Page 1
0
PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI DALAM
RANSUM TERHADAP PERFORMANS, KARKAS, LEMAK
ABDOMEN, DAN KOLESTEROL BROILER
OLEH
NI MADE WITARIADI, SPt., MP (NIDN. 0004117202)
ANAK AGUNG PUTU PUTRA WIBAWA, SPt., MSi (NIDN. 0022066902)
I WAYAN WIRAWAN, SPt., MP (NIDN. 0013067807)
Dibiayai Oleh DIPA PNBP Universitas Udayana sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian
Nomor: 246-229/UN14.2/PNL.01.03.00/2015 Tanggal 21 April 2015
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
Page 2
1
PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI DALAM RANSUM
TERHADAP PERFORMANS, KARKAS, LEMAK ABDOMEN, DAN
KOLESTEROL BROILER
WITARIADI, N. M., A.A.P. PUTRA WIBAWA, DAN I.W. WIRAWAN
Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh spenggunaan ampas tahu
terfermentasi dalam ransum terhadap performans, karkas, lemak abdomen, dan kadar
kolesterol darah broiler umur 2-6 minggu. Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat macam perlakuan dan enam kali
ulangan. Tiap ulangan (unit percobaan) menggunakan lima ekor ayam broiler umur dua
minggu dengan berat badan homogen. Ransum yang diberikan pada ayam selama periode
penelitian (umur 2-6 minggu) disusun isiprotein (CP: 20%) dan isoenergi (2900 kkal
ME/kg). Ke empat perlakuan yang dicobakan, yaitu ayam yang diberi ransum basal tanpa
penggunaan ampas tahu sebagai kontrol (A); ransum dengan penggunaan 5% ampas tahu
terfermentasi (B), ransum dengan penggunaan 10% ampas tahu terfermentasi (C); dan
ransum dengan penggunaan 15% ampas tahu terfermentasi (D). Ransum dan air minum
diberikan ad libitum. Variabel yang diamati, yaitu konsumsi ransum, berat badan akhir,
pertambahan berat badan, feed conversion ratio (FCR), lemak abdomen, dan kadar
kolesterol serum darah ayam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 5% ampas
tahu terfermentasi dalam ransum nyata (P<0,05) dapat meningkatkan berat badan akhir,
pertambahan berat badan, dan efisiensi penggunaan ransum dibandingkan dengan kontrol.
Penggunaan 10-15% ampas tahu terfermentasi dalam ransum ternyata tidak berpengaruh
nyata (P>0,05) terhadap berat badan akhir, pertambahan berat badan, dan efisiensi
penggunaan ransum dibandingkan dengan kontrol. Akan tetapi, secara nyata (P<0,05)
menurunkan jumlah lemak abdomen dan kadar kolesterol darah ayam. Dari hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi dalam ransum
dapat meningkatkan penampilan ayam broiler umur 2-6 minggu, serta menurunkan jumlah
lemak abdomen dan kadar kolesterol darah ayam.
Kata kunci: ampas tahu, fermentasi, lemak abdomen, kolesterol
THE EFFECTS OF FERMENTED TOFU WITH PROBIOTICS INOCULANT ON
BROILER PERFORMANCE, ABDOMINAL FAT, AND SERUM CHOLESTEROL
ABSTRACT This research was carried out to study the effects of supplementing diets with tofu
fermented on broiler performance up to six weeks of age, abdominal fat, and serum
cholesterol contents. The research used a completely randomized design (CRD) with four
treatments in six replicates. There were five birds aged two weeks in each replicates with
relative homogenuous body weight. The experimental diets for the experiment period
(aged 2-6 weeks) were formulated to 20% crude protein and 2900 kcal ME/kg as a
control diets (A), diets with 5% tofu fermented (B), 10% tofu fermented (C), and 15% tofu
Page 3
2
fermented by Yeast culture (D), repectively. Experimental diets and drinking water were
provided ad libitum during the entire experimental period. The results of this experiment
showed that supplementing diets with 5% tofu fermented by probiotics inoculant were
increased significantly different (P<0,05) on final body weight, live weight gains, and feed
efficiencies than control. The use of 10% to 15% tofu fermented by S.cerevisiae culture in
diets were not effect significantly different (P>0,05) on final body weight, live weight
gains, and feed efficiencies than control. On the other han, there were decreased
significantly different (P<0,05) on abdominal fat and serum cholesterol contents of broiler.
It was concluded that supplementing diets with tofu fermented were increased broiler
performance up to six weeks of age, but decreasing abdominal fat and serum cholesterol
contents of broiler.
Key words: tofu, fermentation, abdominal fat, cholesterol
Page 4
3
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan Syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas Rachmat yang diberikan
kepada penulis, sehingga penelitian sampai penyusunan laporan ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, kami tim peneliti dan penyusun laporan ini
tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Udayana, melalui Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat (LPPM) Unud, atas dana yang diberikan sehingga penelitian
sampai penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
2. Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana, atas dana, ijin, dan fasilitas
yang diberikan selama penelitian.
3. Kepala Laboratorium Nutrisi dan Bahan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan
Unud., atas ijin dan fasilitas yang diberikan selama penelitian.
4. Teman-teman yang telah banyak membantu selama pengambilan data penelitian.
Semoga laporan hasil penelitian ini ada manfaatnya bagi kita semua. Segala saran
dan kritik untuk kesempurnaan laporan ini, sangat kami harapkan. Sebelum dan
sesudahnya, penulis ucapkan banyak terimakasih.
Denpasar, Juli 2015
Hormat Kami,
Penulis
Page 5
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
ABSTRAK …………………………………………………………………... iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. v
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. vi
I. PENDAHULUAN……………………………………………………………. 1
1.1 Latar belakang…………………………………………………………….. 1
1.2 Perumusan Masalah………………………………………………………. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………...
2.1 Ampas Tahu ………………………………………………………………
2.2 Penggunaan Produk Pakan Terfermentasi Pada Ternak ….………………
III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN………………………………...
3.1 Tujuan Penelitian………………………………………………………….
3.2 Manfaat Penelitian………………………………………………………...
IV MATERI DAN METODE…………………………………………………
4.1 Materi …………………….………………………………………………
4.2 Metode …………..……………………………………………………….
V. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………
5.1 Hasil……………………………………………………………………….
5.2 Pembahasan……………………………………………………………….
VI SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………..
6.1 Simpulan…………………………………………………………………..
6.2 Saran………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
LAMPIRAN………………………………………………………………….
Page 6
5
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Komposisi bahan dan zat makanan dalam ransum ayam broiler umur 2-6
minggu ………………………………………………………………………...
11
2. Pengaruh penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum terhadap
performans, rarkas, lemak abdomen, dan kadar kolesterol serum darah broiler
umur 2-6 minggu ……………………………………………………………...
11
Page 7
6
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan yang cepat pada ayam broiler sering diikuti dengan perlemakan yang
tinggi. Tingginya kandungan lemak dalam tubuh, khususnya lemak jenuh, akan diikuti
dengan tingginya kandungan kolesterol dan hal tersebut akan menjadi masalah bagi
konsumen yang menginginkan daging yang berkualitas baik. Oleh karena itu, perlu
dilakukan usaha-usaha untuk menurunkan kandungan lemak pada tubuh ayam broiler.
Selain kualitas produk, maka komponen vital lainnya yang selalu menjadi masalah dalam
usaha peternakan adalah masalah pakan dan pencemaran lingkungan.
Strategi pemanfaatan bioteknologi untuk memanfaatkan limbah agroindustri
pertanian sebagai pakan ternak yang mampu meningkatkan kualitas produk dengan tingkat
pencemaran lingkungan seminimal mungkin, merupakan strategi kebijakan masa depan
yang sangat diharapkan (Bidura, 2007).
Alternatif bahan pakan yang menarik diamati adalah pemanfaatan ampas tahu
sebagai pakan alternatif unggulan. Dengan sentuhan bioteknologi, diharapkan ampas tahu
terfermentasi dapat sebagai pengganti bungkil kacang kedelai atau tepung ikan yang
selama ini masih sangat tergantung pada impor. Ampas tahu merupakan limbah pembuatan
tahu, masih mengandung protein dengan asam amino lysin dan metionin, serta kalsium
yang cukup tinggi (Mahfudz, 2006). Namun, kandungan serat kasarnya tinggi, sehingga
menjadi faktor pembatas penggunaannya dalam ransum ayam. Di samping serat kasarnya
tinggi, juga kandungan arabinoxylannya tinggi yang menyebabkan penggunaannya dalam
penyusunan ransum unggas menjadi terbatas. Unggas tidak mampu mencerna
arabinoxylan dan bahan tersebut dapat menyebabkan terbentuknya gel kental dalam usus
halus yang menyebabkan penyerapan lemak dan energi terhambat (Adams, 2000),
Page 8
7
sehingga deposisi lemak dalam jaringan rendah. Oleh karena itu, untuk
memberdayagunakan ampas tahu perlu diberi perlakuan dan salah satunya adalah dengan
bioteknologi fermentasi.
Upaya meningkatkan nilai guna ampas tahu tersebut dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan teknik biofermentasi dengan memanfaatkan jasa mikroba, yaitu
memanfaatkan kemampuan dari khamir Saccharomyces cerevisiae yang terkandung dalam
ragi tape. Saccharomyces cerevisiae dapat meningkatkan kecernaan pakan berserat dan
dapat berperan sebagai probiotik pada unggas (Ahmad, 2005). Teknologi fermentasi dapat
meningkatkan kualitas dari bahan pakan khususnya yang memiliki serat kasar dan anti
nutrisi yang tinggi. Fermentasi dapat meningkatkan kecernaan bahan pakan melalui
penyederhanaan zat yang terkandung dalam bahan pakan oleh enzim-enzim yang
diproduksi oleh mikroba (Bidura, 2007).
Sjofjan (2008) melaporkan bahwa penambahan kultur khamir Saccharomyces sp.
sebagi sumber probiotik dalam ransum ayam pedaging nyata meningkatkan berat karkas.
Mikroba probiotik, dapat mencegah kejadian keracunan yang disebabkan oleh aflatoksin
atau aflatoxicosis (Wahyudi dan Hendraningsih, 2007). Produk pakan fermentasi nyata
dapat meningkatkan pertumbuhan dan kualitas karkas, serta menurunkan kolesterol serum
itik (Bidura et al., 2008b). Pada saat difermentasi oleh khamir, kandungan serat kasar
ransum dapat didegradasi, sehingga dapat dimanfaatkan oleh ternak unggas.
Bidura et al. (2009) melaporkan bahwa penggunaan ragi tape sebagai inokulan
fermentasi pollard nyata dapat meningkatkan kecernaan protein dan serat kasar pollard
tersebut. Apabila produk pollard terfermentasi tersebut diberikan pada itik, secara nyata
dapat meningkatkan pertambahan berat badan dan efisiensi penggunaan ransumnya.
Dilaporkan juga oleh Bidura (2007) bahwa penggunaan produk fermentasi dalam ransum
secara nyata dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas karkas, serta menurunkan jumlah
Page 9
8
lemak abdomen dan kadar kolesterol dalam plasma darah unggas. Hal senada dilaporkan
oleh Suciani et al. (2011), bahwa penambahan 0,20% ragi tape dalam ransum berserat (pod
kakao) nyata dapat menurunkan jumlah lemak abdominal dan kadar kolesterol daging
ayam broiler.
Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam
amino dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasarnya. Proses
fermentasi yang tidak sempurna tampaknya menyebabkan berkembangnya bakteri lain
yang bersifat pathogen yang menimbulkan gangguan kesehatan dan kematian ternak. Oleh
karena itu, pemilihan mikroba sebagai inokulan dalam proses fermentasi perlu dicermati
(Mahfudz, 2006).
Dari uraian tersebut di atas, menarik untuk dikaji sampai level berapa penggunaan
ampas tahu terfermentasi dapat digunakan dalam ransum sebagai upaya untuk
meningkatkan performans dan efisiensi penggunaan ransum, serta menekan perlemakan
dan kadar kolesterol tubuh ayam broiler.
1.2 Perumusan Masalah
Ampas tahu merupakan limbah pembuatan tahu, masih mengandung protein
dengan asam amino lysin dan metionin, serta kalsium yang cukup tinggi. Namun,
kandungan serat kasarnya tinggi, sehingga menjadi faktor pembatas penggunaannya dalam
ransum unggas. Pemanfaatan ampas tahu dapat dijadikan sebagai pakan alternatif
unggulan dengan sentuhan bioteknologi fermentasi, dan dapat sebagai pengganti bungkil
kacang kedelai atau tepung ikan yang selama ini masih sangat tergantung pada impor.
Apakah penggunaan ampas tahu terfermentasi dapat meningkatkan performans
ayam broiler dan menurunkan akumulasi lemak dan kadar kolesterol tubuh ayam broiler.
Page 10
9
1.3 Tujuan Khusus
Tujuan khusus bidang penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan level optimal penggunaan ampas
tahu terfermentasi dalam ransum dilihat dari aspek performans, serta penurunan
jumlah lemak dan kadar kolesterol tubuh ayam broiler umur 2-6 minggu.
2. Pengembangan teknologi produksi pakan ramah lingkungan (Biodiversity-Friendly)
melalui suplemen pakan (kultur khamir Shaccaromyces spp terpilih) yang dapat
menurunkan kandungan gas amonia ekskreta.
3. Publikasi ilmiah di jurnal nasional terakreditasi atau Internasional
1.4 Keutamaan (Urgensi) Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai informasi data ilmiah untuk penelitian-
penelitian lebih lanjut, khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Disamping itu, juga diharapkan dapat memecahkan masalah
pembangunan khususnya dalam penyediaan pakan lokal (limbah pembuatan tahu)
melalui pemanfaatan jasa mikroba fermentasi, sehingga kuantitas dan kualitas
produksi daging broiler dapat ditingkatkan dengan efisiensi yang tinggi,
Penerapan teknologi untuk pengelolaan dan pemanfaatan pakan lokal yang ramah
lingkungan, harus terus ditingkatkan dan dikembangkan secara optimal dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia. Penerapan
teknologi yang murah dan efektif memiliki kontribusi nyata terhadap peningkatan
pendapatan petani peternak dan bila diaplikasikan pada ternak akan dapat
meningkatkan penyediaan daging unggas dalam rangka pemenuhan kebutuhan
domestik dan peternakan ramah lingkungan.
Page 11
10
Konsep utama penelitian ini adalah adanya indikasi bahwa dalam penyusunan
ransum untuk ternak, tidak bisa terlepas dari penggunaan limbah agro-industri
pertanian yang pada umumnya kandungan seratnya (selulosa dan hemiselulosanya)
tinggi dan protein kasarnya rendah, sehingga nilai kecernaannya juga rendah, dan
bila diberikan pada ternak menyebabkan produktivitas ternak rendah.
Ampas tahu mempunyai kelemahan, yaitu energi termetabolisnya rendah, dan
penggunaannya dalam ransum unggas dibatasi karena tingginya kandungan asam
serat kasarnya, dan ternak ayam tidak dapat mencerna senyawa tersebut. Proses
biofermentasi pakan akan merombak struktur jaringan kimia dinding sel,
pemutusan ikatan lignoselulosa dan lignin, sehingga ransum mudah dicerna. Pada
saat berada di dalam saluran pencernaan ayam, mikroba fermenter tersebut akan
mampu bekerja sebagai probiotik. Probiotik dalam saluran pencernaan dapat
meningkatkan kecernaan zat makanan.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam bidang
bioteknologi probiotik dan fermentasi pakan unggas, serta pengembangan lembaga
(Fakultas Peternakan), karena hasil penelitian ini dapat ikut memecahkan masalah
pembangunan.
Page 12
11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan limbah pembuatan tahu, masih mengandung protein
dengan asam amino lysin dan metionin serta kalsium yang cukup tinggi. Akan tetapi,
kandungan serat kasar dan air pada ampas tahu tinggi, sehingga menjadi faktor pembatas
penggunaannya dalam ransum ayam (Mahfudz, 1997). Oleh karena itu, untuk
memberdayagunakan ampas tahu perlu diberi perlakuan dan salah satunya adalah dengan
fermentasi.
Teknologi fermentasi dapat meningkatkan kualitas dari bahan pakan khususnya
yang memiliki serat kasar dan antinutrisi yang tinggi. Fermentasi dapat meningkatkan
kecernaan bahan pakan melalui penyederhanaan zat yang terkandung dalam bahan pakan
oleh enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroba (Bidura, 2007). Menurut Mahfudz
(2006), tepung ampas tahu terfermentasi mengandung protein kasar 21,66%; energi
termetabolis 2830 kkal/kg, Ca 1,09%; dan mineral fosfor 0,88%
Mahfudz et al. (2007) menyatakan bahwa tempe ampas tahu memiliki kandungan
protein kasar 21,66%, Serat kasar 20,26%, Lemak kasar 2,73%, abu 3,68%, dan kadar air
11,18%, Ca 1,09 %; P 0,88% dan energi termatabolisnya 2.830 kkal/kg serta kandungan
kaya akan asam amino lisin dan metionin
Penggunaan ampas tahu terfermentasi dengan ragi oncom pada level 10%, 15%,
dan 20% dalam ransum ayam pedaging secara nyata meningkatkan konsumsi ransum,
pertambahan berat badan, dan efisiensi penggunaan ransum (Mahfudz, 2006). Penggunaan
ampas tahu terfermentasi pada level 10% tidak berpengaruh nyata terhadap berat karkas
dan persentase karkas, akan tetapi pada level 15% dan 20% nyata meningkatkan berat dan
persentase karkas ayam.
Page 13
12
Proses fermentasi akan memecah protein dan karbohidrat menjadi asam amino,
nitrogen, dan karbon terlarut yang diperlukan untuk sintesis protein (Rahayu et al., 1989).
Meningkatnya kecernaan protein juga mempermudah metabolisme protein, sehingga
secara langsung juga meningkatkan sintesis protein daging (Soeparno, 1992).
Metode Fermentasi ampas tahu dengan menggunakan ragi tempe adalah sebagai
berikut:
Ampas Tahu
Pemeraman selama 24 jam (suhu kamar)
Pencucian dengan air mengalir sampai air jernih
Pengepresan untuk mengurangi kadar air
Pengukusan selama 60 menit
Pendinginan sampai suhu kamar (diangin-anginkan)
I
Inokulasi dengan 1% ragi tempe mengandung kapang
Pencetakan
Inkubasi selama 40 jam
Jadi tempe ampas tahu dipotong-potong tipis (agar mudah kering)
Dijemur dengan sinar matahari
Digiling dan diayak
Tepung Ampas Tahu
Gambar 1. Bagan pembuatan tepung tempe ampas tahu (Mahfudz, 2006).
Page 14
13
Menurut Mahfudz (2006), kandungan gizi ampas tahu sangat baik, yaitu
mengandung protein kasar 23,62%; BETN 41,98%; serat kasar 22,65%; dan lemak kasar
7,78%. Pemberian ampas tahu terfermentasi ternyata dapat meningkatkan nafsu makan
ayam, karena proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan asam glutamat yang dapat
meningkatkan nafsu makan ayam.
Ampas tahu telah digunakan sebagai pakan babi, sapi, dan ayam pedaging. Namun
karena kandungan air dan serat kasarnya tinggi, maka penggunaannya menjadi terbatas dan
belum memberikan hasil yang memuaskan. Untuk mengatasi tingginya kandungan air dan
serat kasar pada ampas tahu maka dapat dilakukan melalui fermentasi. Proses fermentasi
dengan menggunakan ragi yang mengandung kapang Rhizopus oligusporus dan R. oryzae
akan menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai gizinya.
Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam amino dan
secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasarnya (Mahfudz et al., l996).
Ampas tahu sebelum dipakai sebagai bahan penyusun ransum, terlebih dahulu
difermentasi dengan ragi yang mengandung kapang Rhyzopus oligosporus dan R. oryzae.
Ada tiga tahap pembuatan ampas tahu terfermentasi, yaitu (1) tahap persiapan ampas tahu,
meliputi pencucian, pengepresan, dan pengukusan; (2) inokulasi dengan kapang,
pencetakan, dan inkubasi selama 40 jam, dan (3) pembuatan tepung yang dimulai dengan
mengiris tipis ampas tahu tersebut (“germbus”), menjemur, dan menggiling. Lebih rinci
tersaji pada Gambar 1.
2.2 Penggunaan Produk Pakan Terfermentasi Pada Ternak
Teknologi pengolahan limbah merupakan salah satu alternatif dalam penyediaan
pakan dan bermanfaat pula dalam mengurangi pencemaran lingkungan. Proses fermentasi
yang tidak sempurna tampaknya menyebabkan berkembangnya bakteri lain yang bersifat
Page 15
14
pathogen yang menimbulkan gangguan kesehatan dan kematian ternak (Bidura, 2007).
Tujuan fermentasi pakan adalah untuk meningkatkan daya guna pakan dan mengeliminir
zat anti nutrisi, serta memanfaatkan biomassa yang terbentuk.
Fermentasi pakan dengan kultur khamir dapat meningkatkan biomassa mikroba,
sehingga kandungan protein kasar pakan meningkat (Sutama et al., 2008). Dilaporkan
juga bahwa proses dan produk fermentasi dipengaruhi oleh jenis dan jumlah mikroba yang
dgunakan, jenis sumstrat, pH, dan suhu selama proses fermentasi. Biomassa merupakan
wujud massa dari hasil proses biologis dari mikroorganisme. Mikroorganisme mampu
mengkonversi bahan menjadi protein. Proses fermentasi mempunyai tujuan untuk
menghasilkan suatu produk (bahan pakan) yang mempunyai kandungan nutrisi, tekstur,
nilai biologis yang lebih baik, serta menurunkan zat antinutrisi. Seperti dilaporkan oleh
Jaelani et al. (2008), dan Bidura et al. (2011) bahwa fermentasi bahan pakan dengan
khamir dapat meningkatkan energi termetabolis dan protein kasar bahan pakan.
Biofermentasi dedak padi dengan khamir akan dapat melunakkan dan memecah
dinding serat dedak padi dan khamir mampu melepaskan pita-pita serat mikrofibrilnya,
sehingga struktur serat dedak padi menjadi rapuh dan lebih terbuka. Khamir tersebut
bekerja secara bertahap dalam memecah komponen dinding sel. Melalui benang fibril
hifanya, khamir mengeluarkan enzim peroksidase ekstraseluler. Enzim peroksidase
ekstraseluler tersebut bekerja secara aktif pada aktivitas lignolisis, sehingga ikatan
lignoselulosa putus, dan fraksi lignin terurai menjadi CO2. Biofermentasi dengan
menggunakan jasa mikroba ternyata dapat meningkatkan kandungan nutrisi dan kecernaan
pakan (Arsyad et al., 2001; Bidura dan Suastina, 2002). Hong et al. (2004) melaporkan,
fermentasi pakan dengan menggunakan Aspergilus oryzae nyata meningkatkan kecernaan
bahan kering dan protein kasar pakan.
