Top Banner

of 181

Pemberian Kuis Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Jan 09, 2016

Download

Documents

Bibi Olem Olem

ok
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PEMBERIAN KUIS SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA, TINDAKAN PEMBERIAN KUIS DENGAN TIPE QUIZTEAMRate This

PEMBERIAN KUIS SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA, TINDAKAN PEMBERIAN KUIS DENGAN TIPE QUIZ TEAM INI DILAKUKAN DALAM PEMBELAJARAN MENGGAMBAR GARIS TEGAK LURUS DAN GARIS SEJAJAR SISWA KELAS X TGBSMK NEGERI 2 PAYAKUMBUHBAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Selanjutnya pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan.Ada dua perspektif dalam memaknai pendidikan, yaitu pendidikan individual dan kolektif. Dalam perspektif individual pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan potensi yang dimiliki seseorang. Dalam perspektif kolektif, pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa dan negara. Dalam perspektif kolektif ialah pembangunan nasional di bidang pendidikan yang merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur. Pembangunan di bidang pendidikan ini juga memungkinkan warga negara untuk mengembangkan diri baik berkenan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dari tujuan pendidikan nasional di atas dapat dinyatakan bahwa tegaknya pendidikan akan berdampak positif bagi kehidupan bangsa. Oleh sebab itu, upaya peningkatan mutu pendidikan sudah seharusnya menjadi fokus pembangunan negeri ini.Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menggunakan pembelajaran aktif dimana peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan dengan menggunakan otak untuk mempelajari berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan menarik hati dalam belajar. Untuk mempelajari suatu dengan menyampaikan pertanyaan tentang pelajaran tertentu dan mendiskusikan dengan yang lain. Dalam belajar aktif yang paling penting peserta didik memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan dan melaksanakan tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang akan dicapai (Melvin Silberman, 2001).Belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik dalam situasi pendidikan. Oleh karena itu, pendidik dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan, dan sikap terbuka di samping kemampuan dalam situasi belajar mengajar yang lebih aktif. Siswa dibentuk untuk lebih kreatif, mandiri dan inovatif dalam mengembangkan diri, kemampuan dan keterampilannya melalui penguasaan materi belajar, begitu juga dengan metode yang digunakan oleh guru. Dalam kurikulum SMK terdapat tujuan yang utama untuk pencapaian pembelajaran yaitu menciptakan siswa yang mengerti dan memahami cara penggunaan atau membaca alat dan simbol pada alat ukur listrik sebagai alat penghitung dan pengukuran dalam penyampaian informasi yang baik. Tujuan inilah yang belum dapat dicapai sepenuhnya pada saat ini. Masalah yang dihadapi adalah sampai tingkat mana prestasi (Hasil) belajar yang telah dicapai, Sehubungan dengan hal tersebut, masing masing sekolah mempunyai wewenang untuk menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada umumnya, nilai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 70. Bagi siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 70, berarti belum memenuhi KKM. Sedangkan siswa yang mendapatkan lebih dari atau sama dengan 70 berarti telah memenuhi KKM.Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas X TGB SMK Negri 2 Payakumbuh Angkatan 2010/2011 dan Angkatan 2011/2012 pada Semester Juli Desember, nilai siswa yang belajar Menggambar Garis Tegak Lurus dan Garis Sejajar, akan terlihat pada tabel berikut:Tabel 1Persentase Kelulusan Materi Menggambar Garis Tegak Lurus dan Garis Sejajardi Kelas X program Keahlian TGB SMK N 2 PayakumbuhNoRentang NilaiKriteria NilaiJumlah siswaTahun 2010%Jumlah siswaTahun 2011%

