Page 1
Sistem Pernafasan Manusia
Grace Stephanie Manuain [email protected]
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Pendahuluan
Manusia membutuhkan supply oksigen untuk proses respirasi sel serta metabolisme
sel.dan membuang karbondioksida sebagai hasil dari metabolisme sel. Pertukaran gas antar
oksigen dan karbondioksida dilakukan agar proses respirasi sel berlangsung secara terus
menerus.oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini diambil dari atmosfer, yang
menyediakan kandungan gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang ada. Oksigen
masuk kedalam tubuh melalui perantaraan alat pernapasan yang berada di luar.
Oleh karena itu , mengingat proses ini dalam tubuh kita , maka kita perlu memiliki
pengetahuan yang baik seputar proses pertukaran udara ini dari berbagai segi salah satunya
dari segi organ – organ yang terlibat dalam proses pertukaran udara tersebut.
1
Page 2
Pembahasan
A. Struktur Organ
Struktur pada organ respirasi dibagi menjadi dua yakni struktur mikroskopis yakni
struktur secara histologi dan struktur makroskopis atau struktur anatomi.
Mikroskopis 1
Stuktur mikroskopis pada organ respirasi dibagi menjadi 2 bagian yakni:
a. Bagian konduksi, bagian yang menyalurkan udara / gas.
Bagian ini terdiri dari:
Rongga hidung
1. Vestibulum
Merupakan Epitel berlapis gepeng, terdapat vibrissae (rambut 2 kasar yang
berfungsi menyaring udara pernafasan) terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat
2. Fossa nasalis (kavum nasi)
Dari masing-masing dinding lateral fossa nasalis keluar 3 tonjoilan mirip rak yang
biasa disebut konka. Antara lain: konka nasalis superior, konka nasalis media,
konka nasalis inferior. Hanya konka nasalis inferior dilapisi oleh epitel respirasi.
Faring: ruangan dibelakang kavum nasi,yang menghubungkan traktus digestivus dan
traktus respiratorius
bagian dari faring :
1. Nasofarings
2. Orofarings
3. Laringofarings
Laring
Menghubungkan faring dan trakea
Bentuk tidak beraturan / irreguler
Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet kecuali ujung plika vokalis berlapis
gepeng
2
Page 3
Epiglotis
Rangka terdiri dari T.R Elastis
Mempunyai 2 permukaan :
Permukaan lingual yang menghadap ke lidah
o epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
o Ada kelenjar campur dan jaringan limfoid
Permukaan laringeal yang menghadap ke laring
- Epitel berlapis gepeng yang tipis dari permukaan lingual menjadi epitel bertingkat
torak bersilia bersel goblet,yang akan melanjutkan ke trakea dan bronkus
- Lamina propria dibawahnya mempunyai kelenjar campur ( lebih banyak daripada
permukaan lingual ).
Trakea
Gambaran khas trakea:
- Rangka berbentuk C terdiri atas T.R. Hialin
- Jumlah 16 – 20 buah
- Cincin – cincin tulang rawan satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan
penyambung padat fibroelastis dan retikulin disebut lig.anulare untuk mencegah agar
lumen trakea jangan meregang berlebihan.
- sedang otot polos berperan untuk mendekatkan kedua tulang rawan
Bagian trakea yang mengandung tulang rawan disebut pars kartilagenia
Bagian trakea yang mengandung otot disebut pars membranasea
Bagian posterior trakea
- Terdapat banyak kelenjar sepanjang lapisan muskular
- Rangsangan N.laringeus rekuren menyebabkan kelenjar – kelenjar mengeluarkan
sekretnya.
Bronkus.
Bronkus terdiri dari 2 bagian utama yaitu :
Bronkus ekstrapulmonal : bagian dari bronkus sebelum memasuki organ paru
Bronkus intrapulmonal : bagian dari bronkus yang telah memasuki organ paru
3
Page 4
Bronkiolus
o Diameter kira kira 1mm
o Tidak mempunyai tulang rawan
o Epitel selapis torak memiliki silia , ada yang memiliki sel goblet dan ada yang
tidak.
