7/23/2019 PBL Sk3 Malaria [IPT] -Doc http://slidepdf.com/reader/full/pbl-sk3-malaria-ipt-doc 1/27 Skenario 3 Demam disertai menggigil dan berkeringat Tn. C, laki-laki, 42 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan utama demam sejak satu minggu lalu. Demam dirasakan setiap dua hari sekali dimana setiap kali demam didahului menggigil dan setelah demam berkeringat. Setelah demam dapat pulih seperti biasa. Beliau baru kembali dari melakukan studi lapangan di Papua selama dua minggu. Setelah melakukan pemeriksaan sedian hapus darah tepi dokter mengatakan terineksi Plasmodium falciparum . 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Tn. C, laki-laki, 42 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan utama demam sejak satu minggu lalu. Demam dirasakan setiap dua hari sekali dimana setiap kali demam
didahului menggigil dan setelah demam berkeringat. Setelah demam dapat pulih seperti
biasa. Beliau baru kembali dari melakukan studi lapangan di Papua selama dua minggu.
Setelah melakukan pemeriksaan sedian hapus darah tepi dokter mengatakan terineksi
Trooid muda 8bentuk /in/in9 eritrosit tidak membesar dan terdapat titik maurer. :an%a ada
satu parasit dalam sebuah eritrosit. Pada trooid 8multipel9 terdapat lebih dari satu parasit
dalam sebuah eritrosit. Skion muda jumlah inti 2-+, pigmen sudah menggumpal 6arnahitam. Skion matang inti membelah -24. $akrogametosit bentuk pisang, agak lonjong,
Setelah melalui jaringan hati P.al/iarum melepaskan #-24 merooit kedalam
sirkulasi. $erooit %ang dilepaskan akan masuk ke dalam sel 'S di limpa dan mengalami
agositosis serta iltrasi. $erooit %ang lepas dari agosit serta iltrasi. $erooit %ang lepasdari iltrasi serta agositosis dari limpa akan mengin(asi eritrosit . selanjutn%a parasit
berkembang biak se/ara aseksual dalam eritrosit. Bentuk aseksual parasit dalam eritosit 8'P9
inilah %ang bertanggung ja6ab dalam patogenesa terjadin%a malaria pada manusia.
Patogenesa %ang ban%ak di teliti adalah patogenesa malaria %ang disebabkan oleh malaria
P.al/iarum.
Patogenesis malaria al/iarum di pengaruhi oleh a/tor parasit dan a/tor penjamu
8host9. Iang termaksud dalam a/tor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit dan
(irulensi parasit. Sedangkan %ang dimaksud dengan a/tor penjamu adalah tingkat
endemisitas daerah tempat tinggal, geneti/, usia, status nutrisi dan status immunologi. 'P
se/ara garis besar mengalami 2 stadium, %aitu stadium /in/in pada 24 jam ! dan stadiummatur pada 24 !!. Permukaan stadium /in/in akan memampilkan antigen 'S 8 Ring-
erythrocyte surgace antigen9 %ang menghilang setelah parasit masuk stadium matur.
Permukaan membrane 'P stadium matur akan mengalami penonjolan dan membentuk knob
dengan histidin ri/h-protein-# 8:P-#9 sebagai komponen utaman%a. Selanjutn%a bila 'P
tersebut mengalami merogoni, akan dilepaskan to7in malaria berupa 1P! %aitu
glikosilosatidilinasitol %ang merangsang pelepasan TA)-J dan interleukin-# 8!-#9 dari
S/hiont ? $erooit - Sel hati akan pe/ah ? $erooit - keluar dari sel hati - merooit dapat
masuk dan tumbuh lagi dalam sel hati.
$erooit akan masuk dalam aliran darah - siklus eritrositer - trophooit muda 8bentuk
/in/in9 - trophooit tua - s/hiont dengan ? merooit - S/hiont pe/ah ? merooit memasuki
eritrosit baru - makrogametosit dan mikro ametosit.