1 9.00 10,00A 0 0,00 % 0 0,00 %

2 7,51 8,99B 1 0,50 % 0 0,00 %

3 6.00 7.50C 1230,07 % 1028,57 %

4 0.00 5.99D 2269,43 % 2571,43 %

Jumlah 35100,00 % 35100 %

Sumber : SMKN 2 Payakumbuh Tahun Ajaran 2010/2011 dan 2011/2012Seperti yang diperlihatkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa untuk materi garis tegak lurus dan garis sejajar relatif belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan bahkan dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Jumlah siswa yang gagal mencapai KKM lebih dari 60%. Permasalahan ini harus diatasi dalam kenyataan di lapangan tentang hasil belajar Menggambar garis tegak lurus dan garis sejajar untuk meningkatkan kualitas siswa SMK.Berdasarkan wawancara dengan guru yang mengajar Gambar Teknik Dasar dikelas X TGB SMK N 2 Payakumbuh diperoleh informasi bahwa kelas sering menjadi tempat yang membosankan. Siswa terlihat tidak tekun dalam mengikuti pelajaran, mereka menampakkan keengganan, berusaha menghindar dari kegiatan belajar mengajar, banyaknya siswa yang mengerjakan tugas rumah di sekolah, dan siswa kurang berkonsentrasi dalam belajar saat guru menerangkan pelajaran. Selain itu, metode pembelajaran yang konvensional dan media yang digunakan dalam pembahasan materi juga kurang membuat siswa merasa tertantang untuk ingin mengetahui tentang pelajaran yang diberikan dan membuat siswa cepat jenuh dan mengantuk sewaktu proses belajar mengajar berlangsung.Langkah yang ditempuh guru untuk mengantisipasi hal tersebut bisa dilakukan dengan berbagai macam strategi metode belajar mengajar yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sehingga upaya untuk peningkatan hasil belajar dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran (tatap muka) terwujud. Salah satunya dengan menggunakan metode pemberian kuis dengan tipe quis team pada akhir tatap muka. Pemberian kuis tersebut dapat memberikan motivasi siswa untuk memperhatikan dan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan mendorong mereka mengorganisasikan materi pelajaran, (Sudjana, 1989:44). Dengan pemberian kuis dengan tipe ini diharapkan siswa lebih bersemangat dan memiliki kemauan untuk terlibat aktif dalam proses belajar karena adanya suasana yang lebih kompetitif namun tetap memberikan rasa nyaman dan menyenangkan yang disajikan dalam bentuk kuis. Metode pembelajaran yang melibatkan siswa ini sangat berbeda dengan metode konvensional yang biasa digunakan oleh guru, yang biasanya guru menerangkan materi dan siswa hanya mendengarkan dan memahami, sekarang siswa dituntut untuk ikut ambil bagian dalam penyampaian materi belajar itu sendiri. Prosesnya diawali dengan guru menerangkan pelajaran secara klasikal, kemudian siswa dibagi kedalam kelompok kecil. Anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberi pertanyaan dan jawaban untuk memahami pelajaran. Setelah selesai mempelajari materi, akan diadakan suatu pertandingan antar siswa berupa kuis. Dengan adanya pertandingan ini, maka akan terjadilah kompetisi antar kelompok, para siswa akan berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan. Hal ini akan berdampak pada pengetahuan siswa dalam materi pelajaran itu sendiri, sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa jadi meningkat.Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk menyusun penelitian tindakan kelas mengenai pemberian kuis sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, tindakan pemberian kuis dengan Tipe Quiz Team ini dilakukan dalam pembelajaran Menggambar Garis Tegak Lurus Dan Garis Sejajar Siswa Kelas X TGBSMK Negeri 2 Payakumbuh

model Pembelajaran aktif quiz team (active learning) Wawan Listyawan

Pembelajaran aktif adalah belajar yang meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran (Silberman, 2007: 1). Pembelajaran aktif (active learning) merupakan salah satu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam melakukan sesuatu dan berfikir tentang apa yang mereka lakukan (Suyatno, 2009: 107).Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, disini siswa dituntut untuk mengunakan otak dalam berfikir sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Active learning mulai digunakan dalam dunia pendidikan diawali oleh seorang filosofi Cina yang bernama Confucius yang menyatakan: Apa yang saya dengar, saya lupaApa yang saya lihat, saya ingatApa yang saya lakukan saya paham (Silbermen, 2007: 1)Tiga peryataan diatas menjadi dasar dari munculnya belajar aktif, kemudian menurut Silbermen (2007: 2) belajar aktif itu memuat hal-hal berikut : Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan dengan beberapa teman, saya mulai pahamApa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilanApa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainyaPernyataan di atas menyatakan dalam pembelajaran aktif siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi siswa melihat, mendengar, bertanya dengan guru atau teman, berdiskusi dengan teman, melakukan, dan mengajarkan pada siswa lainnya sehingga mereka menguasai materi pembelajaran. Di dalam pembelajaran aktif siswa mendapatkan tantangan-tantangan yang mengharuskan kerja keras karena harus lebih aktif dan mandiri untuk mengugkapakn, menjelaskan, dan bertanya tentang materi pelajaran yang diajarkan.Menurut John Holt dalam Silberman (2007: 5) belajar semakin baik jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal berikut:a. Mengungkapkan informasi dengan bahasa mereka sendirib. Memberikan contoh-contohc. Mengenalnya dalam berbagai samaran dan kondisid. Melihat hubungan antara satu fakta atau gagasan dengan yang laine. Menggunakannya dengan berbagai caraf. Memperkirakannya berapa konsekuensinyag. Mengungkapkan lawan atau kebalikannya Pembelajaran aktif yang dimaksud adalah langkah-langkah atau rencana yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif dalam setiap pembelajaran dengan menggunakan otak/pikiran, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.

