Top Banner
BAB I SEL NORMAL Pemahaman kita tentang biologi sel telah memungkinkan kita mengembangkan teknologi canggih dari tingkat sel sampai molekuler, seperti : immunositochemistri, immunoelectronmikroskopi, enzime linked immuno absorben test (ELISA), flow sytometri, teknik hibridasi DNA dan RNA, serta polymerase chain reaction (PCR). Infra Struktur dan Fungsi Sel Plasma Membran Membran luar sel, biasanya disebut sebagai membran plasma atau plasmolemma. Memiliki struktur seragam yang ultrastrukturnya terdiri dari dua lapisan padat electron. Masing-masing sekitar 30A pada diameter dan dipisahkan oleh lapisan yang tidak terlalu padat dengan ketebalan yang sama. Secara kimiawi, membrane plasma terdiri dari lapisan ganda lipid amfipatik molekul dimana berbagai protein tertanam. Tergantung pada sel, komponen lipid terdiri dari berbagai proporsi fosfolipid, kolesterol, dan glikolipid. Lipid ini 1
59

Patologi Sel

Apr 28, 2023

Download

Documents

Nirwan Cakra
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Patologi Sel

BAB I

SEL NORMAL

Pemahaman kita tentang biologi sel telah

memungkinkan kita mengembangkan teknologi canggih dari

tingkat sel sampai molekuler, seperti :

immunositochemistri, immunoelectronmikroskopi, enzime

linked immuno absorben test (ELISA), flow sytometri,

teknik hibridasi DNA dan RNA, serta polymerase chain

reaction (PCR).

Infra Struktur dan Fungsi Sel

Plasma Membran

Membran luar sel, biasanya disebut sebagai membran

plasma atau plasmolemma. Memiliki struktur seragam yang

ultrastrukturnya terdiri dari dua lapisan padat

electron. Masing-masing sekitar 30A pada diameter dan

dipisahkan oleh lapisan yang tidak terlalu padat dengan

ketebalan yang sama. Secara kimiawi, membrane plasma

terdiri dari lapisan ganda lipid amfipatik molekul

dimana berbagai protein tertanam. Tergantung pada sel,

komponen lipid terdiri dari berbagai proporsi

fosfolipid, kolesterol, dan glikolipid. Lipid ini

1

Page 2: Patologi Sel

memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik non-polar

sehingga ketika lipid bertemu dengan senyawa air

(seperti cairan ekstraselulet dan sitosol), menyebabkan

mereka secara spontan menyesuaikan diri pada ujung

hidrofilik dan hidrofobik. Ujung ini menciptakan dua

lapisan membrane plasma. Lipid ini bergerak bebas di

dalam lapisan masing-masing dan menentukan fluiditas

membran. Berbagai protein terdapat didalamnya

melengkapi ketebalan lapisan ganda lipid (transmembran

protein) yang juga memiliki ujung hidrofilik dan

hidrofobik yang berorientasi di dalam membrane.

Protein ini juga berfungsi :

(1). Pengangkutan molekul spesifik masuk dan keluar sel

(2). Berfungsi sebagai katalisator enzim membrane-

reaksi yang terkait

(3). Sebagai structural yang membentuk hubungan antara

matriks ekstraseluler sel sitoskeleton

(4). Sebagai reseptor penerima sinyal kimiawi

transdusing dan eksterior sel mati.

Meskipun tampak sepele, membran plasma sebenarnya

adalah sebuah perantara reaksi kimia yang kompleks yang

berfungsi mempertahankan homeostatis seluler normal.

Membran plasma tidak selalu mulus, sehingga

2

Page 3: Patologi Sel

memungkinkan untuk di ubah strukturnya membentuk

vakuola atau vesikel dalam pengambilan partikel atau

cairan yang berbeda di ruang ekstraseluler. Proses ini

disebut fagositosis dan pinositosis. Pinositosis aktif

mengambil cairan interstitial. Cairan ini mengandung

ion anorganik seperti potassium sehingga meningkaatkan

konsentrasi sitosol, tekanan meningkat, dan menyebabkan

sel membengkak. Selain itu sifat membran yang

semipermeabel memungkinkan transfer pasif zat tertentu,

tergantung dari ukuran molekul dan komposisi kimia

tertentu pula. Untuk menyeimbangkan hal tersebut, tiap

membrane dilengkapi pompa ino kalium-natrium yang

membutuhkan sejumlah besar ATP sebagai bahan bakar.

Gangguan permanen fungsi pompa ini dapat mengganggu

homeostatis sel, bahkan kematian sel.

Sitoplasma

Sitoplasma sel normal terdiri dari protein bentuk

koloid. Sitoplasma merupakan tempat sejumlah organel,

salah satunya mitokondria. Mitokondria adalah organel

yang vital karena menghasilkan atau merombak energi

yang dibutuhkan dalam bentuk ATP. Berbentuk bulat

telur, berdiameter 0,5-1/xm. Ada ratusan bahkan ribuan

mitokondria per selnya, tergantung energi yang

dibutuhkan oleh sel tertentu tersebut. Pada otot

3

Page 4: Patologi Sel

jantung misalnya, mitokondria terletak di dekat

miofribil, di spermatozoa, mitokondria melingkupi

flagella, dsb.

Mitokondria terikat oleh sepasang membrana khusus

yang dipisahkan oleh ruangan antar membran yang sempit.

Membran luar mengandung banyak protein transport yang

membentuk saluran. Membran dalam terlipat ke dalam,

disebut sebagai krista yang menonjol ke dalam matriks

mitokondria.

Membran berisi :

(1). Antikardiolipin dalam jumlah besar, sehingga kedap

terhadap ion

(2). Berbagai protein transport molekul kecil yang di

metabolisme oleh matriks dalam mitokondria

3. Complex enzim (sintetase ATP) yang menghasilkan ATP

dalam matriks.

Mitokondria menghasilkan ATP melalui proses

fosforilasi oksidatif. Dalam sel manusia dan mungkin

mamalia lain, proses ini melibatkan sekitar 100

polipeptida. Mitokondria berbeda dengan organel lain

karena tidak disintesis secara de novo, namun melalui

pembelahan biner. Mitokondria mengandung mtDNA mereka

sendiri (maternal inherited), yang dapat di rekam dan

diterjemahkan untuk membentuk protein. mtDNA manusia

4

Page 5: Patologi Sel

berukuran kecil (16,5 kb) melingkar, molekul rantai

ganda yang memuat 13 struktur gen, 22 gen RNA transfer,

dan 2 gen yang mengkodekan 165 dan 125 RNAs mitokondria

ribosomal.

Sebanyak 13 peptida di kodekan oleh mtDNA dan

merupakan komponen rantai pernafasan yang kompleks.

Karena semua mitokondria sel adalah sumbangan dari ovum

selama pembentukan zigot, maka genom mitokondria

diwarisi oleh ibu melalui pewarisan non-Mendel. mtDNA

memiliki laju mutasi 10-20 kali lebih tinggi daripada

DNA inti yang berfungsi dalam kompleks enzim yang sama.

Oleh karena itu, mutasi mtDNA ditularkan oleh ibu

warisan. Seorang ibu yang terkena penyakit lewat

untuk semua keturunan, tetapi hanya putrinya yang

menularkan sifat dalam generasi berikutnya. Menyusul

mutasi pada mtDNA, sitoplasma mungkin berisi campuran

antara mtDNA normal dan mtDNA mutan. Jaringan,

seperti otak dan otot rangka, membutuhkan energi tinggi

keluaran dari mitokondria yang dipengaruhi oleh mutasi

mtDNa dibandingkan dengan jaringan yang memiliki

permintaan energi yang lebih rendah.

Sebagian besar gen fosforilasi oksidatif (OXPHOS)

dikodekan oleh DNA inti (nDNA), dan polipeptida yang

mereka kodekan di sintesis oleh ribosom “bebas” di

sitosol dan di impor ke mitokondria setelah translasi.

5

Page 6: Patologi Sel

Polipeptida ini tidak dapat menyebrangi membrane

mitokondria. Mesin pengimpor protein termasuk di

dalamnya : protein “antifolding”, “factor-faktor impor”

dan “reseptor impor” yang berpartisipasi dalam

mencegah polipeptida yang tidak sempurna masuk ke

mitokondria. Mutasi di salah satu langkah tersebut

dapat mengakibatkan penyakit mitokondria warisan.

Mitokondria berpisah secara acak dalam selama

pembelahan sel. Begitu mutan mtDNA mencapai batas

teretntu, sel mulai mengekspresikan fenotipe mutan.

Penyakit mitokondria diwariskan dan diterima dengan

baik oleh: mereka yang termasuk miopati,

ensefalomiopati (encephalomyopathies), dan gangguan

multi sistem. Secara klinis, hewan yang menderita

penyakit ini memiliki sejarah kelemahan, tidak dapat

melkukan kegiatan berlebihan, dan encephalopathi.

Abnormalitas kimiawi mitokondria, seperti asidosis

lakatat, adanya “serat merah kasar” pada biopsi otot

lurik, dengan modifikasi noda trichrome Gomori, serta

penampakan ultrastruktural dari pecahan cristalloid

mitokondria yang sangat berguna dalam diagnosis mereka.

Miopati mitokondria telah dikenal, pada kuda, sapi,

dan jenis anjing spesifik (ex: old English sheepdogs

dan Clumber, serta anjing spaniels Sussex).

6

Page 7: Patologi Sel

Retikulum endoplasma, sistem kompleks dari membran,

yang melintangi sitoplasma untuk membentuk kanalikuli,

cisternae, vesikula, atau array parallel, dikenal

dengan Reticulum Endoplasma. Reticulum Endoplasma yang

berhubungan dengan sitoplasma strukturnya digambarkan

oleh mikroskop cahaya seperti badan basofil, substansi

Nissl, substansi kromofilik, atau ergastoplasm.

beberapa membran ini memiliki permukaan halus di luar

dan di sebut Reticulum Endoplasma halus (SER) ;

lainnya, memiliki granule atau butiran RNA yang

berjarak teratur, yang disebut ribosom. Pada

permukaan luar disebut Reticulum Endoplasma kasar

(RER). Yang terakhir merupakan perkembangan sel

tingkat tinggi yang memproduksi sejumlah besar sekresi

kaya protein, seperti sel plasma dan sel asinar

pankreas. Namun, sintesis protein diketahui terkait

oleh individual atau kelompok ribosom yang tergantung

di sitosol, tidak terhubung dengan Reticulum Endoplasma

(ribosom bebas atau poliribosom).

