Top Banner
Skenario D A 3 years old, presented to primary health care with his mother, with chief complain of watery discharge running out from his right ear since yesterday. His mother said three days ago he got fever, cough, nasal congestion, sneezing and rhinorrea. About two days aga the complaints worsened and the boy felt pain in the right ear. The pain in the right ear which followed by running out watery discharge. The boy doesn’t complain about pain of swallowing. From physical examination: general appearance he looked not severely sick, HR: 90 x/min, RR: 24 x/min, suhu 37,9 C Additional informations Local status: Otoscopy - left ear autricular : within normal limit EAC : within normal limit Tympanic membrane : retraction (-), decrease of cone light (-), decrease of movement (-) right ear auricular : within normal limit EAC : watery discharge (+) Tympanic membrane : Hyperemic (+), perforasi (+) with watery discharge pulsation Rhinoscopy - Anterior : Hypertrophy of inferior of turbinate Hyperaemic mucosal nasal cavity Nasal septum within normal limit Nasal secret +/+ - Posterior : can’t be assessed Oropharyng - Granula (-) at posterior pharyngeal wall, post nasal 1
36
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PBL 4 Blok 12 kel 8

Skenario D A 3 years old, presented to primary health care with his mother, with chief complain of

watery discharge running out from his right ear since yesterday. His mother said three days ago he got fever, cough, nasal congestion, sneezing and rhinorrea. About two days aga the complaints worsened and the boy felt pain in the right ear. The pain in the right ear which followed by running out watery discharge. The boy doesn’t complain about pain of swallowing.

From physical examination: general appearance he looked not severely sick, HR: 90 x/min, RR: 24 x/min, suhu 37,9 C

Additional informations Local status:Otoscopy- left ear autricular : within normal limit

EAC : within normal limit Tympanic membrane : retraction (-), decrease of cone

light (-), decrease of movement (-)

right ear auricular : within normal limit EAC : watery discharge (+)Tympanic membrane : Hyperemic (+), perforasi (+)

with watery discharge pulsationRhinoscopy - Anterior : Hypertrophy of inferior of turbinate

Hyperaemic mucosal nasal cavity Nasal septum within normal limit Nasal secret +/+

- Posterior : can’t be assessed

Oropharyng- Granula (-) at posterior pharyngeal wall, post nasal drip (-), tonsil T1-T1

I. Klarifikasi Istilaha. Watery discharge: substansi berair yang dieksresikan b. Fever: peningkatan suhu diatas normal > 36,5-37,2 Cc. Cough: ekspulsi udara secara tiba-tiba sambil mengeluarkan suara dari paru-parud. Nasal congestion: akumulasi darah yang abnormal pada nasale. Sneezing: mengeluarkan udara dengan paksa dan menyentak melalui hidung dan

mulutf. Rhinorrhea: sekret bebas dari mukus hidung tipisg. Pain in the right ear: sensasi nyeri pada telinga kananh. EAC: liang telingai. Perforation: j. Post nasal drip: drainase mukosa yang berlebihan / sekret mukopurulen dari bagian

belakang hidung ke dalam faring.

1

Page 2: PBL 4 Blok 12 kel 8

II. Identifikasi Masalah1. Seorang anak laki-laki 3 th datang ke RS dengan keluhan utama “watery discharge”

yang keluar dari telinga kanannya sejak kemarin.2. 3 hari yang lalu dia demam, batuk, hidung tersumbat, bersin dan rinnorrhea3. 2 hari yang lalu keluhannya memburuk dan merasa nyeri pada pada telinga kanannya

diikuti dengan keluarnya watery discharge4. Dia tidak mengeluh nyeri pada saat menelan5. Pemeriksaan fisik : keadaan umum terlihat sakit ringan, HR: 90 x/min, RR: 24 x/min,

suhu 37,9 C6. Informasi tambahan:

status lokal:Otoscopy Telinga kanan auricula : normal

EAC : watery discharge (+)M. Timpani : Hyperemic (+), perforasi (+) with

watery discharge pulsationRhinoscopy - Anterior : Hypertrophy of inferior of turbinate

Hyperaemic mucosal nasal cavity Nasal septum within normal limit Nasal secret +/+

- Posterior : can’t be assessed

III. Analis Masalah1. Anatomi, fisiologi THT dan histologi ( organ yang terlibat )?2. Apa penyebab, mekanisme, dan jenis-jenis dari watery discharge?3. Apa penyebab, mekanisme, dan jenis-jenis dari demam?4. Apa penyebab, mekanisme, dan jenis-jenis batuk?5. Apa penyebab, mekanisme dari nasal congestion, bersin, rhinorrhea?6. Apa penyebab, mekanisme dari nyeri di telinga?7. Bagaimana hubungan keluhannya dengan penyakit yang diderita?8. Mengapa ia tidak merasa sakit saat menelan?9. apa interpretasi pemeriksaan fisik? Jelaskan10. apa interpretasi pemeriksaan tambahan ( otoscopy, rhinoscopy, oropharynx )?11. Apa DD dari penyakit ini?12. Apa WD dan bagaimana penegakan diagnosis?13. Apa etiologi, faktor resiko, dan epidemiologi?14. Bagaimana penetalaksanann dan pencegahan?15. Apa komplikasi, prognosis, dan KDU?

