PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM MEWUJUDKAN
KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAANBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Persaingan bisnis yang semakin ketat di era globalisasi ini
menuntut perusahaan untuk menyusun kembali strategi dan taktik
bisnisnya. Jika dilihat lebih mendalam, ternyata esensi dari
persaingan terletak pada bagaimana sebuah perusahaan dapat
mengimplementasikan proses penciptaan produk dan atau jasanya
secara lebih murah, lebih baik, dan lebih cepat dibandingkan dengan
pesaing bisnisnya. Saat ini penerapan teknologi informasi dan
komunikasi sangat diperlukan dalam dunia bisnis sebagai alat bantu
dalam upaya memenangkan persaingan. Perusahaan yang memanfaatkan
teknologi informasi dapat merencanakan pengembangannya untuk
mendapatkan informasi lebih dini sehingga mampu melakukan terobosan
atau keputusan lebih cepat dari pesaingnya. Selain itu dengan
penerapan teknologi informasi yang telah dibangun, penguasaan
teknologi informasi merupakan syarat yang harus dimiliki oleh
Sumber Daya Manusia untuk memenangkan persaingan di kompetisi
global. Pemanfaatan teknologi sangat diperlukan untuk memenangkan
persaingan tersebut. Ada beberapa faktor yang membuat teknologi
informasi dan komunikasi menjadi semakin diperlukan, antara lain
bahwa manajemen dalam perusahaan harus berhadapan dengan lingkungan
bisnis yang semakin rumit dan tingkat persaingan yang tajam. B.
Perumusan Masalah Dari latar belakang tersebut diatas maka sebagai
perumusan masalah adalah apakah dalam penerapannya teknologi
informasi dan komunikasi senantiasa diselaraskan dengan rencana
perusahaan akan dapat memberikan nilai lebih serta keunggulan
bersaing bagi perusahaan? Selain dari pada itu apakah pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi diperlukan dukungan sumber daya
guna menunjang kegiatan operasional baik usaha inti maupun usaha
lain yang menunjang bisnis? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan agar
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam meningkatkan
keunggulan bersaing perusahaan adalah sebagai berikut : 1.Sebagai
syarat untuk kenaikan pangkat dalam golongan III di Perum
Pegadaian; 2.Dengan pemanfaatan teknologi informasi menjadi
membaiknya arus informasi di dalam sebuah organisasi; 3.Mendorong
percepatan informasi yang dihasilkan oleh agar secara rutin dan
efisien mengalir ke sistem atau bagian lain yang memerlukan dan
tercipta harmonisasi arus data dan informasi. 4.Dengan kecepatan
penanganan data yang dihasilkan akan cepat dalam pengambilan
keputusan sehingga tidak kehilangan kesempatan untuk mengembangkan
bisnis yang lebih dibandingkan pesaing.
BAB II DATA DAN FAKTA A.Landasan Teori Sistem informasi
Manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh
dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu
mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian
cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan
sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.
Sistem informasi adalah hal-hal yang bisa dikerjakan oleh sistem
informasi terkait dengan kemampuan yang dapat dilakukannya (
Turban,Mclean,dan Wetherbe, 1999) adalah sebagai berikut :
Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar dan dengan
kecepatan tinggi. Menyediakan komunikasi dalam organisasi yang
murah,akurat dan cepat. Menyimpan informasi dalam jumlah yang besar
dalam ruang yang kecil tetapi mudah diakses. Memungkinkan
pengaksesan informasi diseluruh dunia dengan cepat dan murah.
Meningkatkan efektifitas dan efisiensi orang-orang yang bekerja
dalam kelompok dalam suatu tempat atau pada beberapa lokasi
Menyajikan informasi yang jelas yang menggugah pikiran manusia.
Mengotomasikan proses-proses bisnis dan tugas-tugas yang dikerjakan
secara manual. Mempercepat pengetikan dan penyuntingan dan
penyajian data B.Penyajian Data dan Fakta Komponen Teknologi
informasi dan komunikasi meliputi Hardware (perangkat keras),
Software (perangkat lunak) dan brainware (sumber daya manusia yang
mengelolanya). Komponen dan TI tersebut memang saling terkait dan
saling mendukung. Banyak kendala di dalam penerapan teknologi dan
informasi disebabkan oleh salah satu atau beberapa dari faktor
antara lain : 1.Belum tersosialisasinya secara baik terhadap
penerapan teknologi informasi di lingkungan karyawan dalam
perusahaan sehingga belum familiar dalam pemanfaatan software
maupun hardware. 2.Penguasaan teknologi dan informasi masih
didominasi oleh karyawan tertentu dan karyawan yang lain masih
ketergantungan terhadap karyawan yang menguasai teknologi tersebut
sehingga menyebabkan ketimpangan pengetahuan tentang teknologi
menyebabkan adanya hambatan dalam penerapan. Sebagai contoh apabila
terjadi kerusakan di Cabang sebagian besar Kantor Cabang masih
sangat tergantung dengan petugas TI di Kanwil sehingga pemanfaatan
teknologi mengalami kendala. 3.Masih terjadi ketidakakuran
penyajian data, misalnya terdapat satu transaksi namun hasilnya
antara bagian hasilnya tidak sesuai. 4.Pembangunan teknologi
informasi perusahaan dilakukan secara bertahap dan belum diterapkan
secara holistik atau menyeluruh dikarenakan beberapa kendala biaya
dan sumber daya yang ada masih terbatas.
Bab III PEMBAHASAN MASALAH A.Analisa Data 1.Diperlukan
kepedulian dan dukungan terhadap aplikasi pemanfaatan Sistem
Informasi dan komunikasi Perusahaan yang telah diterapkan sehingga
seluruh lini karyawan memiliki konsep berfikir yang sama untuk
melakukan dan mengembangkan sistem informasi bersama, agar dapat
memperoleh satu kesatuan pandangan sehingga data, analisa dan
pelaporan yang dihasilkan dapat selalu up to date dan akurat.
2.Untuk memperoleh keunggulan dalam persaingan bisnis dengan cara
memanfaatkan teknologi informasi diperlukan update pengetahuan
secara terus menerus terhadap seluruh karyawan baik pembelajaran
melalui diklat atau kursus maupun pembelajaran dari satu karyawan
yang telah menguasai kepada karyawan yang belum menguasai.
3.Perlunya koordinasi setelah diterapkan aplikasi teknologi
informasi agar tidak terjadi over lapping atau tumpang tindih data
yang menyebabkan tidak akur dan tidak akurat. 4.Menurut
(Alter,1992) ada empat peranan penting dalam sistem teknologi
informasi dalam organisasi, yaitu : a. Berpartisipasi dalam
pelaksanaan tugas-tugas guna kelancaran bisnis perusahaan; b.
