PENDAHULUAN
LAPORAN KEGIATAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASIDI RS JIWA SURAKARTAUntuk
Memenuhi Sebagian Tugas Profesi Stase Keperawatan Jiwa
Oleh:
DISUSUN OLEH :
WIWIN NURAENI,. S.KepEVI SUPRIATUN,. S.KepDYAH ROFI,. S.KepIWAN
HERMAWAN,. S. KepYUDI SETYAWAN,. S.Kep PROGRAM PROFESI
NERSUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU
KESEHATANJURUSAN KEPERAWATANPURWOKERTO2010
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan
sudah demikian pesatnya hingga berdampak pada sumber daya manusia
yang menuntut pelayanan prima. Fenomena ini merupakan hal yang
positif dan tantangan bagi setiap tenaga kesehatan untuk
meningkatkan skill dan science dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang berkualitas. Bidang pelayanan kesehatan psikiatri juga terus
mengembangkan mutu pelayanan antara lain dengan adanya berbagai
terapi baik medis, modalitas, konseling, psikoterapeutik,
pendidikan kesehatan, perawatan berkelanjutan, perawatan mandiri
Activity Daily Living (ADL).
Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi medik yang terarah
bagi pasien baik fisik maupun mental dengan mempergunakan aktivitas
sebagai media terapi. Terapi aktivitas kelompok memegang peranan
penting dalam proses penyembuhan klien dan meningkatkan mutu
pelayanan. Melalui aktivitas pasien diharapkan dapat berkomunikasi
lebih baik untuk mengekspresikan dirinya dan kemampuan pasien dapat
diketahui secara baik oleh terapis maupun oleh pasien itu
sendiri.
Mengingat pentingnya peranan terapi aktivitas kelompok maka
diharapkan mahasiswa mampu mempunyai keahlian dan ilmu konsep
terapi aktivitas kelompok dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
terutama dalam pelayanan kesehatan psikiatri.
BAB II
TINJAUAN TEORI
TAK SOSIALIASIA. Pengertian TAK SosialisasiIsolasi sosial adalah
rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil dari masyarakat,
rasa ditolak, tidak disukai oleh orang lain, rasa tidak enak bila
berkumpul dengan orang lain, lebih suka menyendiri. Sedangkan
menarik diri adalah menunjukkan tingkah laku dan sikap dari isolasi
sebagai pembelaan psikologik (WF Maramis, 1997). Penarikan diri
(withdrawal) adalah suatu tindakan pelepasan diri baik dari
perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara
langsung (isolasi diri). Penarikan diri sebagai pola tingkah laku
(Direktorat Kesehatan jiwa, 1983).
Caplan dkk (1997) mengemukakan individu yang menarik diri dari
lingkungan umumnya mempunyai gangguan konsep diri dan proses pikir.
Pada mulanya pasien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga
tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya pasien
berasal dari lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,
kecemasan, dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional
dalam hubungan yang positif dengan orang lain terutama dengan tokoh
ibu. Dalam situasi lingkungan yang demikian, seorang anak tidak
mungkin mempunyai penghayatan diri (self image) rasa percaya diri,
menentukan identitas diri, mengembangkan kepercayaan dalam
berhubungan dengan orang lain dan mempelajari cara berhubungan
dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman (Direktorat Kesehatan
Jiwa, 1983).
Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi medik yang terarah
bagi pasien baik fisik maupun mental. Terapi aktifitas kelompok
merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien gangguan
jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan
tanggung jawab penuh dari seorang perawat.
Oleh sebab itu berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka
dilakukan terapi aktivitas kelompok Social Terapeutik. Dengan
menggunakan aktivitas sebagai media terapi maka diharapkan pasien
dapat meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan
terhadap orang lain, mengekspresikan ide dan tukar persepsi dan
menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.B.
Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya terapi aktivitas kelompok ini
terbagi atas:
1. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan hubungan social dalam kelompok secara
bertahap.2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan dengan topik
percakapan.