( bronkiolus besar epitel masih bertingkat torak )
oLamina propria : - tipis
- tidak ada kelenjar
- tidak ada Noduli limfatisi
- Otot polos relatif banyak daripada jaringan ikat
- serat elastin
Bronkiolus terminalis
• Diameter 0,3 mm
• Epitel selapis torak bersilia , tidak ada sel goblet
/ Epitel selapis torak rendah
• Diantara deretan sel ini ada sel clara :
- ada mikrovili
- granula kasar
b. Bagian respirasi, bagian yang berhubungan dengan pertukaran gas
Bagian ini terdiri dari:
Bronkiolus repiratorius
• Bagian antara bag.konduksi dan bag.respirasi
• Pendek 1 – 4 mm ,diameter 0,5 mm
• Epitel torak rendah / Epitel selapis kubis , ada yang memiliki silia dan ada yang
tidak, tidak ada goblet
• Diantara sel kubis terdapat sel clara
• Lamina propria : terdiri ata serat kolagen + serat elastin,otot.polos terputus-putus
4
Page 5
Ductus alveolaris
• Dinding tipis,sebagian besar terdiri dari alveoli
• Dikelilingi sakus alveolaris
• DI mulut alveolus epitel selapis gepeng (sel alveolar tipe 1)
• Jaringan ikat fibroelastis, ada yang memiliki otot polos dan ada yang tidak
memiliki otot polos, sebagai titik titik kecil
• Terbuka ke atrium : ruang yang menghubungkan beberapa sakus alveolaris
Sakus alveolaris
• Kantong yang dibentuk oleh beberapa alveoli
• Terdapat serat elastin dan serat retikulin yang melingkari muara sakus alveoli
• Sudah tak punya otot polos
Alveolus/alveoli
• Kantong kantong kecil terdiri dari selapis sel seperti sarang tawon
• Pertukaran gas ( O2 dan CO 2) antara udara dan darah
• Di sekitar alveoli terdapat :
• - serat elastin : inspirasi --- melebar
expirasi --- menciut
• - serat kolagen : mencegah regangan yang berlebihan, sehingga kapiler + septum
interalveolaris tidak rusak
• Jumlah : 300 -500 juta alveoli
5
Page 6
Makroskopis 2
Nasi (Hidung)
Nasi (hidung) dibentuk oleh os nasale dan
tulang rawan. Terdapat nares anterior yang
menghubungkan rongga hidung atau
cavum nasi dengan dunia luar dan akan
bermuara menuju vestibulum nasi. Cavum
nasi dilapisi selaput lendir yang sangat
kaya pembuluh darah, dan berhubungan dengan pharynx dan selaput lendir pada sinus
yang mempunyai lubang yang berhubungan dengan rongga hidung. Septum nasi
memisahkan cavum nasi menjadi dua. Struktur tipis ini terdiri dari tulang keras dan tulang
rawan, dapat membengkok ke satu sisi lain, dan kedua sisinya dilapisi oleh membran
mukosa. Di bagian posterior septum nasi, terdapat os ethmoidale di superior dan vomer di
inferiornya.
Rongga hidung terdiri atas tiga region, yakni
o Vestibulum
Vestibulum hidung merupakan sebuah pelebaran yang letaknya tepat di sebelah dalam
nares. Vestibulum ini dilapis oleh kulit yang mengandung bulu hidung, berguna untuk
menahan aliran partikel yang terkandung di dalam udara yang dihisap.
o Penghidu
Region penghidu berada di sebelah cranial; dimulai dari atap rongga hidung meluas
sampai setinggi concha nasalis superior dan bagian septum nasi yang ada dihadapan
concha tersebut.
o Pernfasan, bagian rongga hidung selebihnya.
Dinding lateral hidung terdapat tiga elevasi yakni:
(1) concha superior
(2) concha media
(3) concha inferior.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os maxilla dan os palatinum. Sedangkan atap cavum nasi
terdiri atas 3 daerah yang sesuai dengantulang yang membentuk atap tersebut, yakni region
sphemoidalis, ethmoidalis, dan frontonasal. Membrana mukosa olfactorius, pada bagian
6
Page 7
atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang
mendeteksi bau yaitu nervus olfactorius.