Mengaitkan perencanaan, pengerjaan dan pengendali dalam sebuah
subsistem sehingga teknologi yang diterapkan akan terkontrol dengan
baik; c. Mengkoordinasikan subsistem-subsistem; d. Mengintegrasikan
subsistem-subsistem. Sistem informasi adalah kerangka kerja yang
mengkoordinasikan sumber daya perusahaan untuk mencapai suatu
sasaran atau tujuan. B.Alternatif Penyelesaian Masalah 1.Dalam
globalisasi dan era digital dengan tinggi teknologi saat ini,
dituntut untuk mengikuti perubahan lingkungan yang cepat. Perlu
kita sadari bahwa teknologi informasi dan semakin mudahnya dan
efektifnya komunikasi adalah merupakan faktor yang memperngaruhi
perubahan kondisi dan lingkungan saat ini maupun perubahan dimasa
mendatang. 2.Kepedulian terhadap teknologi yang diterapkan, dapat
ilustrasikan yaitu bagaimana cara input data yang benar ke system
informasi, melakukan proses update dan tatacara penyajian akan
menghasilkan data, informasi dan laporan yang benar akan memudahkan
dalam analisa dan pembuatan keputusan untuk berfikir yang lebih
strategis. Dalam istilah garbage in garbage out masukan data yang
bersifat sampah tentunya akan menghasilkan keluaran sampah juga
sehingga untuk menghindari hal tersebut diperlukan kepedulian dan
melakukan input dan validasi secara benar. 3.Penerapan teknologi
informasi bukan berarti akan menggantikan sumber daya manusia yang
ada, namun dengan pengembangan teknologi diharapkan permasalahan
tentang data, proses,
pelaporan dan analisa dapat diambil alih oleh system teknologi
informasi dan komunikasi sehingga SDM yang ada dapat fokus pada
kegiatan bisnis dan mampu mengembangkan bisnis untuk melakukan
ekspansi sehingga memperoleh hasil dan manfaat lebih besar lagi.
4.Pengembangan Teknologi informasi seharusnya dengan menggunakan
konsep pembiayaaan yang lebih murah daripada pengerjaan secara
manual sehingga teknologi informasi komunikasi mampu mendukung
sasaran bisnis yang mencakup : oPeningkatan layanan ke pelanggan
dan peningkatan produktivitas kinerja; oPengurangan biaya atau
mengurangi pemborosan sumber daya; oPeningkatan dan cepat dalam
pengambilan keputusan; oPengembangan aplikasi-aplikasi strategis
lainnya sesuai kemampuan perusahaan yang memudahkan pengaksesan
informasi, komputer menjadi sangat berguna bagi siapa saja, tidak
terbatas pada manajemen atau staf dalam suatu organisasi, tetapi
pada akhirnya juga akan bagi para pelanggan dapat menikmati
kemudahan dalam penerapan teknologi informasi di perusahaan. BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari paparan diatas dapat
diambil kesimpulan : 1. Seiring dengan perkembangan lingkungan
bisnis yang rumit dan lingkungan yang dinamis tuntutan terhadap
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi adalah sudah menjadi
kebutuhan perusahaan untuk memperoleh kemudahan-kemudahan. 2.
Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi
yang menyeluruh, terkoordinasi secara rasional dan
mentransformasikan data menjadi informasi dengan berbagai cara
sehingga dapat meningkatkan produktifitas. 3. Ada beberapa faktor
yang menjadi penyebab tidak berhasilnya membangun sistem teknologi
informasi dan komunikasi, antara lain : Kurangnya koordinasi antar
lini atau bagian; Kurangnya perencanaan atau strategik plan
teknologi informasi yang memadai; Masih terbatasnya SDM yang handal
dalam teknologi informasi; Kurangnya partisipasi seluruh staf dalam
merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan
memotivasi seluruh personil yang terlibat. 4. Penerapan system
informasi dan komunikasi bertujuan agar dapat mudah dalam melakukan
proses dari input, analisa data menghasilkan informasi yang
diinginkan untuk pengambilan keputusan. Dengan demikian perusahaan
akan semakin dapat bersaing karena pengambilan keputusan dapat
dilakukan dengan cepat dan akurat dibandingkan oleh pesaing.
B.Saran 1. Perlu kerja keras, hasrat atau kemauan untuk mempelajari
dan menguasai teknologi informasi terutama bagi karyawan yang gagap
teknologi.
2. Teknologi Informasi dan komunikasi agar dalam penerapannya
dengan menggunakan konsep teknologi tepat guna dan user friendly
atau mudah dalam pengoperasiannya.
Daftar Pustaka 1. Turban, Mclean, Wetherbe,
InformationTechnology for Management Transforing Business in the
Digital Economy, 3 rd Ed, John Wiley & Sons,Inc,USA, 1999 2.
Alter, S., Information Systems, A Management Perspective, Addison
Wesley Publishing Company, September 1992 3. Laporan Harian
Pemeriksaaan, Inspektorat Wilayah Utama Perum Pegadaian Jakarta,
20072008
http://cireks.blogspot.com/2008/08/pemanfaatan-teknologi-informasi-dan.html
Teknologi informasi (TI) merupakan bagian yang tak terpisahkan
lagi bagi dunia usaha terutama dalam era globalisasi. Dalam
menghadapi tata dunia yang tak mengenal batas geografphis ini,
kebutuhan akan produk-produk TI menjadi kebutuhan dasar perusahaan
agar dapat bertahan dalam kancah persaingan. Akan tetapi, masih
banyak para manager maupun eksekutif yang belum memahami benar
seluk beluk TI sehingga peran TI dalam perusahaan seringkali hanya
merupakan faktor pelengkap dan ikut-ikutan. TI seharusnya membuat
kehidupan manusia lebih mudah dan lebih baik. Masih saja sering
terdengar bahwa penggunaan TI di suatu perusahaan telah
mengecewakan karena dengan investasi yang sangat besar tetap tidak
memberikan keuntungan ekonomis yang memadai. Bukti nyata bahwa TI
memberikan dampak yang sangat besar pada peningkatan produktifitas,
efisiensi atau perluasan pasar kadang sulit dicari. Apa yang salah
dengan dunia TI. Apakah teknologinya yang masih kurang sempurna.
Atau penerapannya yang salah. Ada beberapa tahapan pengunaan TI
yang harus diketahui para manager. TI bukan hanya sekedar digunakan
karena perusahaan lain menggunakan. Analisa secara detil perlu
dilakukan untuk mengetahui perannya di perusahaan tertentu. Pada
periode awal penggunaan TI, yang umumnya dimulai dengan penggunaan
komputer, peningkatan efisiensi merupakan dampak yang paling
dirasakan perusahaan-perusahaan. Tetapi, kini sudah banyak
perusahaan yang
menyadari peran TI yang lebih dari sekedar pendukung pekerjaan
klerikal dan administrasif, bahkan TI bukan lagi sekedar suporter
tetapi enabler. Dampak terbesar yang dirasakan perusahaan adalah
penerapan TI secara strategis dan inovatif dalam rangka
meningkatkan competitive advantage. Istilah competitive advantage
telah menjadi buzzword bagi dunia usasha. Seakan penerapan TI yang
berbeda sedikit dari perusahaan saingan sudah merupakan contoh
pemanfaatan TI dalam meningkatkan daya saing. Padahal belum tentu
selalu demikian. Dengan menggunakan kjomputer yang mempunyai banyak
fungsi belum berarti TI sudah berperan dalam peningkatan keunggulan
bersaing. Makna keunggulan daya saing harus dimengerti benar agar
jangan menimbulkan kekecewaan dalam melakukan investasi. Cerita
sukses penerapan TI baru terjadi di luar negeri. Di Indonesia TI
boleh dibilang baru mulai, dan belum begitu banyak dimanfaatkan.
