BAB XIScanning/ Analisis Lingkungan Otonom di World Wide Web
(WWW)Analisis Lingkungan (ES) mengacu pada cara di mana manajer
mempelajari lingkungan pemasaran mereka secara relevan. Analisis
adalah tugas yang lebih menantang daripada pemantauan sumber
informasi, karena luasnya jangkauan dari berbagai sumber internal
dan eksternal yang harus digarap/eksploitasi, data-data dalam yang
berbeda format harus dikombinasikan, dan topik, seperti halnya
sumber-sumber informasi, tidak dapat dijelaskan secara mendalam
melainkan, muncul selama kegiatan scanning. Pentingnya kegiatan ES
untuk proses perencanaan manajerial diterima secara luas dan
didukung oleh hasil empiris. Beberapa studi menunjukkan hubungan
yang kuat antara upaya ES dan kesuksesan bisnis (Analoui &
Karami, 2000; Daft, Sormunen, & Taman, 1988; Dollinger, 1984;
Miller & Friesen, 1977; Newgren, Rasher, & Laroe, 1984;
Ngamkroeckjoti & Johri , 2003; Subramanian, Fernandes, &
Harper, 1993; Barat, 1988). ES membantu para manajer meramalkan
pengaruh menguntungkan serta pengaruh yang tidak menguntungkan dan
memulai strategi-strategi yang memungkinkan perusahaan mereka untuk
beradaptasi dengan lingkungan mereka. Slaughter (1999) telah
mencatat bahwa ES adalah industri yang akan berkembang. ES harus
bisa meningkatkan perencanaan jangka panjang dan pendek (Sutton,
1988), dan harus mengarahkan pada pemahaman yang lebih baik dari
perubahan eksternal.Komposisi dan Target dari Analisis
LingkunganRuang Lingkup Scanning LingkunganMasalah utama di ES
adalah keseimbangna semua kelemahan/kekurangan yang terkait dengan
sangat luasnya jangkauan dari sumber-sumber yang heterogen (yang
dapat menyebabkan kebingungan serius karena fakta-fakta yang tidak
relevan) dengan munculnya kerugian-kerugian yang timbul dari
pengabaian atau menghilangnya fakta yang relevan karena dibatasi
beberapa sumber homogen. Mengacu pada Jauch dan Glueck (1988),
lingkungan eksternal terdiri dari enam bidang berikut: (1)
pelanggan, (2) pemasok, (3) kompetisi, (4) sosial ekonomi, (5)
teknologi, dan (6) pemerintah. Sebuah segmentasi agak mirip
diperkenalkan oleh Olsen, Murthy dan Teare (1994), serta oleh
Goshal (1985), yang membedakan lingkungan dengan persaingan, pasar,
teknologi, sumber daya, masalah peraturan dan global. Terlihat,
semua enumerasi ini dibatasi untuk sumber eksternal dan, oleh
karena itu, berguna untuk ES eksternal saja.Sejalan dengan
Frishammar (2002), kita mendefinisikan ES eksternal sebagai
berikut: Definisi 1 (Eksternal ES): ES eksternal didefinisikan
sebagai pencarian dan pengamatan informasi yang tersedia dalam enam
bidang yang relevan: pelanggan, pemasok, persaingan, sosial
ekonomi, teknologi dan pemerintah. Kegiatan ini merangkul semua
domain dari pengumpuan fakta-fakta yang berasal dari sumber
eksternal seperti intelijen kompetitif dan riset pasar, namun
secara lebih holistik, yaitu perspektif integratif dengan
mempertimbangkan konsumen, pesaing dan perkembangan teknologi di
industri yang sama dan juga industri yang berbeda.Walters et al.
(2003) memberikan penilaian penting dari berbagai sektor lingkungan
dalam industri manufaktur AS yang cocok dengan definisi di atas,
yang mana bersifat fleksibel sehubungan dengan sumber sumber yang
ada. Secara jelas, fokus perhatian harus diarahkan ke sumber yang
terkait dengan daerah-daerah yang dianggap penting dalam lingkungan
bisnis individu (Garg, Walters, & Priem, 2003). WWW ternyata
menjadi informasi umum digunakan dalam konteks ini. Choo, Detlor
dan Weibull (2000) mengidentifikasi WWW sebagai sumber informasi
yang kedua yang paling sering digunakan oleh para CEO di ES, yang
didominasi dengan penggunaan sumber informasi media massa. Dalam
penelitian tersebut, rekan konsultasi di departemen yang sama
adalah sumber informasi peringkat ketiga. Paradoksnya, Analisis
sumber informasi internal kurang dibahas dalam literatur manajemen
dan sering dilewatkan dalam praktek bisnis, meskipun CEO yang
sesuai kegiatan ES internal dan eksternal diketahui memiliki
kinerja yang baik secara signifikan (Walters & Priem, 1999).
Menurut Davenport dan Prusak (1998), pengetahuan internal dapat
dilihat sebagai sumber informasi yang paling penting, karena
merupakan satu-satunya sumber yang tidak dapat dengan mudah ditiru
oleh pesaing dan, dengan demikian, menjadi faktor utama keunggulan
kompetitif. Selain itu, ada sumber-sumber yang berbeda untuk
dipertimbangkan, yaitu ES internal, dimana hal yang membedakan dari
ES eksternal sehubungan "area yang bersangkutan". Dua pertanyaan
yang diajukan oleh Hambrick (1981) dan Serpa (2000), yaitu "
sumber-sumber mana" yang harus dianalisis dan " dimensi perilaku
mana" yang memunculkan proses analisis. Yang terakhir ini
menargetkan 'budaya perusahaan, motivasi dan suasana hati karyawan
serta pergeseran- terkait dengan tugas. Menjawab pertanyaan pertama
bahkan lebih samar-samar karena heterogenitasna perusahaan.
Mengintegrasikan deskripsi Goodstein, Pfeiffer dan Nolan (1991) dan
Garg et al. (2003), kita mendefinisikan ES internal yaitu:Definisi
2 (Internal ES): ES Internal didefinisikan sebagai pencarian dan
pengamatan informasi yang tersedia dalam sebuah perusahaan.
Pengumpulan informasi tidak terbatas pada indikator yang tersedia,
tetapi juga mencakup pengetahuan informal dan implisit. Kegiatan
ini ditargetkan untuk informasi yang sudah diproses mengenai
lingkungan perusahaan, serta sumber daya perusahaan terkait dengan
perubahan dalam lingkungan perusahaan.Proses analisis internal
memiliki hubungan yang lebih dekat dengan kegiatan manajemen,
terutama untuk perencanaan pemasaran, karena target dari sumber
daya perusahaan. Sebelum sebuah perusahaan dapat bekerja dengan
tugas yang dihasilkan dari perumusan strategi yang kongkrit,
diperlukan pemahaman yang baik tidak hanya dari lingkungan
eksternal tetapi juga dari lingkungan internal untuk mencocokkan
peluang yang mungkin dan masalah yang diidentifikasi dalam
lingkungan eksternal (Hough & White, 2004) .KesimpulanES
diketahui menjadi tugas yang terlalu rumit karena spektrum subyek
dan perspektif yang berbeda. Mulai dari perbedaan ES eksternal dan
internal, kelemahan di ES saat ini, BI dan deteksi sinyal lemah
dieksplorasi dengan penekanan pada sumber daya digital yang
tersedia di WWW. Menghubungkan kegiatan ini dengan tahapan proses
pengambilan keputusan manajerial memungkinkan praktisi untuk
memilih urutan yang sesuai dengan kegiatan pengumpulan informasi
yang berkaitan dengan situasi masing-masing. Hal ini dapat membantu
mengatasi masalah ketidaksitematisan proses ES yang berlaku dalam
praktik bisnis saat ini. Internet merupakan koleksi sumber daya
yang ideal untuk membuat representasi mental dari perubahan masa
depan. Kami berpendapat bahwa model-model mental ini memberikan
pendekatan bijaksana untuk memahami kekurangan kegiatan ES. Dengan
segala hormat kepada praktisi, perlu dicatat bahwa informasi baru
telah harus disajikan dalam struktur yang umum untuk meningkatkan
integrasi dalam model mental yang sudah ada. Dengan demikian,
kegiatan pengumpulan-informasi harus disesuaikan dengan
infrastruktur pengetahuan saat ini serta masalah keputusan
manajerial. Kegiatan analisis dilakukan dalam berbagai cara, yang
terkait dengan tahapan proses pengambilan keputusan serta lingkup
ES internal dan eksternal. Ternyata bahwa tugas yang paling penting
dalam ES, tidak tercakup sepenuhnya oleh tipologi mode-mode
perilaku analisis yang sudah ada . Hal ini juga berlaku untuk
sistem perangkat lunak yang tersedia untuk ES saat ini yang
mendukung kegiatan pemantauan di WWW. Sebuah kelemahan tambahan,
terutama dari titik pandang praktisi, adalah penilaian yang hilang
informasi yang diperoleh melalui dokumen yang dipantau oleh sistem
ini.Bagian IVAntar Perusahaan dan Implikasi GlobalBAB
XIIOutsourcing TI : Akibat dan TantangannyaPendahuluanPasar yang
semakin kompetitif telah memberikan tekanan lebih lanjut yaitu
untuk memotong biaya, dan perusahaan sekarang lebih cenderung untuk
memanfaatkan outsourcing dibanding sebelumnya, yang telah mendorong
pertumbuhan yang terus menerus selama beberapa tahun terakhir.