Pharynx
Pharynx adalah saluran berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesophagus sebatas tulang rawan cricoid. Terletak di belakang
larynx (laryngopharyngeal). Di sebelah dorsal dan lateral pharynx terdapat jaringan
penyambung longgar yang menempati spatium peripharyngeal.
Pharynx dibagi menjadi tiga bagian, yakni:
Nasopharynx (Epipharyx)
Nasopharynx berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial palatum molle.
Nasopharyngx dan oropharyx berhubungan melalui isthmus pharyngeum yang
dibatasi oleh tepi pallatum molle dan dinding posterior pharynx. Sewaktu proses
menelan dan berbicara isthmus pharyngeum tertutup oleh elevasi pallatum molle dan
pembentukan lipatan Passavant di dinding dorsal pharynx. Pada masing-masing
dinding lateral nasopharynx dijumpai ostium pharyngeal tuba auditivae, yakni di
seblah dorsal dan caudal ujung posterior concha nasalis inferior.
Oropharynx (Mesopharyx)
Oropharynx terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglottis atau
setinggi corpus vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Di sebelah ventral berhubungan
dengan cavum oris melalui isthmus oropharyngeum dan berhadapan dengan aspek
pharyngeal lidah. Pada tiap sisi arcus palatopharyngeus dan arcus palatoglossus
membentuk sinus tonsillaris yang berbentuk sgitiga dan berisi tonsila palatina.
Laryngpharynx (hipopharynx)
Laryngopharynx membentang dari tepi cranial epiglottis sampai tepi inferior
cartilago cricoidea atau mulai setinggi bagian bawah corpus vertebra cervical 3
sampai bagian atas vertebra cervical 6. Ke arah caudal dilanjutkan sebagai
oesophagus. Di dinding anterior terdapat pintu masuk ke dalam larynx (Aditus
laryngis) dan di bawah aditus laryngis ini terdapar permukaan posterior cartilago
arytaenoidea dan cartilago cricoidea.
7
Page 8
Larynx
Larynx menghubungkan faring dengan trakea. Larynx sebagian besar dilapisi oleh epitel
respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang bersilia. Larynx merupakan tabung pendek
berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh 9 kartilago yang terdiri atas:
1. Cartilago tidak berpasangan
o Cartilago thyreoidea
Cartilago thyreoidea merupakan tulang rawan larynx terbesar, terdiri atas dua
lamina persegi empat yang tepi anteriornyua menyatu kea rah inferior, membentuk
sebuah sudut yang menonjol, yang dikenal dengan promnentia laryngea (adam’s
apple) yang pada laki-laki lebih besar.
o Cartilago cricoidea
Cartilago cricoidea, berbentuk semu cicin stempel, membentuk bagian inferior
larynx. Masing-masing sisi cartilago cricoidea, di batas antar lamina dan arcus,
bersendi dengan cornu inferius cartilago thyreoidea. Tepi inferior cartilago cricoidea
bergabubg dengan cincin pertama tulang rawan trakea melalui lig. Cricotrcleale. Di
sebelah posterior, tepi superior lamina bersendi dengan basis cartilago arytaenoidea.
o Epiglotis adalah cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang
dasar lidah. Epiglotis ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan ke belakang dari bagian samping epiglottis menuju
cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk larynx.
2. Cartilago berpasangan
o Cartilago arytaenoidea
Cartilago arytaenoidea, terletak di bagian belakang larynx, sebelah superolateral
lamina cartilago cricoidea. Berbentuk pyramid dengan tiga permukaan, dua
pocessus, sebuah basis dan apex. Permukaan anterolateral mempunyai dua lekukan;
pada lekukan yang atas melekat lig. Ventriculare, lekukan yang bawah melekat M.
vocalis dan M. cricoarytaenoideus.
o Cartilago corniculatum
Cartilago corniculatum terletak di sebelah posterior, dalam plica aryepiglottica.
Bersandar pada apex cartilago arytaenoidea.
8
Page 9
o Cartilago cueniforme
Cartilago cueniforme berada dalam plica aryepigottica.
3. Dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring
o Pasangan bagian atas adalah lipatan ventricular (pita suara semua) yang tidak
berfungsi saat produksi suara
o Pasangan bagian bawah adalah pita suara sejati yang melekat pada cartilago
thyroidea, cartilago cricoidea, dan cartilago arytenoidea.
