Top Banner
MAKALAH PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA Disusun Oleh Dita Aditya Sukarno 702012062
15

PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA

Dec 27, 2015

Download

Documents

DitaAditya

PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA menggunakan media sosial google+
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA

MAKALAH

PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA

Disusun Oleh

Dita Aditya Sukarno 702012062

Page 2: PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA

1. Pendahuluan

Salah satu yang menjadi komponen penting dalam proses pembelajaran adalah media pembelajaran. Media Pembelajaran berperan penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang menarik akan merangsang minat belajar siswa meningkat sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.

Guru dituntut untuk membuat media pembelajaran yang menarik. Salah satu media pembelajaran yang kian populer adalah internet. Pembelajaran dengan media internet dikategorikan sebagai pembelajaran elektronik atau akrab dengan sebutan e-learning. Adanya internet membuat semua hal menjadi praktis dan mudah. Dimanapun dan kapanpun semua hal dapat dilakukan karena internet terhubung ke seluruh dunia. E-learning biasanya dibuat oleh suatu lembaga pendidikan guna menunjang pembelajaran. Untuk membuat dan mengembangkan perangkat atau software tentunya membutuhkan biaya yang tak sedikit. Hal ini merupakan hambatan dibalik mudahnya penggunaan e-learning.

Tak perlu bingung menghadapi hal tersebut. Menjamurnya jejaring sosial yang semakin digandrungi semua kalangan merupakan modal untuk media e-learning gratis. Kehadirannya telah menjadi tren di semua kalangan. Kepopuleran jejaring sosial membuat seseorang rela duduk berjam-jam hanya untuk online. Bermodal PC, laptop, atupun smartphone dan koneksi internet kita akan lebih up to date terhadap informasi yang beredar.

Tren yang sedemikian rupa merupakan modal untuk memasukkan unsur pendidikan pada jejaring sosial. Guru dapat memanfaatkan jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Path, dan sebagainya sebagai media pembelajaran e-learning. Misalnya seorang guru dapat memanfaatkan Facebook sebagai media pembelajaran e-learning. Guru bisa membuat grup, dalam grup tersebut beranggotakan siswa yang diampu. Guru bisa memanfaatkan fasilitas Facebook untuk memberikan bahan ajar dengan cara mengunggah atau meng-upload file bahan ajar seperti .pdf, word, powerpoint atau file lainnya. Dengan demikian siswa bisa mengunduh atau men-download dimanapun dan kapanpun saat dibutuhkan. Siswa juga bisa bertanya dengan gurunya tentang materi yang belum dimengerti. Fitur Facebook yang kaya memungkinkan guru untuk melakukan diskusi interaktif dengan seluruh siswanya dalam waktu yang sama ditempat yang berbeda. Pemanfaatan jejaring sosial sebagai media e-learning memang mudah tetapi guru juga dituntut untuk terus berinovasi dan memberikan variasi demi tercapainya pembelajaran yang menarik, efektif, dan efisien.

E-learning dapat dengan cepat diadopsi dikarenakan keunggulan yang dimilikinya. Keunggulan tersebut antara lain,

1. E-learning lebih hemat biaya.2. Fleksibilitas, artinya dapat digunakan kapan dan dimana saja asalkan terkoneksi dengan

internet.3. Efektif dan efisien, materi pembelajaran lebih cepat disampaikan melalui internet.

Page 3: PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA

4. Lebih ramah lingkungan, dengan adanya e-learning dapat mengurangi dampak global warming. Hal ini dikarenakan e-learning dapat meminimalisasi penggunaan kertas (paperless).

E-learning merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan di tengah arus globalisasi. Guru dan siswa harus bijak dan cerdas dalam memanfaatkan e-learning. Dan tercapailah suatu pembelajaran yang baiik, efektif, efisien, dan modern.

2. Teori-Teori Pendukung

Menerapkan pembelajaran E-Learning dapat dilihat sebagai proses yang kompleks yang tidak hanya sekedar menjalankan langkah-langkah dalam model desain interuksional. Ada tiga teori belajar utama yang digunakan sebagai dasar E-Learning yaitu behaviorisme, kognitivisme dan konstrukstivisme.

1. BehaviorismePenganut aliran behaviorisme menganggap bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati yang disebabkan oleh stimulus eksternal. Mereka melihat pikiran sebagai ”kotak hitam”, respons terhadap suatu stimulus dapat diamati secara kuantitatif, dengan mengabaikan pengaruh proses berfikir yang terjadi di pikiran. Atkins (1993) menyoroti empat aspek yang relevan untuk merealisasikan materi E-Learning berkaitan dengan pemikiran behaviorisme:

Bahan ajar sebaiknya dipecah menjadi langkah-langkah instruksional yang dihadirkan secara deduktif, yaitu dimulai dengan rumus, hukum, kategori, prinsip, definisi, dengan memberikan contoh-contoh untuk meningkatkan pemahaman.

