Top Banner
PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PADA PROGRAM OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) (Kasus pada Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang) SKRIPSI Oleh PUPUT DEWI MULASARI PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
152

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

Dec 20, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PADA PROGRAM OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)

(Kasus pada Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang)

SKRIPSI

Oleh PUPUT DEWI MULASARI

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

Page 2: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi
Page 3: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi
Page 4: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi
Page 5: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Juli 2017

Puput Dewi Mulasari

13504010111113

Page 6: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

RIWAYAT HIDUP

Puput Dewi Mulasari merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Nasokha

dan Ibu Rumini yang lahir pada 6 November 1994 di Pemalang, Jawa Tengah.

Penulis melakukan studi S-1 di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Brawijaya. Pendidikan sebelumnya penulis tempuh di

daerah asalnya yaitu Kabupaten Pemalang. Pendidikan Taman Kanak-kanak

ditempuh di TK Handayani XIII. Jenjang Sekolah Dasar ditempuh di SD Negeri 2

Pendowo. Jenjang Sekolah Menengah Pertama ditempuh di SMP Negeri 1 Comal

dan jenjang Sekolah Menengah Akhir ditempuh di SMA Negeri 1 Comal. Penulis

juga merupakan penerima Beasiswa Bidikmisi dan Data Print.

Penulis merupakan insan akademis yang tidak hanya berfokus pada kegiatan

akademis, akan tetapi juga aktif dalam kegaitan non akademis. Organisasi yang

pernah diikuti adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FP UB dengan menjadi

Staf muda Kementerian Kebijakan Publik BEM FP UB 2013, Staff Eksternal

Kementerian Kebijakan Publik BEM FP UB 2014 dan Dirjen Kastrat (Kajian dan

Strategi) Kementerian Kebijakan Publik BEM FP UB 2015. Penulis juga aktif

membagi ilmu akademik selama kuliah dengan menjadi asisten praktikum pada

berbagai matakuliah. Beberapa matakuliah yang pernah diasisteni oleh penulis

adalah Sosiologi Pertanian, Pengantar Ekonomi Pertanian, Penulisan Ilmiah,

Pengantar Usaha Tani, Manajemen Keuangan, Pemasaran Hasil Pertanian,

Ekonomi Pembangunan Pertanian dan Dasar Komunikasi. Penulis juga lolos

pendanaan PKM-K Dikti tahun 2015 dan 2016 serta lolos pendanaan PMW tahun

2016.

Page 7: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

Bismillahirrohmanirrohim…

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya

bersama kesulitan ada kemudahan (Q.S. Al-Insyirah: 5-6)”

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

(Q.S. Ar-Rahman: 16)”

Alhamdulillah… Puji syukur kepada Allah SWT karena telah menghadirkan

mereka yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Bapak dan Ibu tercinta serta kakak, dan adikku tersayang yang selalu

memberikan kasih sayang, dukungan, semangat dan doa yang tiada

henti.

Sahabat-sahabatku tersayang yang telah memberikan kenangan indah

dan membuat hari-hari semasa kuliah lebih berarti.

Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan

semangat selama ini.

Teman-teman BEM FP UB dan IMP UB yang telah memberikan

warna di kampus.

Seseorang yang selalu ada di setiap cerita, yang selalu mendampingi di

kala susah dan senang, yang selalu menjadi alasan untuk selalu

tersenyum, terus berusaha dan pantang menyerah.

Terimakasih tak terhingga karena telah membantu sampai terselesaikannya

skripsi ini. Semoga Allah memberikan balasan yang lebih dan memberikan

kemudahan dalam segala hal. Amin

Page 8: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

i

RINGKASAN

PUPUT DEWI MULASARI. 135040101111131. Partisipasi Anggota Kelompok

Wanita Tani (KWT) Pada Program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) (Kasus pada Kelompok

Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten

Malang). Di bawah bimbingan Mas Ayu Ambayoen, SP.,M.Si. selaku dosen

pembimbing utama dan Ir. Edi Dwi Cahyono, M.Agr.Sc., MS.,Ph.D selaku dosen

pembimbing pendamping.

Program KRPL bertujuan untuk meningkatkan partisipasi kelompok wanita

tani dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi

pemanfaatan lahan pekarangan sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein,

vitamin dan mineral. Pelaksanaan program tersebut membutuhkan partisipasi dari

anggota KWT untuk mencapai keberhasilan program. Tujuan dari penelitian ini

yaitu: 1. Mendeskripsikan implementasi program Optimalisasi Pemanfaatan

Lahan Pekarangan Melalui Konsep KRPL 2. Menganalisis partisipasi anggota

KWT pada program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui

Konsep KRPL 3. Menganalisis faktor internal dan eksternal yang ikut berperan

dalam partisipasi anggota KWT pada program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan

Pekarangan Melalui Konsep KRPL. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok

Wanita Tani Dewi Sartika Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten

Malang, Provinsi Jawa Timur pada bulan Maret-April 2017.

Pendekatan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitian deskriptif. Metode penentuan responden dilakukan dengan metode

sensus sebanyak 27 orang anggota KWT dan purposive sampling terdiri atas

penyuluh pertanian dan pengurus KWT Dewi Sartika. Pengumpulan data primer

diperoleh melalui wawancara menggunakan kuisioner dan observasi yang

didukung dengan dokumentasi. Pengumpulan data sekunder diperoleh melalui

berbagai pustaka, literatur, selain itu dari arsip dokumen maupun dokumentasi

yang dimiliki oleh KWT Dewi Sartika dan Penyuluh Pertanian desa Petungsewu.

Teknik analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif model interaktif

yang dikemukakan oleh Miles, Huberman dan Saldana digunakan untuk

menjawab tujuan nomor satu. Teknik analisis data dengan statistik deskriptif

menggunakan analisis skala likert untuk menjawab tujuan nomor dua dan tiga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

1. Implementasi program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Melalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa

Petungsewu meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi dan pemanfaatan hasil.

2. Partisipasi anggota KWT pada program KRPL tergolong sedang persentase

76,06%. Partisipasi anggota KWT pada tahap perencanaan tergolong sedang

dengan persentase 66,78%, tahap pelaksanaan tergolong tinggi dengan

persentase 80,56%, tahap evaluasi tergolong sedang dengan persentase

71,60% dan tahap pemanfaatan hasil tergolong tinggi dengan persentase

85,30%.

3. Faktor internal yang paling berperan dalam partisipasi anggota KWT adalah

luas lahan pekarangan dan tingkat pendidikan. Faktor eksternal yang paling

Page 9: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

ii

berperan dalam partisipasi anggota KWT adalah peranan dari ketua KWT

dan penyuluh pertanian.

Saran yang dapat peneliti berikan:

1. Saran bagi penyuluh :

Melibatkan anggota KWT pada tahap perencanaan program KRPL.

2. Saran bagi anggota Kelompok Wanita Tani:

Agrokompleks diupayakan untuk dilakukan, sehingga tidak hanya fokus

pada sektor pertanian dan anggota KWT perlu meningkatkan partisipasinya

dalam tahap evaluasi khususnya evaluasi anggaran.

3. Saran bagi pemerintah setempat khususnya kepala desa:

Kepala desa diharapkan untuk ikut dalam kegiatan penting KWT seperti saat

ada pelatihan dan monev dari BKP3 serta dapat memberikan bantuan

tambahan dana untuk pengembangan produk olahan KWT.

Page 10: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

iii

SUMMARY

PUPUT DEWI MULASARI. 135040101111131. Participation of Women

Farmer Group (KWT) Members in the Optimization of Land Use Yard Program

through the Concept of the Sustainable Food House (KRPL) (Case of Woman

Farmer Group “Dewi Sartika”, Petungsewu Village, Dau District, Malang

Regency). Under the Supervision of Mas Ayu Ambayoen, SP., M.Si as the Main

Supervisor And Ir. Edi Dwi Cahyono, M.Agr.Sc., Ms., Ph.D as the Associate

Supervisor

KRPL program aims to increase the participation of women farmers in

providing a source of food and nutrition through the optimization of yard land

usage as a producer of carbohydrates, protein, vitamins and minerals. The

implementation of the program requires the participation of KWT members to

achieve program success. The purposes of this study are: 1. Describing the

program implementation Optimization of Yard Land Usage Through KRPL 2.

Analyzing the concept of KWT members participation in the program of

Optimization of Yard Land Usage Through KRPL Concept 3. Analyzing the

internal and external factors that contribute to the participation of KWT members

on optimization program of Land Usage through the Concept KRPL. The research

was conducted at Dewi Sartika Farmer Group of Petungsewu Village, Dau

District, Malang, East Java from March to April 2017.

The approach of this research was qualitative approach with type of

research was descriptive. The method of determining the respondents used census

method as many as 27 members KWT and purposive sampling consisting of

agricultural extension and administrators KWT Dewi Sartika. Primary data

collection was obtained through interviews using questionnaires and observations

supported by documentation. The collection of secondary data obtained through

various libraries, literature, besides of archive documents and documentation are

owned by KWT Dewi Sartika and Agricultural Counselor at Petungsewu village.

Data analysis technique was done by descriptive analysis of interactive

model proposed by Miles, Huberman and Saldana used to answer first goal. Data

analysis technique with descriptive statistics used likert scale analysis to answer

the second and third goals.

The results showed that:

1. The implementation of optimization program of Yard Land Use through

KRPL Concepts in Women Farmer Group of Dewi Sartika, Petungsewu

Village includes four phases: planning, implementation, evaluation and

utilization of results.

2. The participation of KWT members in the KRPL program was in moderate

percentage of 76.06%. KWT member participation in the planning stages was

classified as moderate by percentage of 66.78%, the implementation phase

was high with the percentage of 80.56%, and the evaluation stage was

classified as moderate by percentage of 71.60% and a relatively high

utilization phase with the percentage of 85.30%.

3. The internal factors the most involved in the participation of KWT members

were the area of yard and level of education. External factors that played a role

Page 11: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

iv

in the participation of KWT members were the role of the head of KWT and

agricultural counselor.

Suggestions that researchers can provide:

1. Suggestion for agricultural counselor:

Involving KWT members at the planning stage of the KRPL program.

2. Suggestion for woman farmer group member:

Agro complex is strived to do. So it does not only focus on the agricultural

sector and KWT members need to increase their participation in the evaluation

phase, especially budget evaluation.

3. Suggestion for local government especially village head:

The village head is expected to participate in important KWT activities such

as training and monev from BKP3 and can provide additional funding for the

development of superior products of KWT.

Page 12: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Partisipasi Anggota Kelompok

Wanita Tani (KWT) pada Program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)” sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan studi di program Strata 1 Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya Malang. Program KRPL bertujuan untuk meningkatkan

partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga

melalui optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan sebagai penghasil sumber

karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Pelaksanaan program tersebut

membutuhkan partisipasi dari anggota KWT untuk mencapai keberhasilan

program. Melalui partisipasi dalam program KRPL maka akan dapat mencapai

tujuan dari program KRPL yaitu terwujudnya pola konsumsi pangan yang

Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) melalui optimalisasi pemanfaatan

lahan pekarangan.

Penelitian ini membahas secara spesifik implementasi dari program KRPL

yang dilaksanakan oleh KWT Dewi Sartika, tingkatan partisipasi anggota KWT

Dewi Sartika dan faktor yang berperan dalam partisipasi anggota KWT pada

program KRPL. Faktor tersebut mencakup faktor internal dan faktor eksternal.

Penelitian-penelitian sebelumnya terkait dengan partisipasi kurang membahas

secara detail tingkatan partisipasi mulai dari pengambilan keputusan dalam

perencanaan. Sumbangan pemikiran, sumbangan materi dan bentuk tindakan pada

tahap pelaksanaan. Umpan balik berupa kendala/masalah yang dihadapi, umpan

balik masukan dan infomasi perkembangan kegiatan demi perbaikan pelaksanaan

program KRPL pada tahap evaluasi. Manfaat yang didapatkan anggota dengan

mengikuti program KPRL pada tahap pemanfaatan hasil. Pada penelitian ini,

tingkatan partisipasi dibahas mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi dan pemanfaatan hasil. Akan tetapi, dengan segala kekurangan yang ada,

skripsi ini diharapkan dapat mengisi kekosongan pembahasan mengenai

partisipasi pada suatu program pembangunan pertanian.

Page 13: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

vi

Pada proses penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

atas segala dukungan dan bantuan yang terutama kepada:

1. Kedua Orang Tua dan Keluarga yang selalu memberikan semangat dan

do’a.

2. Ibu Mas Ayu Ambayoen, SP.,M.Si dan Bapak Ir. Edi Dwi Cahyono,

M.Agr.Sc.MS.,Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan waktu dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Vi’in Ayu Pertiwi, SP.,MP selaku dosen penguji yang telah memberikan

banyak masukan berarti untuk skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk lebih menyempurnakannya. Sehingga, skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca.

Malang, Juli 2017

Penulis

Page 14: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

vii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ........................................................................................ i

SUMMARY ........................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4

1.3 Batasan Masalah ..................................................................... 6

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................... 6

1.5 Kegunaan Penelitian ............................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 8

2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ................................................... 8

2.2 Tinjuan tentang Partisipasi ..................................................... 10

2.3 Tinjauan tentang Program P2KP ............................................ 27

2.4 Tinjauan tentang Program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan

Pekarangan melalui Konsep KRPL ........................................ 30

III. KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................... 32

3.1 Kerangka Teoritis ................................................................... 32

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..................... 36

IV. METODE PENELITIAN ............................................................ 50

4.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................. 50

4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ................................ 50

4.3 Teknik Penentuan Responden ................................................ 50

4.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 51

4.5 Teknik Analisis Data .............................................................. 53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 58

5.1 Gambaran Umum ................................................................... 58

5.2 Hasil dan Pembahasan ............................................................ 66

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 126

6.1 Kesimpulan ............................................................................. 126

6.2 Saran ....................................................................................... 128

Page 15: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

viii

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 129

LAMPIRAN ........................................................................................... 133

Page 16: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1 Tipologi Partisipasi ..................................................................... 25

2 Pengukuran Variabel Partisipasi Anggota KWT dalam

Program KRPL ............................................................................ 39

3 Pengukuran Variabel, Indikator Faktor Eksternal dalam

Program KRPL…………………………………………………. 47

4 Penentuan Skoring ....................................................................... 56

5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Terakhir ....................................................................................... 61

6 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur…………………… 62

7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………….. 63

8 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan….. 63

9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota

Keluarga ...................................................................................... 64

10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Sampingan….. 65

11 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan Pekarangan . 66

12 Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Perencanaan

Program KRPL ............................................................................ 81

13 Sebaran Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap

Perencanaan Program KRPL ....................................................... 82

14 Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Pelaksanaan

Program KRPL ............................................................................ 89

15 Sebaran Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap

Pelaksanaan Program KRPL ....................................................... 90

16 Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Evaluasi Program

KRPL ........................................................................................... 98

17 Sebaran Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Evaluasi

Program KRPL ............................................................................ 98

18 Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Pemanfaatan Hasil

Program KRPL ............................................................................ 102

19 Sebaran Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Pemanfaatan

Hasil Program KRPL…………………………………………… 103

20 Partisipasi Anggota KWT pada Semua Tahapan Program

KRPL ........................................................................................... 107

Page 17: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

x

21 Faktor Internal Berdasarkan Umur .............................................. 110

22 Faktor Internal Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................ 112

23 Faktor Internal Berdasarkan Jenis Pekerjaan .............................. 113

24 Faktor Internal Berdasarkan Pendapatan Keluarga ..................... 115

25 Faktor Internal Berdasarkan Luas Lahan Pekarangan ................. 117

26 Faktor Internal yang Berperan dalam Partisipasi ........................ 118

27 Hasil Skor dan Persentase Faktor Eksternal yang

Berperan dalam Partisipasi Anggota KWT ................................. 119

Page 18: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1 Kerangka Pemikiran Partisipasi Anggota KWT pada

program KRPL ............................................................................ 35

2 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

Miles, Huberman dan Saldana (2014) ......................................... 53

3 Struktur Organisasi Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika ......... 59

4 Wawancara dengan Pak Ady (Penyuluh) .................................... 67

5 Pembibitan menggunkaan bedengan ........................................... 74

6 Pembibitan menggunkaan pot try ................................................ 74

7 Penanaman benih kangkung ........................................................ 75

8 Perawatan .................................................................................... 75

9 Pengendalian Hama dan Penyakit ............................................... 75

10 Panen dan Pasca Panen ............................................................... 76

11 Tingkat Partisipasi Anggota KWT pada Semua Tahapan

Program ....................................................................................... 108

12 Partisipasi anggota KWT pada program KRPL .......................... 109

13 Wawancara dengan Ibu Yuli ....................................................... 114

14 Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Winariasih; b. Wawancara

dengan Ibu Sumarlikah ................................................................ 120

15 Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Rini; b. Wawancara

dengan Ibu Putri Prawati ............................................................. 121

16 Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Khoiramah; b. Wawancara

dengan Ibu Umi ........................................................................... 122

17 Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Pranti; b. Wawancara

dengan Ibu Sujiati ........................................................................ 124

18 Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Rumayani; b. Wawancara

dengan Ibu Siti Mariyam………………………………………... 125

Page 19: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1 Kuisioner Anggota KWT ............................................................ 133

2 Kuisioner Penyuluh Pertanian ..................................................... 149

3 Peta Lokasi Desa Petungsewu, Kecamatan Dau,

Kabupaten Malang ...................................................................... 153

4 Identitas Anggota KWT Responden............................................ 154

5 Partisipasi Anggota KWT pada Tahap Perencanaan Program

KRPL ........................................................................................... 156

6 Partisipasi Anggota KWT pada Tahap Pelaksanaan Program

KRPL ........................................................................................... 159

7 Partisipasi Anggota KWT pada Tahap Evaluasi Program

KRPL ........................................................................................... 162

8 Partisipasi Anggota KWT pada Tahap Pemanfaatan Hasil

Program KRPL ............................................................................ 164

9 Total Partisipasi Anggota KWT pada Program KRPL ............... 167

10 Faktor Eksternal yang Berperan dalam Partisipasi Anggota ....... 169

11 Dokumentasi ................................................................................ 171

Page 20: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

1

Page 21: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

1

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat dunia menghadapi banyak tantangan dalam memenuhi

kebutuhan pangan. Salah satu tantangannya adalah akses secara fisik dan ekonomi

terhadap pangan yang cukup agar hidup sehat dan aktif. Menurut Serikat Petani

Indonesia (2014) pada laporan Organisasi Pangan Dunia (FAO) pada 17

September 2014, angka kelaparan tahun 2014 mencapai 805 juta jiwa. Laporan

FAO tersebut juga menyampaikan bahwa angka kelaparan negara dunia

berkembang masih pada angka 790,7 juta jiwa. Satu dari sembilan orang di dunia

atau satu dari delapan orang di dunia berkembang tidak mempunyai pangan cukup

untuk aktif dan hidup sehat.

Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan telah mengamanatkan

dalam beberapa pasal antara lain Pasal 60. Pasal tersebut berisi bahwa Pemerintah

dan Pemerintah Daerah berkewajiban mewujudkan penganekaragaman konsumsi

pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan potensi dan

kearifan lokal untuk mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif.

Penganekaragaman konsumsi pangan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat dan membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi

seimbang dan aman serta sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. Melihat

kondisi tersebut pemerintah mencanangkan program Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Secara umum tujuan program

P2KP berdasarkan Juknis P2KP (2016) adalah untuk memfasilitasi dan

mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan masyarakat yang Beragam,

Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) yang diindikasikan dengan meningkatnya

skor Pola Pangan Harapan (PPH).

Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Jawa Timur (2014) bahwa skor

PPH ideal adalah 100 yang diproyeksikan akan tercapai pada Tahun 2025.