Laporan outsourcing mega-deal (yaitu, penawaran dengan nilai
kontrak sebesar $ 1 miliar atau lebih) yang semakin biasa,
menunjukkan skala besar dari pasar outsourcing. Pada tahun 2003
saja, tercatat sejunlah 15 mega deal yang diberikan dari 78
mega-deal yang diumumkan secara terbuka sejak dari kembalinya Kodak
Eastman pada tahun 1989. Salah satu profil yang paling tinggi dari
ini adalah mega-deal perusahaan Inggris Raya (UK) Inland Revenue
dengan konsorsium Cap Gemini Ernst & Young, yang melibatkan apa
yang dilaporkan sebagai transfer terbesar di dunia dari 3.500 staf
dalam kesepakatan 10 tahun senilai $ 7-9 milyar (Cullen,
2003).Keputusan perusahaan untuk melakukan outsourcing menimbulkan
sejumlah isu penting untuk manajemen perusahaan (Currie, 1995).
Untuk mencapai keberhasilan dalam outsourcing, perusahaan akan
perlu menyadari dari tren yang muncul, memahami dampak potensial
mereka dan menggunakan teknik kerangka kerja untuk manajemen
strategis.Pengembangan Outsourcing TIMeskipun outsourcing sering
dipasarkan sebagai alat manajemen strategis terbaru, hal itu
sebenarnya kebangkitan sebuah praktek yang telah ada selama
beberapa dekade. Ada laporan tentang bentrokan ketika outsourcing
yang pertama kali dimulai, namun outsourcing yang didokumentasikan
pertama kali tampaknya di bidang sistem informasi ketika General
Electric Corp mengontrak Arthur Andersen dan Univac pada tahun 1954
(Klepper & Jones, 1998).Pada tahun 1960, outsourcing mengambil
bentuk utama sebagai fasilitas layanan manajemen (Kelter &
Walstrom, 1993; Teng, Cheong, & Grover, 1995). Selama periode
ini, komputasi biasanya melibatkan mainframe dalam model komputasi
terpusat di mana banyak pengguna berbagi komputer yang sama
(Currie, Desai, Khan, Wang, & Weerakkody, 2003). Seperti
kemampuan komputasi yang sangat mahal, hanya perusahaan besar yang
mampu menngadakan mainframe seperti tersebut. Perusahaan kecil
sering harus "piggy-back" kebutuhan komputasi mereka ke perusahaan
yang besar sebagai imbalan untuk biaya moneter. Pengaturan ini,
yang melibatkan berbagi waktu proses komputer dari mainframe,
kemudian dikenal sebagai "time-sharing."Awal 1990-an yang ditandai
dengan pembaharuan dalam outsourcing (Lee et al., 2000) dan
penggunaan strategis outsourcing merupakan fokus. Dalam periode
ini, outsourcing digunakan untuk dua tujuan utama. Pertama,
outsourcing digunakan untuk memaksa perampingan dalam perusahaan
dalam rangka untuk menjaga untuk keunggulan kompetitif. Kedua,
outsourcing digunakan untuk meng-upgrade sistem warisan beroperasi
pada Generation Language ke 3 (3GL) ke Generation Language ke-4
(4GL). Karena keterbatasan sumber daya , perusahaan sering
menghadapi tantangan ketika mencoba untuk meng-upgrade aplikasi
yang ada dengan kemmapuan sendiri. Dengan demikian, banyak
perusahaan terpaksa melakukan outsourcing pelaksanaan upgrade
kepada pihak ketiga, yang dianggap lebih siap dalam hal keahlian
teknis dan sumber daya manusia, dalam rangka untuk memastikan
kelancaran transisi. Pada tahun 2000 Business Process Outsourcing
telah digunakan untuk mendefinisikan model operasi dan struktur
perusahaan. Administrasi, transaksional dan kerja-kerja yang serupa
telah dialihkan ke pihak ketiga dengan tujuan mencapai manfaat
seperti penghematan biaya, akses yang lebih baik ke teknologi baru
dan membebaskan staf internal dari hal-hal administratif sepele
untuk fokus pada isu-isu strategis yang lebih penting untuk
perusahaan. Globalisasi, yang didorong oleh perjanjian North
american free Trade Agreement (NAFTA) dan liberalisasi ekonomi
seperti yang terjadi China dan India, meningkatan kecenderungan
perusahaan untuk melakukan outsourcing ke luar negeri, yaitu ke
negara-negara yang mempunyai tenaga kerja murah (Namasivayam,
2004). Bentuk outsourcing, dikenal sebagai Offshore Outsourcing,
semakin populer, dimana perusahaan yang mencari cara untuk
menurunkan biaya produksi dan menjaga ketersediaan untuk efisiensi
yang lebih tinggi. Tipe-tipe OutsourcingWillcocks, Feeny dan Islei
(1997) membedakan di antara empat jenis utama dari outsourcing,
yaitu total Outsourcing, total Insourcing, Selektif Outsourcing dan
De Facto outsourcing. Ho, Atkins, dan Eardley (2004) memperluas
perbedaan menjadi enam jenis, dengan masuknya Offshore Outsourcing
dan Business Process Outsourcing. Ini telah diperluas sampai
sembilan jenis, dengan mempertimbangkan Bisnis Transformational
Outsourcing, diuraikan sebagai berikut: Total outsourcing mengacu
pada keputusan untuk mentransfer sedikitnya 80% dari layanan
ketentuan dan manajemen kepada penyedia layanan eksternal. Total
Insourcing mengacu pada keputusan untuk mempertahankan penyediaan
dan pengelolaan sedikitnya 80% dari layanan internal setelah
evaluasi dari pasar penyedia layanan eksternal. Selektif
outsourcing De Facto Outsourcing (Insourcing) Offshore Outsourcing
Business Process Outsourcing Bisnis Transformational outsourcing
Retro-sourcing Rural-sourcing Keunggulan OutsourcingPerusahaan yang
menjaga/menyediakan semua layananannya secara in-house, mungkin
akan membutuhkan riset yang jauh lebih tinggi, pengembangan, biaya
pembuatan dan penyebaran, yang sangat dapat mengurangi keunggulan
kompetitif mereka secara keseluruhan. Outsourcing dapat
dimanfaatkan untuk mengeksploitasi/membuat basis biaya yang lebih
rendah dengan memanfaatkan penyedia layanan eksternal, yang
memungkinkan untuk pengurangan biaya operasional (Namasivayam,
2004) dan kapitalisasi (Kruse & Berry, 2004), yang memungkinkan
kelebihan keuangan yang ada dialihkan untuk digunakan di daerah
strategis penting lainnya. Pengurangan biaya berkisar antara 20%
sampai 40% (Davison, 2004; Namasivayam, 2004), terutama dari biaya
tenaga kerja arbitrase, meskipun beberapa literatur telah
menunjukkan pengurangan biaya hingga 70% (Synergy Infotech,
2004).Outsourcing juga memungkinkan perusahaan untuk fokus pada
bisnis inti dengan meng offloading aspek operasional kepada
penyedia layanan dengan keahlian dalam bidangnya masing-masing.
Kemampuan untuk "cherry-pick" berbagai layanan dari penyedia
layanan terkemuka memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan
rantai nilai (Sloper, 2004), memfokuskan sumber daya pada pemenuhan
kebutuhan klien dan meningkatkan kontribusi terhadap tujuan bisnis
secara keseluruhan.Resiko OutsourcingSatu hal yang sering dikutip
terkait dengan risiko penggunaan outsourcing adalah hilangnya
kompetensi perusahaan, yang meningkatkan taraf ketergantungan
kepada penyedia layanan eksternal. Sebagaimana penawaran
outsourcing, perusahaan sering melibatkan transfer sumber daya
manusia, keahlian internal yang tersedia dalam perusahaan dapat
dikurangi secara signifikan, dengan demikian, akan menghambat
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif dan
inovasinya (Earl, 1996). Untuk mengurangi hilangnya keahlian
internal perusahaan, yang pada gilirannya berdampak pada kompetensi
perusahaan, perusahaan harus melakukan evaluasi menyeluruh dari
semua staf, sebelum melakukan transisi, untuk mengidentifikasi
orang-orang yang perlu dipertahankan untuk keahlian yang
dibutuhkanKemudian, risiko selanjutnya adalah menurunnya kualitas
layanan yang diterima klien/pelanggan. Kualitas layanan dapat
menurun melalui kontrak atau mungkin hanya berada di bawah taraf
disepakati dalam kontrak (Bahli & Rivard, 2003). Hal ini dapat
dibatasi dengan memanfaatkan keefektifan Service Level Agreements.
