PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN WISATA PANTAI NAMBO KELURAHAN NAMBO KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI SKRIPSI Oleh: HAMSIWAR NIM. D1A1 15 410 JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN WISATA PANTAI
NAMBO KELURAHAN NAMBO KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI
SKRIPSI
Oleh:
HAMSIWAR
NIM. D1A1 15 410
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN WISATA PANTAI
NAMBO KELURAHAN NAMBO KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI
SKRIPSI
Diajukan kepada fakultas pertanian
Untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar sarjana pada Jurusan/Program Studi Agribisnis
Oleh:
HAMSIWAR
NIM. D1A1 15 410
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
i
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
MANAPUN, APABILA DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT
DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL JIBLAKAN, MAKA
SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari, Juni 2016
HAMSIWAR
D1A1 15 410
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Kawasan Wisata
Pantai Nambo Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli
Kota Kendari
Nama : Hamsiwar
NIM : D1A1 15 410
Jurusan Program Studi : Agribisnis
Minat : Penyuluhan dan Pengembangan Masyarakat (PPM)
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Ir. La Nalefo, M.S Awaluddin Hamzah,S.P.,M.Si
NIP. 19621231 199503 1 003 NIP. 19730921 200212 1 002
Dekan Fakultas Pertanian Plt. Ketua Jurusan/Program Studi
Universitas Halu Oleo Agribisnis
Dr. Ir. M. Tufaila, M.P Abdul Gafaruddin, S.P.,M.Si
NIP. 19660705 199103 1 004 NIP. 19750814 200604 1 001
Tanggal Lulus : 24 Juni 2016
HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN
Judul : Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Kawasan Wisata
Pantai Nambo Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli
Kota Kendari
Nama : Hamsiwar
NIM : D1A1 15 410
Jurusan Program Studi : Agribisnis
Minat : Penyuluhan dan Pengembangan Masyarakat (PPM)
Telah di ujikan di depan Tim Penguji Skripsi dan telah diperbaiki sesuai saran-saran saat
ujian
Kendari, Juni 2016
Tim Penguji :
Ketua :Munirwan Zani, S.P., M.Si tanda tangan .................................
Sekretaris :Wa Ode Yusria, S.P., M.P tanda tangan.................................
Anggota :Hartina Batoa, S.P., M.Si tanda tangan.................................
Anggota : Dr. Ir. La Nalefo, M.S tanda tangan.................................
Anggota : Awaluddin Hamzah , S.P., M.Si tanda tangan.................................
ABSTRAK
Hamsiwar (D1A1 15 410). Pemberdayaan Masyarakat Di Sekitar Kawasan
Wisata Pantai Nambo Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari. Dibimbing
Oleh La Nalefo selaku Pembimbing I dan Awaluddin Hamzah selaku Pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan kawasan Wisata Pantai
Nambo, (2) mengetahui potensi-potensi lokal dalam masyarakat yang dapat
dimanfaatkan dalam kegiatan di kawasan wisata pantai Nambo dan, (3)
mengetahui pemberdayaan masyarakat di kawasan Wisata Pantai Nambo.
Penelitian ini dilakukan di Kawasan Wisata Pantai Nambo Kelurahan Nambo
Kecamatan Abeli Kota Kendari pada bulan Mei sampai dengan Juni 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Nambo yang
melakukan aktifitas ekonomi dan sebagai tenaga kerja terserap pada kawasan
Wisata Pantai Nambo. Jumlah populasi masyarakat yang terserap pada Kawasan
Wisata Pantai Nambo berjumlah 68 orang. Kemudian untuk menetapkan sampel
yang akan diteliti menggunakan teknik sampel acak sederhana (simple random
sampling), penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Slovin sehingga sampel penelitian sebanyak 40 orang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Pantai Nambo diminati banyak pengunjung karena
letaknya yang relatif dekat, potensi-potensi lokal dalam masyarakat yang dapat
dimanfaatkan dalam kegiatan di kawasan wisata pantai Nambo mencakup
beberapa aspek antara lain: penjualan hasil bumi, ekonomi kreatif, kuliner dan
seni budaya. Pengelolaan kawasan Wisata Pantai Nambo dapat memberikan
lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya, yaitu Tenaga Kerja Langsung (PNS
tetap dan PNS Harian) dan Tenaga Kerja Tidak Langsung (Penjual Kelapa Muda,
Rumah Makan, Penjual Keliling dan Jasa Sewa Ban).
Kata Kunci: Pemberdayaan, Masyarakat, Kawasan Wisata, Pantai Nambo
v
ABSTRACT
Hamsiwar (D1A1 15 410). Community Empowerment Around the Area
Tourism Nambo Nambo Beach Village District of Abeli Kendari. Guided By La
Nalefo as Supervisor I and Awaluddin Hamzah as the Supervisor II.
This study aimed to (1) describe the neighborhood Nambo Beach Tourism,
(2) determine the potential of local communities that can be utilized in the
activities at coastal resorts Nambo and, (3) determine the community
empowerment in tourism areas Nambo Beach. This research was conducted in the
Area Tourism Nambo Nambo Beach Village District of Abeli Kendari in May and
June 2015. The population in this study is a community in the Village Nambo
conducting economic activity and the labor force is absorbed in the neighborhood
Nambo Beach Tourism. Total population sequestered in Nambo Beach Tourism
Region amounted to 68 people. Then to assign the sample to be studied using the
technique of random sampling (simple random sampling), determination of the
number of samples is done by using the formula proposed by Slovin so that the
study sample as many as 40 people. The results showed that Nambo Beach
attracts many visitors because of its relative proximity, local potentials in society
that can be utilized in the activities at coastal resorts Nambo includes several
aspects, among others: the sale of crops, creative economy, culinary and cultural
arts. Nambo Beach tourism areas management can provide employment
opportunities for the surrounding community, namely Direct Labor (PNS fixed
and Daily PNS) and Labor Indirect (Seller Coconut, Eating, Roving Sales and
Rental Service Ban).ffgfdgffdmfmfnfbnbnfbnmnbnbnbnbbnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Keywords: Empowerment, Community, Tourism Regions, Nambo Beach
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Dengan megucapkan alhamdulillah dan rasa sukur yang tak terhingga
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Kawasan Wisata Pantai Nambo
Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli”, walaupun dari segi penulisan dan
pembahasannya masih terdapat kekurangan namun untuk keperluan
penyempurnaan diperlukan saran dan kritik yang sifatnya membangun yang
sangat penulis harapkan.
Penulisan skripsi sebagai suatu karya ilmiah dimaksudkan sebagai salah
satu syarat dalam rangka penyelesaian studi guna memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S1) pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Haluoleo.
Penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya serta
penghargaan yang tinggi kepada:
1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
2. Ayahanda Masuddin Habab (Almarhum) dan Ibunda Hamsina Maudu
yang saya sangat hormati dengan segala kasih sayang dan cinta beliau
yang telah memberikan segala perhatian, dukungan moril dan materil
serta dengan doa restunya selama ini.
vii
3. Kakak-kakakku tersayang Hasmawar, S.Pd (Mawar), Masdamin (Damin),
Masdin (Din), Masnur Jaya (Jaya), Jupril Fajar (Jup), Almarhum Masunin
Nuryadin (Yadin), Muhammad Wahyuddin (Wahyu) yang telah
memberikan dukungan dan bantuan, serta motivasi mulai awal mengikuti
hingga penulisan skripsi ini.
4. Suamiku tercinta Edi Mujahid,S.Sos yang telah banyak membantu baik
itu dalam memberikan motivasi dan semangat hingga pada akhir
penulisan skripsi ini.
5. Anakku tersayang Ayunda Shakila Salsabila Mujahid terimakasih atas
kesabaran dan pengertiannya selama penyusunan skripsi ini.
6. Ayah mertua Sulaiman,S.Pd.,M.Pd dan Siti Aisyah yang saya hormati
dengan segala kasih sayang yang telah memberikan dukungan moril
maupun materil serta doa restunya selama ini.
Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis dalam
penyusunan karya tulis ini, maka penulis menyampaikan penghargaan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak DR. Ir. La Nalefo, MS selaku
pembimbing I dan Awaluddin Hamzah, SP.,M.Si yang senantiasa meluangkan
waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan motivasi, serta
berbagai kemudahan sehingga penulis skripsi ini dapat terselesaikan.
Selanjutnya, tak lupa pula penulis menyampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril
maupun materil selama penyusunan karya ilmiah ini, terutama kepada:
viii
1. Rektor Universitas Haluoleo beserta seluruh jajarannya.
2. Dekan Fakultas Pertanian beserta para pembantu Dekan, Kepala
Perpustakaan Fakultas Pertanian, Kepala Perpustakaan Universitas,
Kepala LAB Jurusan Agribisnis, Kepala LAB Agroteknologi, dan Unsur
penunjang akademik lainnya di lingkungan Fakultas Pertanian.
3. Ketua Jurusan Agribisnis dan .......selaku Sekretaris Jurusan Agribisnis.
4. Ibu Dosen Wa Ode Yusria, SP.,M.Si yang telah meluangkan waktunya
membantu dan memberikan arahan , petunjuk serta motivasi sehingga
penulisan skripsi ini terselesaikan.
5. Bapak Munirwan Zani,SP.,M.Si selaku Penasehat Akademik Kelas
Ganjil.
6. Para Dosen Penguji Bapak DR. Ir. La Nalefo, MS, Bapak Awaluddin
Hamzah, SP.,M.Si, Bapak Mardin, SP.,M.Si, Ibu Wa Ode Yusria,
SP.,M.Si, Bapak Munirwan Zani,SP.,M.Si, dan Ibu Hartina Batoa,SP.,
M.Si.
7. Semua Bapak/Ibu Dosen Pengajar Jurusan Agribisnis khususnya dan
Fakultas Pertanian umumnya yang telah memberikan tambahan ilmu
kepada penulis, serta para staf administrasi di lingkungan Jurusan
Agribisnis yang telah memberikan layanan penunjuk akademik bagi
penulis.
8. Kepada teman-teman angkatan 2008 dan keluarga besar mahasiswa
agribisnis angkatan 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015
ix
terimakasih atas kerjasama dan motivasinya selama penulis berada
dibangku kuliah.
9. Semua pihak yang membantu selama kuliah ataupun saat menulis skripsi,
yang telah membantu dengan doa dan moril maupun materil.
10. Sahabat seperjuangan Mustika (2012) yang telah memberikan bantuan
dan saran kepada penulis.
11. Laptop dan motor Axelo suamiku tercinta.
Akhir kata penulis sekali lagi mengucapkan terimakasih atas segala
bantuan dan dukungan yang diberikan, semoga amal baik tersebut mendapatkan
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga Allah SWT juga
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, amin.