Perkembangan skor PPH pada periode 2010–2014 menunjukkan peningkatan skor

PPH sebesar 1,42 per tahun, dengan capaian skor PPH pada tahun 2013 sebesar

81,4. Data tersebut menunjukkan bahwa capaian diversifikasi konsumsi pangan

masyarakat belum mencapai sasaran yang diharapkan karena sasaran PPH tahun

Page 22: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

2

2

2013 adalah 91,5 (Kementerian Pertanian, 2015). Belum tercapainya sasaran

tersebut diduga akibat tingginya konsumsi padi-padian, minyak, dan lemak. Selain

itu juga disebabkan masih rendahnya konsumsi sayur-buah, umbi-umbian, pangan

hewani, dan kacang-kacangan (Kementerian Pertanian, 2015). Tidak tercapainya

PPH tidak hanya terjadi pada tingkat nasional, namun pada tingkat provinsi juga.

Sebagai contoh di tingkat provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur. Walaupun skor

PPH tiap tahun meningkat, akan tetapi belum mencapai target skor PPH yang

ditetapkan. Pada tahun 2014 target skor PPH Jawa Timur adalah 82,2 akan tetapi

pada realisasinya baru mencapai 81,6 (BKP Jatim, 2014). Berdasarkan data

tersebut, maka ketahanan pangan di Indonesia perlu diperbaiki agar tercipta

kualitas konsumsi pangan yang baik.

Acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta International

Convention Center (JICC) pada bulan Oktober 2010, Mantan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan

nasional dengan upaya diversifikasi pangan harus dimulai dari rumah tangga

(Nurjannah, Yulida dan Sayamar, 2015). Mewujudkan hal tersebut yaitu dengan

cara menerapkan salah satu dari tiga program yang diturunkan oleh program

P2KP. Salah satu program yang dimaksud adalah Optimalisasi Pemanfaatan

Lahan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangam Lestari. Tahun 2017,

Badan Ketahanan Pangan fokus pada dua kegiatan prioritas, yakni Kawasan

Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat

(PUPM) melalui Toko Tani Indonesia (TTI) (BKP, 2017).

Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan melalui konsep KRPL

dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu tahap penumbuhan dan tahap pengembangan.

Program KRPL bertujuan untuk meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam

penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan

lahan pekarangan sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan

mineral. Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang merupakan salah

satu desa yang telah melaksanakan program KRPL. Program tersebut

dilaksanakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Dewi Sartika. KWT Dewi

Sartika telah selesai melaksanakan tahap penumbuhan dan tahap pengembangan.

Pelaksanaan program tersebut membutuhkan partisipasi dari anggota KWT.

Page 23: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

3

3

Penelitian-penelitian tentang partisipasi selama ini banyak mengupas

berbagai sisi. Dewi, Sudarta dan Putra (2015) melakukan penelitian untuk

mengukur tingkat partisipasi dilihat dari partisipasi finansial, partisipasi material,

partisipasi jasa, partisipasi moral dan kendala yang dihadapi. Sementara itu

Irwansyah, Muhdar dan Jamaludin (2015) menggunakan indikator partisipasi

yaitu partisipasi tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Rizal dan Rahayu

(2015) melakukan penelitian tentang partisipasi menggunakan indikator

partisipasi yaitu kesadaran menjadi anggota, keterlibatan dalam kegiatan

kelompok dan manfaat yang diperoleh setelah menjadi anggota kelompok.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan, penelitian

ini penting untuk dilakukan karena partisipasi pada program pembangunan

dianalisis menggunakan indikator tingkat partisipasi pada tahap perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan hasil. Hal tersebut dikarenakan pada tahap

perencanaan perlu dianalisis mengenai keterlibatan anggota dalam proses

pengambilan keputusan. Pada tahap pelaksanaan perlu dianalisis sumbangan

pemikiran, sumbangan materi dan bentuk tindakan sebagai anggota program

KRPL. Pada tahap evaluasi akan dianalisis umpan balik berupa kendala/masalah

yang dihadapi, umpan balik masukan dan infomasi perkembangan kegiatan demi

perbaikan pelaksanaan program KRPL. Pada tahap pemanfaatan hasil perlu

dinalisis manfaat yang didapatkan anggota dengan mengikuti program KPRL.

Penelitian ini juga akan menganalisis faktor internal dan eksternal yang berperan

dalam partisipasi anggota KWT pada program KRPL. Hal ini perlu dilakukan

karena partisipasi anggota ditentukan melalui adanya peranan faktor internal dan

eksternal.

Melalui partisipasi aktif anggota KWT Dewi Sartika di Desa Petungewu,

maka dapat mewujudkan keberhasilan program KRPL yaitu terwujudnya pola

konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) melalui

optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan sehingga dapat meningkatkan skor

Pola Pangan Harapan (PPH). Partisipasi aktif anggota KWT dalam program

KRPL juga ditentukan oleh peran dari faktor internal dan eksternal. Dari uraian

tersebut diperlukan penelitian untuk dapat mengetahui tingkat partisipasi anggota

KWT Dewi Sartika pada program KRPL di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau,

Page 24: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

4

4

Kabupaten Malang, Jawa Timur. Selain itu, melalui penelitian ini juga akan

menjelaskan peranan faktor internal dan faktor eksternal dalam keikutsertaan

anggota KWT pada program KRPL.

1.2 Rumusan Masalah

Terwujudnya pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan

Aman (B2SA) adalah salah satu indikasi tercapainya ketahanan pangan.

Ketahanan pangan yang dicapai dengan upaya diversifikasi pangan harus dimulai

dari tingkat rumah tangga. Melihat pentinganya pencapaian diversifikasi pangan

di tingkat rumah tangga, pemerintah telah mewujudkan suatu program yaitu

program Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).

Program ini diharapkan dapat mewujudkan amanah dari Undang-undang No 18

Tahun 2012 tentang Pangan. Pelaksanaan program Gerakan P2KP didukung

dengan berbagai program salah satunya adalah program Optimalisasi Pemanfaatan

Lahan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).

Program KRPL dilakukan dengan memberdayakan anggota KWT melalui

penanaman berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan pangan keluarga seperti

aneka umbi, sayuran, buah, serta ternak dan ikan sebagai tambahan untuk

ketersediaan pangan sumber karbohidrat, vitamin, mineral dan protein bagi

keluarga.

Anggota pada KWT Dewi Sartika belum sepenuhnya berperan aktif dalam

melaksanakan program KRPL. Hal ini terlihat dari kegiatan masing-masing

anggota yang sehari-hari sebagian mata pencahariannya tidak hanya menjadi ibu

rumah tangga akan tetapi menjadi petani, buruh pabrik dan pembantu rumah

tangga. Adanya pekerjaan di luar ibu rumah tangga menyebabkan asumsi mereka

kurang berpartisipasi terhadap program seperti kehadiran anggota dalam rapat

yang diadakan belum sesuai yang diharapkan, kehadiran dalam kegiatan gotong

royong/kerja bakti yang diadakan di demplot dan kebun bibit desa masih rendah,

serta anggota kurang memberikan masukan berupa saran-saran/ide-ide dalam

pelaksanaan program KRPL

Partisipasi dari anggota sangat penting dan salah satu faktor dari berhasil

atau tidaknya pelaksanaan program KRPL tersebut. Menurut Kurniawan,

Page 25: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

5

5

Soemarno dan Purnomo (2015) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat sangat

penting karena, pertama, merupakan metode untuk mendapatkan informasi

tentang keadaan, kebutuhan dan sikap masyarakat terhadap sebuah program;

kedua, masyarakat akan merasa memiliki dan menjamin keberlanjutannya apabila

dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan monitoring dan

evaluasinya; ketiga partisipasi merupakan hak setiap warga Negara yang

dilindungi oleh undang-undang. Hal tersebut juga didukung berdasarkan Juknis

P2KP (2016) yang menyatakan bahwa sesuai dengan semangat dan paradigma

baru pembangunan, peran dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan P2KP harus

dikedepankan sebagai pelaku utama penentu keberhasilan program. Keterbatasan

dan permasalahan setiap anggota untuk berpartisipasi menjadikan adanya

perbedaan antara harapan dari program dengan kenyataan tentang partisipasi

anggota terhadap program KRPL.

Program KRPL di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau memerlukan

partisipasi aktif dari anggota KWT. Partisipasi aktif anggota KWT dapat dilihat

pada rangkaian kegiatan program mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

hingga pemanfaatan hasil. Program KRPL di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau

merupakan program baru bagi KWT Dewi Sartika yang memerlukan evaluasi dan

penelitian tentang partisipasi aktif anggota. Sesuai dengan uraian tersebut maka

permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:

1. Bagaimanakah implementasi program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan

Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika,

Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang?

2. Bagaimanakah partisipasi anggota KWT pada program Optimalisasi

Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Kelompok

Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten

Malang?

3. Bagaimanakah faktor internal dan eksternal ikut berperan dalam partisipasi

anggota KWT pada program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Melalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa

Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang?

Page 26: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

6

6

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah diperlukan agar penelitian ini dapat terfokus. Adapun

batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini mendeskripsikan kegiatan yang terdapat dalam tahapan

program KRPL dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan

hasil.

2. Penelitian ini membahas partisipasi anggota KWT pada program KRPL

dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan hasil.

3. Penelitian ini melihat faktor yang ikut berperan dalam partisipasi pada

program KRPL, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang tersebut diatas, maka tujuan dari adanya

penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan implementasi program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan

Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika,

Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

2. Menganalisis partisipasi anggota KWT pada program Optimalisasi

Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Kelompok

Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten

Malang.

3. Menganalisis faktor internal dan eksternal yang ikut berperan dalam

partisipasi anggota KWT pada program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan

Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika,

Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai partisipasi anggota KWT dalam program optimalisasi

pemanfaatan lahan pekarangan melalui konsep KRPL ini diharapkan dapat

berguna untuk:

a. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan dan

pengalaman tentang partisipasi anggota KWT dalam program KRPL, di

Page 27: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

7

7

samping itu untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

b. Bagi anggota kelompok wanita tani dapat menjadi bahan masukan bagi

anggota KWT untuk lebih berpartisipasi aktif dalam Kelompok Wanita Tani

Dewi Sartika.

c. Bagi pemerintah setempat dan instansi terkait, penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan masukan, pertimbangan dan informasi dalam menentukan

kebijakan selanjutnya.

d. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi

dan dapat dijadikan pembanding untuk menentukan penelitian sejenis.

Page 28: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

8

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa permasalahan yang akan dikaji peneliti berkaitan dengan

penelitian partisipasi anggota KWT Dewi Sartika pada program KRPL sebagai

kelompok wanita tani yang ada di Desa Petungsewu diantaranya bagaimana

implementasi program KRPL, bagaimana tingkat partisipasi pada program KRPL,

dan faktor-faktor yang ikut berperan dalam keikutsertaan anggota untuk

berpartisipasi pada program KRPL dalam KWT Dewi Sartika.

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan partisipasi, kelompok

wanita tani dan program KRPL dapat menjadi bahan acuan dan pembanding.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah, Yulida dan Sayamar (2015)

yang berjudul “Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani dalam

Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari” menggunakan metode analisis

deskriptif dan skala ordinal yang berpedoman pada skala likert. Metode

pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Tingkat partisipasi

dilihat dari partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan

evaluasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota KWT

berada pada semua tahapan masuk katagori penilaian partisipasi tinggi. Terdapat

beberapa permasalahan yaitu permasalahan sarana produksi, kurangnya sumber

air dan ketiadaannya keterbukaan, permasalahan partisipasi anggota KWT dalam

perencanaan program dan pelaksanaan program. Persamaan dan perbedaan

dengan penelitian ini. Persamaannya yaitu menganalisis tingkat partisipasi

perempuan pada program KRPL dan menggunakan analisis data skala likert.

Perbedaannya pada tujuan penelitian, pada penelitian ini menganalisis faktor

internal dan eksternal yang berperan dalam partisipasi. Selain itu terdapat

perbedaan metode penentuan sampel, pada penelitian ini menggunakan metode

sensus.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi, Sudarta dan Putra (2015)

yang berjudul “Partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani Pangan Sari pada

Program Kawasan Rumah Pangan Lestari” dengan metode analisis deskriptif

kualitatif yang menggunakan skala ordinal (Likert) dan penentuan responden

Page 29: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

9

9

dengan metode sensus. Tingkat partisipasi dilihat dari partisipasi finansial,

partisipasi material, partisipasi jasa dan partisipasi moral. Hasil penelitian ini

menunjukkan tingkat partisipasi tergolong tinggi. Kendala yang dihadapi yaitu

aspek teknis (ketersediaan lahan tetap), aspek ekonomi (kekurangan modal), aspek

sosial (tidak terdapat masalah). Persamaan penelitian yaitu metode yang

digunakan yaitu sensus. Perbedaannya pada indikator partisipasi, menganalisis

faktor internal dan eksternal yang berperan dalam partisipasi.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Irwansyah, Muhdar dan Jamaludin

(2015) yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Program Corporate Social

Responsibility PT. Arutmin Nort Pulau Laut Coal Terminal Kota Baru” dengan

metode analisis data kualitatif Miles & Huber. Penentuan informan dan responden

dengan teknik purposive. Tingkat partisipasi dilihat pada tahap perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan partisipasi pada tahap

perencanaan diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat pada rapat-rapat, pada

tahap pelaksanaan diwujudkan dengan memberikan sumbangan pemikiran, modal

awal, dan pengelolaan program. Tahap evaluasi diwujudkan dengan keikutsertaan

sebagian peserta dalam posisi pengawas koperasi. Persamaan penelitian ini adalah

pada metode analisis data kualitatif Miles & Huber. Perbedaannya pada indikator

partisipasi pemanfaatan hasil, menganalisis faktor internal dan eksternal yang

berperan dalam partisipasi serta penentuan responden pada penelitian ini juga

menggunkan metode sensus.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rizal dan Rahayu (2015) berjudul

“Tingkat partisipasi petani dalam Kelompok Tani Padi Sawah untuk mendukung

Program M-P3MI di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur dengan metode analisis

kualitatif dan skoring. Metode penentuan sampel dengan simple random

sampling. Tingkat partisipasi yang diukur adalah kesadaran menjadi anggota,

keterlibatan dalam kegiatan kelompok dan manfaat yang diperoleh setelah

menjadi anggota kelompok. Hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi

tinggi pada semua indikator, hal ini disebabkan selain adanya kesadaran sendiri

tanpa ada paksaan dan memiliki banyak waktu juga merasakan banyaknya

manfaat yang diperoleh. Persamaan penelitian adalah metode analisis dengan

skoring. Perbedaannya pada indikator partisipasi yaittu menganalisis faktor

Page 30: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

10

10

internal dan eksternal yang berperan dalam partisipasi serta metode penentuan

sampel dengan metode sensus.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anggita (2016) berjudul

“Partisipasi Petani dan Strategi Komunikasi dalam Kegiatan GP-PTT (Gerakan

Penerapan Pengelolaan Tanaman terpadu) pada Program Upaya Khusus (UPSUS)

Peningkatan Produksi Kedelai”. Pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan probability sampling secara simple random sampling dan

nonprobability sampling secara purposive. Metode analisis data menggunakan

analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian

ini adalah implementasi kegiatan GP-PTT pada program UPSUS terdiri dari 4

tahap yaitu tahap persiapan, tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan, dan evaluasi.

Tingkat partisipasi petani pada tahap persiapan memiliki presentase sebesar 80%.

Partisipasi petani pada tahap sosialisasi memiliki presentase sebesar 99,5%.

Partisipasi petani pada tahap pelaksanaan memiliki presentase sebesar 79,7%.

Partisipasi pada tahap evaluasi memiliki presentase sebesar 61,6%. Faktor internal

sebagai penentu partisipasi petani paling tinggi yaitu usia dan jenis pekerjaan,

tergolong sedang dengan presentase sebesar 68%. Faktor eksternal yang menjadi

faktor penentu partisipasi yang paling tinggi adalah peran ketua kelompok tani,

tergolong sedang dengan presentase 65,5%. Strategi komunikasi yang dilakukan

melalui metode SMCR (Source, Message, Channel dan Receiver). Persamaan

penelitian ini yaitu metode analisis yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dan

kuantitatif. Perbedaannya adalah pada penelitian ini dilakukan pada Kelompok

Wanita Tani sedangkan pada penelitian sebelumnya dilakukan pada Kelompok

Tani yang anggotanya petani laki-laki, indikator tingkat partisipasi. Selain itu,

terdapat perbedaan dalam penentuan sampel. Pada penelitian ini penentuan

sampelnya menggunakan metode sensus.

2.2 Tinjauan tentang Partisipasi

2.2.1 Teori Partisipasi

Partisipasi adalah keikutsertaan atau keterlibatan secara sadar dan sukarela

untuk berkontribusi secara fisik maupun non fisik dalam suatu kegiatan

pengambilan keputusan dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan

Page 31: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

11

11

hasil pembangunan (Solekhan, 2014). Partisipasi perempuan adalah kesediaan

perempuan secara sukarela dalam menunjang program-program baik atas inisiatif

masyarakat lokal maupun pemerintahan yang tercermin dari pikiran, sikap dan

tindakan mereka baik sifatnya individual maupun kolektif dalam model kerangka

partisipasi yang dikembangkan baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan maupun tahap pengambilan manfaat dari program-program yang

terdapat di lingkungan tempat tinggal mereka tersebut (Remiswal, 2013).

Kata kunci dari pengertian partisipasi masyarakat dalam pembangunan

adalah adanya kesukarelaan (anggota) masyarakat untuk terlibat dan atau

melibatkan diri dalam kegiatan pembangunan. Berkaitan dengan tingkat

kesukarelaan masyarakat untuk berpartisipasi, Dusseldorp, 1981 (dalam

Mardikanto, 2009) membedakan adanya beberapa jenjang kesukarelaan:

1. Partisipasi spontan yaitu peran serta yang tumbuh karena motivasi intrinsik

berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinan sendiri.

2. Partisipasi terinduksi yaitu peran serta yang tumbuh karena terinduksi oleh

adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar,

meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk

berpartisipasi.

3. Partisipasi tertekan oleh kebiasaan yaitu peran serta yang tumbuh karena

adanya tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat

pada umumnya, atau peran serta yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan,

nilai-nilai atau norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Jika tidak

berperan serta, khawatir akan tersisih atau dikucilkan masyarakatnya.

4. Partisipasi tertekan oleh alasan sosial-ekonomi yaitu peran serta yang

dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita

kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan

5. Partisipasi tertekan oleh peraturan yaitu peran serta yang dilakukan karena

takut menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah

diberlakukan.

Participation strengthens people’s capacity to make decisions and their

ability to create an environment for change (He, Ho and Xu, 2015). As farmers

and communities know their needs and local site conditions best (Roshetko et al,

Page 32: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

12

12

2008; Suarez et al, 2012 in He, Ho and Xu, 2015), a participatory approach

involves farmers in processes that generate economically and environmentally

sound technologies and manage natural resources more sustainably and more

equitably (He, Ho and Xu, 2015).

Partisipasi memperkuat kapasitas masyarakat dalam membuat keputusan

dan kemampuan mereka menciptakan lingkungan untuk perubahan. Sebagai

petani dan masyarakat mengetahui kebutuhan mereka dan kondisi lokasi setempat

dengan baik. Pendekatan partisipatif melibatkan petani dalam proses yang

menghasilkan ekonomi dan lingkungan teknologi dan mengelola sumber daya

alam yang lebih berkelanjutan dan lebih adil (He, Ho and Xu, 2015).

Partisipasi masyarakat sangat penting karena, pertama, merupakan metode

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan, kebutuhan dan sikap masyarakat

terhadap sebuah program; kedua, masyarakat akan merasa memiliki dan

menjamin keberlanjutannya apabila dilibatkan dalam proses perencanaan,

pelaksanaan dan monitoring dan evaluasinya; ketiga partisipasi merupakan hak

setiap warga Negara yang dilindungi oleh undang-undang (Kurniawan, Soemarno

dan Purnomo, 2015).

Pentingnya partisipasi masyarakat juga dikemukakan oleh Firmanyah, 2007

(dalam Wulansari, 2015) sebagai berikut: 1. Partisipasi masyarakat merupakan

suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap

masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta

proyek-proyek akan gagal. 2. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek

atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan

perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek

tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. 3. Bahwa

merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan

masyarakat mereka sendiri

Partisipasi dalam kelompok akan memperkuat kohesi sosial, meningkatkan

kapasitas masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya, dan memungkinkan

untuk merespon pada perubahan (Alexander, 1995 dalam Hastuti, 2009).

