Laporan Diagnosis Komuunitas dan Program Intervensi dalam Upaya
Penurunan Tekanan Darah pada Wanita Usia Reproduksi (30-45 tahun)
dengan Hipertensi melalui Peningkatan Pengetahuan Wanita Usia
Reproduksi (30-45 tahun) di RT 2 RW 2, Kelurahan Meruya Utara,
Kecamatan Kembangan, Kota Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta,
Periode 2 Mei 2015 Juni 2015
Laporan Diagnosis Komuunitas dan Program Intervensi dalam Upaya
Mengontrol Tekanan Darah pada Wanita Usia Reproduksi (20-45 tahun)
dengan Hipertensi melalui Peningkatan Pengetahuan Wanita Usia
Reproduksi (20-45 tahun) di RT 2 RW 2, Kelurahan Meruya Utara,
Kecamatan Kembangan, Kota Administrasi Jakarta Barat, Provinsi DKI
Jakarta, Periode 2 Mei 2015 Juni 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
sama dengan140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari sama
dengan 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.[1]Data World Health
Organization (WHO) pada tahun 2008 menunjukkan bahwa sebanyak 12,8%
kematian disebabkan oleh hipertensi yaitu sekitar 7,5 juta orang
setiap tahunnya. Di wilayah Asia Tenggara ditemukan 36% orang
dewasa mengalami hipertensi. Keadaan tersebut merupakan faktor
risiko utama untuk kematian sekitar 1,5 juta jiwa tiap
tahun.[2,3]Berdasarkan data Riskesdas 2013, hipertensi di Indonesia
merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi tinggi yaitu sebesar
25,8%. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa
maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi.[1]Data
yang ditemukan pada Puskesmas Kelurahan Meruya Utara, hipertensi
menempati urutan ketiga dari sepuluh penyakit terbanyak selama
kurun waktu Januari hingga Desember 2014. Dan menempati urutan
pertama untuk kasus penyakit tidak menular terbanyak dengan jumlah
kasus sebesar 861. Pada Puskesmas Kelurahan Meruya Utara ditemukan
wanita usia reproduksi (20 - 45 tahun) dengan hipertensi adalah
sebanyak 17 orang dari 152 jumlah penduduk wanita berusia
reproduksi yaitu sebesar 11,18%. Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Bateman T. et all, terhadap wanita
usia reproduksi di Amerika Serikat dari tahun 1999-2008, yaitu
didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 7,7 %.[5]Berdasarkan
hal-hal di atas maka kami memilih hipertensi pada wanita usia
reproduksi (20-45 tahun) dengan diagnosis komunitas agar diketahui
penyebab meningkatnya tekanan darah pada wanita usia reproduksi
(20-45 tahun) dengan hipertensi di RT 2 RW 2 Kelurahan Meruya
Utara, Kecamatan Kembangan, Kota Administrasi Jakarta Barat dengan
upaya peningkatan pengetahuan agar terjadi penurunan tekanan
darah.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum : Terkontrolnya tekanan darah pada wanita usia
reproduksi (20-45 tahun) dengan hipertensi di RT 2 RW 2 Kelurahan
Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kota Administrasi Jakarta
Barat.1.2.2 Tujuan Khusus : 1. Diketahuinya masalah utama di RT 2
RW 2 Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kota Administrasi
Jakarta Barat periode Januari Desember 2014.2. Diketahuinya
masalah-masalah penyebab tidak terkontrolnya tekanan darah pada
wanita usia reproduksi (20-45 tahun) dengan hipertensi di RT 2 RW 2
Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kota Administrasi
Jakarta Barat.3. Diketahuinya intervensi sebagai alternatif
pemecahan masalah yang dapat dilakukan dalam jangka pendek dan
memiliki daya ungkit yang besar dalam menunjang tujuan jangka
menengah dan jangka panjang yang diharapkan.
4. Diketahuinya hasil dari intervensi yang dilakukan.BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi.
2.1.1 Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih sama dengan 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih sama dengan 90 mmHg. (National
Committe on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High
Pressure VII,2003). [5]2.1.2 EpidemiologiPrevalensi hipertensi di
Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur 18 tahun
sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat
(29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang
didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5
persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden
yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat
hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %).[6]
Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada kelompok
pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja, kemungkinan
akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik. [6]Pada analisis
hipertensi terbatas pada usia 15-17 tahun menurut JNC VII 2003
didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 persen (laki-laki 6,0%
dan perempuan 4,7%), perdesaan (5,6%) lebih tinggi dari perkotaan
(5,1%).[6]
2.1.3 Etiologi Penyakit Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat
dibagi menjadi 2 golongan yaitu ; [5]
a. Hipertensi essensial atau primer.
b. Hipertensi sekunderPenyebab dari hipertensi essensial sampai
saat ini masih belum dapat diketahui. Kuranq lebih 90 % penderita
hipertensi tergolong hipertensi essensial sedangkan 10 % nya
tergolong hipertensi sekunder. [5]Hipertensi sekunder adalah
hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui antara lain kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid ),
penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme) dan lain- lain.
[5]Bentuk hipertensi antara lain hipertensi hanya diastolik,
hipertensi campuran (diastolik dan sistolik yang meninggi) dan
hipertensi sistolik. Hipertensi diastolik sangat jarang dan hanya
terlihat peninggian yang ringan dari tekanan diastolik, misalnya
120/100 mmHg. Bentuk seperti ini biasanya ditemukan pada anak-anak
dan dewasa muda sementara itu hipertensi sistolik paling sering
dijumpai pada usia lanjut. [5]2.1.4 Faktor Resiko. [6]Hipertensi
esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena
interaksi antara faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor
risiko yng mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut
adalah:
faktor resiko: diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas,
merokok, genetis
sistem saraf simpatis : tonus simpatis dan variasi diurnal
keseimbangan antara modulator vasodilator dan vasokonstriksi:
endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari
endotel, otot polos dan instisium juga memberikan konstribusi
akhir
pengaruh sistem otokrin stempat yang berperan pada sistem renin
angiotensis dan aldosteron.
2.1.5 Klasifikasi.
KategoriTarget sistolikTarget diastolik
60 tahun