].
Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan
objektif daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain. Pemeriksaan biokimia
yang sering digunakan adalah teknik pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan substansi
kimia lain dalam darah dan urin. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar
1. Dipersiapkan semua peralatan dan bahan yang digunakan.
2. Dibersihkan ujung jari manis yang akan diambil darahnya terlebih dahulu dengan
menggunakan alkohol swab.
3. Digunakan alat auto lancet untuk mengambil darah pada ujung jari manis yang telah
diolesi alkohol dengan metode tusukan kulit/perifer (skin puncture).
4. Dihapus darah yang pertama keluar menggunakan tissue, darah yang keluar selanjutnya
diambil menggunakan microcuvet.
5. Kemudian microcuvet dimasukkan ke dalam alat Hb-meter merk Hemocue untuk
dianalisis hasilnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Pengamatan
Nama Kadar Hb Keterangan
Godelivia Cinitya A. 13,5 g/dL Normal
Irmayanti 12,7 g/dL Normal
Mutiara Afriyuni 14,2 g/dL Normal
Paika 13,1 g/dL Normal
Mardhiati 10,9 g/dL Anemia
Novi Puspita S. 14,1 g/dL Normal
Musfira 13,5 g/dL Normal
Indira B. 12,3 g/dL Normal
1V.2 Pembahasan
Dalam studi saat ini, beberapa ukuran status zat besi, termasuk serum ferritin, serum
transferin reseptor, dan transferin saturasi digunakan untuk menilai status besi. Kadar
hemoglobin dalam darah digunakan untuk menilai anemia. Informasi yang dikumpulkan
dimaksudkan untuk menghasilkan perkiraan kekurangan zat besi dan anemia defisiensi besi
dan menentukan nilai prediktif hemoglobin dalam mengidentifikasi kekurangan zat besi
[12].
Pada pemeriksaan hemoglobin pada subjek hasil yang didapatkan adalah 13,5 g/dL.
Hal ini menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pada subjek adalah normal (12-16 g/dL).
Kemudian, berdasarkan pemeriksaan pada kelompok B3, tujuh orang yang kadar
hemoglobinnya normal sedangkan satu orang kadar hemoglobinnya rendah (anemia).
Kadar hemoglobin dalam darah maupun kerja atau fungsi hemoglobin yang optimal
dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal, meliputi [13]:
1. Makanan atau Gizi
Zat-zat gizi atau komponen gizi yang terdapat dalam makanan yang dimakan
digunakan untuk menyusun terbentuknya haemoglobin yaitu Fe (zat besi), protein.
2. Fungsi Jantung dan Paru-paru
Jantung berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Dalam darah terdapat
haemoglobin yang membawa oksigen keseluruh tubuh sebagai pembentukan energi.
Sedangkan paru berfungsi untuk menghisap oksigen dari udara luar yang kemudian
disuplai ke aliran darah dengan adanya ikatan antara hemoglobin dan paru mempengaruhi
kerja jantung yang optimal.
3. Fungsi Organ-Organ Tubuh Lain
Misalnya fungsi hepar dan ginjal yang membantu dalam proses pembentukan eritrosit
dan haemoglobin.
4. Merokok
Merokok mengurangi kelembaban haemoglobin membawa oksigen dari darah. Juga
pengaliran darah ke organ-organ vital dan jaringan-jaringan (seperti jantung, otak dan
otot) akan berkurang. Secara keseluruhan pengaruh rokok ialah berkurangnya kemampuan
fisik dan timbulnya stess terhadap organ-organ vital, seperti jantung.
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada banyak
penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan
sumsum tulang, Pengobatan kemoterapi dan abnormalitas hemoglobin bawaan 13.
Anemia disebabkan dari makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan
makanan yang berasal dari daging hewan. Selain banyak mengandung zat besi, serapan zat
besi dari sumber makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20-30%.
Sebagian besar penduduk di negara yang sedang berkembang tidak mampu menghadirkan
bahan makanan tersebut. Kebiasaan konsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan
zat besi seperti kopi dan teh secara bersamaan pada waktu makan menyebabkan serapan zat
besi semakin rendah 10.
Kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran
tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru- paru, tumor dan gangguan
sumsum tulang juga bisa meningkatkan kadar hemoglobin 13.
Di negara-negara berkembang, resolusi suplementasi zat besi untuk mengatasi anemia
sering dikaitkan dengan miskin kepatuhan atau durasi yang tidak memadai dari suplemen,
namun sebenarnya bisa terjadi akibat kekurangan mikronutrien lainnya. Anemia kekurangan
zat besi adalah masalah umum di seluruh dunia, mempengaruhi <50% dari individu dalam
kelompok berisiko tinggi seperti prasekolah anak-anak dan wanita usia subur. Konsekuensi
apabila menderita anemia adalah kegiatan bersekolah terganggu, kinerja bekerja terganggu ,
dapat menganggu perkembangan motorik dan mental , dan mungkin juga pertumbuhan. Hal
ini berlaku umum bahwa kekurangan zat besi penyebab yang paling umum dari konsentrasi
hemoglobin yang rendah. Oleh karena itu, kekurangan zat besi merupakan fokus utama dari
program yang mencoba untuk mengurangi anemia. Namun, kekurangan zat besi dapat
disertai oleh defisiensi mikronutrien lainnya karena keduanya dapat mengakibatkan tingginya
tingkat infeksi, diare, anoreksia, dan kualitas diet menurun dan bioavailabilitas nutrisi [14].