3.4 Patoisiologi
Daur hidup spesies malaria terdiri dari ase seksual eksogen 8sporogoni9 dalam badan
n%amuk nopheles dan ase aseksual 8skiogoni9 dalam badan hospes (ertebra termasuk
manusia.
a. )ase aseksual
)ase aseksual terbagi atas ase jaringan dan ase eritrosit. Pada ase jaringan, sporooit
masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak membentuk skion hati %angmengandung ribuan merooit. Proses ini disebut skiogoni praeritrosit. ama ase ini berbeda
untuk tiap ase. Pada akhir ase ini, skion pe/ah dan merooit keluar dan masuk aliran darah,
disebut sporulasi. Pada Plasmodium (i(a7 dan Plasmodium o(ale, sebagian sporooit
membentuk hipnooit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps jangka panjang dan
rekurens.
)ase eritrosit dimulai dan merooit dalam darah men%erang eritrosit membentuk
troooit. Proses berlanjut menjadi troooit-skion-merooit. Setelah 2-3 generasi merooit
dibentuk, sebagian merooit berubah menjadi bentuk seksual. $asa antara permulaan ineksi
sampai ditemukann%a parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa
tunas<inkubasi intrinsik dimulai dari masukn%a sporooit dalam badan hospes sampaitimbuln%a gejala klinis demam.
b. )ase seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung betina n%amuk. Bentuk ini mengalami
pematangan menjadi mikro dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan %ang disebut igot
8ookinet9. okinet kemudian menembus dinding lambung n%amuk dan menjadi ookista. Bila
ookista pe/ah, ribuan sporooit dilepaskan dan men/apai kelenjar liur n%amuk.
darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususn%a untuk studi di lapangan.
&etebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identiikasi
parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama * menit 8diperkirakan #00
lapang pandangan dengan pembesaran kuat9. Preparat din%atakan negati(e
bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 00-#000
kali tidak ditemukan parasit. :itung parasit dapat dilakukan pada tetestebal dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit
#0.000<ul maka hitung parasitn%a ialah jumlah parasit dikalikan *0
merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.
b) Tetesan preparat darah tipis. Digunakan untuk identiikasi jenis
plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan. &epadatan
parasit din%atakan sebagai hitung parasit (parasite count), dapat dilakukan
berdasar jumlah eritrosit %ang mengandung parasit per #000 sel darah
merah. Bila jumlah parasit = #00.000<ul darah menandakan ineksi %ang
berat. :itung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita
malaria. Penge/atan dilakukan dengan pe6arnaan 1iemsa, atau
eishmanLs, atau )ieldLs dan juga omano6sk%. Penge/atan 1iemsa %angumum dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan penge/atan
%ang mudah dengan hasil %ang /ukup baik
b. Tes Antigen ' p/f test
Iaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi
sangat /epat han%a 3-* menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensiti(itasn%a baik,
tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen (i(aks sudah beredar dipasaran
%aitu dengan metode !CT. Tes sejenis dengan mendeteksi latat dehidrogenase dari
plasmodium 8pD:9 dengan /ara immunochromatographic telah dipasarkan dengan
nama tes PT!$. ptimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit<ul darah dan dapat
membedakan apakah ineksi P.falciparum atau P.vivax. Sensiti(itas sampai * G dan
hasil positi salah lebih rendah dari tes deteksi :P-2. Tes ini sekarang dikenal
sebagai tes /epat 8apid test9.
c. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun #+2 dengan memakai tekhnik
indirect fluorescent antibody test . Tes ini berguna mendeteksi adan%a antibod%
spe/ii/ terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini
kurang bermanaat sebagai alat diagnosti/ sebab antibod% baru terjadi setelah
beberapa hari parasitemia. $anaat tes serologi terutama untuk penelitian
epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer = #5200 dianggap sebagai ineksi baru K dan test = #520 din%atakan positi . $etode-metode tes serologi antara lain
Demam merupakan salah satu gejala malaria %ang menonjol, %ang juga dijumpai
hampir pada semua pen%akit ineksi seperti ineksi (irus pada sistem respiratorius, inluena,
demam tioid, demam dengue, dan ineksi bakterial lainn%a seperti pneumonie, ineksi
saluran ken/ing, tuberkulosis.