Trachea
Trachea adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm.
Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan di belakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus
sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata thoracicae V dan bercabang menjadi
dua bronchus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 cincin terbuka yang terbentuk dari
tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkarannya
di sebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrae
thoracicae V, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang
sama. Bronchi (jamak) berjalan ke bawah dan menyamping, ke arah hilus pulmonalis.
Bronchus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit
lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama di bawah arteri,
disebut bronchus lobus inferior. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang
kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum di belah menjadi beberapa cabang
yang berjalan ke lobus pulmo atas dan bawah.
Cabang utama bronchus principalis dextra et sinistra bercabang menjadi bronchus lobaris
sesuai dengan banyak lobus yang ada di pulmo dextra ataupun sinistra, kemudian menjadi
lobus segmentalis sesuai dengan banyak segmen yang ada. Percabangan ini berjalan terus
menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronchiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
Bronchiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronchiolus tidak
diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
9
Page 10
dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronchiolus terminalis
berfungsi utama sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas pulmo.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas asinus terdiri dari bronchiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir pulmo,
asinus memiliki tangan kira-kira 0,5-1 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari
trachea sampai saccus alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-
pori kohn.
Pulmo
Pulmo terdapat dalam rongga thorax kiri dan kanan. Pulmo memilki :
1. Apex, apex pulmo meluas ke dalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2. Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
3. Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung
4. Basis, berhadapan dengan diafragma
Pulmo dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga
pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi dan mencegah uap-uap
H2O yang ada di alveolus saling tarik-menarik. Pulmo kanan dibagi atas tiga lobus yaitu
lobus superior, medius dan inferior sedangkan pulmo kiri dibagi dua lobus yaitu lobus
superior dan inferior dan satu lingula pulmo sebagai bakal lobus media yang tidak
sempurna. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe,
arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, saccus alveolar dan alveoli.
Diperkirakan bahwa stiap pulmo mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai
permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas. Pulmo mendapat
suplai darah dari arteri pulmonalis dan arteri bronchialis yang bercabang-cabang sesuai
segmennya. Serta diinnervasi oleh saraf parasimpatis melalui nervus vagus dan simpatis
melalui truncus simpaticus. Tekanan darah pulmoner adalah sekitar 15 mmHg. Fungsi
sirkulasi pulmo adalah karbondioksida dikeluarkan dari darah dan oksigen diserap, melalui
siklus darah yang kontinyu mengelilingi sirkulasi sistemik dan parsial, maka suplai
oksigen dan pengeluaran zat-zat sisa metabolisme dapat berlangsung bagi semua sel
10
Page 11
B. Mekanisme Pernafasan3
Tekanan intrapleura dalam rongga pleura (ruang antar pleura) adalah tekana sub
atmosfer, atau kurang dari tekan intra-alveolar. Peningkatan atau penurunan volume rongga
toraks mengubah tekanan intrapleura dan intraalveolar yang secara mekanik menyebabkan
pengembangan atau pengempisan paru-paru.
Otot-otot inspirasi memperbesar rongga toraks dan meningkatkan volumenya. Otot-otot
ekspirasi menururnkan volume rongga toraks.
Inspirasi : Mekanisme inspirasi dimulai ketika diafragma berkontraksi torak mengembang paru-paru
menyebabkan tekanan udara di paru-paru menurun dan udara masuk
membutuhkan kontraksi otot dan energy
o Otot inspirasi utama :
- Diafragma, otot yang berbentuk kubah yang jika sedang relaks akan memipih saat
berkontrksi dan memperbesar rongga toraks kearah anterior dan superior
- M. Intercostal Eksternus
o Otot inspirasi tambahan :
- Sternocleidomastoides
- Pectoralis mayor
- Serratus anterior
Ekspirasi : Mekanisme ekspirasi sebaliknya diafragma berkontraksi torak kembali ke semula tekanan
udara diparu-paru tinggi udara keluar.