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu pemeriksaan hemoglobin pada responden
diperoleh 13,5 g/dL. Ini berarti kadar protein responden normal (12-16 g/dL). Dari delapan
responden, ada 7 responden yang kadar hemoglobinnya normal dan ada 1 orang yang kadar
hemoglobinnya rendah (anemia).
V.2 Saran
a. Kepada Dosen
Sebaiknya memberikan penjelasan yang lebih jelas lagi agar ketika melakukan
praktikum kesalahan yang dilakukan dapat diminimalisirkan.
b. Kepada Asisten
Sebaiknya lebih banyak lagi memberikan arahan kepada praktikan dan memandu
praktikan dalam melakukan percobaan agar praktikum berjalan optimal.
c. Laboratorium
Ruanganlaboratorium agar bisa lebih diperluas lagi agar kegiatan praktikum dapat
berjalan lebih efektif dan kita lebih leluasa menjalankan kegiatan praktikum. Lemari di
dalam laboratorium juga perlu ditambah agar lebih banyak menampung zat-zat kimia dan
alat-alat praktikum sehinggga tidak terlalu banyak diatas meja tempat praktikum.
d. Kegiatan Praktikum
Pada saat kegiatan praktikum berlangsung agar dapat diatur dengan baik pembagian
pengerjaannya dan pembagian alat dan bahannya agar tidak terjadi keributan di dalam
laboratorium
Mengenali Penyakit dengan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Posted November 6, 2010 by Iwan Sain, S.Kp, M.Kes in Hematologi. 1 Komentar
Kenali penyakit anda dengan melihat hasil pemeriksaan lab. penegakan diagnosa medis tidak cukup dengan hanya info dari anamnese pasien tapi HARUS ada pemeriksaan penunjang. Agar supaya diagnosa medis yg ditegakkan itu menjadi diagnosa pasti..Anda dapat menganalisa sendiri kelainan apa yang terjadi di dalam tubuh anda dengan hanya membaca hasil lab seperti yang tertera berikut ini…
HB (HEMOGLOBIN)
Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh kadar Hemoglobin.
Nilai normal Hb :
Wanita 12-16 gr/dL
Pria 14-18 gr/dL
Anak 10-16 gr/dL
Bayi baru lahir 12-24gr/dL
Penurunan Hb terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat antiradang).
Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit
Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan.
Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi perdarahan dan hambatan perm- bekuan darah. Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000-400.ooo/Mel darah. Biasanya dikaitkan dengan penyakit demam berdarah.
HEMATOKRIT (HMT)
Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan Iain-Iain) dengan jumlah cairan darah. Semakin tinggi persentase HMT berarti konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan (kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat tetap, maka darah menjadi lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue) diperkuat dengan nilai HMT > 20 %.
Nilai normal HMT :
Anak 33 -38%
Pria dewasa 40 – 48 % Wanita dewasa 37 – 43 %
Penurunan HMT terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagalginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung).
Peningkatan HMT terjadi pada dehidrasi, diare berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan, dan luka bakar, dan Iain-Iain.
LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH)
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Nilai normal :
Bayi baru lahir 9000 -30.000 /mm3
Bayi/anak 9000 – 12.000/mm3
Dewasa 4000-10.000/mm3
Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh bakter).
Hitung Jenis Leukosit (Diferential Count)
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit (se! darah merah), dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah. Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut.
Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan jaringan, apendiksitis akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan Iain-Iain.
EOSINOFIL
Eosinofil merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibatdalam alergi dan infeksi (terutama parasit) dalam tubuh, dan jumlahnya 1 – 2% dari seluruh jumlah leukosit. Nilai normal dalam tubuh: 1 – 4%
Peningkatan eosinofil terdapat pada kejadian alergi, infeksi parasit, kankertulang, otak, testis, dan ovarium. Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian shock, stres, dan luka bakar.
BASOFIL
Basofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1% dari seluruh jumlah leukosit, dan terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain.Nilai normal dalam tubuh: o -1%
Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase penyembuhan infeksi.
Penurunan basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan
LIMPOSIT
Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai normal: 20 – 35% dari seluruh leukosit.
Peningkatan limposit terdapat pada leukemia limpositik, infeksi virus, infeksi kronik, dan Iain-Iain.
Penurunan limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal injal, dan Iain-Iain.
MONOSIT
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar dari eritrosit sel darah merah), terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 – 8% dari jumlah seluruh leukosit.
Peningkatan monosit terdapat pada infeksi virus,parasit (misalnya cacing), kanker, dan Iain-Iain.
Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.
ERITROSIT
Sel darah merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung. Eritrosit adalah jenis se) darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Pada orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah maka cenderung memiliki sel darah merah lebih banyak.
Nilai normal eritrosit :
Pria 4,6 – 6,2 jt/mm3
Wanita 4,2 – 5,4 jt/mm3
MASA PERDARAHAN
Pemeriksaan masa perdarahan ini ditujukan pada kadar trombosit, dilakukan dengan adanya indikasi (tanda-tanda) riwayat mudahnya perdarahan dalam keiuarga.
Nilai normal :
dengan Metode Ivy 3-7 menit
dengan Metode Duke 1-3 menit
Waktu perdarahan memanjang terjadi pada penderita trombositopeni (rendahnya kadar trombosit hingga 50.000 mg/dl), ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan pembuluh darah, penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan faktor pembekuan darah, dan leukemia.
