1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya , yaitu anak, dewasa, dan tua. Proses menua bukanlah suatu penyakit. Lambat atau cepatnya proses menua tersebut tergantung pada setiap individu yang bersangkutan (Nugroho, 2008). Menua selanjutnya disebut lanjut usia menurut Undang-Undang RI NO 13 Tahun 1993 dan WHO disebut sebagai penduduk lanjut usia ( Lansia) adalah mereka yang berusia ≥ 60 tahun (Nugroho, 2008). Proses menua diartikan sebagai proses biologi yang dicirikan dengan evolusi yang progresif dapat diprediksi dan tidak dapat dihindari disertai dengan maturasi hingga pada suatu fase akhir kehidupan yang disebut kematian (William, 2006). Proses menua yang terjadi pada lanjut usia secara linier dapat digambarkan melalui empat tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitation), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Bondan, 2005). Salah satu kemunduran fisik lansia yang sering terjadi adalah kemunduran sistem kardiovaskuler. Katup jantung menebal dan menjadi
66
Embed
pelatihan senam lansia menurunkan tekanan darah lansia di banjar ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya , yaitu anak, dewasa, dan tua. Proses
menua bukanlah suatu penyakit. Lambat atau cepatnya proses menua
tersebut tergantung pada setiap individu yang bersangkutan (Nugroho,
2008). Menua selanjutnya disebut lanjut usia menurut Undang-Undang RI
NO 13 Tahun 1993 dan WHO disebut sebagai penduduk lanjut usia
( Lansia) adalah mereka yang berusia ≥ 60 tahun (Nugroho, 2008).
Proses menua diartikan sebagai proses biologi yang dicirikan dengan
evolusi yang progresif dapat diprediksi dan tidak dapat dihindari disertai
dengan maturasi hingga pada suatu fase akhir kehidupan yang disebut
kematian (William, 2006). Proses menua yang terjadi pada lanjut usia secara
linier dapat digambarkan melalui empat tahap yaitu, kelemahan
kekuatan otot, komposisi tubuh, keseimbangan, kelincahan
gerak.
b. Selalu memperhatikan keselamatan/menghindari cedera
c. Senam dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat,sesuai
dengan kemampuan
d. Senam dilakukan dengan dosis berjenjang atau dosis
dinaikkan sedikit demi sedikit
e. Hindari kompetensi dalam bentuk apapun
f. Perhatikan kontraindikasi senam dan sebaiknya
dikonsultasikan ke dokter terlatih dahulu. Pengukuran tingkat
kesegaran jasmani diperlukan untuk penjaringan kesehatan
dan merupakan tahap persiapan senam.
2.3.5 Teknik dan Cara Senam
Latihan senam yang dilakukan dalam tiga segmen
a. Pemanasan (warming up)
Gerakan umum (yang dilibatkan sebanyak-banyaknya otot dan
sendi) di lakukan secara lambat dan hati-hati. Dilakukan bersama
dengan peregangan (stretching). Lamanya kira-kira 8-10 menit.
Pada 5 (lima) menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat.
34
Pemanasan dimaksud untuk mengurangi cedera dan
mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam proses
metabolisme yang meningkat (Menpora, 2008).
b. Latihan inti
Tergantung pada komponen/faktor yang dilatih maka bentuk
latihan tergantung pada faktor fisik yang paling buruk. Gerakan
senam dilakukan berurutan seperti contoh dalam buku ini dapat
diiringi dengan musik yang disesuaikan dengan gerakan.
Untuk usia lanjut biasanya dilatih :
1. Daya tahan (endurance)
2. Kardio–pulmonal dengan latihan latihan yang bersifat aerobik
3. Fleksibilitas dengan peregangan
4. Kekuatan otot dengan latihan beban
5. Komposisi tubuh dapat diatur dengan pengaturan pola makan ,
latihan aerobik, kombinasi dengan latihan beban kekuatan.
c. Pendinginan (cooling down)
Dilakukan secara aktif artinya sehabis latihan shit-up perlu
dilakukan gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh
kembali normal yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan
terhentinya keringat. Pendinginan dilakukan seperti pada
pemanasan yaitu selama 8-10 menit.