Page 16
15
Ragi tape mengandung mikroba yang terdiri dari beberapa jenis kapang seperti :
Cladimucor oryzae, Rhyzopus oryzae, Mucor sp., sedangkan dari khamir antara lain
Sacharomyces cerevisieae, Sacharomyces verdomi, Candida dan Hensula (Shin et al.,
l989, dalam Siti, l996).
Rhein et al. (l992) melaporkan bahwa pemberian 8% kulit kacang kedele atau kulit
kacang tanah yang diberi tambahan ragi tape sebanyak 0,75%, ternyata dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan ransum. Dilaporkan juga oleh Park et al. (l994),
penggunaan 0,10% Saccharomyces cerevisieae dapat meningkatkan pertambahan berat
badan, feed intake, efisiensi penggunaan ransum, serta penyerapan zat makanan (Piao et
al., 1999).
Beberapa hasil penelitian pendahuluan mengenai penggunaan ragi dalam ransum
ternyata mampu meningkatkan penampilan, nilai guna pakan serat, dan menurunkan
perlemakan tubuh unggas. Candraasih dan Bidura (2001) melaporkan bahwa penggunaan
0,50% ragi pada ransum yang mengandung 15% cangkang coklat ternyata dapat
meningkatkan pertambahan berat badan itik. Suplementasi ragi pada ransum yang
mengandung serbuk gergaji kayu dapat menurunkan jumlah lemak subkutan termasuk kulit
karkas ayam(Ariana dan Bidura, 2001).
Mahfudz et al. (l996) menyatakan bahwa meningkatnya nafsu makan dengan
adanya penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum karena proses fermentasi
dapat meningkatkan kandungan asam glutamate yang dapat meningkatkan nafsu makan
ayam. Ampas tahu mempunyai kandungan air dan serat kasar tinggi, sehingga
penggunaannya menjadi terbatas dan belum memberikan hasil yang memuaskan. Untuk
mengatasi tingginya kandungan air dan serat kasar pada ampas tahu maka dapat dilakukan
melalui fermentasi. Proses fermentasi dengan menggunakan ragi yang mengandung
kapang Rhizopus oligusporus dan R.oryzae akan menyederhanakan partikel bahan pakan,
Page 17
16
sehingga akan meningkatkan nilai gizinya. Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan
mengubah protein menjadi asam-asam amino dan secara tidak langsung akan menurunkan
kadar serat kasarnya.
Suplementasi ragi tape dalam ransum nyata meningkatkan pertumbuhan dan
efisiensi penggunaan ransum, serta meningkatkan kecernaan zat makanan (Bidura et al.,
2009, Bidura et al., 2011). Menurut Mahfudz (2006), proses fermentasi yang tidak
sempurna tampaknya menyebabkan berkembangnya bakteri lain yang bersifat pathogen
yang menimbulkan gangguan kesehatan dan kematian ternak penelitian.
Mangisah et al. (2009) melaporkan bahwa semakin tinggi kandungan serat kasar
ransum menyebabkan menurunnya kecernaan bahan organik dan serat kasar itu sendiri,
yang menyebabkan penurunanan pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum pada itik.
Namun, dengan adanya proses fermentasi nyata dapat meningkatkan kecernaan bahan
organik dan serat kasar itu sendiri. Proses fermentasi pada pakan yang akan diberikan
ternyata dapat meningkatkan kecernaan pakan pada itik, sehingga akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakannya (Kiers et al., 2003; Rahmadi
dan Firahmi, 2003).
Kecernaan bahan kering pakan akan semakin menurun dengan semakin tingginya
kandungan serat kasar dalam pakan tersebut. Hal ini telah dibuktikan oleh beberapa
peneliti yang menyatakan bahwa peningkatan kandungan serat (dedak gandum) dalam
pakan akan meningkatkan jumlah NSP dalam ekskreta (Wang et al., 2004; Jaelani et al.,
2008; Suprapti et al., 2008). Peningkatan serat kasar dalam ansum menyebabkan
terjadinya penurunan absorpsi lemak dan kecernaan energi (DE). Menurut Cao et al.
(2003), penyerapan nitrogen menurun karena waktu transit digesta dalam saluran
pencernaan unggas menurun, sebagai akibat meningkatnya kandungan serat dalam ransum,
sebaliknya jumlah total mikroflora dalam sekum meningkat pada kelompok ternak yang
Page 18
17
diberi ransum dengan kandungan selulosa 10% dibandingkan dengan kandungan selulosa
3,5%. Ransum yang mengandung serat kasar tinggi menyebabkan penurunan proses
lipogenesis dan peningkatan kapasitas penggunaan acetyl-CoA pada ternak monogastrik
(Zhu et al., 2003). Utama (2011) menyatakan bahwa khamir S.cerevisiae merupakan
khamir yang mampu memproduksi enzim amilase dan selulolase, sehingga dapat
meningkatkan daya cerna protein dan selulosa maupun hemiselulosa, karena sudah
dirombak dalam bentuk monosakarida sederhana. Pencernaan selulosa sangat tergantung
pada bakteri yang terdapat disepanjang saluran pencernaan ternak. Bakteri selulolitik
mampu memproduksi enzim endo 1,4 b-glukonase, ekso 1,4 b-glukonase, dan b-
glukosidase yang dapat mendegradasi komponen serat kasar menjadi karbohidrat terlarut.
Page 19
18
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Lama Penelitian
Penelitian lapangan di laksanakan di kandang milik peternak ayam di Desa Dajan
Peken, Kabupaten Tabanan. Penelitian berlangsung selama enam bulan, yaitu mulai dari
persiapan sampai dengan penyusunan laporan.
3.2 Bagan Alir Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama
dilakukan fermentasi ampas tahu dengan khamir, kemudian diamati perubahan nilai
nutrisinya. Bagian kedua adalah implementasi ampas tahu terfermentasi dalam ransum dan
dilihat respons nya pada ayam broiler dilihat dari aspek performans, kualitas karkas,
perlemakkan tubuh, dan kadar kolesterol dalam darah ayam broiler umur 2-6 minggu.
3.2 Kandang dan Ayam
Kandang yang digunakan adalah kandang dengan sistem battery colony bertingkat
dari kawat sebanyak 24 buah. Masing-masing petak kandang berukuran panjang 0,80 m,
lebar 0,50 m, dan tinggi 0,40 m. Semua petak kandang terletak dalam sebuah bangunan
kandang dengan atap genteng. Tiap petak kandang sudah dilengkapi dengan tempat pakan
dan air minum.
Page 20
19
Gambar 3.1. Kandang battery colony bertingkat
Ayam broiler yang digunakan adalah broiler jantan umur dua minggu dengan berat
badan homogen yang diperoleh dari petani peternak ayam broiler di Tabanan.
3.3 Ransum dan air Minum
Ransum yang digunakan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan Tabel
komposisi zat makanan menurut Scott et al. (l982), dengan menggunakan bahan seperti:
jagung kuning, tepung ikan, bungkil kelapa, dedak padi, ampas tahu, garam, dan premix.
Semua perlakuan ransum disusun isokalori (ME: 2900 kcal/kg) dan isoprotein (CP: 20%).
Air minum yang diberikan bersumber dari perusahan air minum setempat.
3.4 Pemberian Ransum dan Air Minum
Ransum perlakuan dan air minum diberikan secara ad libitum sepanjang periode
penelitian. Penambahan ransum dilakukan 2-3 kali sehari dan diusahakan tempat ransum
terisi 3/4 bagian.
Page 21
20
Tabel 1. Komposisi bahan dan zat makanan dalam ransum ayam broiler umur 2-6 minggu
Komposisi Bahan Pakan (%) Level Ampas Tahu Terfermentasi (%)
0 5 10 15
Jagung kuning 58,70 5,20 50,20 46,00
Dedak padi 10,50 9,00 10,10 6,20
Bungkil kelapa 5,50 4,00 3,90 1,50
Kacang kedelai 5,80 3,00 2,50 1,80
Tepung ikan 11,00 10,50 8,00 6,00
Minyak kelapa 0,50 0,50 0,50 0,50
Pollard 7,10 6,90 3,90 7,10
Ampas tahu terfermentasi 0,00 5,00 10,00 15,00
Garam dapur 0,40 0,40 0,40 0,40
Mineral-mix 0,50 050 0,50 0,50
TOTAL 100 100 100 100 Standar
Scott et al.
(1982) Komposisi zat makanan
Energi metabolis (Kkal/kg) 2900 2901 2901 2900 2900
Protein kasar (%) 20 20 20 20 20
Lemak kasar (%) 6,57 5,93 5,71 5,09 5-82)
Serat Kasar (%) 6,12 7,45 8,41 10,57 3-82)
Kalsium (%) 1,10 1,16 1,07 1,01 0,60
Fosfor tersedia (%) 0,56 0,61 0,59 0,38 0,35
Arginin (%) 1,25 1,35 1,48 1,54 1,00
Met + Sistin (%) 0,99 1,01 1,01 0,99 0,60
Lysin (%) 1,12 1,23 1,28 1,34 0,80
Keterangan:
1. Ayam yang diberi ansum basal tanpa penggunaan ampas tahu sebagai kontrol (A),
ransum dengan penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi (B), ransum dengan
penggunaan 10% ampas tahu terfermentasi (C), dan ransum dengan penggunaan
15% ampas tahu terfermentasi (D)
3.5 Ampas Tahu
Ampas tahu diperoleh dari industri rumah tangga pembuatan tahu di daerah Ubung
Kaja, Denpasar Barat.
Prosedur fermentasi ampas tahu adalah sebagai berikut: (1) ampas tahu dikukus
selama 45 menit dihitung sejak air kukusan mendidih, kemudian didinginkan; (2)
Setelah dingin, selanjutnya ditambahkan kultur S.cerevisiae terpilih sebanyak
0,30% dari berat ampas tahu yang akan difermentasi, kemudian disemprot dengan
larutan gula 4% sambil diaduk secara merata.
Page 22
21
(3) selanjutnya ampas tahu tersebut dimasukkan ke dalam kantung polyetilene
yang telah dilubangi dibeberapa tempat untuk mendapatkan kondisi aerob,
selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama 3 hari, selama inkubasi substrat
dikondisikan pada ketebalan 2-5 cm; dan (4) setelah masa inkubasi selesai, produk
dikeringkan selama 24 jam pada suhu kamar, setelah kering kemudian digemburkan
kembali dan siap dicampurkan dengan bahan pakan lainnya (Suprapti et al., 2008).
Gambar 3.2. Ampas tahu segar
3.6 Rancangan Percobaan
Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan empat macam perlakuan dan enam kali ulangan. Tiap ulangan (unit
percobaan) menggunakan lima ekor ayam broiler jantan umur dua minggu dengan berat
badan homogen. Ke empat perlakuan yang dicobakan adalah:
Ransum basal tanpa penggunaan ampas tahu sebagai kontrol (A).