Wa Alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Kendari, Juni 2016
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ......................................................... 3
C. Tujuan dan Kegunaan ..................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori ............................................................... 5
1. Pariwisata .................................................................. 5
2. Ekowisata ................................................................... 10
3. Pemberdayaan Masyarakat ......................................... 15
4. Analisis SWOT ........................................................... 21
B. Penelitian Terdahulu .......................................................... 23
C. Kerangka Pikir ………………………………………….. 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 26
B. Populasi dan Sampel ............................................................. 26
C. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 27
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 28
E. Variabel Penelitian ............................................................ . 28
F. Analisis Data......................................................................... 29
G. Konsep Operasional ............................................................. 29
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah ........................................................... 32
1. Letak dan Luas Wilayah ........................................................... 32
2. Keadaan Iklim ........................................................................... 33
3. Pembagian Wilayah Desa ........................................................ 33
4. Keadaan Penduduk ................................................................... 34
B. PEMBAHASAN ........................................................................... 37
1. Identitas Responden ................................................................ 37
1.1. Umur.................................................................................. 37
1.2. Tingkat Pendidikan .......................................................... 38
1.3. Pengalaman Berusaha ....................................................... 39
1.4. Jumlah Anggota Keluarga ................................................ 41
2. Gambaran Umum Wisata Pantai Nambo ................................ 43
2.1. Kontribusi Masyarakat Tani untuk Kebutuhan Wisatawan 44
2.2. Tenaga Kerja Terserap Pada Wisata Pantai Nambo ........ 48
2.3. Upaya-upaya Pemerintah Pada Pemberdayaan
Masyarakat Wisata Pantai Nambo ................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..................................................................... 52
B. Saran ............................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 53
LAMPIRAN .............................................................................................. 56
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rincian Penggunaan Lahan Kelurahan Nambo
Kecamatan Abeli Kota Kendari ...................................................... 33
2. Jumlah Penduduk Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli Kota
Kendari Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin,
Tahun 2014 ..................................................................................... 34
3. Data Tingkat Pendidikan Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli
Kota Kendari, Tahun 2014 .............................................................. 35
4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kelurahan
Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari, Tahun 2014.. ................... 36
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan Umur
di Kawasan Wisata Pantai Nambo , Tahun 2016 ............................ 37
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Kawasan Wisata Pantai Nambo , Tahun 2016 ............................ 39
7. Identitas Responden Sebagai Tenaga Kerja di Kawasan Wisata
Pantai Nambo, Tahun 2016 ............................................................. 40
8. Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Responden di Kawasan Wisata Pantai Nambo, Tahun 2016 .......... 42
9. Kontribusi Masyarakat untuk Wisatawan ....................................... 44
10. Serapan Tenaga Kerja di Daerah Wisata Pantai Nambo,
Tahun 2014 ..................................................................................... 49
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
A. Skema Kerangka Pikir Penelitian ................................................ 25
B. Dokumentasi Penelitian ............................................................... 62
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Riwayat Hidup Penulis ..................................................................... 57
2. Kuisioner Penelitian ........................................................................... 58
3. Data Hasil Penelitian Setelah Data diTabulasi, 2016 ........................ 60
4. Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 62
xv
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata sebagai industri yang menjual lingkungan hidup fisik dan sosial
budaya sangat menuntut adanya lingkungan baik fisik, sosial, budaya, politik
senantiasa berada dalam kondisi bersih dan terjamin keamanannya. Dalam bidang
pariwisata ada 3 (tiga) faktor yang menentukan keberhasilan pengelolaan
lingkungan wisata yaitu : 1. Masyarakat di lokasi wisata, 2. Pemerintah/swasta, 3.
Pengunjung/wisatawan (Departemen P&K Yogyakarta. 1999).
Pengelolaan lingkungan wisata memerlukan partisipasi masyarakat.
Sebagai sumber daya lokal, kawasan wisata sebaiknya dikelola oleh orang lokal,
karena yang tahu sumber daya yang dimilikinya adalah mereka sendiri. Sehingga
secara arif mereka akan mengelola kawasan wisata itu untuk kesejahteraan
mereka sendiri, tanpa harus mengeksploitasi secara berlebihan agar tetap bisa
berkelanjutan. Pengelolaan tersebut dapat bekerjasama dengan pihak lain yang
mempunyai keberpihakan terhadap masyarakat lokal dan lingkungan.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 12 tahun 2005 tentang pariwisata
yang dikutip dalam Rahman (2006), tujuan pengembangan pariwisata tidak lain
adalah untuk menciptakan multipler effect, diantaranya adalah : (1) memperluas
dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja; (2) meningkatkan
pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat; (3) mendorong pendayagunaan produksi nasional. Dengan kata lain,
pembangunan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan
diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak.
2
Pengembangan kawasan pariwisata pantai dan laut merupakan kegiatan
wisata yang memiliki aktifitas yang berkaitan dengan pantai dan laut, baik
disepanjang pantai, di atas permukaan laut maupun kegiatan yang di lakukan
dibawah permukaan laut. Pariwisata pantai dan laut sebagai salah satu aspek
pemanfaatan dalam pengelolaan sunber daya alam mempunyai peluang yang amat
baik untuk dikembangkan. Namun kita juga menyadari bahwa banyak
permasalahan yang kita hadapi dalam menggerakkan potensi kemasyarakatan
melalui pemberdayaan dan partisipasi masyarakat sekelurahan di sekitar kawasan
pengembangan.
Salah satu wisata pantai yang banyak diminati di Kota Kendari adalah
Pantai Nambo. Pantai Nambo sebagai obyek wisata andalan Pemerintah Kota
Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mudah dijangkau, baik oleh wisatawan lokal
maupun dari luar daerah. Pantai ini diminati banyak pengunjung karena letaknya
yang relatif dekat. Pantai Nambo memiliki pasir putih yang landai suasana yang
tenang, udara yang sejuk dan panorama yang menakjubkan sehingga tempat ini
selalu merupakan pilihan masyarakat Kota Kendari untuk melepas kejenuhan dan
rutinitas sehari-hari pada akhir pekan, ditempat ini telah dilengkapi dengan 31 unit
gazebo, sepuluh unit ruang bilas, satu villa, rumah makan yang berada di atas laut
(Karamba), rumah anti gempa, tempat parkir kendaraan yang luas, dan pedagang
tradisional yang menawarkan berbagai jenis dagangannya. Saat ini tengah
dilakukan perbaikan sarana dan prasarana seperti penambahan tempat
peristirahatan untuk pengunjung dan wisatawan yang datang agar pengunjung
3
dapat menikmati keindahan Pantai Nambo dengan tenang dan tentram dan lokasi
wisata tersebut dapat terpelihara dengan baik.
Pada wisata pantai Nambo ini dinilai (1) masyarakatnya belum
menerapkan peraturan pemerintah setempat secara maksimal yang mendukung
arahan keikutsertaan masyarakat dalam pemanfaaaatan sumber daya alam guna
mendukung pariwisata alam (2) masih kurang dirasakannya manfaat ekonomis
dari pariwisata sehingga masih sulit untuk merangsang masyarakat agar
memberikan dukungan positif bagi pengembangan pariwisata alam (3)
keterampilan masyarakat lokal dalam mengelola manfaat ekonomis dari peluang-
peluang untuk menunjang pariwisata alam masih rendah (4) permodalan dan
infrastruktur ekonomi masyarakat lokal masih lemah untuk membuka peluang
usaha dan peluang pekerjaan.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui
melakukan penelitian tentang “Pemberdayaan Masyarakat Di Sekitar Kawasan
Wisata Pantai Nambo Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari”.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana deskripsi kawasan Wisata Pantai Nambo.
2) Potensi-potensi lokal apa saja dalam masyarakat yang dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan di Kawasan Wisata Pantai Nambo.
3) Bagaimana pemberdayaan masyarakat di kawasan wisata Pantai Nambo.
4
C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah :
1) Mendeskripsikan kawasan Wisata Pantai Nambo.
2) Mengetahui potensi-potensi lokal dalam masyarakat yang dapat dimanfaatkan
dalam kegiatan di kawasan wisata pantai Nambo.
3) Mengetahui pemberdayaan masyarakat di kawasan wisata pantai Nambo.
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukkan bagi pemerintah daerah selaku pembuatan kebijakan
untuk lebih memperhatikan dan mementingkan partisipasi masyarakat dalam
pengolahan lingkungan wisata
2. Sebagai bahan masukkan bagi masyarakat kawasan pantai Nambo, agar dapat
mengembangkan potensi yang ada di wilayah mereka.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pariwisata
Menurut Dougiass (1978) dalam Fandeli dan Suyanto (2004), pariwisata
didefinisikan sebagai suatu proses bergeraknya manusia secara sementara untuk
pergi ke luar rumahnya (tempat kerjanya atau tempat tinggal) ke tempat yang baru
dengan hanya tinggal beberapa waktu dalam memanfaatkan fasilitas guna
mendapatkan kebutuhan dan keinginan yang dicari. Sedangkan Tando (1999)
mengemukakan bahwa kata “pariwisata” sesungguhnya baru populer di Indonesia
setelah penyelenggaraan Musyawarah Nasional Tourism ke-2 di Tretes Jawa
Timur pada tanggal 12-14 Juni 1958. Sebelumnya istilah yang digunakan adalah
”tourisme” dan sering di indonesiakan menjadi torisme.
Youti (1996) dalam Humsona (1998) mengemukakan pariwisata adalah
suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, dengan maksud untuk
menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Sedangkan Wahab (1987) dalam Abbas
(2002), menyatakan pengertian pariwisata mengandung tiga unsur yaitu manusia
(unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang
sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu sendiri), dan waktu (unsur tempo yang
dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri dalam berdiam di tempat tujuan).
Pariwisata adalah perjalanan untuk mendapatkan rekreasi, atau industri
yang berkaitan dengan perjalanan untuk mendapatkan rekreasi. Ditinjau motivasi
6
perjalanan yang dilakukan pengunjung/wisatawan serta obyek yang dikunjungi,
maka Wahab (1975) dalam Wibowo(1087) membagi 7 tipe, yaitu :
(1) Menurut jumlah orang yang melakukan perjalanan,yang terdiri dari:
a. Pariwisata individual (individual tourism)
b. Pariwisata kelompok (group tourism)
(2) Menurut maksud dilakukan perjalanan,yang terdiri dari:
a. Pariwisata untuk bersenang-senang/mengisi waktu luang (leisure tourism)
b. Pariwisata budaya(cultural tourism)
c. Pariwisata kesehatan (health tourism)
d. Pariwisata olahraga (sport tourism)
e. Pariwisata konferensi (conference tourism)
(3) Menurut alat pengangkutan yang digunakan :
a. Pariwisata darat (land tourism)
b. Pariwisata laut dan sungai (sea and river tourism)
c. Pariwisata udara (air tourism)
(4) Menurut letak geografinya:
a. Pariwisata domestik nasional (national domestic tourism)
b. Pariwisata regional (regional tourism)
c. Pariwisata internasional (international tourism)
(5) Menurut umur pengunjung /wisatawan:
a. Pariwisata remaja (youth tourism)
b. Pariwisata dewasa (adult tourism)
(6) Menurut jenis kelamin pengunjung/wisatawan:
7
a. Pariwisata maskulin (masculine tourism)
b. Pariwisata feminin (feminine tourism)
(7) Menurut harga dan tingkat sosial:
a. Pariwisata mewah (deluxe tourism)
b. Pariwisata kelas menengah (middle class tourism)
c. Pariwisata social (social tourism)
Dilihat dari tipe pariwisata berdasarkan pengolahan oleh Wahab (2000)
dalam Wibowo (2002), pariwisata pantai Nambo sebagai kawasan wisata yang
akan di kaji (laut dan pantai) bisa dimasukan dalam sebangian tipe pariwisata di
atas.
Pariwisata adalah industri yang menjual lingkungan hidup fisik dan sosial
budaya. Ia telah diidentifikasi sebagai salah satu industri yang sangat potensial,
baik untuk wisatawan domestik maupun asing. Memang potensi pariwisata kita
sangat besar : iklim tropika kepulauan yang sangat mengenal suhu ekstrim, laut
dengan terumbu karang, pantai berpasir putih, vegetasi mulai dari hutan pantai,
hutan dataran rendah sampai pada hutan pengunugan tinggi, flora dan fauna
dengan keanekaragaman yang tinggi, topografi datar, berbukit dan bergunung,
danau di pegunugan dan sawah yang berteras-teras. Ditambah lagi dengan
kebudayaan yang beraneka ragam. Modal dasar pariwisata itu bersifat
terperbarukan, karena obyek wisata yang dijual tidak dikonsumsi secara fisik.
(Soemarwoto, 2001).