IV. Hipotesis A 3 th, mengalami otitis media akut at causa rhinitis

2

Page 3: PBL 4 Blok 12 kel 8

V. Kerangka Konsep

1. nyeri

3

A, 3 th datang dengan keluhan “

watery discharge dri telinga kanan

Anamnesis:- 3 hari yang lalu dia

demam, batuk, hidung tersumbat, bersin dan rinnorrhea

- 1 hari kemudian keluhan bertambah berat & nyeri pada pada telinga kanannya diikuti dengan keluarnya watery discharge

-

Pemeriksaan fisik: - keadaan umum

terlihat sakit ringan, HR: 90 x/min, RR: 24 x/min, suhu 37,9 C

Pemeriksaan Tambahan: Otoscopy

- Telinga kiri normal- Telinga kanan auricula : normal,

EAC: watery discharge (+), M. Timpani: Hyperemic (+), perforasi (+) with watery discharge pulsation

Rhinoscopy - Anterior: Hypertrophy of

inferior of turbinate- Hyperaemic mucosal nasal

cavity- Nasal septum within normal

limit- Nasal secret +/+

DD : OMA OM efusi

Diagnosis Kerja Otitis Media Akut

Page 4: PBL 4 Blok 12 kel 8

VI. SintesisA. Anatomi

TelingaTelinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau cavum tympani, dan telinga dalam

atau labyrinth. Telinga dalam berisi organ pendengaran dan keseimbangan.1. Telinga Luar

Terdiri atas :a. Auricula, mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran

udara. Auricula terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit. Auricula mempunyai otot intrinsik dan ekstrinsik, keduanya disarafi oleh N. facialis.

b. Meatus acusticus externus (MAE), adalah tabung berkelok-kelok yang menghubungkan auricula dengan memran tympan. Tabung ini berfungsi meng-hantarkan gelombang suara dari auricula ke membran tympani. Pada orang de-wasa panjangnya lebih kurang 1 inci (2,5 cm), dan dapat diluruskan untuk memasukkan otoskop dengan cara menarik auricula ke atas dan belakang, sedangkan pada anak-anak kecil, auricula bisa ditarik lurus ke belakang atau kebawah dan belakang.

Rangka 1/3 bagian luar meatus adalah cartilago elastis, dan 2/3 bagian dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempengan tympani. Meatus dilapisi kulit, dan 1/3 bagian luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebacea, dan glandula ceruminosa. Glandula ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang menghasilkan sekret lilin berwarna coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan barier yang lengket untuk mencegah masuknya benda asing.

Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari n. auriculotemporalis dan ramus auricularis n. vagus.

Aliran limfe menuju nodi parotidei superficiales mastoidei, dan cervicales superficiales.

4

Page 5: PBL 4 Blok 12 kel 8

2. Telinga tengah (Cavum Tympani)Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis

yang dilapisi oleh membrana mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membrana tympani (gendang telinga) ke perilympha telinga dalam. Cavum tympani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang membran tympani. Di depan, ruang ini berhubungan dengan dengan nasopharynx melalui tuba auditiva dan dibelakang dengan antrum mastoideum.Membran tympani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm. pinggirannya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu yaitu sulcus tympanicus, di bagian atasnya berbentuk incisura.Membran tympani sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh n. auriculotemporalis dan ramus auricularis n. vagus.

Telinga tengah mempunyai : a. Atap, dibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang disebut tegmen tympani, yang meru-

pakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. lempeng ini memisahkan cavum tym-pani dari meninges dan lobus temporalis otak di dalam fossa cranii maedia.

b. Lantai, dibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak lengkap dan mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. lempeng ini memisahkan cavum tympani dari bulbus superior V. jugularis interna.

c. Dinding anterior, bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan cavum tympani dari a. carotis interna. Pada bagian atas dinding an-terior terdapat muara dari dua buah saluran. saluran yang lebih besar dan terletak lebih bawah menuju tuba auditiva, dan yang terletak lebih atas lebih kecil masuk ke dalam saluran untuk m. tensor tympani.

d. Dinding posterior, dibagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak beraturan, yaitu aditus ad antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang

5

Page 6: PBL 4 Blok 12 kel 8

berbentuk kerucut, sempit, kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar tendo m. stapedius.

e. Dinding Lateral, sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membrana tympanica. Membrana tympanica adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. membrana ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral. Permukaanya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei.

Dinding medial

Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar dari dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang ada dibawahnya.

Ossicula Auditus (tulang-tulang pendengaran) Malleus

Malleus adalah tulang pendengaran terbesar dan terdiri dari caput, collum, processus longum atau manubrium, sebuah processus anterior dan processus lateralis.- Caput mallei berbentuk bualt dan bersendi di posterior dengan incus.

- Collum mallei adalah bagian sempit di bawah caput

- Manubrium mallei dapat dilihat melalui membrana tympani pada pemeriksaan oto-skop. manubrium mallei berjalan ke bawah dan belakang dan melekat erat pada per-mukaan medial membrana tympani.

