i PEMBERIAN WASIAT KEPADA AHLI WARIS PERSPEKTIF SUNNI DAN SYI’AH Diajukan Kepada Program Studi al-Ahwal al-Syakhsiyyah (Hukum Keluarga Islam) Institut Agama Islam Negeri Purwokerto Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: NANI TUNJIHA NIM. 102321014 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM JURUSAN ILMU-ILMU SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO 2018
31
Embed
PEMBERIAN WASIAT KEPADA AHLI WARIS PERSPEKTIF SUNNI …repository.iainpurwokerto.ac.id/3536/1/COVER_BAB I_BAB V... · 2018-02-08 · i PEMBERIAN WASIAT KEPADA AHLI WARIS PERSPEKTIF
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PEMBERIAN WASIAT KEPADA AHLI WARIS
PERSPEKTIF SUNNI DAN SYI’AH
Diajukan Kepada Program Studi al-Ahwal al-Syakhsiyyah
(Hukum Keluarga Islam)
Institut Agama Islam Negeri Purwokerto
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
NANI TUNJIHA
NIM. 102321014
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
JURUSAN ILMU-ILMU SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2018
ii
iii
iv
v
MOTO HIDUP
Memilih Dengan Tanpa Penyesalan Karena
Kebahagiaan Itu Bergantung Pada Dirimu Sendiri
vi
PERSEMBAHAN
Dengan senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT., maka
dengan senang hati buah karya sederhana ini kupersembahkan untuk: kedua orang
tua tercinta, bapak Yahya Rusdi dan ibu Kundiroh yang tidak henti-hentinya
mengirimkan do‟a, yang selalu mengharapkan ridha-Mu dalam setiap gerak dan
langkah. Agar selalu mendapatkan pengalaman dan ilmu yang bermangfaat. Yang
selalu mengasihi dan menyayangiku dengan kasih yang tak terbatas dari buaian
hingga sekarang. Suamiku tercinta mas Jamal yang tiada hentinya selalu memberi
semangat dalam mengejar cita-citaku dalam menuntut ilmu, serta putriku Askhi,
malaikat kecilku yang menjadi sumber penyemangat hidupku dalam menempuh lika-
liku kehidupan ini. dan selanjutnya buat adik-adiku tercinta Tia, Kiki, Novi dan Lia.
Semoga Tuhan senantiasa membalas pengorbanan tulus yang telah diberikan
kepada penulis, dalam menyelesaikan studi sarjana di IAIN Purwokerto dengan
segala limpahan kasih karuniaNya yang tiada berkesudahan. Akhir kata penulis
mempersembahkan karya ini dan semoga bermanfaat. Amin.
vii
Pemberian Wasiat Kepada Ahli Waris Persepektif
Sunni dan Syi’ah
NANI TUNJIHA
Jurusan Ilmu-Ilmu Syari‟ah
Fakultas Syari‟ah Dan Ekonomi Islam
Program studi al-Ahwal al-Syakhsiyyah (Hukum Keluarga Islam)
Institut Agama Islam Negeri Purwokerto
ABSTRAK
Fokus penelitian ini adalah bagaimana hukum wasiat yang diberikan kepada
ahli waris yang mendapatkan bagian warisan menurut Mażhab Sunni dan Syi‟ah.
Dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari kedua mażhab tersebut tentang
wasiat kepada ahli waris. Penelitian ini termasuk library research, dimana data
diperoleh dari tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pokok pembahasan. Selanjutnya
data dianalisis dengan menggunakan pendekatan conent analysis.
Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa wasiat merupakan
pemberian seseorang kepada orang lain yang berupa benda atau manfaat untuk
dimiliki oleh orang tersebut tanpa mengharapkan imbalan (tabarru‟), yang dapat
dilaksanakan setelah orang yang berwasiat meninggal dunia. Penerima wasiat yang
termasuk ahli waris yang menerima warisan mengalami perbedaan hukum menurut
Mażhab Syi‟ah dan Mażhab Sunni yaitu boleh dan tidak boleh.