Pada daerah hiperendemik sering dijumpai penderita dengan imunitas %ang tinggi
sehingga penderita dengan ineksi malaria tetapi tidak menunjukkan gejala klinis malaria.
Pada malaria berat, diagnosa banding tergantung maniestasi malaria beratn%a.
Pada malaria dengan ikterus, diagnosa banding ialah demam tioid dengan hepatis,
kolesistitis, abses hati, dan leptospirosis. :epatitis pada saat timbul ikterus biasan%a tidak
dijumpai demam lagi. Pada malaria serebral harus dibedakan dengan ineksi pada otak
lainn%a seperti meningitis, ensealitis, tioid ensealopati, tripanososmiasis. Penurunan
kesadaran dan koma dapat terjadi pada gangguan metabolik 8diabetes, uremi9, gangguan
serebro-(askular 8strok9, eklampsia, epilepsi, dan tumor otak.
3. &omplikasi
&omplikasi malaria umumn%a disebabkan karena P.falciparum dan sering disebut
pernicious manifestasions. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebeumn%a, dan
sering terjadi pada penderita %ang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan.
&omplikasi terjadi *-#0 G pada seluruh penderita %ang dira6at di S dan 20 G diantaran%a
merupakan kasus %ang atal.
Penderita malaria dengan kompikasi umumn%a digolongkan sebagai malaria berat
%ang menurut M: dideinisikan sebagai ineksi P.falciparum dengan satu atau lebih
komplikasi sebagai berikut 5#. $alaria serebral 8/oma9 %ang tidak disebabkan oleh pen%akit lain atau lebih
dari 30 menit setelah serangan kejang K derajat penurunan kesadaran harus
dilakukan penilaian berdasar 1CS 81lasgo6 Coma S/ale9 ialah diba6ah
atau e;ual dengan keadaan klinis soporous.
2. /idemia<a/idosis K P: darah N = respirator% distress.
3. nemia berat 8:b N = #0.000<ulK bila anemian%a hipokromik atau miktositik
harus dikesampingkan adan%a anemia deisiensi besi,
talasemia<hemoglobinopati lainn%a.
4. 1agal ginjal akut 8urine kurang dari 400 ml<24 jam pada orang de6asa atau #2ml<kg BB pada anak-anak9 setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin = 3
#0. $akroskopik hemoglobinuri oleh karena ineksi malaria akut 8bukan karena
obat anti malaria<kelainan eritrosit 8kekurangan 1-+-PD9
##. Diagnosa post-mortem dengan ditemukann%a parasit %ang padat pada
pembuluh kapiler pada jaringan otak.
3. Pen/egahan
Pen/egahan pen%akit malaria dapat dilakukan dengan Pembersihan Sarang A%amuk
8PSA9, berusaha menghindarkan diri dari gigitan n%amuk, atau upa%a pen/egahan dengan
pemberian obat Chloro;uine bila mengunjungi daerah endemik malaria.
3.#0 Prognosis
$alaria (i(aks prognosis biasan%a baik, tidak men%ebabkan kematian. ika tidak
mendapat pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung selama dua bulan atau lebih.
$alaria malariae jika tidak diobati maka ineksi dapat berlangsung sangat lama. $alariao(ale dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. $alaria al/iparum dapat menimbulkan
komplikasi %ang men%ebabkan kematian.
3.## 'pidemiologi malaria
$alaria dapat ditemukan mulai dari belahan bumi utara hingga belahan bumi selatanK
mulai dari ketinggian 2*0 m sampai daerah %ang letakn%a 400 m diba6ah permukaan laut.
&eadaan malaria di dunia saat ini diperkirakan terdapat 300-*00 juta kasus malaria
klinis<tahun dengan #,* juta - 2, juta kematian. Dan 0G kematian terjadi pada anak-anak.
$enurut data %ang berkembang hampir separuh dari populasi !ndonesia 8lebih dari 0 juta
orang atau 4+G dari total populasi !ndonesia9 bertempat tinggal di daerah endemik malariandan diperkirakan ada 30 juta kasus malaria setiap tahunn%a.