RER muncul pada mikrograf elektron sebagai profil

tipis dari sepasang membran yang memiliki permukaan

luar yang bergranul dan permukaan dalam lembut yang

mengelilingi ruang datar yang di sebut cisternae.

Cisterna berfungsi sebagai saluran yang mengisolasi

produk sintesis baru dari sisa sel dan membawanya ke

kompleks golgi, dimana produk tersebut dikemas dan

7

Page 8: Patologi Sel

disimpan sebelum disekresikan. RER mungkin tampak

tunggal atau lebih sering terlihat sebagai profil yang

terpisah-pisah di dalam sel. Kadang, cistern dari RER

menjadi lebih buncit akibat sekresi berlebihan dan

dapat dilihat oleh mikroskop cahaya sebagai globuler

eosinofil di dalam sitoplasma. Contoh klasik adalah

akumulasi besar dari immunoglobulin, yang di kenal

sebagai badan Russel, dalam RER sel plasma.

SER kelanjutan dari RER, perbedaannya hanyalah

pada ada atau tidaknya ribosom. SER hadir dalam jumlah

yang berlimpah dalam sel-sel yang mensekresikan

steroid, sel-sel ini merupakan sel dari organ endokrin

yang secara dramatis memperbanyak diri di dalam sel

hati untuk mengambil substansi kimiawi dan obat-obatan

seperti barbiturate. SER dikenal terlibat di dalam

memproduksi hormone melalui precursor lipid dan

mendetoksifikasi obat-obatan tertentu dan bahan kimia.

Komplek Golgi atau apparatus golgi terletak di

dekat nucleus, di sel-sel sekretori, dikutub apical

inti. Secara ultrastruktural, kompleks golgi terletak

paralel, agak melengkung, bertumpuk membran-berbatasan

dengan saluran-saluran yang berbeda-beda panjangnya.

Batas-membran mengandung kantong sekresi yang dikenal

sebagai granula sekretorik dari Golgi dan menumpuk di

dekatnya. Fungsi dari complek golgi tidak sepenuhnya

8

Page 9: Patologi Sel

diketahui, tetapi diyakini bahwa kompleks golgi

mengumpulkan produk sekresi untuk kemudian dibawa

menuju Reticulum Endoplasma setelah disintesis oleh

ribosom. Polisakarida dapat ditambahkan ke golgi

kompleks melalui protein yang akan di angkut kesana.

Lipid yang diserap oleh sel-sel usus halus dapat

terkumpul dalam kompleks golgi sel-sel epitel usus,

tetapi sifat kimia dari peristiwa ini tidak diketahui.

Lisosom adalah kelompok atau kumpulan heterogen

organel yang terikat oleh menbran. Organel-organel

yang mengandung enzim dapat ditemukan disitoplasma di

setiap sel eukariotik. Mereka muncul dalam 2 bentuk

yaitu :

(1). Primary lisosom atau lisosom primer

Bulat, kira-kira 50 μm, membran terikat dengan

inti yang padat yang berisi banyak enzim hidrolitik

termasuk : protease, nuclease, glikosidase, lipase,

fosfolipase, fosfatase dan sulfatase. Enzim lisosom

digunakan sel untuk mengatur pencernaan intra sel

(intraselluler) dalam mencerna berbagai makromolekul,

dan karena mereka berfungsi optimal pada pH 5 (pH

internal lisosom), mereka disebut asam hidrolase.

Mereka di sintesis RER, diangkut ke cistern, dan

dikemas dalam apparatus Golgi. Ketika mereka

dilepaskan ke sitoplasma, mantel atau lapisan klathrin

9

Page 10: Patologi Sel

berdisosiasi dari vesikula menjadi lisosom primer.

Setelah pembentukan mereka, nasib lisosm primer ada 2

yaitu :

(a). pindah dan berfusi dengan membran plasma dan

mensekresikan apa yang dikandungnya ke ruang

ekstraselluler melalui proses eksositosis, atau

(b). mereka berfusi dengan vesicular organel lain

didalam sitoplasma dan mensekresikan apa yng mereka

kandung ke dalam lumen selanjutnya. Organel

vesicular termasuk di dalamnya: vakuola fagositik,

vakuola autofagi dan vesikula pinositotik yang

berisi berbagai materi fagositosis dan endositosis,

termasuk mikroorganisme dan nutrisi dari berbagai

jenis serta berbagai organel yang tak berguna lagi.

(2). Sekondari lisosom atau lisosom sekunder.

Ketika lisosom primer melebur dengan struktur ini,

mereka membentuk apa yang dikenal sebagai lisosom

sekunder atau fagolisosom, yang dapat sangat bervariasi

dalam ukuran dan bentuk, tergantung apa yang

dikandungnya. Membrane lisosom primer dan sekunder

dalam sel-sel normal secara unik resisten terhadap

tindakan enzim pencernaan, yang mengelilingi dan

mencegah kebocoran enzim ini ke dalam sitosol. Granula

10

Page 11: Patologi Sel

spesifik dari neutrofil dan eosinofil mengandung asam

hidrolase dan karena itu contoh lisosom.

Peroksisom adalah organel bermembran yang

melaksanakan berbagai fungsi metabolism. Ukuran

mereka dari 0,1/μm dalam diameter (di otak atau

fibroblast) sampai 1,5 μm (di hati atau ginjal) dan

kadang-kadang berisi inti kristalin. Membrane tunggal

fosfolipida dari peroksisom disintesis dan bermula dari

SER (smooth endoplasmic reticulum). Matriksnya,

terdiri dari kristaloid inti protein, dan sebagian

besar protein integral disintesis oleh polyribosome

bebas (free polyribosomes) dalam sitosol dan kemudian

dikirim ke peroksisom. Peroksisom memiliki nonpermeable

membrane, dengan asupan energi yang memerlukan sisten

untuk kedua molekul kecil dan protein.

Peroksisom berpartisipasi dalam proses-proses berikut :

(1). Respirasi berdasarkan H2O2- membentuk oksidase dan

katalase

(2). β oksidasi asam lemak, mirip dengan apa yang

terjadi di dalam mitokondria,

tetapi menggunakan enzim yang berbeda

(3) biosintesa plasmalogen

(4) transaminasi

11

Page 12: Patologi Sel

(5) katabolisme purin

(6) glikoneogenesis, dan

(7) sintesa asam empedu.

kentriol muncul melalui mikroskop cahaya, sebagai

pasangan dari batang pendek yang terlihat kotor,

berdekatan dengan inti dalam zona dikenal sebagai

sentrosom, atau pusat sel. Satu sampai empat puluh

pasang dapat menempati satu sel. Meskipun fungsi

mereka tidak sepenuhnya dipahami, mereka jelas terlihat

dengan organisasi sel, terutama selama pembelahan sel.

Kromosom terhubung ke tubuh padat (satelit) berdekatan

dengan sentriol melalui serat gelendong yang terdiri

dari mikrotubulus. Pada beberapa sel, III-defined

berbentuk bola berdiameter 700 A dan terlihat

berdekatan dengan sentriol. Struktur pericentriolar

adalah satelit pada proses mitosis “serat gelendong”

yang dipasang.

Nukleus (Inti)

Rumah inti selular mayoritas DNA dan merupakan

situs utama reflikasi DNA, transkripsi, dan RNA

sintesis serta pemprosesan. Inti dikelilingi oleh

amplop nucleus yang terdiri dari dua membrane, dengan

ketebalan 75 A, dipisahkan dengan spasi sekitar 400-700

12

Page 13: Patologi Sel

A dan disebut perinuklear sisterna. Membrane luar

amplop dipenuhi oleh ribosom dan sering bersambungan

dengan RE dari sitoplasma. Amplop nukleus berasal dari

membrane ini. Selubung nukleus membran dalam dan luar

menyatu pada interval sekitar struktur melingkar yang

dikenal sebagai pori-pori nukleus. Ini bukanlah pori-

pori yang terbuka, melainkan fenestrasi yang ditutupi

oleh membrane. Melalui struktur ini material ditransfer

ked an dari sitoplasma sel.

Sebagian besar konten nukleus terbuat dari bahan

mentah basophilc yang disebut kromatin, ditangguhkan

dalam media berair yang dikenal dengan nukleoplasma.

Distribusi dan strujtur kromatin tergantung pada tipe

sel, fungsionalnya, dan prosedur fiksasi dan pewarnaan

yang digunakan. Komponen granular yang paling padat

disebut heterokromatin, yang membentuk massa dari

berbagai ukuran, dan di anggap relatif dalam metabolik

aktif. Sebuah massa spesifik dari kromatin , terletak

bersebelahan dengan amplop nucleus dalam sel betina,

adalah kromatin seks, atau badan Barr, yang mewakili

kromosom x tidak aktif. Granula kromatin yang lebih

longgar disebut eukromatin dan dianggap dalam keadaan

aktif secara metabolic. Komponen seluler utama dari

kormatin adalah DNA.

13

Page 14: Patologi Sel

Nukleolus

Organel ini memainkan peran penting pada sintesa

ribosom-RNA dan perakitan saat sintesis protein.