o Ekspirasi tenang : proses pasif
- Relaksasi otot inspirasi
- Jaringan paru kembali kekedudukan semula sesudah terenggang (daya recoil)
o Ekspirasi kuat
Kontraksi otot-otot ekspirasi : -otot dinding perut
-otot intercostal internis
11
Page 12
C. Transport dan pertukaran gas4
Transport O24
O2 yang larut (menurut hukum Henry) = 0,393 mL / 100 mL darah
O2 yang larut (keadaan sebenarnya) = 20 mL / 100 mL darah
Perbedaan yang besar ini karena kemampuan Hb dalam transpor O2 (O2 yang diikat oleh Hb
sangat banyak). Setiap globin mengandung 4 Heme, dalam gugus Heme mengandung ion
Fe(II), dan setiap atom Fe dalam heme mampu mengikat 1 molekul O2, sehingga setiap
molekul Hb dapat mengikat 4 molekul O2. Hb tersaturasi penuh dengan O2 bila seluruh Hb
dalam tubuh berikatan secara maksimal dengan O2. Semakin banyak O2 yang diikat, semakin
tinggi afinitasnya. Disosiasi oksi Hb (pengikatan dan pelepasan O2) ditentukan oleh PO2 di
medium sekeliling Hb. Kurva disosiasi Hb merupakan kurva yang menyatakan hubungan
antara PO2 dan saturasi. Kurva ini berbentuk sigmoid, standar pada pada suhu tubuh 370
celcius dan pH 7,4.
Bagian kurva yang mendatar untuk kisaran PO2 antara 60-100 mm Hg. Pada kisaran ini
peningkatan dan penurunan PO2 darah hampir tidak mempengaruhi kejenuhan HbO2.Pada
kisaran PO2 antara 0-60 mm Hg perubahan kecil PO2 memberi dampak yang cukup besar
terhadap kemampuan Hb untuk mengikat O2. Pada PO2 50 mmHg terjadi pelepasan dengan
cepat O2 dengan cepat. Ketika PO2 40 mmHg, Hb akan cepat melepaskan O2 yang diserahkan
ke jaringan.Hemoglobin dinyatakan 97% jenuh pada PO2 100 mmHg, seperti yang terjadi
pada udara alveolar.
12
Page 13
Faktor-faktor yang mempengaruhi disosiasi oksi Hb dapat dilihat pada table di bawah ini:
Faktor Perubahan pada Faktor Disosiasi Saturasi
PO2
Meningkat Menurun Meningkat
Menurun Meningkat Menurun
PCO2
Meningkat Meningkat Menurun
Menurun Menurun Meningkat
PHMeningkat Menurun Meningkat
Menurun Meningkat Menurun
ElektrolitMeningkat Meningkat Menurun
Menurun Menurun Meningkat
TemperaturMeningkat Meningkat Menurun
Menurun Menurun Meningkat
Kadar 2,3 BPGMeningkat Meningkat Menurun
Menurun Menurun Meningkat
13
Page 14
Transport CO24
Daya larut CO2 lebih besar daripada O2, tiap 100 ml darah hanya dapat membebaskan
0,3 C02 dalam bentuk terlarut. CO2 dapat diangkut dalam sel darah merah dan plasma.
Bentuk pengakutan CO2 sebagai :
CO2 yang larut dalam plasma (4-6%)
Walaupun sedikit tapi penting
Asam karbonat H2CO3 (1-4%)
Secara fisis sedikit, tapi juga penting
Ikatan karbamino (20%)
- Efek Haldane : pengikatan O2 pada Hb akan mengusir CO2 (pelepasan CO2 dari
ikatannya sebagai karbamino Hb)
- Pembentukan karbamino Hb dipengaruhi oleh derajar saturasi Hb dan tidak
dipengaruhi oleh PCO2
- Efek Haldane merupakan akbiat dari oksi-Hb lebih asam daripada reduced Hb,
dimana oxygenisasi Hb (menjadi HbO2) meningkatkan pelepasan proton H+ dari mol
Hb. Diusirnya CO2 dari darah setelah oxygenasi Hb diakibatkan oleh meningkatnya
H+ yang kemudian berikatan dengan HCO3- membentuk H2CO3 yang oleh Carbonic
Anhidrase (CA) dipecah menjadi CO2 + H2O
- Transport CO2 dalam bentuk ikatan karbamino sebenarnya hanya menduduki 10%
tapi efek Haldane meningkatkan transport CO2 hingga dua kali lipat.