Untuk keberhasilan pelaksanaan outsourcing, perusahaan harus
memiliki kemampuan untuk mengevaluasi kinerja layanan outsourcing,
dan karenanya, membutuhkan beberapa pengetahuan teknis dari bidang
masing-masing.Peningkatan biaya kadang-kadang juga dapat terjadi
dari biaya tak terduga yang mengakibatkan overrun dari estimasi
yang ada di kontrak awal (Bahli & Rivard, 2003). Ini mencakup
berbagai biaya, termasuk pengembangan dan pemeliharaan hubungan
pertukaran (yaitu, hubungan outsourcing), dan pemantauan perilaku
pertukaran (yaitu, monitoring service level) (Williamson, 1985).
Hal ini dapat diatasi dengan analisis keuangan yang komprehensif
sebelum proses outsourcing dan penggunaan Service Level Agreements
yang dengan jelas menunjukkan dasar dan kondisi pengaturan keuangan
outsourcing .Manajemen OutsourcingFaktor Keberhasilan Outsourcing
Pemahaman akan tujuan dan cita-cita perusahaan Rencana dan visi
strategis Justifikasi keuangan yang komprehensif dalam proses
pengambilan keputusan Membuka komunikasi dengan individu dan
kelompok terkait Pengawasan kualitas kinerja penyedia layanan
Melibatkan ahli dalam pengambilan keputusan Berhati-hati memilih
penyedia layanan outsourcingFaktor Kegagalan Outsourcing Terlalu
termotivasi oleh keuntungan jangka pendek Penyedia layanan penyedia
layanan tidak dipilih berdasarkan oleh evaluasi menyeluruh sebelum
seleksi. Penyedia Jasa mendominasi proses pengambilan keputusan
Kurangnya staf berpengalaman yang memiliki insentif (pribadi,
profesional dan ekonomi) dan otoritas yang berfungsi untuk
memastikan menangani outsourcing berhasil. Memilih dan
Mengelola/Mengatur Penyedia LayananSebelum pemilihan penyedia jasa
outsourcing, perusahaan harus telah mengidentifikasi dua aspek
penting; yaitu, yang kepastian ekspektasi pelayanan dan pemahaman
tentang metrik-metrik biaya internal mereka. Ekspektasi pelayanan
menjadi panduan dimana kebutuhan kontrak dapat dirancang dan
kemudian bernegosiasi dengan penyedia layanan yang potensial,
sedangkan metrik-metrik biaya internal dapat digunakan untuk
membuat sebuah "basis kasus" untuk digunakan dalam analisis
keuangan. Dengan menggunakan "basis kasus" sebagai perkiraan untuk
biaya saat ini, analisis keuangan yang komprehensif kemudian akan
dapat dilakukan yang bermanfaat sebagai patokan posisi biaya
relatif perusahaan terhadap penyedia layanan eksternal. Hal ini,
pada gilirannya, akan memberikan kesimpulan/asumsi keuangan yaitu
apakah untuk perlu mempertahankan evaluasi layanan secara in house
atau melakukan outsourcing.Dalam pemilihan penyedia jasa tersebut,
perusahaan telah menunjukkan beberapa faktor yang paling penting
seperti berikut (Sparrow, 2005; 2004 di Global IT Outsourcing
Study, 2004): Reputasi dan rekam jejak yang terbukti, yaitu
penyedia layanan telah berhasil untuk perusahaan yang sejenis.
Kecocokan prinsip/budaya kerja antara perusahaan dan penyedia
layanan Stabilitas keuangan: yaitu, kerjasama dengan penyedia
layanan bersifat menguntungkan, dengan potensi pertumbuhan dan
prospek pengembangan jangka panjang yang baik Area keahlian
Fungsional: yaitu, kedalaman dan luasnya keahlian layanan penyedia
sehingga memadai untuk memenuhi kebutuhan layanan outsourcing.
penyedia layanan memiliki pemahaman tentang industri perusahaan
kliennya dan, karenanya, mampu menyesuaikan solusi outsourcing
khusus untuk kebutuhan perusahaan klienLangkah-Langkah Implementasi
Outsourcing1. Menyiapkan strategi TI : Pada tahap awal, perusahaan
harus mengartikulasikan pendefinisan tujuan bisnis secara jelas dan
mengembangkan strategi TI yang akan memungkinkan mereka untuk
mencapai kemajuan dan selaras dengan tujuan bisnis perusahaan.2.
Perencanaan Sumberdaya : identifikasi sumber daya (baik personil
dan peralatan) saat ini yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi
secara in house.3. Analisi tentang Kebutuhan : Analisis kebutuhan
harus dimulai dengan kebutuhan bisnis dan menerjemahkannya ke dalam
persyaratan kinerja dari fungsi di outsourcingkan4. Issue
Invitation to Tender (ITT)/Request for Proposal (RFP) : Tahapan ITT
atau RFP, adalah prosedur pengadaan di mana klien mengundang
penyedia layanan terhadap tender fungsi-fungsi yang harus
dioutsourcingkan. Komponen utama dari tahap ini adalah dokumen ITT
/ RFP.5. Negosiasi Kontrak6. PelaksanaanKesimpulanOutsourcing
sekarang menjadi strategi utama dalam berbagai industri, dan
besarnya dampak dan potensinya sebagai sebuah alat adalah sesuatu
yang sedikit perusahaan mampu untuk mengabaikannya. Penciptaan
platform alur kerja ditambah dengan teknologi digitalisasi
(misalnya, konversi data dengan sistem scanning resolusi tinggi)
telah memungkinkan fungsi bisnis yang akan dioutsourcingkan di
seluruh dunia, memberikan cakupan round-the-clock. Namun demikian,
bahkan sebagaimana Offshore Outsourcing menjadi semakin matang,
perusahaan tetap perlu berhati-hati dalam mengevaluasi keuntungan
dan risiko pada setiap pilihan lokasi dan idealnya mengadopsi
strategi "Right-Shoring." Dengan semakin berubahnya dinamika pasar
dan kompleksitas peraturan perundang-undangan terkait outsourcing,
sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan penanganan
outsourcing sebagai peluang investasi strategis daripada hanya
sekedar menganggap sebagai keputusan pembelian yang sederhana.
Perusahaan harus terus mengevaluasi pengaturan outsourcing yang
ada, dan negara sebagai lokasi operasional, untuk memastikan harga
yang kompetitif dari penyedia layanan outsourcing dan mencegah
terjadinya overdependency (ketergantungan berlebih).
BAB XIIIIntegrasi IT-Enabled Hubungan Bisnis dalam Konteks
Industri BajaPendahuluanTeknologi informasi (TI) telah mengubah
cara bisnis beroperasi (Dertouzos, 1997; Kaufman, 1966); model
bisnis baru diciptakan baik dalam bisnis-ke bisnes (Raisch, 2001;
Timmers, 1999) maupun pasar konsumen (Timmers, 1998). Selain itu,
pasar elektronik dipandang sebagai sumber keunggulan kompetitif
dengan banyak perusahaan ternama, seperti IBM dan Cisco Systems,
yang berpartisipasi sebagai pembeli di banyak pasar elektronik dan
menyediakan teknologi untuk ini dan pasar lainnya. Selain itu,
perusahaan seperti GE dan DaimlerChrysler memiliki pasar sendiri
untuk menurunkan pengadaan dan biaya lainnya, tapi logika bisnis
dari pasar ini masih bertentangan dengan pemikiran terbaru yang
lebih baik terkait dengan hubungan bisnis (Wise & Morrison,
2000). Karena jumlah pasar elektronik telah menyusut baik secara
global (Jap & Mohr, 2002) maupun dalam industri baja (Candell,
2000), daripada melakukan pertukaran elektronik, kita akan
mempelajari hubungan bisnis sebagai sumber penciptaan nilai baru
dalam konteks industri baja.Selain itu, teknologi jaringan yang
berbeda, dari Internet menuju extranet, telah menyebabkan para
manajer memikirkan kembali tentang bisnis individu (misalnya,
toko-toko buku), tetapi teknologi ini juga telah berdampak sangat
hebat pada seluruh industri (misalnya, asuransi dan industri
perbankan). Dengan demikian, Integrasi IT-enabled dari hubungan
bisnis adalah merupakan area penting untuk penelitian. Selain itu,
ada kesenjangan di bidang manajemen strategis hubungan bisnis dari
perspektif TI (lihat Leek, Naude, & Turnbull, 2003).Untuk
melanjutkan dengan strategi, Walker, Boyd, dan Larreche (1992)
menunjukkan bahwa strategi yang baik dari sebuah perspektif bisnis
harus memiliki tujuan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.