Nucleolus bulat, massa basophilic dan terletak di dalam

nukleoplasma, yang menghilang saat mitosis tetapi dalam

fase intefase memiliki perbedaan komponen yaitu :

(1). komponen electron-lucent, berisi DNA dari

pengaturan nukleolar daerah dari kromosom

(2) komponen granular halus, mengandung partikel

berdiameter 15 nm, mengandung partikel precursor

dari ribosom dewasa (matur)

(3) komponen fibrillar padat (nukleolonema), mengandung

banyak serat halus berukuran 5 nm terdiri dari RNA

transkrip. Nukleus tidak penting untuk kehidupan

beberapa sel, seperti eritrosit dewasa, trombosit,

dan sel-sel epitel bagian dalam lensa, namun nucleus

perlu saat pembelahan sel dan fungsi metabolisme

yang paling rumit

Sel Inklusi Lainnya

Banyak jenis sel inklusi dengan tipe sel berbeda.

Termasuk hasil dari membran sekretori (butiran

sekretori), ditemukan di berbagai sel endokrin pada

14

Page 15: Patologi Sel

pituitari anterior dan pulau pankreas. Inklusi serupa

ditemukan di sekretoris epitel kelenjar eksokrin,

seperti air liur, lender, asinar pankreas, dan sel

kelenjar Brunner. Butiran Neurose-secretory sel

endokrin memiliki ciri khusus, seperti yang ada pada

hipotalamus. Pigmen (seperti melanin dan lipofuscin)

juga muncul sebagai inklusi sitoplasma, seperti

glikogen dan lemak.

Kerusakan Sel, Kematian Sel, dan Nekrosis

Kematian sel, didefinisikan pada titik dimana sel

yang rusak menjadi irreversible, atau telah melewati

“titik dimana sel tidak dapat kembali seperti semula”.

Kematian sel terjadi dalam dua cara : biokimia dan

morfologi yang berbeda. Kematian sel disengaja dan

apoptasis. Akhirnya, istilah nekrosis mengacu pada

karakteristik perubahan mikroskopik cahaya ynag

dihasilkan dari degradasi enzimatik dari nucleus dan

sitoplasma yang menetukan kematian sel. Biasanya,

perubahan ini tidak terlihat selama 12 sampai 18 jam

setelah sel mati. Dengan demikian, terdapat suatu

periode waktu ketika sel mati tampak secara mikroskopis

identik dengan sel hidup. Sebagai contoh, 10% cairan

formalin, yang biasa digunakan saat fiksasi histologi,

segera membunuh sel-sel hidup oleh emersi, namun cairan

15

Page 16: Patologi Sel

ini juga mengaktifasikan enzim hidrolitik yang

terkandung dalam sel mati.

Penyebab Kerusakan dan Kematian Sel

Penyebab cedera dan kematian sel meliputi :

(1). Bentuk cedera kinetik (mekanik, panas, radiasi)

(2). Terpapar bentuk reaktif dari bahan-bahan kimia

exogen (senyawa beracun, racun tanaman, dan

mikrobiologik asal) dan bahan-bahan kimia endogen

(produk metabolisme beracun, peroksida dan radiasi

bebas)

(3). Kekurangan nutrisi penting cair, oksigen dan bahan

pangan), dan

(4). Reaksi kekebalan dan kelainan genetic.

Dari dua jenis kematian sel, kematian sel

disengaja (accidental) (sebelumnya disebut hanya

sebagai nekrosis) adalah yang paling sering dikenali

dan meskipun disebabkan oleh banyak hal, ini ditandai

dengan perubahan biokimia dan morfolofi akibat dari

anoxia (iskemia). Tipe lain, sering disebut sebagai

“sel mati terprogram” namun lebih tepat disebut

apoptosis, hasil dari aktivasi dan transkripsi gen-gen

tertentu, umumnya disebut sebagai “gen bunuh diri”,

16

Page 17: Patologi Sel

yang ditemukan di semua sel. Dalam situasi tertentu,

pengaktifan gen ini terjadi secara normal dan berjumlah

sama dengan pergantian sel tubuh. Sebagai contoh.,

selama perkembangan embrionik normal, sel-sel tertentu

pada suatu waktu, sementara yang lainnya tetap

berproliferasi. Di bawah kondisi patologis tertentu

gen-gen ini dapat diaktifkan secara premature atau

diaktifkan dalam sel dimana mereka biasanya ditekan,

hal ini mengarah pada premature senescence atau artropi

organ-organ yang terkena. Contoh ini dapat dilihat pada

(1). Atropi thimik, disebabkan oleh kortikosteroid dan

radiasi

(2). Katchexia, disebabkan oleh factor nekrosis tumor

(TNF-a)

(3). Penipisan limfoid yang terjadi pada manusia dan

monyet pada aquired immurodeficiency syndrome

(AIDS), dan

(4). dalam penghapusan virally asing atau sel

terinfeksi, ketika kematian seperti itu ditengahi

oleh sibotoksik T-lymphocytes (CTLS). Tidak seperti

kematian sel yang disengaja, dimana sebagian besar

sel-sel yang beragam didalam jaringan atau organ

sering terkena, apoptosis cenderung mempengaruhi

sel-sel individual dengan jenis yang sangat

17

Page 18: Patologi Sel

spesifik, dimana menyatakan bahwa sel-sel tertentu

untuk apoptosis.

Perubahan Sel Mati Secara Biokimia dan Ultrastruktural

(Morfologi)

Hal ini termasuk kerusakan hypoxik sel, kerusakan

akibab induksi radikal bebas, kerusakan akibat bahan

kimia serta kerusakan akibat induksi virus.

Kerusakan Hyposik Sel

Pembengkakan sel yang hebat. Pembengkakan sel

adalah salah satu yang paling awal dikenali. Jika

parah, melalui mikroskop cahaya akan terlihat apa yang

disebut hidropis, vakuolar, dan degenerasi. Penyebabnya

adalah kegagalan mekanisme pompa ion sodium potassium.

Mekanisme ini diperlukan untuk mempertahankan tekanan

osmotik di dalam sel.

Pada kasus hypoxia dan kasus kerusakan lainnya,

fungsi mitokondria terganggu, dan kegagalan pompa ion

mengakibatkan ketersediaan ATP berkurang. Secara

sementara, jalur glikosis anaerob menyediakan ATP.

Namun pelepasan asam laktat dan asam organic lain yang

18

Page 19: Patologi Sel

ikut terbawa ke pH intrasel mengakibatkan inhibisi

kerja enzim, terutama enzim fosfofruktokinase, yang

kemudian membatasi ATP. Glikolisis menurunkan glikogen

selular, hal ini satu mengenalan awal dari semua

kerusakan sel penurunan pH sel menyebabkan gumpalan

kromatin nuclear dan inaktivasi dari sintesis nuclear-

RNA.

Kegiatan berkurangnya pompa ion diikuti oleh

masuknya natrium dan kalsium kedalam sel dan difusi

kalium dan magnesium keluar sel. Peningkatan kadar air

menyebabkan pelebaran dari cysterna dari reticulum

endoplasma, gangguan membran sel dari sitoskeleton dan

progresif pembengkakan sel. Struktur, seperti

mikrofili, menjadi menyimpang dan bentuk Blebs berisi

cairan. Penurunan ATP juga mengakibatkan sintesis

protein berkurang, ditambah lagi dengan hilangnya

kalium. Mitokodria membran menjadi lebih permeable,

memungkinkan air untuk berdifusi ke dalam matriks

mereka, menyebabkan mereka membengkak. Perubahan

mitokondria dan permeabilitas membran menyebabkan

kebocoran enzim menu sitosol, melalui selaput sel yang

telah diubah kedalam ruang ekstroselular, dan akhirnya

ke dalam darah.

Kalsium memasuki sel yang terluka dan presipitat

dengan fosfat pada membran internal, dan mengaktifkan

19

Page 20: Patologi Sel

endogen phospalipase, sebuah enzim yang terlibat dalam

pergantian membran sel normal. Hal ini, pada waktunya,

degradasi fosfolipida dari membran sel akan menyebabkan

disfungsi dan kerusakan yang lebih parah. Asam lemak

yang tidak tersterifikasi berkumpul didalam sitosol

sebagai hasil dari pemecahan kerusakan membran

fosfolipid dengan efek pembersihan mereka. Peningkatan

kalsium bebas sitosolik yang dihasilkan dari kerusakan

membran dianggap factor yang paling kritis dalam

menentukan kematian sel. Sejumlah enzim dilibatkan

dalam mendegradasi berbagai komponin sel yang dikenal

sebagai kalsium-penentu dan karenanya, dapat diaktifkan

melalui peningkatan konsentrasi kation ini.

Pada tahap ini, sel menjadi irreversible

kerusakannya (yaitu, mencapai “point of no return) dan

mati. Interval antara sel inisiasi cedera dan point of

return sangat bervariasi tergantung pada penyebab

cedera dan laju metabelik dan fungsi sel-sel yang

terkena kerusakan. Sebagai contoh, neuron yang

kekurangan oksigen, interval ini berlangsung selama 5

menit, sedangkan pada fibroblast bisa berjam-jam.

Perubahan pada organel. Setelah kematian sel,

lisosom mulai membengkak dan enzim hidrolitik berdifusi

melalui membran, memulai proses autolisis (self-

digestion) dan menghasilkan lebih lanjut koagulasi dan

20

Page 21: Patologi Sel

degradasi protein sel dan asam nukleat di dalam nucleus

dan sitosol. Di masa lalu, itu mendalilkan bahwa bentuk

kematian sel adalah hasil pelepasan enzim lisosom

(hipotesa kantong-pembunuh diri), namun sekarang

diterima bahwa pelepasan enzim terjadi sesudah kematian

sel.

Beberapa perubahan morfologi lain terjadi pada titik

dimana :

(1). Ribosom menjadi terpisah dari membran RER

(2). Mitokondria dan organel lain membengkak

(3). Blebs- penuh cairan, besar, tanpa organel menonjol

dari membran plasma

(4). Istirahat akhirnya terjadi di inti dan membran

plasma, menyebabkan struktur ini pecah

(5). Kromatin nucleus kehilangan kepadatannya

(6). kepadatan inklusi mewakili deposit kalsium muncul

dalam mitokondria bengkak, dan

(7). bentuk myelin terbentuk. Bentuk myelin terjadi

saat fosfolipid hidrofilik dilepaskan dari membran

sel menuju medium berair sitosol yang berbentuk

lamella konsentris menyerupai myelin. Peristiwa ini

tampak umum bagi sebagian besar sel yang mengalami

cedera.