Partisipasi yang baik dari anggota jika sebagian besar anggota KRPL sudah

Page 33: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

13

13

menjalankan kewajiban dan melaksanakan hak keanggotaannya secara

bertanggung jawab (Nurjannah, Yulida dan Sayamar, 2015).

Program pembangunan dapat diterapkan secara berkelanjutan bila terjadi

partisipasi dan kesepakatan para stakeholder (Solihin, 2006 dalam Setiani dan

Prasetyo, 2014). Terdapat tujuh pilar yang dipandang penting dan menjadi

pendorong bagi keberlanjutan implementasi KRPL di masyarakat, yaitu

partisipasi aktif masyarakat, peran tokoh masyarakat (local champion),

infrastruktur, ketersediaan bibit/pengelolaan KBD, pilihan komoditas yang tepat

dan rotasi tanaman, kelembagaan pasar, dan dukungan pemerintah (Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2014).

2.2.2 Tujuan Partisipasi

Taliziduhu, 1990 (dalam Remiwal, 2013) mengemukakan bahwa ada 4

tujuan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu:

1. Menumbuhkan kemampuan untuk mengusahakan, memelihara atau untuk

merawat segenap sumber, aset, dan sarana yang ada, baik fisik maupun non

fisik

2. Menumbuhkan kemampuan untuk bangkit kembali dari keterpurukan atau

kemunduran sebagai akibat kekeliruan yang pernah ditempuh

3. Menumbuhkan kemampuan untuk mengembangkan serta meningkatkan

sumber, aset atau peralatan yang ada

4. Menumbuhkan kemampuan untuk memberikan respon yang positif terhadap

setiap perubahan yang tengah berlangsung.

Salah satu tujuan terpenting partisipasi masyarakat yang tidak bisa

terlepaskan dalam setiap kegiatan yaitu dalam proses pengambilan keputusan dan

untuk menjamin adanya keterlibatakan masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan tersebut, maka pelaksanaannya harus didasarkan pada konteks sosial,

ekonomi dan budaya masyarakat setempat (Solekhan, 2014). Hal ini diperkuat

dengan pendapat dari Adiyoso, 2009 (dalam Solekhan, 2014) tujuan utama

partisipasi adalah melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan,

memberikan hak suara masyarakat dalam prosess pengambilan keputusan,

mendorong dan melibatkan masyarakat serta menyatukan tujuan.

Page 34: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

14

14

Partisipasi masyarakat dalam pengembangan program merupakan salah satu

modal sosial yang dikembangkan secara integratif dalam rangka mengoptimalkan

sumber daya alam yang ada, meningkatkan kehidupan di pedesaan lebih

produktif, mampu mempertahankan nilai-nilai budaya yang baik, mendukung

sistem penguasaan dan tata guna lahan yang jelas, meningkatkan pendapatan

masyarakat yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat (Suwardane dkk., 2015).

2.2.3 Tahapan Partisipasi

Partisipasi adalah suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif

dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar

(ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan, yang

mencakup pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian

(pemantauan, evaluasi, pengawasan) serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang

dicapai (Mardikanto, 2009).

Bentuk partisipasi diatas juga didukung oleh pendapat Solekhan (2014)

yang mengemukakan bahwa pada intinya ada 4 bentuk partisipasi masyrakat

1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan (participation in decision making)

2. Partisipasi dalam pelaksanaan (participation in implementation)

3. Partisipasi dalam menerima manfaat (participation in benefit)

4. Partisipasi dalam evaluasi (participation in evaluation)

Participation in decision making, participation in implementation,

participation in benefits, and participation in evaluation (Cohen, 1992 dalam

Remiswal, 2013). Partisipasi adalah proses pengambilan keputusan. Pengambilan

keputusan memiliki pengertian yang luas, yaitu meliputi proses perencanaan,

pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi serta menikmati hasil

pembangunan itu sendiri (Levis, 1996 dalam Sriati, Hakim dan Arby, 2015).

Partisipasi dalam pemanfaatan hasil program pembangunan sangat penting karena

akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk berperan serta

dalam setiap program pembangunan (Kurniawan, Soemarno dan Purnomo, 2015).

Yadav, 1973 (dalam Mardikanto, 2009) mengemukakan tentang adanya

empat macam kegiatan yang menunjukkan partisipasi masyarakat di dalam

kegiatan pembangunan yaitu

Page 35: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

15

15

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan

Pada setiap program pembangunan masyarakat termasuk di dalamnya

pemanfaatan sumberdaya lokal dan alokasi anggarannya selalu ditetapkan sendiri

oleh pemerintah pusat yang dalam banyak hal lebih mencerminkan sifat

kebutuhan kelompok-kelompok kecil elit berkuasa dan kurang mencerminkan

keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak. Perlu adanya penumbuhan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui dibukanya forum yang

memungkinkan banyak berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan

keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah setempat atau di

tingkat lokal.

2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan harus diartikan

sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga, uang tunai atau

beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan

diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang bersangkutan. Pada

pelaksanaan pembangunan juga diperlukan partisipasi masyarakat dalam

pemeliharaan proyek-proyek pembangunan kemasyarakatan yang telah berhasil

diselesaikan. Perlu adanya kegiatan khusus untuk dapat mengorganisir warga

masyarakat guna memelihara hasil-hasil pembangunan agar manfaatnya dapat

terus dinikmati (tanpa penurunan kualitas) dalam jangka panjang.

3. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan

Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan

sangat perlu dilakukan. Agar tujuan dapat tercapai seperti yang diharapkan, selain

itu juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan

kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan.

Partisipasi masyarakat dalam hal ini untuk mengumpulkan informasi yang

berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan

sangat diperlukan.

4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan

Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil pembangunan adalah unsur

yang terpenting sering dilupakan. Tujuan pembangunan adalah memperbaiki mutu

hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan adalah tujuan

Page 36: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

16

16

utama. Pemanfaatan hasil pembangunan juga akan merangsang kemauan dan

kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam program pembangunan

yang akan datang.

Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan sering kurang

mendapatkan perhatian dari pemerintah dan administrasi pembangunan.

Seringkali dianggap bahwa dengan selesainya pelaksanaan pembangunan itu

otomatis manfaatnya akan pasti dapat dirasakan oleh masyarakat sasarannya.

Padahal, seringkali masyarakat sasaran justru tidak memahami manfaat dari setiap

program pembangunan secara langsung sehingga hasil pembangunan yang

dilaksanakan menjadi sia-sia.

Menurut Cohen dan Uphoff, 1979 (dalam Irwansyah, Muhdar dan

Jamaludin, 2014) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai

berikut:

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan yang diwujudkan dengan

keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan

yang dimaksud di sini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu

program.

2. Partisipasi dalam pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam

pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud

nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi

dalam bentuk sumbangan pemikiran, sumbangan materi dan bentuk

tindakan sebagai anggota program.

3. Tahap Evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap

ini merupakan umpan balik yang dapat memberikan masukan demi

perbaikan pelaksanaan program selanjutnya.

4. Tahap menikmati hasil yang dapat dijadikan indikator keberhasilan

partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program.

Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan,

maka semakin besar manfaat program tersebut berhasil, berarti program

tersebut berhasil mengenai sasaran.

Page 37: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

17

17

2.2.4 Bentuk-bentuk Partisipasi

Menurut Oakley, 1991 (dalam Remiswal, 2013) partisipasi dapat

diinterpretasikan ke dalam bentuk: a. partisipasi sebagai bentuk kontribusi, berupa

keterlibatan dan kontribusi lainnya masyarakat secara sukarela terhadap program

pembangunan, b. partisipasi sebagai organisasi merupakan sarana bagi masyarakat

untuk melibatkan diri dalam pembangunan c. partisipasi sebagai pemberdayaan

adalah upaya mengembangkan keterampilan dan kemampuan masyarakat guna

memutuskan keterlibatannya dalam pembangunan.

Bentuk-bentuk partisipasi apabila dilihat dari proses pembangunan suatu

program pembangunan mulai dari gagasan sampai bentuknya sebagai bangunan

maka partisipasi itu menurut Rusidi, 2001 (dalam Solekhan, 2014) menyatakan

ada empat dimensi dalam berpartisipasi yang terdiri dari

1. Sumbangan pemikiran (ide gagasan)

2. Sumbangan materi (dana, barang dan alat)

3. Sumbangan tenaga (bekerja)

4. Memanfaatkan dan melaksanakan pelayanan pembangunan.

Bentuk partisipasi yang ditunjukkan masyarakat, juga berkaitan dengan

kemauan politik (political will) penguasa untuk memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk berpartisipasi. Raharjo, 1983 (dalam Mardikanto, 2009)

mengemukakan adanya tiga variasi bentuk partisipasi yaitu

1. Partisipasi terbatas, yaitu partisipasi yang hanya digerakkan untuk kegiatan-

kegiatan tertentu demi tercapainya tujuan pembangunan, tetapi untuk

kegiatan tertentu yang dianggap menimbulkan kerawanan bagi stabilitas

nasional dan kalangan pembangunan, diatasi.

2. Partisipasi penuh (full cale pasrtcipation) artinya partisipasi seluas-luasnya

dalam segala aspek kegiatan pembangunan.

3. Mobilisasi tanpa partisipasi artinya partisipasi yang dibangkitkan

pemerintah (penguasa), tetapi masyarakat sama sekali tidak diberi

kesempatan untuk mempertimbangkan kepentingan pribadi dan tidak diberi

kesempatan untuk turut mengajukan tuntutan maupun mempengaruhi

jalannya kebijaksanaan pemerintah.

Page 38: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

18

18

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

2.2.5.1 Faktor Internal

Partisipasi seseorang terhadap suatu kegiatan atau program, terdapat faktor

yang mempengaruhinya Menurut Solekhan (2014) faktor internal yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah motivasi, pengetahuan, pengalaman

individu, dan sebagainya. The respondents’ individual characteristics; age,

marital status, level of education and income had a statistically significant

relationship with the level of participation in the project (Kiseto, 2014).

Karakteristik responden individu; usia, status perkawinan, tingkat pendidikan dan

pendapatan memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan tingkat

partisipasi dalam program (Kiseto, 2014).

Faktor internal petani dibentuk secara nyata oleh variabel umur, pendidikan,

luas pemilikan hutan rakyat, dan pengalaman petani (Sudrajat, Hardjanto dan

Sundawati, 2016). Keberlangsungan petani dalam mengikuti program PUAP

sedikit banyak dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi petani, terdapat

perbedaan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Kabupaten OKU

berdasarkan status sosial petani, dan kegiatan pendampingan yang pernah diikuti

petani. Sedangkan tingkat partisipasi petani tidak berbeda berdasarkan pendidikan

petani, pelatihan yang pernah diikuti, dan sosialisasi program (Lastinawati, 2011).

Motivasi masyarakat untuk terlibat sebagian besar karena faktor internal

individu yaitu harapan dan keinginan untuk hidup di lingkungan desa yang indah,

bersih dan nyaman (Kurniawan, Soemarno dan Purnomo, 2015). Sedangkan

alasan untuk tidak terlibat, sebagian karena alasan hambatan internal individu

masing-masing antara lain waktunya tersita untuk mencari nafkah dan persepsi

bahwa lingkungan desa sudah baik (Kurniawan, Soemarno dan Purnomo, 2015).

Pada penelitian ini menggunakan faktor internal umur, tingkat pendidikan,

jenis pekerjaan, pendapatan keluarga dan luas lahan pekarangan. Menurut

Nasution (2009) memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat sebagai berikut :

1. Komunikasi

Masyarakat sering melakukan interaksi dan berkomunikasi dengan orang

lain dapat menambah informasi baru yang belum mereka ketahui terkait dengan

Page 39: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

19

19

pelaksanaan program pembangunan. Komunikasi yang intens juga akan

mengakrabkan masyarakat serta membuat mereka merasakan manfaat dari

program pembangunan tersebut. Manfaat program yang mereka peroleh karena

terjalinnya komunikasi yang baik dapat mendorong mereka untuk meningkatkan

partisipasi.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat menjadi salah satu faktor penting

yang mendasari masyarakat untuk berpartisipasi. Semakin tinggi pendidikan

masyarakat maka semakin tinggi pula kesadaran masyarakat dalam pembangunan.

Para pakar pembangunan menyatakan bahwa tingkat pendidikan berhubungan erat

dengan tingkat partisipasi.

3. Pekerjaan (Mata Pencaharian)

Pekerjaan dapat dilihat berdasarkan jenis pekerjaan dan pendapatan yang

diperolehnya. Besarnya pendapatan memberi peluang bagi masyarakat untuk

berpartisipasi, karena penghasilan mempengaruhi kemampuan finansial

masyarakat. Masyarakat yang memiliki kemampuan finansial baik akan bersedia

untuk berpartisipasi dalam mensukseskan pembangunan.

4. Usia

Faktor usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap

seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari

kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan

norma masyarakat yang lebih mantap cenderung lebih banyak berpartisipasi dari

pada yang dari kelompok sebaliknya.

5. Lama Tinggal

Lamanya tinggal seseorang dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya

berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi

seseorang. Semakin lama seseorang tinggal di lingkungannya, maka rasa memiliki

terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar

dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk ikut

berpartisipasi menurut Pangestu, 1995 (dalam Anggita, 2016), yaitu

Page 40: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

20

20

1. Faktor Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap

kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia

menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat

yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka

yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis Kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa

pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam

banyak masyarakat peranan perempuan yang utama adalah mengurus rumah

tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser

dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin

baik.

3. Pendidikan

Pendidikan dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.

Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap

lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan

seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan Penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan

menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan

pengahasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong

seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung

oleh suasana yang mapan dari segi perekonomiannya.

5. Lamanya Tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya

berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi

seseorang. Semakin lama tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki

terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat partisipasinya yang besar dalam

setiap kegiatan lingkungan tersebut.

Page 41: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

21

21

1. Umur

Menurut Yasin, 2003 (dalam Nurjannah, Yulida dan Sayamar, 2015)

menyatakan bahwa penduduk yang memiliki umur berada pada kisaran 15-54

tahun termasuk ke dalam golongan umur produktif, sedangkan umur 0-14 tahun

dan >54 tahun termasuk kedalam golongan umur tidak produktif. Umur petani

yang masih tergolong produktif memungkinkan untuk mengadopsi suatu inovasi

baru sehingga kelompok bisa berkembang dan dinamis (Lestari, Yulida dan

Kausar, 2015). Toha dan Asmoro, 2009 (dalam Yani, 2013) bahwa usia 30–60

tahun termasuk masa pertengahan kedewasaan (middle age), pada rentang usia ini

manusia mencapai puncak interaksi dalam masyarakat.

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan formal dan pengetahuan anggota kelompok tani yang rendah

dapat mempengaruhi pola pikir, kemampuan dan wawasan petani serta

memungkinkan kelompok tani yang ada sulit untuk berkembang (Lestari, Yulida

dan Kausar, 2015). Umumnya orang yang berpendidikan tinggi di pedesaan

cenderung berperan dalam kehidupan sosial, sehingga sering terlibat dalam urusan

kemasyarakatan ( Yani, 2013).

3. Penerimaan

Penerimaan petani merupakan gambaran umum mengenai keadaan

perekonomian suatu rumah tangga. Luas lahan dan pekerjaan sampingan

mempengaruhi penerimaan anggota kelompok tani (Lestari, Yulida dan Kausar,

2015). Partisipasi masyarakat terutama golongan kurang mampu cukup tinggi,

baik dalam keikutsertaannya di dalam kelembagaan maupun dalam pengambilan

keputusan, hal ini disebabkan karena didapatkan manfaat baik secara ekonomi

maupun sosial (Hastuti, 2009).

4. Luas Lahan

Luas lahan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi

petani. Besar kecilnya lahan mempengaruhi penerimaan yang diperoleh dari

produk yang dihasilkan (Lestari, Yulida dan Kausar, 2015). Luasan lahan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi. Menurut Mardikanto

(2009), semakin luas lahan biasanya semakin cepat mengadopsi inovasi, karena

memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik. Luas pemilikan lahan erat

Page 42: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

22

22

hubungannnya dengan kesediaan petani untuk menerapkan teknologi (Faqih,

2011).

2.2.5.2 Faktor Eksternal

Partisipasi seseorang terhadap suatu kegiatan atau program, terdapat faktor

yang mempengaruhinya. Menurut Solekhan (2014) faktor eksternal yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah peran stakeholders, kondisi sosial,

politik dan budaya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Kurniantara dan

Pratikno, 2005 (dalam Anggita, 2016) yang menyatakan faktor eksternal dapat

dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti:

1. Kepemimpinan kepala desa, tipe kepemimpinan dan pola kepemimpinan

akan berpengaruh terhadap keikutsertaan petani dalam suatu program

2. Peranan organisasi lokal akan berpengaruh dalam pembangunan desa. Salah

satu lembaga organisasi desa adalah Lembaga Kemasyarakatan Desa

(LKMD) yang memiliki fungsi sebagai lembaga korporatis dan lembaga

untuk penyaluran aspirasi masyarakat.

3. Peranan pemerintah desa. Peranan pemerintah desa mengalami perubahan

pada masa sentralistik dan masa desentralistik. Pada masa otonomi desa,

pemerintah lebih mengembangkan pola hubungan yang fasilitatif dengan

memberikan ruang publik bagi masyarakat untuk berpartisipasi

Para local campion (orang/warga yang mempunyai atensi besar terhadap

program misalnya Kepala Desa, Ketua Kelompok Tani, Ketua Wanita Tani

(KWT), dan ketua PKK) di wilayah KRPL merupakan sinyal positif yang harus

sambut dan diperdayakan dengan baik (BPTP Jatim, 2012). Faktor eksternal

petani (penyuluhan, kelompok tani, dan akses informasi) memberikan pengaruh

nyata terhadap rendahnya partisipasi pengelolaan hutan rakyat. Penyuluhan dan

pertemuan kelompok kendati masih berlangsung relatif jarang, telah menjadi

sarana transfer pengetahuan bagi petani (Sudrajat, Hardjanto dan Sundawati,

2016).

Tingkat partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh program pembangunan,

kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kondisi fisik geografis lingkungan.

Kondisi sosial ekonomi antara lain meliputi tingkat pendidikan, pendapatan,

kultur dan strata sosial dalam sistem kemasyarakatan. Program pembangunan

Page 43: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

23

23

ialah kegiatan yang disusun dan direncanakan oleh pemerintah, berupa organisasi

masyarakat dan strategi kebijaksanaan. Kondisi fisik geografis lingkungan

misalnya waktu dan jarah tempuh, akses transportasi dan lain-lain. Tokoh

masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, pimpinan desa/kelurahan merupakan

komponen yang sangat berpengaruh dalam menggerakkan partisipasi masyarakat

(Saptorini, 2003 dalam Kurniawan, Soemarno dan Purnomo, 2015).

2.2.6 Syarat Tumbuh Partisipasi

Partisipasi dapat terwujud jika struktur kelembagaan memungkinkan warga

untuk berpartisipasi dan memutuskan persoalan mereka sendiri, dan adanya

keterwakilan masyarakat secara proporsional di dalam setiap proses pengambilan

kebijakan atas nama kepentingan bersama. Oleh karena itu partisipasi masyarakat

harus didasarkan pada 1. Pembuatan keputusan 2. Penerapan keputusan 3.

Menikmati hasil dan 4. Evaluasi hasil (Solekhan, 2014).

Slamet, 1985 (dalam Mardikanto, 2009) menyatakan bahwa tumbuh dan

berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan

oleh 3 unsur pokok yaitu

1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi

2. Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi

3. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi

Sedangakan Remiswal (2013) mengemukakan persyaratan bagi model

partisipasi yang menggairahkan masyarakat adalah

1. Pemikiran kreatif di kalangan pelaku pembangunan (pemerintah dan

masyarakat

2. Bertoleransi dan berfikir positif di kalangan para pelaksana atas kritikan

masyarakat bawah

3. Membudayakan sikap dan perilaku mengakui kesalahan dalam

merencanakan pembangunan daerah

4. Bekerja atas rancangan dasar skenario

5. Menciptakan sistem evaluasi pembangunan atas dasar kemampuan rakyat

untuk mandiri terhadap permasalahan dan solusinya.