Selain itu perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya salisilat (obat kulit untuk anti jamur), obat antikoagulan warfarin (anti penggumpalan darah), dextran, dan Iain-Iain.
Masa Pembekuan
Merupakan pemeriksaan untuk melihat berapa lama diperlukan waktu untuk proses pembekuan darah. Hal ini untuk memonitor penggunaan antikoagulan oral (obat-obatan anti pembekuan darah). Jika masa pembekuan >2,5 kali nilai normal, maka potensial terjadi perdarahan.Normalnya darah membeku dalam 4 – 8 menit (Metode Lee White).
Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan pil KB, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi mengeluarkan air, misal jika ada pembengkakan).
Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, gagal jantung kongestif.
LAJU ENDAP DARAH (LED)
LED untuk mengukur kecepatan endap eritrosit (sel darah merah) dan menggambarkan komposisi plasma serta perbandingannya antara eritrosit (sel darah merah) dan plasma. LED dapat digunakan sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan penyakit, terutama pada penyakit kronis seperti Arthritis Rheumatoid (rematik), dan TBC.
Peningkatan LED terjadi pada infeksi akut lokal atau sistemik (menyeluruh), trauma, kehamilan trimester II dan III, infeksi kronis, kanker, operasi, luka bakar.Penurunan LED terjadi pada gagal jantung kongestif, anemia sel sabit, kekurangan faktor pembekuan, dan angina pektoris (serangan jantung).Selain itu penurunan LED juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat seperti aspirin, kortison, quinine, etambutol.
G6PD (GLUKOSA 6 PHOSFAT DEHIDROGENASE)
Merupakan pemeriksaan sejenis enzim dalam sel darah merah untuk melihat kerentanan seseorang terhadap anemia hemolitika. Kekurangan G6PD merupakan kelainan genetik terkait gen X yang dibawa kromosom wanita. Nilai normal dalam darah yaitu G6PD negatif
Penurunan G6PD terdapat pada anemia hemolitik, infeksi bakteri, infeksi virus, diabetes asidosis.
Peningkatan G6PD dapat juga terjadi karena obat-obatan seperti aspirin, asam askorbat (vitamin C) vitamin K, asetanilid.
BMP (BONE MARROW PUNCTION)
Pemeriksaan mikroskopis sumsum tulang untuk menilai sifat dan aktivitas hemopoetiknya (pembentukan sel darah). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita leukemia.
Nilai normal rasio M-E (myeloid-eritrosit) atau perbandingan antara leukosit berinti dengan eritrosit berinti yaitu 3 :1 atau 4 :1
HEMOSIDERIN/FERITIN
Hemosiderin adalah cadangan zat besi dalam tubuh yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya kekurangan zat besi dalam tubuh yang mengarah ke risiko menderita anemia.
PEMERIKSAAN ALKOHOL DALAM PLASMA
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya intoksikasi alkohol (keracunan alkohol) dan dilakukan untuk kepentingan medis dan hukum. Peningkatan alkohol darah melebihi 100 mg/dl tergolong dalam intoksikasi alkohol sedang berat dan dapat terjadi pada peminum alkohol kronis, sirosis hati, malnutrisi, kekurangan asam folat, pankreatitis akut (radang pankreas), gastritis (radang lambung), dan hipo-glikemia (rendahnya kadar gula dalam darah).
PEMERIKSAAN TOLERANSI LAKTOSA
Laktosa adalah gula sakarida yang banyak ditemukan dalam produk susu dan olahannya. Laktosa oleh enzim usus akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa. Penumpukan laktosa dalam usus dapat terjadi karena kekurangan enzim laktase, sehingga menimbulkan diare, kejang abdomen (kejang perut), dan flatus (kentut) terus-menerus, hal ini disebut intoleransi laktosa. dalam jumlah besar kemudian diperiksa kadar gula darah . Apabila nilai glukosa darah sewaktu >20 mg/dl dari nilai gula darah puasa berarti laktosa diubah menjadi glukosa atau toleransi laktosa, dan apabila glukosa sewaktu <20 mg/dl dari kadar gula darah puasa, berarti terjadi intoleransi glukosa. Sebaiknya menghindari konsumsi produk susu. Hal ini dapat diatasi dengan sedikit demi sedikit membiasakan konsumsi produk susu.
Nilai normal :
dalam plasma < 0,5 mg/dl
dalam urin 12-40 mg/dl
LDH (LAKTAT DEHIDROGENASE)
Merupakan salah satu enzim yang melepas hidrogen, dan tersebar luas pada jaringan terutama ginjal, rangka, hati, dan otot jantung.
Peningkatan LDH menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH akan meningkat sampai puncaknya 24-48 jam setelah infark miokard (serangan jantung) dan tetap normal 1-3 minggu kemudian. Nilai normal: 80 – 240 U/L
SGoT (Serum Glutamik OksoloasetiknTransaminase)
Merupakan enzim transaminase, yang berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan jantung dan hati.
Nilai normal :
Pria s.d.37 U/L
Wanita s.d. 31 U/L
Pemeriksan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya intoleransi laktosa dengan cara memberi minum laktosa
Peningkatan SGOT <3x normal = terjadi karena radang otot jantung, sirosis hepatis, infark paru, dan Iain-lain.
Peningkatan SGOT 3-5X normal = terjadi karena sumbatan saluran empedu, gagal jantung kongestif, tumor hati, dan Iain-lain.
Peningkatan SGOT >5x normal = kerusakan sei-sel hati, infark miokard (serangan jantung), pankreatitis akut (radang pankreas), dan Iain-lain.