Bahwa dari penelusuran data diperoleh kesimpulan bahwa adanya perbedaan
pendapat dari kedua mażhab tersebut, mażhab Syi‟ah berpendapat bahwa wasiat
kepada ahli waris yang mendapatkan warisan dibolehkan walaupun tidak seijin ahli
waris lainnya dengan bersandar kepada firman Allah surat Al-Baqarah ayat 180,
sedangkan mażhab Sunni berpendapat bahwa wasiat kepada ahli waris tidak
dibolehkan, kecuali jika hal itu mendapat ijin ahli waris lainnya. mażhab Sunni
berpendapat dengan berpegang pada hadiṡ Nabi SAW. yang artinya : “Sesungguhnya
Allah telah memberi hak kepada tiap-tiap yang berhak, oleh itu, tidak ada wasiat
kepada ahli waris”, kemudian dengan tambahan hadiṡ “kecuali jika ahli waris
lainnya menijinkan”.
Kata kunci : Pemberian Wasiat, Ahli Waris, Sunni, Syi’ah
viii
KATA PENGANTAR
Sesungguhnya segala puji adalah milik Allah SWT Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang atas limpahan rahmat serta karunia yang tak terhingga,
memberikan petunjuk yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pemberian Wasiat Kepada Ahli Waris Persepektif Sunni dan
Syi’ah.” Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat dan umatnya.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih
sedalam-dalamnya atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dengan
segala kerendahahn hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. H. Syufa‟at, M. Ag., Dekan Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Purwokerto.
2. Dr. H. Ridwan, M.Ag., wakil Dekan I Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Purwokerto.
3. Dr. H. Ansori, M.Ag., wakil Dekan II Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Purwokerto.
4. Bani Syarif Maula, M. Ag., L.L.M, wakil Dekan III Fakultas Syari‟ah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.
5. Dr. H. Achmad Siddiq, M.H.I., M.H., ketua Jurusan Ilmu-Ilmu Syari‟ah dan
Ketua Prodi AS Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.
صلى اهلل عليو ىب ن ال اء اهلل عنو قال : ج بن أبي وقا ص رضي عن سعدا. ه ن م ر ج اى ى ت ال ض ر ال ب وت م ي ن ا ه ر ك ي و ى و ،ة ك م ب ا ن ا ى و ن د و ع ي وسلم
. : ل ؟ قالو ل ى ك ال م ى ب وص اهلل ا ول س ار : ي ت ل ، ق اء ر ف ع ن اب اهلل م ح ر قال: ي .:ت ل ق ن أ ك ن إ ير ث ك ث ل لث او ،ث ل ا لث قال: ف ث ل :الث :ل قلت قل ف الش طر م يه يد ي ا ف اس الن ون تكفف ي ة ال ع م ه ع د ت ن أ ن م ر ي خ اء ي ن غ ا ك ت ث ر و ع د ت ي ى ف ل اا ه ع ي تر ف ت ال ة م ق ى ا لل ت ، ح ة ق د اص ه إ ن ف ة ق ف ن ن م ت ق نف اا م ه م ك ن ا و م ل . و ون ر خ ا ك ب ر ض ي و اس ن ك ب ع ف ت ن ى ف ك ع ف ر ي ى اهلل ان س ع و ،ك ت أ ر ام ***ة ن اب ل إ ذ ئ م و ي و ن ل ك ي
Dari Sa‟ad bin Abi Waqqash RA, dia berkata, “Nabi SAW. datang
menjengukku dan (ketika itu) aku berada di Mekkah. Beliau tampaknya
kurang senang meninggal di bumi yang ditingalkan, dan beliau
bersabda : “Semoga Allah mengasihimu Ibn Afra”, aku bertanya:
“Wahai Rasullah SAW, aku akan berwasiat dengan seluruh hartaku.”
Beliau menjawab: “Jangan”. “separuh”, tanyaku. “Jangan”, jawab
beliau. Aku bertanya: “Sepertiga”? Kata beliau: “Sepertiga, sepertiga
adalah banyak. Sesungguhnya kamu meninggalkan ahli warismu dalam
keadaan kaya (kecukupan) adalah lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan kekurangan dan meminta-minta kepada orang
lain. Sesungguhnya kamu ketika menginfakkan sesuatu adalah
merupakan sadaqah hingga sesuap nasi yang engkau suapkan kepada
mulut isterimu. Dan semoga Allah akan mengangkatmu, sehingga orang
lain akan mengangkat manfaat dari kamu, sementara sebagian lain
menderita, dan hari itu tiada lain kecuali seorang anak perempuan”
(Riwayat al-Bukhari).