35
2.4 Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah
Menurut Martha dkk. (1995), olahraga dapat menurunkan
tekanan darah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan
oleh Psffenbarger dari Universitas Stanford yang meneliti 15.000
tamatan Universitas Havard untuk 6-10 tahun. Selama pendidikan
berlangsung didapatkan bahwa 681 tamatan Havard tersebut
menderita peningkatan tekanan darah ( 160/95). Ternyata alumni
yang tidak terlibat olahraga dan kegiatan mempunyai resiko untuk
mendapat peningkatan tekanan darah 35% lebih besar dari mereka
yang berolah raga. Olahraga dapat menyebabkan pertumbuhan
pembuluh darah kapiler yang baru sehingga dapat mengurangi
penyumbatan dalam pembuluh darah yang berarti dapat menurunkan
tekanan darah. Walaupun kesanggupan jantung untuk melakukan
pekerjaannya bertambah melalui olah raga, pengaruh dari
berkurangnya hambatan tersebut memberikan penurunan tekanan
darah yang berarti.
Prinsip yang penting dalam olahraga untuk mereka yang
menderita tekanan darah tinggi ialah melalui dengan olahraga ringan
lebih dahulu sepert jalan kaki atau senam. Berjalan kaki secara
teratur sekitar 30-45 menit setiap hari dan makin lama jalan dapat
dipercepat akan menurunkan tekanan darah. Dengan olah raga
seperti senam maka sel, jaringan membutuhkan peningkatan oksigen
dan glukosa untuk membentuk ATP. Terkait dengan pembuluh darah
36
maka dapat digambarkan bahwa pembuluh darah mengalami
pelebaran (vasodilatasi), serta pembuluh darah yang belum terbuka
akan terbuka sehingga aliran darah ke sel, jaringan meningkat
(Darmojo, 2006).
37
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Menurut UU No.13 Tahun 1998, seseorang yang berusia
diatas 60 tahun yang disebut lansia sangat rentan terhadap penyakit
kardiovaskuler, dan paling penting untuk diketahui adalah lansia
sangat rentan mengalami labilitas tekanan darah, salah satunya
tekanan darah tinggi. Hal ini sesuai dengan teori menurut Potter dan
Perry (1997) yang mengatakan bahwa setiap orang akan mengalami
tekanan darah tinggi seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan
tekanan darah pada lansia merupakan pengaruh dari proses penuaan
(lansia), yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur dan
penurunan fungsi pada sistem kardiovaskuler (Mubarak, 2006).
Selain itu tekanan darah tinggi pada lansia akibat adanya berbagai
faktor yang mempengaruhi seperti stress, jenis kelamin, variasi
diurnal, medikasi, kegemukan, diabetes, makanan berkolesterol, pola
hidup yang tidak sehat, pekerjaan, lingkungan kerja, lingkungan
sosial, dan olah raga.
Meskipun lansia mengalami penyakit terutama tekanan darah
tinggi, hal tersebut dapat dicegah. Adapun caranya adalah dengan
terapi farmakologis dan terapi nonfarmakologis. Terapi
farmakologis, yaitu dengan mengkomsumsi obat penurunan tekanan
38
darah yang harus diminum seumur hidup. Tetapi farmakologis
banyak menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan bagi
tubuh sehingga penggunaannya diikuti dengan terapi
nonfarmakologi, salah satunya dengan melakukan senam lansia. Hal
ini sesuai dengan teori Ronny (2009) yang mengatakan bahwa saat
berolahraga seperti senam lansia akan merangsang kerja saraf
simpatis dan parasimpatis yang akhirnya dapat menurunkan tekanan
darah lansia.
39
3.2 Konsep Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka konsep dalam
bentuk bagan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Faktor Eksternal
- Makanan
- Stres
- Obat-obatan
- Lingkungan kerja
- Lingkungan sosial
- Pekerjaan
- Olahraga
Faktor Internal
- Umur
- Jenis Kelamin
- Berat Badan
- Genetik
SENAM
LANSIA
Penurunan tekanan darah
sistole, diastol dan tekanan
arteri rata-rata
40
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan konsep dapat dirumuskan hipotesis
sebagai jawaban sementara dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Pelatihan Senam Lansia dapat menurunkan tekanan darah sistolik pada
lansia di Banjar Tuka Dalung.
2. Pelatihan Senam Lansia dapat menurunkan tekanan darah diastolik pada
lansia di Banjar Tuka Dalung.
3. Pelatihan Senam Lansia dapat menurunkan tekanan darah arteri rata-rata
pada lansia di Banjar Tuka Dalung.