A. Model Pembelajaran Aktif Tipe Quiz TeamSalah satu upaya untuk membangkitkan siswa belajar aktif pada mata pelajaran biologi yaitu dengan penggunaan tipe belajar aktif tipe quiz team.Dalvi (2006:53) menyatakan bahwa Tipe quiz team dapat menghidupkan suasana dan mengaktifkan siswa untuk bertanya ataupun menjawab.Tipe quiz team ini diawali dengan menerangkan materi pelajaran secara klasikal, lalu siswa dibagi kedalam kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut melalui lembaran kerja. Mereka mendiskusikan materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami materi tersebut. Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis. Dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.Apabila dalam proses pembelajaran biologi menggunakan metode belajar yang tepat maka proses belajar yang dilaksanakan dapat memperbaiki hasil belajar siswa.Adapun Alternatif prosedur pembelajaran belajar aktif untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas dapat dikembangkan ke dalam 8 tahap, sebagai berikut: 1. Orientasi: Guru mendeskripsikan ruang lingkup materi, mengemukakan tujuan, menyampaikan prosedur pembelajaran, dan menyampaikan alternatif bahan sumber belajar. 2. Pembentukan kelompok: Guru mengidentifikasi karakteristik siswa, menetapkan jumlah kelompok dan jumlah anggotanya, serta menetapkan dan menginformasikan keanggotaan kelompok. 3. Penugasan: Guru menyampaikan kisi-kisi materi dan memberikan tugas (pertanyaan) sesuai dengan topik dan indikator kompetensi yang harus dikuasai siswa; menugaskan setiap kelompok siswa untuk mendiskusikan, mencari sumber guna menyelesaikan tugas (pertanyaan) yang diberikan sesuai dengan topik yang dibahas masing-masing kelompok dan menyusunnya dalam bentuk bahan presentasi. 4. Eksplorasi: Siswa bersama kelompoknya mencari bahan sumber, mendiskusikan dan menyelesaikan setiap tugas yang diberikan, mendukung dan membantu teman yang mengalami kesulitan. 5. Presentasi Materi dalam Kelas: Guru mengundi kelompok yang harus persentasi atau topik yang harus dipresentasikan, mengundi satu orang yang harus mewakili kelompok untuk presentasi, presentasi materi kelompok, menanyakan kepada seluruh siswa tentang kejelasan inti materi yang telah dipresentasikan, memberi kesempatan pada anggota lain dari kelompok penyaji untuk memperjelas penyajian materi. 6. Pengecekan Pemahaman dan Pendalaman Materi: Guru menunjuk 2 - 4 orang secara acak di luar kelompok penyaji untuk mempresentasikan ulang materi sesuai pemahamannya dengan bergantian. Memonitor tingkat pemahaman siswa terhadap materi, memberi kesempatan setiap siswa untuk berpendapat atau bertanya kepada kelompok penyaji. 7. Refleksi dan Umpan Balik: Guru menjelaskan kembali beberapa pertanyaan yang belum terjawab dengan benar dan jelas oleh kelompok penyaji, memberikan rangkuman materi untuk mempertegas pemahaman siswa, memberi kesempatan setiap siswa untuk bertanya, menjawab dan menanggapi pertanyaan siswa. 8. Evaluasi Formatif: Guru memberikan beberapa pertanyaan singkat untuk dikerjakan setiap siswa dengan cepat secara tertulis.