- Processus anterior adalah tonjolan tulang kecil yang dihubungkan dengan dinding an-terior cavum tympani oleh sebuah ligamen

Incus, mempunyai corpus yang besar dan dua crus, yaitu crus longum dan crus breve. Corpus incudis berbentuk bulat dan bersendi di anterior dengan caput mallei.

Stapes, stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis.

Tuba Eustachius

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1 mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubungkan telinga ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

3. Telinga Dalam atau LabyrinthusLabyrinthus terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial terhadap telinga

tengah dan terdiri atas (1) labyrinthus osseus, tersusun dari sejumlah rongga di dalam tulang ; dan (2) labyrinthus membranaceus, tersusun dari sejumlah saccus dan ductus membranosa di dalam labyrinthus osseus.

6

Page 7: PBL 4 Blok 12 kel 8

Labyrinthus osseus terdiri dari 3 bagian : vestibulum, canalis semicircularis, dan cochlea. ketiganya merupakan rongga-rongga yang terletak di dalam substansia compacta tulang, dan dilapisi oleh endosteum serta berisi cairan bening, yaitu perilympha, yang didalamnya terdapat labyrinthus membranaceu

HidungHidung merupakan organ yang pertama kali dilewati oleh udara. Hidung terdiri atas

hidung luar (nasus eksternus) dan cavum nasalis. Hidung luar dibentuk oleh os. nasalis dan tulang rawan yang dilapisi kulit dan jaringan ikat dan beberapa otot kecil.

Cavum nasalis merupakan rongga hidung yang dipisahkan oleh septum nasi. Bagian cavum nasi yang tepat berada di belakang nares anterior disebut vestibulum, dimana vestibulum in terdapat banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut (vibrissae).

Bagian dasar cavum nasi dibentuk oleh permukaan atas palatum durum. Bagian atapnya dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis, lamina cribosa ossis ethmoidalis, os. frontalis, os. nasalis, cartilagines nasi. Pada dinding lateral cavum nasalis terdapat tiga tonjolan berbentuk turbinates yang disebut dengan concha nasalis supperior, media, dan inferior.

Pada cavum nasalis juga terdapat sinus paranasal yang berfungsi sebagai resonator suara dan mengurangi berat tengkorak. Ada empat sinus paranasal yaiti sinus maxilaris, frontalis, sphenoidalis, dan ethmoidalis.

7

Page 8: PBL 4 Blok 12 kel 8

Histofisiologi hidungSecara histologi cavum nasalis terdiri atas:- Epitel pseudostratified collumnair bersilia yang mengandung sel goblet

Silia pada epitel pseudostratified collumnair ini berfungsi sebagai penyaring partikel yang masuk bersama udara, sedangkan sel goblet berfungsi untuk mensekresikan mukus.

- Venous plexus pada jaringan submukosa à menghangatkan udara yang masuk

- Glandula Submukosa (mucous + serous cells) à melembabkan

- Sel-sel Plasma, mastosit dan jaringan limfe yang beragregasi à respon alergi dan proteksi

ANATOMI PHYARINX

Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang bentuknya seperti tabung dengan bagian atas lebih besar dan bagian bawah lebih kecil. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vetebrae cervicalis 6. Faring ini terbagi kepada nasopharynx, oropharynx dan laryngopharynx

- NasopharynxTerletak di belakang rongga hidung di atas palatum mole. Di antara atap nasopharynx dan dinding posterior terdapat jaringan limfoid yang dinamakan adenoid atau tonsila pharyngeal.

8

Page 9: PBL 4 Blok 12 kel 8

- Oropharynx Terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari palatum mole sampai ke pinggir epiglottis. Pada dinding lateral oropharynx di dalam fossa tonsilaris terdapat dua massa jaringan limfoid yang dinamakan tonsila palatina. Di dasar oropharynx terdapat jaringan limfoid, tonsila linguae.

- Laryngopharynx Merupakan bagian pharynx yan di mulai dari lipatan faringoepiglotika ke arah posterior, inferior terhadap esofagus segmen atas.

Fungsi:- Tempat lewatnya udara

- warming and humidifying Histologi:

3 layers of tisúes : mucuos membrana lining, fibrous tissues, jaringan otot berfungsi dalam involuntary constrictor muscle yang berfungsi dalam mekanisme penelanan.

FISIOLOGI PENDENGARANGetaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan

mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimf dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran Reissener yang mendorong endolimf dan membran basal kearah bawah, perilimf dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap (forame rotundum) terdorong ke arah luar.

Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong membran basal, sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimf pada skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membran basal ujung sel rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan ion Natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang n.VII, yang kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39-40) melalui saraf pusat yang ada dilobus tempora

B. Patofisiologi SymptomDemamDemam adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal; hal ini disebabkan oleh stress

fisiologik seperti ovulasi, sekresi hormon tiroid berlebihan, olahraga berat, sampai lesi sistem saraf/infeksi oleh mikroorganisme pada pejamu proses non infeksi seperti radang atau pelepasan bahan-bahan tertentu, seperti spada leukemia. Disebut juga pireksia.