Page 44: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

24

24

2.2.7 Masalah-masalah Partisipasi

Soetrisno, 1995 (dalam Mardikanto, 2009) mengidentifikasi beberapa

masalah kaitannya dengan pengembangan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan yaitu

1. Masalah pertama dan terutama dalam pengembangan partisipasi masyarakat

adalah belum dipahaminya makna sebenarnya tentang partisipasi oleh pihak

perencana dan pelaksana pembangunan.

2. Masalah kedua adalah dengan dikembangkannya pembangunan sebagai

ideologi baru yang harus diamankan dengan dijaga ketat, mendorong aparat

pemerintah bersifat otoriter. Kondisi seperti itu dapat menimbulkan reaksi

balik berupa “budaya diam” yang pada gilirannya menumbuhkan

keengganan masyarakat untuk berpartisipasi karena dianggap “asal beda”

atau “waton suluyo”.

3. Masalah ketiga adalah banyaknya peraturan yang meredam keinginan

masyarakat untuk berpartisipasi.

Hal ini didukung oleh pendapat dari Remiswal (2013) yang mengemukakan

bahwa pelaksanaan partisipasi sering terkendala oleh hambatan struktural,

hambatan administratif dan hambatan sosial. Hambatan struktural dapat berbentuk

situasi politik negara seperti masalah ideologi yang tertutup, sistem politik yang

terpusat bukan desentralistik, tekanan di antara kebijakan yang diputuskan pusat

dan daerah, tekanan terhadap kebijakan ekonomi dan politik dan hukum yang

banyak aturan. Hambatan administratif terkait dengan sistem pemerintahan yang

sentralistik, maka sistem administrasinya pun terpusat. Akibatnya pengendalian

pengambilan keputusan, alokasi sumber dan informasi dan pengetahuan terpusat,

pencegah terjadinya keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam melakukan asisteni

administrasi. Termasuk pula perencanaan terpusat dapat melemahkan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan. Hambatan sosial berkaitan dengan sikap mental

yang terjajah selama ini, terutama pada masyarakat di negara-negara berkembang.

Yang mana elit politik mendominasi wilayah pedesaan serta kurangnya partisipasi

perempuan dalam pembangunan

Apabila dikelompokkan paling tidak ada lima kendala dalam pelaksanaan

KRPL yakni sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, akses

Page 45: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

25

25

teknologi, dan stake holders (BPTP Jatim, 2012). Berdasarkan data perkembangan

KRPL di masing-masing Kabupaten/Kota, telah dapat diidentifikasi atau direkam

kendala-kendala yang muncul terkait dengan SDM. Paling tidak ada empat

kendala antara lain: waktunya tidak cukup karena mempunyai lahan yang luas

selain di pekarangan, kekurangan tenaga kerja untuk memelihara tanaman/ternak,

motivasi menurun/jenuh, dan pengetahuan terbatas terhadap teknologi pertanian

tertentu (BPTP Jatim, 2012). Sejumlah kendala terkait masalah sosial, budaya dan

ekonomi masih dijumpai dalam program pemanfaatan lahan pekarangan,

diantaranya belum membudayanya budidaya pekarangan secara intensif, masih

bersifat sambilan dan belum berorientasi pasar, kurang tersedianya teknologi

budidaya spesifik pekarangan, serta proses pendampingan dari petugas yang

belum memadai (Ashari, Saptana dan Purwantini, 2012).

Mengatasi hambatan partisipasi, menurut Soetrisno, 1995 (dalam Remiswal,

2013) maka langkah awalnya adalah

1. Adanya dasar-dasar desentralisasi yang memperbesar peranan budaya lokal

dalam pembangunan

2. Adanya kerelaan-kerelaan berkorban bagi pembangunan.

2.2.8 Tipologi Partisipasi

Mardikanto (2009) mengemukakan ada 7 tipologi partisipasi yaitu

partisipasi pasif, informatif, konsultatif, insentif, fungsional, interaktif dan

mobilization. Berikut akan dijelaskan lebih rinci masing-masing tipologi

partisipasi tersebut.

Tabel 1. Tipologi Partisipasi

No Tipologi Karakteristik

1. Partisipasi

Pasif/Manipulatif

a. Masyarakat diberitahu apa yang sedang atau

telah terjadi

b. Pengumuman sepihak oleh pelaksana proyek

tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat

c. Informasi yang dipertukarkan terbatas pada

kalangan profesional di luar kelompok

sasaran

2. Partisipasi Informatif a. Masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan

Page 46: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

26

26

penelitian

b. Masyarakat tidak diberi kesempatan untuk

terlibat dan mempengaruhi proses penelitian

c. Akurasi hasil penelitian tidak dibahas

bersama masyarakat

3. Partisipasi

Konsultatif

a. Masyarakat berpartisipasi dengan cara

berkonsultasi

b. Orang luar mendengarkan, menganalisis

masalah dan pemecahannya

c. Tidak ada peluang untuk pembuatan

keputusan bersama

d. Para profesional tidak berkewajiban untuk

mengajukan pandangan

e. Masyarakat (sebagai masukan) untuk

ditindaklanjuti

4. Partisipasi Insentif a. Masyarakat memberikan korbanan/jasanya

untuk memperoleh imbalan berupa

insentif/upah

b. Masyarakat tidak dilibatkan dalam proses

pembelajaran atau eksperimen-eksperimen

yang dilakukan

c. Masyarakat tidak memiliki andil untuk

melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah

insentif dihentikan

5. Partisipasi

Fungsional

a. Masyarakat membentuk kelompok untuk

mencapai tujuan proyek

b. Pembentukan kelompok (biasanya) setelah

ada keputusan-keputusan utama yang

disepakati

c. Pada tahap awal, masyarakat tergantung

kepada pihak luar, tetapi secara bertahap

menunjukkan kemandiriannya

Page 47: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

27

27

6. Partisipasi Interaktif a. Masyarakat berperan dalam analisis untuk

perencanaan kegiatan dan pembentukkan atau

penguatan kelembagaan

b. Cenderung melibatkan metode interdisipliner

yang mencari keragaman perspektif dalam

proses belajar yang terstruktur dan sistemik

c. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol

atas (pelaksanaan) keputusan-keputusan

mereka, sehingga memiliki andil dalam

keseluruhan proses kegiatan

7. Self Mobilization

(Mandiri)

a. Masyarakat mengambil inisiatif sendiri

secara bebas (tidak dipengaruhi oleh pihak

luar) untuk mengubah sistem atau nilai-nilai

ynag mereka miliki

b. Masyarakat mengembangkan kontak dengan

lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan

bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang

diperlukan

c. Masyarakat memegang kendali atas

pemanfaatan sumberdaya yang ada atau

digunakan

2.3 Tinjauan tentang Program P2KP

Sejak tahun 2010 Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan

sesungguhnya telah melaksanakan kegiatan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan (P2KP) yang juga merupakan perwujudan dari Peraturan

Presiden Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, yang

ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2009 Tentang

Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya

Lokal. Peraturan tersebut merupakan acuan untuk mendorong upaya

penganekaragaman konsumsi pangan dengan cepat melalui basis kearifan lokal

Page 48: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

28

28

serta kerja sama terintegrasi antara pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat. Di tingkat provinsi, kebijakan tersebut telah ditindaklanjuti melalui

surat edaran atau Peraturan Gubernur (Pergub), dan di tingkat kabupaten/kota

ditindaklanjuti dengan surat edaran atau Peraturan Bupati/Walikota

(Perbup/Perwalikota) (Juknis P2KP, 2016).

Sebagai bentuk keberlanjutan Gerakan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal diimplementasikan

melalui kegiatan: (1) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), (2) Model Pengembangan Pangan

Pokok Lokal (MP3L), serta (3) Sosialisasi dan Promosi P2KP. Sebelum tahun

2016 kegiatan ini dibiaya dari dana Bantuan Sosial, namun untuk tahun 2016

dibiayai dengan dana bantuan pemerintah. Melalui tiga kegiatan besar ini

diharapkan dapat meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk

membentuk pola konsumsi pangan yang baik (Juknis P2KP, 2016).

Secara umum tujuan program P2KP berdasarkan Juknis P2KP (2016),

adalah untuk menfasilitasi dan mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan

masyarakat yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) yang

diindikasikan dengan meningkatnya skor Pola Pangan Harapan (PPH). Tujuan

Khusus Kegiatan P2KP antara lain

1. Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber

pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan

sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.

2. Mendorong pengembangan usaha pengolahan pangan skala Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM) sumber karbohidrat selain beras dan terigu

yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal.

3. Meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dalam

mewujudkan pola konsumsi pangan B2SA serta mengurangi ketergantungan

terhadap bahan pangan pokok beras. Melalui program P2KP dimaksudkan

dapat meningkatkan kualitas konsumsi pangan nasional masyarakat

dikarenakan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum mencapai target

yaitu 95.

Page 49: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

29

29

Mengacu pada tujuan di atas, menurut Juknis P2KP (2016) sasaran kegiatan

P2KP ialah:

1. Peningkatan pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

2. Perkembangnya usaha pengolahan pangan skala UMKM sumber

karbohidrat selain beras dan terigu yang berbasis sumber daya dan kearifan

lokal.

3. Peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam mewujudkan pola

konsumsi pangan B2SA serta menurunnya tingkat ketergantungan

masyarakat terhadap bahan pangan tertentu dengan pemanfaatan pangan

lokal.

Kegiatan P2KP tahun 2016 dilaksanakan dengan sasaran lokasi sebagai

berikut:

1. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di

dilaksanakan di 34 provinsi yang terdiri dari:

a. 2.873 desa lanjutan tahun 2015 di 256 kabupaten/kota

b. 2.012 desa baru tahun 2016 di 139 kabupaten/kota

2. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) dilaksanakan di 16

provinsi yang terdiri dari :

a. 26 kabupaten lanjutan tahun 2015

b. 3 kabupaten baru tahun 2016

3. Sosialisasi dan Promosi P2KP dilaksanakan di 34 provinsi (Juknis P2KP,

2016).

Keberhasilan kegiatan P2KP akan tercermin dari indikator berikut:

1. Jumlah kelompok wanita yang berpartisipasi dalam pemanfaatan

pekarangan untuk penyediaan pangan keluarga yang B2SA

2. Jumlah usaha pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan dan

penyediaan pangan sumber karbohidrat dari bahan pangan lokal yang

dikembangkan

3. Jumlah provinsi yang berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan promosi

P2KP.

Page 50: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

30

30

2.4 Tinjauan tentang Program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan

melalui Konsep KRPL

2.4.1 Pengertian KRPL

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah sebuah konsep lingkungan

perumahan penduduk yang secara berama-sama mengusahakan pekarangannya

secara intensif untuk dimanfaatkan menjadi sumber pangan secara berkelanjutan

dengan mempertimbangkan aspek potensi wilayah dan kebutuhan gizi warga

setempat (Juknis P2KP, 2016).

Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui upaya

pemberdayaan wanita untuk mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan sebagai

sumber pangan dan gizi keluarga. Upaya ini dilakukan dengan membudidayakan

berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan pangan keluarga seperti aneka umbi,

sayuran, buah, serta budidaya ternak dan ikan sebagai tambahan untuk

ketersediaan pangan sumber karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein bagi

keluarga pada suatu lokasi kawasan perumahan/warga yang saling berdekatan

sehingga akan dapat terbentuk sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan

yang diproduksi sendiri dari hasil optimalisasi pekarangan. Pendekatan

pengembangan ini dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan

(sustainable agriculture), antara lain dengan membangun kebun bibit dan

mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal

(local wisdom) sehingga kelestarian alam pun tetap terjaga. Implementasi kegiatan

ini disebut Kawasan rumah Pangan Lestari (Juknis P2KP, 2016).

2.4.2 Tahapan KRPL

Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan konsep

KRPL dilaksanakan dalam 2 (dua) tahapan yaitu

1. Tahap Penumbuhan

Tahap I (penumbuhan) optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan dengan

konsep KRPL minimal beranggotakan 15 rumah tangga dengan kegiatan meliputi:

a. Sosialisasi pemanfaatan pekarangan melalui pendampingan dan pelatihan

b. Pembuatan demplot kelompok sebagai laboratorium lapangan

c. Pembuatan kebun bibit

d. Pengembangan pekarangan anggota

Page 51: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

31

31

e. Pendampingan dan Penyuluhan pangan B2SA

2. Tahap Pengembangan

Tahap II (pengembangan) optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan

dengan konsep KRPL jumlah anggota telah bertambah atau lebih dari 15 rumah

tangga yang kegiatannya meliputi

a. Pengembangan demplot kelompok

b. Pengembangan kebun bibit desa

c. Pengembangan pekarangan anggota

d. Praktek/demonstrasi penyediaan menu B2SA

e. Pengolahan hasil KRPL

2.4.3 Kebun Bibit Desa

Kebun bibit adalah area/kebun milik kelompok yang dijadikan/difungsikan

sebagai tempat untuk pembibitan bagi kelompok. Kegiatan pembibitan

dimaksudkan untuk penyulaman atau penanaman kembali demplot kelompok

maupun pekarangan milik anggota dan masyarakat desa. Di setiap desa di bangun

kebun bibit untuk memasok kebutuhan bibit tanaman, ternak, atau ikan bagi

anggota kelompok dan masyarakat, sehingga tercipta keberlanjutan kegiatan

(Juknis P2KP, 2016). Kebun bibit desa adalah jantung KRPL, menjadi tempat

produksi benih dan bibit untuk RPL dan kawasan (Kementerian Pertanian, 2012).

Pemanfaatan kebun bibit desa agar menjamin kebutuhan masyarakat akan

bibit terpenuhi, baik bibit tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, termasuk

ternak, unggas, ikan dan lainnya (Purwantini, Saptana dan Suharyono, 2012).

Keberadaan Kebun Bibit Desa (KBD) penting untuk keberlanjutan KPRL karena

pengadaan bibit tersebut sangat membantu dalam kelanggengan usaha tani di

pekarangan (Purwantini, Saptana dan Suharyono, 2012). Keberadaan KBD

dimaksudkan untuk menyediakan dan memasok kebutuhan benih ynag diperlukan

oleh masyarakat sekitar, mengembangkan sumber bibit/benih untuk menjaga

keberlanjutan pengelolaan pekarangan dan melestarikan tanaman lokal bagi

keperluan masa datang (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2014).

Page 52: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

32

32

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis

Ketahanan pangan adalah salah satu isu yang sering menjadi bahan kajian.

Demi mencapai ketahanan pangan nasional maka hal tersebut dapat dilakukan

dengan upaya diversifikasi pangan yang dimulai dari rumah tangga. Pemerintah

membuat program untuk dapat menanggulangi masalah pangan melalui Menteri

Pertanian yaitu program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

(P2KP).

P2KP merupakan program pemerintah berlandaskan Peraturan Presiden

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Ditindaklanjuti oleh Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Gerakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Program

P2KP terdiri dari 3 program di bawahnya yaitu (1) Optimalisasi Pemanfaatan

Lahan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), (2)

Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), serta (3) Sosialisasi dan

Promosi P2KP.

Salah satu program P2KP yang dilaksanakan adalah Optimalisasi

Pemanfaatan Lahan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL). KRPL merupakan tindakan strategis dalam mengoptimalkan

pemanfaatan lahan pekarangan dan program pemberdayaan anggota KWT untuk

dapat memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi keluarga.

Salah satu pelaksana program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan

melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah KWT Dewi

Sartika di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

KWT Dewi Sartika baru pertama kali mendapatkan program pertanian seperti

KRPL. KWT tersebut telah selesai melaksanakan tahapan penumbuhan dan

pengembangan. Keberhasilan program KRPL tidak lepas dari partisipasi anggota

KWT, maka penelitian di KWT Dewi Sartika Desa Petungsewu dilakukan untuk

mengetahui tingkat partisipasi KWT pada program KRPL.

Page 53: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

33

33

Partisipasi adalah suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif

dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar

(ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan, yang

mencakup pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian

(pemantauan, evaluasi, pengawasan) serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang

dicapai (Mardikanto, 2009). Berdasarkan teori tersebut, maka di KWT Dewi

Sartika Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang dilakukan untuk

mengetahui partisipasi anggota KWT pada setiap tahapan yang terdapat pada

program KRPL. Pada penelitian ini mengkaji mengenai partisipasi anggota KWT

dalam empat tahapan kegiatan yang ada pada program KRPL yaitu tahap

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan hasil.

Keikutsertaan anggota di berbagai kegiatan yang terdapat dalam suatu

program memiliki faktor yang berperan. Terdapat beberapa macam faktor yang

berperan dalam keikutsertaan anggota pada suatu kegiatan baik dari dalam

maupun luar diri anggota. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat adalah tingkat pendidikan, pekerjaan (mata pencaharian), usia, dan

lamanya tinggal (Nasution, 2009). Karakteristik responden individu; usia, status

perkawinan, tingkat pendidikan dan pendapatan memiliki hubungan yang

signifikan secara statistik dengan tingkat partisipasi dalam program (Kiseto,

2014). Faktor internal petani dibentuk secara nyata oleh variabel umur,

pendidikan, luas pemilikan hutan rakyat, dan pengalaman petani (Sudrajat,

Hardjanto dan Sundawati, 2016). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka untuk

mengetahui faktor internal yang berperan dalam partisipasi anggota KWT di Desa

Petungsewu adalah umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan

keluarga dan luas lahan pekarangan. Pemilihan faktor internal tersebut didasarkan

oleh kebutuhan penelitian serta didasarkan pada analisis kondisi lapang. Faktor

internal tersebut merupakan faktor yang dapat ikut berperan dalam partisipasi

anggota pada program KRPL.

Faktor eksternal merupakan faktor dari luar yang dapat berperan dalam

partisipasi seseorang. Faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat adalah peran stakeholders, kondisi sosial, politik dan budaya

(Solekhan, 2014). Para local campion (orang/warga yang mempunyai atensi besar

Page 54: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

34

34

terhadap program misalnya Kepala Desa, ketua kelompok tani, ketua wanita tani

(KWT), dan ketua PKK) di wilayah KRPL merupakan sinyal positif yang harus

sambut dan diperdayakan dengan baik (BPTP Jatim, 2012). Berdasarkan teori dan

hasil penelitian tersebut, maka penelitian di KWT Dewi Sartika Desa Petungsewu

menggunakan faktor eksternal berupa peranan ketua kelompok wanita tani,

penyuluh pertanian, kepala desa, harga produk sayuran organik dan penggunaan

media komunikasi untuk mengetahui partisipasi anggota pada program. Faktor

eksternal tersebut dipilih berdasarkan kebutuhan dan analisis kondisi lapang.

Penambahan media komunikasi bisa berupa alat komunikasi dan media sosial

yang dirasa perlu seiring dengan perkembangan jaman.

Berdasarkan alur teori di atas dapat disimpulkan bahwa jika anggota KWT

tersebut mempunyai tingkat partisipasi yang tinggi dalam program KRPL maka

akan dapat mencapai tujuan dari program KRPL yaitu terwujudnya pola konsumsi

pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) melalui optimalisasi

pemanfaatan lahan pekarangan. Secara skematis dapat dirumuskan kerangka

pemikiran partisipasi anggota KWT dalam program KRPL yang tersaji pada

Gambar 1.

Page 55: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

35

35

Program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan melalui

konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

Program Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

(P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal

Partisipasi

Anggota KWT

Implementasi KRPL

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Evaluasi

4. Pemanfaatan Hasil

Faktor Internal

1. Umur

2. Pendidikan

3. Jenis Pekerjaan

4. Pendapatan

keluarga

5. Luas Lahan

Pekarangan

Faktor Eksternal

1. Ketua KWT

2. Penyuluh Pertanian

3. Kepala Desa

4. Harga Produk

Sayuran Organik

5. Ketersediaan

Media komunikasi

(Hand Phone,

Telepon, SMS,

WA, BBM)

Keberhasilan program KRPL dengan terwujudnya pola konsumsi

pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Partisipasi Anggota KWT pada program KRPL

Page 56: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

36

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.2.1 Definisi Operasional

No Konsep Variabel Definisi Operasional

1.