Hadiṡ tersebut menceritakan besarnya wasiat yang diberikan, dan lebih
baik meninggalkan ahli waris dalam keadaan yang kaya. Tapi bagaimana bila
wasiat tersebut ditujukan kepada ahli waris. Wasiat kepada ahli waris ada
beberapa pendapat mengenai hal tersebut. Hadiṡ tersebut menjelaskan bahwa
tidak ada wasiat untuk ahli waris. Akan tetapi terdapat pendapat lain yang
***
Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, (Beyrut: Rar al-Fikr,
tt.), Kitab al-Jana‟iz, nomor: 1295, dan dalam Kitab Waṣiyah nomor 2742.
6
mengatakan tentang ketidak bolehan wasiat kepada ahli waris kecuali
mendapat ijin dari ahli waris lainnya,
لوصية لوارث الان يجيزالورثة
Tidak sah wasiat kepada ahli waris, kecuali apabila ahli waris lain
membolehkannya (Riwayat al-Daruqutny).†††
Berdasarkan hak tersebut, ulama berselisish pendapat tentang berwasiat
kepada salah seorang ahli waris yang mendapatkan pembagian wasiat. Wasiat
kepada ahli waris bisa saja dilakukan seperti pendapat Huzairin bahwa
berwasiat kepada ahli waris yang kebetulan ikut waris tidak dilarang.‡‡‡
Menetapkan keharusan wasiat dalam situasi khusus terhadap ahli waris seperti
ahli waris yang lebih memerlukan harta (karena sakit parah, biaya pendidikan
dan lain sebagainya) dimana selaian dia akan menerima harta waris, ia juga
dapat menerima wasiat sebesar tidak lebih dari 1/3 harta sebagai tambahan bagi
dirinya karena keperluannya lebih banyak.
Di lain pihak ajaran kewarisan patrilinear yang sebagian besar dianut
oleh para pengikut Mażhab Syafi‟i berpendapat bahwa tidak diperbolehkan
berwasiat kepada ibu, bapak dan kerabat bila mereka mendapat bagian warisan
dalam satu kasus kewarisan. Hal ini juga dipegang oleh para Imam Mażhab
yang empat yaitu, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi‟i dan Imam
Hambali, mengatakan bahwa pihak yang menerima wasiat harus bukan bagian
†††
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet.ke-1, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995),
hal. 453 ‡‡‡
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika), hal. 141
7
dari ahli waris yang menerima warisan. Bila terjadi maka wasiat tersebut tidak
sah, mereka berpegang pada hadiṡ berikut:
صلى اهلل عليوس م عت رسول اهلل ضي اهلل عنو وعن أبي أمامة البا ىلي ري ة وسلم ي ق ول : )إ ن اهلل ق د أ ع ط ى ك ل ذ ي ح قٍّ ح ق و , ف ال و ص
) م د و ا لت ر م ذ ي , (ل و ار ث م د , و ال ر ب ع ة إ ل الن س ائ ي , و ح س ن و أ ح ر و اه أ ح §§§ج ار ود و ق و اه ا ب ن خ ز ي م ة , و اب ن ا ل
Dari Abu Umamah al-Bahily Radliyallah „anhu berkata: Aku
mendengar Rasulallah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah telah
memberi hak kepada tiap-tiap yang berhak dan tidak ada wasiat untuk
ahli waris”. Riwayat Ahmad dan Imam Empat kecuali Nasa'i. Hadits
hasah menurut Ahmad dan Tirmidzi, dan dikuatkan oleh Ibnu
Khuzaimah dan Ibnu al-Jarud
Selain hadiṡ tersebut, mereka juga berpendapat bahwa ayat-ayat tentang
wasiat dinasakh karena adanya ayat-ayat tentang waris.****
Pendapat tersebut
diikuti juga oleh para ulama dari kalangan Sunni (ahlus sunnah), wasiat untuk
ahli waris tidak dibolehkan.
Kelompok Syi‟ah membolehkan berwasiat kepada ahli waris tetapi
dengan sedikit perbedaan. Syi‟ah menetapkan bolehnya wasiat kepada ahli
waris selama tidak melebihi bagian 1/3 harta walaupun tanpa persetujuan para
ahli waris lainnya. Jika wasiat dilakukan untuk ahli waris dan melebihi
sepertiga harta waris, maka pelaksanannya harus mendapat persetujuan dari
ahli waris lainnya. Artinya, wasiat tersebut dapat digugurkan jika ahli waris
yang lain tidak menyetujuinya. Jika wasiat menyangkut harta yang