Dengan demikian, dari perspektif hubungan bisnis, strategi yang
baik adalah salah satu yang selaras dengan jenis-jenis hubungan
bisnis dan hubungan manajemen untuk membentuk hubungan portofolio
yang optimal (lihat Johnson & Selnes, 2004; Krapfel, Salmond,
& Spekman, 1991). Struktur dan Aspek Proses Hubungan
BisnisSelain dari fakta bahwa jumlah hubungan bisnis yang ada
antara pembeli dan penjual mengalami penurunan, pentingnya kontrak
perdagangan dalam hubungan bisnis telah secara bersamaan meningkat
(misalnya, Bakos & Brynjolfsson, 1993; Matthyssens & Van
den Bulte, 1994). Fakta tetap bahwa dalam banyak kasus tidak
menguntungkan bahwa antara puluhan atau bahkan ratusan pemasok
bersaing terhadap satu sama lain; bekerja sama dengan beberapa
pemasok dalam sebuah hubungan bisnis umumnya menguntungkan bagi
kedua belah pihak. Hal ini disebabkan fakta bahwa sebagaimana
jumlah mitra yang meningkat, demikian juga dengan biaya transaksi
(lihat Clemons, Reddi, & Snow, 1993; Kumar & Dissel, 1996;
Stump & Sriram, 1997). Oleh karena itu, jelas bahwa hubungan
bisnis yang ada adalah area penting untuk penelitian.Hubungan
bisnis dapat didekati dari sejumlah paradigma teoritis. Ini
termasuk: pendekatan ekonomi politik (Benson, 1975; Stern &
Reve, 1980), pendekatan biaya transaksi (Coase, 1937; Rokkan,
Heide, & Whatne, 2003; Williamson, 1975) dan pemikiran hubungan
pemasaran (Berry, 1995 ; Gronroos, 1994; Gummesson, 1987; Palmer
1994), serta perspektif pemasaran Industri dan Pembelian (IMP)
(Hakansson, 1982; Turnbull, Ford, & Cunningham, 1996). Selain
itu, ilmuwan TI dan sistem informasi telah mendekati hubungan
antar-perusahaan (IOS) dari sudut pandang mereka. Semua teori ini
telah digunakan untuk menyoroti masalah hubungan bisnis. Selain
itu, aliran penelitian yang disebutkan di atas bersifat teoretis,
dan dengan rekomendasi manajerial mereka, mereka menawarkan
perspektif heterogen untuk mempelajari integrasi IT-enabled dalam
hubungan bisnis. Di sini, kita fokus pada hubungan bisnis dengan
bantuan perspektif IMP (Ford, Gadde, Hakansson, & Snehota,
2003; Hakansson, 1982; Turnbull, Ford, & Cunningham, 1996). Ini
berarti bahwa kita fokus pada hubungan personal maupun impersonal
(IT-enabled) diantara orang-orang yang menganjurkan kajian hubungan
bisnis (Cunningham & Turnbull, 1982; Turnbull, 1979). Fungsi
hubungan bisnis dapat dibagi menjadi elemen-elemen struktural dan
berorientasi proses (Hakansson & Snehota, 1995). Karakteristik
struktural adalah kontinuitas, kompleksitas, simetri dan
informalitas, sedangkan karakteristik proses adalah adaptasi,
kerjasama dan konflik, interaksi sosial dan rutinisasi.Sekarang,
kita akan menjelaskan secara singkat bagaimana memilih hubungan
bisnis yang tepat untuk diintegrasikan dengan TI. Literatur
memberikan contoh yang tak terhitung jumlahnya tentang evaluasi
nilai-nilai dan pentingnya hubungan bisnis baik dari prespektif
penjual atau perspektif pembeli (Bensaou, 1999; Fiocca, 1982;
Kraljic, 1983; Johnson & Selnes, 2004). Biasanya, unsur-unsur
yang dibahas dalam presentasi matriks ini adalah manfaat atau biaya
pelanggan dan penjual. Manfaat biasanya berhubungan dengan uang,
pengetahuan, keterampilan, kemungkinan belajar dan referensi,
sementara biaya terkait dengan karakteristik produk, unsur
pelayanan, kompleksitas kebutuhan dan volume pembelian. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa semua hubungan bisnis adalah
unik, tetapi beberapa dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok
sampai batas tertentu. Yang menyulitkan adalah harapan tentang masa
depan dari hubungan-hubungan tersebut, termasuk jumlah hubungan
spesifik, yang begitu kompleks untuk bisa diperkirakan. Integrasi
Pemanfaatn TI (IT-Enabled)Bagian sebelumnya dari bab ini telah
mengungkapkan bahwa TI dapat memungkinkan integrasi antara
perusahaan-perusahaan (lihat Mukhopadhyay & Kekre 2002; Yang
& Papazoglou, 2000). Banyak yang telah berubah baik dalam TI
dan logika bisnis sejak artikel yang dipaparkan Kaufman (1966)
dalam seminar. Pentingnya outsourcing dan berbagai jenis aliansi
dan hubungan bisnis telah memaksa perusahaan untuk dapat terhubung
dan akhirnya untuk mengintegrasikan dengan berbagai jenis sistem
yang pelanggan dan pemasok mereka miliki. Dengan demikian, selain
TI keterampilan manajemen (Mata, Fuerst, & Barney, 1995),
diperlukan kemampuan integrasi dan keterampilan yang lebih
spesifik. Gambar 1 menunjukkan situasi di mana kedua perusahaan C
dan D telah mengisolasi infrastruktur TI di antara sub-unit mereka
A, B, E, F dan G. Keadaan semacam ini adalah dapat dibilang sebuah
aturan pada tahun 1980 dan bahkan sampai akhir 1990-an. Pada saat
itu, sistem berkerangka besar adalah sistem yang terisolasi dengan
biasanya satu atau beberapa tujuan. Pada waktu itu, arsitektur
bisnis tidak melanggar batas sub-unit ', dan karena itu, integrasi
proses bisnis tidak diperlukan sampai pada akhir-ahir ini. Aplikasi
arsitektur, menurut Hasselbring (2000), termasuk unsur yang
dibutuhkan dalam ... pelaksanaan aktual dari konsep bisnis dalam
hal aplikasi perusahaan. Singkatnya, ini adalah apa yang disebut
perekat antara arsitektur teknologi dan bisnis. Arsitektur
teknologi, menurut Hasselbring (2000), terdiri dari informasi dan
teknologi infrastruktur. Gambar 1 menggambarkan situasi di mana
software spesifik - bisnis yaitu, aplikasi-dijalankan pada
mainframe dalam setiap sub-unit. Namun, saat ini, perusahaan sudah
menuju ke arah sistem horizontal yang lebih terintegrasi. Gambar
dibawah menggambarkan integrasi horizontal dalam perusahaan C dan D
dan juga menunjukkan bagaimana sub-unit perusahaan C dan D yang
terintegrasi untuk membentuk infrastruktur informasi yang koheren
bagi perusahaan yang bersangkutan. Hal ini dilakukan dengan bantuan
berbagai jenis perangkat lunak terintegrasi. Pada tingkat
arsitektur bisnis,
sub-unit diintegrasikan dengan menetapkan tujuan perusahaan
secara jelas dan dengan menciptakan proses intracompany yang
memotong batasan-batasan perusahaan. Biasanya proses ini berfokus
pada pelanggan dan menambah nilai pada setiap langkah yang diambil.