Apakah perkembangan TI yang lambat ini dikarenakan oleh
faktor-faktor internal perusahaan atau faktor eksternal ? Bagaimana
peranan pemerintah dalam mempercepat perkembangan TI di Indonesia ?
Era perdagangan bebas sudah diambang mata. Pihak swasta maupun
pemerintah harus mulai berbenah diri dalam bidang yang
perkembangannya sangat pesat ini. Hal ini dimulai dengan mengenal
konsepsi dasar penerapan TI dalam meningkatkan keunggulan bersaing;
merubah orientasi dari coparative advantage menjadi competitive
advantage. Tujuan penulisan makalah ini untuk mengajak para akuntan
menyadari peranannya dalam perkembangan dunia TI di Indonesia
secara umum maupun peranannya secara khusus sebagai eksekutif dan
planner di perusahaan. PERUBAHAN KONSEPSI PERANAN INFORMASI DI
DALAM ORGANISASI Masalah competitive advantage berkembang dengan
berubahnya peranan informasi dan sistem informasi bagi perusahaan.
Perusahaan kini menganggap informasi sebagai sumber daya seperti
halnya sumber daya modal, manusia dan sebagainya setelah melalui
beberapa tahap perubahan sebagai berikut : Informasi sebagai
timbunan kertas. Pada periode ini, informasi dianggap sebagai
timbunan kertas yang hanya diperlukan untuk keperluan formalitas
dan birokrasi. Kadang-kadang perusahaan bahkan mengangap bahwa
timbunan
kertas tersebut berpotensi untuk menghambat kelancaran operasi
perusahaan. Pada tahun lima puluhan diciptakan sistem informasi
yang dibangan dengan tujuan untuk mengurangi biaya dalam memroses
informasi tersebut, terutama informasi akuntansi. Informasi sebagai
pendukung secara umum. Pada periode enam-puluhan, organisasi mulai
memiliki pandangan berbeda terhadap informasi dimana informasinya
ternyata dapat mendukung fungsi secara umum. Sistem informasi yang
digunakan pada masa ini lebih dikenal dengan istilah sistem
informasi manajemen. Sistem dimaksud menghasilkan laporan-laporan
secara periodik terutama sekitar informasi keuangan. Informasi
untuk keperluan manajemen. Pandangan ini dimulai pada akhir tahun
tujuh puluhan atau awal delapan puluhan, yaitu informasi dapat
dimanipulasi agar sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Sistem
informasi yang digunakan disebut decision support system (DSS).
Fokus pemanfaatan sistem informasi pada tahapan ini adalah
peningkatan efektifitas dari proses pengambilan keputusan
manajemen. Informasi sebagai sumber daya strategis. Pada
pertengahan delapan puluhan, kosepsi mengenai informasi berubah
kembali. Informasi mulai saat ini dianggap sebagai sumber daya
strategis, sumber potensial dalam meningkatkan daya saing suatu
perusahaan atau dapat dianggap sebagai senjata atrategis perusahaan
dalam memenangkan persaingan. Sistem informasi yang digunakan
dikenal sebagai strategic information system (SIS). SIS harus
dibedakan dengan tingkatan strategis dari manajemen, karena SIS
tidak harus selalu berarti sistem informasi untuk manajemen tingkat
atas. SIS dapat juga digunakan oleh setiap tingkat manajemen, lebih
mendasar dari sistem informasi lain. KEUNGGULAN BESAING (KB)
Istilah competitive advantage (keunggulan bersaing) yang muncul
pada awal tahun delapan puluhan telah menjadi istilah yang paling
populer pada saat membicarakan strategi perusahaan. Seperti yang
sering diungkapkan Michael Porter, keunggulan bersaing dapat
dicapai dengan berbagai macam cara, antara lain menawarkan produk
dengan harga minimum, atau menawarkan produk unik dan lebih baik
dari saingan ; atau memfokuskan diri pada segmen pasar tertentu.1
Sedangkan dalam dunia komputer, istilah keunggulan bersaing
dihubungkan dengan penggunaan sumber daya informasi untuk
memperkuat peranan suatu perusahaan di dalam pasar. Pada dasarnya
perusahaan tidak harus selalu mengandalkan sumber daya physik-nya
dalam bersaing tetapi juga dapat memanfaatkan data informasi untuk
mencapai tujuan strategisnya Menurut
McLeod, keunggulan bersaing dapat dilihat dari 2 (dua) sudut
pandang :2 a. Pandangan Awal Pandangan awal ini dimulai dengan
cerita-cerita sukses sekitar penggunaan teknologi informasi pada
perusahaan-perusahaan seperti Citybank yang sangat sukses dalam
memperkenalkan jasa baru ATM (Automatic Teller Machines), amirican
Airlines dengan Supply dengan sistem reservasi yang dikenal dengan
nama SABRE atau American Hospital Supply dengan sistem pemesanan
order yang menggunakan jaringan EDI dan sebagainya. Pada periode
ini, keunggulan bersaing dihubungkan dengan peningkatan laba dan
penguasaan pangsa pasar berkat kejelian suatu perusahaan dalam
memanfaatkan kesempatan dengan memadukan kemampuan teknologi
informasi dengan kebutuhan pasar. Ini bermula dari pendapat yang
mengatakan bahwa manajemen yang baik dan bekerja keras sangat
diperlukan untuk dapat bertahan didalam pasar, akan tetapi untuk
unggul di dalam persaingan kedua aspek tersebut saja tidak cukup ;
perusahaan membutuhkan senjata lain. Pada saat inilah,
perusahaan-perusahaan pionir berfikir bahwa hanya teknologi
informasilah yang dapat membantu mendorong peningkatan laba.