$alaria disuatu daerah dapat ditemukan se/ara 5
• Autokton, siklus hidup parasit malaria dapat berlangsung karena adan%a
manusia %ang rentan, n%amuk dapat menjadi (ektor dan ada parasitn%a.
• mpor, terjadi bila ineksin%a berasal dari luar daerah endemi malaria
• ntroduksi, timbul karena adan%a kasus kedua %ang berasal dari kasus impor
• !eintroduksi, bila kasus malaria mun/ul kembali %ang sebelumn%a sudah
dilakukan eradikasi malaria.
• nduksi, bila kasis berasal dari transusi darah, suntikan atau kongenital %ang
ter/emar malaria.
&eadaan malaria di daerah endemi tidak sama. Derajat endemisitas dapat diukur
dengan berbagai /ara seperti 5
• Angka limpa 8#pleen Rate9
persentase orang dengan pembesaran limpa dalam suatu mas%arakat, %ang bisa
dilakukan dengan berbagai /ara seperti /ara :a/kett dan S/huner.
Average enlarge spleen 8'S9 adalah rata-rata pembesaran limpa %ang dapat
teraba. umlah limpa %ang membesar pada tiap ukuran limpa 7 pembesaran limpa
pada suatu golongan umur tersebut. 'S ditujukan untuk mengukur keberhasilan
*. Memahami dan men#elaskan tentang obat anti malaria
4.# )armakologi dengan non-komplikasi
#9 $alaria sensiti klorokuin
$alaria alsiparum %ang sensiti klorokuin dan tanpa komplikasi diobatidengan klorokuin 2* mg basa<kgbb, se/ara oral, selama 3 hari %aitu hari ! dan hari
!! #0 mg basa<kgbb, hari !!! * mg basa<kgbb, dengan dosis harian diminum
sekaligus. Pada hari ! juga diberikan primakuin dengan dosis sesuai golongan
umur ke/uali pada ba%i dan ibu hamil 8tabel #9. Penggunaan primakuin bukan
sebagai anti relaps karena P. al/iparum tidak mempun%ai bentuk jaringan
sekunder 8eksoeritrositer sekunder9, melainkan untuk membunuh gametosit
sehingga penularan dapat di/egah atau dikurangi.
$alaria (i(aks %ang sensiti klorokuin atau malaria o(ale atau malariae
diobati juga dengan klorokuin 2* mg basa<kgbb se/ara oral, selama 3 hari, seperti
pengobatan pada malaria alsiparum %ang sensiti klorokuin. Dalam hal ini
primakuin diberikan selama * #4 hari sebagai anti relaps karena P. (i(a7
mempun%ai bentuk jaringan sekunder.
29 $alaria resisten klorokuin
$alaria alsiparum %ang resisten klorokuin dan tanpa komplikasi diobati
dengan suladoksin-pirimetamin dan pri- makuin dosis tunggal ke/uali pada ba%i
dan 6anita hamil, diberi- kan se/ara oral sesuai golongan umur. Suladoksin
diberikan dengan dosis 2* mg<kgbb dan pirimetamin #,2* mg<kgbb.
Pada malaria (i(aks %ang resisten klorokuin dianjurkan untuk mengulangi
sekali lagi pengobatan klorokuin dan prima- kuin dengan dosis sama, kemudian
dilanjutkan dengan peng- obatan klorokuin 300 mg basa dan primakuin 4* mg
basa dosis tunggal, setiap minggu sekali selama #2 minggu.
4.2 )armakologi dengan komplikasi
$alaria dengan komplikasi umumn%a disebabkan oleh P. al/iparum %ang
telah resisten terhadap klorokuin sehingga memerlukan penanganan khusus, karena
ban%ak mengakibatkan kematian.
#9 Pengobatan kausal
Pengobatan dengan kina dihidroklorida intra(ena merupakan pilihan utama
karena malaria berat memerlukan pengobatan /epat dan tepat.