Ransum dengan penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi (B)
Ransum dengan penggunaan 10% ampas tahu terfermentasi (C)
Ransum dengan penggunaan 15% ampas tahu terfermentasi (D)
Page 23
22
3.7 Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati atau di ukur dalam adalah:
1. Konsumsi ransum: konsumsi ransum diukur setiap minggu sekali, yaitu selisih antara
jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum.
2. Pertambahan berat badan: pertambahan berat badan diperoleh dengan mengurangi
berat badan akhir dengan berat badan minggu sebelumnya. Sebelum penimbangan
terlebih dahulu ayam dipuasakan selama kurang lebih 12 jam.
3. Feed Conversion Ratio (FCR): merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang
dikonsumsi dengan pertambahan berat badan. Merupakan tolok ukur untuk menilai
tingkat efisiensi penggunaan ransum. Semakin rendah nilai FCR, semakin tinggi
efisiensi penggunaan ransumnya, demikian sebaliknya.
4. Distribusi lemak pada tubuh ayam, yaitu lemak bantalan, lemak mesenterium, lemak
empedal, dan lemak abdominal.
Gambar 3.3.Dari kiri ke kanan (ayam bersih, saluran pencernaan, lemak abdomen, dan
karkas ayam)
5. Kolesterol darah: pengambilan darah dilakukan dua kali, yaitu sebelum perlakuan
diberikan (pre-treatment) dan minggu ketiga setelah perlakuan diberikan (post-
treatment). Sampel darah diambil dari pembuluh vena di bagian sayap,
mempergunakan spuit dengan jarum No. 25, sebanyak 1,5 ml, dibiarkan membeku,
selanjutnya di pusing dan serumnya diambil untuk pemeriksaan: kolesterol total (Smith
dan Mangkoewidjojo, l987).
Page 24
23
3.8. Analisis Statistika
Data yang diperoleh di analisis dengan sidik ragam dan apabila terdapat perbedaan
yang nyata (P<0,05) di antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari
Duncan (Steel dan Torrie, 1989).
Page 25
24
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1. Konsumsi Ransum
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan jumlah ransum yang dikonsumsi
selama empat minggu penelitian pada ayam perlakuan kontrol (A) adalah 2749,57g/ekor/4
minggu (Tabel 2). Rataan konsumsi pada ayam yang diberi ransum dengan penggunaan
5% ampas tahu terfermentasi (B), ransum dengan 10% ampas tahu terfermentasi (C), dan
ransum dengan 15% ampas tahu terfermentasi (D), secara berturutan adalah 4,10%;
0,49%; dan 0,99% lebih tinggi daripada kontrol dan secara statistik berbeda tidak nyata
(P>0,05).
4.1.2. Berat Badan Akhir dan Pertambahan Berat Badan
Rataan berat badan akhir dan pertambahan berat badan ayam kontrol selama empat
minggu pengamatan adalah 1840,75 g/ekor (Tabel 2). Rataan berat badan akhir pada ayam
perlakuan B adalah 11,14% nyata (P<0,05) lebih tinggi, sedangkan berat badan akhir ayam
perlakuan C dan D masing-masing: 0,91% dan 2,30% tidak nyata (P>0,05) lebih rendah
daripada kontrol.
Pertambahan berat badan ayam selama empat minggu percoban pada ayam control
adalah 1510,75 g/ekor (Tabel 2). Rataan pertambahan berat badan ayam perlakuan B
adalah 13,45% nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada kontrol. Sedangkan pertambahan berat
badan ayam perlakuan C dan D masing-masing: 1,13% dan 2,74% tidak nyata (P>0.05)
lebih rendah daripada kontrol.
4.1.3. Feed Conversion Ratio (FCR)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan nilai FCR (konsumsi ransum :
pertambahan berat badan) selama empat minggu penelitian pada perlakuan ayam kontrol
Page 26
25
adalah 1,82/ekor (Tabel 2). Rataan nilai FCR pada ayam perlakuan B adalah 8,24% nyata
(P<0,05) lebih rendah daripada kontrol. Sedangkan nilai FCR pada ayam perlakuan C dan
D masing-masing adalah: 1,65% dan 3,85% tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi daripada
kontrol.
Tabel 2. Pengaruh penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum terhadap
performans, karkas, lemak abdomen, dan konsentrasi kolesterol serum darah
broiler umur 2-6 minggu
Variabel Perlakuan1)
SEM2)
A
B
C D
Konsumsi Ransum (g) 2749,57a3)
2862,25a
2763,18a 2776,94
a 85,921
Berat Badan Akhir (g) 1840,75a
2045,81b
1824,05a 1798,46
a 50,057
Pertambahan Brt. Badan (g/ekor) 1510,75a
1713,92b
1493,61b 1469,28
b 48,902
Feed Conversion Ratio (FCR) 1,82a
1,67b
1,85a 1,89
a 0,037
Bobot potong (g/ekor) 1843,62b
2042,94a
1825,06b 1799,63
b 48,371
Berat karkas (g/ekor) 1295,14b 1481,34
a 1294,33
b 1268,38
b 52,804
Persentase karkas (%) 70,25b 72,50
a 70,92
b 70,48
b 0,402
Pad-fat (% Brt. Badan ) 0,69a 0,56
b 0,55
b 0,53
b 0,035
Abdominal-fat (% Brt. Badan ) 1,85a
1,49b
1,53b
1,51b 0,083
Kolesterol Serum (mg/dl) 162,08a 151,27
b 149,09
b 150,35
b 3,052
Kadar N-NH3 ekskreta (m.Mol/liter
ekskreta)
10,035a 8,309
b 8,428
b 8,517
b 0,416
Keterangan:
1. Ayam yang diberi ansum basal tanpa penggunaan ampas tahu sebagai kontrol (A), ransum
dengan penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi (B), ransum dengan 10% ampas tahu
terfermentasi (C), dan ransum dengan 15% ampas tahu terfermentasi (D)
2. Nilai dengan huruh yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata
(P<0,05)
3. Standart Error of The Treatment Means
4.1.4. Berat Karkas dan Persentase Karkas
Berat karkas pada ayam kontrol adalah 1295,14 g/ekor (Tabel 2). Penggunaan 5%
ampas tahu terfermentasi dalam ransum secara nyata (P<0,05) meningkatkan berat karkas,
yaitu 10,81% lebih tinggi daripada kontrol. Sedangkan berat karkas ayam perlakuan C dan
D adalah 1,01% dan 2,39% tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi daripada kontrol.
Page 27
26
Rataan persentase karkas pada ayam kontrol adalah 70,25% (Tabel 2). Penggunaan
5% ampas tahu terfermentasi dalam ransum secara nyata (P<0,05) meningkatkan
persentase karkas, yaitu 3,20% lebih tinggi daripada kontrol. Sedangkan berat karkas
ayam perlakuan C dan D adalah: 0,95% dan 0,33%tidak nyata (P>0,05) lebih rendah
daripada kontrol.
4.1.5. Pad-Fat dan Abdominal-Fat
Rataan jumlah lemak fad-fat pada ayam kontrol adalah 0,69% berat badan (Tabel
2). Rataan jumlah pad-fat pada ayam perlakuan B, C, dan D, secara berturutan adalah:
18,84%, 20,29%, dan 23,19% nyata (P<0,05) lebih rendah daripada kontrol.
Rataan jumlah lemak abdomen (abdominal-fat) pada ayam kontrol adalah 1,85%
berat badan (Tabel 2). Rataan jumlah lemak abdomen pada ayam perlakuan B, C, dan D,
secara berturutan adalah: 24,83%, 17,30%, dan 18,38% nyata (P<0,05) lebih rendah
daripada kontrol.
4.1.6. Kadar Kolesterol Serum
Rataan konsentrasi kolesterol serum darah pada ayam kontrol adalah 162,08 mg/dl
darah (Tabel 2). Rataan konsentrasi kolesterol serum darah pada ayam perlakuan B, C, dan
D, secara berturutan adalah: 6,67% 8,01%, dan 7,24% nyata (P<0,05) lebih rendah
daripada kontrol.
4.1.6. Kadar N-Amonia Ekskreta
Kadar N-amonia dalam ekskreta ayam kontrol adalah 10,035 m.Mol/liter ekskreta
(Tabel 2). Rataan kadar N-amonia dalam ekskreta ayam perlakuan B, C, dan D secara
berturutan adalah: 17,20%, 16,01%, dan 15,13% nyata (P<0,05) lebih rendah daripada
kontrol.
Page 28
27
4.2. Pembahasan
Penggunaan ampas tahu terfermentasi dengan 0,20% kultur Saccharomyces spp.
Isolate feses sapi pada level 5-15% dalam ransum ternyata tidak berpengaruh terhadap
jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ayam. Hal disebabkan karena kandungan energi
termetabolis semua ransum adalah sama, sehingga sangat wajar jumlah ransum yang
dikonsumsi adalah sama. Ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan akan
energi. Apabila kebutuhan energi sudah tercukupi, maka ayam akan berhenti
mengkonsumsi ransum, walaupun temboloknya masih kosong (Wahju, 1989). Ada
kecendrungan konsumsi ransum mengalami peningkatan dengan adanya penggunaan
ampas tahu terfermentasi dalam ransum. Ampas tahu terfermentasi merupakan limbah
industri pembuatan tahu yang umumnya mengandung serat kasar tinggi. Peningkatan
kandungan serat kasar dalam ransum menyebabkan laju aliran ransum dalam saluran
pencernaan menjadi cepat (Bidura et al., 2008), akibatnya saluran pencernaan menjadi
kosong dan ayam akan mengkonsumsi ransum lagi. Disamping itu, peningkatan serat
kasar dalam ransum akan mengurangi efisiensi penggunaan energi termetabolis yang
disebabkan oleh terjadinya pengalihan sebagian fraksi energi netto untuk aktivitas energi
muskuler yang dibutuhkan untuk aktivitas tambahan gizard dan untuk mendorong sisa
makanan sepanjang saluran pencernaan ayam (Lloyd et al., 1978).
Penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum nyata dapat meningkatkan
berat badan akhir dan pertambahan berat badan ayam. Hal disebabkan karena inokulan
fermentasi yang digunakan dalam proses ampas tahu (Saccharomyces spp.) mampu
berperan sebagai agensia probiotik dalam saluran pencernaan ayam (Bidura, 2012). Hal
senada dilaporkan oleh Piao et al. (l999), bahwa suplementasi probiotik dalam ransum
nyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan, pemanfaatan zat makanan, serta
kecernaan nitrogen dan phosphor. Dilaporkan juga oleh Stanley et al. (l993), ayam broiler
Page 29
28
yang diberi Saccharomyces cerevisiae 0,10% nyata meningkatkan pertambahan berat
badan dan efisiensi penggunaan ransum. Menurut Nurhayati (2008), pemberian probiotik
dapat memacu perbaikan metabolisme pakan pada proses pencernaan. Suplementasi
Aspergillus xlanase dalam ransum berbahan dasar dedak gandum dapat meningkatkan
performan ayam broiler (Wu et al., 2005; Huang et al., 2004).
Peningkatan penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum ternyata
berdampak pada peningkatan kandungan serat kasar ransum yang diakibatkan oleh
tingginya kandungan serat kasar ampas tahu. Namun demikian, kandungan serat kasar
ransum yang menggunakan ampas tahu masih dalam batas yang dapat ditolerir oleh ternak
ayam. Menurut Biyatmoko (2003), ayam yang diberi ransum dengan kandungan serat
kasar yang meningkat (5, 7, 9, dan 11%) ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap energi
termetabolis dan kecernaan serat kasar. Retensi nitrogen tertinggi diperoleh pada
kandungan serat kasar ransum 5% (61,30%) dan terendah didapat pada kandungan serat
kasar ransum 11% (45,42%).