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
pada orang lain.
f. Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi
kelompok.
g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan
TAKS yang telah dilakukan.C. Kriteria inklusi dan eksklusi terapi
aktivitas kelompok
Sesuai dengan teori pada terapi aktivitas kelompok menurut
Stuart dan Laraia (2001) jumlah anggota kelompok adalah 7-10 orang,
maka jumlah klien yang diambil pada terapi ini adalah 7 orang
dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi
a. Klien yang dirawat di ruang Pringgondanib. Klien berusia
20-50 tahun
c. Klien telah berada pada tahap maintenance
d. Klien mengalami gangguan menarik diri yang telah mulai
melakukan interaksi interpersonale. Klien dengan kerusakan
komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus2. Kriteria
eksklusi
a. Klien yang mengalami tuna rungu dan tuna wicarab. Klien yang
sakit fisikTAKS SESI 1
A.Tujuan
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
nama panggilan, asal, dan hobi.
B. Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan dilakukan di ruang Pringgondani pada hari Sabtu tanggal
17Juli 2010 pukul 09.30 WIB sampai dengan selesai.
C. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk huruf O2. Leader
berada di depan menghadap klien, fasilitator berada diantara klien
dan observer berada disamping leader
3. Ruangan nyaman dan tenang
Keterangan : : Leader
: Observer
: Fasilitator
: Peserta
D. Pengorganisasian
1. Leader
: Wiwin Nuraeni2. Observer: Yudi setyawan3. Fasilitator:1. Iwan
Hermawan 2. Evi Supriatun
3. Dyah Rofi P
Peserta TAK :
a.Tn. Se
b. Tn. Su
c. Tn. D
d. Tn. Md
e. Tn. Mg
f. Tn. Fg. Tn. TE. Alat
1. Handphone dengan MP32. Bola basket3. Buku catatan dan
bolpoin4. Jadwal kegiatan klien
5. Kertas HVS dan salasibanF. Metode
1. Dinamika kelompok2. Diskusi dan tanya jawab3. Bermain peran /
simulasiG. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien isolasi sosial sesuai kriteria inklusi dan
ekslusi b. Membuat kontrak dengan klienc. Mempersiapkan alat dan
tempat pertemuan
d. Menjalin kerjasama dengan kepala ruang Pringgondani2.
Orientasi
a. Salam terapeutik
1). Terapis memberikan salam kepada klien dengan membuka
kegiatan dengan baik dan memperkenalkan anggota terapis dan tugas
masing-masing
b. Evaluasi/validasi
Leader menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1). Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memperkenalkan diri
2) Menjelaskan aturan main berikut:a) Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok, harus meminta ijin pada terapis dengan
alasan yang jelas
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai3.
Tahap kerja
a. Menjelaskan kegiatan, yaitu lagu pada handphone dengan MP3
akan dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum
jam (yaitu kearah kiri) dan pada saat handphone dengan MP3
dimatikan, maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan
dirinya.b. Menghidupkan handphone dengan MP3 untuk memutar lagu dan
edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam.
c. Pada saat handphone dengan MP3 dimatikan, anggota kelompok
yang memegang bola mendapatkan giliran untuk menyebutkan: salam,
nama lengkap, nama panggilan, hobi dan asal, dimulai oleh terapis
sebagai contoh.d. Memotivasi klien untuk menulis nama panggilan
pada kertas dan tempel atau pakai.
e. Mengulangi tahap kerja b,c,d sampai semua anggota kelompok
mendapat giliran.f. Memberi reinforcement berupa pujian dan tepuk
tangan untuk tiap keberhasilan anggota kelompok.4. Tahap
Terminasi
a. Evaluasi
1). Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAKS.
2). Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1). Terapis menganjurkan semua klien untuk melatih
memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidupan sehari-hari2).
Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri dalam jadwal kegiatan
harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan tersebut yaitu berkenalan dengan
anggota
Kelompok2. Menyepakati waktu dan tempatEvaluasi dan
DokumentasiEvaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien dalam melakukan TAKS.
Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai tujuan TAKS.