21

Page 22: Patologi Sel

Ketika perubahan morfologi ini terjadi pada sel

atau jaringan organisme hidup. Prosis ini disebut

nekrosis dan sel atau jaringannya disebut sebagai

nekrotik. Namun, ketika terjadi perubahan morfologi

serupa diffusely dalam jaringan dan organ setelah

kematian organisme, prosesnya disebut autolisis

postmortem.

Selama menjadi nekrotik, sel-sel mati yang bocor

mengeluarkan berbagai substansi kimiawi yang dikenal

secara kolektif sebagai mediator dari inflamasi, menuju

cairan interstitial. Mediator ini sangat kemotatik

untuk neutrofil yang beredar di vanilla dari jaringan

hidup yang berdekatan. Merasakan kehadiran mediator ini

adalah melalui tindakan mereka pada sel- sel endotel.

Neutrofil awalnya menempel pada endothelium, kemudian

bermigrasi keluar dari pembuluh darah dan mengikuti

gradient konsentrasi mediator migrasi kearah sel-sel

nekrotik oleh sebuah proses yang dikenal sebagai

leukotaxis. Adanya neutrofil dalam dan disekitar sel

dengan perubahan morfologi konsisten dengan membedakan

nekrotik nekrosis sel dari sel yang telah mengalami

autolisis postmortem. Neutrofil menunjukkan bahwa

organisme masih hidup pada saat dan paling sedikit 12

jam setelah kematian sel atau jaringan terjadi.

22

Page 23: Patologi Sel

Cedera atau kerusakan sel yang disebabkan oleh

radikal bebas. Kerusakan dan kematian jaringan oleh

radikal bebas terjadi secara kimiawi, radiasi, dan

toksisitas oksigen, dan proses penuaan dan lama

pembunuhan agen mikroba dan sel tumor dengan sel-sel

inflamasi fagositik. Radikal bebas adalah spesi kimia

yang memiliki satu elektron yang tidak berpasangan

dalam orbit luar, sehingga mereka tidak stabil dan

sangat reaktif dengan banyak bahan kimia anorganik dan

organic, terutama membran lipid, protein dan nukleotida

DNA. Radikal bebas terkenal untuk memulai reaksi

autokatalisis, dimana bahan kimia yang bereaksi dengan

radikal bebas, pada waktunya diubah menjadi radikal

bebas dan akhirnya menyebabkan kerusakan sel. Ini

merupakan bahan kimia yang sangat reaktif yang

dihasilkan oleh sel akibat paparan radiasi reaksi

oksidatif intraseluler yang terjadi dengan proses

metabolisme normal, serta melalui degradasi enzimatik

bahan kimia eksogen dan obat-obatan.

Sebagian besar radikal bebas yang penting berasal

dari derivat oksigen. Tiga diantaranya yang paling

penting adalah :

(1). Superoksida (O2-), yang dihasilkan oleh

autooksidatif dan reaksi oksidase mitokondria dan

sitoplasma masing-masing

23

Page 24: Patologi Sel

(2). (H2O2), yang dihasilkan oleh dismutasi oleh O2-

oleh superoxida dismutase dan katalase reaksi

terjadi di peroksisom.

(3). ion hidroksil (OH) yang dihasilkan dari hidrolisis

air akibat interaksi radiasi ion dan hidrogen

peroksida dengan logam tertentu, terutama besi dan

tembaga. Semua senyawa ini mampu menyebabkan

peroksidasi sel dan organel membrane, inaktivasi

enzim sel kritis, dan kerusakan DNA. Hasil akhirnya

adalah bahwa sel irrevisible menjadi rusak sebagai

konsekuensi dari masuknya air elektrolit dan kalsium

ke dalam sitosa, sel membengkak, melewati point of

no return, dan mengalami perubahan serupa, jika

tidak identik seperti di sel hipoksia cedera dan

akhirnya menjadi nekrotik.

Kerusakan sel akibat bahan-bahan kimia eksogen

disebabkan oleh bahan kimia yang menyebabkan cedera dan

kematian sel, yang dapat terjadi melalui 2 metode yaitu

:

(1). Mengikat secara kritis structural atau bahan kimia

reaktif organel sel dan dengan demikian merusak

membrane sel atau kemampuan sel untuk menghasilkan

ATP dan energi yang diperlukan untuk pemeliharaan

homeostasis dan fungsi normal, atau

24

Page 25: Patologi Sel

(2). Dengan cara kimiawi diubah menjadi metabolit yang

lebih reaktif mampu menghasilkan radikal bebas yang

permanent.

Kerusakan sel akibat induksi virus. Dua jenis virus

yang menyebabkan kematian sel dan kerusakan sel.

Sitolitik virus menyebabkan kematian sel dengan cara

yaitu :

(1). Mengganggu kemampuan sel untuk mengintesis protein

dan makromolekul penting lainnya untuk

mempertahankan kehidupan sel

(2). Mengarahkan organel dan sel untuk mengintesis

viral RNA, DNA, dan protein terstruktur untuk

replikasi dan perakitan virus,

(3). Mekanisme selular organel merusak dan mengganggu

sitoskeleton dengan akumulasi jumlah besar virus

asam nukleat dan protein (badan inklusi virus),

beberapa diantaranya sitotoksik diri mereka sendiri,

dan

(4). Memasukkan virus – protein dikodekan dalam

membrane sel, menyebabkan malfungsi membrane sel dan

bocor.

Virus non-sitolitik dalam sel secara tidak langsung

menyebabkan kematian sel in vivo dengan merangsang

kekebalan tubuh inang terhadap antigen virus

25

Page 26: Patologi Sel

diekspresikan pada permukaan sel yang terifeksi. Dalam

situasi ini, pembunuhan sel direspon oleh kekebalan

seluler dan humoral. Pada respon imun humoral. Antibody

diarahkan pada antigen virus dipermukaan sel yang

bertindak dengan system complement (complement –

sitolisis penentu) menghasilkan kompleks serangan

membrane yang menyebabkan sel yang terinfeksi bocor dan

membengkak, seperti pada kematian sel disengaja

(accidental cell death).

Sebagai tambahan, fragment FC antibody yang terikat

pada sel terinfeksi juga dapat berinteraksi dengan

leukosit, seperti makrofag, neutrofil, eosinofil, dan

sel pembunuh (Natural Keller Cell), menyebabkan

kematian sel yang terinfeksi (antibody-dependent cell-

mediated cytotoxicity). Akhirnya, sel yang terinfeksi

virus mungkin juga akan dibunuh oleh sitotoksity

diperantarai oleh sel yang berbeda dari antibody –

media pembunuh yang disebut apoptosis. Tidak seperti

kecelakaan apoptosis, kematian sel yang disebabkan oleh

hipoksida, apoptisis cenderung untuk melibatkan

individu atau kelompok-kelompok kecil sel-sel jenis

tertentu.

Peristiwa biokimia dan molekuler yang terikat

dalam bentuk kematian sel belum sepenuhnya terungkap.

Meskipun apoptosis sering disebut diperantarai secara

26

Page 27: Patologi Sel

genetic, perubahan sitoplasma telah menjadi cirri

eksperimental apoptosis. Seperti yng disebutkan

sebelumnya, apoptiosis mungkin fisiologis dan merupakan

mekanisme dimana keseimbangan antara pertumbuhan sel

dan kematian sel dipertahankan atau dapat berbahaya

pada induk. Semakin terbukti bahwa penghambatan

apoptosis mungkin sama pentingnya dengan diperkuat

ekspresi oekogen dalam patogenesis penyakit neoplastic

tertentu.

Penyusutan sel berbeda dengan pembengkakan

sitoplasma dan organel yang mengkatakteristikkan

kematian sel yang disebabkan oleh hypoksia, apoptosis

sel ditandai oleh penyusutan. Pompa ion sodium –

potassium tidak mempengaruhi bentuk kematian sel pada

awalnya dan membrane sel tetap utuh. Protein

bertanggung jawab terhadap apoptosis saat dilepaskan

dari pengaruh penghabatan protein antiapoptotic,

menyebabkan aktivasi protease seluler yang mengganggu

sitoskeleton dan menyebabkan sel menyusut.

Perubahan organel seluler endonuklease juga

diaktifkan pada awal apoptosis. Meskipun tidak terlihat

di mikroskop, enzim ini membelah sel DNA antara

nukleoson-nukleosom, sehingga menimbulkan fragment yang

terdiri dari 180 – 200 pasangan basa. Fragmen ini

bermigrasi dalam karakteristik pola tangga ketika

27

Page 28: Patologi Sel

dipisahkan pada sel agarosa, kontras dengan fragmen

heterogenous dari degradasi DNA yang terjadi pada

kematian sel secara sengaja (Accidental cell death).

Secara ultrastruktural, inti sel yang apoptotic

mengalami beberapa perubahan karakteristik.kromatin

dari sel-sel apoptotic tajam menjadi electron padat dan

sering diasumsikan sebagai konfigurasi setengah bulan

tepat dibawah membrane nucleus utuh. Inti juga pecah

menjadi beberapa pecahan padat, massa membrane terikat,

berlawanan dengan karriorhexis terlihat dimana kematian

karena kecelakaan karena membrane nekleus terganggu.

Selama proses shrinkage, membrane plasma dari sel

apoptotic memancarkan pseudopodia yang disebut sebagai

tunas, bukan dilihat dari kematian hypoxia blebs.

Pecahan sisa dari sel apoptotic menumbuhkan badan

apoptotik, yang terikat membrane dan mengandung organel

termasuk mitokondria dan lisosom utuh serta massa

kental kromatin yang dikelilingi membrane mukleus.