Ion bikarbonat dalam plasma (70%)
- CO2 yang masuk plasma akan masuk ke dalam erittrosit dan diubah menjadi H2CO3
yang kemudian terionisasi menjadi H+ + HCO3-
- H+ akan diikat oleh KHb menjadi HHb + K+
- HCO3- akan keluar dari eritrosit masuk ke plasma dan sebagai gantinya Cl- adri
plasma masuk ke eritrosit (Chloride Shift) dan mengimbangi pengeluaran ion
bikarbonat dari sel.
14
Page 15
Pertukaran Gas 4
Pertukaran gas di paru-paru :
O2 larut secara fisik dalam plasma. Namun sebagian besar berdifusi dalam sel darah
merah dan kemudian bereaksi dengan deoksiHb membentuk oksi Hb sambil melepaskan H+.
Pada saat Hb jenuh dengan O2, afinitas terhadap CO2 menurun sehingga CO2 yang terikat
pada Hb akan berdifusi keluar dari sel darah merah melalui plasma menuju alveoli. Ion H+
yang dilepaskan hemoglobin berikatan dengan ion HCO3- yang berdifusi ke dalam sel darah
merah dari plasma dan saling bertukar tempat dengan Cl-. Reaksi antara H+ dan HCO3-
menghasilkan H2CO3. Asam karbonat pecah menjadi H2O dan CO2 dengan bantuan enzim
karbonat anhidrase. CO2 berdifusi keluar dari sel darah merah menuju ke plasma lalu ke
alveoli.
Pertukaran gas di jaringan :
CO2 terlarut dalam jumlah kecil dalam plasma. Namun sebagian besar berdifusi ke
lama sel darah merah dan bereaksi dengan air membentuk H2CO3 atau berikatan dengan Hb
membentuk carbamino Hb. Reaksi dikatalis oleh carbonate anhidrase. H2CO3 terdisosiasi
menjadi H+ dan HCO3-. Selama pergeseran klorida, ion HCO3
- berdifusi keluar dari sel darah
merah digantikan oleh Cl-. Kemusian HCO3- bertindak sebagai buffer mengontrol pH darah.
Dal sel darah merah, ion H+ dibuffer oleh Hb pada keadaan dimana Hb berikatan dengan H+.
Hb punya afinitas rendah dengan O2. Sejumlah kecil O2 diangkut dalam keadaaan terlarut
secara fisik. Kemudian, berdifusi keluar dari plasma masuk ke dalam sel jaringan.
15
Page 16
D. Volume dan kapasitas paru5
Alat yang digunakan untuk mempelajari ventilasi paru adalah spirometri. Hasil dari
pencatatannya dinamakan spirometer. Dari hasil ini dapat dilihat perubahan volume paru
pada berbagai kondisi pernafasan. Udara dalam paru dibagi menjadi empat volume dan empat
kapasitas, yang merupakan rata-rata pada laki-laki dewasa muda.
Gambar1.spirometri.
Empat macam volume paru antara lain:
Volume tidal (VT)
volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal; besarnya
kira-kira 500 mL pada rata-rata orang dewasa muda.
Volume cadangan inspirasi (IRV)
volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume alun napas
normal; dan biasanya mencapai 3000 mL.
Volume cadangan ekspirasi (ERV)
jumlah udara ekstra yang dapat diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi alun
napas normal; jumlah normalnya adalah sekitar 1100 mL.
Volume residu (RV)
volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat. Volume
ini besarnya kira-kira 1200 mL.
16
Page 17
Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang-kadang perlu
menyatukan dua atau lebih volume di atas. Kombinasi seperti itu disebut kapasitas paru.
Berbagai kapasitas paru yang dapat diuraikan sebagai berikut :
o Kapasitas inspirasi (IC) sama dengan volume alun napas ditambah volume cadangan
inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500 mL) yang dapat dihirup oleh
seseorang, dimulai pada tingat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah
maksimum.
IC = TV + IRV
o Kapasitas residu fungsional (FRC) sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah
volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspiras
normal (kira-kira 2300 mL).