Untuk TAKS sesi perkenalan diri, dievaluasi kemampuan klien
memperkenalkan diri secara verbal dan non verbal dengan menggunakan
formulir seperti tersebut pada lampiran. DokumentasiDokumentasi
kemampuan yang dimiliki oleh klien ketika TAKS pada catatan proses
keperawatan tiap klien baik kemampuan memperkenalkan diri secara
verbal maupun non verbal.BAB III
HASIL DAN PEMBAHASANHASIL EVALUASI MEMPERKENALKAN DIRI TAK
SOSIALISASIKEMAMPUAN MEMPERKENALKAN DIRIPre TAK Sosialisasia.
Kemampuan verbalNo.Aspek yang dinilaiNama klienRata-rata
presentase
Tn. SeTn. SuTn. DTn.MdTn.MgTn. FTn.T
1.Menyebutkan nama lengkap------14.3 %
2.Menyebutkan nama panggilan-85,7 %
3.Menyebutkan asal---57,1 %
4.Menyebutkan hobi------14,3 %
Jumlah122322045,1 %
Persentase25%50%50%75%50%50%0%
b. Kemampuan non verbal
No.Aspek yang dinilaiNama klienRata rata persentase
Tn. SeTn. SuTn. DTn.MdTn.MgTn. FTn.T
1.Kontak mata-------0 %
2.Duduk tegak----42,8%
3.Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai------14,3 %
4.Kemauan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir100 %
Jumlah112312139,3 %
Persentase25%25%50%75%25%50%25%
Post TAK Sosialisasia. Kemampuan verbalNo.Aspek yang dinilaiNama
klienRata-rata presentase
Tn. SeTn. SuTn. DTn.MdTn.MgTn. FTn.T
1.Menyebutkan nama lengkap100 %
2.Menyebutkan nama panggilan-85,7 %
3.Menyebutkan asal-85,7 %
4.Menyebutkan hobi-85,7 %
Jumlah444444189,3 %
Persentase100%100%100%100%100%100%25%
b. Kemampuan non verbal
No.Aspek yang dinilaiNama klienRata-rata presentase
Tn. SeTn. SuTn. DTn.MdTn.MgTn. FTn.T
1.Kontak mata-----28,6 %
2.Duduk tegak----42,8 %
3.Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai-85,7 %
4.Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir100 %
Jumlah2234241 64,3 %
Persentase50%50%75%100%50%100%25%
PEMBAHASANTerapi aktivitas kelompok sosialisasi bertujuan untuk
meningkatkan interaksi social pada klien dengan indikasi isolasi
social yang dapat ditunjukkan dengan komunikasi verbal dan tanda
non verbal. Kegiatan terapi aktivitas kelompok yang dilakukan pada
kelompok isolasi di ruangan Pringgondani tanggal 17 Juli 2010 pukul
09.10 WIB, telah dilakukan penilaian objektif berdasarkan hasil
observasi pre TAKS dan post TAKS pada peserta TAKS oleh perawat.
Hasil pre TAKS menunjukkan beberapa peserta TAKS menunjukkan adanya
ketidakmampuan dalam komunikasi verbal dan non verbal dalam
melakukan interaksi social. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak
konsistensinya kontak mata, duduk terbunguk atau tidak tegak,
ketidaksesuaian bahasa tubuh, keengganan berpartisipasi dalam
kegiatan social. Selain itu, pasien juga tidak dapat melakukan
perkenalan dengan baik, dimulai dari menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, asal dan hobi.