Perancang harus menetapkan urutan pengajaran dengan menggunakan percabangan bersyarat ke unit instruksional lain. Umumnya, kegiatan diurutkan dari mudah ke sukar atau kompleks.

Untuk meningkatkan efisiensi belajar, siswa diminta mengulangi bagian tertentu maupun mengerjakan tes diagnostik. Meskipun demikian, perancang dapat juga mengijinkan siswa memilih pelajaran berikutnya, yang memungkinkan siswa mengontrol proses belajarnya sendiri.

Pendekatan behaviorisme menyarankan untuk mendemonstrasikan ketrampilan dan prosedur yang dipelajari. Siswa diharapkan meningkatkan kemahirannya melalui latihan berulang-ulang dengan umpanbalik yang tepat. Pesan-pesan pemberi semangat digunakan untuk meningkatkan motivasi.

Secara keseluruhan, behaviorisme merekomendasi pendekatan terstruktur dan deduktif untuk mendesain bahan ajar, sehingga konsep dasar, ketrampilan, dan informasi faktual dapat cepat diperoleh siswa. Implikasi lebih jauh terhadap E-Learning adalah belajar secara drill, memilah-milah bahan ajar, mengases tingkat prestasi, dan memberikan

Page 4: PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA

umpanbalik. Tetapi, efektivitas pendekatan desain behaviorisme untuk tugas-tugas berfikir tingkat tinggi masih belum terbukti.

2. KognitivismePenganut aliran kognitivisme menganggap bahwa belajar merupakan proses internal yang melibatkan memori, motivasi, refleksi, berfikir, dan meta kognisi. Dalam pandangan aliran tersebut, pikiran manusia memanipulasi simbol-simbol seperti komputer memanipulasi data. Karena itu, pembelajar dianggap sebagai prosesor informasi. Psikologi kognitif meliputi proses belajar dari pemrosesan informasi, dimana informasi diterima di bermacam-macam indera, ditransfer ke memori jangka pendek dan jangka panjang. Informasi menjalani aliran transformasi dalam pikiran manusia sampai informasi tersebut tersimpan secara permanen di memori jangka panjang dalam bentuk paket-paket pengetahuan. Aliran kognitivisme mengakui pentingnya perbedaan individu dan bermacam-macam strategi belajar untuk mengakomodasi perpedaan tersebut. Gaya belajar yang berbeda-beda (Gardner, 1983; Kolb, 1984) mengacu ke bagaimana siswa menerima. berinteraksi, dan merespons bahan ajar.Perancang instruksional harus memikirkan aspek-aspek berikut untuk merealisasi materi E-Learning.

Strategi pengajaran sebaiknya meningkatkan proses belajar dengan mendayagunakan semua indera, memfokuskan perhatian siswa melalui penekanan pada informasi penting, dan menyesuaian dengan level kognitif siswa.

Perancang instruksional sebaiknya mengaitkan informasi baru dengan informasi lama yang telah ada di memori jangka panjang. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan awal untuk mengaktifkan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk materi ajar baru.

Strategi menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi sebaiknya digunakan untuk menstimulasi belajar level tinggi.

Bahan ajar sebaiknya memasukkan aktivitas untuk gaya belajar yang berbeda-beda.

Siswa perlu dimotivasi untuk belajar melalui strategi belajar yang menstimulasi motivasi intrinsik (berasal dari diri siswa) dan motivasi ekstrinsik (berasal dari guru).

Strategi pengajaran sebaiknya mendorong siswa menggunakan ketrampilan meta kognitifnya dengan cara merefleksi apa yang mereka pelajari, berkolaborasi dengan siswa lain maupun memeriksa kemajuan belajar mereka sendiri.

Akhirnya, strategi pengajaran sebaiknya menghubungkan materi ajar dengan situasi riil di kehidupan mereka, sehingga siswa dapat mengaitkan pengalaman mereka sendiri.

Secara keseluruhan, perancang instruksional harus memikirkan mulai dari perbedaan aspek-aspek gaya belajar sampai motivasi, kolaborasi maupun meta kognitif.

Page 5: PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA

Pendekatan berfokus pada kognitif sesuai untuk mencapai tujuan belajar tingkat tinggi. Kelemahannya adalah jika siswa tidak mempunyai pengetahuan prasyarat.