Partisipasi anggota KWT

pada program KRPL

Partisipasi dalam perencanaan Partisipasi dalam perencanaan adalah keikutsertaan anggota

kelompok wanita tani pada tahap awal program KRPL.

Partisipasi pada tahap perencanaan meliputi

keikutsertaan/kehadiran dalam sosialisasi program,

persiapan pelatihan, penentuan lokasi kebun bibit desa dan

demplot, musyawarah kelompok wanita tani untuk membuat

Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKKA)

kelompok, penentuan jenis tanaman, penentuan sistem

pemupukan, penentuan sistem pengendalian hama dan

penyakit.

Partisipasi dalam pelaksanaan Partisipasi dalam pelaksanaan adalah keikutsertaan anggota

kelompok wanita tani pada pelaksanaan program KRPL

meliputi keikutsertaan rapat, pelatihan, pembuatan kebun

bibit desa, penerapan media tanam, penerapan jenis

tanaman, pembibitan, penanaman, pengambilan bibit,

perawatan, penerapan sistem pemupukan, penerapan sistem

pengendalian hama dan penyakit, panen di demplot,

Page 57: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

37

pemasaran dan panen di pekarangan.

Partisipasi dalam Evaluasi Partisipasi dalam evaluasi adalah keikutsertaan anggota

dalam memberikan kritik dan saran, mengidentifikasi

masalah, evaluasi anggaran, evaluasi jenis tanaman dan

pelaporan kegiatan saat monev.

Partisipasi dalam pemanfaatan

hasil

Partisipasi dalam pemanfaatan hasil adalah keikutsertaan

anggota dalam memanfaatan hasil berupa pemanfaatan

sarana, prasarana produksi dan pemanfaatan hasil panen

serta kepuasan rohani.

2. Faktor Internal Umur Umur adalah lamanya hidup anggota KWT yang terhitung

sejak lahir sampai dilakukannya penelitian yang dinyatakan

dalam tahun.

Pendidikan Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah

ditempuh anggota KWT responden dan merupakan

pendidikan terakhir yang dilalui anggota KWT.

Jenis pekerjaan Jenis pekerjaan adalah macam pekerjaan yang dimiliki

anggota KWT sebagai pekerjaan utama atau sampingan.

Pendapatan keluarga Pendapatan keluarga merupakan tingkat pendapatan yang

diterima keluarga anggota (suami dan istri) KWT yang

dinyatakan dalam rupiah.

Page 58: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

38

Luas lahan pekarangan Luas lahan pekarangan adalah jumlah luasan lahan

pekarangan yang dimiliki oleh anggota KWT dalam

program KRPL.

3. Faktor Eksternal Ketua KWT (Kelompok Wanita

Tani)

Ketua KWT (Kelompok Wanita Tani) merupakan pemimpin

yang berperan dalam program KRPL dilihat dari

keikutsertaan dan motivasi kepada anggota setiap adanya

kegiatan.

Penyuluh Pertanian Penyuluh pertanian adalah penyuluh dari UPT BP Dau yang

bertugas untuk memberikan pengarahan, pembinaan, dan

penyuluhan dalam program KRPL di Desa Petungsewu,

Dau, Malang.

Kepala desa Kepala desa adalah pimpinan tertinggi dalam pemerintahan

Desa Petungsewu, Dau, Malang.

Harga produk sayuran organik Harga produk sayuran organik adalah sejumlah uang yang

harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan produk

sayuran organik hasil program KRPL.

Ketersediaan media komunikasi Ketersediaan media komunikasi adalah penggunaan alat

komunikasi handphone untuk telepon, SMS, WA

(WhatssApp) atau BBM pada program KRPL.

Page 59: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

39

39

3.2.2 Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan skala likert untuk mengukur tanggapan anggota

KWT, yaitu dengan memberikan jawaban untuk satu pertanyaan. Skala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial (Ardial, 2013). Variabel yang diukur

untuk mengetahui partisipasi anggota terdiri dari 4 variabel yang diperoleh dari

tahapan dalam program KRPL. Tahapan tersebut adalah tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap pemanfaatan hasil. Masing-masing variabel

memiliki indikator yang berupa kegiatan real di lapang. Dari setiap indikator

terdapat beberapa macam jawaban yang masing-masing jawaban memiliki skor.

Untuk dapat mengetahui partisipasi anggota, peneliti perlu mengukur keterlibatan

anggota dalam setiap kegiatan. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberikan skor

(skoring). Skor tersebut bernilai satu sampai tiga. Sistem skor dengan skala Likert

adalah:

1. Apabila jawaban responden (A) diberi skor 3 yang menunjukkan nilai

tertinggi.

2. Apabila jawaban responden (B) diberi skor 2 yang menunjukkan nilai sedang.

3. Apabila jawaban responden (C) diberi skor 1 yang menunjukkan nilai rendah.

Tabel 2. Pengukuran Variabel Partisipasi Anggota KWT dalam Program KRPL

No Indikator Skor

I. Perencanaan Kegiatan

1. Keikutsertaan anggota dalam sosialisasi dari BKP3 untuk

membahas program KRPL

a. Hadir dan aktif bertanya dalam kegiatan sosialisasi

b. Hadir namun tidak aktif bertanya dalam kegiatan

sosialisasi

c. Tidak hadir dalam kegiatan sosialisasi

3

2

1

2. Keikutsertaan anggota dalam pertemuan KWT bersama BKP3

untuk persiapan KRPL

a. Hadir dan aktif bertanya dalam pertemuan

b. Hadir namun tidak aktif bertanya dalam pertemuan

3

2

Page 60: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

40

40

c. Tidak hadir dalam pertemuan 1

3. Keikutsertaan anggota dalam persiapan pelatihan pembuatan

pupuk cair

a. Hadir dan ikut mencari bahan untuk pelatihan

pembuatan pupuk cair

b. Hadir dan tidak ikut mencari bahan untuk pelatihan

pembuatan pupuk cair

c. Tidak hadir

3

2

1

4. Keikutsertaan anggota dalam persiapan pelatihan pembuatan

pestisida nabati

a. Hadir dan ikut mencari bahan untuk pelatihan

pembuatan pestisida nabati

b. Hadir dan tidak ikut mencari bahan untuk pelatihan

pembuatan pestisida nabati

c. Tidak hadir

3

2

1

5. Keikutsertaan dalam pengambilan keputusan penentuan lokasi

kebun bibit desa

a. Terlibat dan memberikan ide penentuan lokasi kebun

bibit desa

b. Terlibat namun tidak memberikan ide penentuan

lokasi kebun bibit desa

c. Tidak terlibat

3

2

1

6 Keikutsertaan dalam pengambilan keputusan penentuan lokasi

demplot

a. Terlibat dan memberikan ide penentuan lokasi

demplot

b. Terlibat namun tidak memberikan ide penentuan

lokasi demplot

c. Tidak terlibat

3

2

1

7. Keikutsertaan dalam pengambilan keputusan pembuatan

Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKKA)

program KRPL (pembuatan kebun bibit, demplot dan

Page 61: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

41

41

pemanfaatan pekarangan kelompok seperti bambu, benih, pot

try, polybag, paku, kawat, terpal, dll)

a. Terlibat dan memberikan ide macam kebutuhan

program KRPL

b. Terlibat namun tidak memberikan ide macam

kebutuhan program KRPL

c. Tidak terlibat

3

2

1

8. Keikutsertaan anggota dalam penentuan media tanam yang

digunakan

a. Berdasarkan ide dari anggota

b. Berdasarkan kesepakatan anggota dan penyuluh

c. Berdasarkan anjuran penyuluh

3

2

1

9. Keikutsertaan anggota dalam penentuan jenis tanaman yang

akan ditanam

a. Berdasarkan ide dari anggota

b. Berdasarkan kesepakatan anggota dan penyuluh

c. Berdasarkan anjuran penyuluh

3

2

1

10. Keikutsertaan dalam penentuan sistem pemupukan pada

tanaman

a. Berdasarkan ide dari anggota

b. Berdasarkan kesepakatan anggota dan penyuluh

c. Berdasarkan anjuran penyuluh

3

2

1

11. Keikutsertaan dalam penentuan sistem pengendalian hama

dan penyakit pada tanaman

a. Berdasarkan ide dari anggota

b. Berdasarkan kesepakatan anggota dan penyuluh

c. Berdasarkan anjuran penyuluh

3

2

1

Page 62: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

42

42

II. Pelaksanaan Kegiatan Skor

1. Keikutsertaan anggota dalam rapat KWT membahas program

KRPL

a. Sering (>2 kali selama program berjalan)

b. Jarang ( 1-2 kali selama program berjalan)

c. Tidak pernah mengikuti

3

2

1

2. Keikutsertaan anggota dalam pelatihan teknik budidaya

agrokompleks (ikan lele)

a. Hadir dan aktif bertanya

b. Hadir dan tidak aktif bertanya

a. Tidak hadir

3

2

1

3. Keikutsertaan anggota dalam pelatihan pembuatan pupuk cair

a. Hadir dan ikut mencoba membuat pupuk cair

b. Hadir dan tidak ikut mencoba membuat pupuk cair

c. Tidak hadir

3

2

1

4. Keikutsertaan anggota dalam pelatihan pembuatan pestisida

nabati

a. Hadir dan ikut mencoba membuat pestisida nabati

b. Hadir dan tidak ikut mencoba membuat pestisida

nabati

c. Tidak hadir

3

2

1

5. Keikutsertaan anggota dalam membuat Kebun Bibit Desa

(KBD)

a. Hadir dan ikut membuat Kebun Bibit Desa (KBD)

b. Hadir namun tidak ikut serta membuat Kebun Bibit

Desa (KBD)

c. Tidak hadir

3

2

1

6. Keikutsertaan anggota dalam penerapan media tanam yang

digunakan

a. Sesuai kesepakatan pada perencanaan program

b. Sebagian dari kesepakatan pada perencanaan program

c. Tidak sesuai dari kesepakatan pada perencanaan

3

2

1

Page 63: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

43

43

program

7. Keikutsertaan anggota dalam penerapan jenis tanaman yang

akan ditanam

a. Sesuai rencana di awal program dan inisiatif

menambah jenis tanaman sendiri

b. Sebagian dari rencana di awal program dan inisiatif

menambah jenis tanaman sendiri

c. Sebagian dari rencana di awal program dan tidak ada

inisiatif menambah jenis tanaman sendiri

3

2

1

8. Keikutsertaan anggota dalam pembibitan tanaman di KBD

a. Sering (>2 kali)

b. Jarang (1-2 kali)

c. Tidak pernah

3

2

1

9. Keikutsertaan anggota dalam menanam bibit di KBD

a. Sering (>2 kali)

b. Jarang (1-2 kali)

c. Tidak pernah

3

2

1

10. Keikutsertakan anggota dalam pengambilan bibit di KBD

a. Hadir dan ikut mengambil bibit (>2 kali)

b. Hadir dan ikut mengambil bibit (1-2 kali)

c. Tidak hadir

3

2

1

11. Keikutsertaan dalam melaksanakan perawatan di Kebun Bibit

Desa (KBD) dan demplot

a. Sering (>3 kali)

b. Jarang (1-3 kali)

c. Tidak Pernah

3

2

1

12. Keikutsertaan dalam penerapan sistem pemupukan pada

tanaman

a. Sesuai anjuran menggunakan organik

b. Sebagian dari anjuran menggunakan organik

c. Tidak sesuai anjuran menggunakan organik

3

2

1

13. Keikutsertaan dalam penerapan sistem pengendalian hama

Page 64: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

44

44

dan penyakit pada tanaman

a. Sesuai anjuran menggunakan organik

b. Sebagian dari anjuran menggunakan organik

c. Tidak sesuai anjuran menggunakan organik

3

2

1

14. Keikutsertaan dalam melaksanakan pemanenan tanaman di

demplot

a. Sering (>3 kali)

b. Jarang (1-3 kali)

c. Tidak Pernah

3

2

1

15. Keikutsertaan dalam melaksanakan pemasaran sayuran

organik hasil tanaman di demplot

a. Sering (>3 kali)

b. Jarang (1-3 kali)

c. Tidak Pernah

3

2

1

16. Keikutsertaan dalam melaksanakan pemanenan tanaman di

pekarangan

a. Aktif melaksanakan pemanenan untuk dikonsumsi dan

dijual

b. Aktif melaksankan pemanenan untuk dikonsumsi dan

tidak untuk dijual

c. Tidak aktif melaksanakan pemanenan

3

2

1

III. Evaluasi Kegiatan Skor

1. Terlibat dalam pemberian kritik dan saran

a. Terlibat dan ikut memberikan kritik dan saran

b. Terlibat dan ikut memberikan kritik namun tidak

memberikan saran

c. Tidak terlibat

3

2

1

2. Terlibat dalam mengidentifikasi masalah

a. Terlibat dan ikut aktif dalam mengidentifikasi masalah

b. Terlibat namun tidak ikut aktif dalam mengidentifikasi

masalah

c. Tidak terlibat

3

2

1

Page 65: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

45

45

3. Terlibat dalam evaluasi anggaran yang sudah digunakan

a. Terlibat dan ikut aktif mengevaluasi anggaran yang

sudah digunakan

b. Terlibat namun tidak ikut aktif mengevaluasi anggaran

yang sudah digunakan

c. Tidak terlibat

3

2

1

4. Terlibat dalam evaluasi jenis tanaman yang ditanam

a. Terlibat dan ikut aktif mengevaluasi jenis tanaman

yang sudah ditanam

b. Terlibat namun tidak ikut aktif dalam mengevaluasi

jenis tanaman yang sudah ditanam

c. Tidak terlibat

3

2

1

5. Terlibat dalam pertemuan pelaporan kegiatan saat monev dari

BKP3

a. Terlibat dan ikut aktif menjawab pertanyaan dalam

pelaporan kegiatan

b. Terlibat namun tidak aktif menjawab pertanyaan

dalam pelaporan kegiatan

c. Tidak terlibat

3

2

1

IV Pemanfaatan Hasil

1. Keikutsertaan dalam pemanfaatan sarana dan prasarana

produksi berupa polybag

a. Mendapatkan dan ikut serta menggunakan polybag

b. Mendapatkan tapi tidak ikut serta mengunakan

polybag

c. Tidak mendapatkan polybag

3

2

1

2. Keikutsertaan dalam pemanfaatan sarana dan prasarana

produksi berupa benih

a. Mendapatkan dan ikut serta menggunakan benih

b. Mendapatkan tapi tidak ikut serta mengunakan benih

c. Tidak mendapatkan benih

3

2

1

3. Keikutsertaan dalam pemanfaatan sarana dan prasarana

Page 66: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

46

46

produksi berupa bibit

a. Mendapatkan dan ikut serta menggunakan bibit dari

KBD

b. Mendapatkan tapi tidak ikut serta mengunakan bibit

dari KBD

c. Tidak mendapatkan bibit dari KBD

3

2

1

4. Keikutsertaan dalam pemanfaatan sarana dan prasarana

produksi berupa media tanam

a. Mendapatkan dan ikut serta menggunakan media

tanam

b. Mendapatkan tapi tidak ikut serta mengunakan media

tanam

c. Tidak mendapatkan media tanam

3

2

1

5. Keikutsertaan dalam pemanfaatan sarana dan prasarana

produksi berupa agens hayati

a. Mendapatkan dan ikut serta menggunakan agens

hayati

b. Mendapatkan tapi tidak ikut serta mengunakan agens

hayati

c. Tidak mendapatkan agens hayati

3

2

1

6. Keikutsertaan dalam pemanfaatan sarana dan prasarana

produksi berupa pupuk cair

a. Mendapatkan dan ikut serta menggunakan pupuk cair

b. Mendapatkan tapi tidak ikut serta mengunakan pupuk

cair

c. Tidak mendapatkan pupuk cair

3

2

1

7. Keikutsertaan dalam pemanfaatan sarana dan prasarana

produksi berupa pupuk bokashi

a. Mendapatkan dan ikut serta menggunakan pupuk

bokashi

b. Mendapatkan tapi tidak ikut serta mengunakan pupuk

bokashi

3

2

Page 67: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

47

47

c. Tidak mendapatkan pupuk bokashi 1

8. Keikutsertaan dalam pemanfaatan sarana dan prasarana

produksi berupa sprayer

a. Mendapatkan dan ikut serta menggunakan sprayer

b. Mendapatkan tapi tidak ikut serta mengunakan sprayer

c. Tidak mendapatkan sprayer

3

2

1

9. Keikutsertaan dalam menikmati hasil panen yang didapat dari

tanaman yang dibudidayakan

a. Ikut serta dan puas dengan hasil panen yang didapat

b. Ikut serta namun kurang puas dengan hasil panen yang

didapat

c. Tidak ikut serta menikmati hasil panen

3

2

1

10. Keikutsertaan merasakan kepuasan rohani melalui keindahan

tanaman

a. Ikut serta dan puas secara rohani dari keindahan

tanaman yang ditanam

b. Ikut serta namun kurang puas secara rohani dari

keindahan tanaman yang ditanam

c. Tidak ikut serta merasakan kepuasan rohani dari

keindahan tanaman yang ditanam

3

2

1

Skor Maksimal 126

Skor Minimal 42

Tabel 3. Pengukuran Variabel Indikator Faktor Eksternal terhadap Partisipasi

dalam Program KRPL

No Indikator Skor

Faktor Eksternal

1. Peranan ketua Kelompok Wanita Tani dalam program

KRPL (ikut aktif dalam setiap kegiatan, mengajak

anggota ikut rapat, mengajak perawatan di KBD dan

demplot)

Page 68: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

48

48

a. Sangat berperan (3 indikator)

b. Berperan (hanya 2 dari indikator di atas)

c. Kurang berperan ( hanya 1 dari indikator di atas)

3

2

1

2. Peranan penyuluh pertanian dalam program KRPL

(Membimbing dalam teknis budidaya, membimbing

kelengkapan administratif dalam program, melakukan

kunjungan rutin, memberikan informasi dan inovasi

teknologi kepada anggota serta memberikan solusi

terhadap masalah yang dihadapi KWT)

a. Sangat berperan (>3 indikator)

b. Berperan (Hanya 2 -3 dari indikator di atas)

c. Kurang berperan (Hanya 1 dari indikator di atas)

3

2

1

3. Jenis Pekerjaan yang ditekuni anggota KWT (berkaitan

dengan banyak waktu yang dimiliki untuk dapat

berpartisipasi dalam program)

a. Ibu rumah tangga (cukup banyak waktu yang

diluangkan pada kegiatan KRPL)

b. Ibu rumah tangga dan 1 pekerjaan sampingan

(waktu tidak hanya dicurahkan pada kegiatan

KRPL)

c. Ibu rumah tangga dan 2 pekerjaan sampingan

(waktu dicurahkan pada tugas di tempat kerja)

3

2

1

4. Peranan harga produk sayuran organik hasil program

KRPL

a. Sangat berperan (Mampu menutupi biaya

produksi dan mendapatkan keuntungan)

b. Berperan (Mampu menutupi biaya produksi

namun tidak mendapatkan keuntungan)

c. Kurang berperan (tidak mampu menutupi biaya

produksi)

3

2

1

5. Peranan Media komunikasi (penggunaan Handphone)

dalam setiap kegiatan pada program KRPL (telpon, sms,

Page 69: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

49

49

WA, dan BBM)

a. Memiliki dan menggunkan Handphone dalam

kegiatan KRPL ( >2 dari 4 indikator di atas)

b. Memiliki dan menggunkan Handphone dalam

kegiatan KRPL (1-2 dari 4 indikator di atas)

c. Tidak memiliki Handphone

3

2

1

Skor Maksimal 81

Skor Minimal 27

Page 70: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

50

50

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan pada penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah

(2007) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Jenis penelitian yang ada pada penelitian ini

adalah penelitian deskriptif. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989)

menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian untuk mengukur dengan

cermat terhadap fenomena sosial tertentu, peneliti mengembangkan konsep dan

menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian. Menurut Ardial (2013)

menyatakan bahwa penelitian dekriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk

eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan

jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit

yang diteliti.