Peningkatan berat badan akhir dan pertambahan berat badan ayam yang diberi
ransum dengan suplementasi kultur Saccharomyces spp., disebabkan karena khamir S.
cerevisiae mampu mendegradasi mannan dengan meningkatnya nilai energi termetabolis
pakan (ME) dan kecernaan pakan (Bidura et al., 2012). Menurut Sabini et al. (2000),
peningkatan kandungan energi termetabolis pakan terfermentasi oleh kapang T. reesei
disebabkan karena adanya degradasi polisakarida mannan oleh kapang T. reesei menjadi
bentuk yang lebih sederhana (monosakarida), menghasilkan nilai energi yang cukup baik
dibandingkan dalam bentuk polisakarida mannan menjadi mannotriosa, mannobiosa, dan
monnosa.
Peningkatan berat badan akhir dan pertambahan berat badan ayam berdampak pada
peningkatan kebutuhan zat makanan, sehingga secara tidak langsung berdampak pada
Page 30
29
peningkatan konsumsi ransum, khususnya terlihat pada ayam perlakuan B. Hal ini
disebabkan karena keberadaan khamir Saccharomyces spp. dalam saluran pencernaan
ayam dapat berperan sebagai agensia probiotik, sehingga dapat membantu aktivitas
enzimatis dalam saluran pencernaan ayam (Jin et al.,1997; dan Piao et al., 1999). Mikroba
probiotik di dalam saluran pencernaan ayam dapat menurunkan jumlah sel goblet (Bradly
et al.,1994), berkurangnya sel goblet ini menyebabkan jumlah lendir yang
dihasilkannyapun berkurang, sehingga penyerapan zat makanan oleh usus meningkat.
Menurut Basyir (1999), lendir yang dihasilkan oleh sel goblet tersebut di dalam saluran
pencernaan ayam dapat menghambat proses absorpsi zat makanan. Hasil penelitian ini
didukung oleh Madrigal et al. (1993), bahwa efisiensi penggunaan ransum ayam broiler
meningkat dengan adanya penambahan probiotik (50-200g/ton ransum). Penggunaan
khamir S.cerevisiae sebagai inokulan pakan dapat meningkatkan kecernaan zat makanan
pakan itu, dan bila diberikan pada ayam akan mampu bekerja sebagai mikroba probiotik
dalam saluran pencernaan ayam yang akan berdampak pada peningkatan efisiensi
penggunaan ransum. Seperti dilaporkan oleh Mulyono et al. (2009), penambahan 1,0%
S.cerevisiae (9 x 109 cfu) yang diperoleh dari ragi roti dalam ransum basal ayam broiler
secara nyata meningkatkan kecernaan bahan kering, kecernaan protein, dan protein
efisiensi ratio.
Penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi dengan kultur Saccharomyces spp.
sebagai inokulan probiotik dalam ransum nyata dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
ransum. Hal ini dimungkinkan karena probiotik dalam saluran pencernaan ayam dapat
meningkatkan aktivitas enzimatis dan aktivitas pencernaan (Jin et al., l997). Piao et al.
(l999) melaporkan bahwa kecernaan ransum, kecernaan protein, dan mineral fosfor
meningkat dengan adanya suplementasi ragi dalam ransum. Beberapa hasil penelitian
yang mendukung hasil ini, seperti yang dilaporkan oleh Mulyono et al. (2009), bahwa
Page 31
30
penambahan 1,0% S.cerevisiae (9 x 109 CFU) yang diperoleh dari ragi roti dalam ransum
basal ayam broiler nyata meningkatkan kecernaan bahan kering, kecernaan protein, dan
protein efisiensi ratio. Suplementasi Aspergillus xlanase dalam ransum berbahan dasar
dedak gandum dapat meningkatkan performan ayam broiler (Wu et al., 2005; Huang et al.,
2004).
Penggunaan kultur Saccharomyces spp. sebagai suplemen probiotik maupun
inokulan fermentasi ampas tahu akan dapat berfungsi ganda, yaitu dapat meningkatkan
nilai nutrisi ampas tahu itu sendiri, dan bila produk fermentasi itu dikonsumsi oleh ayam,
maka Saccharomyces spp. tersebut akan dapat berperan sebagai agensia probiotik dalam
saluran encernaan ayam. Menurut Wallace dan Newbold (1993), Saccharomyces spp.
dapat meningkatkan kecernaan serat kasar ransum pada bagian sekum menjadi produk
asam lemak terbang, yaitu asam asetat, propionat, dan butirat. Asam lemak terbang
tersebut, menurut Sutardi (1997) merupakan sumber energi tambahan bagi ayam maupun
mikroorganisme di dalamnya. Seperti dilaporkan oleh Piao et al. (l999), bahwa
penggunaan 0,10% yeast (Saccharomyces cereviseae) dalam ransum ayam nyata
memperbaiki pertambahan berat badan, efisiensi penggunaan ransum, dan pemanfaatan zat
makanan, serta menurunkan jumlah N dan P yang disekresikan dalam feses. Hal yang
sama dilaporkan Park et al. (l994), bahwa suplementasi 0,10% yeast culture dalam ransum
dapat memperbaiki feed intake, FCR, dan pertambahan berat badan ayam.
Penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi nyata dapat meningkatkan berat potong
dan karkas ayam. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembuatan tahu, kacang kedelai
terlebih dahulu mengalami proses perebusan dan perendaman. Proses perebusan dan
perendaman dapat merenggangkan ikatan kompleks struktur dinding sel kulit kacang
kedelai sehingga lebih mudah dicerna oleh enzim pencernaan. Hal ini telah dibuktikan
oleh Bakrie et al. (l990), bahwa proses perebusan dan perendaman secara signifikan dapat
Page 32
31
meningkatkan nilai cerna kulit kacang kedelai. Kultur Saccharomyces spp. di dalam
saluran pencernaan ayam dapat berperan sebagai sumber probiotik dan meningkatkan
retensi mineral kalsium, fosfor, dan mangan (Nahashon et al., l994) serta mampu
meningkatkan kecernaan protein (Piao et al., l999). Dilaporkan juga oleh Sibbald dan
Wolynetz (l986), bahwa retensi energi sebagai protein meningkat dengan semakin
meningkatnya konsentrasi protein dalam tubuh.
Peningkatan penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum sampai level 15%
ternyata belum mampu memberikan hasil yang meningkat bila dibandingkan dengan
control. Hal ini tidak terlepas dari kandungan serat kasar yang tinggi pada ampas tahu.
Semakin tinggi penggunaan ampas tahu dalam ransum, semakin meningkat kandungan
serat kasar dalam ransum (Tabel 1). Proses biofermentasi pakan akan merombak struktur
jaringan kimia dinding sel, pemutusan ikatan lignoselulosa dan lignin, sehingga ransum
mudah dicerna. Pada saat berada di dalam saluran pencernaan ternak unggas, mikroba
fermenter tersebut (Saccharomyces spp.) akan mampu bekerja sebagai probiotik. Probiotik
dalam saluran pencernaan dapat meningkatkan kecernaan zat makanan, meningkatkan
retensi protein, mineral Ca, Co, P, dan Mn (Jin et al., 1997), meningkatkan kandungan
protein kasar, ADF, dan NDF (Jaelani et al., 2008). Kandungan hemiselulosa menurun,
sedangkan kandungan bahan kering relatif tidak terjadi perubahan yang berarti.
Penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi dalam ransum ayam nyata dapat
meningkatkan berat karkas dan persentase karkas ayam. Hal ini disebabkan karena
probiotik dapat meningkatkan kandungan protein dan kecernaan zat makanan lainnya,
sehingga retensi protein dan zat makanan dalam tubuh ayam meningkat. Selain itu, khamir
S. cerevisae dapat berperan sebagai sebagai protein tunggal yang mempunyai gizi tinggi,
khususnya sebagai penyedia asam-asam amino essensial yang sangat dibutuhkan untuk
proses sintesis urat daging (Nahashon et al., 1994).
Page 33
32
Peningkatan berat karkas sebagai akibat dari peningkatan berat badan akhir.
Peningkatan tersebut disebabkan karena kultur Saccharomyces spp. sebagai sumber
probiotik dalam ransum dapat meningkatkan retensi protein, sehingga sintesis urat daging
dalam tubuh meningkat. Protein, khususnya asam amino merupakan komponen utama
untuk sintesis otot daging (Sukaryani, 1997). Dilaporkan juga oleh Yi et al. (l996), bahwa
suplementasi mikroba ke dalam ransum nyata dapat meningkatkan retensi nitrogen pada
broiler, proses fermentasi akan memecah protein dan karbohidrat menjadi asam amino,
nitrogen, dan karbon terlarut yang diperlukan untuk sintesis protein tubuh (Rahayu et al.,
1989). Tang et al. (2007) menyatakan bahwa peningkatan konsumsi protein dan asam
amino lysin pada ayam broiler menyebabkan peningkatan jumlah daging dada
dibandingkan dengan konsumsi protein dan lysin yang lebih rendah. Pakan yang
mengandung protein tinggi akan meningkatkan komponen daging dalam karkas dan pakan
yang mengandung serat kasar tinggi akan menurunkan komponen lemak karkas. Hal
senada dilaporkan oleh Al-Batshan dan Hussein (1999) bahwa meningkatnya konsumsi
protein akan meningkatkan berat karkas, persentase karkas, dan persentase daging dada
(“breast meat”).
Penggunaan ampas tahu terfermentasi pada level 5-15% dalam ransum secara nyata
dapat menurunkan jumlah lemak bantalan (pad-fat), lemak abdomen (abdominal-fat) dan
kadar kolesterol serum darah ayam. Hal tersebut disebabkan karena adanya khamir
Saccharomyces sp isolat dari feses sapi yang telah lolos uji sebagai probiotik. Seperti
dilaporkan oleh Mohan et al. (1996), bahwa penggunaan Lactobacillus acidophilus,
Lactobacillus casei, Bifidobacterium bifidum, Torulopsis, dan Aspergilus oryzae sebagai
sumber probiotik dalam ransum nyata meningkatkan pertumbuhan dan menurunkan serum
kolesterol ayam. Penurunan tersebut juga disebabkan karena adanya senyawa hasil dari
produk fermentasi mikroba probiotik dalam saluran pencernaan ayam dapat menghambat
Page 34
33
sintesis lipida di dalam hati. Seperti dilaporkan oleh Tanaka et al. (l992) bahwa
penggunaan bahan pakan produk fermentasi dapat menekan aktivitas enzim 3-hydroxy-3-
methylglutaryl-CoA reduktase yang berfungsi untuk sintesis kolesterol atau lipida di dalam
hati.
Menurut Harmayani (2004), bakteri probiotik dapat mengasimilasi atau mengikat
kolesterol dari usus halus selama pertumbuhannya, sehingga kolesterol menjadi tidak dapat
diserap ke dalam aliran darah. Bakteri yang mampu tumbuh dan mengasimilasi kolesterol
dalam usus halus mempunyai potensi sebagai pengontrol kadar kolesterol serum darah
inang, karena di dalam usus halus terjadi proses absorpsi kolesterol. Kemampuan asimilasi
kolesterol oleh bakteri probiotik tersebut bervariasi diantara strain dan memerlukan
kondisi yang anaerob serta adanya asam empedu.