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan ranc
angan penelitian yang digunakan adalah Pre and Post test Kontrol Group
Design (Pocock, 2008) Masing-masing kelompok yang terdiri dari 16 orang
kelompok-1 dan 16 orang kelompok-2. Semua kelompok kontrol (kelompok
satu) tidak diberi pelatihan, sedangkan kelompok perlakuan (kelompok dua)
diberi pelatihan senam lansia. Rancangan penelitian seperti pada gambar 4.2 di
bawah ini :
O3
Keterangan: P : Populasi R : Randomisasi S : Sampel RA : Random alokasi P1 : perlakuan yaitu senam lansia 3 kali seminggu selama 6 minggu P0 : tanpa perlakuan O1: pengukuran pertama kelompok kontrol O2: pengukuran kedua kelompok kontrol O3 : pengukuran pertama kelompok perlakuan O4 : pengukuran kedua kelompok perlakuan
R S
P0
P1
O1 02
04
P
RA
Gambar 4.1. Rancangan Penelitian Quasi-Exsperimental dengan Pre and Posttes Kontrol Group Design
42
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Banjar Tuka Dalung selama 6 minggu pada
bulan Juni sampai Juli 2013 (minggu pertama Juni sampai minggu kedua Juli)
setiap sore pukul 17. 00 WITA pada hari Senin, Rabu, dan Jumat.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi Target : Seluruh penduduk lanjut usia hipertensi di Banjar
Tuka Dalung
Populasi Terjangkau :
Penduduk lanjut usia yang memiliki tekanan darah tinggi di Banjar Tuka
Dalung pada bulan Juni – Juli 2013
4.3.2 Sampel
Sampel didapat dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian dari suatu populasi
target yang diteliti (Nursalam, 2009). Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah :
1. Berdomisili di Banjar Tuka Dalung
2. Jenis kelamin perempuan
3. Usia 60 tahun keatas
43
4. Memiliki tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, sistolik antara 140-160
mmHg, diastolik antara 90-100 mmHg
5. Tidak sedang mengkonsumsi obat hipertensi
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,
2009). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Memiliki penyakit penyerta (demam, pusing, nyeri dada, sesak
nafas).
2. Baru sembuh dari sakit
c. Kriteria drop out
1. Menderita sakit atau cidera pada saat pelatihan
2. Menarik diri sebagai subjek penelitian
d. Besar Sampel
Besar sampel ditentukan berdasarkan hasil penelitian
pendahuluan sebanyak enam orang lansia di Banjar Tuka Dalung.
Rerata tekanan darah sebelum pelatihan (μ�)= 142 mmHg standar
deviasi ó = 9,8 Rerata tekanan darah setelah pelatihan ( μ�)= 130
mmHg. Besar sampel (n) dihitung dengan rumus Pocock (2008) sebagai
berikut
� = �ó�
µ�µ���. f ( α.β)
44
Keterangan :
n = jumlah sampel
ó = Standar deviasi = 9,8
µ� = 142 (rerata tekanan darah systole sebelum perlakuan)
µ� = 130 ( rerata tekanan darah systole sesudah perlakuan)
f (α.β) = 10,5 (konstanta dalam tabel Pocock) (Pocock, 2008)
dapat dihitung :
� = �ó�
µ�µ���. f ( α.β)
= �(�,�)�
(������) �x 10,5
= 13,45 dibulatkan menjadi 14
Dari perhitungan dengan menggunakan rumus diatas di dapat besar sampel
jumlah minimal sebanyak 14 orang, untuk mengantisipasi apabila sampel
yang terpilih droup out karena kriteria eksklusi maka jumlah sampel
ditambah 10%. Maka didapat jumlah sampel 14+2 =16 orang dikalikan dua
sesuai dengan jumlah kelompok, sehingga banyak seluruhnya 32 orang.
e. Teknik penentuan Sampel
Penentuan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di tentukan
dengan secara acak sederhana mendapatkan banyaknya sampel
sesuai dengan hasil perhitungan dengan rumus Pocock.
2. Sampel dibagi dua kelompok dengan masing-masing kelompok
sejumlah 16 orang lansia. pembagian kelompok dilakukan dengan
45
cara acak sederhana. Selanjutnya kelompok 1 tidak dilakukan senam
lansia dan kelompok 2 dilakukan senam lansia.