B. Sintaks dan Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Quiz TeamSilberman dalam Dalvi (2006:70) mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan menggunakan tipe Quiz Team adalah sebagai berikut:1. Guru memilih topik yang biasa disajikan dalam tiga segmen.2. Siswa dibagi ke dalam tiga kelompok besar.3. Guru menjelaskan skenario pembelajaran.4. Guru menyajikan materi pelajaran.5. Guru meminta tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, sementara tim B ,tim C menggunakan waktu untuk memeriksa catatan mereka.6. Tim A memberikan kuis kepada tim B. jika tim B tidak dapat menjawab pertanyaan, tim C segera menjawabnya.7. Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada anggota tim C, dan mengulang proses tersebut.8. Ketika kuisnya selesai, lanjutkan segmen kedua dari pelajaran dan mintalah tim B sebagai pemandu kuis.9. Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dari pelajaran dan tunjuklah tim C sebagai pemandu kuis.Akan tetapi, dari kelompok kami melakukan sedikit modifikasi sebagai berikut:1. Guru membuka pembelajaran.2. Guru menyampaikan tujuan dan memberikan motivasi.Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa.3. Guru menyampaikan materi.Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Materi yang diberikan juga bertujuan memberikan umpan kepada siswa untuk menggali informasi yang lebih mendalam.4. Guru membagi siswa kedalam 3 kelompok.Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Kelompok yang terbentuk adalah Kelompok A, B, C.Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut melalui lembaran kerja yang sesuai dengan materi yang didapat kelompok tersebut. Mereka mendiskusikan materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami materi tersebut.5. Pertandingan AkademisGuru meminta salah satu kelompok untuk menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok lain memperhatikan.a. meminta kelompok A untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok B. jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C.b. kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C. Jika kelompok C tidak bisa menjawab, pertanyaan dilempar ke kelompok B.c. walaupun jawaban yang diberikan kelompok lain benar ataupun salah, kelompok A tetap mengulas jawaban yang benard. menunjuk kelompok B untuk memberi pertanyaan. Prosedur sama seperti pada point b, c dan d.e. menunjuk kelompok C untuk memberi pertanyaan. Prosedur sama seperti pada point b, c dan d.6. Akhiri pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.7. Memberikan PenghargaanSetiap jawaban yang benar nantinya akan diberikan tanda bintang, kemudian selanjutnya akan diakumulasi untuk mendapatkan kelompok yang memiliki score tertinggi.8. Guru menutup pembelajaranC. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Aktif Tipe Quiz TeamDari pembahasan mengenai active learning di atas dapat ditemukan banyak kelebihan dari konsep active learning itu sendiri, diantaranya sebagai berikut:1. Berpusat pada peserta didik2. Penekanan pada menemukan pengetahuan bukan menerima pengetahuan3. Sangat menyenangkan4. Memberdayakan semua potensi dan indera peserta didik 5. Menggunakan metode yang bervariasi6. Menggunakan banyak media7. Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah adaNamun tidak sedikit pula ditemukan beberapa kelemahan dari pembelajaran active learning diantaranya adalah sebagai berikut:1. Peserta didik sulit mengorientasikan pemikirannya, ketika tidak didampingi oleh pendidik2. Pembahasan terkesan ke segala arah atau tidak terfokus.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : AlfabetaSanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : KencanaSilberman, M.. 1996. Active Learning : 101 Strategies To Teach Any Subject. Toronto : Allyn BaconZaini, H., Munthe, B., dan Aryani, S.A.. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : CTSD IAIN Sunan Kalijagahttp://www.psb-psma.org/content/blog/3479-penerapan-metode-belajar-aktif-tipe-quiz-team-kepada-siswa. tanggal akses : 3 Mei 2012, 16:10 WIBfile:///G:/SPB%20team%20quiz/team%20quiz.html. Tanggal akses : 3 Mei 2012, 16:15 WIB

PENGARUH PENGGUNAAN METODE BELAJAR AKTIF TIPE QUIZ TEAM TERHADAP MINATjuniladri.wordpress.com/2013/12/12/pemberian-kuis-sebagai-upaya-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-siswa-tindakan-pemberian-kuis-dengan-tipe-quiz-team/http://www.mengejarasa.com/2012/06/pembelajaran-aktif-active-learning.html

Populernya model metode pembelajaran ceramah dan 41 model pembelajaran yang sering terlupakan.Berikut akan saya paparkan macam-macam metode pembelajaran yang efektif untuk dapat dilaksanakan. Khususnya para pendidik atau juga para calon pendidik. Selama ini kita hanya familiar atau bahkan selaluhanyamenggunakan metode seperti ceramah. padahal banyak sekali selain metode tersebut yang dapat digunakan dan efektif dalam usaha meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang kita sampaikan dan pada akhirnya tujuan dari pembelajaran yang sudah kita tetapkan di awal tercapai dengan baik dan akan tecipta pembelajaran yang berkualitas serta tercipta pengalaman-pengalaman yang menarik.Selanjutnya anda dapat mengklik metode di bawah ini, karena dalam micro teaching di daftar mata kuliah saya dan termasuk kedalam pembahasan kependidikan jadi disini akan dijelaskan secara singat untuk masing-masing metode tersebut.1.EXAMPLE NON EXAMPLEContoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD2.PICTURE NON PICTURE3.NUMBERED HEADS TOGETHER(Kepala bernomor, Spencer Kagan 1992)4.COOPERATIVE SCRIPT(Dansereau Cs 1985)5.KEPALA BERNOMOR STRUKTUR(Modifikasi dari number heads)6.STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)Tim siswa kelompok prestasi7.JIGSAW -MODEL TIM AHLI(Aronssn Braney Stephen Sikes and Snapp 1978)8.PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)Pembelajaran berdasarkan masalah9.ARTIKULASI10.MIND MAPPING11.MAKE A MATCHmencari pasangan (lorna Curran 1994)12.THINK PIR AND SHARE13.DEBATE14.ROLE PLAYING15.GROUP INVESTIGATIONSharan 199216.TALKING STICK17.BERTUKAR PASANGAN18.SNOWBALL THROWING19.STUDENT FACILITATOR AND EXPLAININGSiswa/ peserta mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta lainnya20.COURSE REVIEW HORAY21.DEMONSTRATION DAN EKSPERIMEN( Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen )22.EXPLISIT INSTRUCTIONPengajaran langsung ( Rosenshina and Stevens 1986 )23.COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)Kooperative membaca dan menulis (Steven and Slavin 1995)24.INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)oleh Spencer Kagan25.COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)26.WORD SQUARE27.SCRAMBLE28.TAKE AND GIVE29.CONSEPT SENTENCES30.COMPLETTE SENTENCE31.TIME TOKEN AREND 199832.PAIR CECKS SPENCER KAGEN 199333.ROUND CLUB (KELILING KELOMPOK)34.TARI BAMBU35.DUA TINGGAL DUA TAMU(TWO STRAY TWO STRAY)SPENCER KAGAN 1992)36.STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS)37.PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)38.NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)38.INQUIRY39.MODEL PEMBELAJARAN TERPADU40.BERBASIS PROYEK DAN TUGAS41.PEMBELAJARAN BERBASIS JASA DAN LAYANAN (SERVICE LEARNING)Model Pembelajaran EXAMPLE NON EXAMPLEEXAMPLE NON EXAMPLE1. PengertianModel Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti :a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan,b. kemampuan analisis ringan, danc. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnyaModel Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.B. Ciri-ciriMetode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.C Kelebihan dan Kekurangan.Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.Kebaikan:1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.Kekurangan:1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.2. Memakan waktu yang lama.1. Langkah-langkah :1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai7. KesimpulanMODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTUREMODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURESalah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapaiDi langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.2. Menyajikan materi sebagai pengantar.Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.7. Kesimpulan/rangkumanDi akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaranKelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:Kelebihan:1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.2. Melatih berpikir logis dan sistematis.3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelasKekurangan:1. Memakan banyak waktu2. Banyak siswa yang pasif.3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadaiKESIMPULANModel pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai2. Menyajikan materi sebagai pengantar.3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.7. Kesimpulan/rangkuman