3. KonstruktivismePenganut aliran konstruktivisme menganggap bahwa siswa membangun pengetahuannya dari pengalaman belajarnya sendiri. Belajar dapat dilihat sebagai suatu proses yang aktif, dan pengetahuan tidak dapat diterima dari luar mapun dari orang lain. Siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan bukan diberi pengetahuan melalui pengajaran. Perancang instruksional harus memikirkan aspek-aspek berikut untuk merealisasi materi E-Learning.

Belajar sebaiknya merupakan proses yang aktif. Siswa diberi kesempatan melakukan aktivitas seperti meminta siswa menerapkan informasi pada situati riil, memfasilitasi penafsiran personal terhadap materi ajar, mendiskusikan topik-topik dalam kelompok.

Untuk mendorong siswa membangun pengetahuan mereka sendiri, guru harus memberikan pengajaran online yang interaktif. Siswa harus mempunyai inisiatif untuk belajar dan berinteraksi dengan siswa lain.

Sebaiknya digunakan strategi pembelajaran kolaboratif. Bekerja dengan siswa lain memberikan siswa pengalaman riil dan memperbaiki ketrampilan meta kognitif mereka. Ketika menetapkan siswa-siswa dalam suatu kelompok kerja, keanggotaan sebaiknya didasarkan pada level kemampuan, sehingga setiap anggota dapat mengambil manfaat dari anggota lain.

Siswa sebaiknya diberi waktu untuk merefleksikan materi ajar. Pertanyaan pada materi ajar dapat digunakan untuk meningkatkan refleksi.

Belajar sebaiknya dibuat bermakna dan ilustratif dengan cara memberikan contoh-contoh dan studi kasus. Disamping itu, aktivitas sebaiknya mendorong siswa menerapkan materi ajar.

Ketika belajar memfokuskan pada pengembangan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang baru, E-Learning menghadapi masalah yaitu tujuan belajar psikomotorik, afektif, dan berfikir tingkat tinggi sulit dicapai dalam fase belajar virtual. Maka disarakan memberikan cara lain seperti aktivitas sosial maupun interaksi dengan siswa lain, belajar berbasis konteks, penilain kinerja untuk mengatasi masalah tersebut.

3. Rancangan Pembelajaran Berbasis Media Sosial

Banyak media sosial yang dapat kita pergunakan dalam membuat pembelajaran yang berbasis media sosial dari yang berbayar hingga gratis, kali ini saya akan menggunakan google+ adalah suatu media sosial dari google. Sebenarnya google+ ini hampir sama dengan rivalnya yaitu faceboook. Saya menggunakan google+ karena media sosial ini sudah terhubung dengan

Page 6: PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA

google drive untuk menyimpan data, google hangout untuk sarana tatap muka menggunakan video dan suara, dan disini juga terdapat google docs yang akan langung disimpan secara online atau could didalam google drive.Kita juga bisa mendownload data kita, dan dapat dibaca oleh aplikasi microsoft office kita di dalam komputer kita.

3.1. Pola Komunikasi Beserta Prosedur Implementasinyaa. Pola Komunikasi

Pola komunikasi google+ hampir sama dengan facebook prinsipnya kita menambahkan teman agar kita dapat berhubungan dengan teman kita.

Pola sederhana penggunaan google+ antara pengajar dan murid, dan fitur-fitur yang terdapat didalam google+ seperti google hangout, google docs, google drive, dan gmail. Dengan fungsi sebagai berikut :Google Hangout

Fitur ini berbasis video call hampir sama dengan skype, tetapi google+ juga dapat melakukan video konfrensi bersama dengan 10 orang. Hangouts menawarkan rangkaian aplikasi produktivitas yang memungkinkan Anda berbagi apa yang ada di layar Anda, berkolaborasi di Google Documents, serta melihat presentasi dan diagram bersama-sama. Untuk mengaksesnya, cukup klik tombol “Tambahkan aplikasi” di dalam hangout Anda untuk menjelajahi dan menambahkan aplikasi baru. Jika anggota tim tidak dapat bergabung dengan hangout, Anda juga dapat menelepon orang itu dengan mengeklik tombol “Undang”, lalu tautan “+telepon”. Ini lebih cocoknya digunakan dalam media pembelajaran secara Synchronous E-Learning.