Banyak perubahan sama yang berlihat pada inti dan

sitoplasma dari sel nekrotik yang juga terlihat pada

potongan-potongan kromatin rusak dan sitoplasma yang

ditemukan di badan apoptotik. Biasanya mediator

peradangan tidak bocor dari bahan-bahan ini, dan tidak

menimbulkan reaksi kentara. Sebaliknya, bila ada

makrofag, mediator akan dirusak oleh phagolysosom dan

28

Page 29: Patologi Sel

kadang-kadang apoptotic dicerna oleh tubuh dan rusak

dalam sel-sel parenkim sekitarnya. Oleh karena itu,

sisa sel yang telah mati dari kedua bentuk sel mati

berbeda secara substansial.

Perubahan Nukleus

Piknosis adalah salah satu perubahan inti yang umum

terlihat pada sel-sel mati, tetapi tidak terlihat di

semua sel-sel mati. Piknotik akan menurunkan kebulatan,

ukuran, dan berwarna homogen biru gelap sampai hitam

(hiperkromatik) ketika diwarnai oleh hematoxylin eosin.

Perubahan ini disebabkan oleh komponen asam nukleat

dari kromatin dilucuti oleh nucleoprotein yang terkait

secara enzimatis, yang kemudian lebih asam, dan menarik

hematoxylin lebih banyak. Kromatin dari nukleus

piknotik terkondensasi, dibatasi oleh membrane nucleus

rusak dan tidak memiliki euchromatin dan pemisahan

menjadi komponen heterochromatin. Nukleolus tidak lagi

terlihat. Piknosis terlihat jelas pada sel epitel mati,

sel mononuklear inflamasi, dan sel-sel saraf. Inti

memanjang dari jaringan penghubung dan sel-sel otot

biasanya tidak menjadi bulat, namun struktur

internalnya hilang, kondensasi dan hiperkromasia dari

kromatin asalnya mengalami nekrotik.

29

Page 30: Patologi Sel

Kariorrhexis, digunakan untuk menggambarkan

fragmentasi kromatin menjadi butiran basophilic kecil

akibat pecahnya membrane inti. Hal ini dapat terjadi

secara de novo, atau piknosis sukses. Potongan kecil

kromatin terletak di posisi utama dari nukleur atau

tersebar di seluruh sitoplasma dari sel nekrotik dan

daerah sekitarnya. Kariorheksis terlihat mencolok pada

eksudat abses dan purulent dimana inti neutrofil siap

pecah menjadi fragmen-fragmen yang menunjukkan kematian

sel.

Kariolysis adalah pembubaran atau lisisnya kromatin

inti oleh pelepasan nuclease yang berasal dari

kebacoran lisosom dari sel-sel mati. Kromatin yang

terlarut berdifusi keluar dari membran inti yang bocor

memasuki sitosol dan cairan interstitial. Ketika

karyolysis selesai, membrane inti menghilang, namun

istilah karyolisis digunakan untuk menyebut tahap lebih

awal, dimana nucleus muncul seperti bulatan berongga

yang dikelilingi garis samara atau “hantu” dari

membrane nucleus.

Kehilangan inti nukleus. Semua perubahan inti yang

dijelaskan di atas adalah ciri utama dari sel mati dan

akhirnya mengakibatkan hilangnya inti. Eritrosit dan

platelet (trombosit) adalah pengecualian, karena sel

ini masih hidup, meskipun mereka kehilangan nukleus,

30

Page 31: Patologi Sel

kekurangan kemampuan untuk membelah dan karakteristik

lainnya.

Perubahan Sitoplasma

Pada beberapa kasus, sitoplasma dari sel mati

mungkin tidak terlihat mengalami perubahan, namun jika

nukleus mengalami perubahan seperti yang dijelaskan

yang di atas sel tersebut mati.

Penipisan dari glikogen sitoplasma, salah satu

kegiatan yang paling awal dalam kerusakan sel hipoksia

adalah pengurangan glikogen intraseluler karena

peralihan glikolisis aerobic menjadi anaerobic. Pada

sel normal, glikogen terlarut selama fiksasi formalin,

sehingga membentuk ukuran tidak teratur yang kosong

(berongga) pada sitoplasma. Sel yang mengalami

pengurangan glikogen secara metabolis sebelum fiksasi,

sitosol dan organel sitoplasmik pindah keruang yang

sebelumnya ditempati oleh glikogen sehingga sitoplasma

lebih terlihat homogen dari pada vakuolaliasasi yang

tidak teratur setelah fikasasi. Perubahan ini terjadi

sebelum kematian sel dan sel mungkin saja dapat kembali

ke bentuk awalnya.

Peningkatan eosinofilik dari sitoplasma. Sitoplasma

dari sel nekrotik sering lebih eosinofilik dari pada

31

Page 32: Patologi Sel

sel hidup. Sebagian karena degradasi enzimatik

sitoplasma RNA, yang biasa menimbulkan tingkat

basofilik ke sitoplasma. Selain itu, denaturasi dari

protein sitoplasma menimbulkan rantai polipeptida

karena meningkatnya jumlah situs reaksi eosin. Kedua

factor ini bersama-sama meningkatkan eosinofilik

sitoplasma dari sel nekroyik. Tanda-tand ini merupakan

cirri yang menonjol, ketika sel-sel epitel khusus

seperti tubulus ginjal dan hati mengalami koagulasi

nekrosis. Sitoplasma sel neutrofil yang nekrotik atau

nanah, sering terlihat lebih merah dari keadaan normal.

Sitoplasmosis

Ketika perubahan karakteristik nekrosis mengalami

peningkatan, sitoplasma cenderung menjadi berkurang,

kurang padat dan akhirnya menghilang sama sekali. Dalam

beberapa kasus, mungkin sebagian besar sitoplasma

menghilang semantara sel tetap hidup, oleh karena itu,

keputusan apakah sel itu hidup atau mati tetap

bergantung pada penampilan inti.

Perubahan Pada Seluruh Badan Sel

Epitel banyak lapis dan otot polos sering tidak

jelas perbedaannya antara specimen patologis dan

32

Page 33: Patologi Sel

histologisnya. Hanya berdasarkan ilustrasi bahwa sel

dari eksudat peradangan dimana inti masih terlihat,

namun ukuran dan sifat sel cukup sulit diidentifikasi.

Hilangnya sel secara garis besar dapat terlihat pada

caseous nekrosis dari tubercle.

Kehilangan pewarnaan diferinsial. Hal ini terjadi

dimana jaringan masih terlihat, namun warna inti dan

sitoplasma seperti halnya dalm keadaan histologis sulit

dibedakan. Kromatolisis adalah komponen penting dalam

proses ini.

Kehilangan sel-sel. Jika ada terdeteksinya

kehilangan sel di dalam organ atau jaringan, hal ini

dapat diasumsikan bahwa sel telah mati dan dihapus dari

kombinasi proses antara Autolisis antemortem dan

heterolysis, atau melalui ingesti oleh makrofag atau

sel fagosit lain (seperti halnya apoptosis).

Pada permukaan organ, seperti usus dan kulit,

dimana secara normal mereka memiliki pergantian sel

yang disebut desquamasi atau pelurusan, yaitu sel-sel

mati kehilangan keterikatan mereka terhadap struktur

dasar dan hilang dari permukaan. Sel-sel desquamasi

digantikan oleh sel lain yang sama, namun dalam kasus

patologis sel-sel epitel desquamasi yang belum matang

(prematur) meninggalkan dasar dan membuat seperti

ruangan dasar seperti membran yang terbuka. Dalam kasus

33

Page 34: Patologi Sel

ini, sel-sel dianggap sebagai nekrotik. Hal ini biasa

terjadi dalam banyak bentuk infeksi bronchopneumonia

dan gangguan mukosa menjadi gundul (dari epitel

normal), erosi atau ulserasi.

Kehilangan Warna

Jaringan yang mati biasanya lebih pucat dari

jaringan yang sehat, kecuali jika jaringan tersebut

dipenuhi oleh peningkatan jumlah darah : maka mungkin

tampak lebih hitam. Kepucatan disebabkan oleh eritrosit

yang hemolisis di daerah jaringan yang mengalami

nekrotik dimana adanya jumlah darah normal dan difusi

zat pigmen normal, seperti mioglobin (ada pada otot

lurik), dari sitosol sel-sel nekrotik hadir sebagai

akibat dari kerusakan membrane sel. Namun jika sejumlah

darah terhemolisasi hadir dalam jaringan nekrotik, akan

menyebabkan warna merah kehitaman pada daerah yang

terkena.

Kehilangan Kekuatan

Jaringan nekrotik memiliki daya tarik-menarik yang

kurang dibandingkan dengan jaringan non-nekrotik, hal

34

Page 35: Patologi Sel

ini disebabkan oleh digesti enzimatikdari sitoskeleton,

membrane sel, dan jaringan penghubung interseluler.

Bau

Bau pembusuk dapat berasal dari jaringan mati dan

dapat disebabkan oleh bakteri saprofit setelah ganggren

atau setelah autolisis postmortem terjadi. Hal ini

karena bau busuk senyawa seperti hidrogen sulfid,

ammonia, mercapstan (semua produk fermentasi bakteri

jaringan organic, terutama protein) telah terbentuk.

Perbedaan Antara Nekrosis dan Autolisis Postmortem

Observasi berbeda ada pada jaringan mati saat

pasien masih hidup (contoh : jaringan nekrotik) dan

jaringan yang mengalami degradasi biokimia spesifik

yang terjadi disemua jaringan secara cepat setelah

pasien meninggal (contoh : proses autolisis

postmortem). Jika penampilan jaringan sehat ditemukan

bersama dengan jaringan memburuk di bagian yang sama,

maka daerah tersebut adalah nekrosis, bukan autolisis

postmortem. Namun, hal ini kadang tidak sesederhana

itu. Autolisis postmortem kadang kala juga disertai

dengan bercak jelas distribusi, yang dapat menipu untuk

35

Page 36: Patologi Sel

membenarkan kriteria lain menjadi antemortem khusus

dari jaringan mati postmortem.