Semakin tinggi penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum, maka semakin
turun kadar kolesterol serum darah ayam. Hal ini disebabkan karena meningkatnya
kandungan serat kasar dan NSP pada ransum yang dikonsumsi oleh ayam sebagai akibat
penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum. Peningkatan konsumsi serat dan
NSP menyebabkan laju aliran ransum meningkat, dan sebagai akibatnya kolesterol di
dalam ransum akan keluar melalui gerakan usus, sedangkan garam empedu akan diserap
kembali ke dalam darah untuk diedarkan kembali sebagai kolesterol (Suhendra, l992).
Pendapat ini didukung oleh Linder (l985) dan Menge et al. (l974) yang menyatakan bahwa
fraksi serat kasar yang lain, yaitu pektin dapat mengikat asam empedu dan kolesterol pakan
yang selanjutnya diekskresi ke dalam feses. Fraksi serat kasar lainnya, yaitu selulosa
ternyata mampu mengikat kolesterol di dalam saluran pencernaan sebesar empat kali berat
molekul dari selulosa itu sendiri (Anon., l996 dalam Bidura et al., l996).
Di samping serat kasar dan NSP ampas tahu yang tinggi, kandungan arabinoxylan-
nya juga tinggi, sehingga penggunaannya dalam penyusunan ransum unggas menjadi
Page 35
34
terbatas. Unggas tidak mampu mencerna arabinoxylan dan bahan tersebut dapat
menyebabkan terbentuknya gel kental dalam usus halus yang menyebabkan penyerapan
lemak dan energi terhambat (Adams, 2000), sehingga deposisi lemak dalam jaringan
rendah. Lemak makanan yang dimakan dalam usus dicerna oleh enzim pankreas dan
diemulsikan oleh garam empedu menjadi micelles atau kilomikron. Micelles inilah yang
diserap oleh tubuh sebagai sumber tenaga dan bahan dasar pembentuk kolesterol,
selanjutnya didepositkan pada bagian organ tubuh. Menurut Linder (l985), penurunan
kolesterol plasma darah tersebut disebabkan juga karena serat kasar mengikat kolesterol
secara langsung, mengikat asam empedu intraluminal dan menghambat sirkulasi
enterohepatik asam empedu.
Aksi utama yang menyebabkan penurunan penyerapan kolesterol pada ransum
berserat tinggi adalah sebagai akibat meningkatnya ekskresi lemak, asam empedu, dan
kolesterol dari tubuh ayam. Beberapa hasil penelitian yang mendukung penelitian ini
adalah penggunaan kulit kacang kedele dalam ransum nyata menurunkan kadar LDL dan
trigliserida darah (Bakhit et al., l994) dan menurunkan kadar kolesterol, trigliserida, dan
LDL darah (Piliang et al., l996), serta kolesterol telur ayam (Abdulrahim et al. (l996);
Bidura dan Suwidjayana, 2000). Santoso et al. (2001) melaporkan bahwa penggunaan
pakan terfermentasi dalam ransum secara nyata menurunkan kandungan trigliserida dan
kolesterol dalam hati.
Penggunaan kultur Saccharomyces sp isolate dari feses sapi sebagai inokulan
fermentasi ampas tahu dalam ransum nyata dapat menurunkan konsentrasi gas ammonia
dalam ekskreta ayam. Penggunaan mikroba probiotik pada ternak unggas dilaporkan
mampu menekan aktivitas enzim urease dan dapat menurunkan jumlah asam urat dalam
saluran pencernaan ayam, karena asam urat sudah dimanfaatkan menjadi protein mikrobial
(Chiang dan Hsieh, l995). Gas ammonia dalam kandang dapat mengganggu kenyamanan
Page 36
35
ternak ayam di dalam kandang, sehingga produktivitas ternak ayam dapat menurun. Kadar
gas ammonia sebesar 0,003% di udara, dapat mengakibatkan pH darah naik, reabsorpsi
oleh paru-paru, kemampuan oksidasi menurun, menekan pernafasan, dan sirkulasi darah,
merusak alat pernafasan dan mata (Arifien, l998). Penurunan kadar N-NH3 pada ekskreta
ayam tersebut, menurut Yeo dan Kim (l997) disebabkan karena probiotik dalam ransum
(Lactobacillus cassei) dapat menekan aktivitas enzim urease dalam usus kecil, sehingga
kadar gas organik dalam ekskreta menurun. Dilaporkan oleh Chiang dan Hsieh (l995),
bahwa penurunan kandungan gas organik ekskreta tersebut karena probiotik dapat
meningkatkan kecernaan protein pakan dan dapat menurunkan jumlah asam urat. Asam
urat tersebut dimanfaatkan menjadi protein organik sehingga keberadaannya di dalam
ekskreta menurun. Dilaporkan juga oleh Han et al. (1999), bahwa suplementasi
Aspergillus oryzae dan S.cerevisiae dalam ransum basal secara signifikan dapat
meningkatkan jumlah bakteri asam laktat (BAL) serta menurunkan jumlah bakteri E.choli
dan bakteri aerobik dalam ekskreta. Bakteri asam laktat sangat survive dalam saluran
pencernaan ternak unggas, dan hal inilah yang dapat menyebabkan jumlah bakteri E.choli
dan kadar N-NH3 dalam ekskreta menurun. Suplementasi probiotik ke dalam ransum
secara nyata meningkatkan pertambahan berat badan dan menurunkan kadar N-NH3 feses
(Chen et al., 2005; Roni et al., 2014). Santoso et al. (2001) melaporkan bahwa
penggunaan produk pakan terfermentasi (Bacillus subtili) dalam ransum ayam, secara
nyata dapat menurunkan pelepasan gas ammonia, sedangkan sekresi total N, N-urat, dan
N-amonia dalam feses tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Hasil penelitian
ini didukung oleh Puspani et al. (2014) yang mendapatkan bahwa suplementasi ragi dalam
ransum yang mengandung pollard nyata dapat meningkatkan enampilan dan menurunkan
kandungan gas ammonia dalam ekskreta ayam broiler. Hal yang sama dilaporkan oleh
Bidura et al. (2014), bahwa suplementasi kultur Saccharomyces spp yang diisolasi dari
Page 37
36
feses sapi Bali sebanyak 0,20% dalam ransum nyata dapat meningkatkan penampilan dan
menurunkan kadar gas ammonia ekskreta broiler.
Page 38
37
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini.
1. Penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi oleh isolate Saccharomyces sp yang
diisolasi dari feses sapi nyata dapat meningkatkan performans dan karkas ayam
broiler umur 2-6 minggu, dan sebaliknya nyata menurunkan jumlah lemak
abdomen, kadar serum kolesterol, serta kandungan N-NH3 dalam ekskreta.
2. Penggunaan 15% ampas tahu terfermentasi oleh isolate Saccharomyces sp yang
diisolasi dari feses sapi dalam ransum dapat direkomendasikan, karena tidak
berpengaruh terhadap performans ayam, serta dapat menurunkan jumlah lemak
abdomen, serum kolesterol, dan kadar ammonia dalam ekskreta ayam broiler umur
2-6 minggu.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan kepada petani ternak ayam, bahwa
penggunaan ampas tahu terfermentasi oleh isolate Saccharomyces sp yang diisolasi dari
feses sapi dapat direkomendasikan karena dapat meningkatkan kualitas karkas (rendah
lemak dan kolesterol) serta mengurangi konsentrasi gas ammonia dalam ekskreta ayam.
Page 39
38
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim, S. M., M. S.Y. Haddadin, E. A. R. Haslamoun and R. K. Robinson. l996. The
Influence of Lactobacillus acidhophilus and Bacitracin on Layer Performance of
Chickens and Cholesterol Content of Plasma and Egg Yolk. British Poult. Sci. 37:
341 - 346.
Adams, C. A., 2000. Enzim Komponen Penting dalam pakan Bebas Antibiotika. Feed Mix
Special. http ://www.alabio.cbn.net. (20 Agustus 2003).
Ahmad, R. Z. 2005. Pemanfaatan Khamir Saccharomyces cerevisiae untuk Ternak.
Wartazoa Vol. 15 (1): 49-55
Al-Batshan, H. A. and E. O. S. Hussein. 1999. Performance and Carcass Composition of
Broiler Under Heat Stress: 1. The Effects of Dietary Energy and Protein. Asian-
Aust. J. of Anim. Sci. 12 (6): 914-922
Ariana, I. N. T. dan I G.N.G. Bidura. 2001. Bobot dan Komposisi Fisik karkas Ayam
Broiler yang Diberi Ransum dengan Penambahan Serbuk gergaji Kayu, Ragi Tape
dan Kombinasinya. Majalah Ilmiah Peternakan 4 (1): 21 – 26
Arsyad, M., H. Syam, dan R. Islamiyati. 2001. Kandungan Kalsium dan Fosfor Buah
Kakao yang Difermentasi dengan EM-4 pada Berbagai Lama Penyimpanan. Buletin
Nutrisi dan Makanan Ternak, Fapet Unhas 2 (1): 1 – 10.
Bidura, I. G. N. G. 2007. Aplikasi Produk Bioteknologi Pakan Ternak. UPT penerbit
Universitas Udayana, Denpasar
Bidura, I.G.N.G. 2012. Isolasi, identifikasi dan uji kemampuan khamir Saccharomyces
cerevisiae yang diisolasi dari ragi tape sebagai agensia probiotik dan peningkatan
produktivitas itik Bali. Disertasi, Program Studi Doktor Ilmu Ternak, Program
Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar
Bidura, I.G.N.G. dan I.G.P.B. Suastina. 2002. Pengaruh Suplementasi Ragi Tape Dalam
Ransum terhadap Efisiensi Penggunaan Ransum. Majalah Ilmiah Peternakan 5 (1):
06 – 11.
Bidura, I.G. N. G., N. L. G. Sumardani, T. I. Putri, dan I. B. G. Partama. 2008a. Pengaruh
Pemberian Ransum Terfermentasi terhadap Pertambahan Berat Badan, Karkas, dan
Jumlah Lemak Abdomen pada Itik Bali. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis
Vol. 33 (4): 274-281
Bidura, I.G.N.G., I. K. Sukada, dan D. A. Warmadewi. 2008b. Pengaruh Penggunaan
Pollard, Kulit Kacang Kedelai, dan Pod Kakao Terfermentasi dengan Ragi Tape
terhadap Karkas, dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali Jantan. Majalah Ilmiah
Peternakan Vol. 10 (2): 53-59
Page 40
39
Bidura, I.G.N.G., D. P. M. A. Candrawati, D. A. Warmadewi, I. P. Suyadnya, and I.A.S.
Aryani. 2011. The increase of protein digestibility and metabolizable energy of rice
bran by Saccharomyces cerevisiae fermentation. The 3rd International Conference
on Bioscience and Biotechnology. Maintaining World Prosperity trhough
Biosciences, Biotechnology and Revegetation. 21-22 September 2011. Udayana
University, Denpasar Bali, Indonesia. Organized by Udayana University in
Cooperation with Yamaguchi University
Bidura, I.G.N.G., D. A. Warmadewi, D. P. M. A. Candrawati, E. Puspani, I. A. P. Utami,
and I. G. A. Aryani. 2009. Effect of Feeding “Ragi Tape” (Yeast culture) May
Enhanced Protein, Metabolizable Energy, and Performance of Bali Drake. The
International Conference on “Biotechnology for a Sustainable Future”. Denpasar,
15-16 September 2009, Held by Udayana University, Denpasar-Bali
Bidura, I.G.N.G, I. G. Mahardika, I. P. Suyadnya, I.B.G. Partama, I.G. L. Oka, D.P.M.A.