Penyebab1) Infeksi, suhu mencapai 38`C, penyebab: virus, bakteri, parasit.2) Non infeksi, seperti kanker, tumor.3) Demam fisiologis, penyebab: dehidrasi, suhu udara yang terlalu panas.4) Demam tanpa penyebab yang jelas ( Fever of Unknown Origin / FUO ).5) Imunisasi.6) Faktor lingkungan.

9

Page 10: PBL 4 Blok 12 kel 8

7) Pembentukan panas berlebih, keadaan hipermetabolik (suhu sekitar tinggi, latihan berat, hipertiroid).

8) Berkurangnya pengeluaran panas : obat (atropine), kelainan neurologist, dehidrasi.9) Perubahan thermostat sentral : infeksi dan penyakit yang menyebabkan inflamasi.

Berdasarkan kelas :a) Low grade : 38-39o C b) Moderate : 39-40o C c) High grade : > 40o C d) Hyperpyrexia : > 42o C

Mekanisme demam

Infeksi saluran pernapasan atas( pada inferior turbinate) → Kerusakan sel epitel lapisan mukosa→ Aktivasi sel mast pada mukosa saluran napas→ Sekresi faktor kemotaktik sel-sel radang→ Merekrut dan aktivasi sel- sel radang (neutrofil, makrofag)→ fagositosis oleh makrofag→makrofag sekresi IL1, IL6, TNF→Pembentukan prostaglandin yang bekerja hipotalamus→ ↑set point di hipotalamus→ demam.

BatukBatuk Produktif

Batuk produktif menghasilkan dahak atau lendir (sputum) sehingga lebih dikenal dengan sebutan batuk berdahak. Dahak berguna untuk membersihkan saluran napas secara alami. Dahak di tenggorokan biasanya muncul sebagai akibat adanya infeksi saluran napas, antara lain karena influenza, bronkitis, radang paru, dan sebagainya. Batuk berdahak juga dapat terjadi karena saluran napas peka terhadap paparan debu, polusi udara, asap rokok, dan kelembaban yang berlebihan.

Batuk produktif memiliki ciri khas yaitu dada terasa penuh atau berbunyi. Mereka yang mengalami batuk produktif umumnya kesulitan bernapas dan disertai pengeluaran dahak. Gejala biasanya bertambah berat ketika terjaga dan berbicara. Batuk produktif sebaiknya tidak ditekan karena batuk ini membantu membersihkan lendir di paru-paru.

10

Page 11: PBL 4 Blok 12 kel 8

Ada beberapa penyebab batuk produktif, yaitu:

a. Virus. Batuk produktif yang menyertai flu merupakan hal yang normal. Terjadinya batuk sering dipicu oleh lendir yang mengalir sepanjang tenggorokan.

b. Infeksi.Infeksi paru-paru atau saluran pernapasan bagian atas dapat menyebabkan batuk. Batuk produktif dapat merupakan gejala dari pneumonia, bronkitis, sinusitis, atau tuberkulosis.

c. Penyakit paru-paru kronis.

Batuk nonproduktifBatuk tidak produktif disebut juga batuk tidak berdahak. Pada batuk jenis

ini tenggorokan akan terasa gatal, kering, dan nyeri. Batuk ini terjadi bila tidak ada sekresi saluran napas atau iritasi pada tenggorokan, yang menimbulkan sakit.Penyebab-penyebab batuk antara lain :

1. Rangsangan mekanik(tumor), kimia dan peradangan2. Inhalasi asap, debu, dan benda-benda asing kecil3. Perokok

Mekanisme BatukBatuk merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan

trakeobronkial. Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik, kimia, dan peradangan. Batuk dapat bersifat produktif, pendek dan tidak produktif, keras dan parau (seperti ada tekanan pada trakea), sering, jarang, atau paroksismal (serangan batuk yang intermitten).

Mekanisme Hidung tersumbat dan RhinorreaInfeksi saluran pernapasan atas( pada inferior turbinate) → Kerusakan sel epitel

lapisan mukosa→ Aktivasi sel mast pada mukosa saluran napas→ Sekresi leukotrien, prostaglandin, histamine → Peningkatan permeabilitas, vasodilatasi, dan sekresi musin→

11

Inhalasi substansi asing Pita suara dan

epiglottis terbuka lebar tiba-tiba

Udara bertekanan tinggi dalam paru meledak keluar

Refleks batukTekanan dalam paru meningkat secara cepat dan bronkus serta trakea kolaps2,5 L udara

diinspirasi secara

Impuls aferen dari saluran nafas

Otot abdomen berkontraksi dengan

kuat mendorong diafragma dan otot ekspirasi lainnya juga berkontraksi

kuat

Epiglottis menutup dan pita suara

menutup erat untuk men jerat udara

dalam paru

Page 12: PBL 4 Blok 12 kel 8

Rhinorrea dan hidung tersumbat.

Mekanisme BersinInfeksi saluran pernapasan atas( pada inferior turbinate) → Kerusakan sel epitel

lapisan mukosa→ Aktivasi sel mast pada mukosa saluran napas→ Sekresi leukotrien, prostaglandin, histamine → Peningkatan permeabilitas, vasodilatasi, dan sekresi musin→ Iritasi pada sel epitel hidung→ reflex bersin.