Nilai mungkin meningkat dengan menambahkan sesuatu yang dihargai
oleh pelanggan atau bisa juga dengan mengurangi biaya yang
berhubungan dengan kegiatan yang diperlukan yang akan dilakukan
pada saat penambahan nilai.Anteseden untuk Integrasi TIUntuk
mengintegrasikan hubungan bisnis, pihak yang terlibat harus
memiliki sumber daya TI dan keterampilan dengan jumlah yang
mencukupi seperti yang dianjrkan oleh Ryssel, Ritter dan Gemnden
(2004). Mereka juga menyarankan bahwa hanya hubungan strategis
penting diintegrasikan, dikarenakan sistem pengintegrasian relatif
mahal dan memakan sumber daya. Untuk melanjutkan menuju tingkat
tertentu dalam integrasi di tingkat bisnis-arsitektur, pihak bisnis
menyepakati bahasa yang umum digunakan dalam menggambarkan produk,
jasa dan kegiatan yang perlu dilakukan.Sebagai contoh, pihak yang
bersangkutan mungkin menyetujui sebuah pelat baja dengan dimensi
lebar 7 kaki dan panjang 20 kaki diberi label sebagai pelat standar
dengan kode satu, dan seterusnya. Juga, dalam detail penawaran dan
penagihan, semua bidang yang disepakati, akan itu membuat kegiatan
usaha lebih lancar dan lebih efektif. Setelah kesepakatan awal
dalam melakukan bisnis adalah jelas, pihak yang bersangkutan dapat
memikirkan bagaimana kesepakatan tentang penanganan kegiatannya
pada tingkat aplikasi-arsitektur. Biasanya, manajer TI terlibat
dalam memberikan solusi tentang kasus khusus untuk masalah yang
timbul dari arsitektur saat ini dan itu merupakan salah satu yang
diperlukan untuk menegakkan kesepakatan pada proses bisnis.Beberapa
Solusi Pengintegrasian yang Paling PentingPada dasarnya, ada dua
jenis pengintegrasian: point-to-point, merupakan yang termurah; dan
pengintegrasian sistem total, yang lebih mahal.Solusi yang spesifik
untuk pengintegrasian antar perusahaan mungkin adalah EDI
(Mukhopadhaya, 1998), EDI berbasis internet (Angeles, 2000) dengan
extranet, pasar elektronik, integrasi ERP melalui Internet aman
(Davenport et al., 2001), layanan Web (Chen, Chen, & Shao,
2003), agen cerdas (Liu, Turban, & Matthew, 2000) dan
pengintegrasian dengan bantuan layanan mediator atau perantara yang
menyediakan hubungan teknologi terintegrasi dan adaptor
point-to-point. Di tingkat teknologi arsitektur, perangkat keras
utama (komputer, router, switcher) dan perangkat lunak (basic,
wrapper, enabler, pesan dan integrator) disesuaikan dengan
persyaratan yang diberikan oleh kebutuhan proses bisnis.Kita telah
membahas pengintegrasian IT-enabled dalam hubungan bisnis dan telah
memeriksa apa yang dibutuhkan untuk mengelola pengintegrasian.
Perlu ditunjukkan bahwa masing-masing tingkat pengintegrasian
sebelumnya harus bersifat operasional sebelum melangkah ke tingkat
pengintegrasian (pengabungan) selanjutnya. Tingkat penggabungan
lain adalah jaringan bisnis yang dibentuk oleh hubungan bisnis
(misalnya, Salo, Karjaluoto, & Alajoutsijrvi, 2003) dan, pada
akhirnya, standar industri (misalnya, RosettaNet dapat dianggap
sebagai salah satu daerah integrasi) (Hannula & Vasama, 2002;
Shapiro & Varian, 1999). Selanjutnya, kita meneliti bagaimana
pengintegrasian IT-enabled mengimplikasi pada hubungan
bisnis.Perubahan dan Tantangan Pengintegrasian TI dalam Hubungan
BisnisOrang-orang yang terlibat dalam kelompok IMP menyadari pada
tahun 1970-an, bahwa pemasaran bisnis agak berbeda dari pemasaran
konsumen, dan mereka bertujuan untuk membangun teori-teori yang
lebih baik dalam menjelaskan perilaku pemasaran bisnis dalam
konteks yang berbeda (misalnya, Hkansson, 1982). Sebuah perubahan
terjadi di sini, karena jelas bahwa hubungan bisnis telah berubah
pesat setelah munculnya teknologi berbasis internet. Selain itu,
kemajuan di bidang TI, termasuk agen cerdas, teknologi mobile
(WLAN, sistem mobile berbasis PDA) dan sistem kecerdasan buatan,
menunjukkan bahwa cara hubungan bisnis yang saat ini terlihat
adalah konseptualisasi yang telah tertinggal. Dengan demikian,
jelas bahwa pengintegrasian TI dan IT-enabled mengubah dan
menantang tentang pemahaman hubungan bisnis yang ada saat ini.
Banyak perusahaan, tingkat perusahaan, departemen, manajer TI dan
manajer-manajer lainnya, termasuk CIO, terlibat dalam keputusan
mengenai pengintegrasian IT-enabled. Selain kemungkinan pribadi,
faktor level perusahaan tersebut semakin membuat rumit
pengintegrasian hubungan bisnis. Selain itu, masing-masing
teknologi disebut mampu berintegrasi di bidang IT, telah memiliki
karakteristik sendiri yang perlu dikuasai sebelum infrastruktur
informasi yang terdiri dari logika bisnis, dibutuhkan aplikasi dan
teknologi yang dapat disatukan untuk melayani kebutuhan dari
hubunganbisnis tersebut. Kebutuhan terkait hubungan bisnis ini
dapat bervariasi mulai dari pengurangan biaya (terlalu banyak biaya
administrasi) sampai meningkatkan komunikasi (tim penelitian dan
pengembangan).MetodologiPada dasarnya, kita menggunakan analisis
konseptual dan penalaran logis sebagai penelitian dan alat analisis
utama. Di bagian empiris dari penelitian, kami memaparkan metode
yang dapat digambarkan sebagai metode kualitatif. Studi-studi ini
telah menjamur secara fenomenal selama tahun 1980 dan 1990-an
(Miles & Huberman, 1994). Lebih tepatnya, studi kasus digunakan
sehingga peneliti dapat mengumpulkan informasi yang terperinci dan
lengkap dari salah satu fenomena focal (Woodside & Wilson,
2003; Yin, 1994). Studi kasus menawarkan pemahaman yang lebih
mendalam (Bonoma, 1985; Eisenhardt, 1989). Pemilihan kasus adalah
fase yang bersangkut paut dalam penelitian studi kasus dan, oleh
karena itu, banyak literatur penuh membahas tentang anjuran dan
tata cara bagaimana memilih kasus (Eisenhardt, 1989; Perry, 1998;
Pettigrew, 1989; Romano, 1989; Stake, 1996). Namun, keputusan untuk
berapa banyak dan mana kasus yang dipilih, tergantung kepada
peneliti (Romano, 1989). Kami melakukan studi kasus tunggal
(Cunnigham, 1997). Dalam perusahaan, kami melakukan beberapa
wawancara mendalam dengan pertanyaan wawancara semi-terstruktur
(lihat Arksey & Knight, 1999: Kumar, Stern, & Anderson,
1993). Identitas perusahaan atau informan tidak dipublikasikan
dengan alasan kerahasiaan. Keragu raguan memilih mempengaruhi
secara umum hasil dari penelitian (Eisenhardt, 1989) tapi tetap
saja lebih dapat diandalkan dibandingkan studi kasus tunggal (Yin,
1994). Oleh karena itu, pemilihan studi kasus bisa berarti bahwa
studi ini tidak bertujuan membuat statistik secara general (umum)
berdasarkan pengujian hipotesis, tetapi mencoba untuk memberikan
ide-ide eksploratif yang dapat diuji kemudian dalam survei
kuantitatif untuk skala besar. Kami juga menggunakan dokumen,
menit-menit pertemuan, laporan industri dan kunjungan cabang untuk
melakukan pelacakan jawaban responden dan memvalidasi hasil
(Patton, 1987). Selanjutnya, kita beralih ke ilustrasi empiris
infrastruktur informasi yang digunakan dalam hubungan bisnis
industri baja.Studi Kasus Pengintegrasian IT-Enabled dalam Hubungan
Bisnis Industri BajaAlpha adalah pabrik baja besar yang beroperasi
di Eropa, sementara Zeta adalah bengkel besar yang mempunyai
spesialisasi benda baja berat, pengelasan dan layanan khusus
lainnya. Lebih dari 25% dari pendapatan Zeta dihasilkan oleh
kebutuhan terus menerus Alpha terhadap Zeta untuk layanan
perawatan, sub-kontraktor, pengerasan baja dan proyek-proyek
investasi. Di sisi pembeli, Alpha memiliki lebih dari 700 aplikasi
perangkat lunak khusus bisnis internal dan infrastruktur informasi
internal yang sangat kompleks. Software EAI dan koneksi
point-to-point yang digunakan antara sistem ERP yang berbeda yang
dimiliki oleh sub-unit yang berbeda Alpha. Selain itu, Alpha
memiliki beberapa sistem CRM, termasuk sistem yang disediakan oleh
penyedia software utama. Alpha juga memiliki sejumlah sistem
penjualan dan pembelian yang dapat digunakan. Ada upaya untuk
mengurangi jumlah sistem yang ada, tetapi masih ada saja sistem
yang saling tumpang tindih melakukan tugas yang sama. Banyaknya
terjadi tumpang tindih karena merger dan akuisisi yang terjadi