4.2 Penentuan lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika Desa

Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan:

1. Rekomendasi dari penyuluh bahwa di Desa Petungsewu adalah salah satu

desa yang ditunjuk untuk menyukseskan program KRPL.

2. Desa Petungsewu terdapat Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika yang aktif

dan sudah menjalankan Program KRPL sampai tahap pengembangan.

Pelaksanaan Program KRPL sudah dilakukan mulai bulan Juli tahun 2015.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017.

1.3 Teknik Penentuan Responden

Metode penentuan responden dilakukan dengan metode sensus dan

purposive sampling.

1. Anggota KWT yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika

yang mengikuti program KRPL berjumlah 27 orang berdasarkan data yang

Page 71: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

51

51

diperoleh dari ketua KWT Dewi Sartika. Metode penentuan responden

menggunakan metode sensus.

Sensus adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan meneliti terhadap

setiap anggota populasi satu persatu (Subagyo, 2012). Sensus dilakukan

untuk meneliti seluruh unsur populasi dan mudah dilakukan jika jumlah

populasi terbatas (Ardial, 2013). Informasi pada sensus dikumpulkan dari

seluruh populasi (Singarimbun dan Effendi, 1989).

2. Key Informan yang terdiri atas penyuluh pertanian dan pengurus KWT

Dewi Sartika yang lebih mengerti terkait pelaksanaan program KRPL.

Pengurus KWT Dewi Sartika terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

Metode penentuan key informan yaitu menggunakan Purposive sampling.

Purposive sampling adalah penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja

(Ardial, 2013). Purposive sampling adalah pemilihan sekelompok subjek

didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut

yang erat dengan populasi yang diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit

sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang

diterapkan berdasarkan tujuan penelitian (Zuriah, 2007).

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan

di lokasi penelitian atau objek penelitian (Ardial, 2013). Data sekunder adalah

data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau sumber-sumber lain yang telah

tersedia sebelum penelitian dilakukan (Silalahi, 2010).

1. Data Primer

Data primer pada penelitian Program KRPL adalah data yang diperoleh

secara langsung dari KWT Dewi Sartika di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau,

Kabupaten Malang, Jawa timur dengan cara wawancara dan observasi. Selain itu,

didukung dengan dokumentasi. Dokumentasi digunakan sebagai alat perekam

kegiatan selama menjalankan penelitian. Dokumentasi terwujud dalam bentuk

gambar dan rekaman suara. Teknik dokumentasi digunakan untuk mendukung

Page 72: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

52

52

dari hasil wawancara dan observasi. Berikut akan dijelaskan teknik wawancara

dan observasi untuk mendapatkan sumber data primer.

a. Wawancara

Wawancara adalah satu dari sekian teknik pengumpulan data yang

pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung dengan yang diwawancarai dan

dapat juga secara tidak langsung (Ardial, 2013). Wawancara pada penelitian ini

dilakukan secara tatap muka langsung dengan responden. Penggalian informasi

dari 27 responden anggota KWT dan 1 penyuluh pertanian dengan instrumen

penelitian berupa kuisioner. Kuisioner berisi pertanyaan-pertanyaan tertulis dan

alternatif jawabannya, selain itu terdapat pertanyaan terbuka juga. Data primer

melalui wawancara yaitu meliputi karakteristik anggota KWT dan penyuluh

pertanian, implementasi program KRPL, partisipasi anggota pada program KRPL,

faktor internal dan eksternal yang ikut berperan dalam partisipasi anggota pada

program KRPL. Teknik wawancara ini ditujukan kepada seluruh responden yang

diteliti dan penyuluh pertanian. Pelaksanaan teknis wawancara adalah

- Kuisioner yang memegang adalah peneliti agar responden tidak mengalami

kebingungan dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan dalam

kuisioner.

- Pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka agar responden memberikan jawaban

sesuai dengan pengetahuan dan pandangannya.

- Setiap jawaban dari responden diklasifikasi sendiri oleh peneliti masuk dalam

kategori jawaban yang mana.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu

benda, kondisi, situasi, proses atau perilaku (Faisal, 2001). Observasi adalah

pemilihan, pengubahan, pencatatan dan pengkodean serangkaian perilaku dan

suasana yang berkenaan dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuan-tujuan

empiris (Ardial, 2013). Observasi berguna untuk menjelaskan, memberikan dan

merinci gejala yang terjadi (Ardial, 2013). Observasi dilakukan untuk

mendapatkan data primer dan memberikan data-data tambahan untuk melengkapi

data-data yang diperoleh dari metode wawancara. Peneliti melakukan observasi

partisipan yaitu dengan mengikuti kegiatan seperti penanaman, perawatan dan

Page 73: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

53

53

pemanenan yang ada di demplot dan kebun bibit desa (KBD). Peneliti juga

melakukan observasi non partisipan yaitu dengan melakukan pengamatan

tanaman yang dibudidayakan di demplot, kebun bibit desa dan masing-masing

pekarangan anggota.

2. Data Sekunder

Data sekunder digunakan untuk melengkapi data primer. Data diperoleh dari

berbagai pustaka, literatur, selain itu data sekunder didapatkan dari arsip dokumen

maupun dokumentasi yang dimiliki oleh KWT Dewi Sartika dan Penyuluh

Pertanian Petungsewu.

4.5 Teknik Analisis Data

4.5.1 Analisis Deskriptif

Analisis data kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif model interaktif

yang dikemukakan oleh Miles, Huberman dan Saldana. Analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif sampai jenuh (tidak diperoleh data atau informasi

baru). Analisis data kualitatif pada penelitian ini digunakan untuk menjawab

pertanyaan nomor satu. Miles, Huberman dan Saldana (2014) menyatakan bahwa

analisis dilakukan melalui tiga arus aktivitas bersamaan yaitu kondensasi data,

display data (tampilan data) dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif dari Miles,

Huberman dan Saldana (2014)

Sumber : Miles, Huberman dan Saldana (2014)

Pengumpulan

Data

Kondensasi

Data

Display Data

Kesimpulan/

verifikasi

Page 74: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

54

54

Berikut akan dijelaskan tahapan analisis data kualitatif

1. Kondensasi Data

Kondensasi data merujuk pada proses memilih, memfokusan,

menyederhanakan, mengabstrakan, dan mentransformasikan data yang mendekati

keseluruhan bagian dari catatan-catatan lapangan secara tertulis, transkrip

wawancara, dokumen-dokumen, dan materi-materi empiris lainnya. Melalui

kondensasi data, membuat data lebih kuat. Kondensasi data terjadi terus menerus

sepanjang penelitian yang berorientasi kualitatif. Kondensasi data adalah bentuk

analisis yang mempertajam, memilah, memfokuskan, membuang, dan mengatur

data sedemikian rupa sehingga kesimpulan "akhir" dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Display Data (Tampilan Data)

Aliran arus aktivitas analisis kedua adalah tampilan data. Secara umum,

tampilan adalah kumpulan informasi yang disusun dan diatur yang

memungkinkan membuat kesimpulan dan tindakan. Melihat tampilan membantu

kita memahami apa yang sedang terjadi dan melakukan sesuatu, baik menganalisis

lebih jauh atau mengambil tindakan berdasarkan pemahaman itu. Tampilan data

pada penelitian ini berupa tabel dan diagram. Semua dirancang untuk

mengumpulkan informasi terorganisir menjadi bentuk yang mudah diakses dan

ringkas sehingga dapat melihat apa yang terjadi dan menarik kesimpulan yang

benar atau beralih ke langkah analisis selanjutnya.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan "Final" mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data selesai,

tergantung pada ukuran kumpulan catatan lapangan, metode pengkodean,

penyimpanan, dan pengambilan yang digunakan, kecanggihan peneliti dan tenggat

waktu yang diperlukan untuk dipenuhi. Kesimpulan juga diverifikasi sebagai hasil

analis dengan melihat kembali catatan lapang secara singkat atau menyeluruh dan

terperinci. Pada penelitian ini analisis yang dilakukan selama pengumpulan data

dan sesudah pengumpulan data digunakan untuk menarik kesimpulan.

4.5.2 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif menggunakan analisis skala likert. Data

kuantitatif bermanfaat bagi pengembangan analisis data kualitatif, dan

Page 75: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

55

55

penggunaan data kuantitatif untuk mempertajam serta sekaligus memperkaya

analisis kualitatif (Bungin, 2003). Menurut Sugiyono (2008), statistik deskriptif

adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi. Statistika deskriptif adalah bagian statistika yang kegiatannya

mengenai pengumpulan data, penyajian, penentuan nilai-nilai statistika,

pembuatan diagram atau gambar mengenai sesuatu hal, di sini data hanya

disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami atau dibaca (Subagyo, 2012).

Skala dan indeks sikap biasanya menghasilkan ukuran yang interval, karena itu

ukuran interval merupakan salah satu ukuran yang paling sering dipakai dalam

penelitian sosial (Singarimbun dan Effendi, 1989). Skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial (Ardial, 2013). Pada penelitian ini skala likert digunakan untuk

mengetahui tingkat partisipasi petani pada program dan faktor yang berperan

dalam partisipasi dengan mendeskripsikan data rata-rata hasil penelitian. Analisis

data kuantitatif pada penelitian ini digunakan untuk menjawab tujuan nomor dua

dan tiga. Penjelasan dan perhitungan dengan menggunakan analisis skala likert.

Skala likert pada penelitian ini dilakukan untuk memberikan skor pada

setiap jawaban responden. Skor yang diberikan dibagi 3 kategori yaitu kategori 1

tinggi mendapat nilai 3, kategori sedang mendapat nilai 2 dan kategori rendah

mendapat nilai 1. Analisis skala likert dilakukan untuk mengukur tingkat

partisipasi anggota KWT dan mengetahui faktor internal, ekternal yang berperan

dalam partisipasi anggota KWT pada program KRPL di Desa Petungsewu,

Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Kumpulan data yang telah didapatkan

kemudian diberi skor atau dinilai. Terdapat tahapan dalam penentuan nilai atau

skoring. Analisis skoring menggunakan pengukuran dengan skala likert yang

meliputi tahapan sebagai berikut:

a. Menentukan banyaknya selang kelas

Selang kelas yang digunakan dengan membagi populasi menjadi tiga kelas

yaitu tinggi yang diberi nilai tiga, sedang diberi nilai dua dan rendah yang diberi

nilai satu.

Page 76: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

56

56

b. Menentukan Kisaran

Kisaran adalah selisih antara pengamatan tertinggi dengan pengamatan

terendah. Kisaran diperoleh melalui rumus:

R = Xt – Xr

Keterangan: R = Kisaran

Xt = Nilai pengamatan tertinggi

Xr = Nilai pengamatan terendah

b. Menentukan Selang Kelas

Selang kelas adalah jarak atau besarnya nilai antara kelas yang telah

ditemukan. Besarnya selang kelas diperoleh dengan rumus sebagai beikut:

I = R/K

Keterangan: I = Selang kelas

R = Kisaran

K = Banyaknya Kelas

Tabel 4. Penentuan Skoring

No Variabel Kisaran Selang

Kelas Kategori

1. Tingkat Partisipasi

a. Perencanaan R = Xt – Xr

= 33 – 11

= 22

I = R/K

= 22/3

= 7,3

Rendah = 11–18,3 ( 33,33%–55,45%)

Sedang = 18,4–25,7 (55,46%–77,58%)

Tinggi = 25,8–33 (77,59%–100%)

b. Pelaksanaan R = Xt – Xr

= 48 – 16

= 32

I = R/K

= 32/3

= 10,67

Rendah = 16–26,67 ( 33,33%–55,55%)

Sedang = 26,68–37,35 (55,56%–77,78%)

Tinggi = 37,36–48 (77,79%–100%)

c. Evaluasi R = Xt – Xr

= 15 – 5

= 10

I = R/K

= 10/3

= 3,3

Rendah = 5–8,3 (33,33%–55,33%)

Sedang = 8,4–11,7 (55,34%-77,34%)

Tinggi = 11,8–15 (77,35%-100%)

d. Pemanfaatan

Hasil

R = Xt – Xr

= 30 – 10

= 20

I = R/K

= 20/3

= 6,67

Rendah = 10–16,67 (33,33%–55,56%)

Sedang = 16,68–23,35(55,57%–77,80%)

Tinggi = 23,36-30 (77,81%–100%)

Page 77: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

57

57

e. Keseluruhan R = Xt – Xr

= 126–42

= 84

I = R/K

= 86/3

= 28

Rendah = 42–71 (33,33%–55,55%)

Sedang = 71,01–99,01 (55,56%–77,78%)

Tinggi = 99,02-126 (77,79–100%)

2. Faktor Eksternal R = Xt – Xr

= 81 – 27

= 54

I = R/K

= 54/3

= 18

Rendah = 27–45 (33,33%–55,55%)

Sedang = 45,01–63,01 (55,56%-77,78%)

Tinggi = 63,02–81 (77,79%-100%)

4.6 Keabsahan Data

Menurut Bungin (2003) menyatakan bahwa terdapat kriteria utama guna

menjamin keabsahan hasil penelitian kualitatif yaitu seperti menggunakan

triangulasi baik triangulasi metode maupun triangulasi sumber data. Keabsahan

hasil pada penelitian ini menggunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber.

1. Triangulasi metode yaitu menggunakan lintas metode pengumpulan data

(Bungin, 2003). Lintas metode pengumpulan data pada penelitian ini

melalui wawancara dan observasi serta didukung dengan dokumentasi.

2. Triangulasi sumber data yaitu memilih berbagai sumber data yang sesuai.

Triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui

berbagai sumber untuk memperoleh data (Sukriman, 2015). Berbagai

sumber data mulai dari sumber data primer (semua anggota KWT Dewi

Sartika dan penyuluh pertanian) maupun sumber data sekunder. Triangulasi

sumber dilakukan dengan membandingkan (mengecek ulang) informasi

yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.

Melalui penggunaan teknik triangulasi maka diperoleh informasi seluas-

luasnya atau selengkap-lengkapnya.

Page 78: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

58

58

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum

5.1.1 Deskripsi Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika

Gambaran umum dari Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika sebelum

mendapatkan program KRPL hingga melaksanakan program KRPL akan

dijelaskan sebagai berikut

a. Nama Kelompok Tani : Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika

b. Alamat : RT 12 / RW 03 Desa Petungsewu

c. Dusun : Petungsewu

d. Desa : Petungsewu

e. Kecamatan : Dau

f. Kabupaten : Malang

g. Tahun didirikan : 2014

KWT Dewi Sartika didirikan pada bulan Oktober tahun 2014, awal

berdirinya Kelompok Wanita Tani dari kumpulan ibu-ibu PKK. Kemudian ada

tawaran dari penyuluh Petungsewu yang pada saat itu masih Bapak Suliana untuk

mendirikan Kelompok Wanita Tani. Pada awal berdiri hanya memiliki 8 anggota

yang semuanya juga tergabung dalam kelompok ibu-ibu PKK. Kantor sekretariat

berlokasi di Dusun Petungsewu, Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten

Malang. Kantor sekretariat menggunakan rumah dari ketua Kelompok Wanita

Tani yaitu rumah Ibu Umi di RT 12 RW 03 Petungsewu. Saat ini jumlah

anggotanya sebanyak 27 orang termasuk dengan pengurus KWT nya yang resmi

ikut dalam KWT dan mendapatkan program KRPL.

Sebelum mendapatkan program KRPL, KWT Dewi Sartika telah memiliki

bekal seperti pernah melaksanakan pelatihan membuat bokashi, membuat susu

olahan kefir, membuat yogurt dan budidaya sayur di polybag. Anggota KWT

Dewi Sartika juga pernah mendapatkan penyuluhan dan pelatihan pembuatan

pupuk dari sampah organik dari dosen dan mahasiswa Universitas Malang. Selain

itu, juga mendapatkan pelatihan pemanfaatan sampah anorganik menjadi barang

yang bernilai ekonomis dari mahasiswa Universitas Malang. Kegiatan tersebut

Page 79: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

59

59

perlu dilakukan sebagai rintisan dalam pelaksanaan program KRPL di KWT Dewi

Sartika Desa Petungsewu, Dau.

Sampai saat ini belum ada penambahan jumlah anggota KWT lagi.

Pengurus KWT merasa ingin menerima anggota baru akan tetapi dengan syarat

harus dapat berpartisipasi pada setiap kegiatan KRPL. Anggota baru tidak hanya

menginginkan mendapatkan saprodi untuk menanam di lahan pekarangan karena

melalui adanya partisipasi maka tujuan dari program KRPL dapat tercapai.

Anggota KWT yang tergabung mendapatkan manfaat dari kegiatan yang

dijalankan dalam KWT mulai dari sebelum mendapatkan program KRPL hingga

mendapatkan program KRPL.

5.1.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika Desa Petungsewu

Kecamatan Dau, Kabupaten Malang sebagai berikut:

Pembina/Penasehat : 1. Kepala Desa Petungsewu

2. Kepala UPT BP Kecamatan Dau

3. PPL Desa Petungsewu

Gambar 3. Struktur Organisasi Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika

Sumber: Data Sekunder, 2017 (Diolah)

Keterangan tugas secara umum

a. Ketua KWT : bertanggung jawab memimpin KWT.

Ketua

Umi Kalsum

Sekretaris

Yuli Marawati

Bendahara

Khoriamah

Sie Pertanian

Misriati

Sie Olahan Pangan

Winariasih

Sie Perikanan

Pranti

Sie Kemitraan

Ria Susanti

Sie Inventaris

Sujiati

Sie Pemanenan

Eva Nur C.

Anggota

Page 80: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

60

60

b. Sekretaris : bertanggung jawab atas kelengkapan administrasi KWT, seperti

buku kegiatan, buku notulen, buku daftar hadir, dan buku daftar tamu.

c. Bendahara : bertanggung jawab mengatur aliran keungan kelompok dan

bertanggung jawab atas kelengkapan buku kas.

d. Sie olahan pangan : bertanggung jawab mengkoordinir pembuatan olahan

pangan.

e. Sie pertanian : bertanggung jawab mengkoordinir kegiatan seperti pembibitan,

penanaman, penyiangan, perawatan, pengendalian hama dan penyakit pada

tanaman yang ada di KBD dan Demplot.

f. Sie perikanan: bertanggung jawab mengkoordinir budidaya perikanan seperti

budidaya ikan lele.

g. Sie kemitraan : bertanggung jawab menjadi jembatan antara kelompok dengan

pemasaran di luar untuk memasarkan hasil panen maupun hasil olahan dari

KWT.

h. Sie Inventaris: bertanggung jawab atas kelengakapan apapun yang dimiliki

oleh KWT dan mencatat semua kepemilikan dari KWT seperti alat-alat,

saprodi, dll.

i. Sie Pemanenan: bertanggung jawab mengkoordinir kegiatan pemanenan

khususnya yang ada pada demplot.

Struktur organisasi di atas hanya dibuat sebagai prasyarat ketika

mengajukan program KRPL. Pada pelaksanaannya kurang sesuai dengan harapan.

Anggota yang menjabat di beberapa bagian tidak menjalankan tugas sebagai mana

mestinya. Semua menganggap dirinya anggota sehingga pengurus KWT yang

lebih bekerja keras untuk tetap menjalankan program KRPL.

5.1.3 Karakteristik Responden

Anggota KWT Dewi Sartika adalah responden pada penelitian ini.

Karakteristik responden merupakan salah satu hal yang perlu digambarkan untuk

mengetahui kondisi reponden secara umum di tempat penelitian. Responden

memiliki karakteristik yang beragam dan membedakan tipe perilaku anggota

KWT pada situasi tertentu. Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini adalah

Page 81: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

61

61

pendidikan terakhir, umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota

keluarga, jenis pekerjaan dan luas lahan pekarangan.

5.1.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tingkat pendidikan adalah salah satu ukuran untuk mengetahui tingkat daya

serap anggota KWT terhadap program KRPL. Pada penelitian ini pendidikan

terakhir dapat menjadi salah satu faktor yang berperan untuk responden

berpartisipasi pada program KRPL. Berikut akan dijelaskan karakteristik

responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir.

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 0 0,00

2 SD-SMP (Sederajat) 21 77,78%

3 SMA-Lebih 6 22.22%

Jumlah 27 100,00

Sumber: Data Primer, 2016 (Diolah)

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa anggota KWT sebagai responden

dalam penelitian sebagian besar pernah menempuh pendidikan formal. Dari total

keseluruhan jumlah anggota KWT sebanyak 27 orang, 21 diantaranya pernah

menempuh pendidikan SD hingga SMP dengan persentase sebesar 77,78%.

Anggota KWT yang memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 13 orang dan SMP

sebanyak 8 orang. Berikutnya, anggota KWT yang lulus SMA atau lebih

sebanyak 6 orang dengan persentase sebesar 22,22%. Anggota KWT yang

memiliki pendidikan SMA sederajat sebanyak 5 orang dan lulusan S1 sebanyak 1

orang. Melalui pemaparan tersebut diketahui bahwa sebagian besar anggota KWT

telah menempuh pendidikan formal walaupun masih didominasi pada tingkat

sekolah dasar.

Tingkat pendidikan anggota KWT dinilai tergolong kurang baik dan

menunjukkan bahwa kurang adanya kesadaran anggota KWT untuk melanjutkan

pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah anggota KWT

yang menyelesaikan pendidikannya hingga tamatan SMA atau lebih masih sedikit

hanya 6 orang. Secara tidak langsung, tingkat pendidikan akan mempengaruhi

pada motivasi mengikuti kegiatan KRPL. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka

Page 82: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

62

62

akan semakin cepat pula kemampuan anggota KWT dalam menerima suatu

inovasi dan informasi untuk pengembangan kegiatan pemanfaatan lahan

pekarangan.

5.1.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur adalah lamanya hidup responden yang terhitung sejak lahir sampai

dilakukannya penelitian. Pada penelitian ini umur dapat menjadi salah satu faktor

yang berperan untuk responden berpartisipasi pada program KRPL. Berikut akan

dijelaskan pembagian anggota KWT sesuai karakteristik umur.

Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No. Karakteristik Umur Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1. <30 5 18,52%

2. 31-40 12 44,44%

3. >40 10 37,04%

Jumlah 27 100,00

Sumber: Data Primer, 2016 (Diolah)

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa jumlah responden didominasi

oleh anggota KWT yang berumur antara 31-40 tahun. Terdapat 12 anggota KWT

yang berumur diantara 31-40 tahun dengan persentase 44,44%. Anggota KWT

yang berusia diatara 31-40 tahun tergolong umur dengan kategori sedang.

Anggota KWT yang memiliki usia kurang dari 30 tahun sebanyak 5 orang dengan

persentase 18,52%. Anggota KWT dengan usia di atas 40 tahun sebanyak 10

orang dengan persentase 37,04%. Data tersebut menunjukkan bahwa masih

minimnya keikutsertaan ibu muda dalam program KRPL.

Berhasil tidaknya suatu program dalam suatu kelompok atau organisasi

dipengaruhi oleh sumberdaya manusia, karena umur berhubungan dengan

kemauan dan kemampuan secara fisik untuk terlibat atau berperan serta dalam

program KRPL. Semakin tua umur seseorang maka umumnya produktivitas

semakin menurun seiring menurunnya daya ingat dan daya tahan tubuh.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sebagian besar anggota KWT

didominasi dengan anggota KWT yang memiliki usia produktif sehingga

memiliki semangat untuk ikut berperan dalam pembangunan.

Page 83: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

63

63

5.1.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Anggota KWT yang mengikuti program KRPL seluruhnya (100%) adalah

perempuan dan merupakan ibu rumah tangga. Program KRPL bertujuan untuk

memanfaatkan lahan pekarangan rumah tangga, sehingga peran dari ibu rumah

tangga merupakan sasaran yang tepat pada program ini. Berikut akan dijelaskan

karakteristik responden berdasarkan tingkat jenis kelamin.

Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Karakteristik Jenis

Kelamin Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1. Laki-laki 0 0%

2. Perempuan 27 100%

Jumlah 27 100,00

Sumber: Data Primer, 2016 (Diolah)

5.1.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Status perkawinan anggota KWT pada penelitian ini menunjukkan bahwa

100% atau seluruhnya memiliki status perkawinan yang telah menikah. Anggota

KWT yang memiliki status telah menikah akan berbeda dengan yang lajang atau

telah bercerai. Anggota yang telah menikah mempunyai tanggungan terhadap

keluarganya. Hal ini dapat dimengerti karena konsekuensi partisipasi pada

program KRPL akan berpengaruh terhadap keseluruhan sistem keluarga, mulai

dari suami, anak dan anggota keluarga lainnya. Berikut akan dijelaskan

karakteristik responden berdasarkan status perkawinan.

Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan

No. Karakteristik Status

Perkawinan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1. Belum Menikah 0 0%

2. Menikah 27 100%

Jumlah 27 100,00

Sumber: Data Primer, 2016 (Diolah)

5.1.3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga pada program

KRPL sebagian besar memiliki anggota keluarga antara 3-4 orang dengan

persentase 77,78%. Anggota KWT yang memiliki jumlah anggota keluarga <3

Page 84: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

64

64

hanya 1 orang dengan persentase 3,70%, sedangkan yang memiliki jumlah

anggota keluarga >4 orang ada 5 anggota dengan persentase 18,52%. Jumlah

anggota keluarga akan mempengaruhi jumlah kebutuhan pangan yang harus

dipenuhi. Melalui partisipasi pada program KRPL maka akan memungkinkan

mengurangi pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan gizi

keluarga. Berikut akan dijelaskan karakteristik responden berdasarkan jumlah

anggota keluarga.

Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

No.

Karakteristik

Jumlah Anggota

Keluarga

Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1. < 3 orang 1 3,70%

2. 3-4 orang 21 77,78%

3. > 4 5 18,52%

Jumlah 27 100,00

Sumber: Data Primer, 2016 (Diolah)

5.1.3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Sampingan

Pekerjaan sampingan merupakan pekerjaan lain yang dimiliki oleh anggota

KWT selain profesinya sebagai seorang ibu rumah tangga. Anggota KWT

seluruhnya memiliki pekerjaan utama yaitu sebagai ibu rumah tangga. Keseharian

anggota KWT selain mengurus pekerjaan rumah tangga juga melakukan pekerjaan

lainnya. Pekerjaan lain seperti petani, buruh tani, pedagang, karyawan, guru,

wiraswasta dan pembantu rumah tangga. Pekerjaan sampingan yang dimiliki oleh

anggota KWT berkaitan dengan waktu yang dimiliki anggota tersebut untuk

berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan kelompok artinya jika anggota KWT

memiliki pekerjaan selain ibu rumah tangga maka kesempatan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh kelompok akan

berkurang dikarenakan kesibukan di pekerjaan lainnya. Berikut akan dijelaskan

karakteristik responden berdasarkan pekerjaan sampingan.

Page 85: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

65

65

Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Sampingan

No. Karakteristik Pekerjaan

Sampingan

Jumlah Responden

(Orang) Persentase (%)

1. Tidak memiliki 11 40,74

2. Petani 2 7,41

3. Pembantu rumah tangga 3 11,11

4. Karyawan 2 7,41

5. Pedagang 2 7,41

6. Pembantu rumah tangga + petani 1 3,70

7. Pembantu rumah tangga+ buruh

tani 1 3,70

8. Pedagang+Wiraswasta 1 3,70

9. Karyawan+Petani 2 7,41

10. Karyawan+wiraswasta 1 3,70

11. Guru 1 3,70

Jumlah 27 100,00

Sumber: Data Primer, 2016 (Diolah)

Anggota KWT yang mengikuti program KRPL hampir secara keseluruhan

tidak hanya menjalankan pekerjaan rumah tangga saja. Hanya ada 40,74%

anggota KWT yang menjadi ibu rumah tangga tanpa memiliki pekerjaan

sampingan lainnya. Sebanyak 7,41% bekerja sebagai petani membantu kepala

keluarga mengerjakan usahatani. Sebanyak 11,11% anggota KWT juga bekerja

sebagai pembantu rumah tangga. Sebanyak 7,41% anggota KWT menjadi

karyawan yaitu karyawan membungkus makanan ringan dan karyawan di sebuah

cafe. Sebanyak 7,41% melakukan usaha dagang seperti membuka warung yang

menjual sembako, dan menjual makanan ringan untuk menambah pemasukan

keluarga. Sebanyak 3,70% bekerja sebagai pembantu di sebuah kos yang

merangkap petani juga. Sebanyak 3,70% bekerja sebagai ibu pembantu rumah

tangga yang merangkap buruh tani juga. Sebanyak 3,70% bekerja sebagai

pedagang dan wiraswasta menjahit. Sebanyak 7,41% bekerja sebagai karyawan

dan petani yaitu karyawan sarang walet dan karyawan pabrik botol aqua bekas.

Sebanyak 3,70% menjadi karyawan untuk sensus toko dan menjadi wiraswasta

dengan membuka usaha laundry. Sebanyak 3,70% menjadi menjadi seorang guru.

Sebanyak 3,70% menjadi pembantu rumah tangga dan buruh tani.

Page 86: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

66

66

5.1.3.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan Pekarangan

Luas lahan pekarangan adalah jumlah luasan lahan pekarangan yang

dimiliki oleh anggota KWT untuk penerapan program KRPL. Berikut akan

dijelaskan karakteristik responden berdasarkan luas lahan pekarangan.

Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan Pekarangan

No. Karakteristik Luas

Lahan Pekarangan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1. < 25 m2 25 92,60%

2. 25-50 m2 1 3,70%

3. > 50 m2 1 3,70%

Jumlah 27 100,00

Sumber: Data Primer, 2016 (Diolah)

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa luas lahan pekarangan anggota

KWT berada pada kisaran luas lahan <25 m2. Hanya ada 1 anggota KWT yang

memiliki luas lahan antara 25-50 m2 dengan persentase 3,70% dan 1 anggota

KWT yang memiliki luas lahan >50 m2

dengan persentase 3,70%.

5.2 Hasil dan Pembahasan

5.2.1 Implementasi Program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan

melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

Implementasi program KRPL adalah penyelenggaraan program KRPL mulai dari

tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan hasil. Implementasi

program KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika akan diuraikan sebagai

berikut:

5.2.1.1 Tahap Perencanaan

Tahapan perencanaan untuk memulai desa baru yang mendapatkan program

KRPL harus melewati 10 tahapan awal program. 10 tahapan tersebut akan

diuraikan sebagai berikut:

1. Penawaran dari Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh

Pertanian (BKP3) kepada semua Kecamatan

Tim Teknis P2KP kabupaten melakukan identifikasi Calon Penerima

(CP)/Calon Lokasi (CL) berkoordinasi dengan Camat untuk memilih lokasi desa

dan dengan Kepala Desa untuk memilih kelompok yang memenuhi kriteria sesuai

dengan pedoman teknis P2KP. Tim Teknis P2KP Kabupaten Malang melalui

Page 87: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

67

67

BKP3 memberikan penawaran kepada semua Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang

ada di Kabupaten Malang. Salah satunya yaitu UPT yang ada di Kecamatan Dau.

Melalui penyuluh yang bertugas di Kecamatan Dau memilih KWT yang dapat

diajukan untuk mendapatkan program KRPL. Saat ini BKP3 telah berubah nama

menjadi Dinas Ketahanan Pangan.

2. Pengajuan Proposal kepada Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana

Penyuluh Pertanian (BKP3)

Masing-masing kecamatan melakukan pengajuan proposal kepada BKP3

atas nama KWT. KWT yang boleh diajukan untuk mendapatkan program KRPL

adalah KWT yang telah mempuanyai Surat Keputusan (SK) Bupati. KWT Dewi

Sartika mengajukan sebagai calon penerima bantuan sosial program KRPL karena

sudah mempunyai SK Bupati sejak per januari 2015. Hal tersebut juga didukung

dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh Pak Ady sebagai penyuluh:

“Kelompok yang diperbolehkan mengajukan menjadi calon penerima

bantuan itu kelompok yang sudah punya SK Bupati. Kebetulan KWT Dewi

Sartika berdiri sejak bulan Oktober 2014 dan langsung SK Bupati per 1

Januari 2015 mbak. Jadi, bukan organisasi gelap. Melalui SK ini

menunjukkan kalau kelompoknya itu legal dan diakui oleh pemerintah

daerah. Program-program yang dari dinas-dinas atau pemerintah daerah

harus mempunyai SK penerimanya”.

Gambar 4. Wawancara dengan Pak Ady (Penyuluh)

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Penyuluh sangat berperan pada proses pengajuan proposal milik KWT Dewi

Sartika untuk mendapatkan program KRPL. Sebelumnya penyuluh bekerja di

Page 88: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

68

68

BKP3 bidang penganekaragaman tahun 2010-2015. Pengalaman bekerja tersebut

membuat penyuluh mengetahui kriteria KWT yang memungkinkan untuk

mendapatkan program KRPL. Sehingga, kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan

oleh KWT Dewi Sartika menjadi keunggulan yang dapat disampaikan di dalam

proposal seperti melaksanakan pelatihan membuat bokashi, membuat susu olahan

kefir, membuat yogurt dan budidaya sayur di polybag. Hal ini menunjukkan

bahwa KWT Dewi Sartika adalah KWT yang aktif melakukan kegiatan.

3. Seleksi Proposal Calon Penerima Program KRPL

Seleksi Calon Penerima dan Calon Lokasi (CP/CL) secara umum meliputi

seleksi administrasi dan seleksi aspek teknis dengan tahapan meliputi seleksi

daftar panjang (long-list), daftar sedang (medium-list), dan daftar pendek (short-

list). Adapun tahap seleksi CP/CL adalah seluruh usulan/proposal yang masuk

dalam daftar panjang (long-list) diseleksi secara administratif. Pemilihan KWT

dengan proposal yang paling bagus. Kriteria bagus adalah proposal lengkap mulai

dari latar belakang, susunan kepengurusan dan foto-foto kegiatan kelompok

wanita taninya.

Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh Pak Ady

sebagai penyuluh:

“Proposal akan ditampung oleh BKP3. BKP3 akan memilih proposal yang

layak sesuai dengan potensi dan daerahnya. Proposal yang dipilih harus

memenuhi kriteria mbak, yaitu proposal yang dianggap bagus. Nah kriteria

bagus itu ya proposal yang lengkap mulai dari latar belakangnya ada

susunan kepengurusan sama ada foto-foto kegiatan kelompok wanita

taninya. Foto-foto tersebut sebagai bukti kalau kelompoknya itu sudah

berjalan”.

Syarat dan kriteria yang harus dipenuhi Calon Penerima dan Calon Lokasi

(CP/CL) yang diidentifikasi

1. Kelompok wanita yang beranggotakan minimal 15 (lima belas) rumah tangga

dan berdomisili berdekatan dalam satu kawasan, sehingga dapat membentuk

kawasan pekarangan dengan konsep KRPL.

2. Bukan kelompok penerima bantuan pemerintah lainnya dari lingkup

kementerian pertanian di tahun berjalan.

Page 89: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

69

69

3. Memiliki kelembagaan yang sah dan struktur organisasi/kepengurusan yang

jelas dan diketahui kepala desa/lurah, minimal memiliki struktur kelompok:

ketua, sekretaris, bendahara serta seksi pengelola kebun bibit.

4. Mampu menyediakan lahan untuk kebun bibit (bukan menyewa lahan) dan

memeliharanya untuk kepentingan anggota kelompok dan masyarakat desa

lainnya.

5. Setiap anggota wajib mengembangkan pemanfaatan pekarangan dengan

menanam tanaman sumber pangan (sayur, buah, umbi) ataupun memelihara

ternak kecil dan ikan.

6. Mampu mengelola keuangan kelompok dan melaksanakan kegiatan secara

berkesinambungan.

7. Mempunyai anggota yang dapat berpartisipasi dan memiliki semangat yang

tinggi terhadap kegiatan KRPL. Sejak awal kelompok agar mendapat

pendampingan dari petugas lapang atau penyuluh. Untuk itu, kelompok

sebaiknya memiliki jadwal rutin untuk pertemuan atau aktifitas kelompok,

sehingga petugas lapang atau penyuluh dapat melakukan pembinaan pada saat

pertemuan tersebut.

Kabupaten Malang terdapat 33 kecamatan. 1 kecamatan biasanya terdapat 3

KWT, tapi biasanya yang mengajukan hanya 20 kecamatan dan misal masing-

masing mengajukan 2 KWT. Total akan ada 40 proposal yang masuk ke BKP3.

Setiap tahunnya program KRPL hanya akan menambah 6 desa baru karena

kekuatan anggarannya hanya untuk 6 desa. Sehingga untuk cek lokasi setidaknya

2 kali lipat dari target dan biasanya di ambil 15 proposal. KWT Dewi Sartika telah

memenuhi syarat sebagai calon penerima bantuan program KRPL, selain itu

secara administratif juga telah memenuhi sehingga dapat masuk ke tahap

selanjutnya untuk dilakukan cek lokasi.

4. Cek Lokasi Kelompok Wanita Tani (KWT)

Bagi yang lulus seleksi administratif akan masuk ke dalam daftar sedang

(medium-list) untuk selanjutnya dilakukan seleksi aspek teknis. Proposal yang

terpilih dari semua yang mengajukan akan dilakukan proses pengecekan lokasi.

Pada saat pengecekkan yang perlu dipastikan seperti keberadaan susunan

Page 90: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

70

70

pengurusnya, menunjukkan calon lokasi demplot, buku kegiatan kelompok dan

buku tamu kelompok.

Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh Pak Ady

sebagai penyuluh:

“15 proposal terbaik yang lolos akan dilakukan cek lokasi. Pada saat cek

lokasi BKP3 memastikan apa yang tertulis di proposal memang benar

adanya seperti adanya kegiatan yang dilakukan oleh kelompok dibuktikan

dengan adanya buku kegiatan dan buku tamu. Biasanya nanti anggota

ditanya dari kapan KWT berdirinya, siapa ketuanya, pengurusmya, apa

saja kegiatannya. Nah jawaban dari ketua dan anggota bisa saja berbeda,

karena kan mereka tahu kalau akan ada kunjungan semua anggota disuruh

datang dan biasanya anggota tidak begitu tahu tentang kegiatan KWT nya”.

5. Pemilihan KWT Penerima Program KRPL oleh Badan Ketahanan Pangan

dan Pelaksana Penyuluh Pertanian (BKP3)

Bagi yang lulus aspek teknis akan masuk ke dalam daftar pendek (shortlist).

Calon yang masuk dalam daftar pendek (short-list) ini kemudian diusulkan untuk

ditetapkan sebagai kelompok penerima manfaat. BKP3 memilih KWT yang akan

menerima bantuan setelah adanya cek lokasi.

Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh Pak Ady

sebagai penyuluh:

“Jadi, BKP3 nanti memilih KWT yang layak dapat program. Dari misal 15

proposal tadi yang di cek lokasi di ambil 6 KWT”.

6. Sosialisasi dari Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh

Pertanian (BKP3) kepada KWT

Sosialiasi adalah tahap setelah BKP3 menetapkan KWT yang mendapatkan

program KRPL. Pada tahap sosialisasi penyuluh pertanian beserta BKP3

memberikan informasi tentang program secara keseluruhan dan disampaikan

mengenai juknis KRPL lengkap. Informasi yang diberikan mulai dari pengetahuan

tentang program KRPL, tahapan KRPL, hak KWT, kewajiban KWT, jumlah dana

yang didapatkan dan sistem evaluasi/monev yang akan dilakukan kedepannya.