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :1. Hasil belajar akademik stukturalBertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.2. Pengakuan adanya keragamanBertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.3. Pengembangan keterampilan socialBertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai berikut :Kelebihan: Setiap siswa menjadi siap semua Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.Kelemahan: Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama.. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guruPenerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :a) Pembentukan kelompok;b) Diskusi masalah;c) Tukar jawaban antar kelompokLangkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :Langkah 1. PersiapanDalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.Langkah 2. Pembentukan kelompokDalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduanDalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.Langkah 4. Diskusi masalahDalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawabanDalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.Langkah 6. Memberi kesimpulanGuru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :Rasa harga diri menjadi lebih tinggi1. Memperbaiki kehadiran2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil4. Konflik antara pribadi berkurang5. Pemahaman yang lebih mendalam6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi7. Hasil belajar lebih tinggiKESIMPULANModel pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.Metode Belajar Cooperative scriptmetode belajar Cooperative scriptSkrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.Langkah-langkah:1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.6. Kesimpulan guru.7. Kelebihan: Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan. Setiap siswa mendapat peran. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.Kekurangan: Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).model pembelajaran Kepala bernomor strukturModel pembelajaran Kepala bernomor struktur1. PengertianUntuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim, 2000:16) tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pada semua tingkat kelas dan semuabidang studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together). Model ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran sebelumnya. Dibentuk kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Guru menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut Muhammad Nur (2005) model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam dalam diskusi kelompok.Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Kepala bernomor struktur)Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu.Ciri-ciri pembelajaran kepala bernomer struktur sebagai berikut:1) PenomoranPenomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.2) Pengajuan PertanyaanLangkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.3) Berpikir BersamaSetelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.4) Pemberian JawabanLangkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.3. Langkah langkah Kepala bernomor struktur

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain5. Kesimpulan4. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kepala bernomor struktur

5. Kelebihan dan kekurangan1) Kelebihana. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.c. Melatih tanggung jawab siswa.d. Menyenangkan siswa dalam belajar.e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.2) Kelemahana. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi)b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu .c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)Model PembelajaranSTUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)Model pembelajaranSTADtermasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.1. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD1.Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda (heterogen)2.Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa :pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama.3.Slavin( dalam Wina,2008:242) mengemukakan dua alasan bahwa :pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran selama ini.Pertama,beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat menngkatkan kemampuan hubungan sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,serta dapat meningkatkan harga diri.kedua,pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar,berfikir,memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.2. Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut. a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakandalam kelompoknya.b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompokmempunyai tujuan yang sama.c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang samadiantara anggota kelompoknya.d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilanuntuk belajar bersama selama proses belajarnya.f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secaraindividual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.3. Ciri Pembelajaran KooperatifMasih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagaia. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensidasar yang akan dicapai.b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.c. Penghargaan menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.4. Sintaks Model PembelajaranSTADLangkah-langkah model pembelajaranSTADdapat dilihat pada tabel 2.1 sepertiTabel 2.1 Enam Langkah Model PembelajaranSTADLangkahIndikatorTingkah laku guru