selama tahun 1990-an dan 2000-an. Selain itu, beberapa bagian dari
jaringan sub-kontraktor yang direncanakan akan diintegrasikan ke
Alpha oleh agen cerdas dan kecerdasan buatan, tetapi rencana
tersebut belum terwujud, meskipun ada proyek percontohan individu
di mana sistem tersebut diuji. Singkatnya, struktur informasi
internal Alpha agak berantakan tapi masih cukup terintegrasi,
seperti kasus yang terdahulu, Alpha memiliki departemen TI sendiri
dengan lebih dari 200 karyawan, tetapi di akhir 1990-an, kegiatan
TI di outsourcingkan. Namun, masih ada tim kecil dari ahli TI yang
dibagi menjadi sub-unit yang berbeda dari Alpha.Di sisi penjual,
Zeta memiliki pengalaman relatif sedikit menggunakan IT, meskipun
telah dioperasikan beberapa sistem dasar MRP dan saat ini terlibat
dalam akuisisi sistem ERP yang akan memperbarui dan meningkatkan
kegiatan internal saat ini terkait dengan manufaktur, pelacakan
pesanan dan harga. Zeta kurang sumber daya di bidang IT, namun
karena kesamaan sejarah panjang, Alpha telah menuntun Zeta dalam
beberapa masalah IT. Zeta juga membeli sistem ERP skala kecil dari
sebuah perusahaan software lokal yang mengkhususkan diri dalam
sistem ERP. Sistem ERP tersebut terintegrasi melalui Internet ke
salah satu komputer dalam Alpha. Salah satu komputer Alpha, dengan
satu alamat IP di atas garis aman, diberi izin untuk menghubungkan
melalui Internet ke sistem Zeta. Koneksi ini juga memungkinkan
Alpha untuk menjadwalkan dengan lebih baik terkait penjualan
produk-produk kerasnya dengan operasi internal Zeta. Selain itu,
Zeta meningkatkan jumlah rata-rata pengerasan pelat baja, karena
hampir semua dari kapasitas pengerasan dijual ke Alpha (hampir 95%
dari kapasitas saat ini dijual ke Alpha). Zeta berencana untuk
berinvestasi di pabrik pengerasan baru yang akan memungkinkan
peningkatan sepuluh kali lipat produksi. Dengan demikian, jumlah
yang dijual kepada pelanggan selain Alpha akan meningkat
jauh.Singkatnya, sistem ERP yang terintegrasi dalam satu
workstation Alpha untuk mengurangi kerumitan yang berkaitan dengan
dokumen fisik yang berbeda serta untuk mempercepat pengolahan
informasi dengan menyediakan informasi real-time dan akurat bagi
kedua belah pihak. Pengolahan informasi lebih ditingkatkan oleh
sistem selular terintegrasi dengan workstation yang sama. Di masa
depan, jika perusahaan mengejar pengintegrasian lebih lanjut dd
dalam beberapa hubungan Alpha-Zeta, perlu dicatat bahwa
pengintegrasian dengan sistem generasi pertama ERP Alpha saat ini,
juga beberapa sistem CRM, serta sistem SCM, adalah sulit dan
memakan waktu. Dengan demikian, mungkin akan tepat karena terkait
dengan sedikitnya volume bisnis dalam hubungan bisnis ini, yaitu
untuk menggunakan layanan perantara yang menawarkan adapter dan
perangkat lunak lain untuk proses pengintehrasian di antara
perusahaan-perusahaan ini. Ini bisa menjadi pilihan yang terjangkau
untuk kedua perusahaan, karena tidak akan memerlukan investasi dari
Alpha dan hanya investasi kecil dari Zeta untuk menjaga dan
memperdalam hubungan digital dengan Alpha. KesimpulanBab ini telah
sangat menekankan bahwa hubungan bisnis strategis yang benar-benar
terintegrasi dengan bantuan TI dapat memberikan keuntungan dan
pengurangan biaya yang luar biasa bagi kedua belah pihak yang
terlibat dalam hubungan. Studi kami menggarisbawahi bahwa pemilihan
hubungan bisnis sangat penting dan bahwa infrastruktur informasi
internal dibutuhkan untuk menegakkan proses digital. Infrastruktur
informasi diakui sebagai elemen struktural yang hilang dari diskusi
IMP serta kegiatan digital atau komunikasi impersonal dapat
diidentifikasi sebagai proses yang hilang terkait dengan orientasi
elemen.BAB XIVPemanfaatan Komunikasi dan Teknologi Informasi,
Pertumbuhan dan Konvergensi EkonomiPendahuluanSelama dua dekade
terakhir, beberapa negara berkembang telah menganut kebijakan
transisi ekonomi untuk memasuki pasar global yang muncul. Dimensi
penting dari proses globalisasi telah mengimplementasi kebijakan
ekonomi untuk merestrukturisasi negara-negara berkembang. Banyak
negara menetapkan tingkat yang lebih besar dari stabilitas
makroekonomi dan mendorong lingkungan yang kompetitif, serta
kebijakan yang ditempuh mempromosikan privatisasi, liberalisasi
perdagangan dan akuntabilitas yang lebih besar (transparansi
perilaku pemerintah).Namun, beberapa negara mengalami hasil yang
mengecewakan. Banyak mulai mempertanyakan keberhasilan program
restrukturisasi. Kebijakan ekonomi kadang-kadang gagal untuk
mencapai tujuan mereka, dan bahkan memperburuk masalah dari
beberapa negara-negara berkembang. Misalnya, apa yang disebut
"Washington Consensus" yang mendorong privatisasi atas dan di atas
pertimbangan lain akhirnya memperkaya hanya beberapa yang mana
merugikan jutaan lainnya (seperti dalam kasus oligarki Rusia).
Alasan kegagalan berada pada keengganan pemerintah untuk mengubah
dan ketidakmampuan untuk menyampaikan fakta, di akibatkan konflik
politik atau politik kejatuhan kepemimpinan negeri. Dalam konteks
ini, pemerintahan yang lebih baik telah menjadi penting dalam
pembentukan pasar terbuka, transparansi dan administrasi publik
yang efisien.Menciptakan sistem pengadaan publik yang modern adalah
salah satu bagian dari proses untuk ekonomi pasar yang efisien dan
kompetitif yang diperlukan suatu negara untuk berperan penuh ke
dalam komunitas global. Di ranah ini, teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dapat membantu mencapai lingkungan yang kompetitif
(tender terbuka) dan memberikan kesempatan bagi sektor swasta
(melalui akses ke informasi publik), transparansi pemerintah yang
lebih besar dan konvergensi teknis dan pasar; dan bahkan dapat
mengurangi cengkeraman negara elite di sektor-sektor kunci ekonomi
nasional.Globalisasi dan teknologiGlobalisasi dapat dilihat sebagai
proses peningkatan kebebasan dan kapasitas individu dan perusahaan
untuk melakukan kegiatan ekonomi dengan penduduk negara lain.
Kekuatan pendorong globalisasi berasal dari pengurangan hambatan
untuk melakukan bisnis di seluruh batasan politik dan geografis,
serta pengurangan dan konvergensi biaya transaksi melalui kemajuan
dalam "transportasi informasi." Ada sebuah konsensus bahwa inovasi
dan perkembangan kemajuan dalam bidang TIK berfungsi sebagai
katalis bagi pertumbuhan ekonomi. Qiang (2003) merangkum beberapa
penelitian tentang dampak ICT terhadap pertumbuhan ekonomi seperti
yang timbul dari pendalaman modal dan peningkatan produktivitas
faktor total. Peningkatan informasi dan pengetahuan memungkinkan
bangsa untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa. Penelitian
telah menunjukkan adanya hubungan investasi TIK dan penyerapan
perbaikan dalam standar hidup. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi
dalam suatu negara diakibatkan oleh banyak faktor, bukan hanya dari
sekedar besarnya aktivitas ICT. Faktor produksi suatu negara
(tanah, tenaga kerja, modal dan kewirausahaan) ditingkatkan melalui
penerapan perangkat TIK. Dengan demikian, peningkatan produktivitas
hasil sumber daya dapat meningkatkan pertumbuhan perdagangan dan
ekonomi global. Bab ini membahas lingkungan ICT dalam negara-negara
Eropa tengah dan tenggara Eropa (CSEE) perubahan di sektor ini
dalam Uni Eropa. Pemeriksaan strategi yang diambil oleh
negara-negara tersebut untuk meningkatkan kinerja ekonomi mereka.
Penekanan khusus adalah pada upaya negara-negara CSEE untuk
membangun pemerintahan yang kredibel dan sistem politik yang
handal, dan mencapai ekonomi yang kompetitif. Pelayanan
negara-negara tersebut sebagai sebuah laboratorium untuk menerapkan
perubahan radikal dalam ekonomi politik mereka dari perencanaan
yang berasal dari pusat, sistem satu partai ke sistem berbasis
pasar yang demokratis. Teknologi informasi dan komunikasi
memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk mengubah diri sendiri
seperti cara mereka menyediakan produk dan layanan kepada warga.