Sebagai the leader dalam berinovasi dengan TI, keuntungan yang
diperoleh perusahaan menjadi berlipat ganda. b. Pandangan Luas Pada
pandangan ini, MCLeod berpendapat bahwa memasimumkan nilai
penggunaan sumber daya informasi, perusahaan harus membangan suatu
sistem informasi antara organisasi atau yang lebih dikenal dengan
istilah inter organizational information system (IOS). Sistem
informasi yang dimaksud dibangun untuk menghubungakan beberapa
perusahaan melalui arus informasi. Jadi perusahaan dihubungkan
dengan lingkungannya melalui sistem seperti yang digambarkan
berikut ini : Request for price quote Price quote Purchase order
Supplier
The Firm P.O. receipt Acknowledgement invoice Perusahaan
diharapkan memanfaatkan TI dengan menganalisa pihakpihak mana yang
dapat dihubungkan melalui arus informasi yang memberikan keunggulan
kompetitive bagi perusahaan. Seluruh jaringan diharapkan dapat
dilaksanakan dalam dua arah dari dan ke perusahaan, kecuali
jaringan dengan perusahaan saingan merupakan jaringan ke perusahaan
saja. McLeod menambahkan bahwa kesempatan yang paling baik dalam
memanfaatkan jaringan Electronic Data Interchange dua arah dapat
diperoleh dengan menghubungkan perusahaan dengan langganan,
pemasok, pemerintah dan lembaga keuangan. Untuk hubungan dengan
pihak-pihak eksternal lainnya dapat dilakukan melalui media
non-komputer. Kenneth C. Laudon dan Jane P. Laudon menyatakan bahwa
perusahaan dapat memanfaatkan informasi dan sistem informasi untuk
dapat memimpin di dalam kancah persaingan3 mereka mengakatagorikan
jenis sistem informasi yang digunakan untuk keperluan ini adalah
strategic information system (SIS). Yang termasuk dalam katagori
ini adalah semua sistem informasi berbasis komputer pada level
apapun dalam organisasi yang dapat merubah tujuan, operasi, produk
jasa maupun hubungan perusahaan dalam lingkungan. Turban, McLean
dan Wethrbe juga menghubungkan SIS tersebut dengan keunggulan
bersaing suatu perusahaan.4 akan tetapi, mereka menambahkan bahwa
topik keunggulan bersaing hanya merupakan masalah ketiga yang
dihadapi direktur sistem informasi setelah masalah kualitas dan
produktivitas. KEUNGGULAN BERSAING ATAU KEUNGGULAN STRATEGIS
Persaingan sangat menentukan sukses tidaknya sebuah perusahaan.
Perusahaan bekerja keras dalam menentukan strategi untuk
memenangkan persaingan dimana perusahaan dapat menguasai pangsa
pasar atau memperoleh laba lebih besar dari pada perusahaan
saingan. Namun, pada umumnya penguasaan pasar atau perolehan laba
yang diperoleh karena perusahaan unggul dalam persaingan pada saat
itu tidak akan bertahan lama. Perusahaan saingan akan mengejar
ketinggalannya dengan melakukan strategi lain atau meniru teknologi
dan strategi yang digunakan perusahaan unggul tersebut. Pengalaman
menunjukkan bahwa sistem informasi saja tidak dapat
memberikan keunggulan bersaing dalam jangka waktu panjang
(sustainable competitive advantage). Untuk keperluan jangka panjang
perusahaan sudah harus memikirkan perubahan orientasi manajemen
dari orientasi persaingan ke orientasi strategis, dimana persaingan
hanya merupakan salah satu aspek manajemen strategis di samping
perencanaan jangka panjang dan manajemen respons. SIS akan
bermanfaat dalam memberikan keunggulan strategis jika
dikombinasikan dengan perubahan secara struktural. Sebagai contoh,
perusahaan Federal Express memiliki 2 (dua) jenis sistem informasi
utama : 1. Sistem informasi yang memungkinkan perusahaan mengetahui
/ menelusuri posisi barang kiriman, 2. Sistem informasi yang dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan dalm mengelola
sumber daya manusianya secara komprehensif, dengan sistem yang
lebih dikenal dengan nama PRISM. Perbedaan mendasarkan dari kedua
sistem tersebut adalah sistem informasi yang pertama dibuat dengan
target utama adalah persaingan, sedangkan yang kedua tidak
mentargetkan persaingan, pembeli ataupun langganan akan tetapi
lebih menfokuskan pada peningkatan fleksibilitas perusahaan agar
perusahaan dapat bertindak secara cepat dan efektif dalam
menghadapi perubahan di pasar serta memudahkan perusahaan dalam
mengelola perubahan. Sistem yang kedua inilah yang berorientasi
pada keunggulan strategis yang bersifat jangka panjang. PERLUNYA
PEMAHAMAN KONSEP IRM Tindakan paling dasar sebelum perusahaan
menentukan strategi untuk memanfaatkan teknologi informasi adalah
menyadari bahwa sumber daya informasi bukan hanya informasi itu
sendiri melainkan mencakup sarana dan peralatan dalam mengelolanya.
Disamping itu, para eksekutif perlu memahami konsep Information
Resources Management (IRM), yaitu konsep yang menekankan agar para
manajer pada semua tingkatan manajemen perlu melakukan aktifitas
identifikasi, perolehan dan pengelolaan sumber daya informasi yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan informasi.5 Jadi manajemen
sumber daya informasi bukan merupakan tanggung jawab satu
departemen saja, tetapi juga merupakan aktifitas semua bagian dan
tingkatan manajemen. Jika hal ini sudah disadari sepenuhnya oleh
semua pihak, maka pemanfaatan teknologi informasi dapat dilakukan
secara maksimum. McLeod menyatakan bahwa ada beberapa kondisi yang
perlu diciptakan di dalam
perusahaan agar konsep IRM tersebut dapat dilaksanakan, yaitu
sebagai berikut: Kesadaran bahwa keunggulan bersaing dapat
diperoleh melalui pemanfaatan teknologi informasi jadi manajemen
sumber daya informasi bukan merupakan tanggung jawab satu
departemen saja, tetapi juga merupakan aktifitas semua bagian dari
tingkatan manajemen kesadaran bahwa jasa informasi merupakan salah
satu fungsi utama perusahaan. Pengakuan bahwa Chief Information
Officer merupakan top eksekutif, Mempertimbangkan sumber daya
informasi ketika menyusun perencanaan strategis, Memiliki rencana
strategis untuk sumber daya informasi secara formal, Memiliki
strategi dalam mengembangkan dan mengelola and-user coputing.
Dengan pemahaman konsep IRM, penerapan teknologi informasi secara
strategis dan maksimal akan lebih mudah dilaksanakan. Konsep IRM
mencerminkan adanya pengakuan terhadap nilai dan sumber daya yang
diperlukan untuk menghasilkannya. Seringkali para manejer dan
eksekutif telah melakukan kontribusi terhadap IRM, akan tetapi
kunci keberhasilan maksimum dicapai apabila top eksekutif
memberikan komitmennya terhadap IRM. TEKNOLOGI INFORMASI :
PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHANNYA Teknologi informasi secara sempit
dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan
telekomunikasi, yang meliputi perangkat keras, perangkat lunak,
database, teknologi jaringan dan peralatan telekomunikasi lainnya ;
atau dapat juga disebut sebagai sub sistem dari sistem informasi.
Akan tetapi, saat ini masyarakat sering menggunakan istilah sistem
informasi dan teknologi informasi secara bergantian. Bahkan, pada
akhirnya istilah teknologi
informasi kini menjadi lebih populer dan mengantikan posisi
sistem informasi. Penggunaan istilah yang bergantian ini akan
menjadi masalah jika para manajer menyadari perbedaannya. Penekanan
tetap terletak pada sistem informasi, yang mencakup aspek yang
lebih luas dari teknologi informasi. Teknologi akan tetap menjadi
teknologi yang tidak memberikan arti kepada perusahaan kecuali
disesuaikan dengan aspek perusahaan lainnya, terutama aspek
strategi perusahaan. Oleh karena itu TI bukan hanya sekedar
perangkat keras dan perangkat lunak tetapi mencakup perpaduan
antara pengetahuan, metode dan teknik dalam menggunakan informasi
dalam dunia bisnis.6 Perkembangannya. Teknologi informasi merupakan
salah satu penyebab adanya tekanan bisnis pada organisasi.