Mekanisme terjadinya Nyeri Telinga

Infeksi Rhinitis menyebar Tuba eustachii ( telinga tengah )Infeksi sepanjang kulit kanal telinga

Bengkak, kemerahan & panas sehingga menutup daerah kanal telinga Nyeri

Terbentuk furunkel yangmenekan kulit yang sensitive

Nyeri makin memberat karena tidak adalagi ruang bagi furunkel berkembangbiak dalam kanal telinga

C. Penegakan Diagnosis

1. Anamnesis a. Watery discharge dari telinga kananb. Nyeri Telingac. Demamd. Batuke. Bersin f. Rhinnorheag. Tidak ada keluhan menelanh. Gangguan pendengaran.i. Bila terjadi ruptur membran timpani à maka sekret mengalir ke liang telinga,

suhu tubuh turun

2. Pemeriksaan fisik dan interpretasinyaa. Tidak terlihat sakit beratb. HR :90x/menit N (50-90)c. Rr :24x/menit N (20-30)d. T :37,9C sedikit meningkat (36,5-37,5)

12

Page 13: PBL 4 Blok 12 kel 8

HR ; 90x/mnt à normal

Umur Laju (denyut/menit)

Istirahat( bangun ) Istirahat( tidur ) Aktif/demam

Baru lahir1 minggu – 3 bulan3 bulan – 2 tahun2 tahun – 10 tahun> 10 tahun

100 – 180100 – 220

80 – 15070 – 110

55 – 90

80 – 16080 – 200

70 – 12060 – 90

50 – 90

Sampai 220Sampai 220

Sampai 200Sampai 200

Sampai 200Dikutip dari Diagnosis Fisis Pada Anak Edisi ke-2 halaman 205

Suhu ; 37,90C à subfebris

Suhu (°C) Keterangan

36,5 – 37,5 Normal37,5 – 38,5 Subfebris38,5 – 39,5 Febrish>39,5 Hyperpirexia

RR ; 24x/mnt à normal

Umur Rentang Rata-rata waktu tidurNeonatus1 bulan – 1 tahun1 tahun – 2 tahun3 tahun – 4 tahun5 tahun – 9 tahun10 tahun atau lebih

30 – 6030 – 6025 – 5020 – 3015 – 3015 – 30

353025221815

Dikutip dari Diagnosis Fisis Pada Anak Edisi ke-2 halaman 205

3. Pemeriksaan spesifik dan interpretasinyaTelinga Kanan :OTOSCOPY

EAC : watery Discharge Tympani membrane : Hyperemic +

Perforation +Watery discharge pulsation

RHINOSCOPY :Anterior : hyperthropy of inferior turbinate

Hyperemic of nasal cavityNasal secret +

Pemeriksaan Telinga Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi langsung sementara membrana

timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan

13

Page 14: PBL 4 Blok 12 kel 8

menggunakan otoskop pneumatic. Alat yang diperlukan antara lain lampu kepala, spikulum telinga, otoskop, pinset, sendok serumen, kait serumen, aplikator kapas, otoskop siegel.

Teknik untuk menggunakan otoskop.

Pemeriksaan morfologi Telinga1. Telinga bagian luar

Inspeksi : bentuk daun telinga (aurikula)Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya deformitas, lesi, cairan begitu pula ukuran, simetris dan sudut penempelan ke kepala.

Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.

Palpasi : ada atau tidak nyeri tarik aurikula dan nyeri tarik tragus

2. Telinga bagian dalamInspeksi : Liang telinga : saluran tidak lurus seperti huruf S, sudut tumpul ke antero-posterior

Adanya sekret pada lubang telinga hal ini disebabkan:Infeksi pada slauran pernapasan à masuk ke tuba Eustachius à terjadi infeksi di tuba Eustachius à terjadi inflamasi à sel darah putih à terbentuk sekret di telinga tengah à robeknya membra timpani à keluarnya sekret

14

Page 15: PBL 4 Blok 12 kel 8

Membran timpania. Bentuk

Konkaf (normal), menonjol (oma), retraksi (omserosa). Perhatikan bagian-bagian yang menjadi landmark yaitu : anulus, plica anteroid, posterior,umbo, refleks cahaya.Penonjolan membrana timpani mungkin menunjukkan cairan atau pus di dalam telinga tengah. Tidak boleh ada gelembungatau cairan di belakang membrana timpani di dalam telinga tengah. Membrana timpani mengalami retraksi apabila tekanan ruang intratimpani berkurang; misalnya, kalau ada eustakius tersumbat.

b. WarnaNormal bewarna keabu-abuan dan mengkilap seperti mutiara, OM membran timpani bewarna merah, OM serosa MT bewarna kuning

c. Keutuhan Apakah utuh atau telah terjadi perforasi. Bila terdapat deskripsikan mengenai jenis perforasi, lokasi.Perforation (+) à rupturnya membran timpani yang dapat disebabkan karena infeksi yang tidak segera ditangani

d. Mobilitasmenggunakan otoskop siegel atau perasat valsava. Mobilitas menurun terdapat pada OM serosa, meningkat ketika perforasi

e. Hipereamic (+) à pembuluh darah yang melebar. Hal ini dikarenakan adanya proses inflamasi yang terjadi di telinga bagian tengah

f. Adanya sekret di telinga bagian tengah à peningkatan tekanan à dapat menyebabkan iskemik à nekrosis à ruptur membran timpani