SGPT (Serum Glutamik Pyruvik Transaminase)
Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Peningkatan dalam serum darah menunjukkan adanya trauma atau kerusakan hati.
Nilai normal :
Pria sampai dengan 42 U/L
Wanita sampai dengan 32 U/L
Peningkatan >20x normal terjadi pada hepatitis virus, hepatitis toksis.
Peningkatan 3 – 10x normal terjadi pada infeksi mond nuklear, hepatitis kronik aktif, infark miokard (serangan jantung).
Peningkatan 1 – 3X normal terjadi pada pankreatitis, sirosis empedu.
ASAM URAT
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting dari asam nukleat pada DNA dan RNA).Purin terdapat dalam makanan antara lain: daging, jeroan, kacang-kacangan, ragi, melinjo dan hasil olahannya. Pergantian purin dalam tubuh berlangsung terus-menerus dan menghasilkan banyak asam urat walaupun tidak ada input makanan yang mengandung asam urat.
Asam urat sebagian besar diproduksi di hati dan diangkut ke ginjal. Asupan purin normal melalui makanan akan menghasilkan 0,5 -1 gr/hari. Peningkatan asam urat dalam serum dan urin bergantung pada fungsi ginjal, metabolisme purin, serta asupan dari makanan. Asam urat dalam urin akan membentuk kristal/batu dalam saluran kencing. Beberapa individu dengan kadar asam urat >8mg/dl sudah ada keluhan dan memerlukan pengobatan.
Nilai normal :
Pria 3,4 – 8,5 mg/dl (darah)
Wanita 2,8 – 7,3 mg/dl (darah)
Anak 2,5 – 5,5 mg/dl (darah)
Lansia 3,5 – 8,5 mg/dl (darah)
Dewasa 250 – 750 mg/24 jam (urin)
Peningkatan kadar asam urat terjadi pada alkoholik, leukemia, penyebaran kanker, diabetes mellitus berat, gagal ginjal, gagal jantung kongestif, keracunan timah hitam, malnutrisi, latihan yang berat. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya asetaminofen, vitamin C,aspirin jangka panjang,diuretik.
Penurunan asam urat terjadi pada anemia kekurangan asam folat, luka bakar, kehamilan, dan Iain-Iain. Obat-obat yang dapat menurunkan asam urat adalah allopurinol, probenesid, dan Iain-Iain.
Kreatinin
Merupakan produk akhir metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat (protein) diproduksi dalam hati. Ditemukan dalam otot rangka dan darah, dibuang melalui urin. Peningkatan dalam serum tidak dipengaruhi oleh asupan makanan dan cairan.
Nilai normal dalam darah :
Pria 0,6 – 1,3 mg/dl
Wanita 0,5 – 0,9 mg/dl
Anak 0,4 -1,2 mg/dl
Bayi 0,7 -1,7 mg/dl
Bayi baru lahir 0,8 -1,4 mg/dl
Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal dan penyusutan massa otot rangka. Hal ini dapat terjadi pada penderita gagal ginjal, kanker, konsumsi daging sapi tinggi, serangan jantung. Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin nyaitu vitamin C, antibiotik golongan sefalosporin,aminoglikosid, dan Iain-Iain.
BUN (BLOOD UREA NITROGEN)
BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati. Pada orang normal, ureum dikeluarkan melalui urin.
Nilai normal :
Dewasa 5-25 mg/dl
Anak 5-20 mg/dl
Bayi 5-15 mg/dl
Rasio nitrogen urea dan kreatinin = 12 :1 – 20 :1
Pemeriksaan Trigliserida
Merupakan senyawa asam lemak yang diproduksi dari karbohidrat dan disimpan dalam bentuk lemak hewani. Trigliserida ini merupakan penyebab utama penyakit penyumbatan arteri dibanding kolesterol.
Nilai normal :
Bayi 5-4o mg/dl
Anak 10-135 mg/dl
Dewasa muda s/dl50 mg/dl
Tua (>50 tahun) s/d 190 mg/dl
Penurunan kadartrigliserid serum dapatterjadi karena malnutrisi protein, kongenital (kelainan sejak lahir). Obat-obatan yang dapat menurunkan trigliserida yaitu asam askorbat (vitamin C), metformin (obata anti diabetik oral).
Peningkatan kadar trigliserida terjadi pada hipertensi (penyakit darah tinggi), sumbatan pembuluh darah otak,diabetes mellitus tak terkontrol, diet tinggi karbohidrat, kehamilan. Dari golongan obat, yang dapat meningkatkan trigliserida yakni pil KB terutama estrogen.
Perubahan pola hidup dan faktor lingkungan yang kurang seimbang dapat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh dan kualitas hidup seseorang. Oleh sebab itu, alangkah baiknya bila kita memeriksakan kesehatan secara berkala untuk menjamin kualitas hidup dan kesehatan kita. Pemeriksaan berkala ini disebut dengan medical check up.
Pemeriksaan yang dilakukan pada medical check up dapat berupa anamnesis (wawancara), pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium yang menggunakan sampel darah, urine (air seni), dan/atau feses, pemeriksaan radiologi, dan lainnya. Pada kesempatan kali ini, artikel ini akan membahas mengenai medical check up melalui pemeriksaan urine.
Mengapa Kita Memeriksakan Urine?
Urine, atau dengan kata lain adalah air seni, merupakan zat yang dikeluarkan oleh tubuh kita setiap harinya secara alami (tanpa menggunakan alat bantu, seperti jika kita ingin mengeluarkan darah, kita harus membutuhkan jarum). Zat merupakan salah satu hasil pembuangan dari tubuh kita.