Eritrosit di dalam pembuluh darah seharusnya

diperiksa untuk mengetahui sejauh mana mereka menyerap

zat warna. Adanya eritrosit hemolisis di dalam pembuluh

darah normal atau tidak normalnya tergantung pada area

jaringan dimana autolisis postmortem sering terjadi,

contoh, eritrosit tidak normal jika tidak ditemukan di

dalam sirkulasi. Fiksasi formalin eritrosit yang

diwarnai dengan Hematoksilin Eosin seharusnya berwarna

merah-tembaga terang, dengan fiksasi klorida merkurik

berwarna merah-merah muda. Fiksasi alkohol, pada

eritrosit hemolisis menyebabkan mereka tampak seperti

bulatan kosong, tanpa pengaruh dari pewarnaan.

Eritrosit dipisahkan dengan hemoragi dari sirkulasi dan

kandungan oksigen mengalami hemolisis pada tubuh hidup,

sehingga menginduksikan pentingnya mempelajari area

jaringan normal dan abnormal.

Jaringan mati membocorkan mediator kimia dari

peradangan yang menyebabkan vasodilatasi lokal dan

vascular sehingga menarik sel-sel radang memasuki

daerah ini. Dengan demikian, infiltasi dari sel radang,

terutama neutrofil, pada persimpangan antara jaringan

hidup dan nekrotik ini sangat berguna untuk

menemukan/mengidentifikasi nekrosis.

36

Page 37: Patologi Sel

Pengetahuan tentang tingkat relatif dimana

postmortem awal terjadi juga berpengaruh dalam

membedakan nekrosis dari autolisis postmortem. Mukosa

usus, kantung empedu, dan parenkim pancreas mengalami

postmortem awal karena autolisis interseluler terjadi

langsung tanpa hambatan cairan pencernaan. Medula

adrenal mengalami postmortem liquefaction awalsehingga

tidak jarang pemeriksaan di sana, dan cukup dengan

menemukan daerah/ruangan colaps diman medula seharusnya

ada. Neuron adalah jaringan selanjutnya yang

menunjukkan autolisis postmortem, dan terakhir adalah

jaringan ikat. Di ginjal, autolisis berlangsung lebih

cepat (metabolit lebih aktif) epitel dari tubulus

proximal dari pada tubulus distal (kurang aktif).

Masalah umum saat autopsy adalah menentukan berapa

lama hewan mati. Reaksi enzim yang terjadi dengan

autolisis dan pembusukan dihambat oleh temperature

rendah refrigerator, namun sangat dipercepat oleh

tingginya suhu lingkungan. Domba memiliki perubahan

postmortem yang sangat awal karena efek pencukuran bulu

domba mencegah disipasi (dissipasion) panas tubuh. Hal

yang sama juga terjadi pada babi besar sebagai hasil

dari isolasi lapisan lemak. Proses perubahan postmortem

berlangsung jika temperature tubuh sangat tinggi pada

saat kematian (contoh : heat stroke), hal ini berlanjut

meningkat, bahkan setelah kematian (contoh : tetanus).

37

Page 38: Patologi Sel

Fenomena lanjut dan kejadian ini, postmortem tergambar

sangat mengejutkan, yaitu apa yang biasa dikenal dengan

“black disease”, dimana pergantian warna menjadi

kehitaman pada hampir gambaran umumnya, jaringan

autolisis terlihat dihapus pada kulit hewan.

Ketika perubahan postmortem mengalami kemajuan,

otot-otot melunak, merah pucat, berair, dan mirip

daging yang telah sedikit dimasak. Indikasi bahwa

autolisis postmortem mengalami kemajuan adalah imbibisi

postmortem (postmortem inhibition), hasil dari

hemolisis eritrosit di dalam pembuluh darah. Hemoglobin

yang dilepaskan kedalam cairan plasma darah, dan pada

waktu yang sama, dinding pembuluh darah menjadi lebih

permeable terhadap cairan sebagai hasil dari autolisis

postmortem. Hasilnya, plasma merah berdifusi keluar,

disekitar jaringan, dan diserap oleh mereka.

Petunjuk tambahan dapat diperoleh dengan membuka

jantung. Biasanya, kontraksi rigor mortis ventrikel

kiri lebih kuat dan mengosongkannya dari darah.

Ventrikel kanan lebih dipenuhi darah, jika ventrikel

kiri di penuhi oleh darah, rigor mortis belum terjadi

dan kematian sudah terjadi. Setelah selang 24 sampai 72

jam (tergantung suhu lingkungan) rigor terjadi lalu

menghilang, membiarkan jaringan menjadi gelap, darah

hemolisis yang berasal dari penghacuran bekuan darah

38

Page 39: Patologi Sel

kembali ke ventrikel kiri, hal ini mengindikasikan

autolisis postmortem berkepanjangan.

Pada rumen, reticulum, dan omasum dari ruminansia,

tanda yang mengesankan adalah autolisis postmortem

berupa desquamasi dari epitel. Dalam waktu yang singkat

setelah kematian, lapisan kepadatan permukaan

sepenuhnya tergantikan oleh sedikit sentuhan.

Penyebab autolisis postmortem jelas. Tujuan dari

patologi adalah menghindari, dan dapat membedakan

dengan benar dari nekrosis.

Bentuk Nekrosis

Nekrosis Koagulasi

Nekrosis koagulasi hasil dimana denaturasi protein

seluler dimulai untuk denaturasi enzim hidrolitik juga,

yang kemudian menghentikan proses autolisis. Kehilangan

air juga merupakan denaturasi tanpa dekomposisi lebih

lanjut. Jaringan yang mengalami penggumpalan perlahan

mencair melalui proses heterolysis. Nekrosis koagulasi

mungkin tidak terlihat pada hewan yang mati karena

penyakit dimana banyak neutrofil mencair pada jaringan

mati yang disebut heterolysis.

39

Page 40: Patologi Sel

Penampakan Mikroskopis

Jaringan dan komponen selular masih dikenali, tapi

inti dan sitoplasma berubah. Inti mengalami piknotik,

kariolitik, dan karloreksis, atau mereka mungkin tidak

ada. Sitoplasma sering sangat asidofilik.

Penampakan Kasar

Jaringan nekrotik berwarna abu-abu atau putih

(kecuali penuh dengan darah), kokoh, padat, dan sering

tertekan bila dibandingkan dengan jaringan hidup

disekitarnya.

Penyebab.

Penyebab utama yang cenderung menghasilkan mikrosis

yaitu :

(1). Istemia local, seperti pada infarkt

(2). Produk racun dari bakteri tertentu, seperti kalf

diphtheria, necrophorus

enteritis dan bentuk lain dari necrobasilosis

(3). racun bertindak secara local tertentu, seperti

merkurik klorida, 4. luka baker ringan, baik

40

Page 41: Patologi Sel

disebabkan oleh panas, listrik atau sinar - X, 5.

zenker’s nekrosis otot.

Caseous Nekrosis

terjadi sebagai bagian dari lesi khas

tuberculosis, sipilis (pada manusia), ovine caseous

limphadenitis, dan granuloma lainnya. Jenis nekrosis

ini hasil campuran dari penggumpalan protein dan lipit.

Setelah causa (penyebab) diselesaikan, material caseous

perlahan dicairkan dan dihapus.

Penampakan Mikroskopis

Garis besar sel hilang dan hilangnya pewarnaan

differensial. Dinding sel dan struktur histologis

lainnya menghilang dan jaringan hancur membentuk masa

granular berwarna keunguan (pewarnaan hematoxilin dan

eosin), hasil dari campuran bahan kromatin biru dan

material merah berasal dari sitoplasma. Pola jaringan

benar-benar dihapuskan dari area yang terkena dampak

penampakan kasar, putih, keabuan, kekuningan dan

sugestif dari “dadih susu” atau keju cottage, maka

disebut caseous. Jaringan nekrotik kering, sedikit

berminyak, tegang, tanpa kekuatan kohesive membuatnya

41

Page 42: Patologi Sel

mudah dipisahkan menjadi plakmen-plakmen genular dengan

instrument yang tumpul.

Penyebab

Caseous nekrosis disebabkan oleh racun dari

mikroorganisme dengan karakteristik penyakit seperti

yang dijelaskan diatas.

Liquefactive Necrosis (Nekrosis yang dicairkan)

Ketika hampir semua jaringan nekrotik menghilang,

ada situasi dimana perubahan ini meningkatkan akumulasi

cairan tanpa precursor sel mati. Proses ini dikenal

sebagai liquefaction nekrosis. Ada dua tempat utama

dimana liquefaction dari jaringan mati terlihat adalah

system syaraf pusat dan abses. Area necrosis

liquefacrive tuberkulosis kadang terjadi di paru-paru,

rongga menghasilkan ukuran yang cukup.

Penglihatan mikroskopis

Tampak ruang kosong tanpa lapisan, kusam, berujung

tidak teratur dan biasanya sel pada bagian ujung

menunjukkan beberapa fitur necrosis.pewarnaan ping,

endapan proteinnaseous mungkin atau tidak mungkin tetap

dicairan. Air akan dihapus pada proses dehidrasi

42

Page 43: Patologi Sel

jaringa. Dalam kasus abses, cairan berisi sejumlah

besar neutrofil enzim hidro. Yang memasuki area

jaringan mati serta meninggalkan masa liquefied seluler

kembali ke puing -puing yang disebut sebagai nanah.

Penampakan Kasar

Lesi adalah rongga kecil atau besar, yang berisi

cairan yang bewarna kuning putih dan keruh. Jika proses

masih berlangsung, dinding – dinding yang usang dan

tidak teratur, kurang lebih melunak. Seperti ruang

penuh cairan yang tidak biasanya dianggap sebagai

kista, sejak kista melibatkan akumulasi cairan biasanya

sekresi, rongga memiliki jenis lapisan permanent yang

umumnya terdiri dari epitel.

Penyebab

Liquefactive nekrosis ini disebabkan oleh proses

yang sama yang menyebabkan nekrosis umum. Alas an

jaringan itu mencair dan di otak segaera setelah mati

adalah tingginya kandungan lipid dan rendahnya protein

terkoagulasi yang terkandung pada jaringan ini. Juga,

adanya reaksi asam jaringan yang sangat penting.