Sebaliknya, kebutuhan organisasi dapat menyebabkan berkembang pesat
TI. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui dan mengikuti
perkembangan TI yang terahkir, yang antara lain disajikan berikut
ini : Peningkatan Cost-Performance dari TI dalam kelipatan minimal
100, kemampuan komputer akan meningkat 50-100 kali lipat dengan
harga yang sama. Jaringan komputer dan client / server archtecture.
Perkembangan ini diprediksikan akan mendominasi kemajuan TI. Setiap
Personal Computer yang berfungsi sebagai klien akan dihubungkan
dengan server khusus dan berkemampuan tinggi. Graphical User
Interface (GUI) dan interface yang user-friendly lainnya. GUI
adalah kumpulan dari tampilan pada perangkat lunak yang memberikan
kemudahan pada pemakainya melalui berbagai macam fasilitas. Media
penyimpanan dan memory. Kemampuan menyimpan data akan meningkat
dengan meluasnya CD-ROM dan media lainnya. Dengan kemampuan yang
meningkat tersebut, kesempatan untuk menggunakan teknologi yang
lebih canggih juga meningkat. Multimedia. Pemanfaatan teknologi
multimedia akan memudahkan fungsi pelatihan, pendidikan dan
pengambilan keputusan. Expert System, natural language prosessors
dan neutral computing. Teknologi ini dapat membantu perusahaan
meningkatkan produktivitas,
kualitas dan dapat mendukung pekerjaan-pekerjaan yang kompleks.
Peralatan yang makin kecil dan portable. Walaupun kemampuan dan
manfaat akan meningkat, tetapi ukuran komputer justru menyusut.
Networkcentric computing (NCC). Istilah yang dapat diciptakan oleh
IBM ini merupakan sistem komputasi yang intinya justru terletak di
jaringan, bukan di masing-masing individu komputer. Melihat
perkembangannya yang beraneka ragam, tentu mengherankan jika para
eksekutif harus memutar otak untuk menentukan teknologi mana yang
tepat mendukung strategi bisnis yang dijalankan. Penentuan
teknologi tidaklah berdasarkan spesifikasi teknisnya saja, akan
tetapi yang penting adalah kesesuaiannya dengan rencana perusahaan.
Permasalahan TI. Penting bagi para manajer untuk menyadari adanya
resiko dan ancaman kerugian dari TI. Oleh karena itu, para manajer
perlu berberhati-hati dalam memformulasikan rencana / strategi
penggunaan TI serta dalam pelaksanaannya. TI sering kali gagal
dalam peningkatan produktivitas dalam perusahaan. Berikut ini
adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan tertundanya sukses dalam
pemanfaat TI :7 Biaya tinggi. Dibandingkan dengan harga peralatan
tua, seperti mesin ketik, lemari penyimpan, walaupun sudah mendapat
potongan harga, komputer pribadi buatan lokal masih tetap lebih
mahal. Proses pengasaan teknologi yang lambat. Perkembangan
teknologi yang sangat pesat dan masalah incompatibility. Hambatan
dari pekerjaan. Masih sering terjadi keadaan di mana kumpulan
pekerja menolak masuknya peralatan serba otomatis. Masih banyaknya
TI yang kurang handal. Hardware yang mendadak
rusak, atau softwareyang masih banyak error. Kurang siapnya
organisasi dalam masalah manajemen perubahan, pengambilan
keputusan, koordinasi dan sebagainya. Manajemen yang keliru.
Penggunaan komputeroleh manajemen seringkali masih kurang tepat :
kurang dimanfaatkan, terlalu banyak pemakaian atau pemakaian untuk
tujuan yang kurang tepat. Ketidak-terpaduan antara desain perangkat
lunak dengan kegunaan dan pemakaiannya. Contoh faktor-faktor yang
dapat menyebabkan kegagalan penggunaan TI tersebut diatasi dahulu
apabila manajemen akan melangkah lebih jauh menuju tingkat
strategis. Dalam mengimplikasikan TI, yang perlu diingat adalah
menjaga keseimbangan 5 elemen sistem informasi, yaitu : hardware,
sotfware, sumber daya manusia, data dan fasilitas / prosedur
(termasuk strategi). PENERAPAN TI DALAM MEMPEROLEH KEUNGGULAN
BERSAING Analisa perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana suatu
perusahaan dapat memanfaatkan kesempatan strategis dengan dukungan
sistem informasi. Terdapat 4 model yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan bagian bisnis di mana sistem informasi dapat
mendukung dalam pencapaian tujuan sebagai berikut : 1.Model
kekuatan yang mendorong persaingan (Porter, 1980) Competitive
Forces Model Untuk dapat mengidentifikasikan di mana sistem
informasi dapat membantu perusahaan meningkatkan daya saingnya,
perlu diteliti dulu
hubungan perusahaan dengan lingkungannya. Dalam model ini
digambarkan bahwa perusahaan menghadapi kesempatan dan ancaman
eksternal, yaitu : Ancaman adanya pesaing baru yang masuk ke dalam
pasar, Tekanan dari produk atau jasa subtitusi, Daya tawar dari
langganan, Daya tawar dari pemasok, Possi pesaing-pesaing
tradisional (kondisi persaingan) Porter memberikan alternatif
adanya 3 strategi yang dapat digunakan di perusahaan untuk,
menghadapi ancaman persaingan : Differentation. Dalam strategi ini,
perusahaan bersaing dengan menggunakan strategi yang menekankan
adanya kekhususan di dalam perusahaan dibandingkan dengan
saingannya di dalam industri yang sama. Kekhususan disini dapat
berupa produk, sistem pemasaran atau jasa yang ditawarkan
perusahaan kepada pelangannya termasuk faktor-faktor lain yang
dianggappenting oleh pelanggan. Sehingga produk atau jasa tersebut
mempunyai nilai lebih. Oleh karena itu pelanggan tidak segan
membayar lebih mahal atau perusahaan dapat menetapkan harga lebih
fleksibel di pasaran. Seperti yang dikatakan oleh Porter, a firm
seeks to be unique in its industry along some diminsions that are
widely valued by buyers. Dimensi inilah yang perlu diidetifikasi
karena sangat strategis bagi perusahaan dan sangat penting bagi
langgaan. Cost Leadership Strategi cost leadership menekankan
keunggulan dalam biaya, artinya mereka yang menggunakan strategi
ini yakin bahwa perusahaannya beroperasi dengan biaya terendah
sehingga dapat menawarkan harga pokok atau jasanya lebih murah dari
pesaingnya. Bahkan, jika harga produk atau jasanya sama dengan
sainganya mereka masih memperoleh keuntungan yang besar. Fokus.
Strategi ini merupakan gabungan dari strategi yang dijelaskan
terdahulu. Hanya bedanya, pada strategi ini perusahaan
memfokuskan produk atau jasanya untuk memenuhi kebutuhan segmen
tertentu (terbatas), dengan keuntungan di mana perusahaan dapat
beroperasi dengan lebih efisien dan efektif. Karena segmen pasarnya
yang tertentu dan terbatas, perusahaan menjadi sangat ahli dalam
mempelajari keinginan pelanggannya. Dalam menggunakan model ini
perusahaan perlu melakukan tahapan analisa sebagai berikut : 1.