Langkah 1Langkah 2Langkah 3Langkah 4Langkah 5Langkah 6Menyampaikan tujuan danmemotivasi siswaMenyajikan informasiMengorganisasikan siswa kedalam kelompok- kelompok belajarMembimbimg kelompok belajarEvaluasiMemberikan penghargaanGuru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasaryang akan dicapai serta memotivasi siswaGuru menyajikan informasi kepada siswaGuru menginformasikan pengelom-pokkanSiswaGuru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajarGuru mengevaluasi hasil belajar tentangmateri pembelajaran yang telah dilaksanakanGuru memberi penghargaan hasil belajarindividual dan kelompok

Model pembelajaranSTADdikembangkan oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan kuis.Sintaks model PembelajaranSTADdalam Chotimah (2007) antara lain :a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.b. Guru menyajikan pelajaran.c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompokd. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompoklainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.f. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poing. Guru memberikan evaluasi.h. Penutup.DalamSTAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan olehkelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis.Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuanpada tabel 2.2 berikut.Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor PeningkatanSTADSkor KuisPoin peningkatan

Lebih dari 10 point di bawah skor dasar1-10 point di bawah skor dasarSkor dasar sampai 10 poin di atas skor dasarLebih dari 10 poin di atas skor dasarHasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar510203030

Catatan: Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar(Sumber:Slavin, 1995 dalam Parlan, 2006:17)Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatanyang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poinpeningkatan anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Penghargaankelompok diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.Tabel 2.3 Predikat Keberhasilan KelompokKriteriaNilai Perkembangan

ExcellentThe best teamsGood teamsGeneral teams22,6 3015,1 22,57,6 15,07,5

(Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)5. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Tipe STADA)Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STADMenurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) :a)Meningkatkan kecakapan individub)Meningkatkan kecakapan kelompokc)Meningkatkan komitmend)Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayae)Tidak bersifat kompetitiff)Tidak memiliki rasa dendamB)Kekurangan model pembelajaran kooperatif STADa)Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:b)Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurangc)Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.1. Hubungan Penerapan ModelSTADdengan Motivasi dan Prestasi Belajar SiswaDalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep fisika secara benar.Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya lekat) terhadap materi pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang disajikan dengan model pembelajaranSTADmemungkinkan untuk memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok merupakan tugas bersama.Dalam pembelajaranSTADini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi yang berbeda-beda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran akan perbedaan. Disamping itu pembelajaran yang disajikan dengan modelSTADakan melatih siswa untuk menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti dan diamati. Apabila ditinjau dari proses pelaksanaannya, kegiatan model pembelajaranSTADlebih membawa siswa untuk memahami materi yang disajikan oleh guru, karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, pengajaran fisika yang disajikan dengan dengan penerapan model pembelajaranSTADakan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-student-teams.html#ixzz2uZXKTNWlModel Pembelajaran JigsawModel Pembelajaran Jigsaw1. PengertianJigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronsons. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.Padamodel pembelajaranjigsawini keaktifan siswa (student centered)sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang biberikan.1. Langkah- Langkahdalam metode jigsawSesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:1. Awal kegiatan pembelajarana. Persiapan1. Melakukan Pembelajaran PendahuluanGuru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.2. MateriMateri pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.3. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan AhliKelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya4. Menentukan Skor AwalSkor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.2.