FRC = ERV + RV
o Kapasitas vital (VC) sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume alun
napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum
dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 mL).
VC = IRV + TV + ERV
VC = IC + ERV
o Kapasitas paru total (TLC) adalah volume maksimum di mana paru dapat dikembangkan
sebesar mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira 5800 mL); jumlah ini sama dengan
kapasitas vital ditambah volume residu.
TLC = VC + RV
TLC = IC + FRC
17
Page 18
E. Pengaruh Perubahan Tekanan Atmosfer Pada Sistem Pernapasan6
1. Penurunan Tekanan Atmosfer
Makin tinggi dari permukaan laut maka tekanan atmosfer makin rendah.dalam hal ini ,
komposisi/kadar gas di udara tetap namun tekanannya yang mengalami perubahan.
Cth : pendaki gunung
- Ketinngian 3000m diatas permukaan laut.
Dalam keadaan ini tekanan oksigen di alveol mengalami penurunan hingga
60mmHg dan rangsangan untuk proses ventilasi menjadi semakin besar.Jika
ketinggian terus dinaikkan maka rangsangan ventilasi menjadi semakin besar
dan jika terus – menerus dinaikkan maka akan terjadi proses hiperventilasi.
- Ketinggian 3.700m
Dalam keadaan ini orang yang belum beradaptasi dengan baik akan
mengalami gangguan mental. Cth : eforia dan mudah marah.
- Ketinggian 5.500m
Dalam keadaan ini orang tersebut sudah mengalami hipoksia berat
(kekurangan kadar oksigen), penurunan tekanan darah , dan penurunan
kesadaran.
- Ketinggian 6.100m
Dalam keadaan ini orang tersebut akan segera mengalami gangguan SSP,
kejang – kejang , dan kehilangan kesadaran secara total.
Dalam keadaan seperti diatas maka pertolongan yang dapat diberikan adalah pemberian
oksigen pada orang tersebut.
18
Page 19
2. Peningkatan Tekanan Atmosfer
Makin rendah dari permukaan laut makan tekanan atmosfer akan semakin tinggi.10 meter
air laut/10,4 meter air tawar dibawah permukaan air akan meningkatkan tekanan udara
sebesar 1 atmosfer.Semakin rendah seseorang dari permukaan laut maka semakin besar
resikonya untuk terkena penyakit dekompresi.
Cth : Penyelam
Secara normal kadar Nitrogen di udara adalah 80% dan gas ini secara normal tidak dapat
larut di jaringan tubuh.Pada saat menyelam tekanan sekitar akan semakin tinggi sehingga
menyebabkan tekanan gas nitrogen pun ikut meningkat. Sesuai hukum henry , jika tekanan
suatu gas meningkat maka gas tersebut akan mudah larut. Maka , Saat seseorang menyelam
maka gas nitrogen akan larut dalam darah dan jaringan tubuhnya.saat penyelam tersebut naik
ke permukaan secara tiba – tiba maka tekanan lingkungannya akan segera menurun begitu
juga dengan tekanan gas nitrogen. Dimana gas nitrogen yang larut tadi akan keluar dalam
bentuk gelembung – gelembung udara yang dapat menyumbat pembuluh darah. Hal ini
disebut penyakit dekompresi.
19
Page 20
F. Pusat pernapasan6
Pusat pernapasan secara spontan dan berirama pada manusia diatur oleh batang otang,
sedangkan pusat pernapasan secara volunter diatur di korteks serebri.
Bila hubungan antara pusat dan perifer terputus maka pernapasan secara spontan akan
segera berhenti namun , pernapasan secara sengaja/volunter masih dapat dilakukan.