&ina diberikan dalam larutan inus AaCl atau de7trosa *G, #0 ml<kgbb,
dengan dosis a6al terutama untuk malaria otak adalah 20 mg garam atau #+,mg basa<kgbb dalam 4 jam pertama, dilanjutkan dengan dosis #0 mg garam
atau ,3 mg basa<kgbb dalam 4 jam berikutn%a dan diulang setiap jam
sampai penderita dapat menelan obat untuk kemudian diselesai- kan
pengobatann%a per oral sampai hari ke .
29 Pengobatan suporti
Pengobatan suporti pada penderita malaria berat harus pula segera dilakukan
untuk memperbaiki ungsi organ %ang meng- alami gangguan. Tindakan %ang
dilakukan sesuai dengan ma- niestasi klinis malaria berat.
- ntikejang
Diberikan diasepam 0,2 mg<kgbb, intra(ena atau intra- muskular dan dapatdiulangi setiap * #0 menit sampai kejang- kejangn%a terkendali. ika
BB hari ! dan !!, * mg<kg BB pada hari ke !!!. Pada orang de6asa biasa dipakai dosis 4 tablet
hari ! dan !! dan 2 tablet hari !!!.
*armaodinami
&lorokuin ini bersiat Skiontosida darah, artin%a obat ini eekti han%a pada aseeritrosit, sama sekali tidak eekti terhadap parasit di jaringan. 1ejala klinik dan parasitemia
serangan akut malaria akan /epat dikendalikan oleh klorokuin. Demamn%a akan hilang pada
24 jam dan sediaan apus darah, umun%a negati dalam 6aktu 4-2 jam.
$ekanisme kerja klorokuin masih kontro(ersial. Salah satu mekanisme kerja %ang
penting adalah penghambatan akti(itas polimerase heme plasmodia oleh klorokuin.
Polimerase heme plasmodia berperan mendetokikasi heme ferriprotoporphyrin I+
menjadi bentuk hemooin %ang tidak toksik. &lorokuin bekerja mengikat heme
ferriprotoporphyrin I+ dalam bentuk ferriprotoporphyrin I+ ? klorokuin. Dengan
terbentukn%a ikatan ini maka polimerase heme plasmodia tidak bekerja sehingga menjadi
toksik dan melisiskan membran parasit.
*armaoineti
Pen%erapan melalui usus /epat dan sempurna, kemudian tertimbun dalam jaringan
hati, sebagian ke/il pada organ %ang mengandung melanin seperti kulit dan mata, juga dalam
eritrosit %ang mengandung parasit. &onsentrasi pun/ak didalam plasma di/apai melalui
pemakaian per oral dalam 3-* jam.
$etabolisme klorokuin dalam tubuh berlangsung lambat sekali dan metabolitn%a,
monodesetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin, diekskresi melalui urin. &lorokuin dieliminasi
lambat, sen%a6a dalam darah pada *+ hari dengan eliminasi 6aktu paruh sekitar #0 hari.
'fe samping
Penggunaan klorokuin dalam dosis pengobatan untuk malaria menimbulkan eek
samping seperti gejala gastrointestinal %aitu mual, muntah, sakit perut, dan diare terutama
bila obat diminum dalam keadaan perut kosong. 1ejala lain %ang jarang terjadi adalah
pandangan kabur, sakit kepala, pusing8(ertigo9 dan gangguan pendengaran %ang akan hilang
bila obat dihentikan. "ntuk mengurangi eek samping maka diminum dalam jangka # jam
setelah makan.
,ontra Indiasi
&lorokuin harus digunakan se/ara hati-hati pada pasien dengan pen%akit hati, atau
pada pasien gangguan saluran /erna , neurologik, dan darah %ang berat. Bila terjadi gangguan
selama terapi, maka pengobatan harus dihentikan. Pada pasien dengan diisiensi 1+PD,
klorokuin dapat men%ebabkan hemolisis. Dermatitis dapat timbul pada pemberian klorokuin
bersama enil-butaon, atau preparat %ang mengandung emas. Pemberian klorokuin
bersamaan dengan melokuin tidak dianjurkan karena meningkatkan resiko kejang,
sedangkan pemberian klorokuin dengan antikon(ulsan akan menurunkan eekti(itas
antikon(ulsan. Selain itu, pemberian klorokuin bersamaan dengan amiodaron atau haloantrin
dapat meningkatkan risiko terjadin%a aritma jantung.