Candrawati, and I.G.A.I. Aryani. 2012. The implementation of Saccharomyces
spp.n-2 isolate culture (isolation from traditional yeast culture) for improving feed
quality and performance of male Bali ducking. Agricultural Science Research
Journal. September: Vol. 2 (9): 486-492
Biyatmoko, D. 2003. Pengujian Tingkat serat Kasar Ransum terhadap Kecernaan Zat-Zat
Makanan pada Itik Alabio Jantan. Majalah Ilmiah Pertanian Ziraa’ah Vol. 8 (3):
85-90
Bradley, G. L., T. F. Savage and K. I. Timm. 1994. The effects of Supplementing Diets
with Saccharomyces sereviseae var. Boulardii on Male Poult Performance and Ileal
Morphology. Poult. Sci. 73: 1766 – 1770
Candraasih, N.N.K. dan I G.N.G. Bidura. 2001. Pengaruh Penggunaan Cangkang Kakao
yang Disuplementasi Ragi Tape dalam Ransum terhadap Penampilan Itik Bali.
Majalah Ilmiah Peternakan 4 (3) : 67 – 72.
Cao, B. H., X. P. Zhang, Y. M. Guo, Y. Karasawa, and T. Kumao. 2003. Effects of
Dietary Cellulose on Growth, Nitrogen Utilization, Retention Time of Diets in
Digestive Tract and Caecal Microflora of Chickens. Asian-Aust. J. Anim. Sci. Vol
16 (6): 863-866
Duldjaman,M. 2005. Kualitas Karkas Domba yang diberi Pakan Rumput Kering dan
Ditambah Ampas Tahu. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis Vol. 30 No. 2 :
81 -87
Harmayani, E. 2004. Peranan Probiotik untuk Menurunkan Kolesterol. Makalah Seminar
Nasional “Probiotik dan Prebiotik sebagai Makanan Fungsional”, tanggal 30
Agustus 2004, Kerjasama Pusat kajian Keamanan Pangan, Lemlit Unud dengan
Indonesian Society for Lactic Acid Bacteria (ISLAB). Denpasar: Univ. Udayana.
Hong, K. J., C. H. Lee, And S. W. Kim. 2004. Aspergillus Oryzae GB-107 Fermentation
Improves Nutritional Quality Of Food Soybeans And Feed Soybean Meal. J. Med.
Food. 7: 430
Page 41
40
Huang, M. K., Y. J. Choi, R. Houde, J. W. Lee, B. Lee, And X. Zhao. 2004. Effect Of
Lactobacilli And Acidophilic Fungus On The Production Performance And
Immune Responses In Broiler Chickens. Poult. Sci. 88: 788-795
Jaelani, A., W. G. Piliang, Suryahadi, Dan I. Rahayu. 2008. Hidrolisis Bungkil Inti Sawit
(Elaeis Guineensis Jacq) Oleh Kapang Trichoderma Reesei Pendegradasi
Polisakarida Mannan. Animal Production Vol. 10 (1): 42-49
Kubena, L.F., J.W. Deaton, F.C. Chen and F.N. Reece. l974. Factors Influencing The
Quality of Abdominal Fat in Broilers. 2. Cage Versus Floor Rearing. Poultry Sci.
53 : 574 - 576
Kiers, J. L., J. C. Meijer, M. J. R. Nout, F. M. Rombouts, M. J. A. Nabuurs And J. Van Der
Meulen. 2003. Effect Of Fermented Soya Beans On Diarrhea And Feed Efficiency
In Weaned Piglets. J. Appl. Microbiol. 95:545
Lloyd, L.E., B.E. McDonald and E.W. Crampton. l978. The Carbohidrates and Their
Metabolism. In : Fundamental of Nutrition. 2 nd Ed. W.H. Freman and Co., San
Francisco
Madrigal, S. A., S. E. Watkins, J. T. Skinner, M. H. Adams, A. L. Waldroup and P. W.
Waldroup. 1993. Effect of An Active Yeast Culture on Performance of Broiler.
Poultry Sci. 72 (1): 87-90
Mahfudz, L. D. 2006. Ampas Tahu Fermentasi sebagai Bahan pakan Ayam Pedaging.
Caraka Tani, Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol 21 (1): 39 – 45.
Mahfudz, L. D. 2006. Efektifitas Oncom Ampas Tahu sebagai Bahan Pakan Ayam. Jurnal
Produksi Ternak Vol. 8 (2): 108 – 114
Mahfudz, L. D., K. Hayashi, M. Hamada, A. Ohtsuka, and Y. Tomita. 1996. The Effective
Use of Shochu Ditellery By-Product as Growth Promoting Factor for Broiler
Chicken. Japanese Poult. Sci. 33 (1): 1 – 7
Mangisah, I., B. Sukamto, Dan M. H. Nasution. 2009. Implementasi Daun Eceng Gondok
Fermentasi Dalam Ransum Itik. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 34 (2): 127-133
Mangisah, I., M. H. Nasoetion, W. Murningsih, Dan Arifah. 2008. Pengaruh Serat Kasar
Ransum Terhadap Pertumbuhan, Produksi Dan Penyerapan Volatile Fatty Acids
Pada Itik Tegal. Majalah Ilmiah Peternakan Vol. 10 (3): 83-88
Nurhayati. 2008. Pengaruh Tingkat Penggunaan Campuran Bungkil Inti Sawit Dan
Onggok Yang Difermentasi Dengan Aspergillus Niger Dalam Pakan Terhadap
Bobot Dan Bagian-Bagian Karkas Broiler. Animal Production Vol 10 (1): 55-59
Mahfudz, L. D., K. Hayashi, K. nakashima, A. Ohtsuka, and Y. Tomita. 1997. A Growth
Promoting Factor for Primary Chicks Muscle Cell Culture From Shochu Distillery
By-Product. Biosecience, Biotechnology and Biochemistry, December 58 : 715 –
720.
Page 42
41
Min, B. J. 2006. “Nutritional Value Of Fermented Soy Protein (FSP) And Effect Of FSP
On Performance And Mea Quality Of Pigs”. (Ph.D. Thesis). Seoul, Korea:
Department Of Animal Resourches and Science.
Mulyono, R. Murwani, Dan F. Wahyono. 2009. Kajian Penggunaan Probiotik
Saccharomyces Cereviseae Sebagai Alternatif Aditif Antibiotik Terhadap
Kegunaan Protein Dan Energi Pada Ayam Broiler.Journal Of The Indonesian
Tropical Animal Agriculture Vol.34 (2): 145-151
Park, H. Y., I. K. Han and K. N. Heo. 1994. Effects of Supplementation of Single Cell
Protein and Yeast Culture on Growth Performance in Broiler Chicks. Kor. J. Anim.
Nutr. Feed 18 (5) : 346 – 351
Piao, X. S., I. K. Han, J. H. Kim, W. T. Cho, Y. H. Kim, and C. Liang. 1999. Effects of
Kemzyme, Phytase, and Yeast Supplementation on The Growth Performance and
Pullution Reduction of Broiler Chicks. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 12 (1): 36 - 41
Piliang, W. G. dan S. A. H. Djojosoebagio. 1990. Fisiologi Nutrisi. Volume I. Depdikbud,
Dikti, PAU Ilmu Hayati. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Hal. 213-234
Piliang, W.G., S. Djojosoebagio and A. Suprayogi. 1996. Soybean Hull and Its Effect on
Atherosclerosis in Non Human Primates (Macaca fasciacularis). Biomed and
Environ Sci. 9 : 137 - 143
Rahmadi Dan N. Firahmi. 2003. Pengaruh Penggunaan Ampas Sagu Fermentasi Dalam
Ransum Terhadap Penampilan Itik Serati (Anarina). Majalah Ilmiah Pertanian
Ziraa’ah Vol. 8 (3): 102-106
Rahayu, K., Kuswanto, dan S. Sudarmadji. 1989. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rhein, W.D., E.T. Kornegay and M.D. Lindermann. 1992. Evaluation of Yeast Culture
Product in Weanling Pig Diets Containing Soybean Hulls or Peanut Hulls. Anim.
Sci. Res. Report. Verginia, Exp. No. 10: 16 – 18
Sabini, E., K. S. Wilson, M. Siika-Aho, C. Boisset and H. Chanzy. 2000. Digestion of
Single Crystals of Mannan I By An Endo-Mannanase From Trichoderma Reesei.
Europe Journal Biochemestry 267: 2340-2344
Samudera, R. Dan A. Hidayatullah. 2008. Warna Kulit, Lemak Abdomen, Dan Lemak
Karkas Itik Alabio (Anas Plathyrhincos Borneo) Jantan Akibat Pemberian Azolla
Dalam Ransum. Animal Production Vol. 10 (3): 164-167
Saransi, U., I. K. Lana, Dan T. I. Putri. 2004. Teknik Laboratorium. Denpasar: Lab. Kimia,
Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.
Scott, M.L., M.C. Neisheim and R.J. Young. l982. Nutrition of The Chickens. 2nd Ed.
Publishing by : M.L. Scott and Assoc. Ithaca, New York.
Page 43
42
Siti, N.W. l996. Pengaruh Ragi Tape Sebagai Sumber Probiotik pada Kecernaan Ransum,
Aktivitas Fermentasi dan Populasi Mikrobia Rumen Karbau. Tesis Program
Pascasarjana IPB, Bogor
Sjofjan, O. 2008. Pengaruh Penambahan Kultur Khamir Laut (Saccharomyces Sp) Dalam
Pakan terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan
Brawijaya Vol 18 (2): 102-115
Smith, J.B. and S. Mangkoewidjojo. L987. The Care, Breeding and Management of
Experimental Animal for Research in The Tropics. IDP Publizer, Canberra.
Stanley, V. G., R. Ojo, S. Woldesenbet, D. Hutchinson and L.F. Kubena. 1993. The Use
of Saccharomyces sereviseae to Supress the Effects of Aflatoxicosis in Broiler
Chicks. Poult. Sci. 72: 1867 – 1872
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. l989. Principles and Procedures of Statistics. 2nd Ed.
McGraw-Hill International Book Co., London.
Suprapti, S. W. H., J. Wahju, D. Sugandi, D. J. Samosir, N. R. Anwar, A. A. Mattjik, And
B. Tangenjaya. 2008. Implementasi Dedak Padi Terfermentasi Oleh Aspergillus
Ficuum Dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Ransum Serta Performans Produksi
Ayam Petelur. J. Indon. Trop. Anim. Agric. Vol 33 (4): 255-261
Sutardi, T. 1997. ”Peluang dan Tantangan Pengembangan Ilmu-Ilmu Nutrisi Ternak”.