Analisa mengenai kekuatan, kelemahan maupun kesempatan dan ancaman
bagi posisi perusahaan dalam persaingan, 2. Menentukan strategi
yang akan digunakan dalam menghadapi poin 1, 3. Membangun sistem
informasi yang dapat mendukung rencana dan strategi yang dipilih,
Analisa di atas dapat membantu manajemen menentukan bagaimana TI
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
Disamping itu, perusahaan juga dapat menggunakan TI untuk
mempertahakan (melindungi) diri terhadap ancaman persaingan atau
terhadap tindakan yang saingan. 2. Model Analisa Rangkaian Nilai
(Porter, 1985) Value Chain Analysis Model Model Porter yang lain
ini dapat digunakan untuk mendukung penggunaan Model kekuatan yang
mendorong persaingan seperti yang dijelkaskan terdahulu. Tahapan
dimulai dengan melihat aktivitas organisasi yang dibagi menjadi 5
aktivitas utama dan 4 aktivitas pendukung. Kemudian, perusahaan
perlu mengetahui aktivitas mana yang paling strategis untuk
menentukan kekuatan dan daya saing perusahaan. Bagian mana yang
paling banyak memberikan keuntungan jika didukung TI : aktivitas
mana yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa baru,
untuk meningkatkan kemampuan perusahaan menembus pasar, mengikat
langganan dan pemasok atau menurunkan biaya operasional. Model ini
memandang perusahaan sebagai kumpulan nilai dari setiap aktivitas
dasar yang dapat menambah nilai produk ataupun jasa. S u p p
o r t Firm Infrastrukture (general management, accounting,
finance, strategic planning) A c t i v i t i e Human Resource
Management (recruiting, training, development) Techology
Development Procurement (puerchasing of raw materials, machines,
supllies) P r o f i t M a r g i n Primary activities
Inbound logistics service operations Outbound logistics
Marketing And sales Perusahaan memiliki keunggulan daya saing jika
memberikan puduk dengan nilai lebih kepada langganan : atau
memberikan produk dengan nilaiyang sama dengan harga yang lebih
murah. Teknologi informasi dapat memiliki dampak strategis kepada
perusahaan jika dapat menolong perusahaan memberikan nilai lebih
pada produk atau memberikan produk yang sama dengan harga yang
lebih murah dari saingannya. Perusahaan harus berusaha untuk
membangun SIS pada aktivitas yang paling memberikan nilai pada
perusahaan di mana hal ini dapat berbada antara satu perusahaan
dengan perusahaan lainnya. 3. Model Hubungan Strategis-Target
Strategis (Wiseman dan Macmillan, 1984) Strategic Trust-Strategic
Target Model ini menunjukkan bagaimana manajemen dapat
mengidetifikasikan kesempatan yang tersedia untuk memperoleh
keunggulan bersaing melalui inovasi dalam . Wiseman dan Mcmillan
menambahkan 4 aspek dari strategi dasarnya Porter, yaitu : Inovasi,
pertumbuhan, alliance dan waktu (lihat gambar). Wiseman /
Macmillans Matrix : Example of Technologies Are Listed in the Cells
Strategic Thrust Differenttitation Cost
Innovation Growth Alliance Time Supllier Customer Not applicable
IT-supported costomization mass management Not applicable
Computerized system inventory (reduce cost) Lotus Notes quick Use
of response Geographical Lotus Notes own Empower enquiries
customers to do EDI EDI EDI, electronic E-mail transfer of funds
Competitor Cash Expert systems Intelligent system Not apllicable
E-mail
CAD SOURCE : Based on Wiseman and Mcmillan, 1985. techologies
insereted by the authours Perusahaan melakukan analisa untuk
menentukan aplikasi untuk setiap pihak internal sesuai dengan
strategi yang dipilih. Penentuan aplikasi tersebut umumnnya
dilakukan dengan melalui proses brainstoming, seperti tahapan yang
dilakukan sebuah perusahaan berikut ini :8 TAHAP A B C D E
AKTIVITAS Memperkenalkan konsep SIS pada presiden perusahaan
Melaksanakan sesi untuk pembentukan ide SIS untuk manajer madya
Melaksanakan sesi untuk pembentukan ide SIS untuk eksekutif
Memperkenalkan konsep SIS dan ide baru untuk perusahaan kepada top
eksekutif Melaksanakan rapat pembentukan dan evaluasi ide SIS
kepada para perencana dalam perusahaan 4. Model Daya tawar dan
perbandingan efisiensi (Bakos dan Treancy, 1986) Bargainining Power
and Coparativi Efficiency Menurut Bakos dan Treacy, 2 sumber utama
Competitive Advantage-nya Porter berasal dari Bargaining Power dan
Comparative Efficiency. Kedua hal tersebut ditentukan oleh 5 faktor
sebagai berikut : 1. Search-related costs Dengan meningkatnya biaya
bagi langganan perusahaan untuk mencari pemasok baru, maka
langganan akan menjadi setia dan segan untuk berpindahmencari
pemasok lain. 2. Unique product featurest. TI dapat membantu
perusahaan untuk menciptakan produk atau jasa
yang unik dan lebih baik dari produk saingan. 3. Switching cost
a. Mematok langganan dengan meningkatkan biaya bagi langganan untuk
berpindah kepada pemasok lain. b. Sebaliknya bagi perusahaan,
turunkan biaya agar mudah berpindah kepada pemasok lain. Misalnya
dengan menjadi pemasok bagi perusahaan sendiri, atau membangun
sistem dengan bantuan TI untuk mudah berhubungan dengan pemasok
lain. 4. Internal efficiency. Efisiensi perusahaan dapat
ditingkatkan dengan mengurangi biaya dan / meningkatkan
produktivitas TI dapat dimanfaatkan untuk membantu kedua hal
tersebut. 5. Interorganization Efficiency. Tingkatan efisiensi
hubungan antar organisasi melalui synergy. TI dapat meningkatkan
usaha bersama (persekutuan) dan lain-lain, misalnya EDI dapat
membantu terbentuknya salah satu kerja sama tersebut diatas. Sesuai
dengan namanya, Bakos dan Treacy percaya pada awalnya, TI digunakan
dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi yang dapat
diperbandingkan antar perusahaan, disebut Comparative Efficiency.
Namun, akhir-akhir ini terlihat banyak aplikasi TI bertujuan untuk
keperluan peningkatan daya tawar perusahaan. A FRAMEWORK FOR
MULTINATIONAL CORPORATIONS Search-related costs Unique product
Bargaing power Switching costs Competitive advantage
Internal efficiency Comparative efficiency Interoganizatio n
efficiency Dari ke 4 (empat) model di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa TI dimanfaatkan dengan menganalisa aktivitas dan
lingkungan perusahaan agar : 1. Perusahaan menjadi unik dalam hah :
produk, jasa ataupun aspek lainnya. 2. Perusahaan beroperasi dengan
tingkat efisiensi atau produktifitas, yang artinya biaya rendah. 3.