Pada pasien poriria kutanea tarda atau psoriasis, klorokuin dapat men%ebabkan reaksi
%ang lebih berat. "ntuk pasien %ang menggunakan klorokuin dosisi besa jangka lama,
diperlukan pemeriksaan otamologi dan neurologi berkala setiap 3-+ bulan.
Setelah mele6ati lambung, kina dengan /epat dan sempurna diserap usus halus,
kemudian sebagian besar 80G9 beredar dalam bentuk basa %ang terikat pada protein plasma.
&onsentrasi pun/ak dalam plasma di/apai dalam #-3 jam setelah dosis tunggal %ang pertama,
konsentrasi dalam eritrosit seperlima konsentrasi dalam plasma. $etabolisme oksidati
primakuin menghasilkan 3 ma/am metabolitK turunan karboksil merupakan metabolit utama
pada manusia dan merupakan metabolit %ang tidak toksik, sedangkan metabolit %ang lainmemiliki akti(itas hemolitik, %ang lebih besar dari primakuin. &etiga metabolit ini juga
memiliki akti(itas antimalaria %ang lebih ringan dari primakuin. Distribusi luas, terutama ke
hati, tetapi kurang ke paru, ginjal, dan limpaK kina juga melalui plasenta. &ina 6aktu paruh
eliminasin%a #0-#2 jam dan diekskresikan melalui urin.
'fe #amping
Dosis terapi kina sering men%ebabkan sinkonisme %ang tidak selalu memerlukan
penghentian pengobatan. 1ejalan%a mirip salisilismus %aitu tinnitus, sakit kepala, gangguan
pendengaran, pandangan kabur, diare, dan mual. 1ejala %ang ringan, lebih dahulu tampak
disistem pendengaran dan penglihatan. Pada kera/unan %ang lebih berat terlihat gangguan
gastrointestinal, sara, kardio(askular, dan kulit. ebih lanjut lagi terjadi perangsangan SSP,seperti bingung, gelisah, dan delirium. Dosis atal kina per oral untuk orang de6asa berkisar
2- g. &ina juga dapat men%ebabkan gangguan ginjal, hipoprotombinema, dan
agranulositosis.
,ontra Indiasi
bat ini tidak dianjurkan untuk 6anita malaria %ang sedang hamil, ini akan
mengakibatkan Bla/k 6ater e(er dengan gejala hemolisi berat, hemoglobuinemia, dan
hemoglobinuri. Pada penderita diisiensi glukosa + osat dehidrogenase pasien akan
mengalami hipersensi(itas %ang lebih ringan. &ina dan kuinidin merupakan perangsang kuat
sel pankreas, sehingga terjadi hiperinsulinemia dan hipoglikemia berat. &ondisi ini dapat
menimbulkan komplikasi %ang atal terutama pada 6anita hamil dan pasien ineksi berat%ang berkepanjangan.
Primakuin
Pirimakuin adalah obat antimalaria kelompok -aminokuinolin. Diindonesia obat ini
tersedia dalam bentuk tablet pirimakuin diosdat.
$osis
Dosis %ang diapakai, karena # tablet berisi #* mg, %ang dibutuhkan untuk malaria
alsiparum adalah 4* mg maka tablet diberikan 3 tablet , dosis tunggal untuk membunuhgamet.
*armaodinami
Primakuin ini bersiat Skiontosida jaringan, gametosida, dan sporontosida. Proses obat
ini memiliki eek menghambat proses respirasi mithokondrial didalam parasit malaria melalui
metabolitn%a %ang bersiat oksidan.
*armaoineti
Primakuin mudah diabsorbsi pada penggunaan per oral. Pun/ak konsentrasi plasma
terjadi dalam #-3 jam, dengan 6aktu paruh eliminasin%a + jam. Primakuin /epat
dimetabolisme dalam li(er<hati dan han%a sejumlah ke/il di ekskresikan melalui urin. 'fe #amping