Pengembangan pariwisata, termasuk di dalamnya wisata alam dapat
memberikan manfaat dan keuntungan, yaitu:meningkatkan kesadaran masyarakat
8
untuk berperan secara aktif dalam pelestarian lingkungan ; pertukaran latar
belakang budaya yang berbeda ; membuka kesempatan kerja dan berusaha ;
meningkatkan pendapatan negara. (Fyomi dan fadli, 2004).
Menurut Dahuri, et al, (1996) konsep pembagunan berkelanjutan dan
pengelolaan daerah pesisir dan lautan secara terpadu termasuk pariwisata pantai
memiliki empat dimensi sebagai berikut:
1. Dimensi Ekologis
Konsep ini menerapkan bagaimana mengelolah segenap kegiatan pembagunan
yang terdapat di wilayah pesisir agar total dampaknya tidak melebihi kapasitas
fungsionalnya. Setiap ekosistem alamiah termasuk wilayah pesisir memiliki
empat fungsi pokok bagi kehidupan manusia (Ortolano, 1984 dalam Dahuri, et
al,1996) yaitu:
a) Jasa-jasa pendukung kehidupan, mencakup berbagai hal yang diperlukan
bagi eksistensi kehidupan manusia sebagai udara dan air bersih serta ruang
bagi kegiatan manusia.
b) Jasa-jasa kenyamanan, berupa suatu lokasi beserta atributnya yang indah
dan menyejukan yang dapat dijadikan rekreasi.
c) Penyediaan sumber daya alam, baik langsung maupun sebagai input dalam
proses produksi. Untuk suber daya alam yang dapat diperbaharui kriteria
pemanfaatan adalah laju ekstraksi tidak boleh melebihi kemampuannya
untuk memulihkan diri pada suatu periode waktu tertentu (Clark, 1988
dalam Dahuri et al, 1996). Sedangkan sumber daya alam yang tidak dapat
9
diperbaharui pemanfaatanya harus dilakukan secara cermat, sehingga
efeknya tidak merusak lingkungan sekitarnya.
d) Penerima limbah,bagaimana kemampuan suatu ekosistem dapat menerima
limbah dari kegiatan manusia dan masih di dalam kondisi yang aman.
2. Dimensi sosial ekonomi
Pada dasarnya menyediakan informasi tentang daya dukung (kemampuan
suplai) system alam daerah pesisir dalam menopangsegenap kegiatan
pembangunan dan kehidupan manusia sehingga total permintaan (demand)
terhadap sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan tidak melampaui suplai
tersebut. Manfaat yang di peroleh harus diprioritaskan untuk mensejahterakan
penduduk sekitar kegiatan tersebut, terutama golongan ekonomi lemah untuk
menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri.
3. Dimensi sosial politik
Permasalahan lingkungan bersifat eksternalitas yang artinya pihak yang
menderita akibat kerusakan bukanlah sipembuat kersakan itu sendri. Ciri khas
antara lain adalah bahwa keurusakan akan muncul setelah periode waktu
tertentu. Sehingga diperlukan kondisi politik yang transparan agar kerusakan
lingkungan tidak berjalan lebih cepat daripada upaya pencegahan dan
penanggulangannya.
4. Dimensi hukum dan kelembagaan
Perlunya pengendalian diri setiap warga dunia untuk tidak merusak
lingkungan. Persyaratan yang bersifat personal ini dapat dipenuhi melalui
10
penerapan system peraturan dan perundang-undangan yang berwibawa dan
konsisten.
2. Ekowisata
Ekowisata didefinisikan sebagai perjalanan yang dapat di
pertanggungjawabkanke kawasan alam yang memelihara lingkungan dan
menopang kesejahteraan penduduk setempat “ (Blangy and Wood in Linberg and
Hawkins, 1991, dalam Wall. G. 1995). Oleh karena itu ekowisata secara ideal
harus menyediakan lapangan pekerjaan untuk penduduk setempat , khususnya
melalui perusahaan-perusahaan kecil milik lokal dan dioperasikan oleh penduduk
setempat.
Pariwisata sebagai industry yang menjual lingkungan hidup fisik dan
sosial budaya sangat menuntut adanya berbagai jaminan agar lingkungan baik
fisik, social, budaya, politik senantiasa berada dalam kondisi bersih dan terjamin
keamanannya. Kekayaan sumber daya alam Indonesia seperti pantai, hutan,
margasatwa, dan gunung berapi merupakan sumber daya yang kaya untuk
pengembangan ekowisata yang dapat menganekaragamkan produk wisata
Indonesia, melayani berbagai pasaran dan membantu ekonomi daerah-daerah yang
memiliki potensi yang belum tergarap.
Pasar pariwisata semakin diutamakan dan ekowisata secara luas sebagai
salah satu segmen permintaan pariwisata yang paling cepat berkembang.
Ekowisata sebagai strategi kepariwisataan yang baru mengimbangi pembangunan
11
dan kepentingan ekonomi, yang membantu pemeliharaan dan peningkatan
kawasan alam dan juga memanfaatkan penduduk didaerah tujuan.
Ekowisata dapat dilihat sebagai pariwisata di wilayah alam atau yang
berhubungan dengan kawasan alam. Ekowisata ditinjau dari perspektif ekonomi
dapat dibagi dalam sekurang-kurangnya tiga topik yang berbeda: manfaat bagi
kawasan alam, manfaat bagi bisnis ekowisata dan manfaat bagi masyarakat
setempat dalam arti menciptakan lapangan pekerjaan dan mata pencaharian.
Banyak istilah yang dipakai untuk ekowisata, salah satunya adalah
ekotourisme, menurut Western dalam Lindberg dan Hawkins (1995), ekotourisme
sesungguhnya adalah suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari
keperihatinan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Sedangkan masyarakat
ekotourisme memberikan suatu definisi yang sedikit lebih penuh:”ekotourisme
adalah perjalanan bertagung jawab ke wilayah-wilayah alami, yang melindungi
lingkungan dan meningkatkat kesejahtraan penduduk setempat”.
Oleh karena itu, wisatawan ekotourisme berbeda denga wisatawan biasa,
mereka memiliki karakteristik tersendiri. Menurut Yuanke (2003), pada umumnya
mereka mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Menyukai lingkungan dengan daya tarik utama adalah alam dan budaya
masyaraka lokal, dan mereka juga biasanya mencari pemandu informasi dan
berkualitas.
2. Kurang memerlukan tata krama (amenities) dan juga lebih siap untuk
menghadapi ketidaknyamanan, meskipun pelayanan yang sopan dan wajar,
sarana akomodasi serta makanan yang bersih tetap mereka hargai.
12
3. Sangat menghargai nilai-nilai (high value) dan berani membayar mahal untuk
suatu daya tarik yang mempesona dan berkualitas.
4. Menyukai daya tarik wisata yang mudah dicari dengan batas waktu tertentu
dan mereka tahu bahwa daya tarik alami terletak di daerah terpencil.
Ekoturisme (ekowisata) yang benar harus didasarkan atas system pandang
yang mencakup di dalamnya prinsip kesinambungan dan pengikutsertaan
partisipasi masyarakat setempat dalam areal-areal potensial untuk pengembangan
ekoturisme. Ekoturisme harus dilihat sebagai suatu usaha bersama antar
masyarakat setemapat dan pengunjung dalam usaha melindungi lahan-lahan (wild
lands) dan aset budaya dan bilogi melalui dukungan terhadap pembangunan
masyarakat setempat. Pembangunan masyarakat disini berarti upaya memperkuat
kelompok-kelompok masyarakat setempat untuk mengontrol dan mengelola
sumber daya yag sangat bernilai dengan cara-cara yang tidak hanya dapat
melestarikan sumber daya tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan kelompok
tersebut secara sosial, budaya dan ekonomi. (Horwich et al dalam Lindberg dan
Hawkins, 1995).
Suatu hal penting untuk ditekankan adalah bahwa ekoturisme hendaknya
tidak dibatasi pada kawasan-kawasan yang dilindungi mengingat bahwa terlalu
banyaknya tekanan pada akhirnya dapat digunakan untuk menKelurahank
kawasan-kawasan tersebut. Memajukan ekoturisme di kawasan-kawasan alami
yang tidak berstatus dilindungi dapat mendorong tindakan penduduk setempat
yang efektif dalam melindungi kawasan alami dan sumber daya lingkungan
13
mereka atas dasar kepentingan sendiri, bukan karena hambatan dari luar. (Linberg
dan Hawkins, 1995).
Menurut Muntasib, dkk (1999), lima prinsip dasar ekowisata adalah :
1. Nature based, produk dan pasar yang berdasar pada alam
2. Ecologically sustainable, pelaksanaan dan manajemen berkelanjutan
3. Environmentally educative, pendidikan lingkungan bagi pengelola dan
pengunjung
4. Bermanfaat untuk masyarakat lokal
5. Memberi kepuasan bagi wisatawan
Usman dalam Patria (1999) mengemukakan bahwa dalam pengembangan
ekoturisme Indonesia, hal yang penting dan perlu di perhatikan keikutsertaan
masyarakat setempat dalam setiap kegiatan kepariwisataan. Konsep
pengembangan wisata dengan melibatkan atau mendasarkan kepada peran serta
masyarakat (community based ecoturism), pada dasarnya adalah memberikan
kesempatan kepada masyarakat yang tinggal di daerah-daerah yang menjadi
obyek dan daya tarik wisata, untuk mengelola jasa-jasa pelayanan bagi wisatawan.
Hartanto (2001) menyatakan : pembangunan pariwisata harus merupakan
hasil usaha bersama dari sektor swasta, pemerintah dan masyarakat setempat.
Dengan demikian sangatlah penting bahwa kebijaksanaan yang menaungi
pembangunan pariwisata dapat memudahkan peran serta ketiga pihak itu. Namun
hal itu bukan berarti setiap pihak harus menyumbangkan tenaga dan sumber
dayanya dalam jumlah yang sama bagi proses pembangunan tersebut. Sebaliknya,
setiap pihak harus menyumbangkan seluruh kemampuan yang dapat mereka
14
sumbangkan, sementara pada saat yang sama mencoba untuk melengkapi
sumbagan pihak yang lain dan secara bersama saling menyesuaikan tindakan
mereka masing-masing. Partisipasi pada hakekatnya adalah usaha bersama untuk
menghasilkan sinergi. Kebijaksanaan pengembangan pariwisata atau pilihannya
harus memudahkan upaya kerja sama seperti itu.
Penduduk miskin cenderung untuk tidak menjadi pelindung alam yang
baik sulit untuk mengambil perspektif jangka-panjang dan memanfaatkan sumber
daya alam jika mereka tidak mengetahui darimana diperoleh sumber makanan
mereka selanjutnya. Jadi penduduk setempat harus melihat manfaat ekowisata
bilamana mereka ingin membantu – jika tidak, mereka akan berhenti
berpartisipasi, bahkan menjadi penentang. Jadi harus dicari suatu keseimbangan
diantara pemeliharaan dan pengembangan : ekowisata harus peka terhadap
lingkungan, secara ekonomis dapat terlaksana dan dapat diterima secara
sosiokultural. (Walt. G. 1995).
Hartanto (2001) menyebutkan : seperti pembangunan lainnya,
pembangunan pariwisata juga harus bertumpu pada masyarakat, artinya bahwa
pembangunan itu dimaksudkan untuk melayani minat masyarakat yang
bekerjadan tinggal di daerah tempat pembangunan itu berlangsung. Keberlanjutan
kegiatan pariwisata hanya dapat di pertahankan apabila kegiatan pariwisata
sejalan denga minat dan kepentingan masyarakat daerah tersebut. Kebijaksanaan
yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata harus ditujukan kepada
melayani kepentingan masyarakat setempat, meskipun sebagai kegiatan bisnis,
15
pariwisata juga harus menghasilkan nilai yang tinggi bagi wisatawan serta
manfaat ekonomi bagi penyelenggara kegiatan wisata.