Hal ini sangat penting di antara bangsa-bangsa CSEE karena adanya
revolusi untuk membuka pemerintahan dan kebebasan memilih. Dibebani
oleh puluhan sistem yang tidak efisien, negara-negara ini sedang
mengalami reorganisasi dan rekayasa ulang. Kedatangan ICT yang baru
bertepatan dengan transformasi ini. Teknologi ini dapat memenuhi
kebutuhan yang semakin meningkat terkait akses publik terhadap
informasi pemerintah. Perangkat Internet menyediakan mesin untuk
meningkatkan pertukaran informasi antar cabang pemerintahan, serta
dengan masyarakat.Beberapa perubahan yang negara-negara CSEE akan
harus laksanakan untuk mendapatkan keuntungan dari ICT meliputi:
Sebuah kerangka hukum dan administrasi sesuai dengan aturan
internasional. Memperluas program pendidikan dan pelatihan bagi
sektor publik dan swasta. Investasi lebih besar dalam data dan
sistem informasi, serta jaringan. Penguatan ekonomi berbasis pasar.
Menetapkan standar etika yang efektif untuk menghilangkan penipuan,
pemborosan, penyalahgunaan dan korupsiKekhawatiran lainnya mencakup
strategi yang diambil untuk menggabungkan teknologi baru dalam
pemerintahan. Meskipun proses ini disebut digitalisasi pemerintahan
(The Center for Digital Pemerintah, 2005), implementasi ICT sendiri
bukan berarti pemerintah itu pintar. Teknologi baru sendiri mungkin
tidak memberikan sebuah pemerintahan yang terbuka dan demokratis.
Sangat penting bahwa pemerintahan itu sendiri lebih cerdas, bukan
hanya teknologinya saja yang lebih cerdas (Brynjolfsson, 1993).
Langkah pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kepada warganya
melalui penggunaan teknologi-sebuah proses yang juga disebut
e-government (E-Gov, 2005) secara khusus telah memiliki fokus pada
teknologi. Hal ini sering diartikan berpindah dari sistem sistem
lama yaitu berbasis kertas ke proses digital yang lebih baru.
Namun, tujuan dari digital atau e-government tidak harus terbatas
pada menciptakan sistem dan jaringan komputer canggih. Menurut
Piagam Okinawa tentang Informasi global Masyarakat (2000), langkah
utama dalam memperkuat sistem demokrasi adalah untuk menetapkan
kebijakan dan prinsip-prinsip didasarkan pada tata kelola yang
baik, seperti transparansi dan akuntabilitas. Perpindahan
organisasi dan proses yang tidak efektif ke dalam lingkungan
digital hanya akan melanggengkan manajemen yang tidak produktif dan
pembengkakan lembaga pemerintah.Peran ICTInovasi dan teknologi
membantu memecahkan masalah pembangunan dan tata kelola ekonomi.
Selain itu, jenis pengetahuan tersebut seringkali tidak dibatasi
oleh hambatan geografis atau politik, seperti banyak sumber
informasi lainnya. Selain itu, memperluas pengetahuan dan kemajuan
teknologi sering segera diikuti oleh potongan harga rendah. Ini
telah mempercepat meluasnya penggunaan TIK di seluruh negara.
Penggunaan aplikasi surat elektronik dasar (e-mail), perdagangan
(e-commerce) dan keuangan (e-banking) memberikan penghematan biaya
dan efisiensi waktu. Selain itu, ICT sangat penting dalam
lingkungan bisnis berbasis pengetahuan baru.Karena penggunaan ICT
memungkinkan pertumbuhan daya saing dan ekonomi, pemerintah
memainkan peran penting di dalam sektor ini (von Hippel, 1988,
2001, 2002). Untuk meningkatkan efisiensi, daya saing dan daya
tanggap pemerintah mereka (dan karenanya, demokratisasi lembaga
pemerintah), sangat penting untuk memperluas jumlah dan berbagai
layanan, meningkatkan akses ke layanan tersebut dan membahas
isu-isu penting, seperti pengadaan elektronik.Banyak program
pemerintah dan industri di seluruh dunia telah menargetkan
investasi nasional di bidang TIK. Program-program ini secara luas
diakui sebagai pusat untuk mempertahankan dan meningkatkan daya
saing suatu negara dalam ekonomi global. Namun, perbedaan dalam
efektivitas program ini jelas. Hal ini disebabkan adanya asimilasi
investasi TIK dan pengetahuan, dan bukan hanya pada desain program
tertentu dan manajemen dalam bertindak yang hanya berfungsi sebagai
katalis untuk keunggulan kompetitif. Asimilasi teknologi informasi
dan komunikasi oleh warga, perusahaan dan pemerintah suatu negara,
yang demikian terkait dengan kekuatan ekonomi dan produktivitas
secara keseluruhan (Brynjolfsson & Hitt, 1996; Brynjlofsson
& Yang, 1997; Triplett, 1997). Perubahan sering diperlukan di
tingkat makro untuk memfasilitasi asimilasi ICT, karena
negara-negara berbeda dalam derajat reformasi peraturan dan
kebijakan persaingan mereka. Namun demikian, peningkatan permintaan
untuk pemanfaatan TIK didorong oleh cepatnya terjadinya penurunan
biaya dan harga untuk peralatan ICT dan jasa dan liberalisasi
perdagangan dan kerangka peraturan di sebagian besar negara.
Globalisasi memaksa pemerintah dan perusahaan untuk mereformasi
kebijakan yang tidak efisien. Manfaat ekonomi secara keseluruhan
berasal dari daya saing biaya yang lebih besar dan kemudahan masuk
di pasar. Selain itu, ekonomi berbasis pengetahuan memperpendek
siklus hidup produk dan ada kebutuhan terus untuk teknis, hukum,
organisasi dan sosial inovasi antara bangsa-bangsa.Pertumbuah
Ekonomi, Konvergensi dan ICTPerkembangan dramatis dalam TIK di
seluruh dunia telah membuka prospek untuk sebuah ekonomi global
hampir terintegrasi secara virtual, di mana orang dapat
berinteraksi secara virtual, di mana pun mereka berada. Teknologi
informasi dan komunikasi memiliki potensi untuk menghubungkan pasar
yang ada, menuju ke integrasi ekonomi berdasarkan prinsip saling
melengkapi. Teknologi informasi dan komunikasi dapat memberikan
akses akses ke pasar, informasi dan sumber daya lainnya yang
seharusnya telah dapat diakses kepada negara kurang berkembang dan
orang-orang miskin. Namun, globalisasi juga dapat menempatkan
negara-negara yang lebih kecil dalam situasi yang sulit. Biaya
pengeluaran teknologi dan inovasi mungkin begitu tinggi, sehingga
hanya beberapa negara terkemuka kaya yang berada dalam posisi yang
menguntungkan. Dengan demikian, ada kebutuhan untuk membangun
kerjasama regional dan bahkan mengeksplorasi perjanjian kerja sama
dengan perusahaan-perusahaan transnasional skala besar untuk
mengimbangi pembangunan berbasis pengetahuan.Sebuah kebangkitan
kepentingan dalam model pertumbuhan ekonomi telah memicu diskusi
mengenai konvergensi, baik dalam tingkat pendapatan per kapita
negara-negara 'atau dalam tingkat pertumbuhan pendapatan per
kapita. Hal ini juga penting untuk membedakan antara gagasan
konvergensi mutlak dan bersyarat. Konvergensi mutlak memprediksi
bahwa negara-negara yang hanya berbeda dalam hal modal awal mereka
terhadap rasio tenaga kerja akan berkumpul di tingkat umum
pendapatan per kapita. Dengan demikian, sebuah negara miskin pada
akhirnya akan mengejar ketinggalan dengan negara kaya. Namun
demikian, sebagian besar negara memiliki tingkat permulaan berbeda
mulai dari sumber dayanya, sehingga konvergensi mutlak sulit
dicapai. Di sisi lain, konvergensi bersyarat mengakui heterogenitas
atau perbedaan ekonomi. Barro (1991) menunjukkan bahwa "hipotesis
bahwa negara-negara miskin cenderung tumbuh lebih cepat dari
negara-negara kaya tampaknya tidak konsisten dengan bukti lintas
negara, yang menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan per kapita
memiliki korelasi kecil dengan tingkat awal produk per kapita."