Perusahaan membentuk kerja sama dengan, paling tidak, salah satu
dari pihak eksternal perusahaan. Tiga kondisi di atas terpisah satu
sama lain dimana perusahaan dapat memilih salah satu dari ketiga
aspek tersebut di atas menjalankan 2 atau 3 strategi di atas secara
bersama-sama dalam menghadapi persaingan. PERMASALAHAN TEKNOLOGI
INFORMASI DI INDONESIA Pentingnya daya saing berbagai produk dalam
pasar dunia selalu didengungkan oleh berbagai pejabat negara. Dalam
era globalisasi tidak ada pilihan bagi pemerintah Indonesia selain
menyiapkan bangsanya dan perekonomian agar dapat berdiri sejajar
dan mampu bersaing dengan bangsa lain, tidak hanya di negara
sendiri melainkan justru di negara-negara lain. Berbicara mengenai
persiapan perusahaan- perusahaan di Indonesia, kesadaran akan
kebutuhan TI sudah sangat meningkat. Hal ini dapat dilihat pada
penjualan perangkar keras yang cenderung terus bertambah. Pada
tahun 1992, penjualan dari mulai PC sampai dengan mainframe di
seluruh Indonesia adalah US $ 364 juta, sedangkan pada tahun 1995
meningkat pesat menjadi US $ 503,7 juta. Hal yang sama juga terjadi
pada penjualan perangkat lunak, pada tahun 1992 sebesar US $ 104
juta meningkat US $ 165 juta di tahun 1995. kesadaran tersebut juga
ditandai oleh meningkatnya permintaan akan jasa konsultasi di
bidang komputerisasi dari US $ 51,9 juta di tahun menjadi US $ 83,2
juta di tahun 1995.
Namun demikian, indikasi tersebut di atas tidak menjamin bahwa
pemanfaatan TI oleh perusahaan- perusahaan di Indonesia sudah
maksimal. Banyak perusahaan yang telah menggunakan TI ternyata
orientasinya masih berkisar pada peningkatan efisiensi dan
efektivitas. Apabila TI di Indonesia menunjukkan kondisi bahwa TI
tampaknya belum dimanfaatkan secara optimal. Masih banyak aplikasi
yang bertujuan untuk memecahkan solusi yang bersifat sesaat dan
belum memikirkan return atas penerapannya. Banyak dijumpai
perangkat komputer yang belum berfungsi sebagaimana mestinya, yang
ternyata disebabkan penggunaan belum matang. Penerapan aplikasi
tersebut rupanya hanya didorong oleh keinginan untuk memiliki
teknologi baru semata. Kebanyakan perusahaan masih bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas, walau beberapa sudah
mulai mengarah pada peningkatan efektivitas manajemen dalam
pengambilan keputusan. Indonesia mulai mengajar ketingalannya dalam
masalah TI. Pada masa perdagangan bebas, baik pemerintah maupun
pihak swasta tidak dapat lagi mengantungkan diri pada pekerjaan
manual. Bukan itu saja, otomatisasi yang bersifat sektoralpun tidak
dapat ditolelir lagi. Dengan lamanya return of investment, masih
banyak perusahaan yang enggan melakukan investasi yang besar. Di
samping itu, kendala utama yang menghambat penerapan TI di
Indonesia adalah kurangnya sumber daya manusia yang kompeten dalam
sistem dan teknologi informasi. Ahli yang dapat menjembatani antara
bidang manajemen / bisnis dengan bidang TI masih dapat dihitung
dengan jari. Perusahaan harus mulai membiasakan diri untuk tidak
berorientasi hanya pada dasar domestik saja dan mulai meningkatkan
daya saing masing-masing. Kompetisi akan semakin kuat dengan
masuknya perusahaan- perusahaan internasional ke pasar domestik,
atau sebaliknya perusahaan- perusahaan Indonesia akan go
international, harus mempersenjatai dirinya dengan TI. Pilihan bagi
perusahaan tetap ada : menjadi the leaderatau the follower.
Tentunya masing-masing pilihan tersebut mempunyai faktor positif
dan negatifnya. Walau demikian, the follower bukan berarti
mengikuti strategi perusahaan lain secara mentah, manajemen tetap
perlu melakukan analisa untuk menentukan kesesuaian teknologi
dengan strategi bisnisnya. Dilihat secara macro, permasalahan TI di
Indonesia meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Budaya masyarakat
Indonesia yang masih banyak mengandalkan pada pekerjaan manual
karena murahnya biaya tenaga kerja. 2. Pembangunan TI masih
dilakukan secara sektoral. Belum ada instansi
pemerintah yang menangani secara khusus. Satu-satunya kontrol
terhadap pembangunan TI di Indonesia adalah penyaringan usulan
pembangunan TI oleh Bappenas. Dan tentunya hal tersebut hanya
terbatas pada pelaksanaan proyek TI di kalangan instansi
pemerintah. 3. Belum adanya keseragaman data secara nasional dan
keseragaman dalam hal pemakaian perangkat keras dan perangkat
lunak. Hal ini disebabkan pula oleh karena tidak adanya instansi
yang merencanakan pembangunan TI secara terpadu. 4. Masih adanya
budaya meproteksi industri / perusahaan tertentu. 5. Dalam hah
prasarana telekomunikasi : tarif saluran komunikasi data dinilai
masih sangat mahal serta kualitasnya kurang memadai. Dengan
mengenali kendala-kendala tersebut di atas, diharapkan pemerintah
dan pihak swasta dapat mengambil langkah solusi kongkret. Namun
demikian, cukup banyak perusahaan di Indonesia yang telah cukup
berhasil dalam mengimplementasikan TI, seperti misalnya kelompok
Matahari yang meninvestasikan dananya sekitar 0,7% - 0,8% dari
omset. Mereka sudah mengotomatisasi beberapa aktivitas operasi dari
mulai back office, inventory system, point of sale system, sampai
dengan sistem yang dapat mendekatkan perusahaan dengan pelanggan
dan pemasoknya melalui sistem yang disebut Quick Response System
(QRS). Hasil yang dicapai berupa lonjakan kinerja dan produktivitas
karyawan. Di lain pihak, Bank Bali dianggap sebagai salah satu bank
dengan strategi TI yang benar, karena mereka merencanakan dahulu
dengan teliti, baru melaksanakannya. Contoh penerapan TI yang
dilakukan Bank Bali adalah terobosan di bidanng perbankan di
Indonesia yaitu mendirikan Direct Banking (DB), layanan perbankan
melalui telepon, meningkatkan keuntungan perusahaan sangar
mengandalkan kekuatan teknologi informasi. Sebelum penerapan TI
untuk keperluan persaingan, manajemen sebaiknya memahami konsep
dari keunggulan bersaing (competitive advantage). Oleh karena
strategi untuk unggul dalam persaingan ternyata tidak dapat
memberikan keuntungan jangka panjang, maka penting bagi perusahaan
untuk mulai memikirkan bahwa unggul dalam kompetisi bukan selalu
merupakan tujuan ahkir akan tetapi perusahaan juga perlu melakukan
perubahan struktural. Pemikiran yang terakhir ini lebih dikenal
dengan keunggulan strategis (strategic advantage) yang bertujuan
jangka panjang dan dapat memberikan fleksibilitas bagi perusahaan
untuk menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungan, seperti
perubahan karena adanya tekanan dari perkembangan TI.