Sebelum dibuang oleh tubuh, urine telah melalui proses metabolisme di dalam tubuh. Karena itu urine mempunyai indikator-indikator yang bermakna untuk diperiksa. Pemeriksaan urine tidak hanya memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran kemih, tetapi kita dapat mengetahui fungsi pelbagai organ dalam tubuh, seperti hati, saluran empedu, pankreas, dan lain-lain.
Pengambilan Urine Kapan yang Lebih Baik untuk Diperiksa?
Jika kita melakukan pemeriksaan urine dengan memakai urine kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata susunan urine itu tidak banyak berbeda dari susunan urine 24 jam berikutnya.
Akan tetapi, kalau kita mengadakan pemeriksaan dengan sampel-sampel urine seseorang pada saat-saat yang tidak menentu di waktu siang atau malam, kita akan melihat bahwa susunan sampel urine tersebut dapat berbeda jauh dari sampel yang lain.
Waktu pengambilan sampel urine dapat berupa:
Urine sewaktu
- Urine yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus.
- Biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin urine.
Urine pagi
- Urine yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur.
- Lebih pekat dari urine yang dikeluarkan pada siang hari. Jadi, baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein, dan sebagainya.
Urine postprandial
- Urine yang pertama kali dikeluarkan 1 ½-3 jam setelah makan.
- Baik untuk pemeriksaan terhadap glukosuria (adanya glukosa (gula) dalam urine yang biasa ditemukan pada penderita kencing manis (diabetes mellitus)).
Urine 24 jam
- Urine yang dikeluarkan selama 24 jam (misalnya, dari jam 5 pagi (ketika pasien bangun tidur, urine yang dikeluarkan pertama kali setelah bangun tidur dibuang, lalu urine selanjutnya ditampung) sampai jam 5 pagi hari besoknya sehingga dibutuhkan juga pengawet urine).
- Baik untuk pemeriksaan terhadap penetapan kuantitatif zat dalam urine, misalnya jumlah, berat jenis, kuantitas protein dan glukosa, elektrolit urine, dan sebagainya.
- Kadang kala, ditampung terpisah-pisah dalam beberapa botol dengan maksud tertentu.
Misalnya, pada pasien kecing manis. Untuk melihat banyaknya glukosa yang dikeluarkan dari santapan (waktu makan) satu hingga santapan (waktu makan) berikutnya. Sampel pertama ialah urine dari makan pagi sampai makan siang; sampel kedua dari makan siang sampai makan malam, dan yang ketiga, dari makan malam sampai makan pagi esok harinya. Jadi, dapat ditentukan gula waktu kapan yang tinggi.
Urine 3 gelas dan urine 2 gelas
- Digunakan pada pemeriksaan urologik dan dimaksudkan untuk mendapat gambaran tentang letak radang atau lesi lain yang mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam urine.
- Biasanya dilakukan pada laki-laki. Namun, pada wanita juga dapat dilakukan
- Caranya adalah:
Ke dalam gelas pertama, ditampung 20-30 ml urine yang mula-mula keluar. Pada laki-laki, urine ini terutama berisi unsur-unsur dari prostat bagian depan yang hanyut oleh arus urine. Kadang, terdapat juga sel-sel yang hanyut dari prostat bagian yang lebih atas.
Ke dalam gelas kedua, ditampung urine berikutnya. Urine ini terutama mengandung unsur-unsur dari kandung kemih.
Beberapa ml urine terakhir ditampung ke dalam gelas ketiga. Pada laki-laki, urine ini mengandung unsur-unsur dari prostat bagian atas serta getah prostat yang terperas keluar pada akhir berkemih.
Untuk mendapatkan urine 2 gelas, caranya serupa dengan di atas, hanya saja gelas ketiga ditiadakan dan ke dalam gelas pertama ditampung sekitar 50-75 ml urine.
Itulah sebabnya penting sekali untuk memilih sampel urine yang sesuai dengan tujuan pemeriksaan karena beda waktu pengambilan, beda pula tujuan yang ingin didapat pada pemeriksaan urine. Konsultasikanlah dengan dokter Anda mengenai pengambilan urine kapan yang sesuai dengan pemeriksaan urine yang dibutuhkan.
Parameter Apa di dalam Urine yang Diperiksa?
Pada medical check up, pemeriksaan urine yang umum dilakukan adalah pemeriksaan rutin urine (urine lengkap/urinalisis) dan fungsi ginjal. Jenis pemeriksaan yang termasuk pemeriksaan rutin urine dapat berbeda-beda pada tiap rumah sakit. Umumnya, pemeriksaan rutin urine yang dilakukan adalah pemeriksaan terhadap jumlah, maskroskopis (warna dan kejernihan), berat jenis, bau, pH (derajat keasaman), sedimen, protein, glukosa, keton, dan bilirubin urine. Sedangkan pemeriksaan fungsi ginjal, yang umumnya diperiksa adalah kadar ureum, kreatinin, asam urat, dan elektrolit urine.
Pengukuran jumlah urine bermanfaat untuk menentukan gangguan fungsi ginjal, kesetimbangan cairan tubuh, dan pemeriksaan kuantitatif urine. Banyak sekali faktor yang berpengaruh pada jumlah pengeluaran urine, yaitu umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu tubuh, iklim, dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata jumlah pengeluaran urine 24 jam antara 800-1300 ml pada orang dewasa di daerah tropis.