Keterlibatan penduduk setempat secara nyata mensyaratkan 2 hal, yaitu
:partisipasi dalam pengambilan keputusan dan partisipasi dalam memperoleh
keuntungan. Ekowisata merupakan salah satu pemanfaatan ekonomi wilayah alam
yang serasi dengan perlindungan lingkungan alamapabila tujuannya adalah untuk
memperbaiki nasib penduduk setempat, maka cara-cara untuk memudahkan
keikutsertaan mereka harus di temukan. (Wall, 1995).
3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment berkembang
di Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir 70-an, 80-an,
dan awal 90-an. Konsep pemberdayaan tersebut kemudian mempengaruhi teori-
teori yang berkembang belakangan.
Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan
memiliki dua kecenderungan, antara lain : pertama, kecenderungan primer, yaitu
kecenderungan proses yang memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan,
kekuatan, atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu menjadi
lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset
material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi;
dan kedua, kecenderungan sekunder, yaitu kecenderungan yang menekankan pada
proses memberikan stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi
16
pilihan hidupnya melalui proses dialog. Dua kecenderungan tersebut memberikan
(pada titik ekstrem) seolah berseberangan, namun seringkali untuk mewujudkan
kecenderungan primer harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu.
Beberapa pandangan tentang pemberdayaan masyarakat, antara lain sebagai
berikut :
1. Struktural, pemberdayaan merupakan upaya pembebasan, transformasi
structural secara fundamental, dan eliminasi struktural atau sistem yang
operesif.
2. Pluralis, pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya sesorang atau
sekelompok orang untuk dapat bersaing dengan kelompok lain dalam suatu
’rule of the game’ tertentu.
3. Elitis, pemberdayaan sebagai upaya mempengaruhi elit, membentuk aliniasi
dengan elit-elit tersebut, serta berusaha melakukan perubahan terhadap
praktek-praktek dan struktur yang elitis.
4. Post-Strukturalis, pemberdayaan merupakan upaya mengubah diskursus serta
menghargai subyektivitas dalam pemahaman realitas sosial.
Hakikat dari konseptualisasi empowerment berpusat pada manusia dan
kemanusiaan, dengan kata lain manusia dan kemanusiaan sebagai tolok ukur
normatif, struktural, dan substansial. Dengan demikian konsep pemberdayaan
sebagai upaya membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa,
pemerintah, negara, dan tata dunia di dalam kerangka proses aktualisasi
kemanusiaan yang adil dan beradab.
17
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi
yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru
pembangunan, yakni yang bersifat “people centred, participatory, empowering,
and sustainable” (Chambers, 1995). Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk
mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya
belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap
konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu. Konsep ini berkembang dari
upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang antara lain disebut sebagai
alternative development, yang menghendaki ‘inclusive democracy, appropriate
economic growth, gender equality and intergenerational equaty”.(Ginanjar K.,
“Pembangunan Sosial dan Pemberdayaan : Teori, Kebijaksanaan, dan Penerapan”,
1997).
Konsep pemberdayaan masyarakat ini muncul karena adanya kegagalan
sekaligus harapan. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model-model
pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan
lingkungan yang berkelanjutan. Sedangkan harapan, muncul karena adanya
alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan
gender, dan pertumbuhan ekonomi yang memadai.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata
lain, pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.
18
Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu
; pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan
bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya,
karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain
dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-
langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta
pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat
masyarakat menjadi berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat
pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke
dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi,
lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut
pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik,
maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat
dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan
lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di pedesaan, dimana
terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada
19
program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program
umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota
masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya
modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban
adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan
institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan
serta peranan masyarakat didalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan
partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan
masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya
dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi. Friedman (1992)
menyatakan “The empowerment approach, which is fundamental to an altenative
development, places the emphasis an autonomy in the decesion marking of
territorially organized communities, local self-reliance (but not autachy), direct
(participatory) democracy, and experiential social learning”.
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena
kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan
dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep
pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi
dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan
melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat
20
atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi
makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada
dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang
hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan
akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun
kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara
berkesinambungan.
Makna pemberdayaan mengandung arti memberikan sumber daya,
kesempatan, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas atau
kemampuan untuk menentukan masa depan sendiri dan untuk berpartisipasi dalam
mempengaruhi kehidupan komunitasnya (Gunardi, dkk. 2004). Menurut Hikmat
(2001) pemberdayaan merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka
meningkatkan ekonomi dan sosial. Proses ini pada akhirnya akan dapat
menciptakan pembangunan yang berpusat pada rakyat.
Hidayati. Dkk (2003) menyatakan, salah satu faktor penting yang termasuk
dalam pengelolaan wisata adalah upaya pemberdyaan masyarakat. Hal ini penting
agar masyarakat lokal dapat terlibat dalam kegiatan ekowisata dan memberikan
tingkat kesejahteraan tanpa mengabaikan nilai-nilai social budaya setempat.
Usaha pemberdayaan masyarakat lebih diarahkan agar masyarakat mampu
membuat keputusan sendiri agar dalam pengembangan ekowisata mampu
mempersentasikan inisiatifnya dalam hubungan dengan stakeholder lain.
Selain itu, menurut Hidayati dkk (2003) dalam upaya pemberdayaan
masyarakat penting untuk disosialisasikan bahwa kegiatan ekowisata selain
21
memberi manfaat bagi masyarakat lokal juga harus memberikan kontribusi
langsung bagi kegiatan konservasi. Hal ini penting agar dalam mengenmbangkan
usahanya mereka memiliki rambu-rambu konservasi yang harus di jaga. Selain
itu, dalam hubungan dengan stakeholder lain juga dapat saling bahu membahu
untuk melaksanakan konservasi.
Dari bahasan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep ekowisata tidak
berbeda dengan konsep pengembangan masyarakat. Dengan kata lain untuk
memberdayakan masyarakat lokal bisa dilakukan melalui pengembangan
ekowisata. Dalam hal ini adalah melalui wisata pantai Nambo yang terletak di
Kelurahan Nambo Kecamatan Nambo Kabupaten Tanah Laut Propinsi
Kalimantan Selatan.
4. Analisis SWOT
Menurut Tunggal dalam Anili (2014) SWOT adalah akronim untuk
kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness) internal suatu perusahaan dan
peluang (opportunities) dan ancaman (threats) lingkungan yang dihadapi
perusahaan”. Analisa SWOT merupakan identifikasi yang sistematis dari faktor-
faktor internal dan eksternal dan strategi yang menggambarkan pedoman yang
terkait antara faktor internal dan eksternal. Analisa SWOT dapat definisikan
sebagai berikut:
1. Peluang (opportunities), Suatu peluang merupakan situasi utama yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-
kecenderungan utama adalah salah satu dari peluang. Identifikasi dari segmen
22
pasar yang sebelumnya terlewatkan, perubahan-perubahan dan keadaan
bersaing, peraturan-peraturan dalam perubahan teknologi, serta hubungan
pembeli dan pemasok yang dapat diperbaiki dapat menunjukkan peluang bagi
perusahaan.
2. Ancaman (threats), Suatu ancaman adalah situasi utama yang tidak
menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan. Ancaman adalah suatu
rintangan-rintangan utama bagi posisi perusahaan sekarang atau yang
diinginkan dari perusahaan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang
lambat, daya tawar pembeli dan pemasok utama yang meningkat, perubahan
teknologi dan peraturan yang direfisi atau peraturan baru dapat merupakan
ancaman bagi perusahaan.
3. Kekuatan (strenghts), Kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan dan
keunggulan lain yang relatif terhadap pesaing dan kekuatan dari pasar suatu
perusahaan untuk melayani.
4. Kelemahan (weaknesses), Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan
dalam sumberdaya, ketrampilan dan kemauan yang secara serius menghalangi
kinerja suatu perusahaan.
Selanjutnya analisis SWOT menurut Sutojo dan F. Kleinsteuber (2002)
adalah untuk menentukan tujuan usaha yang realistis, sesuai dengan kondisi
perusahaan dan oleh karenanya diharapkan lebih mudah tercapai. SWOT adalah
singkatan dari kata-kata Strength (kekuatan perusahaan), Weaknesses (kelemahan
perusahaan), Opportunities (peluang bisnis) dan Threats (hambatan untuk
mencapai tujuan).
23
Menurut Thompson (2008) analisis SWOT adalah simple tetapi
merupakan alat bantu yang sangat kuat untuk memperbesar kapasitas serta
mengetahui ketidak efisienan sumber daya perusahaan, kesempatan dari pasar dan
ancaman eksternal untuk masa depan agar lebih baik lagi. Menurut Jogiyanto
(2005) analisis SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan
kesempatan-kesempatan ekternal dan tantangan-tantangan yang dihadapi.
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategi yang berfungsi untuk
mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman suatu perusahaan.
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnisdan
mengidentifikasi faktor eksternal dan internal yang mendukung dan yang tidak
dalammencapai tujuan tersebut.
B. Penelitian Terdahulu
Hasil studi yang dilakukan oleh Prawiranegara pada tahun 2002 pada
industri pariwisata pesisir pantai Carita dapat membantu masyarakat sekitarnya
dalam menambah pendapatan keluarga dan meningkatkan taraf hidup mereka
yang diperoleh dari aktivitas pariwisata antara lain berupa penyewaan perahu,
penyewaan cottage, restoran jasa pijat, perdagangan. Hasil yang diperoleh dari
usaha sambilan dengan adanya pengembangan pariwisata, memberikan manfaat
yang cukup baik nelayan setempat, di samping memberikan tambahan
penghasilan masyarakat juga meningkatkan pendapat asli daerah. Terdapat
perbedaan tingkat pendapat antara masyarakat yang tidak terlibat dengan yang
24
terlibat usaha pariwisata. Masyarakat yang tidak terlibat pariwisata memiliki
tingkat pendapatan antara Rp. 300.000 sampai dengan Rp. 700.000,-, sedangkan
masyarakat yang terlibat pariwisata memiliki tingkat pendapatana antara
Rp. 550.000, - Rp. 2.000.000,-.
Sedangkan studi yang dilakukan Yamiati pada tahun 1997 di pulau Nusa
Penida Bali, diketahui bahwa sebelum ada pengembangan pariwisata diperoleh
rata-rata pendapatan kelompok petani Rp. 5.260.834,-/tahun dan kelompok
pariwisata Rp. 4.715.000.-/tahun. Sesudah pengembangan pariwisata rata-rata
pendaftaran kelompok petani Rp. 4.179.167,-/tahun dan kelompok pariwisata
Rp. 5.936.666,-/tahun.
C. Kerangka Pikir
Pengembangan kepariwisataan seharusnya dapat memberikan manfaat
dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar dengan memberdayakan masyarakat karena
adanya lapangan kerja dan kesempatan usaha, selain itu berperan secara aktif
dalam pelestarian lingkungan; pertukaran latar belakang budaya yang berbeda.
Selain itu juga, kebijakan pemerintah dalam pengembangan kawasan wisata
diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan sosial ekonomi
masyarakat lokal. Pemerintah dalam hal ini bertanggungjawab untuk melakukan
pemberdayaan terhadap penduduk lokal agar mereka terlibat di dalam kegiatan
pariwisata yang akan memberi perbaikan tingkat kesejahteraan hidup dan
menjunjung tinggi nilai-nilai sosial budaya setempat serta ikut bertanggungjawab
25
melakukan perlindungan dan pemeliharaan kawasan wisata agar
keberlangsungannya bisa terjaga. Keterlibatan penduduk lokal di dalam
pariwisata tidak hanya terbatas pada kesempatan memanfaatkan sumberdaya
wisata yang ada, tetapi juga sebagai pengambil keputusan.