Page 7: PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA

Google Docs

Google Docs merupakan salah satu aplikasi yang dikembangkan Google untuk kebutuhan manajemen dokumen. Khususnya aplikasi office. Mulai dari pengolah kata (word processor), pengolah lembar kerja (spreadsheet) dan presentasi (presentation). Google Docs bukan hanya menyimpan saja, namun juga bisa digunakan untuk untuk mengolah, menyimpan, membuat, meng-edit dokumen perkantoran seperti layaknya Microsoft Office pada Windows atau Open Office pada Linux dengan secara online. Semuanya dalam satu paket dan tidak perlu menginstal di komputer. Fitur ini dapat digunakan untuk pembelajaranAsynchronous E-Learning ataupun Synchronous E-Learning.Fitur dasar dalam google docs· Mengedit dan menyimpan file· Meng-upload file· Mengatur hak akses· Bekerja secara offline dokumen· Mendownload atau mengunduh file· Fasilitas see revision history· Translate dokumenGoogle Drive

Google drive sangatlah berguna karena sudah tersingkron dengan google+ dan google docs. Sistem dari google drive ini adalah menyimpan secara could jadi anda tidak usah takut jika hardisk anda rusak tetapi data anda tetap aman di google drive, dan yang paling praktis anda dapat mengakses file anda dari pc, laptop, maupun smartphone anda hal ini sangat membantu kita.

Page 8: PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA

Gmail

Seperti yang anda ketahui gmail adalah email dari google email adalah surat elektronik, jadi fungsi gmail dalam media pembelajran ini adalah sebagi media diskusi dan tanya jawab jika kita menggunakan cara pembelajaran secara Asynchronous E-Learning.

b. Prosedur Implementasinya Dalam Pembelajaran

Ini adalah tampilan pertama dari google+ kita dapat langsung menggunakan untuk media pembelajaran, tetapi saya sarankan anda menggunakan komunitas agar tidak mengganggu akun google+ anda.

Page 9: PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA

Ini komunitas yang telah saya buat yaitu adalah komunitas Learn together. Didalam komunitas kita dapat memosting tulisan, link, foto, video hingga membuat sebuah acar dan mengundang anggota kita. Prinsipnya kita dapat mengundang teman kita ke komunitas atau mereka dapat bergabung dengan komunitas sendiri, ini tergantung dari anda sebagai pengurus membuat komunitas ini tertutup atau umum sehingga dapat dilihat oleh banyak orang.

Kita dapat membuat dokumen secara online dan langsung kita share dikomunnitas kita tadi dari sini kitapun bisa mensetting dokumen kita ini ingin dishare ke publik apakah ingin dibuat private dan apakah bisa di edit oleh orang lain apa tidak atau hanya bisa dikomentari.

Anda pula dapat melakukan video call besamaan dengan 10 oarang sekaligus dengan menggunakan google hangout jika anda menggunakan metode pembelajaran Synchronous E-Learning. Anda juga dapat menyiarkan video call anda langsung ke youtube.

Page 10: PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA

Anda dapat menggunkan google drive untuk mengshare dan menyimpan data-data anda.

4. Kelebihan dan kekurangan google+Kelebihan

Menyimpan data secara could sehingga dapat diakses darimana saja. Praktis menggunakan google+ sudah termasuk menggunakan google drive,

google docs dll. Dapat menggunakan video call bersamaan dengan 10 orang. Gratis 5Gb dari google drive dan dapat ditambah lagi jika anda merasa kurang. Mudah pengoprasiannya hampir sama dengan facebook. Gratis.

Kekurangan

Harus ada jaringan internet dalam membuat dokumen di google docs. Umur harus diatas 18 tahun untuk menggunakan google+. Harus menggunakan email dari google.

5. KesimpulanDalam membuat media pembelajaran e-learning harus meninjau banyak aspek dari media sosial yang dipergunanakan karena jika berbeda media sosial yang dipergunakan maka berbeda juga konsepnya nanti. Dan metode apa yang akan kita pergunakan Asynchronous E-Learning ataupun Synchronous E-Learning karena dua metode ini sangat bertolak belakang/berbeda. Kita juga harus meninjau kepraktisan di dalam media sosial itu agar tidak terkesan membingungkan bagi pemula yang baru saja menggunakan media pembelajaran sosial.

Page 11: PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA

Daftar Pustakahttp://jurnalmagang.blogspot.sg/2012/04/apa-itu-google-docs.html

http://choymaster.blogspot.sg/2009/03/teori-belajar-e-learning.html

http://okkyped.blogspot.sg/2013/12/e-learning-gratis-dengan-jejaring-sosial.html

http://supermancakep.wordpress.com/2013/12/11/jejaring-sosial-sebagai-media-e-learning/

http://riskiringan.blogspot.sg/2013/12/media-sosial-dan-e-learning.html

http://rumahinspirasi.com/perbandingan-google-dan-facebook/

http://asrocka.wordpress.com/2012/03/19/201/

Page 12: PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSTRUKTIVIS SISWA