4.4 Variable Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.4.1 Variabel penelitian
Variabel bebas : Pelatihan Senam Lansia
Variabel tergantung : Tekanan darah sistol, tekanan darah diastol, dan rerata
tekanan darah arteri (MAP)
4.4.2 Definisi operasional
a. Senam lansia adalah aktivitas senam yang dilakukan oleh lansia sesuai
tahap-tahapan dalam protap dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu
selama 6 minggu, intensitas 80 % denyut nadi maksimal, dan dengan
durasi 40 menit.
b. Tekanan darah adalah besarnya tekanan yang diukur dengan
spignomanometer dan dinyatakan dalam satuan mmHg
(milimeterHidragirum).
c. Lansia hipertensi adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
terus menerus dan ditandai dengan perubahan dan penurunan biologis
dan memiliki tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90
mmHg
d. Tekanan darah sistol adalah tekanan yang terjadi saat jantung
memompa darah ke dalam pembuluh darah sesuai bunyi Korotkov I.
46
e. Tekanan darah diastol merupakan tekanan darah pada saat jantung
relaksasi, ditentukan sesuai bunyi Korotkov IV.
f. Mean Arterial Presure ( MAP) atau tekanan arteri rata-rata adalah nilai
yang diperoleh dengan rumus (systole + 2 diastole)/3.
4.5 Instrumen Penelitian
a. Tensi meter merk Riester untuk mengukur tekanan darah lansia yang
dilakukan secara auskultasi dengan stetoskop dalam satuan mmHg.
b. Alat tulis untuk mencatat data dan dokumentasi untuk merekam hasil
penelitian.
4.6 Prosedur Penelitian
4.6.1 Tahap persiapan
Sebelum melakukan penelitian, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian untuk
menggunakan lansia di Banjar Tuka sebagai subyek penelitian.
b. Mempersiapkan subjek penelitian, peralatan dan alat tulis.
c. Menentukan kelompok penelitian, dalam hal ini ada dua kelompok
yaitu: kelompok 1 sebagai kelompok kontrol yang tidak diberikan
latihan senam lansia, Kelompok 2 sebagai kelompok perlakuan
yang diberikan pelatihan Senam Lansia.
47
d. Melakukan pengambilan data pretest yang terdiri dari pengukuran
tekanan darah systole, diastole, dan perhitungan rerata tekanan
darah arteri (MAP) pada kedua kelompok.
e. Melakukan pelatihan senam lansia kepada kelompok -2 sebanyak 3
kali perminggu selama 6 minggu. Sedangkan kelompok kontrol
tidak diberikan perlakuan senam.
f. Setelah selesai pelatihan senam lansia sesuai protap dilakukan
pengukuran post test meliputi pengukuran tekanan darah sistol,
distol dan perhitungan rerata tekanan darah arteri pada kedua
kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol).
4.6.2 Tahap pelaksanaan
Pelatihan senam lansia pada kelompok perlakuan yang dilakukan
dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan lama 30 menit setiap latihan.
Senam lansia dilakukan dengan tahap gerakan pemanasan, gerakan
inti, dan gerakan pendinginan.
48
4.7 Pelatihan Senam Lansia
4.7.1 Tahap Persiapan
a. Persiapan Peserta (Lansia yang sudah sesuai kriteri inklusi).
1) Menjelaskan tujuannya dilakukannya penelitian.
2) Menjelaskan langkah dan prosedur yang dilakukan.
3) Penandatangan inform consent.
b. Persiapan Lingkungan
Mempersiapkan tempat untuk melakukan latihan senam lansia (di Balai
Banjar Tuka Dalung).
c. Persiapan Alat
1) Sphygmomanometer air raksa
2) Stetoskop
3) Tape recorder
4) Kaset senam lansia
5) Catatan tekanan darah
6) Alat tulis, dan kamera digital untuk dokumen
4.7.2 Tahap pelaksanaan
1. Ukur tekanan darah lansia sebelum pelatihan senam lansia pada
keadaan tenang. Catat hasil pengukuran.
2. Instruktur senam memberi pelatihan senam lansia dengan durasi 40
menit yang terdiri dari : pemanasan selama 10 menit, latihan inti selama
20 menit dan pendinginan selama 10 menit.
49
3. Setelah pelatihan senam lansia, peneliti dan pendamping peneliti
sebanyak 15 orang mengukur kembali tekanan darah lansia. Catat hasil
pengukuran.