Bukti ini menunjukkan bahwa data lintas negara tidak mendukung
asumsi bahwa konvergensi berlaku secara mutlak. Alasan utama untuk
temuan ini adalah bahwa ekonomi secara intrinsik berbeda satu sama
lain. Dengan demikian, ketika mereka mengontrol karakteristik
spesifik negara, temuan empiris untuk sekelompok sekitar 100 negara
sangat mendukung hipotesis konvergensi kondisionalPemerintahan dan
ICTCita-cita dan praktek pemerintahan dan masyarakat sipil yang
demokratis telah diterima secara luas, dan karenanya contoh seperti
pemilu yang bebas dan partisipasi masyarakat menjadi bagian dari
proses global. Agenda ini sedang dilaksanakan di seluruh dunia,
tetapi telah menambahkan signifikansi antara bangsa-bangsa CSEE
karena sejarah mereka. Negara demokratis liberal modern,
bagaimanapun, memerlukan pemilihan umum yang bebas dan kekuasaan
mayoritas, seperti halnya konstitusionalisme (termasuk aturan
hukum, perlindungan hak-hak dasar dan pemisahan kekuasaan antara
lembaga-lembaga), ruang bebas dari kekuasaan publik untuk individu
dan tindakan kelompok (masyarakat sipil), serta sektor pasar bebas.
Jadi yang disebut partisipatif demokrasi, di sisi lain, mendalilkan
debat publik terbuka dalam mencari sebuah konsensus dan termasuk
hak masuk bagi individu dan kelompok untuk semua tingkat
lembaga-lembaga publik. Rule of law umumnya didefinisikan dalam hal
prosedural dari sebuah sistem hukum yang di bawah peradilan yang
independen. Walaupun merupakan sumber legitimasi, aturan hukum
bukan hal yang bisa bekerja sendiri tanpa lembaga pemerintahan yang
merupakan ekspresi langsung dari demokrasi itu sendiri. Demikian
pula, transparansi memerlukan keterbukaan proses dan akses ke
dokumen-dokumen resmi. Hal ini mendukung masyarakat sipil dan
demokrasi dengan memfasilitasi akses ke informasi yang memungkinkan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik serta
kegiatan ekonomi. Internasionalisasi pengambilan keputusan dalam
lingkup nasional, dan perluasan gagasan masyarakat sipil, telah
menciptakan tekanan tertentu yang menekankan pentingnya
integrasi-sebuah proses transformasi unit yang sebelumnya terpisah,
menjadi komponen dengan sistem yang koheren. Dalam konteks ini,
Teknologi informasi dan komunikasi dapat berfungsi sebagai alat
untuk menyediakan akses yang lebih baik ke informasi dari relevansi
langsung terkait dengan transisi negara, dan untuk memfasilitasi
integrasi pasar baik di dalam negeri maupun regional. Negara-negara
CSEE sudah melangkah bergeser, setelah runtuhnya sistem komunis
yang represif, menuju ke era di mana kesempatan yang diberikan oleh
ICT memberikan layanan yang lebih luas dibandingkan sekedar sebuah
layanan sederhana. Alat-alat ini memberikan kesempatan untuk
mencapai lompatan kuantum dalam transparansi dan efisiensi
administrasi dan integrasi.Pengadaan Fasilitas Publik
ElektronikPraktek saat ini dalam Pengadaan PublikGerson (1999)
mendefinisikan pengadaan sebagai "seluruh proses akuisisi dari
pihak ketiga dan meliputi barang, jasa dan proyek-proyek
konstruksi. Proses ini mencakup seluruh siklus dari konsep awal dan
kebutuhan bisnis hingga akhir masa manfaat suatu aset atau akhir
kontrak jasa. "Prinsip utama dan diterima secara luas yang
mendasari sistem pengadaan publik modern adalah kompetisi-yaitu,
akses universal yang terbuka dan tak terbatas terhadap pasar
pengadaan. Selain itu, proses pengadaan - pemilihan penawar,
prosedur tender dan pemberian kontrak- harus terbuka terhadap
pemeriksaan dan review dari publik, sehingga membuatnya menjadi
sebuah proses transparan. Misalnya, untuk mempromosikan
transparansi, proses pengadaan harus dilakukan terbuka kepada
pengawasan publik. Proses transparansi ini lebih diperkuat ketika
penghargaan kontrak, dan proses pengadaan secara keseluruhan itu
sendiri, tunduk pada pengawasan dari parlemen nasional, badan audit
eksternal dan media.Pengadaan secara ElektronikBanyak negara telah
memperkenalkan sistem pengadaan elektronik pertama untuk tender,
karena itu memungkinkan untuk membuat keuntungan besar dalam
transparansi dan efisiensi dengan investasi yang relatif sederhana.
Sistem tender biasanya dioperasikan secara langsung oleh instansi
pemerintah. Di beberapa negara, layanan telah dikontrakkan kepada
badan khusus (misalnya, Australia, Meksiko) dan, dalam beberapa
kasus, kepada operator swasta (misalnya, Kanada, Chile). Sistem
pengadaan elektronik biasanya membutuhkan perubahan hukum dan
kelembagaan yang lebih luas dan telah dilaksanakan di hanya
beberapa negara, seperti Australia dan Meksiko. Sistem pengadaan
elektronik biasanya akan dimulai setelah infrastruktur hukum untuk
e-commerce sudah ada. Hal ini dapat dioperasikan baik secara
terdesentralisasi (proprietary katalog online) atau dikumpulkan ke
pasar yang lebih besar atau "pertukaran".Negara-negara CSEE dan
Pengadaan ElektronikNegara-negara Eropa Tengah dan Tenggara telah
bekerja untuk membangun sistem pengadaan publik yang modern dari
awal transisi mereka menuju ekonomi pasar. Penciptaaan sistem
tersebut adalah bagian dari proses penempaan yang efisien, ekonomi
pasar yang kompetitif dan sangat diperlukan untuk integrasi
negara-negara tersebut ke dalam komunitas perdagangan internasional
secara menyeluruh.Secara khusus, negara-negara CSEE harus Desain
kerangka hukum dan administrasi yang memfasilitasi integrasi
pengadaan melalui sektor publik sampai kepada jaringan fungsional
dan koheren dengan standar profesional yang tinggi, dan konsisten
dengan kewajiban internasional. Kerangka kerja tersebut harus
mendefinisikan tanggung jawab keuangan dan hukum semua peserta
dalam proses pengadaan, termasuk pemasok dan entitas pengadaan di
pemerintah pusat dan daerah. Pastikan bahwa entitas pengadaan
pemerintah mempekerjakan tenaga terlatih yang memahami kebutuhan
untuk sistem pengadaan yang efisien. Menciptakan sistem ini
membutuhkan biaya pelatihan yang signifikan. Investasi besar dalam
sistem yang menyediakan akses yang memadai terhadap data dan
informasi, dan yang memfasilitasi jaringan profesional dalam sektor
publik. Memberi pemasok akses ke pelatihan dan informasi yang
meningkatkan daya saing mereka, yang pada gilirannya memperkuat
ekonomi pasar. Merancang dan melaksanakan mekanisme yang efektif
untuk mengekang penipuan, limbah, penyalahgunaan dan korupsi, yang
mengancam sistem pengadaan publik di semua negara dan menghambat
persainganKesimpulan dan Penelitan masa mendatangSektor
infrastruktur dan layanan ICT,menyediakan fondasi mendasar bagi
ekonomi informasi saat ini. Selain itu, ICT menginduksi perubahan
struktural di dalam dan di antara bangsa-bangsa, serta memungkinkan
barang dan jasa untuk bergerak bebas, sehingga mendorong daya
saing. Teknologi informasi dan komunikasi juga memiliki peran
sentral dalam meningkatkan produktivitas faktor total di dalam
ekonomi domestik dan pertumbuhan lapangan kerja mereka. Oleh karena
itu, pembuat kebijakan nasional harus mempertimbangkan pengalaman
negara-negara yang telah paling sukses dengan penggunaan TIK dalam
ekonomi mereka. Karakteristik utama untuk mencapai keberhasilan
dalam memanfaatkan TIK meliputi liberalisasi pasar yang
berkelanjutan, sistem regulasi independen, penerimaan penuh
terhadap teknologi baru yang merusak institusi dan hubungan yang
ada, serta peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia yang
diperlukan untuk operasi ICT. Tujuan dari para pembuat kebijakan
seharusnya bisa membangun sebuah lingkungan di mana ICT dapat
berkembang sendiri tanpa intervensi. Pasar dan prasarana yang tepat
kemudian dapat menciptakan siklus pembangunan ekonomi, di mana
pendapatan bertambah dan meningkatkan ICT secara spontan. Sejumlah
penelitian menggarisbawahi bahwa sektor ICT memiliki peran yang
semakin berpengaruh dalam pertumbuhan produktivitas ekonomi yang
luas dan difusi teknologi.Teknologi informasi dan komunikasi akan
terus mengubah cara prngturan informasi dan pengadaan publik dalam
ekonomi transisi. Transparansi dan efisiensi yang lebih besar dalam
kegiatan e-government dan pengadaan akan mencapai kinerja yang
lebih baik, bersama dengan kebutuhan kebersamaan yang lebih besar
di seluruh negara-negara, sehingga memberikan kontribusi untuk
meningkatkan konvergensi.