Penelitian ini berfokus pada pengembangan pemberdayaan masyarakat
sekitar kawasan wisata pantai Nambo yang selanjutnya akan mengkaji potensi-
potensi lokal (faktor internal) dalam masyarakat yang dapat dimanfaatkan dalam
kegiatan di kawasan wisata pantai Nambo. Selain itu juga akan dikaji sejauh mana
pemberdayaan masyarakat (faktor eksternal) di kawasan wisata pantai Nambo.
Untuk lebih jelasya dapat dilihat pada kerangka pikir penelitian berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir
Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kawasan
Wisata Pantai Nambo
Kontribusi
Masyarakat untuk
Kebutuhan Wisata
Upaya-upaya pemerintah pada
Pemberdayaan Masyarakat
Wisata Pantai Nambo
Kawasan Wisata Pantai Nambo
Tenaga kerja Terserap pada Wisata
Pantai Nambo
26
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kawasan Wisata Pantai Nambo Kelurahan
Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari pada bulan Mei sampai dengan Juni 2015.
Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan
Kelurahan Nambo sebagai lokasi kajian adalah sebagai berikut:
1. Di Kelurahan Nambo sebagai tempat wisata yang sangat potensial untuk
dikembangkan.
2. Dalam perkembangannya Wisata Pantai Nambo ini menjadi unggulan bagi
Kelurahan Nambo pada khususnya maupun Kabupaten pada umumnya.
3. Keadaan lingkungan Wisata Pantai Nambo saat ini dijadikan sebagai lokasi
wisata pantai dan sebagai sumber pencaharian kehidupan masyarakat setempat
utamanya menengah kebawah, sehingga perlu dikaji untuk dikembangkan.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Nambo
yang melakukan aktifitas ekonomi dan sebagai tenaga kerja terserap pada
kawasan Wisata Pantai Nambo. Jumlah populasi masyarakat yang terserap pada
Kawasan Wisata Pantai Nambo berjumlah 68 orang. Kemudian untuk menetapkan
sampel yang akan diteliti menggunakan teknik sampel acak sederhana (simple
random sampling), penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan
rumus yang dikemukakan oleh Slovin dalam Umar (2003) sebagai berikut:
27
Keterangan:
N = Jumlah populasi
n = Jumlah sampel
e = derajat kesalahan (10%)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel sebanyak 40,47
kemudian dibulatkan menjadi 40, sehingga sampel penelitian sebanyak 40 orang.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data pada penelitian ini adalah menggunakan data primer
dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari lokasi penelitian yang
bertempat di Kawasan Wisata Pantai Nambo. Data diambil menggunakan
metode wawancara berdasarkan panduan pertanyaan dengan menggunakan
kuisioner.
2. Data sekunder adalah data yang di peroleh melalui telaah buku-buku,
literatur-literatur dan bacaan-bacaan yang relevan dengan objek yang diteliti.
Serta melengkapi data melalui instansi-instansi dan rujukan lain yang bersifat
teoritis.
28
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dalam bentuk penelitian lapangan
(field research) yakni mengadakan penelitian langsung dengan tekknik:
1. Teknik wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab
dengan responden.
2. Pengamatan atau observasi untuk mengetahui potensi-potensi lokal
masyarakat dan program pemberdayaan yang dilakukan di lokasi penelitian.
3. Teknik kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang telah
didokumentasikan oleh pemerintah dan intansi yang ada hubungannya
dengan variabel penelitian.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan adalah:
(1) Identitas responden, meliputi: umur, pendidikan formal, jumlah anggota
keluarga dan pengalaman berusaha.
(2) Potensi-potensi lokal kebutuhan wisatawan, terdiri dari:
1. Penjualan hasil bumi
2. Ekonomi Kreatif
3. Seni Budaya
4. Kuliner
(3) Tenaga kerja terserap pada Wisata Pantai Nambo, terdiri dari:
1. Tenaga kerja langsung
2. Tenaga kerja tidak langsung
29
(4) Upaya-upaya pemerintah pada Pemberdayaan Masyarakat Wisata Pantai
Nambo
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa saja yang menjadi
fokus didalam suatu penelitian. Selanjutnya dikatakan bahwa variabel Penelitian
adalah suatu atribut, nilai/ sifat dari objek, individu atau kegiatan yang
mempunyai banyak variasi tertentu antara satu dan lainnya yang telah ditentukan
oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari Informasinya serta ditarik kesimpulannya
(Anonymous, 2013).
E. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah untuk menjawab setiap
permasalahan. Permasalahan dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif kualitatif. Hasil wawancara yang diperoleh, akan dijelaskan
secara deskriptif. Yaitu:
1. Mendeskripsikan Kawasan Wisata Pantai Nambo.
2. Mengidentifikasi potensi-potensi lokal apa saja dalam masyarakat yang
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan di Kawasan Wisata Pantai Nambo.
3. Mengidentifikasi pemberdayaan masyarakat di Kawasan Wisata Pantai
Nambo.
F. Konsep Operasional
Untuk mempermudah variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian,
maka digunakan batasan-batasan sebagai berikut :
30
1. Responden adalah unit atau masyarakat sebagai tenaga kerja terserap yang
berhubungan dengan ruang lingkup kegiatan wisata Pantai Nambo.
2. Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan atau kegiatan
masyarakat disekitar kawasan Wisata Pantai Nambo yang melakukan proses
untuk memperbaiki situasi atau diri sendiri.
3. Wisata Pantai Nambo adalah wisata pantai yang terletak di Kota Kendari.
4. Potensi lokal adalah keterampilan atau pengetahuan yang dimiliki masyarakat
yang dapat bermanfaat dalam pemberdayaan serta kegiatan Wisata Pantai
Nambo.
5. Potensi-potensi lokal kebutuhan wisatawan terdiri dari: Penjualan hasil bumi,
Ekonomi Kreatif, Seni Budaya dan Kuliner
6. Strategi pemberdayaan masyarakat adalah cara-cara yang dilakukan untuk
menyusun kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar Wisata Pantai Nambo.
7. Ekonomi kreatif adalah kreatifitas dengan mengandalkan ide dan keluasan
pengetahuan dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi
utama.
8. Pedagang Keliling adalah orang yang menawarkan kuliner khas Pantai
Nambo.
9. Kuliner adalah hasil olahan yang berupa masakan yang disediakan pada
rumah makan di sekitar kawasan Wisata Pantai Nambo.
10. Sate pokea adalah kuliner makanan olahan khas Nambo.
11. Sinonggi adalah makanan pokok Suku Tolaki yang terbuat dari pati sari sagu
31
12. Seni Budaya adalah sesuatu yang diciptakan manusia secara bersama pada
suatu kelompok yang memiliki unsur keindahan (estetika) secara turun
temurun dari generasi ke generasi.
13. Molulo adalah tarian masyarakat Suku Tolaki yang dilakukan secara masal
dan bisa dilakukan oleh semua kalangan baik pria maupun wanita, tua
maupun muda.
32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah
Gambaran umum wilayah merupakan deskripsi ringkas terkait kondisi
geografis dan demografis wilayah penelitian. Penggambaran ini dibatasi pada
letak dan luas wilayah penelitian, keadaan iklim topografi dan tanah, keadaan
demografis, keadaan sarana dan prasarana serta keadaan pertanian.
1. Letak dan Luas Wilayah
Kelurahan Nambo adalah merupakan salah satu kelurahan yang tata
letaknya sangat strategis karena berada pada jalur poros Kota Kendari. Kelurahan
Nambo Kecamatan Abeli terbentuk dari pemekaran Kecamatan Poasia, dengan
Surat Keputusan Walikota nomor 2 Tahun 2003 yang disahkan pada tanggal 18
Maret 2003 dengan status Kecamatan definitif. Adapun batas-batas Kelurahan
Nambo secara administrasi dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bungkutoko
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo Utara
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Petoaha
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sambuli.
Kelurahan Nambo berjarak kurang lebih 1,5 Km ke ibu kota kecamatan,
jarak ibu kota kabupaten kurang lebih 15 Km dan jarak dari kota provinsi 10 km.
33
2. Keadaan Iklim
Keadaan cuaca/iklim di Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari
hanya dikenal dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan. Keadaan
musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di atas wilayahnya.
Pada bulan April sampai dengan bulan Agustus, angin bertiup banyak
mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah
melalui beberapa lautan. Maka pada bulan-bulan tersebut di wilayah Kecamatan
Abeli dan sekitarnya biasanya terjadi musim hujan. Menurut data yang ada bahwa
di Kecamatan Abeli tahun 2014 terjadi 172 hari hujan (hh) dengan curah hujan
2.263,6 mm dan penyinaran matahari 2.102,6 jam/hari (Kecamatan Abeli Dalam
Angka, 2014).
3. Pembagian Wilayah Desa
Luas wilayah Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari adalah
±848,5 ha/m2. Secara keseluruhan mempunyai luas lahan sebagian besar tanah
perkebunan. Dari luas wilayah dapat dirincikan pemanfaatannya pada Tabel 1.
Tabel 1. Rincian Penggunaan Lahan Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli
Kota Kendari.
No. Lokasi Lahan (Ha)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Perumahan/pemukiman
Pekuburan
Pekarangan
Tanah Perkebunan
Perkantoran
Prasarana Umum
±125 ha/m2
± 0,5 ha/ m2
±150 ha/ m2
540 ha/ m2
+ 5 ha/ m2
± 28 ha/ m2
Sumber : Data Sekunder (Profil Kelurahan Nambo, 2014)
34
Tabel 1 menunjukkan lokasi perumahan/pemukiman warga Kelurahan
Nambo Kota Kendari memiliki luas + 125 ha/ m2, pekuburan seluas + 0,5 ha/ m
2,
pekarangan memiliki luas + 150 ha/ m2, tanah perkebunan seluas + 540 ha/ m
2,
perkantoran seluas + 5 ha/ m2 dan prasarana umum memiliki luas + 28 ha/ m
2
dan didalamnya termasuk kawasan Pantai Nambo seluas ±11,5 ha/ m2.
4. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk diuraikan berdasarkan umur, tingkat pendidikan serta
mata pencaharian.
a. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur
Berdasarkan data penduduk Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli Kota
Kendari tahun 2014 tercatat sebanyak 546 jiwa jumlah penduduk yang berdomisili
di Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari. Untuk melihat jumlah
penduduk Kelurahan Nambo dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 2014
Sumber : Data Sekunder (Profil Kelurahan Nambo, 2014)
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah usia produktif yaitu umur 15 – 54
tahun sebanyak 868 jiwa atau 65,2% yang terdiri dari laki-laki dan perempuan
yang sama jumlahnya, dan usia belum produktif umur 0 – 14 tahun sebanyak 311
Umur
(Tahun)
Jenis Kelamin Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%) Laki-laki Perempuan
0 – 14
15 – 54
< 55
163
434
44
148
434
108
311
868
152
23,4
65,2
11,4
Jumlah 641 690 1.331 100
35
jiwa atau 23,4% yang terdiri dari 163 laki-laki dan 148 perempuan, dan usia tidak
produktif umur di atas 55 tahun sebanyak 152 jiwa atau 11,4 % yang terdiri dari
44 laki-laki dan 108 perempuan.
b. Tingkat Pendidikan
Tinggi rendahnya kualitas pendidikan di suatu daerah dapat dipengaruhi
ketersediaan sarana dan prasarana yang mencukupi. Karena dengan pendidikan
dapat merubah pola pikir dan tindakan seseorang yang mempengaruhi kondisi
sosial ekonomi masyarakat yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan sehari-
hari. Dengan adanya pendidikan, maka seseorang mampu mengetahui dan
memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki, baik sumberdaya manusia maupun
sumberdaya alamnya. Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur formal maupun
non formal.