Neutrofil setelah tiba di jaringan, mengusir granula

utama (lisosom) yang mengandung enzim hidrolitik, yang

43

Page 44: Patologi Sel

selanjutnya mengenal sel-sel nekrotik sebagai sel

mereka sendiri. Proses digesti dari sel lain ini

dikenal sebagai heterolysis intinya, koagulasi dari sel

nekrotik (coagulation necrosis) berubah menjadi

liquefaction necrosis, sehingga hasil liquefied dapat

diangkut melalui sirkulasi. Leukosit yang merupakan

sebagian besar eksudat peradangan juga memproduksi

hidrolitik dari pencairan sel-sel mati.

Nekrosis lemak

Ketika mengalami nekrosis jaringan adiposa, lemak

sering membusuk (mungkin perlahan-lahan) ke dalam dua

radikan pilihan, asam lemak dan gliserin. Asam lemak

lalu berkombinasi dengan berbagai proporsi ion-ion

logam, terutama natrium kalium, dan kalsium untuk

membentuk komponen seperti sabun. Senyawa ini tidak

larut dalam pelarut yang digunakan untuk menghilangkan

lemak dari jaringan selama pemprosesan, maka

komponen/senyawa tetap bertahan.

Penampakn mikroskopis

Lembar liposit (lypocytes) mirip dengan yang

terlihat pada jaringan adipose yang normal dapat

diamati. Namun lipid digantikan dengan material padat,

44

Page 45: Patologi Sel

tembus cahaya yang homogen, tapi kadang mengandung

celah kecil yang jelas yang menandai tempat kristal

asam lemak yang terlarut. Materialnya kebiru-biruan

atau merona merah muda, tergantung pada jumlah natrium

atau kalium atau ungu bila kalsium telah disimpan. Inti

cenderung piknosis, namun secara histologis bukan tipe

ideal untuk menunjukkan perubahan ini dengan jelas.

Penampakan kasar

Jaringan adipose yang telah mengalami nekrosis

lemak kehilangan kekilatannya dan terlihat

semitranglucent sehingga menjadi keruh, keputih-putihan

dan padat atau agak bergranular.

Penyebab

Dua mekanisme kausatif telah dikenal. Nekrosis

lemak tradisional terjadi hanya dalam rongga perut dan

merupakan hasil dari aksi pemisahan lemak oleh lipase

pankreas yang lolos dari salurannya karena ada lesi

lain pada system duktus pancreas, seperti inflamasi

atau invasi neoplasma. Namun jenis perubahan yang sama

terjadi di luar rongga perut akibat tekanan dan trauma

mekanik dari jaringan lemak subkutan. Hal ini merupakan

nekrosis lemak traumatic dan contoh terbaik dari lemak

45

Page 46: Patologi Sel

subkutan da intramuscular dengan mendiami daerah

sternal sapi untuk waktu lama. Bentuk lain dari

nekrosis lemak yang terjadi pada hewan

dikarekteristikan dengan massa yang banyak atau nodul

dan jaringan lemak nekrotik, khususnya pada rongga

perut atau jaringan retriperitoneal tanpa penyakit

pancreas. Lesi ini mirip dengan lesi lipomatosis. Jika

meluas, lesi dapat mengakibatkan usus stenosis. Hal ini

mensugestikan bahwa penyakit ini disebabkan oleh

kristalisasi asam lemak dan esternya yang kemudian

melebihi lipolisis dan peningkatan jumlah asam lemak

yang dibawa. Dengan demilkian hal ini berbeda dari

nekrosis traumatik atau pankreatik.

Nekrosis zenker’s

Kondisis ini dikenal sebagai degenerasi zenker,

terjadi hanya di otot lurik dan pada dasarnya dari

penggumpalan protein dan sarkoplasma.

Penampakan mikroskopis

Serat bengkak dan hialin yang homogen terlihat

mengkilap. Sarkoplasma lebih eosinofilik dari normal

46

Page 47: Patologi Sel

tanpa karakteristik serat-silang dan myofibril yang

jelas. Inti kecil dan gelap.

Penampakan kasar

Area yang terlibat cukup besar untuk dilihat, otot

lebih pucat cenderung putih, berkilau dan agak bengkak.

Penyebab

Penyebab biasa pada nekrosis zenker dalah racun

yang dihasilkan oleh mikroorganisme pathogen, karena

nekrosis saring terlihat dalam hubungannya dengan

infeksi local atau sistemik, namun penyakit otot putih

disebabkan oleh kekurangan nutrisi tertentu.

Deposisi jaringan nekrotik.dalm keadaan luar biasa,

jaringan nekrotik dapat bertahan dalam tubuh selama

beberapa waktu, tetapi akhirnya disposisi terjadi

melalui mekanisme sebagai berikut.

(1). Pencairan dengan autolisis dan hemolisis,

menghapus cairan melalui darah dan limpa. Ini

terjadi ketika jumlah sel-sel mati di daerah

tertentu pada waktu tertentu adalah kecil, massa

besar akan mengikuti tahapan yang sama, seperti yang

47

Page 48: Patologi Sel

disebutkan sebelumnya, ini adalah aturan dalam

system saraf pusat.

(2). Pencairan dan pembentukan seperti kista (akumulasi

cairan), kadangkala cairan terakumulasi dengan

cepat dari pada terkuras habis.

(3). Pencairan dengan pembentukan abses ketika terjadi

nekrosis adalah bagian dari kerusakan yang

ditimbulkan oleh bakteri piogenik. Hal ini disertai

dengan pembenrukan nanah eksudat. Kecenderungannya

adalah abses pecah, nanah membuat jalan menuju

permukaan bebas terdekat. Permukaan sepanjang jalan

kemudian berkembang menjadi nekrosis.

(4). Enkapsula tanpa pencairan, ketika ada sedikait

kelembaban jaringan mati bertindak sebagai

pengiritasi jaringan hidup sekitar dan membuat

reaksi peradangan di seluler (leukosit) sekitarnya.

Sebelum beberapa hari berlalu, reaksi melibatkan

fibrosisdan pembentukan kapsula fibrosa. Tertutupnya

kapsula fibrosa ini, akan membutuhkan waktu yang

lama, karena menyebabkan pasien berada dalam sedikit

atau bahkan tidak dalam keadaan berbahaya.

(5). Desquamasi atau peluruhan. Sel eksternal atau

internal tubuh secara teratur kehilangan keterikatan

mereka terhadap jaringan hidup yang mendasarinya.

Lapisan tipis seperti epitel, mengalami desquamasi

(menjadi rata, seperti lembaran). Massa yang lebih

48

Page 49: Patologi Sel

besar dan dalam ikut “luruh”. Desquamasi sel epitel

sering terlihat berkelompok bersama-sama lumen

kelenjar, bronkus, tubulus renalis, atau usus. Sel

endotel yang mengelilingi pembuluh darah berperilaku

sama. Peluruhan postmortem harus dikecualikan.

(6). Pergantian jaringan luka merupakan tahap pusat

dari abses, daerah terkapsulasi, rongga kista,

infarct, kehilangan jaringan menyebar, sama halnya

seperti yang terjadi di ginjal dan hati.

(7). pengapuran mengubah jaringan mati menjadi massa

berpasir. Dianggap lamban dan tidak berbahaya

kecuali lokasi dimana material keras dan tidak

beraturan menganggu secara mekanis dengan pergerakan

atau fungsinya.

(8). Ganggrene supervenes jika area menjadi nekrotik

dan terpapar baik secara langsung maupun tidak

langsung dengan udara luar dan bakteri saprofit.

(9). Atropi dari organ, jaringan atau bagian alami

kumpulan nekrosis mampu menghilangkan banyak sel.

(10). Regenerasi, pembentukan sel-sel baru yang hilang

adalah hasil positif dari beberapa kasus. Regenerasi

sel dari mitosis sel-sel sisa yang bertahan lolos

dari proses nekrotisasi. Hal ini umumnya terlihat

pada permukaan epitel pada sel-sel yang mengelilingi

paru-paru dan bronkus dan sel parenkim pada hati dan

ginjal.

49

Page 50: Patologi Sel

Celah Kolesterol

Celah kolesterol dapat terjadi sebagai hasil dari

nekrosis, terlihat sebagai ruang kosong dengan sisa

kolesterol yang tertinggal oleh larutan yang dipakai

saat pembuatan preparat histologi. Kristal tersebut

memiliki karakteristik ukuran : rata kepingan rhomboid

tipis dengan salah satu sudut memotong di sepanjang

garis yang sejajar dengan tepi luar kristal. Ruang ini

munculmirip dengan pecahan kaca. Panjang dan luas ruang

umumnya 50 dan 100 mm dengan ketebalan 5 hingga 10 mm.

dalam bagian beku dimana kristal kolesterol masih ada,

mereka anisotropic (berfrigent) di bawah cahaya

terpolarisasi.

Kolesterol biasanya tidak terlalu jelas, tetapi

dalam jumlah besar akan terlihat kilap, kekuningan,

bergranular atau seperti keripik. Karena kolesterol

yang mengkristal di dalam jaringan berasal dari

sitoplasma yang menbususk dan membrane sel mati. Celah

ini ditemukan di daerah-daerah dimana banyak terjadi

nekrosis. Rasio ini seperti daerah yang mengalami

hemoragi, abses tua, dan atheromas.

Ganggren

50

Page 51: Patologi Sel

Ganggren lembab (moist ganggren) adalah kondisi

dimana jaringan nekrotik diserang oleh saprofit dan

biasanya bakteri pembususkan. Jaringan nekrotik dapat

diakses oleh bakteri di uadar yang siap menginvasi.

Karena itu kita jarang berbicara tentang nekrosis

anggota tubuh ; telinga, ekor, paru-paru, usus atau

ambing tapi di organ ini lebih sering disebut

“ganggren” dari pada “nekrosis”. Secara mikroskopis,

kondisi ini dikenal sebagai campuran koagulasi dan

liquefactive koagulasi yang ditunjukkan bakteri basil

besar (bakteri berbentuk batang). Mereka tidak perlu

banyak, dengan pewarnaan hematoxilin dan eosin biasa,

bakteri akan berwarna kebiruan, tetapi jauh lebih

sedikit dibandingkan inti, dan garis batas luarnya

berkabut bila dibandingkan dengan pewarnaan bakteri

saprofit adalah pembentukan-gas, jaringan ganggren

dapat berisi gelembung yang dikenal secara histologis,

mereka memberi penekanan yang berdempetan.