(Orasi), Bogor: Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Nutrisi Fakultas Peternakan, IPB.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tang, M. Y., Q. G. Ma, X. D. Chen And C. Ji. 2007. Effects Of Dietary Metabolizable
Energy And Lysine On Carcass Characteristics And Meat Quality In Arbor Acres
Broiler. AJAS Vol. 20 (12): 1865-1873
Utama, C. S. N. 2011. Potensi Probiotik Bekatul. Poultry Indonesia. Vol VI, September:
78-80
Wahju, 1989. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wahyudi, A. dan L. Hendraningsih. 2007. Probiotik. Konsep, Penerapan, Dan Harapan.
Buku Ajar. Malang: Fakultas Peternakan-Perikanan, Universitas Muhammadiyah.
Wallace, R.J. and W. Newbold. l993. Rumen Fermentation and Its Manipulation : The
Development of Yeast Culture as Feed Additive. p : 173-192, In. T.P. Lyons Ed.
Biotechnology in The Feed Industry Vol. IX. Altech Technical Publ. Nicholsville,
KY.
Wang, J. F., Y. H. Zhu, D. F. Li, H. Jorgensen, And B. B. Jensen. 2004. The Influence Of
Different Fiber And Starch Types On Nutrient Balance And Energy Metabolism In
Growing Pigs. Asian-Aust. J. Anim. Sci. Vol. 17 (2): 263-270
Page 44
43
Wu, Y., C. Lai, S. Qiao, L. Gong, W. Lu And D. Li. 2005. Properties Of Aspergillus
Xylanase And The Effects Of Xylanase Supplementation In Wheat-Based Diets On
Growth Performance And The Blood Biochemical Values In Broiler. Asian-Aust. J.
Anim. Sci. Vol 18 (1): 66-74
Wu, Y., C. Lai, S. Qiao, L. Gong, W. Lu And D. Li. 2005. Properties Of Aspergillus
Xylanase And The Effects Of Xylanase Supplementation In Wheat-Based Diets On
Growth Performance And The Blood Biochemical Values In Broiler. Asian-Aust. J.
Anim. Sci. Vol 18 (1): 66-74
Zhu, Y. H., T. Lundh And J. F. Wang. 2003. Activites Of Enzymes Involved In Fatty Acid
Metabolisms In The Colon Epithelium Of Piglets Feed With Different Fiber
Contents Diets. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 16: 1524-1528
Page 45
44
LAMPIRAN 1. JUSTIFIKASI PENGGUNAAN ANGGARAN
RINCIAN PENGGUNAAN DANA 100% X Rp.21.000.000 = Rp.21.000.000;
Tim
Peneliti
vol
Satuan
Harga satuan
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1. Honor
Ketua (1 org x 10 hr x 8 jam) 80 O-J 25.000 2.000.000
Anggota (2 org x 10 hr x 8 jam) 160 O-B 20.000 3.200.000
Sub Total 5.200.000
2. Bahan habis pakai
a. ATK
Kertas kuarto A4 70 gram 4 Rim 40.000 160.000
Tinta BJC Canon-40 1 Bh 250.000 250.000
Print cartridge Hplazer-Jet P 1005-P1006 35ª 1 Bh 550.000 550.000
Sub Total 960.000
b. Bahan-bahan habis
Beli 120 ekor ayam broiler jantan umur 2 minggu di
peternak lokal
170 ekor 15.000 2.550.000
Sub Total 2.550.000
Ransum ayam selama penelitian 6 sak 400.000 2.400.000
Ember plastik besar dg tutup kapasitas 30 liter
(untuk tempat pakan)
24 buah 10.000 240.000
Ampas tahu 100 kg 3.000 300.000
Tempat pakan dan air minum dari plastik 48 bh 10.000 480.000
Sub Total 3.420.000
Bahan kimia untuk analisis kolesterol dan Analisis
Proksimat pakan (protein, serat kasar, DM, dan BO)
Asam Borak ...................................... 1 botol 1.622.000 1.622.000
NaOH .... kemasan 250 g ................... 1 botol 532.000 532.000
H2SO4 .... kemasan 1,5 liter .............. 1 botol 875.000 875.000
HCl ...... kemasan 1 liter .................. 1 botol 871.000 871.000
Sub Total 3.900.000
Belanja bahan untuk enovasi kandang penelitian
(colony cage)
Bambu 18 bt 15.000 270.000
Kayu kamper usuk ukuran 4x6 cm 6 bt 100.000 600.000
Sub Total 870.000
3. Perjalanan
Transport lokal Dps-Tbn/PP 3 org x 10 kali 30 O-K 100.000 3.000.000
Sub Total 3.000.000
4. Pengeluaran lainnya
Artikel International 1 Paket 750.000 750.000
Sub Total 750.000
Fotocopy dan penjilidan
Copy laporan 2000 eks 150.000 300.000
Penjilidan 10 eks 5000 50.000
Sub Total 350.000
TOTAL 21.000.000
Page 46
45
LOGBOOK
CATATAN HARIAN PENELITIAN
Judul Penelitian Pemanfaatan Ampas Tahu Terfermentasi dalam Ransum terhadap
Performans, Karkas, Lemak Abdomen, dan Kolesterol Broiler
Tim Peneliti
Ni Made Witariadi, S.Pt. MP NIDN. 0004117202
Anak Agung Putu Putra Wibawa,S.Pt.,M.Si NIDN. 0022066902
I Wayan Wirawan, S.Pt.,MP NIDN. 0013067807
RINCIAN PENGGUNAAN DANA 70% X Rp.21.000.000 = Rp.14.700.000;
Tgl/Bln/Th
Kegiatan
Uraian Kegiatan vol Satu-
an
Harga
satuan
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Belanja bahan ATK
untuk menunjang keg.
Penelitian
1 Juni 2015
a. ATK
Kertas kuarto A4 70 gram …… 4 Rim 40.000 160.000
Tinta BJC Canon-40 ................ 1 Bh 250.000 250.000
Print cartridge Hplazer-Jet P
1005-P1006 35ª ………………
1 Bh 550.000 550.000
Sub Total 960.000
Renovasi kandang
Penelitian (colony
cage)
3 Juni 2015
Bambu 18 bt 15.000 270.000
Kayu kamper usuk ukuran 4x6
cm
6 bt 100.000 600.000
Sub Total 870.000
Bahan kimia untuk
analisis kolesterol dan
Analisis Proksimat
pakan (protein, serat
kasar, DM, dan BO)
5 Juni 2015
Asam Borak ............................... 1 botol 1.622.000 1.622.000
NaOH .... kemasan 250 g ............ 1 botol 532.000 532.000
H2SO4 .... kemasan 1,5 liter ......... 1 botol 875.000 875.000
HCl ...... kemasan 1 liter .............. 1 botol 871.000 871.000
Sub Total 3.900.000
Belanja Bahan/Meteri
Penelitian (Feeding
Trials)
6 Juni 2015
Ransum ayam selama penelitian 6 sak 400.000 2.400.000
Ember plastik besar dg tutup
kapasitas 30 liter (untuk tempat
pakan)
24 buah 10.000 240.000
Ampas tahu 100 kg 3.000 300.000
Tempat pakan dan air minum
dari plastik
48 bh 10.000 480.000
Sub Total 3.420.000
Belanja Bahan/Meteri
Penelitian (Feeding
Trials)
7 Juni 2015
Beli 120 ekor ayam broiler jantan
umur 2 minggu di peternak lokal
170 ekor 15.000 2.550.000
Sub Total 2.550.000
Perjalanan lokal ke
tempat Penelitian: Dps-
Tbn P/P
6;7;13;14; 20;21; 27;
28; Juni dan 4; 5 Juli
2015
Transport lokal Dps-Tbn/PP 3
org x 10 kali
30 O-K 100.000 3.000.000
Sub Total 3.000.000
TOTAL 14.700.000
Page 47
46
Lampiran 3. Dukungan sarana dan Prasarana Penelitian
Sarana dan prasarana yang dimiliki untuk menunjang kelancaran penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Sarana dan Prasarana Penelitian Lapangan
Kandang ayam colony permanen sebanyak 50 unit terbuat dari bilah bambu dan
kawat burung yang terletak di Stasiun Penelitian, Fapet, Unud di Bukit Jimbaran
Bali. Bangunan tempat penyimpanan bahan pakan
Bangunan tempat pencampuran ransum dan tempat biofermentasi pakan,
Saluran air bagi ternak (untuk minum)
Tempat pembuangan limbah kotoran ternak
Petani ternak yang mempunyai kemauan berusaha yang tinggi.
Prasarana Penelitian Laboratorium
Peralatan Laboratorium di Lab. Nutrisi Ternak, Fakultas Peternakan Unud
Peralatan analisis proksimat, seperti penggilingan (alat reparasi sampel padat), oven
untuk DW dan DM, tanur listrik, peralatan destilasi ICW (Ivan, Clack, White),
peralatan destruksi, peralatan titrasi, penangas pasir, bomb kalorimeter, pompa
vacum, kondensor, neraca analitik, desikator, cawan porselin, berbagai jenis labu,
erlenmeyer, buret, gelas piala, pinset, pipet ukur (automatic)
Peralatan analisis cairan rumen, seperti destilasi markham, titrasi (buret dll),
spectrofotometer, tabung spectro, rak tabung, labu ukur, erlenmayer, buret, gelas
piala, sentrifuge, pH meter, mikroskop, counting chamber, dan peralatn penunjang
lainnya.
Peralatan di Laboratorium Analitik Universitas Udayana, seperti AAS (Automatic
absorbtion spectrofotometer), cuvet, hot plate, peralatan kromatografi, sentrifuge,
dan berbagai peralatan penunjang lainnya.
Keterangan Tambahan
Lingkungan tempat penelitian lapangan yang dipilih adalah kelompok ternak aktif
dalam pengembangan peternakan itik. Anggota kelompok ternak rata-rata
mempunyai semangat kerja tinggi dan sangat terbuka dengan inovasi dan teknologi
baru
Page 48
47
LAMPIRAN 4. SUSUNAN ORGANISASI PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS
N
o
Nama NIDN/
Instansi
Bidang ilmu Alokasi
Waktu
(jam/mg)
Uraian Tugas
1
.
Ni Made Witariadi,
S.Pt. MP
0004117202
Fak.
Peternakan
Universitas
Udayana
Nutrisi 15 Merencanakan dan
Mengkoordinasikan tahapan
dan langkah kerja mulai dari
persiapan sampai dengan
penyusunan laporan maupun
untuk mencapai sasaran dan
keluaran strategis
(produk/merk dagang,
publikasi, dan
pendampingan),
mengupayakan langkah
promosi untuk produk yang
potensial, serta penyampain
pelaporan kegiatan ke
Ditlitabmas.
2 Anak Agung Putu
Putra
Wibawa,S.Pt.,M.Si
0022066902
Fak.
Peternakan
Universitas
Udayana
Ilmu Ternak 15 Membantu dan
melaksanakan semua
tahapan kerja mulai dari
persiapan sampai dengan
penyusunan laporan.
Bertanggung jawab dalam
analisis di lab. Dan
penelitian di lapangan.
Mencatat semua kegiatan
dalam buku harian. Update
data dalam media
elektronik.
3 I Wayan Wirawan,
S.Pt.,MP
0013067807
Fak.
Peternakan
Universitas
Udayana
Ilmu Ternak 15 Membantu dan
melaksanakan semua
tahapan kerja mulai dari
persiapan sampai dengan
penyusunan laporan.
Bertanggung jawab dalam
analisis di lab. Dan
penelitian di lapangan.
Mencatat semua kegiatan
dalam buku harian. Update
data dalam media
elektronik.