Sarana pendidikan yang ada di Kelurahan Nambo yaitu Taman Kanak-
Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Adanya sarana pendidikan yang ada, maka akan
mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Nambo. Berdasarkan
data tingkat pendidikan Kelurahan Nambo dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Tingkat Pendidikan Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli Kota
Kendari Tahun 2014
No. Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
Tidak Tamat SD
Tamat SD/sederajat
SLTP/sederajat
SLTA/sederajat
Diploma/Serjana
310
242
499
235
45
23,3
18,1
37,5
17,7
3,4
Jumlah 1.331 100
Sumber : Data Sekunder (Profil Kelurahan Nambo, 2014)
36
Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan
Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari cukup beragam yaitu mulai dari tingkat
SD sampai dengan Perguruan Tinggi (Strata Satu). Kondisi (Tabel 3)
menunjukkan sebesar 37,5% masyarakat Kelurahan Nambo jenjang pendidikan
yang dicapai Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat, disusul tidak tamat
Sekolah Dasar (SD), tamat Sekolah Dasar (SD)/sederajat, Sekolah Lanjutan Atas
(SMA)/sederajat dan Diploma/Serjana. Dengan tingakat pendidikan yang
berbeda-beda akan mempengaruhi pula seseorang dalam berpikir dan bertindak
dalam menjalankan aktifitasnya untuk memperoleh penghasilan.
c. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Adapun mengenai mata pencaharian sebagian besar penduduk Kelurahan
Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari bekerja sebagai petani/pekebun, pengawai
Negeri Sipil, Wiraswasta, Karyawan. Hal ini terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kelurahan Nambo
Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2014.
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Presentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Petani
Buruh Tani
PNS/Polri/Pensiunan
Wiraswasta
Peternak
Nelayan
710
76
105
55
20
70
68,5
7,3
10,1
5,3
1,9
6,8
Jumlah 1036 100
Sumber : Data Sekunder (Profil Kelurahan Nambo, 2014)
37
B. PEMBAHASAN
1. Identitas Responden
Identitas petani responden yang dimaksud adalah latar belakang responden
sebagai tenaga kerja terserap di Kawasan Wisata Pantai Nambo dalam melakukan
akrifitasnya. Untuk menjalankan aktifitas tersebut dipengaruhi oleh umur, tingkat
pendidikan, pengalaman berusaha dan jumlah anggota keluarga.
1.1. Umur
Umur merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam beraktifitas, baik berupa kegiatan fisik maupun non fisik.
Kemampuan kerja seorang tenaga kerja akan bertambah sampai pada tingkat umur
tertentu, kemudian akan menurun. Pekerja yang berumur muda dan sehat pada
umumnya memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingkan pekerja yang
berumur tua. Umur pekerja di Kawasan Wisata Pantai Nambo bervariasi antara
satu dan yang lain. Seseorang yang umurnya masih muda biasanya mempunyai
semangat yang tinggi dalam menjalankan aktifitasnya. Untuk mengetahui umur
responden dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan Umur di Kawasan
Wisata Pantai Nambo Tahun 2016
No Umur ( Tahun ) Jumlah ( Jiwa ) Presentase (%)
1.
2.
15 – 55
> 55
27
13
67,5
32,5
Jumlah 40 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2016
38
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 67,5 % responden kategori
usia produktif. Kategori tersebut menunjukan bahwa responden mampu
melakukan kegiatan utamanya dalam melayani wisatawan. Sedangkan 3
responden dengan persentase 32,5 % responden sudah berumur diatas 55 tahun
dengan kategori sudah tidak produktif lagi dengan kemampuan fisik yang sudah
berkurang. Umumnya tenaga kerja usia produktif mempunyai kemampuan fisik
dalam beraktifitas dibandingkan dengan mereka yang tergolong usia non
produktif.
Pendapat Husimah dalam Kurniansi (2010), jumlah dan komposisi
penduduk dapat digolongkan berdasarkan produktivitas kerja yaitu: (1) Golongan
tidak produktif, meliputi: (a). Usia muda yaitu: 0-14 tahun, (b). Usia tua yaitu: 55
tahun keatas dan (2) Golongan produktif, yaitu usia 15-54 tahun.
1.2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses yang dapat menambah dan
meningkatkan pengatahuan seorang responden serta akan mempengaruhi cara-
cara berfikir seorang. Kemampuan responden dan keputusan yang diambil dalam
suatu pekerjaan sangat tergantung pada tingkat pendidikannya. Pada umumnya
tingkat pendidikan yang rendah bukan saja menyebabkan responden kurang
mengerti informasi yang menyangkut pembaharuan dalam usahanya, tetapi lebih
jauh dari pada itu dapat menyebabkan responden sulit menerima apa yang
dianjurkan. Sebaliknya responden dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki
pengatahuan yang lebih banyak dan cakrawala berfikir yang lebih luas sehingga
lebih cepat menerima teknologi baru yang dianjurkan. Makin tinggi tingkat
39
pendidikan seseorang makin efesian dia bekerja. Untuk lebih jelasnya mengenai
tingkat pendidikan responden di Kawasan Wisata Pantai Nambo dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kawasan
Wisata Pantai Nambo, Tahun 2016.
No Tingkat Pendidikan Jumlah ( Jiwa ) Presentase (%)
1.
2.
3.
SD
SLTP
SLTA
17
19
4
42,5
47,5
10,0
Jumlah 40
100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa responden yang menamatkan
pendidikan SD yaitu 17 orang atau (42,5%) kemudian responden yang
menamatkan SMP yaitu 19 orang atau (47,5%) sedangkan responden yang
menamatkan SMA yaitu 4 orang atau (5%). Dengan melihat jumlah responden
menunjukan bahwa sebagian besar responden telah menempuh pendidikan formal,
sehingga di harapkan dengan semakin banyaknya responden yang berpendidikan
akan memudahkan bagi dirinya dan kelompok masyarakat dalam menerima
informasi/ pengatahuan yang berasal dari berbagai sumber informasi yang dapat
memberikan nilai tambah dalam memandu wisata.
1.3. Pengalaman Berusaha
Pengalaman yang dimaksud adalah lamanya responden sebagai tenaga
kerja dalam Kawasan Wisata Pantai Nambo yang diukur dalam tahun. Dimana
pengalaman ini merupakan salah satu hal penting yang dapat menunjang cepat
lambat dalam menerima input yang baru. Tenaga kerja yang lebih berpengalaman
40
diharapkan akan lebih baik dan terampil dalam melayani wisatawan dan lebih
mampu dibandingkan tenaga kerja yang belum atau kurang berpengalaman.
Dengan kapasitas yang ada dalam diri dan dengan kondisi lingkungan yang
memungkinkan. Menurut Soeharjo dan Patong (1984) bahwa pengalaman
berusaha dikatakan cukup apabila telah menggeluti pekerjaan berusaha selama 5 –
10 tahun, sedangkan 10 tahun ke atas dikategorikan berpengalaman dan kurang
dari 5 tahun dikategorikan kurang berpengalaman. Dari hasil penelitian responden
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Identitas Responden Sebagai Tenaga Kerja di Kawasan Wisata Pantai
Nambo, Tahun 2016.
No Pengalaman berusaha ( tahun ) Jumlah (jiwa) Presentase (%)
1.
2.
3.
< 5
5 – 10
>10
12
23
5
30,0
57,5
12,5
Jumlah
40
100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2016
Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah responden yang kurang
berpengalaman yaitu < 5 tahun sebanyak 12 orang atau 30,0 %. Kemudian
responden yang cukup memiliki pengalaman sebanyak 23 orang atau 57,5 % dan
responden yang berpengalaman sebanyak 5 orang atau 12,5 %. Dengan
pengalaman berusaha yang dimiliki responden akan erat kaitannya dengan cara
menentukan langkah-langkah dalam melakukan tindakan pengelolaan usaha dan
juga akan lebih efisien dalam mengelolah waktu yang disiapkan untuk para
wisatawan.
41
1.4. Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang
yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan
kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran dan adopsi yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah (Soerjono, 2004).
Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan keluarga.
Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan
keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota
keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga.
Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, akan diikuti oleh
banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran anggota
rumahtangga berarti semakin banyak anggota rumahtangga yang pada akhirnya
akan semakin berat beban rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya. Demikian pula jumlah anak yang tertanggung dalam keluarga dan
anggota-anggota keluarga yang cacat maupun lanjut usia akan berdampak pada
besar kecilnya pengeluaran suatu keluarga. Mereka tidak bisa menanggung biaya
hidupnya sendiri sehingga mereka bergantung pada kepala keluarga dan istrinya.
Anak-anak yang belum dewasa perlu di bantu biaya pendidikan, kesehatan, dan
biaya hidup lainnya.
Menurut Mantra (2003) yang termasuk jumlah anggota keluarga adalah
seluruh jumlah anggota keluarga rumahtangga yang tinggal dan makan dari satu
dapur dengan kelompok penduduk yang sudah termasuk dalam kelompok tenaga
42
kerja. Kelompok yang dimaksud makan dari satu dapur adalah bila pengurus
kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama menjadi satu. Jadi, yang termasuk
dalam jumlah anggota keluarga adalah mereka yang belum bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari karena belum bekerja (dalam umur non produktif) sehingga
membutuhkan bantuan orang lain (dalam hal ini orang tua). Dari hasil penelitian
responden dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Responden
di Kawasan Wisata Pantai Nambo, Tahun 2016.
No Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (jiwa) Presentase (%)
1.
2.
1 – 4
>4
27
13
67,5
32,5
Jumlah 40
100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2016
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki anggota
keluarga 1 – 4 yaitu 27 jiwa atau sekitar 67,5 % dari jumlah responden yang
anggota keluarganya > 4 yaitu 13 jiwa atau 32,5%. Hal ini berarti sebagian besar
responden mempunyai jumlah anggota keluarga pada kategori kecil. Konsekuensi
besarnya jumlah anggota keluarga yang demikian tentunya berdampak pada
alokasi pendapatan responden yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan
kelurga baik untuk konsumsi maupun untuk memenuhi kebutuhan atau
kepentingan lain.
2. Gambaran Umum Wisata Pantai Nambo
Strategi pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan pada program
pengembangan destinasi pariwisata, difokuskan pada pengembangan wisata
43
melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Salah satu
konsep pengembangan pariwisata adalah pariwisata berbasis masyarakat atau
community-based tourism (CBT), yang bertujuan untuk meningkatkan
pemberdayaan masyarakat di bidang pariwisata. Harapan pemerintah
kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan melalui pembangunan
kepariwisataan.
Kelurahan Nambo memliki sumberdaya alam berupa lokasi wisata pantai
yang dikenal dengan nama Pantai Nambo. Pantai Nambo adalah sebuah pantai
indah yang jaraknya ± 12 km dari Kota Kendari atau sekitar 15 menit kearah
selatan Kota Kendari dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat
dan dapat pula menggunakan perahu tradisional ketinting (kole-kole) sekitar 15
menit dari pelabuhan Kota Kendari menyusuri teluk Kendari.
Pantai ini diminati banyak pengunjung karena letaknya yang relatif dekat.
Pantai Nambo memiliki pasir putih yang landai suasana yang tenang, udara yang
sejuk dan panorama yang menakjubkan sehingga tempat ini selalu merupakan
pilihan masyarakat Kota Kendari untuk melepas kejenuhan dan rutinitas sehari-
hari pada akhir pekan, ditempat ini telah disediakan tempat parkir, gazebo, tempat
bilas mandi dan pedagang tradisional yang menawarkan berbagai jenis
dagangannya.
Berikut disajikan beberapa jenis kontribusi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan wisata.