4. Pelatihan senam lansia dilakukan setiap sore pukul 17.00-18.00 WITA
pada hari Senin, Rabu dan Jumat, dengan frekuensi tiga kali seminggu
pada hari yang bergantian selama 6 minggu.
50
4.8 Alur Penelitian
Gambar 4.3 Alur Penelitian
Populasi
Sampel
Kriteria Inklusi
dan Eksklusi
Post test (Pengukuran
tekanan darah)
Kelompok 1
Tidak diberikan pelatihan
senam lansia
Post test (Pengukuran
tekanan darah)
Kelompok 2
Diberikan pelatihan
senam lansia
ANALISIS DATA
PENYUSUNAN
LAPORAN
Pre test (pengukuran tekanan darah) Pre test (pengukuran tekanan darah
Random Alokasi
51
4.9 Analisis Data
4.9.1 Analisis Deskriptif
Untuk menganalisis data karakteristik subjek penelitian seperti
jenis kelamin, usia, dan tekanan darah baik sebelum maupun sesudah
pelatihan.
4.9.2 Analisis komparasi
a. Uji Normalitas
Bertujuan untuk mengetahui distribusi data masing-masing
kelompok perlakuan dari kedua kelompok pelatihan. Data
terdistribus normal jika didapatkan nilai p > 0,05 berarti data
berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Bertujuan untuk mengetahui variasi data. Nilai p pada uji
homogenitas yang didapatkan > 0,05 berarti data homogen.
c. Uji Komparatif
Jenis uji statistik komparasi yang digunakan adalah uji Man Whitney
karena data tidak berdistribusi normal dan homogen untuk data
pretest dan post test pada masing-masing kelompok.
52
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Banjar Tuka Dalung selama 6 minggu dengan
menggunakan rancangan quasi eksperimen. Subyek penelitian berjumlah 32 orang
yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol, yang masing-masing berjumlah 16 orang.
5.1 Karakteristik subjek penelitian
Responden dalam penelitian ini semuanya berjenis kelamin perempuan .
Hasil analisis umur reponden ditunjukkan dalam tabel 5.1 berikut
[
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan umur
di Banjar Tuka Dalung Tahun 2013
Variabel Mean SD Minimal-maksimal Umur (Th) Klp Kontrol
66,56
4,926
61-80
Klp Intervensi 64,88 4.113 60 -74
n = 16
Berdasarkan tabel 5.1, rata-rata umur lansia pada kelompok kontrol adalah
66,56 tahun, dengan standar deviasi 4,926 tahun. Umur termuda tahun dan
umur tertua tahun. Rata-rata umur ibu pada kelompok perlakuan yaitu 64,88
tahun dengan standar deviasi 4,113 tahun. Umur termuda pada kelompok
intervensi 60 tahun dan umur tertua 74 tahun.
53
5.2 Tekanan darah systole, diastole dan MAP sebelum dan sesudah pelatihan
pada kedua kelompok
Setelah dilakukan analisis secara univariat maka diperoleh hasil tekanan darah
systole, diastole dan tekanan arteri rata-rata pada tabel 5.2 berikut:
Tabel 5.2 Tekanan darah systole, diastole dan tekanan arteri rata-rata (MAP)
dari responden pada lansia kelompok kontrol dan perlakusndi Banjar Tuka Dalung tahun 2013
VARIABEL Kelompok kontrol Kelompok perlakuan
Rerata SD Rerata SD
Tekanan sistolik sebelum (mmHg) 145,00 4,926 145,63 10,935
Nursalam, Haryanto, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Rokhaeni, H., Purnamasari, E. & Rahayoe, A.U. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Bidang Diklat PK.Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
Roni S. 2009. Senam Vitalisasi otak meningkatkan kognitif lansia. Jakarta:
Salemba Medika
66
Poccock, S.J. 2008. Clinical Trials, A Practical Approach. London; John Willey & Sons Publication.
Potter T, Perry S. (1997). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,.
Proses, dan Praktik. Edisi 4 Vol 2. Jakarta:EGC.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penelitian Riset Keperawatan. Edisi Pertama
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setiawan, Z, 2006. Prevalensi dan Determinan Hipertensi di Pulau Jawa,
Tahun 2004. KESMAS : Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, 1 (2): 57-62.
Suhartini. 2009. Pengertian Lanjut Usia, Available from