TI berkembang sangat pesat, mulai dari kemajuan di bidang cost /
performance dari komputer, arsitekturnya yang dikenal dengan client
/ server, penampilannya yang membuat TI semakin mudah digunakan,
media penyimpanannya yang berkapasitas lebih besar dan lebih dapat
diandalkan, kemajuan di bidang artficial intellegence sampai dengan
penampilan secara phisiknya yang semakin kecil dan portable. Secara
teknis, kemajuan di bidang TI sudah tidak diragukan lagi, akan
tetapi mampukah perusahaan memanfaatkannya secara optimal merupakan
pekerjaan yang tidak mudah dan kompleks. Agar dapat memafaatkan TI
secara strategis, para eksekutif dan manajer perlu melakukan
analisa teradap aktivitas-aktivitas perusahaan dengan menggunakan
salah satu atau gabungan model-model berikut ini : (1) Model
Kekuatan yang mendorong persaingan (2) model analisa rangkaian
nilai (3) model hubungan strategis target strategis (4) model daya
tawar dan perbandingan efisiensi. Setelah melakukan analisa
hubungan perusahaan dengan lingkungannya, manajemen dapat
mempelajari aktivitas perusahaan yang dapat memberikan nilai lebih
pada produk atau jasa yang dihasilkan. Selanjutnya, dapat dipilih
teknologi yang dapat mendukung kegiatan strategis tersebut.
Tingginya tingkat penggunan TI di negara maju, ternyata tidak
sepenuhnya terjadi di Indonesia. Faktor yang paling mendasar dari
lambatnya penerapan TI di Indonesia bersumber pada budaya
masyarakatnya yang masih terbiasa pada kehidupan yang bersifat
tradisional. Phlosophy top manajemen di Indonesia masih banyak
enggan memanfaatkan teknologi informasi. Penting untuk menyadarkan
pihak top manajemen, karena sejauh ini pemanfaatan TI di Indonesia
masih banyak terbatas pada peningkatan efisiensi dan produktivitas
di mana hal ini menunjukkan kenyataan bahwa kesadaran akan
pentingnya TI baru terjadi pada level bawah dan menengah. Untuk
meningkatkan tingkat kesadaran tersebut dapat dimulai dari satu
lingkungan profesi seperti akuntan. Tentunya akuntan baik pada
level operasional maupun level taktis dan strategi mulai
meningkatkan pengetahuannya mengenai TI. Kontribusi yang diberikan
akuntan terhadap strategi perusahaan sangat besar di mana perpaduan
antara strategi TI akan memberikan keuntungan jangka panjang pada
perusahaan. Fasilitas ini ditunjukkan untuk mereka yang tidak ingin
antre dalam memperoleh layanan perbankan. Bank baru ini didukung TI
100 % hasilnya, DB maupun menarik ratusan pengusaha dan eksekutif
dalam 1 tahun.
Contoh lain lagi adalah aplikasi TI pada perum pelabuhan III
Surabaya. Perumpel menggunakan radio link untuk memantau letak
kontainer di lapangan yang sering berpindah tempat tanpa perubahan
data kantor. Akhirnya, dengan menggunakan radio link data lapangan
dapat dimasukan ke database di kantor. Sehingga, lokasi peti kemas
langsung ketahuan di blok, slot dan urutan ke berapa pada saat
kapal singgah. Dengan solusi tersebut, hasilnya : kesalahan turun
menjadi nol persen, berarti efisiensi meningkat. Letak peti kemas
yang siap diangkut dapat diketahui dengan pasti, meski disana
terdapat ribuan kontainer yang menunggu diangkut. DAMPAK
PEMANFAATAN TI SECARA STRATEGIS PADA AKUNTAN Meluasnya penerapan TI
di Indonesia, tentunya mempunyai dampak khusus pada profesi
akuntan. Hal-hal berikut ini mungkin dapat dijadikan bahan
pemikiran : 1. Akuntan tidak dapat lagi memfokuskan dirinya hanya
pada masalah sekitar akuntansi. Pengetahuan mengenai TI mulai harus
dikembangkan. Hal ini berkaitan dengan masalah information literacy
yang perlu ditingkatkan agar pemanfaatan TI dapat dioptimalkan.
Pengetahuan mengenai TI ini tidak sekedar pengetahuan secara teknis
akan tetapi lebih pada kekuatannya secara strategis. 2. Akuntan
diharapkan kontribusinya dalam penentuan startegi perusahaan dengan
melakukan analisa terhadap aktivitas perusahaan. Ketelitian
terhadap perhitungan return on investment dan cost / benefit
analysis akan membantu pengambilan keputusan oleh top manajemen
agar mereka tidak terlalu terpaku pada investasi awal yang besar.
3. Akuntan diharapkan pemahamannya terhadap kekuatan perusahaan
yang dihasilkan oleh perpaduan antara strategi bisnis dengan TI.
Secara spesifik, strategi cost leadership sangat membutuhkan daya
analisa mengenai aktivitas perusahaan dan biaya-biaya yang
dilibatkan. 4. Dengan meningkatnya kesadaran TI, diharapkan
communication gap yang selama ini sering terjadi dapat berkurang.
Tentunya, hal yang sama diharapkan dilaksanakan oleh ahli TI.
PENUTUP Perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah saatnya untuk
memikirkan posisi dan peranannya di dalam industri. Sebagai
persiapan dalam menghadapi era globalisasi, suatu perusahaan tidak
dapat bertahan dengan hanya berorientasi pada pasar domestik. Para
eksekutif dapat berinovasi dengan TI
dalam menentukan strategi persaingan. Seperti yang dialami oleh
perusahaanperusahaan di negara maju, strategi yang ditempuh dalam
meningkatkan keuntungan perusahaan sangat mengandalkan kekuatan
teknologi informasi. CATATAN KAKI 1 Michael E. Porter, Compititive
Advantage (New York : Free Press, 1985). 2 Raymond Mcleon,
Management Information Systems A Study of Computer Based
information Systems (New Jersey : Prentice Hall, Inc., 1995), hal.
36-39. 3 Keneth C. Louden dan Jane P. Laudon, Management
Information SystemsOrganization and Technology, (New Jersey :
Pretice Hall, Inc., 1996), hal. 43 4 Efraim Turban; Ephraim McLean
and James Wheterbe, Information Technology for Management-Improving
Quality and Productivity, (New York : John Wiley & Sons, Inc.,
1996), hal 71. 5 Raymond Mcleod, Management Information Systems A
Study of Computer Based Information Systems (New Jersey : Prentice
Hall, Inc., 1995) hal 48. 6 Bruno Zaccharo Understanding the New
Workplace : Four Management Views, World Executives Digest (October
1993) : hal. 14. 7 Thomas K. Landauer, The trouble with Computers,
: World Executives Digest (Agustus 1996) : hal. 37. 8
Efraim Turban, Epraim Mclean dan James Wetherbe, Information
Technology for Management, (New York : John Wiley & Sons, Inc.
1996), hal 82.