44
Tabel 9. Kontribusi Masyarakat untuk Wisatawan
No. Jenis Kontribusi Jumlah (jiwa) Presentase (%)
1.
2.
3.
4.
Rumah Makan/Kuliner
Penjual Kelapa Muda
Penjual Makanan Khas
Jasa Sewa Ban
7
32
15
14
10,3
47,0
22,1
20,6
Jumlah 68 100
Sumber : Data Primer (Hasil Wawancara, 2016)
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa kontribusi masyarakat Kelurahan
Nambo di sekitar Kawasan Wisata Pantai Nambo antara lain: tersedianya rumah
makan/kuliner, penjual kelapa muda, penjual makanan khas keliling dan jasa sewa
ban.
1. Kontribusi Masyarakat Tani untuk Kebutuhan Wisatawan
Pantai Nambo merupakan sebuah kawasan wisata yang memiliki keunikan
dan karakteristik khusus untuk menjadi kawasan wisata, antara lain: lingkungan
bernuansa alami, tradisi dan budaya masih dipegang masyarakat, makanan khas,
sistem pertanian dan sistem kekerabatan. Pantai Nambo sebagai daerah tujuan
wisata tentu perlu ditunjang dengan fasilitas yang memadai bagi para wisatawan.
Fasilitas tersebut antara lain : tempat parkir, Gazebo, koridor, MCK dan air tawar
sehingga wisatawan benar-benar merasakan suasana keseharian dengan apa
adanya, serta berbagai kemudahan bagi wisatawan.
Maanfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan kawasan Wisata Pantai
Nambo yang dimiliki Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari dapat
45
mencakup bebera aspek antara lain: penjualan hasil bumi, ekonomi kreatif, kuliner
dan seni budaya.
1. Penjualan Hasil Bumi
Dari segi aspek ekonomi, pengelolaan kawasan Wisata Pantai Nambo di
Kecamatan Abeli sudah dapat terlihat gambarannya. Apabila Pantai Nambo dan
pantai di sekitarnya dikelola secara menarik maka akan mendatangkan
keuntungan ekonomi yang sangat besar. Kawasan objek wisata akan menambah
pendapatan daerah, masyarakat sekitar (masyarakat Nambo) akan mendapat
lapangan pekerjaan dan meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.
Semakin banyak jumlah orang yang berkunjung ke Pantai Nambo maka
akan semkin banyak pula Rupiah yang dibelanjakan. Sehingga arus perekonomian
akan lancar dan tingkat perekonomian masyarakatnya akan meningkat pula.
Sehingga tingkat kemiskinan berkurang karena tingkat pendapatan
masyarakatnya meningkat pula. Kegiatan usaha masyarakat akan cepat
berkembang dengan semakin baiknya tingkat pendapatan dan arus perputaran
uang di kawasan Pantai Nambo.
Berdasarkan Tabel 9 dapat memberikan gambaran bahwa rumah
makan/kuliner yang terdapat di kawasan Wisata Pantai Nambo menyediakan
makanan olahan. Bahan makanan olahan bersumber dari hasil pertanian berupa
sayur-sayuran dan hasil laut. Ketersediaan hasil pertanian dan laut sebagai bahan
dasar makanan olahan yang diperoleh dari masyarakat sekitar akan menciptakan
arus perekonomian bagi masyarakat sebagai penjualan hasil bumi bagi masyarakat
Kelurahan Nambo. Makanan olahan yang disajikan pada rumah makan di
46
kawasan wisata ini antara lain: songgi, nasi bambu, sayuran, ikan bakar dan
pokea.
2. Ekonomi Kreatif
Potensi kawasan objek Wisata Pantai Nambo dan sekitarnya apabila
dikembangkan dan dikelola tentunya akan memberikan keunikan tersendiri
daripada kawasan lainnya. Hal tersebut akan menjadi menarik dengan adanya
keberadaan masyarakat terkait ketersediaan sumberdaya.
Kunjungan wisatawan pada objek Wisata Pantai Nambo bagi masyarakat
Kelurahan Nambo dapat menciptakan ekonomi kreatif. Wisatawan yang
berkunjung pada objek Wisata Nambo akan berburu barang khas Nambo yang
dijadikan oleh-oleh untuk dibawah pulang sebagai kenang-kenangan. Barang
khas Nambo yang dapat disediakan oleh masyarakat sekitar akan diproduksi
sesuai faktor produksi yang dimiliki, kemudian dipadukan dengan kreatifitas yang
dimiliki oleh masyarakat setempat.
Sumber daya ekonomi kreatif di kawasan ini belum optimal, hal ini
disebabkan antara lain masyarakat sekitar belum memiliki keterampilan khusus
hanya sebatas menyalurkan hobby dan tidak berorientasi pada usaha komersial.
Ekonomi kreatif yang dihasilkan antara lain: barang kerajinan yang terbuat dari
batu (batu alam dan akik nambo) dan anyaman bambu yang dibuat sebagai alat
tangkap ikan (bubu). Produk kerajinan ini pada umumnya hanya diproduksi dalam
jumlah yang relatif kecil dan sesuai kebutuhan.
47
3. Seni Budaya
Seni budaya adalah hal menarik jika disandingkan dengan keberadaan
masyarakat asli setempat sebagai icon pengembangnya. Masyarakat sekitar
kawasan Wisata pantai Nambo adalah masyarakat yang berbudaya, mereka
memiliki ciri khas sendiri. Dengan keberadaan kawasan wisata, maka kebudayaan
mereka akan menjadi terangkat dan semakin berkembang jika dipadukan dengan
kawasan wisata.
Adanya tuntutan menarik perhatian akan menjadi cambuk atau semangat
tersendiri bagi masyarakat untuk lebih kreatif sehingga minat pengunjung semakin
banyak. Masyarakat akan lebih berfikiran terbuka dan tidak segan untuk
melakukan perubahan demi melakukan pengembangan ke arah yang lebih baik.
Seni budaya yang melekat atau menjadi ciri khas kawasan Wisata pantai
Nambo adalah Seni Tari Molulu. Hal ini ditandai dengan diadakannya Festival
Pantai Nambo yang diadakan setiap tahun. Salah satu seni budaya yang diadakan
yaitu Molulu.
Molulo adalah tarian pergaulan Suku Tolaki yang dibawakan secara
massal sambil bergandengan tangan membentuk lingkaran besar. Filosofi tarian
ini adalah ungkapan rasa syukur dari masyarakat atas sesuatu keberhasilan yang
dicapai yang sekaligus merupakan ajang pertemuan muda mudi untuk saling
menjejaki perasaan adanya benih-benih cinta diantara mereka. Perserta tarian
tidak mengenal tingkat dan golongan dalam masyarakat, sehingga tarian ini pula
disebut tarian rakyat.
48
Tarian Molulo dalam perkembangannya hingga sekarang telah menjadi
tarian daerah Sulawesi Tenggara yang sangat digandrungi bukan saja oleh
masyarakat Tolaki, akan tetapi juga oleh suku-suku lain yang ada di Sulawesi
Tenggara. Karena sebagai tarian pergaulan, siapa saja boleh ikut dalam tarian ini.
4. Kuliner
Kehadiran rumah makan dalam kawasan Wisata Pantai Nambo secara
langsung ikut menyajikan makan khas Nambo sebagai kuliner. Berdasarkan Tabel
5 memberikan gambaran bahwa yang mengusahakan rumah makan di kawasan
Wisata Pantai Nambo berjumlah 7 jiwa atau sebesar 10,3%, jumlah ini sangat
sedikit dibanding jenis kontribusi yang lain, hal ini disebabkan urusan perizinan
untuk mendirikan rumah makan dalam kawasan Wisata Pantai Nambo. Rumah
makan/kuliner disamping menyediakan menu nasi+ikan, juga menyediakan
makanan khas Suku Tolaki (Songgi), nasi bambu dan ikan bakar khas Nambo.
Selain rumah makan yang menyajikan kuliner khas Nambo juga terdapat
penjual makanan khas keliling yaitu sebesar lima belas jiwa atau sebesar 22,1%
dari jumlah keseluruhan masyarakat yang berkontribusi untuk wisatawan. Penjual
makanan khas keliling menjajakan makanan olahan hasil laut (pokea) yang
menawarkan rasa pedas dan original. Makanan olahan (pokea) biasanya cocok
dikonsumsi bersama gogos (olahan beras ketan dengan cara dibakar).
2. Tenaga Kerja Terserap pada Wisata Pantai Nambo
Pengelolaan Wisata Pantai Nambo memberikan dampak positif bagi
masyarakat sekitar kawasan. Dampak positif yang ditimbulkan adalah
49
memberikan lapangan kerja bagi masyarakat khususnya masyarakat Kelurahan
Nambo. Serapan tenaga kerja bagi masyarakat Kelurahan Nambo dapat dilihat
pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Serapan Tenaga Kerja di Daerah Wisata Pantai Nambo, Tahun 2016
No. Serapan Tenaga Kerja Jumlah (jiwa) Presentase (%)
1.
2.
Tenaga Kerja Langsung:
3. PNS Tetap
4. PNS Harian
5. Satpam
Tenaga Kerja Tidak Langsung:
6. Penjual Kelapa Muda
7. Pemilik Rumah Makan
8. Penjual Keliling
9. Juru Parkir
10. Jasa Sewa Ban
9
8
-
32
7
15
-
14
10,7
9,4
37,6
8,2
17,6
-
16,5
Jumlah 85 100
Sumber : Data Primer (Hasil Wawancara, 2016)
Berdasarkan Tabel 10 memberikan gambaran bahwa pada kawasan Wisata
Pantai Nambo memberikan lapangan pada tenaga kerja langsung, sebagai PNS
tetap sebanyak 9 jiwa atau sebesar 10,7% dari jumlah keseluruhan dan PNS harian
sebanyak 8 jiwa atau sebesar 9,4% dari jumlah keseluruhan Sedangan pada tenaga
kerja tidak langsung yaitu penjual kelapa muda sebanyak tiga puluh dua jiwa atau
sebesar 37,6% dari jumlah keseluruhan, pemilik rumah makan sebanyak 7 jiwa
atau sebesar 8,2% dari jumlah keseluruhan, penjual keliling sebanyak lima belas
jiwa atau sebesar 17,6% dari jumlah keseluruhan dan jasa sewa ban sebanyak
empat belas jiwa jiwa atau sebesar 16,5% dari jumlah keseluruhan.
Adanya pengembangan dan pengelolaan potensi wisata yang dilakukan,
maka akan membawa dampak yang lebih kompleks. Kehidupan masyarakat
sekitar kawasan wisata yang awalnya cenderung tertinggal seiring dengan
50
semakin ramainya pengunjung kawasan objek wisata maka keberadaan
masyarakat akan menjadi terangkat.
3. Upaya-upaya Pemerintah pada Pemberdayaan Masyarakat
Wisata Pantai Nambo
Fungsi pemerintah dalam kaitannya dengan pemberdayaan yakni mengarahkan
masyarakatnya pada kemandirian dan pembangunan demi terciptanya kemakmuran
didalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini pemberdayaan masyarakat berarti tidak
bisa dilepaskan dan diserahkan begitu saja kepada masyarakat yang bersangkutan.
Pemberdayaan masyarakat yang optimal agar mampu memberdayakan diri menjadi lebih
baik harus dengan terlibatnya pemerintah secara optimal dan mendalam. Berbagai model
pemberdayaan masyarakat dalam dinamika pengembangannya, tidak luput dari peran
pemerintah dalam memberdayakan masyarakat.
Peran Pemerintah sebagai camat adalah menyiapkan arah untuk
menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan (menerbitkan peraturan-
peraturan dalam rangka efektifitas dan tertib administrasi pembangunan). Sebagai
regulator, pemerintah memberikan acuan dasar yang selanjutnya diterjemahkan
oleh masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur setiap kegiatan pelaksanaan
pemberdayaan di masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dari segi ekonomi akan
dikaitkan dengan kebijakan yang mendukung dalam pengembangan usahanya.