Bagian yang terkena, baik anggota tubuh atau daerah

paru-paru atau usus, menjadi bengkak, lembut, lembek

dan biasanya menjadi gelap atau menghitam. Dapat juga

berbau busuk, tergantung pada bakteri apa yang ada pada

daerah tersebut. Selam hidup anggota tubuh yang terkena

akan terasa dingin dan terlalu sensitive untuk disentuh

(kesakitan). Ini merupakan jenis ganggren yang lebih

51

Page 52: Patologi Sel

sering terjadi di jaringan yang dipenuhi oleh darah

dimana nekrosis mulai terjadi.

Ganggren kering (dry ganggren) terjadi di jaringan

yang memiliki batas kandungan darah dan cairan pada

jaringan dimana nekrosis telah berkembang perlahan

dengan kelambatan sirkulasi alami. Karena jaringan

kering bukanlah kultur media yang menguntungkan,

penyebaran dan multiplikasi bakteri berjalan lambat.

Jaringan menjadi denaturasi atau menggumpal pada bagian

yang menjadi dingin, keriput, liat, dan berubah warna.

Semua daerah ganggren (lembab dab kering)

dipisahkan oleh jaringan hidup yang berdekatan dengan

garis tajam yang terlihat berkilau, baik selama hidup

atau setelah kematian sebagai daerah yang bengkak,

kemerahan atu kebiruan, zona dari hiperemi dan

infiltrasi.

Penyebab Ganggren

Ganggren disebsbkan oleh nekrosis ditambah paparan

dari bakteri saprofit. Pada extremitas dan usus,

gangguan suplai darah adalah penyebab utama. Pada paru-

paru dan ambing, produk racun dari bakteri yang sangat

mematikan adalah penyebab utama. Obat-obat yang

mengiritasi ditujukan pada pemakaian oval namun tidak

52

Page 53: Patologi Sel

sengaja dihirup juga merupakan tahap pertumbuhan

mikroorganisme saprofit dan patogen

Significant dan Efek

Teurapetik strategis harus diterapkan untuk

mencegah penyebaran proses ganggren, apapun

penyebabnya. Substansi racun tingkat tinggi diproduksi

selama pembusukan protein oleh bakteri. Dalam kondisi

pasien yang lemah, sapremia dapat terjadi : kondisi ini

bakteri saprofit, secara normal hanya tumbuh dalam

material organik, yang kemudian mampu bertahan dalam

aliran darah dan hidup disepanjang jaringan hidup.

Untuk hal ini, amputasi extremitas yang terkena

ganggren, meskipun pada ambing, sering diperlukan untuk

menyelamatkan kehidupan pasien.

Ganggren Gas

Beberapa spesies anaerob pembentuk spora bakteri,

diklasifikasikan dalam genus Clostridium, memiliki

kapasitas untuk tumbuh dalam jaringan mati ataupun

hidup. Oleh karena itu, bakteri tersebut saprofit dan

pathogen. Mereka memproduksikan gas dari konstituen

dari jaringan yang mati, yang muncul sebagai gelembung

pada jaringan yang terkena. Kelompok penyakit yang

53

Page 54: Patologi Sel

mereka produksi dikenal dengan ganggren gas, termasuk

edema malignant spesifik dan blackleg pada hewan serta

infeksi luka non-spesifik pada manusia. Mereka

merupakan contoh ganggren dan nekrosis yang terjadi

tanpa aksi sebelumnya oleh agen nekrotik lainnya.

Infark

Infark adalah area dimana jaringan nekrosis akibat

dari terhalangnya suplai darah menuju daerah yang

terkena (infark). Ini merupakan hal yang paling umum

terjadi sebagai contoh dari hypoxia sel. Nekrosis

menggumpal dalam berbagai jenis, namun jaringan yang

terkena melewati berbagai rangkaian perubahan untuk

menghapus jaringan mati. Area yang terlibat biasanya

disuplai oleh "arteri akhir” tunggal.

Seperti jaringan mati, kapiler pun ikut mati.

Sejumlah darah berdifusi kembali dari jaringan hidup

menuju kapiler mati, kemudian mati tanpa kekuatan

normal dan resistensi. Darah di pembuluh darah efferen,

mengalir kembali ke daerah nekrotik dengan cara yang

sama. Akibat infarkt dibeberapa organ (misalnya :

limpa, paru-paru) cenderung untuk terisi darah dan

dengan demikian disebut sebagai infark hemoragikatau

infark merah. Infark lainnya terjadi pada jaringan

54

Page 55: Patologi Sel

padat seperti ginjal, terlihat lebih pucat disbanding

normal (infark pucat atau infark anemi).

Gambaran Mikroskopis

Ukuran area nekrotik tergambar dari pembuluh darah

yang hancur di luar titik obstruksi. Karena jaringan

nekrotik secara teratur melepaskan berbagai mediator

inflamasi ke jaringan yang berdekatan, sebuah infark

yang lebih dari 12 jam mengelilingi zona peradangan

akut (hiperemi dan inflamasi neutrofil). Leukosit yang

lebih kecil harus dengan cermat dibedakan dengan yang

gelap. Infark terutama oleh fibrosa. Diwaktu sejumlah

kecil darah mengalir, strukturnya memiliki akses untuk

bertahan seperti oasis di padang nekrotik. Renal

glomeruli misalnya, dapat bertahan tanpa batas waktu,

meskipun komponen-komponen mikroskopis ginjal lain

telah lama menghilang.

Penampakan Kasar

Warna merah atau putih telah dijelaskan sebelumnya.

Infark hemoragi mungkin menonjol sedikit di atas

jaringan sekitarnya dan yang pucat cenderung sedikit

tertekan. Infark berbentuk cekung pada organ terkena.

Pada semua kasus, mereka tergambar dengan batas yang

55

Page 56: Patologi Sel

jelas. Infark padat agak padat dari pada jaringan

disekelilingnya dan infark merah lebih lembut.

Penyebab

Menurut definisi, infark adalah suatu area nekrosis

koagulasi akibat tersumbatnya suplai darah ke sebagian

atau seluruh organ terkena. Sebagian besar infrak adalh

hasil sumbatan arteri atau arteriole yang satu-satunya

menyediakan sumber oksigen untuk dialirkan ke organ-

organ lainnya seperti arteri akhir.

Spesial Tipe dan Diagnosa

Infark ginjal biasanya berbentuk kerucut dengan

apek mendekati persimpangan dan jalur arteri arkuata.

Pada anjing dan babi, endokarditis dan valvular kronis

sering terlihat dan sumber utama dari embolus. Infark

ginjal lebih sering terjadi, biasanya mengalami anemia,

bisa meninggalkan bekas luka yang banyak.

Infark limpa hampir selalu mengalami hemoragik.

Sulit dibedakan dengan hematoma subkapsular kecil,

seperti yang terlihat pada hog kolera. Arteriole

tersumbat karena pembengkakan dan hyperplasia sel-sel

endotel, sebagai akibat dari infeksi virus hog kolera.

56

Page 57: Patologi Sel

Infark miokardium, lebih sering terjadi pada

manusis, dengan berbagai penyebab, berwarna merah atau

abu-abu pada saat mereka ditemukan.

Infark otak biasanya menimbulkan anemia dan secara

cepat mencapai tahap pencairan nekrosis sesuai dengan

kerentanan jaringan saraf. Hewan yang bertahan, pada

bagian yang infark akan meninggalkan lubang di bagian

parenkim otak. Infark ini jarang terjadi pada hewan.

Infark usus biasanya melibatkan panjang usus.

Mereka mengalami hemoragi dan sebagian besar darah

berdifusi menuju lumen melewati jaringan nekrotik.

Mereka biasanya disebabkan oleh pencekikan usus yang

terperangkap pada kantung hernial. Mengalami

intussusepsi, atau di dalam lingkaran mesenterium.

Meskipun frekuensi dari kerusakan trombotik pada arteri

mesenterika anterior oleh cacing strongylus pada kuda,

cukup penting menimbulkan emboli. Infark usus, kecuali

segera ditangani dengan bedah reseksi, dapat

mengembangkan ganggren yang fatal karena dapat

mengundang invasi bakteri saprofit menuju lumen usus.

Sumbstan dari lumen usus oleh beberapa benda asing

sering terjadi pada anjing dan menghasilkan lesi yang

sama.

Infark dapat terjadi di paru-paru meskipun

sirkulasi arteri-arteri di bronkus terpenuhi, namun

57

Page 58: Patologi Sel

mereka juga terjadi hanya jika sirkulasi terdiri dari

aliran darah yang abnormal tekanannya atau perfusi.

Emboli, satu dan beberapa, occluding arteri pulmonary

pada penyebab umumnya. Karena sirkulasi bronkus

sekunder sebaik jaringan kapiler dan alaminya jaringan

paru-paru seperti spons, infark paru-paru selalu

disertai hemoragik, ruang alveolar pada area nekrotik

dipenuhi oleh darah.

Pada hewan, infark paru-paru tidak umum. Mungkin

karena beberapa daerah di paru-paru dipenuhi oleh darah

dalam distribusi berglobular, telah disebut infark

tanpa memenuhi criteria nekrosis dan tanpa embolus yang

terlihat. Dalam paru-paru, tidak selalu mudah untuk

membedakan infark hemoragik sederhana dengan eksudat

pendarahan local.

Infark hati dari hati hampir tidak terdapat karena

vena portae dan arteri hepatica mensuplai sejumlah

besar darah untuk organ ini. Jika infark terjadi adalah

hasil obstruksi cabang dari arteri hepatika, obstuksi

vena porta dan tidak menyebabkan infark.

58

Page 59: Patologi Sel

59