Pusat Pernapasan Otomasi :
1. Pusat Respirasi
Terletak di formatio retikularis pada medula oblongata. Yang secara antomi dibagi
menjadi :
a. Kelompok dorsal
b. Kelompok ventral
Kelompok Dorsal terutama terdiri dari Neuron I,secara periodik melepaskan impluse dengan
frekuensi 12-15/menit. Serat-serat yang keluar dari Neuron I sebagian besar berakhir pada
motor Neuron medula spinalis akan mempersarafi otot-otot inspirasi. Sebagian serat dari
neuron I menuju ke kelompok ventral. Kelompok Ventral terdiri dari neuron I dan neuron E,
keduanya tidak aktif pada pernapasan tenang bila kebutuhan ventilasi meningkat neuron
ventral diaktifkan melalui rangsangan dari kelompok Dorsal. Impluse melalui serat saraf yang
keluar dari Neuron I kelompok ventral akan merangsang motor neuron yang mempersarafi
otot-otot inspirasi tambahan melalui N IX dan N X. Neuron E akan dirangsang I Dorsal untuk
mengeluarkan Impluse yang menyebabkan kontraksi otot-otot ekspirasi(terjadi ekspirasi
aktif).
2. Pusat Apneustik ( Pons bagian bawah )
Berpengaruh tonik terhadap pusat inspirasi, pusat ini dihambat impluse aferen melalui
N X.
3. Pusat Pneumostatik (Pons bagian bawah)
Impluse dari sini menghambat aktifitas neuron I (rangsangn inspirasi berhenti).
20
Page 21
E. Keseimbangan Asam – Basa
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan
tubuh lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH:
· pH 7,0 adalah netral
· pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
· pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat
memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki ph antara 7,35-
7,45.Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH
yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.4
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang,
yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja
secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan
dengan karbondioksida (suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida.
Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
21
Page 22
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus
menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan
di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan
mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar
karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun,
kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-
paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa,
yaitu asidosis atau alkalosis
Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu
sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu
sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat
dari sejumlah penyakit.Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari
adanya masalah metabolisme yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung
kepada penyebab utamanya.Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh
ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal.
Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru
atau kelainan pernafasan.5
22
Page 23
Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk
atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah.Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH
darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah
merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan
lebih dalam. Penyebab asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
- Emfisema
- Bronkitis kronis
- Pneumonia berat
- Edema pulmoner
- Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain itu, seseorang dapat
mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan
pernafasan.5
Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah,
pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa
terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi
asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
23
Page 24
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu
bahan yang diubah menjadi asam.
Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa
penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam
laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
jumlah yang semestinya.
Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak
berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal
tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita
kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.5
24
Page 25
Penyebab utama dari asidosis metabolik:
Gagal ginjal
Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Ketoasidosis diabetikum
Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid
atau amonium klorida
Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena
diare, ileostomi atau kolostomi.
Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah.
Penyebabnya dimana pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.4
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
- rasa nyeri
- sirosis hati
- kadar oksigen darah yang rendah
- demam
- overdosis aspirin.
25
Page 26
Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan
penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu
meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida
yang dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan
nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya
selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika
kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi
kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.5
Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang
kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu,
alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang
banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa
darah.
26
Page 27
Penyebab utama akalosis metabolik:
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).5
Kesimpulan :
Mekanisme pernapasan akan mempengaruhi kinerja pernapasan seseorang, maka jika
terjadi gangguan pada mekanismenya maka keseluruhan sistem pernapasan seseorang juga
akan terganggu.
Daftar Pustaka
1. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks dan Atlas. In: Dany F, editor. System
Pernafasan. 10th ed. Jakarta :EGC; 2007.p.336-52.
2. Ethel Sloane. Anatomi dan Fisiologi. Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC; 2004.p.266-75.
3. Fisiologi Respirasi. Edisi 11 Maret 2009. Diunduh dari jayarasti.blogspot.com/2009/03. 18
Mei 2009.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. In : Rachman LY, Hartanto H,
Novrianti A, Wulandari N, editors. Prinsip-prinsip Fisika Pertukaran Gas; Sifusi Oksigen
dan Karbon Dioksida Melalui Membran Pernafasan. 11st ed. Jakarta : EGC ; 2008.p.515-
37.
5. Ward JPT, Ward J, Leach MR, Wiener CM. At a Glance Sistem Respirasi. In : Safitri A,
editors. Tekanan dan Volume Selama Pernapasan Normal. 2nd ed. Jakarta : Penerbit
Erlangga ; 2008. p.14-5.
6. Gunadi S,Salim D,Wibawani N,Goenawan J , etc. Sistem Respirasi-1.Jakarta : Ukrida,
2012.
27