Volume urine dapat kurang atau lebih daripada normal. Volume urine 24 jam yang kurang dari normal dapat disebabkan oleh dehidrasi, adanya gangguan pada ginjal, atau sumbatan pada saluran kemih. Volume urine 24 jam yang lebih dari normal dapat disebabkan oleh banyak minum, menderita kencing manis, konsumsi zat-zat yang mengandung kafein atau alkohol, atau gangguan ginjal yang progresif.
1. 2. Warna urine
Pada umumnya, warna urine ditentukan oleh volume pengeluaran urine; makin banyak volume pengeluaran urine, makin muda warna urine, dan sebaliknya. Biasanya warna normal urine berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna urine di luar yang telah disebutkan sebelumnya dapat disebabkan oleh hasil metabolisme yang tidak normal, suatu jenis makanan, misalnya zat warna atau obat tertentu, kuman-kuman tertentu, adanya darah, atau unsur-unsur yang dalam keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah yang besar.
1. 3. Kejernihan urine
Dalam hal ini, penting untuk menentukan apakah urine itu telah keruh pada waktu dikeluarkan atau pada waktu kemudian, yaitu jika dibiarkan (urine tidak langsung diperiksa, tetapi dibiarkan). Kekeruhan akibat yang terakhir disebutkan disebabkan oleh mengendapnya sel-sel dan lendir dari saluran kemih. Oleh sebab itu, tidak semua urine yang keruh bersifat tidak normal.
Kekeruhan yang lainnya dapat disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang dalam keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah yang besar, bakteri, atau lemak.
1. 4. Berat jenis urine
Berat jenis urine merupakan pengukuran jumlah partikel yang terlarut di dalam urine. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal dalam memekatkan atau mengencerkan urine.
Berat jenis urine 24 jam orang normal biasanya berkisar antara 1,003-1,030 (biasa ditulis 1003-1030 saja dan nilai ini dapat berbeda-beda pada tiap laboratorium, tergantung dari jenis dan standarisasi alat yang digunakan). Berat jenis urine yang tinggi dapat disebabkan oleh kurangnya konsumsi cairan, adanya gula dalam urine (biasanya pada penderita kencing manis), protein dalam urine (biasanya pada penderita gangguan ginjal), atau obat-obatan tertentu.
1. 5. pH (derajat keasaman) urine
Batas normal pH urine ialah 4,6-8,5 (nilai ini dapat berbeda-beda pada tiap laboratorium, tergantung dari jenis dan standarisasi alat yang digunakan). Urine yang digunakan haruslah urine yang segar atau diberi pengawet karena urine yang mengalami pembusukan dapat mencapai pH sebesar 9 sehingga mengaburkan hasil pemeriksaan. Selain itu, pH urine di atas normal juga dapat disebabkan oleh makanan tertentu, seperti daging atau obat-obatan tertentu. pH urine di bawah normal dapat disebabkan oleh adanya gangguan ginjal atau obat-obatan tertentu. Pemeriksaan ini juga dapat memberi petunjuk ke arah penyebab adanya infeksi saluran kemih bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi saluran kemih yang lainnya.
1. 6. Sedimen urine
Urine yang digunakan pada pemeriksaan sedimen urine adalah urine yang segar atau urine yang dikumpulkan dengan pengawet. Yang paling baik adalah urine pekat yang mempunyai berat jenis 1023 atau lebih (lebih mudah didapat bila memakai urine pagi).
Umumnya, sedimen urine dibagi atas 2 golongan, yaitu golongan organik dan golongan tak-organik. Beberapa sedimen urine secara normal memang ada di dalam urine (misalnya sel epitel, leukosit, eritrosit, silinder tertentu, kristal tertentu), namun jika jumlahnya meningkat, hal ini juga dapat menunjukkan adanya gangguan di dalam saluran kemih.
1. 7. Protein urine
Ginjal yang sehat dapat menyaring semua protein dari darah dan menyerapnya kembali sehingga tidak akan ada atau kalau pun ada di urine, jumlahnya sangat sedikit. Urine yang normal hanya
mengandung sedikit protein, yaitu di bawah 150 mg/24 jam (biasanya ditandai dengan tanda -). Jika terdapat kadar protein urine di atas 150 mg/24 jam, hal ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan pada ginjal.
1. 8. Glukosa (gula) urine
Pemeriksaan glukosa urine terutama diperuntukkan untuk menyaring penderita kencing manis. Jika kadar glukosa di darah sudah di atas 180 mg/dL, maka glukosa juga akan terdeteksi di urine. Keadaan yang dapat menyebabkan adanya glukosa dalam urine adalah gangguan hormon, gangguan hati, atau gangguan metabolisme. Selain itu, terdapat juga beberapa zat yang sebetulnya bukan glukosa, tetapi terdeteksi sebagai glukosa pada urine sehingga dapat terjadi hasil negatif palsu. Zat tersebut di antaranya adalah vitamin C, jenis gula lainnya (misalnya laktosa, fruktosa, dan sebagainya), pengawet (misalnya formalin), obat-obatan tertentu, dan sebagainya.
1. 9. Keton urine
Zat-zat keton merupakan zat yang mudah menguap sehingga urine yang diperiksa haruslah urine yang segar. Adanya keton mengindikasikan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, misalnya pada penderita kencing manis yang tergolong diabetes mellitus tipe 1. Keton dalam urine juga dapat terjadi pada keadaan demam, hamil, gangguan metabolisme karbohidrat selain diabetes, atau penurunan berat badan atau kelaparan akibat pembatasan asupan karbohidrat.
1. 10. Bilirubin urine
Bilirubin merupakan produk pemecahan dari hemoglobin (zat yang tedapat di dalam darah). Sebagian besar bilirubin dikeluarkan melalui kandung empedu, dan sangat sedikit yang dikeluarkan melalui urine sehingga kadarnya sulit dideteksi pada pemeriksaan urine. Adanya bilirubin dalam urine dapat menandakan adanya gangguan hati atau sumbatan hati-kandung empedu.
Pemeriksaan Fungsi Ginjal
1. 1. Ureum urine
Ureum merupakan produk buangan yang dibentuk di hati dari hasil metabolisme protein dan dikeluarkan melalui urine. Batas normal nilai ureum urine adalah 6-17 g/hari (214-607 mmol/hari) (nilai ini dapat berbeda-beda pada tiap laboratorium). Kadar ureum yang tinggi
biasanya menandakan adanya gangguan pada ginjal, tetapi karena keberadaan ureum dipengaruhi oleh jumlah asupan protein yang dikonsumsi dan fungsi hati, maka pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan pemeriksaan kreatinin darah.
1. 2. Kreatinin urine
Kreatinin adalah produk buangan yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Kreatinin merupakan hasil metabolisme energi otot dan dikeluarkan seluruhnya oleh tubuh melalui ginjal. Oleh sebab itu, pemeriksaan kreatinin urine dapat digunakan sebagai pemeriksaan penyaring untuk mengevaluasi fungsi ginjal.
Dalam melakukan pemeriksaan kreatinin urine, biasanya digunakan sampel urine yang dikumpulkan 24 jam. Batas normal kreatinin urine 24 jam adalah antara 50-100 mg/hari (nilai ini dapat berbeda-beda pada tiap laboratorium), tetapi hasil ini tergantung dari usia, jenis kelamin, dan berat tubuh. Hasil yang tidak normal dapat menunjukkan adanya gangguan pada ginjal, gangguan otoimun, obstruksi saluran kemih, atau banyak mengonsumsi daging.
1. 3. Asam urat
Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir purin (konstituen asam nukleat yang berhubungan dengan gen). Produksi asam urat tergantung dari makanan yang dikonsumsi (misalnya hati, daging pankreas anak sapi, ginjal, dan sejenis ikan hering kecil (anchovy) dapat meningkatkan kadar asam urat). Normalnya, dua-pertiga sampai tiga-perempat asam urat dikeluarkan oleh ginjal, dan sebagian besar oleh saluran pencernaan.
Batas normal pengeluaran asam urat dalam urine adalah 250-800 mg/hari (1,49-4,76 mmol/hari), namun nilai ini dapat berbeda-beda pada tiap laboratorium. Biasanya, pengeluaran asam urat dalam urine dapat meningkat pada keadaan gangguan pada ginjal, gangguan hati, gangguan metabolisme, gangguan hormon, tumor dan konsumsi obat-obatan tertentu. Kadar asam urat yang rendah biasanya juga didapatkan pada penderita gangguan ginjal yang lama (kronis). Akan tetapi, kadar asam urat yang tinggi atau rendah belum tentu mengindikasikan adanya gangguan sebab hal ini tergantung dari makanan yang dikonsumsi dan metabolisme, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
1. 4. Elektrolit urine
Elektrolit terdapat dalam tubuh kita, dan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sangat penting untuk menjalankan fungsi normal berbagai sel dan organ tubuh kita. Elektrolit yang umum diperiksa adalah natrium (sodium), dan kalium (potasium). Kedua elektrolit tersebut dikeluarkan oleh tubuh melalui ginjal. Urine yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan ini biasanya adalah urine 24 jam.
Memang banyak parameter yang dapat diperiksakan melalui urine. Oleh sebab itu, konsultasikanlah dengan dokter Anda mengenai pemeriksaan mana yang Anda butuhkan sehingga pemeriksaan tersebut tidak akan mubazir.
Dari penjelasan yang telah diberikan di atas, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan, yaitu melakukan medical check up, ternyata tidak hanya dapat dari sampel darah saja, tetapi kita juga dapat menggunakan sampel urine, yang tentunya memang kita buang setiap hari dalam jumlah yang banyak sehingga kita tidak perlu takut bila sampel yang dibutuhkan kurang. Dalam mengeluarkan urine, kita juga tidak butuh alat khusus dan pengeluarannya tidak menyakitkan, lain halnya dengan darah yang harus menggunakan jarum. Selain itu, pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran kemih, tetapi kita juga dapat mengetahui fungsi pelbagai organ dalam tubuh, seperti hati, saluran empedu, pankreas, dan lain-lain. Jadi, tidak ada salahnya bukan bila kita melakukan medical check up rutin dengan menggunakan urine.
Definisi Penyakit Ginjal KronikPenyakit ginjal kronik ialah setiap kerusakan ginjal (kidney damage) atau penurunan Laju filtrasi glomerulus ( LFG/GFR/Glomerular Filtration Rate) kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 untuk jangka waktu ≥ 3 bulan. Kerusakan ginjal adalah setiap kelainan patologis, atau petanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan dalam darah, urin atau studi pencitraan.