Pemeriksaan Hidunga. Pemeriksaan umum

Inspeksi : bentuk hidung (apakah ada cacat,tumor,trauma) warna hidung (merah krn infeksi/hematom) pembengkakan (furunkel,trauma)

Palpasi : apakah ada nyeri tekan sinus paranasal puncak hidung apakah adanya septum subluksasi

Rhinoscopy Anterior

Hypertrophy of inferior turbinate à pembesaran dari konka nasalis hal ini biasanya disebabkan oleh adanya infeksi atau iritasi yang kronis.Hyperreamic mucosal of nasal cavity à pembuluhdarah yang melebar. Hal ini dikarenakan adanya proses inflamasiNasal secret +/+ à adanya proses inflamasi à hipersekresi mukus

Pemeriksaan Tosil dan FaringMulut dibuka lebar, lidah ditarik kedalam, kemudian ditekan kebawah ke bagian medial.

Penderita disuruh bernafas santai dan tidak boleh menahan nafas.

15

Page 16: PBL 4 Blok 12 kel 8

Inspeksi :a. Tonsil

Warna tonsil normal : merah muda, bila terjadi infeksi maka akan terjadi hiperemis. Grade Pembesaran :- T0 : Tonsil telah diangkat- T1 : tonsil dalam fosa tonsilaris- T2 : tonsil keluar dari salah satu pilar- T3 : tonsil keluar dari kedua pilar- T4 : tonsil bertemu di garis median

b. Dinding belakang FaringWarna normal merah muda, jika merah terjadi peradangan akut. Infeksi kronis ditandai dengan pembesaran granul pada dinding belakang faring dan bewarna merah. Perhatikan juga jika terdapt ulkus.

Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut

Penyakitnya muncul mendadak (akut)

Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:

menggembungnya gendang telinga

terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga

adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga

cairan yang keluar dari telinga

Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:

kemerahan pada gendang telinga

nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Adanya penurunan gerak dari membran timpani merupakan dasar kecurigaan pada otitis media akut.

otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.

Diagnosis Banding

Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan efusi

16

Page 17: PBL 4 Blok 12 kel 8

Nyeri telinga, demam, rewel + -

Efusi telinga tengah + +

Gendang telinga suram + +/-

Gendang yang menggembung +/- -

Gerakan gendang berkurang + +

Berkurangnya pendengaran + +

Perforasi membran timpani + -

Membran timpani hiperemik + -

Membran timpani retraksi + +

Diagnosis Kerja : Otitis Media akut

D. Otitis Media Akut

Otitis media merupakan suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi telinga tengah yang merupakan penumpukan cairan di teling tengah. Otorrhea merupakan discharge yang dapat dari membran timpani Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofariong  dan faring, secara alamiah teradapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii.

Otitis media akut ini terjadi akibat tidak berfungsingnya sistem pelindung tadi, sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media, pada anak-anak semakin seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin sering.

Etiologi

Biasanya merupakan komplikasi dari rhinitis, sinusitis, tonsilitis, faringitis, dan

pneumonia.

Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri.

Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya.

17

Page 18: PBL 4 Blok 12 kel 8

Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri.

Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis, H. Influenza. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit ka-sus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama ali-ran lendir.   

Epidemiologi

 Hampir 85 % anak memiliki episode otitis media akut paling sedikit satu kali

dalam 3 tahun pertama kehidupan. Anak yang menderita otitis media pada tahun

pertama mempunyai kenaikan risiko otitis media kronis maupun berulang.

Insiden penyakit cenderung menurunstelah usia 6 tahun.

Patogenesis

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan otitis lebih sering terjadi pada anak. Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal:

sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.

saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.

adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eu-stachius.

Obstruksi Mekanik ataupun fungsional pada tuba eustachius dapat menye-babkan efusi di telinga tengah. Obstruksi mekanik intrinsik dapat terjadi akibat infeksi atau alergi dan obstruksi mekanik ekstrinsik akibat adenoid atau tumor naso-faring.

Obstruksi fungsional dapat terjadi karena jumlah dan kekakuan dari kartilago penyokong tuba. Obstruksi tuba eustachius mengakibatkan tekanan telinga tengah menjadi negatif dan jika menetap mengakibatkan efusi transudat telinga tengah.

18

Page 19: PBL 4 Blok 12 kel 8

Bila tuba eustachius mengalami obstruksi parsial secara mekanik, kontaminasi sekret nasofaring dari telinga dan dapat terjadi karena refluks ( bila membran timpani mengalami perforasi), karena aspirasi, atau karena peniupan selama menangis atau bersin.

Otitis media sering diawali dengan infeksi saluran napas yang berulang seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius dan neyebabkab inflamasi , edema mukosa dan penyumbatan lumen tuba eustachius.

Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus).

 Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

Ada 5 stadium otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah, yaitu :

a. Stadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membrana timpani akibat tekanan negatif dalam telinga tengah karena terjadinya absorpsi udara. Selain retraksi, membrana timpani kadang-kadang tetap normal atau hanya berwarna keruh pucat atau terjadi efusi. Stadium oklusi tuba Eustachius dari otitis media supuratif akut (OMA) sulit kita bedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan virus dan alergi.

b. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)Stadium hiperemis (pre supurasi) akibat pelebaran pembuluh darah di membran timpani yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.

c. Stadium SupurasiStadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah). Selain itu edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial hancur. Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani ke arah liang telinga luar. Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak. Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan ruptur membran timpani akibat timbulnya nekrosis

19

Page 20: PBL 4 Blok 12 kel 8

mukosa dan submukosa membran timpani. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini disebabkan oleh terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani karena penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil.

Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit menutup kembali. Bahkan membran timpani bisa tidak menutup kembali jika membran timpani tidak utuh lagi.

d. Stadium PerforasiStadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman. Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun dan bisa tidur nyenyak.

Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret (nanah) tetap berlangsung selama lebih 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih 1,5-2 bulan maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).

e. Stadium ResolusiStadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Stadium ini berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering.

Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini berupa membran timpani tetap perforasi dan sekret tetap keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.

Otitis media supuratif akut (OMA) dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum

20

Page 21: PBL 4 Blok 12 kel 8

timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani.

MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien, pada usia anak – anak umumnya keluhan berupa

Rasa nyeri di telinga dan demam.

Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya.

Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan pendengaran dan telinga terasa penih.

Pada bayi gejala khas Otitis Media akut adalah panas yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang sakit.

E. Terapi Otitis Media Supuratif Akut (OMA)

Terapi otitis media supuratif akut (OMA) tergantung stadium penyakit, yaitu :

a. Oklusi tuba Eustachius. Terapinya : obat tetes hidung & antibiotik.b. Hiperemis (pre supurasi). Terapinya : antibiotik, obat tetes hidung, analgetik &

miringotomi.c. Supurasi. Terapinya : antibiotik & miringotomi.

21

Inflamasi, edema mukosa dan penyumbatan lumen tuba eustachius

Page 22: PBL 4 Blok 12 kel 8

d. Perforasi. Terapinya : antibiotik & obat cuci telinga.e. Resolusi. Terapinya : antibiotik.

Tujuan pemberian obat tetes hidung: untuk membuka kembali tuba Eustachius yang tersumbat sehingga tekanan negative dalam telinga tengah akan hilang. Aturan pemberian obat antibiotik.

Aturan:Bahan. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia dibawah 12 tahun. HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia diatas 12 tahun dan orang dewasa.

Aturan pemberian obat cuci telinga, Berikan H2O2 3% selama 3-5 hari.Efek. Bersama pemberian antibiotik yang adekuat, sekret akan hilang dan perforasi

membran timpani akan menutup kembali dalam 7-10 hari.

Antibiotik

OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya4. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran.4,9 Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan.

Stadium oklusi. Berikan pada otitis media yang disebabkan kuman bukan otitis media yang disebabkan virus dan alergi (otitis media serosa).

Stadium hiperemis (pre supurasi). Berikan golongan penisilin atau ampisilin selama minimal 7 hari. Golongan eritromisin dapat kita gunakan jika terjadi alergi penisilin. Penisilin intramuskuler (IM) sebagai terapi awal untuk mencapai konsentrasi adekuat dalam darah. Hal ini untuk mencegah terjadinya mastoiditis, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Berikan ampisilin 50-100 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 4 dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 3 dosis pada pasien anak.

Stadium resolusi. Lanjutkan pemberiannya sampai 3 minggu bila tidak terjadi resolusi. Tidak terjadinya resolusi dapat disebabkan berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Curigai telah terjadi mastoiditis jika sekret masih banyak setelah kita berikan antibiotik selama 3 minggu.

Usia Diagnosis pasti Diagnosis meragukan

< 6 bln Antibiotik Antibiotik

6 bln – 2 th Antibiotik Antibiotik jika gejala berat; observasi jika gejala ringan

 2 thn Antibiotik jika gejala berat; Observasi

22

Page 23: PBL 4 Blok 12 kel 8

observasi jika gejala ringan

Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam <39°C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang – berat atau demam 39°C.

Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan – dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat terlaksana. Analgesia tetap diberikan pada masa observasi.

Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian besar anak adalah amoxicillin.4,6,7

a. Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician) menganjurkan pemberian 40 mg/kg berat badan/hari pada anak dengan risiko rendah dan 80 mg/kg berat badan/hari untuk anak dengan risiko tinggi.7,11 Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun, dirawat sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik dalam tiga bu-lan terakhir.

b. . AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari.6 Dosis ini terkait dengan meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan dosis standar di Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada data yang mengemukakan hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah menggunakan dosis 40 mg/kg/hari. Dokumentasi adanya bakteri yang resisten terhadap dosis standar harus didasari hasil kultur dan tes resistensi terhadap an -tibiotik.

c. Buku ajar THT UI menganjurkan pemberian pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/BB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/BB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/BB/hari14.

Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam.6 Dalam 24 jam per-tama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai. Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua. Misalnya:

a. Pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan Haemophilus in-fluenzae dan Moraxella catarrhalis, antibiotik yang kemudian dipilih adalah amoxicillin-clavu-lanate.6 Sumber lain menyatakan pemberian amoxicillin-clavulanate dilakukan jika gejala tidak membaik dalam tujuh hari atau kembali muncul dalam 14 hari.

b. Jika pasien alergi ringan terhadap amoxicillin, dapat diberikan cephalosporin seperti cefdinir, cefpodoxime, atau cefuroxime.

c. Pilihan lainnya adalah erythromycin-sulfisoxazole atau sulfamethoxazole-trimethoprim.5,6 Na-mun kedua kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak membaik dengan amoxicillin.4,6

Perlu diperhatikan bahwa cephalosporin yang digunakan pada OMA umumnya merupakan gen-erasi kedua atau generasi ketiga dengan spektrum luas. Demikian juga azythromycin atau clary-thromycin. Antibiotik dengan spektrum luas, walaupun dapat membunuh lebih banyak jenis bakteri, memiliki risiko yang lebih besar. Bakteri normal di tubuh akan dapat terbunuh sehingga keseimbangan flora di tubuh terganggu. Selain itu risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik akan

23

Page 24: PBL 4 Blok 12 kel 8

lebih besar. Karenanya, pilihan ini hanya digunakan pada kasus-kasus dengan indikasi jelas penggu-naan antibiotik lini kedua.

Pemberian antibiotik pada otitis media dilakukan selama sepuluh hari pada anak berusia di bawah dua tahun atau anak dengan gejala berat.6 Pada usia enam tahun ke atas, pemberian an-tibiotik cukup 5-7 hari. Di Inggris, anjuran pemberian antibiotik adalah 3-7 hari atau lima hari. Ulasan dari Cochrane menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara pemberian antibiotik dalam jangka waktu kurang dari tujuh hari dibandingkan dengan pemberian lebih dari tujuh hari. Dan karena itu pemberian antibiotik selama lima hari dianggap cukup pada otitis media. Pemberian antibi -otik dalam waktu yang lebih lama meningkatkan risiko efek samping dan resistensi bakteri.

Terapi suportif yang dapat diberikan yaitu: analgetik, antipiretik, dekongestan.

Analgesia/pereda nyeri

Selain antibiotik, penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia). Analge-sia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol atau ibuprofen. Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan seperti muntah atau diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna.

Pemberian obat-obatan lain seperti antihistamin (antialergi) atau dekongestan tidak memberikan man-faat bagi anak.

Miringotomi

Aturan tindakan miringotomi : Myringotomy (myringotomy: melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang

menumpuk di belakangnya) juga hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana terjadi gejala yang sangat berat atau ada komplikasi. Cairan yang keluar harus dikultur.

Stadium hiperemis (pre supurasi). Bisa kita lakukan bila terlihat hiperemis difus. Stadium supurasi. Lakukan jika membran timpani masih utuh. Keuntungannya yaitu

gejala klinik lebih cepat hilang dan ruptur membran timpani dapat kita hindari.

Pencegahan

Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:

1. pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak,

2. pemberian ASI minimal selama 6 bulan,

3. penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring,

4. dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

Komplikasi

Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis) Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)

24

Page 25: PBL 4 Blok 12 kel 8

Kelumpuhan pada wajah Tuli Peradangan pada selaput otak (meningitis) Abses otak.Tanda-tanda terjadinya komplikasi:

- sakit kepala

- tuli yang terjadi secara mendadak

- vertigo (perasaan berputar)

- demam dan menggigil.

Rujukan

Beberapa keadaan yang memerlukan rujukan pada ahli THT adalah;

Anak dengan episode OMA yang sering. Definisi “sering” adalah lebih dari 4 episode dalam 6 bulan.4 Sumber lain menyatakan “sering” adalah lebih dari 3 kali dalam 6 bu-lan atau lebih dari 4 kali dalam satu tahun

Anak dengan efusi selama 3 bulan atau lebih, keluarnya cairan dari telinga, atau berlubangnya gendang telinga

Anak dengan kemungkinan komplikasi serius seperti kelumpuhan saraf wajah atau mastoiditis (mastoiditis: peradangan bagian tulang tengkorak, kurang lebih terletak pada tonjolan tulang di belakang telinga)

Anak dengan kelainan kraniofasial (kraniofasial: kepala dan wajah), sindrom Down, sumbing, atau dengan keterlambatan bicara7

OMA dengan gejala sedang-berat yang tidak memberi respon terhadap 2 antibiotik

Prognosis Prognosis otitis media akut ini baik

KDU : 3A

25

Page 26: PBL 4 Blok 12 kel 8

DAFTAR PUSTAKA

Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.

Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Teng-

gorokan, Edisi VI FKUI.Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Ikatan Doker anak Indonesia. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi I. Jakarta: Balai

Penerbit IDAI.

26