Pemerintah sebagai Kepala Kelurahan adalah menggerakan partisipasi
multi pihak tatkala stagnasi terjadi dalam proses pembangunan. Sebagai
dinamisator, pemerintah berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan
yang intensif dan efektif kepada masyarakat. Bimbingan dan pengarahan sangat
diperlukan dalam memelihara dinamika. Pemerintah melalui tim penyuluh
51
maupun badan tertentu memberikan bimbingan maupun pelatihan kepada
masyarakat.
Pemerintah secara bersama-sama sebagai adalah menciptakan kondisi yang
kondusif bagi pelaksanaan pembangunan (menjembatani kepentingan berbagai pihak
dalam mengoptimalkan pembangunan daerah). Sebagai fasilitator, pemerintah berusaha
menciptakan atau menfasilitasi suasana yang tertib, nyaman dan aman, termasuk
menfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana pembangunan.
52
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Pantai Nambo diminati banyak pengunjung karena letaknya yang relatif
dekat. Pantai Nambo memiliki pasir putih yang landai suasana yang tenang,
udara yang sejuk dan panorama yang indah.
2. Potensi-potensi lokal dalam masyarakat yang dapat dimanfaatkan dalam
kegiatan di kawasan wisata pantai Nambo yang dimiliki Kelurahan Nambo
Kecamatan Abeli Kota Kendari dapat mencakup beberapa aspek antara lain:
penjualan hasil bumi, ekonomi kreatif, kuliner dan seni budaya.
3. Pengelolaan kawasan Wisata Pantai Nambo dapat memberikan lapangan
kerja bagi masyarakat sekitarnya, yaitu Tenaga Kerja Langsung (PNS tetap
dan PNS Harian) dan Tenaga Kerja Tidak Langsung (Penjual Kelapa Muda,
Rumah Makan, Penjual Keliling dan Jasa Sewa Ban).
B. Saran
1. Bagi pemerintah daerah selaku pembuat kebijakan untuk lebih
memperhatikan masyarakat untuk memanfaatkan kawasan Wisata Pantai
Nambo.
2. Bagi masyarakat kawasan Pantai Nambo untuk mengembangkan potensi yang
ada di wilayah mereka.
53
DAFTAR PUSTAKA
Abbas. R, 2002. Prospek Penerapan Ekoturisme Pada Taman Nasional Gunung
Rinjani Nusa Tenggara Barat. Pascasarjana IPB, Bogor.
Anili. A, 2014. Analisis Strategi Pemasaran Pupuk Pada CV. Saprotan Utama
Kota Kendari. Skripsi Fakultas Pertanian UHO. Tidak di Publikasikan.
Anonymous. 2013. Pengertian Variabel Penelitian. http://temukanpengertian.
blogspot.com/2013/06/pengertian-variabel-penelitian.html. di akses 10
November 2013.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Abeli Dalam Angka. BPS. Kendari.
Dahuri. R, Jacub. R, Ginting. S.P dan Sitepu, M.J, 1996. Pengelolaan Sumber
daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Penerbit PT. Pradnya
Paramita. Jakarta.
Departemen P&K Yogyakarta. 1999. Peranan Kebudayaan Daerah Dalam
Perwujudan Masyarakat Industri Pariwisata Di Daerah Istimewa
Yogyakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Fandeli dan Suyanto, 1999. Kajian Daya Dukung Lingkungan Objek dan Daya
Tarik Wisata Taman Wisata Grojogan Sewu, Tawangmangu. Pusat
Penelitian Lingkungan Hiduup Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Gunardi, dkk. 2004. Pengantar Pengembangan Masyarakat. Program Pascasarjana
IPB. Bogor.
Hartanto, 2001. Menjelang Pembangunan Pariwisata Yang Berkelanjutan :
Prespektif Perencanaan Kebijaksanaan. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Hidayati, dkk. 2003. Ekowisata: Pembelajaran dari Kalimantan Timur. Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta.
Hikmat, H. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora Utama Press.
Bandung.
Linberg dan Hawkins. 1995. Ekoturisme: Petunjuk untuk Perencana dan
Pengelola. Private Agencies Collaborating Together (PACT) dan Yayasan
Alam Mitra Indonesia (ALAMI). Jakarta.
54
Masyhuri dan Ansawi. 2011. Metodologi Riset Manajemen Pemasaran. UIN-
MALIKI PRESS. Malang.
Muntasib, dkk, 2000. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan dan Pendidikan Ekowisata
di Indonesia. Ditjen Perlindungan dan Konservasi Alam Departemen
Kehutanan dan Perkebunan RI. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum . Jakarta : Pustaka Raja.
Patria, A.D. 1999. Analisis Kebijakan Pengembangan Pariwisata Pesisir dengan
Pendekatan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir yang Berkelanjutan (Studi
Kasus di Pesisir Utara Pulau Bintan Kepulauan Riau). Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan-Program Pascasarjana IPB.
Bogor.
Rahman, 2006. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT. Pradnya
Paramita. Jakarta.
Rangkuti. F, 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Saparjadi, 1999. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam yang Berasas
Kerakyatan Dalam Menggerakan Potensi Kepariwisataan. Makalah Seminar
“Prospek dan manajemen Ekoturisme Memasuki Milenium Ketiga. Bogor.
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. PT Refika Aditama. Bandung.
Syoim dan Fadli, 2004. Pembangunan Ekowisata di Kalimantan Timur
http://www.goecities.com/bumi 1 id/r-02.htm.
Wall. G, 1995. Pengantar Ekowisata. Proyek Pengembangan Pusat Studi
Lingkungan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
dan kebudayaan. Jakarta.
Wibowo. S, 2002. Persepsi Pengunjung Tentang Lingkungan Rekreasi dan
beberapa Faktor yang Mempengaruhinya. Studi di Taman Mini Indonesia
Indah dan Kebun Raya Cibodas. Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Wikipedia Ensiklopedia Bebas. 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Variabel. di
akses 10 November 2013.
Yamiati. N, 1997. Dampak Pengembangan Pariwisata Pesisir dan Lautan terhadap
Perekonomian Wilayah, Kesejahteraan dan Kelembagaan Masyarakat
sekitarnya di Pulau Nusa Penida Bali. Pascasarjana IPB. Bogor.
55
Yuanke, 2003. Kajian Pengembangan ekowisata mangrove dan partisipasi
masyarakat di Kawasan Lembonga, Bali. Pascasarjana IPB. Bogor.
56
57
Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis
RIWAYAT HIDUP
Hamsiwar atau yang biasa disapa Iwar dilahirkan pada tanggal
10 November 1989 di Desa Lengora Kecamatan Kabaena
Tengah Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penulis adalah anak terakhir dari tujuh bersaudara, putri Bungsu
dari pasangan Bapak Masuddin Habab (Almarhum) dan Ibu Hamsina Maudu.
Pendidikan SD penulis ditamatkan pada SDN 1 Kabaena Lengora dan tamat
tahun 2001. Pada Tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada SMPN
3 Kabaena Timur dan tamat tahun 2004. Kemudian pada tahun yang sama pula
penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Kabaena dan tamat pada tahun 2007.
Tahun 2007 penulis mengikuti seleksi ujian tes ke Universitas Halu Oleo (UHO)
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri akan tetapi penulis
belum lolos seleksi. Berikutnya, pada tahun 2008 penulis mengikuti kembali
seleksi ujian tes ke Universitas Halu Oleo dan akhirnya bisa lolos seleksi dan
melanjutkan pendidikan di Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis minat
Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Pada tahun 2011 penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi (KKP), dan setelah
mengikuti Kuliah Kerja Profesi (KKP) penulis bekerja sebagai staff di salah satu
perusahaan di Kota Kendari yang bernama PT. PRUDENTIAL LIFE
ASSURANCE.
58
Lampiran 2: kuisioner penelitian
KOESIONER
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN WISATA
PANTAI NAMBO KELURAHAN NAMBO KECAMATAN ABELI
KOTA KENDARI
PERHATIAN
Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini sifatnya tertutup, tidak ada yang benar
ataupun salah. Oleh karena itu diharapkan menjawab dengan sungguh-sungguh
berdasarkan keadaan diri anda sendiri.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : _____________________________
Jenis Kelamin : _____________________________
Umur : _____________________________
Pend. Terakhir : _____________________________
Jumlah Anggota Keluarga : _____________________________
PERTANYAAN
1. Apakah bekerja pada kawasan Wisata Pantai Nambo adalah pekerjaan utama ?
a. Iya b. Tidak c. Sampingan
Bagi yang menjawab ya, apa pekerjaan sampingannya (kalau ada) ................
Bagi yang menjawab tidak, apa pekerjaan utamanya? ...................
2. Sudah berapa tahun anda bekerja pada kawasan Wisata Pantai Nambo?
___________________ Tahun.
3. Berapa jam dalam sehari waktu yang anda gunakan bekerja di Kawasan Pantai
Nambo?
___________________ Jam
4. Apa program pemberdayaan masyarakat yang pernah anda ikuti...................
5. Menurut anda bagaimana sosialisasi program pemberdayaan masyarakat yang
pernah anda ikuti?....................................................................
59
6. Apakah ada fasilitas yang diberikan oleh pemerintah untuk menunjang
pemberdayaan masyarakat?..............................................................................
7. Apakah anda dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengenai program
pemberdayaan masyarakat tersebut?
8. Apa peran anda dalam pelaksanaan program pemberdayaan tersebut?
9. Dalam evaluasi program pemberdayaan tersebut, apakah anda turut dilibatkan?
10. Bagaimana tanggapan anda terhadap manfaat program pemberdayaan
tersebut?
11. Apakah program pemberdayaan tersebut memberikan manfaat terhadap
peningkatan ekonomi anda?
60
Lampiran 3. Data hasil penelitian setelah data ditabulasi, 2016
No
Responden
Umur
(tahun )
Tingkat
Pendidikan
Lama Usaha
(tahun)
Jumlah Anggota
Keluarga (jiwa)
1 58 SD 10 6
2 48 SLTP 6 2
3 42 SLTP 2 2
4 41 SLTP 4 4
5 43 SLTP 6 5
6 47 SLTP 10 5
7 57 SD 15 6
8 59 SD 8 5
9 57 SD 6 3
10 40 SLTP 1 2
11 56 SD 4 2
12 60 SD 12 3
13 30 SLTP 4 4
14 56 SD 10 4
15 58 SD 6 8
16 56 SD 9 5
17 61 SD 14 5
18 60 SD 8 2
19 58 SD 8 4
20 28 SLTP 1 4
21 30 SLTP 4 4
22 42 SLTP 8 2
23 58 SD 6 5
24 47 SD 8 5
25 45 SLTP 8 4
26 46 SD 6 5
27 45 SLTA 6 4
28 38 SLTP 4 2
29 40 SLTP 6 2
30 38 SLTA 6 3
31 40 SLTP 7 4
32 29 SLTP 9 4
33 59 SD 15 8
34 32 SLTP 10 3
35 18 SLTP 2 1
36 27 SLTP 2 1
37 20 SLTA 2 1
61
38 28 SLTA 2 1
39 45 SD 12 6
40 39 SLTP 8 4
JUMLAH 1781 275 150
RATA2 44,525 6,875 3,75
62
Lampiran 4 .
DOKUMENTSI PENELITIAN
Kantor Lurah Nambo
Foto setelah wawancara bersama aparat pemerintah Kelurahan Nambo
63
Lokasi Wisata Pantai Nambo
Keindahan Wisata Pantai Nambo
64
Hamparan Laut Pantai Nambo
Keindahan Pantai Nambo