Rencana Kegiatan1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya.4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau menghargai prestasi kelompok.3. Sistem EvaluasiDalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.3. PresentasiMateri Evaluasi Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa. Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.1. KelebihanBila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.1. KelemahanDalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-jigsaw.html#ixzz2uZXP82Tt4/21/2012MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED INTRODUCTION)PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAHSejarah Metode Pembelajaran Berbasis MasalahPembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster University di Kanada pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968. (Neufeld & Barrows, 1974), karena siswa tidak mampu menerapkan sejumlah besar mereka pengetahuan ilmiah dasar untuk situasi klinis. Tak lama kemudian, tiga sekolah medis lain University of Limburg di Maastricht (Belanda), University of Newcastle (Australia), dan University of New Mexico (Amerika) mengambil McMaster model pembelajaran berbasis masalah. (diadopsi oleh lain program-program sekolah kedokteran (Barrows, 1996) dan juga telah diadaptasi untuk instruksi sarjana (Boud dan Feletti, 1997; Duch et al, 2001. ; Amador et al, 2006))Landasan Teoretik Model Pembelajaran Berbasis MasalahTemuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk meningkatkan pengajaran secara umum dan khsususnya problem based learning (PBL). Premis dasar dalam psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-proses kognitif yang disebut metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan kontektual mempengaruhi pembelajaran.A. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis MasalahMenurut Suherman (2003: 7)Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran.Gijselaers ( 1996)Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik hanya berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik harus memusatkan perhatiannya untuk membantu siswa dalam mencapai keterampilan self directed learning.Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis MasalahDepartemen Pendidikan Nasional (2003)Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu.Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar.Muslimin Ibrahim (2000:7)Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran.Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) bertujuan untuk:1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah,2. belajar peranan orang dewasa yang otentik,3. menjadi siswa yang mandiri,4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru,5. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif6. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah7. meningkatkan motivasi belajar siswa8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baruB. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis MasalahBerdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan PBL1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung pada kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami kesulitan serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga menunjukkan bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman masalah-maslah fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya, Clement, 1990).Bridges (1992) dan Charlin (1998)Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBM ini, Bridges dan Charlin telah menggariskan beberapa ciri-ciri utama seperti berikut.1. Pembelajaran berpusat dengan masalah.2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan dihadapi oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.3. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran disusun berdasarkan masalah.4. Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.5. Siswa aktif dengan proses bersama.6. Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru.7. Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.8. Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.9. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbasis Masalah1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya.2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak,sehingga terasa manfaatnya.4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis MasalahPannen (2001)Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan, yaitu:1. mengidentifikasi masalah,2. mengumpulkan data,3. menganalisis data,4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,5. memilih cara untuk memecahkan masalah,6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.Arends (2004)Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.Fase Aktivitas guruFase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihFase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapiFase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahanFase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.Berikut langkah-langkah PBM.1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan dihadapi oleh siswa.2. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.3. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang permasalahan dan mencoba mengidentifikasi hal-hal terkait.4. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak mereka pahami.5. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap penting.6. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan.7. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang mereka peroleh.8. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.9. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan di kelas.Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.1. Membaca dan menganalisis skenario dan situasi masalah.Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu dalam kelompok Anda. Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif dalam menentukan apa faktor-faktor kunci dalam situasi ini. Karena ini adalah situasi pemecahan masalah nyata, grup Anda akan harus secara aktif mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.2. Daftar hipotesis, ide, atau firasatTulis dalam daftar teori atau hipotesis tentang penyebab masalah atau ide-ide tentang bagaimana untuk memecahkan masalah. Anda juga akan mendukung atau menolak ide-ide sebagai hasil penyelidikan Anda. Daftar ide yang berbeda lain yang perlu ditangani.3. Daftar apa yang dikenal.Buat pos berjudul Apa yang kita ketahui? pada selembar kertas. Kemudian temukan informasi yang terkandung dalam skenario.4. Mengembangkan sebuah pernyataan masalah.Suatu pernyataan masalah harus berasal dari analisis Anda apa yang Anda ketahui. Dalam satu atau dua kalimat Anda harus dapat menjelaskan apa yang grup Anda sedang mencoba untuk menyelesaikan, memproduksi, menanggapi, tes, atau mencari tahu. Pernyataan masalah mungkin harus direvisi sebagai informasi baru ditemukan dan dibawa ke menanggung pada situasi.5. Daftar apa yang dibutuhkan.Siapkan daftar pertanyaan Anda pikir perlu dijawab untuk memecahkan masalah. Rekam mereka di bawah daftar kedua berjudul: Apa yang kita perlu tahu? Beberapa jenis pertanyaan yang mungkin sesuai. Beberapa orang mungkin alamat konsep atau prinsip-prinsip yang perlu dipelajari untuk mengatasi situasi. Pertanyaan lain mungkin dalam bentuk permintaan untuk informasi lebih lanjut. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membimbing pencarian yang mungkin akan terjadi on-line, di perpustakaan, atau dalam pencarian out-of-kelas yang lain.6. Daftar tindakan yang mungkin.Daftar rekomendasi, solusi, atau hipotesis di bawah judul: Apa yang harus kita lakukan?. Daftar rencana Anda untuk penyelidikan. Rencana ini mungkin termasuk mempertanyakan ahli, mendapatkan data online, atau mengunjungi perpustakaan.7. Mengumpulkan dan Menganalisis informasi.Bagilah tanggung jawab untuk mengumpulkan, mengorganisir, menganalisis, dan menafsirkan informasi dari banyak sumber. Menganalisis informasi yang anda kumpulkan. Anda mungkin perlu merevisi pernyataan masalah. Anda dapat mengidentifikasi laporan masalah yang lebih. Pada titik ini, grup Anda mungkin akan merumuskan dan menguji hipotesis untuk menjelaskan masalah. Beberapa masalah mungkin tidak memerlukan hipotesis, bukan solusi yang dianjurkan atau pendapat (berdasarkan data riset Anda) mungkin tepat.8. Menyajikan temuan-temuannya.Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan, atau solusi lainyang tepat untuk masalah berdasarkan data Anda dan latar belakang. Bersiaplah untuk mendukung rekomendasi Anda. Jika sesuai, pertimbangkan presentasi multimedia dengan menggunakan gambar, grafik, atau suara.Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan MasalahPierce dan Jones (Ratnaningsih, 2003)Mereka mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan dugaan dan rencana penyelesaian.b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi.c. Performansi (performnace) yaitu menyajikan temuan.d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah.A. Tugas Perencanaan.Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.1. Penetapan Tujuan.Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah direncanakan untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya ketrampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dn membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa2. Merancang situasi masalah yang sesuaiDalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan kebebasan siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini meningkatkan motivasi siswa. Masalah sebaiknya otentik ( berdasarkan pada pengalaman dunia nyata siswa ), mengandung teka-teki dan tidak terdefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa karena dalam model pembelajaran ini dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam material dan peralatan, pelaksanaan dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas.B. Tugas interaktif1. Orientasi siswa pada masalah.Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi pembelajaran ini adalah kegiatan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang penting dan untuk menjadi pelajar yang mandiri. Oleh karena itu cara yang baik dalam menyajikan masalah adalah dengan menggunakan kejadian-kejadian yang mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga merangsang untuk memecahkan masalah tersebut.2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif juga diperlukan pengembangan ketrampilan kerja sama di anatara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.a. guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat siswa memimikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah sehingga siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk memecahkan masalah tersebut. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompokb. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-ide tersebut. Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.c. Puncak kegiatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, videotape dsb. Tugas guru pada tiap akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru pada tahap akhir pembelajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas ManagemenGuru perlu memberikan seperangkat aturan, sopan santun kepada siswa untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan sehingga terciptanya kenyamanan, kemudahan siswa dalam melakukan aktivitasnya.D. Asesmen dan evaluasiPenilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes kertas dan pensil ( paper and paper tes ) tetapi termasuk menemukan prosedur penilaian alternative yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa. Penetapan kriteria penilaian tugas-tugas kinerja/ hasil karya harus dilakukan pada awal-awal pembelajaran dan harus dapat dikerjakan oleh pebelajar (Fottrell, 1996). Kriteria penilaian itu harus didiskusikan terlebih dahulu bersama pebelajar di kelas. Diskusi ini meliputi berapa grade yang harus mereka capai dan siapa yang akan menilai mereka (pembelajar, pebelajar, atau ahli luar).Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses dengan tujuan untuk menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan siswa terhadap tanggung jawab belajar, kemampuan belajar bagaimanan belajar ( learning to learn ), penyelesaian dan penggunaan sumber serta pengembangan ketrampilan memecahkan masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah guru berperan dalam mengembangkan aspek kognitif dan metakognitif siswa, bukan sekedar sumber pengetahuan dan penyebar informasi. Disamping itu siswa bukan sebagai pendengar yang pasif tetapi berperan aktif sebagai problem.Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut:Guru sebagai pelatihvSiswa sebagai problem solvervMasalah sebagai awal tantangan dan motivasivAsking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)memonitor pembelajaranprobbing ( menantang siswa untuk berfikir )menjaga agar siswa terlibatmengatur dinamika kelompokmenjaga berlangsungnya prosespeserta yang aktifterlibat langsung dalam pembelajaranmembangun pembelajaranmenarik untuk dipecahkanmenyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajariMuslimin Ibrahim menjelaskan bahwa dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak latihan dan perlu membuat ke putusan-keputusan khusus pada fase-fase perencanaan, interaksi dan setelah pembelajaran.Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan PBL yaitu:1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka akan melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan reasoning.2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dalam PemanfaatannyaKelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.3. Menurut Fincham et al. (1997), PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda, (hal. 419).4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk melepaskan kontrol dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusiF. KesimpulanPembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dicetuskan pada akhir tahun 1960-an di sekolah kedokteran di McMaster University di Kanada.Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa agar menjadi mandiri, membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru, belajar peranan orang dewasa yang otentik,Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan, Knowing About Knowing (metakognisi) mempengaruhi pembelajaran, danFaktor-faktor kontekstual dan sosial mempengaruhi pembelajaran.Kriteria pemilihan bahan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah :1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswaLangkah- langkah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, yaitu :1. Orientasi siswa kepada masalah2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalahPelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah adalah sebagai berikut.A. Tugas Perencanaan.1. Penetapan Tujuan.2. Merancang situasi masalah yang sesuai.3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.B. Tugas interaktif1. Orientasi siswa pada masalah.2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen.D. Asesmen dan evaluasiArends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru4. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.5. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.6. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.2. Kurangnya waktu pembelajaran.3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar.4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPINGMODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING1. PengertianMind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara k