Disusun Oleh : Ainun Dita Febriyanti 3609 100 019 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 Pembiayaan Rumah Susun Sederhana Milik (RUSUNAMI) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Disusun Oleh :
Ainun Dita Febriyanti 3609 100 019
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
2011
Pembiayaan Rumah Susun
Sederhana Milik (RUSUNAMI) bagi
Masyarakat Berpenghasilan
Rendah di Kota Bandung
P e r e n c a n a a n K o t a | 1
Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pertambahan penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun selalu
diimbangi dengan kebutuhan akan rumah yang semakin besar. Di kota-kota besar,
adanya pertambahan penduduk ini dapat menimbulkan masalah kelangkaan lahan,
salah satunya adalah Bandung. Seperti yang kita ketahui, Kota Bandung merupakan
kota yang menarik berbagai macam pihak untuk melakukan banyak kegiatan, baik
untuk tempat usaha, bekerja, bahkan tempat tinggal. Berdasarkan Undang-Undang
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa luas maksimal untuk
wilayah terbangun pada sebuah kota hanya sebesar enam puluh persen. Hal itu
termasuk fasilitas sosial dan ekonomi, seperti bandara, pelabuhan, industri,
pemerintahan, dan sebagainya. Dengan demikian, luas perumahan di Kota Bandung
tidak bisa lebih dari lima puluh persen, idealnya hanya empat puluh persen.
Komposisi tersebut sangat bergantung kepada fungsi khusus kota itu sendiri.
Semakin besar lahan untuk fungsi khusus kota, misalnya industri, semakin kecil luas
proporsi lahan untuk perumahan.
Pada tahun 2008, kebutuhan rumah di Kota Bandung mencapai 20.285 unit
dengan asumsi bahwa rumah tersebut adalah rumah layak huni dengan luas 4,7
(rata-rata besar KK di Bandung) x 9 meter persegi (standar luas/orang), kondisi
lantai, dinding, dan atap yang baik. Jika diasumsikan satu rumah memerlukan sekitar
enam puluh meter persegi, dibutuhkan 1.217.100 meter persegi (121 hektare) setiap
tahun. Angka tersebut bertambah menjadi sekitar 150 hektare jika ditambah dengan
fasilitasnya. Setara dengan tiga ratus lapangan sepak bola per tahun (Pikiran Rakyat,
2009).
Sampai sekarang Kota Bandung masih kekurangan rumah hingga sekitar
159.815 unit. Perhitungan ini didasarkan kepada asumsi satu unit rumah yang dihuni
rata-rata lima jiwa. Dengan penduduk mencapai 2.429.142 jiwa, Kota Bandung
membutuhkan sekitar 500.000 unit rumah. Sementara itu, berdasarkan data, jumlah
rumah yang tersedia kini baru 343.185 unit. Dengan kebutuhan sebanyak itu, sulit
sekali menyediakan lahan yang cukup untuk perumahan. Munculnya daerah
permukiman di pinggir kota menjadi salah satu indikasi semakin sempitnya lahan
permukiman di perkotaan.
P e r e n c a n a a n K o t a | 2
Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung
Berkaca dari kenyataan itu, pembangunan perumahan di Kota Bandung tidak
lagi dapat “menghambur-hamburkan” lahan. Pembangunan perumahan vertikal
dapat dijadikan sebagai alternatif untuk berhemat, salah satunya adalah
pembangunan rumah rusun (rusun) yang dibedakan menjadi 2 kategori yaitu Rumah
Susun Sederhana Milik (Rusunami) dan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).
Keberadaan rusunami ini akan mengurangi biaya, waktu, transportasi, energi,
bahkan dapat meminimalisasi tingkat pencemaran. Harapan ke depannya, dengan
adanya pembangunan rumah susun ini masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
dapat menempati rumah yang layak huni.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan rusunami dan konsep apa saja yang digunakan
dalam pembangunan rusunami?
2. Bagaimana keterkaitan permasalahan pembiayaan rusunami dalam
pengembangan perkotaan di Bandung?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya adalah:
1. Memaparkan tentang pengertian rusunami dan konsep yang digunakan dalam
pembangunan rusunami.
2. Memaparkan pola keterkaitan permasalahan pembiayaan rusunami dengan
pengembangan Kota Bandung.
P e r e n c a n a a n K o t a | 3
Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Rusunami dan Konsep Pembangunannya
Sesuai Pasal 1 KMK-155/KMK.03/2001 yang telah dirubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-31/PMK.03/2008, yang dimaksud dengan
Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) adalah bangunan bertingkat yang
dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang
dilengkapi dengan kamar mandi/WC dan dapur, baik bersatu dengan unit hunian
maupun terpisah dengan penggunaan komunal atau disebut juga dengan apartemen
bersubsidi. Rusunami dapat diperoleh melalui kredit kepemilikan rumah dengan
subsidi atau tanpa subsidi yang memenuhi ketentuan :
a. Luas untuk setiap hunian lebih dari 21 m2 dan tidak melebihi 36 m2;
b. Harga jual untuk setiap hunian tidak melebihi Rp 144.000.000,00;
c. Diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai penghasilan tidak melebihi Rp
4.500.000,00 per bulan dan telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
d. Pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang
mengatur mengenai persyaratan teknis pembangunan rumah susun sederhana;
e. Merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat
tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak
dimiliki.
Program rusunami ini dialokasikan untuk masyarakat dengan penghasilan
menengah dan berpenghasilan tetap. Bagi mereka yang berhak, akan ada subsidi
uang muka dan subsidi bunga.
Dalam pembangunannya, rumah susun ini menggunakan konsep “seribu
tower” dimana di dalam konsep ini setiap tower rumah susun dibangun sebanyak 20
lantai dan berisi sekitar 600 unit rumah. Selain itu di setiap tower dilengkapi lift
sebanyak 4 buah serta tangga darurat. Dari segi ukuran, pemerintah menetapkan
untuk setiap menara rusun koefisien dasar bangunannya (KDB) 72% dan koefisien
lantai bangunannya (KLB) 5, dengan saleable area 85%. Dengan demikian setiap
menara dapat dibangun hingga 20 lantai, mencakup sekitar 600 unit rusun dengan
ukuran 21 - 36 m2/unit.
Program seribu tower merupakan salah satu kebijakan strategis pemerintah
yang dianggap tepat karena melihat pertumbuhan penduduk Indonesia yang cukup