Hasil dari evaluasi pre TAKS menunjukkan sebagian besar peserta
TAKS tidak mampu dalam komunikasi verbal dan non verbal dalam
interaksi social dengan teman atau perawat. Peserta TAKS hanya
mampu melakukan komunikasi verbal 45,1% dari semua kriteria
kemampuan verbal pada evaluasi pre TAKS. Sedangkan, kemampuan
nonverbal pada evaluasi pre TAKS, peserta hanya mampu menunjukkan
39,3%. Hasil persentase tentang kemampuan peserta TAKS pre TAKS
yang minimal ini mendukung perawat untuk melakukan TAKS untuk
melakukan TAKS pada Strategi Pelaksanaan (SP) 1 isolasi sosial,
yaitu memperkenalkan diri.Selama dilakukan TAKS dipimpin oleh
leader, dibantu oleh fasilitator yang membantu peserta TAKS untuk
mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan main TAKS. Selain itu,
kegiatan TAKS juga dipantau dan dibantu oleh observer yang memantau
keefektifan TAKS yang meninjau dari keminatan peserta, kemampuan
peserta setelah diberikan stimulus oleh perawat dan kemampuan non
verbal peserta. Kegiatan TAKS ini mengacu pada strategi pelaksanaan
isolasi sosial 1. Modifikasi kegiatan ini dilakukan dengan
memberikan umpan balik / feed back berupa evaluasi kemampuan
peserta untuk menyebutkan nama, asal dan hobi teman di sebelah kiri
dan kanannya.Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan oleh
perawat, baik dari observer, fasilitator dan leader, evaluasi
kemampuan peserta TAKS setelah dilakukan umpan balik/ feed back
yaitu peserta telah meningkat kemampuan dalam berinteraksi dengan
teman. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan verbal peserta TAKS
yang meningkat menjadi 89,3%. Progresifitas peserta sebelum dan
sesudah mengikuti TAKS sebesar 44,2% ini menunjukkan adanya
keefektifan TAKS untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam
berkenalan dengan orang lain. Adapun kemampuan non verbal pasien
meningkat menjadi 24,2% dari sebelum dilakukan TAKS dan
sesudahnya.BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanKami menyimpulkan bahwa dengan melaksanakan TAK
dapat bermanfaat untuk: Melatih klien bersosialisasi dengan orang
lain
Mengajarkan teknik-teknik komunikasi baik verbal maupun non
verbal untuk menangani masalah klien dengan isolasi social.
Meningkatkan status fungsi klien, baik kognitif, afektik,
psikimotor, maupun kepribadian.
Meningkatkan harga diri serta rasa percaya diri klien
B. Saran
1. Kegiatan TAKS sebaiknya dapat dilakukan secara rutin dengan
berbagai macam topik yang disesuaikan dengan kondisi klien.
2. Perawat hendaknya mengembangkan kegiatan-kegiatan yang
positif untuk menstimulasi perkembangan klien
3. Sebaiknya kontrak waktu selama TAKS tidak terputus oleh
aktivitas lain, sehingga klien dapat mengikuti kegiatan dari awal
hingga akhir dan dapat bermanfaat untuk klien. Misalnya apabila
keluarga yang menjenguk, sebaiknya keluarga diminta menunggu hingga
kegiatan selesai dan dijelaskan manfaat kegiatan tersebut.
Mengetahui
Kepala Ruang Pringgondani
Sutarmi, A.MKCi. Kelompok Ruang Pringgondani
Afik, S.Kep., Ns.
Daftar Pustaka
Caplan ,Harrold I; Sadock Benjamin J.1998. Ilmu Kedokteran Jiwa
Darurat. Jakarta: Widya Medika,
Direktorat Kesehatan Jiwa.1983. Pedoman Perawatan Psikiatrik,
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Departemen Kesehatan
RI
Keliat ,Budi Ana. 1998. Proses Keperawatan Jiwa, Jakarta:
EGC
Mc Farland, Getrude K., Mc Farlane ,A. Elisabet. 1993. Nursing
Diagnosis and Intervention ( Planning For Patients Care ) second
edition, Mosbysear book Inc, St Louis, Missouri
Nurjannah, Intansari. 2004. Pedoman Penanganan pada Gangguan
Jiwa: Manajemen, Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik
Perawat-Klien. Yogyakarta: Mocomedia
Saryono, dkk. 2008. Skill lab 2 Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto: Global internusa
WF. Maramis. 1998. Catatan Ilmu Kesehatan Jiwa,. surabaya :
Airlangga University PressPAGE 3
_1352251776.doc