Tabel 1. Stadium Penyakit Ginjal Kronik
2. Gangguan Mineral dan Tulang pada Penyakit Ginjal Kronik ( GMT-PGK).
Gangguan mineral dan tulang pada penyakit ginjal kronik (GMT-PGK) ialah suatu sindrom klinik yang terjadi akibat gangguan sistemik pada metabolisme mineral dan tulang pada PGK. Sindrom ini mencakup salah satu atau kombinasi dari hal – hal berikut :a. Kelainan laboratorium yang terjadi akibat gangguan metabolisme calsium, fosfat, HPT dan vitamin D.b. Kelaianan tulang dalam hal turover, mineralisasi, volume, pertumbuhan linier dan kekuatannya.c. Kalsifikasi vaskuler atau jaringan lunak lain.Klasifikasi GM<T-PGK tergantung pada ada atau tidaknya salah satu atau kombinasi dari ketiga komponen di atas. (tabel 2.)
Tabel 2. Klasifikasi GMT-PGK
L : LaboratoriumT : TulangK : Kalsifikasi vaskuler
3. Osteodistrofi RenalOsteodistrofi renal (OR) merupakan gangguan morfologi tulang pada PGK. OR merupakan salah satu pemeriksaan komponen skeletal dari suatu gangguan sistemik GMT-PGK yang dapat diukur (quantifiable) melalui pemeriksaan histomorfometri dari biopsi tulang.
4. Definisi HiperfosfatemiaHiperfosfatemia adalah kadar fosfat darah ˃4,6 mg/dl. Kadar fosfat darah normal adalah 2,5 – 4,5 mg/dl. Pada pasien hemodialisis atau dialisis peritoneal, kadar fosfat darah hendaknya dipertahankan antara 3,5 – 5,5 mg/dl.
5. Definisi HipocalsemiaHipocalsemia adalah kadar calsium total darah ˂ 8 mg/dl. Kadar calsium total darah normal adalah 8,4 – 9,5 mg/dl.
6. Definisi Hipercalsemia
Hipercalsemia ialah kadar calsium total darah ˃ 10 mg/dl.Calsium dalam darah ada dalam 3 bentuk yait7u :- Calsium terionisasi ( 48 % )- Calsium yang terikat pada protein ( 40 % ).- Calsium kompleks yang terikat dengan anion lain speerti fosfat, citrat dan bikarbonat ( 12 % ).Dalam praktek klinik yang dipaki adalah calsium total ( jumlah dari ketiga bentuk tersebut).Dalam keadaan kadar albumin plasma abnormal, calsium total tidak merefleksikan kadar yang sebenatrnya, oleh karena itu dilakukan koreksi terhadap hasil pengukuran. Hasil yang di dapat disebut calsium koreksi (corrected Ca).Rumus koreksi adalah sebagai berikut :
7. Definisi Produk calsium – fosfat ( calsium – phosphorus product, Ca x P Product)Produk calsium-fosfat ialah hasil perkalian antara kadar fosfat darah ( dalam mg/dl) dan kadar calsium total darah (mg/dl). Nilai produk calsium-fosfat ini harus dipertahankan ˂ 55 mg2/dl2.
8. Definisi Hiperparatiroid SekunderHiperparatiroid sekunder ( HiperPTS) ialah kadar hormon paratiroid intak (HPTi) lebih dari kadar normal pada PGK. Kadar HPTi pada populasi normal berkisar antara 10,4 – 68 pg/ml. Kadar ini terdapat pada turnover tulang yang normal. Pada PGK nilai ini bervariasi karena adanya peningkatan resistensi skelet terhadap HPTi, sehingga kadar optimalnya tergantung pada derajat PGK.
9. Definisi Kalsifikasi Vaskuler pada GMT-PGKKalsifikasi vaskuler pada GMT-PGK ( stadium 5 ) ialah penimbunan calsium-fosfat yang terutama terjadi pada tunika media pembuluh darah. Kalsifikasi vaskuler ini berkaitan erat dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler pada PGK.Faktor risiko kalsifikasi vaskuler dicantumkan pada lampiran 4.
PENJELASAN
1. Dengan memburuknya fungsi ginjal, terjadi gangguan homeostasis mineral yang peogesif, terlihat dari abnormalitas kadar calsium, fosfat, dan perubahan hormon (HPTi, 1,25-dihydroxyvitamin D, fibroblast growth factor -23 (FGF-23) dan hormon pertumbuhan. Gangguan mineral dan tulang ditemukan pada sebagain besar pasien PGK stadium 3 – 5 dan secara universal dialami pasien PGK stadium 5 yang menjalani dialisis.
2. Belakangan ini banyak perhatian ditujukan kjepada kjalsifikasi ekstraskeletal yang disebabkan oleh gangguan metabolisme mineral pada PGK serta akibat terapi yang diberikan untuk mengoreksi gangguan tersebut ( misalnya pemberian obat pengikat fosfat yang mengandung calsium, dan terapi vitamin D yang kurang tepat ).
3. Dsefinisi tradisional “osteodistrofi renal (OR ) “ tidak mewakili spektrum klinik yang luas berdasarkan petanda (marker) serum, pencitraan non-invasif dan gangguan tulang. Kidney disease : Improving Global Outcomes ( KDIGO) menganjurkan untuk menggunakan istilah “ CKD-Mineral and Bone Disorder ( CKD-MBD), buku ini menggunbakan istilah Gangguan Mineral dan Tulang pada Penyakit Ginjal Kronik (GMT-P)GK). Untuk menggambarkan sindrom klinik yang lebih luas dari penyakit ini. KDIGO merekomendasikan agar istilah OR digunakan terbatas untuk menggambarkan patologi tulang terkait dengan PGK.