Melalui kegiatan sosialisasi, anggota KWT dapat mengetahui garis besar program

Page 91: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

71

71

KRPL. KRPL adalah bagian dari program P2KP (Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan). Kegiatan KRPL terdiri dari demplot, kebun bibit dan

optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan di masing-masing anggota. Dana pada

tahap penumbuhan sebesar Rp 15.000.000 dengan rincian penggunaan Rp

8.000.000 untuk pengembangan pekarangan anggota, Rp 2.000.000 untuk

pengembangan demplot kelompok dan Rp 5.000.000 untuk kebun bibit. Pencairan

dana harus ada Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKKA), sehingga

pada saat sosialisasi terdapat arahan untuk membuat membuat RKKA. KWT

Dewi Sartika mendapatkan program KRPL di tahun 2015, maka sebelum

pencairan dana harus membuat RKAA 2015.

Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh Pak Ady

sebagai penyuluh:

“Saat sosialisasi kita jelaskan kegiatannya apa, mulai tahapannya apa,

mulai dananya seberapa yang didapatkan. Nah dari situ kita tahu dananya

dan kita suruh bikin RKKA. Jadi sosialiasi itu hanya bentuk kegiatan bukan

teknik. RKKA akan dibuat setelah ada jumlah uang yang akan diberikan

kepada kelompok, kebetulan untuk KWT Dewi Sartika hanya mampu untuk

mengelola pertanian dan perikanan saja, jadi RKKA nya juga dianggarkan

untuk 2 sektor tadi”.

7. Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKKA) diserahkan kepada

Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh Pertanian (BKP3)

Langkah selanjutnya apabila kelompok sudah ditetapkan sebagai penerima

bantuan, maka kelompok perlu membuat identifikasi kebutuhan kelompok sebagai

salah satu langkah persiapan sebelum melakukan pengembangan KRPL.

Identifikasi kebutuhan meliputi: kebutuhan sarana, prasarana dan teknologi, serta

komoditas tanaman dan air misalnya kebutuhan bibit tanaman, kebun bibit,

peralatan dan perlengkapan lainnya. Kebutuhan tersebut dituangkan dalam

Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKKA). Identifikasi kebutuhan ini

dapat diperoleh melalui diskusi dalam suatu pertemuan kelompok atau

pendalaman kepada beberapa anggota kelompok pada pertemuan terbatas. Setiap

anggota kelompok dapat mengusulkan kebutuhan untuk masing-masing

Page 92: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

72

72

pekarangannya dalam musyawarah kelompok yang dituangkan dalam Rencana

Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKKA). Pada KWT Dewi Sartika yang

membuat RKKA adalah penyuluh pertaniannya.

Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh Pak Ady

sebagai penyuluh:

“Iyah saya yang buat tapi harusnya pengurus.”

Apabila RKKA yang telah dibuat oleh KWT masih kurang sesuai maka

akan dikembalikan lagi ke KWT. Setelah RKKA disetujui oleh BKP3 akan

dilaksanakan sosialisasi teknis.

“RKKA yang sudah jadi disetorkan ke BKP3. Peraturannya kalau RKKA

dianggap belum sesuai maka akan dikembalikan lagi ke kelompok untuk

diperbaiki. Hingga RKKA dianggap sudah sesuai dengan yang semestinya.

Tidak sesuai itu misalkan tidak logis seperti cenderung hanya pada 1

komoditas saja, padahal harus bervariasi”.

RKKA yang telah dibuat oleh KWT Dewi Sartika meliputi sektor pertanian

dan perikanan. Hal tersebut disesuaikan dengan kemampuan dari KWT. Sektor

perikanan dengan membudidayakan ikan lele. Pemilihan ikan lele untuk

dibudidayakan karena dianggap paling mudah dibandingkan dengan budidaya

ikan yang lain apabila untuk pemula.

8. Sosialisasi Teknis oleh Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh

Pertanian (BKP3)

Setelah RKKA diterima oleh BKP3, maka selanjutnya BKP3 bersama

dengan penyuluh pertanian yang bertanggung jawab atas kelompok penerima

bantuan melakukan sosialisasi teknis untuk persiapan KRPL. Sosialisasi teknis

meliputi penjelasan teknis penggunaan dana, KWT harus memiliki buku-buku

administrasi secara baik untuk pencatatan kegiatan. Administrasi yang dimaksud

seperti buku kegiatan, buku kas, buku notulen, buku daftar hadir dan buku daftar

tamu. Pada saat sosialisasi teknis juga diarahkan untuk pembuatan rekening.

Bantuan dana harus dimanfaatkan dengan benar sesuai dengan RKKA dan adanya

harapan keaktifan anggota agar program dapat berjalan dengan baik.

Page 93: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

73

73

Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh Pak Ady

sebagai penyuluh:

“ Sosialisasi teknis itu pilihan, kalau ada waktu ya sosialisasi teknis , kalau

tidak ada ya tidak dilaksanakan. Tetapi di KWT Dewi Sartika kemaren

dilakukan sosialisasi teknis. Informasinya dari teknis penggunaan data

untuk KBD berapa, untuk demplot berapa dan pekarangan berapa sama

sosialisasi pembuatan rekening”.

9. Pembuatan Rekening Kelompok

Setelah sosialisasi teknis dari BKP3, maka kelompok penerima bantuan

program KRPL harus membuat tekening kelompok untuk penyaluran dana

program. KWT Dewi Sartika membuat rekening kelompok menggunakan

rekening BRI.

10. Transfer Dana dan Pembelanjaan Dana

Transfer dana yang dilakukan merupakan awal dari kelompok untuk

memulai kegiatan program KRPL. Dana yang didapatkan oleh KWT Dewi Sartika

pada program KRPL pada tahap penumbuhan adalah 15 juta dan pada tahap

pengembangan adalah 10 juta. Dana tersebut digunakan untuk pembuatan demplot

dan kebun bibit desa serta pemanfaatan pekarangan anggota agar program dapat

terlaksana dengan baik. Pembelanjaan dana disesuaikan dengan RKKA yang telah

dibuat.

5.2.1.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah tahap teknis melaksanakan apa yang telah

direncanakan dan disepakati bersama. KWT Dewi Sartika melakukan pelaksanaan

budidaya untuk sektor pertanian dan perikanan. Budidaya pertaniannya mulai dari

penyiapan media tanam, pembibitan, penanaman, perawatan, panen dan pasca

panen serta pemasaran hasil. Budidaya perikanan berupa budidaya ikan lele.

Terdapat kegiatan pelatihan seperti pembuatan pupuk cair dan pestisida nabati

serta pertemuan bersama dengan penyuluh yang dilakukan setiap 1 bulan sekali.

Pelaksanaan kegiatan budidaya tanaman pada program KRPL secara umum akan

diuraikan sebagai berikut:

Page 94: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

74

74

a. Penyiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan untuk menanam baik di demplot maupun di

pekarangan anggota menggunakan pupuk bokashi berdasarkan anjuran dari

penyuluh. Kemudian anggota merasa kalau hanya menggunakan pupuk bokashi

tanah akan cepat padat lama kelamaan. Sehingga anggota memiliki ide untuk

ditambahkan tanah hutan dan anggota juga berinisitif menggunakan pupuk

kandang berupa kotoran sapi maupun kambing. Perbandingan tanah hutan dengan

pupuk bokashi adalah 2:1.

b. Pembibitan

Tanaman yang ditanam terkadang ada yang harus dibibitkan terlebih dahulu.

Ada beberapa tanaman yang pernah dibibitkan oleh KWT Dewi Sartika yaitu

mulai dari sawi manis, terong, sawi daging, kubis, dan seledri. Pada awal

melaksanakan program KRPL, kegiatan pembibitan dilakukan di tanah langsung

dengan membuat bedengan. Hasil bibit yang dibibitkan pada bedengan ternyata

tidak begitu bagus. Selanjutnya, kegiatan pembibitan dilakukan dengan

menggunkan pot try.

Gambar 5. Pembibitan menggunkaan

bedengan

Gambar 6. Pembibitan menggunkaan

pot try

Sumber: Dokumentasi Penyuluh, 2015 Sumber: Observasi Lapang, 2017

c. Penanaman

Setelah pembibitan dilakukan kegiatan penanaman. Kegiatan penanaman

ada yang berupa bibit yang sebelumnya sudah disemaikan ada yang langsung

berupa benih. KWT Dewi Sartika juga melakukan penanaman yang langsung

menggunakan benih. Penanaman yang langsung berupa benih seperti benih

kangkung, cabai, tomat, bawang merah dan timun.

Page 95: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

75

75

Gambar 7. Penanaman benih kangkung

Sumber: Observasi Lapang, 2017

d. Perawatan

Kegiatan perawatan khususnya perawatan tanaman yang ada di KBD, dan

demplot, serta pada masing-masing tanaman anggota. Kegiatan perawatan pada

KBD dan demplot awalnya dibuat giliran piket, akan tetapi tidak berjalan

sepenuhnya. Jadwal perawatan cukup intensif pada saat musim kemarau karena

tanaman yang ada di polybag membutuhkan air yang lebih dari musim penghujan.

Perawatan yang dilakukan meliputi penyiraman, pencabutan rumpu-rumput

(penyiangan), penyulaman, pengendalian hama dan penyakit serta pemupukan.

(a) (b)

Gambar 8. Perawatan: a. Penyiraman oleh anggota; b. Penyiangan oleh anggota

Sumber: Observasi Lapang, 2017

Gambar 9. Pengendalian Hama dan penyakit

Sumber: Dokumentasi Pengurus KWT, 2016

e. Panen dan Pasca Panen

Page 96: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

76

76

Kegiatan panen tidak hanya dilakukan di masing-masing lahan pekarangan

anggota akan tetapi juga di demplot kelompok. Tanaman yang ditanam adalah

sayuran yang sebagian besar tidak hanya sekali panen, akan tetapi ada juga yang

sekali panen seperti sayur sawi. Kegiatan panen juga membutuhkan partisipasi

aktif anggota KWT untuk ikut membantu karena apabila hasil panen yang akan

dijual maka harus dilakukan kegiatan pasca panen seperti membersihkan dan

mengikat sayuran.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 10. Panen dan Pasca Panen: a.dan b. serta c. Panen; d. Pasca Panen

Sumber: Dokumentasi Pengurus, 2016 dan Observasi Lapang, 2017

f. Pemasaran

Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang juga tak kalah penting dari

kegiatan budidaya. Pemasaran bertujuan agar uang yang didapat digunakan untuk

perputaran kas yang ada di kelompok. Pemasaran masih sangat minim karena

hanya dijual kepada masyarakat sekitar seperti di sekolah TK, atau pedagang

sekitar saja dengan harga yang sama dengan sayuran yang non organik. Penyuluh

telah memberikan rekomendasi tempat pemasaran sayuran organik dengan harga

yang tinggi akan tetapi konsekuensinya KWT harus mampu memenuhi ragam

sayuran dan kontinuitas dari jumlah yang dijual, akan tetapi KWT merasa belum

Page 97: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

77

77

mampu memenuhi permintaan tersebut dikarenakan luasan lahan pekarangan yang

digunakan untuk program KRPL masih relatif sempit, sehingga ragam sayuran

dan jumlah yang ditanam pun belum banyak.

Selain kegiatan budidaya pada tahap pelaksanaan juga terdapat beberapa

pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anggota dalam

budidaya sayur organik dan lebih memanfaatakan lahan pekarangan. Seperti

pelatihan pembuatan pupuk cair dan pembuatan pestisida nabati serta pelatihan

budidaya lele. Kegiatan tersebut melibatkan anggota KWT dan Penyuluh

Pertanian serta BKP3.

5.2.1.3 Tahap Evaluasi

Evaluasi kegiatan KRPL dilakukan pada demplot dan pengembangan

pekarangan anggota. Seluruh anggota KWT dan Penyuluh pertanian terlibat dalam

kegiatan tersebut. Proses pelaksanaan dilakukan evaluasi langsung dari BKP3 atau

yang sekarang Dinas Ketahanan Pangan. Evaluasi yang telah dilakukan di KWT

Dewi Sartika sebanyak 2 kali dalam 1 tahun yaitu pada 10 Maret 2016 dan 18

Oktober 2016. Pada saat evaluasi dari BKP3 yang dievaluasi mulai dari

kelengkapan administrasi, penggunaan dana, pelaksanaan kegiatan di KWT,

kendala yang dihadapi, keadaan demplot dan keadaan KBD. Kelengkapan

administrasi seperti adanya buku kegiatan, buku kas, buku notulen, buku daftar

hadir dan buku daftar tamu. Tahapan evaluasi ini sebagai salah satu penilaian

untuk kelompok yang masih dalam tahap penumbuhan untuk selanjutnya masuk

dalam tahap pengembangan atau pun tidak. Penentuan kelanjutan tersebut

berdasarkan pada beberapa kriteria. Kriteria evaluasi untuk KWT dapat

melanjutkan kegiatan KRPL ke tahap selanjutnya yaitu

1. Sudah membangun kebun bibit desa

2. Sudah membuat demplot

3. Sudah mengembangkan lahan pekarangan minimal di 15 rumah tangga

4. Terjadi penambahan jumlah kelompok.

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap anggota KRPL KWT Dewi Sartika

menunjukkan adanya perubahan pengetahuan dan sikap terhadap kegiatan

pemanfaatan pekarangan, yaitu anggota sudah mau dan mampu untuk

melanjutkan pengembangan pekarangan di rumah tangga. KWT Dewi Sartika

Page 98: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

78

78

juga telah beranggotakan lebih dari 15 orang, sudah membangun kebun bibit desa

dan demplot. Sehingga, KWT Dewi Sartika dapat melanjutkan ke tahap

pengembangan. Pada internal KWT Dewi Sartika juga melakukan evaluasi,

anggota yang dianggap memiliki tanaman yang bagus di pekarangannya dan aktif

mengikuti kegiatan perawatan atau biasa disebut dengan kerja bakti di demplot

diberikan hadiah oleh penyuluh dan pengurus. Hadiah yang diberikan berupa

peralatan rumah tangga untuk dapat memotivasi anggota terus berpatisipasi dan

memotivasi anggota yang belum mendapatkan hadiah agar meningkatkan

partisipasinya dalam program KRPL. Evalusi pada tahap pengembangan adalah

belum adanya olahan hasil yang dibuat oleh KWT akan tetapi, sudah ada rencana

untuk membuat olahan hasil dari jahe.

5.2.1.4 Tahap Pemanfaatan Hasil

Pemanfaatan hasil berupa pemanfaatan sarana dan prasarana produksi

hingga pemanfaatan hasil dari budidaya tanaman yang dilakukan. Pemanfaatan

hasil dari budidaya tanaman yang dilakukan di demplot sebagian besar dibagikan

dan dikonsumsi langsung oleh anggota serta sebagian kecil dijual. Sama halnya

seperti yang ada di demplot, pemanfaatan hasil yang ada di pekarangan kelompok

juga sebagian besar dikonsumsi oleh keluarga dan dibagikan ke tetangga dan

hanya sebagian kecil anggota yang menjual hasil panen di pekarangannya.

Pemanfaatan hasil berupa pengembangan produk olahan sampai saat ini belum

terealisasi, akan tetapi sudah ada rencana untuk membuat olahan minuman berupa

bubuk dari jahe.

Implementasi program pemanfaatan lahan pekarangan di KWT Dewi

Sartika masih belum berorietasi pasar, karena luas lahan pekarangan yang sempit

sehingga hasil panen yang didapat hanya cukup untuk dikonsumsi keluarga dan

sebagian diberikan kepada tetangga. Hal ini membuat implementasinya program

KRPL masih belum optimal. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian dari

Ashari, Saptana dan Purwantini (2012) yang menyatakan bahwa sejumlah kendala

terkait masalah sosial, budaya dan ekonomi masih dijumpai dalam program

pemanfaatan lahan pekarangan, diantaranya belum membudayanya budidaya

pekarangan secara intensif, masih bersifat sambilan dan belum berorientasi pasar.

Page 99: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

79

79

Kelembagaan pemasaran yang belum ada membuat keberlanjutan

implementasi program KRPL di KWT Dewi Sartika terancam tidak berlanjut

setelah bantuan dana dari program sudah habis. Hal ini disebabkan untuk dapat

mencapai keberlanjutan implementasi KRPL terdapat tujuh pilar yang penting

salah satunya adalah kelembagaan pasar. Terdapat tujuh pilar yang dipandang

penting dan menjadi pendorong bagi keberlanjutan implementasi KRPL di

masyarakat, yaitu partisipasi aktif masyarakat, peran tokoh masyarakat (local

champion), infrastruktur, ketersediaan bibit/pengelolaan KBD, pilihan komoditas

yang tepat dan rotasi tanaman, kelembagaan pasar, dan dukungan pemerintah

(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2014).

5.2.1.5 Kendala dalam Implementasi Program KRPL

Pada tahap perencanaan pembuatan RKKA hanya dilakukan oleh penyuluh

pertanian, anggota KWT tidak dilibatkan didalamnya hal ini akan mengakibatkan

kurangnya rasa memiliki terhadap program karena anggota tidak mengetahui

seluk beluk program KRPL secara dalam. Kendala selanjutnya adalah pencapaian

dari tujuan program KRPL. Pada tahap 2 program KRPL yaitu tahap

pengembangan, KWT seharusnya sudah mampu membuat olahan hasil berupa

produk unggulan dari KWT. Akan tetapi, KWT Dewi Sartika belum memiliki

produk unggulan dikarenakan anggaran yang diberikan pemerintah lebih banyak

untuk kebutuhan pemenuhan untuk demplot, kebun bibit desa dan pekarangan

anggota. Sehingga, anggaran untuk pembuatan produk unggulan tidak ada. Belum

tercapainya tujuan dari tahap pengembangan akan mengakibatkan kendala dalam

melanjutkan program KRPL menuju kemandirian.

Tujuan dari adanya program KRPL adalah terwujudnya pola konsumsi

pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) melalui optimalisasi

pemanfaatan lahan pekarangan. Upaya ini dapat dilakukan dengan

membudidayakan berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan pangan keluarga

seperti aneka umbi, sayuran, buah, serta budidaya ternak dan ikan sebagai

tambahan untuk ketersediaan pangan sumber karbohidrat, vitamin, mineral, dan

protein bagi keluarga pada suatu lokasi kawasan perumahan/warga yang saling

Page 100: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

80

80

berdekatan sehingga akan dapat terbentuk sebuah kawasan yang kaya akan

sumber pangan yang diproduksi sendiri dari hasil optimalisasi lahan pekarangan.

Pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA)

melalui optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan tersebut juga belum tercapai

dengan maksimal karena KWT Dewi Sartika hanya lebih berfokus pada sektor

pertanian sehingga lahan pekarangan anggota hanya menerapkan budidaya pada

sektor pertanian, sedangkan sektor yang lainnya belum difokuskan seperti sektor

perikanan yang telah dipilih di awal pelaksanaan program. Sektor perikanan

dengan budidaya ikan lele tidak mendapatkan hasil sesuai dengan yang

diharapkan. Aplikasi budidaya lele hanya diterapkan di lahan pekarangan milik

ketua KWT yaitu Ibu Umi Kalsum karena lahan pekarangan yang luas. Pada

perawatan budidaya ikan lele hanya dilakukan oleh ketua KWT sedangkan

anggota yang lainnya tidak ikut berpartisipasi. Kurangnya pengetahuan,

ketrampilan dan pengalaman untuk melakukan budidaya lele mengakibatkan ikan

yang dibudidayakan banyak yang mati sehingga tidak didapatkan hasil yang

sesuai harapan dan tidak berhasil.

5.2.2 Partisipasi Anggota KWT pada Program Optimalisasi Pemanfaatan

Lahan melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

Partisipasi anggota adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan

suatu program. Partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang pada

suatu kegiatan. Program KRPL juga membutuhkan partisipasi dari semua anggota

KWT, tanpa adanya partisipasi anggota maka program tidak akan berjalan dengan

baik sebagaimana yang diharapkan. Partisipasi anggota KWT pada program

KRPL merupakan keikutsertaan anggota mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan hasil. Pada setiap tahapan tersebut

terdapat beberapa kegiatan yang dijadikan indikator tingkat partisipasi. Indikator

tersebut disusun sesuai dengan keadaan real di lapang.

Keikutsertaan anggota KWT diukur melalui skor, kemudian hasilnya dibagi

ke dalam 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah sesuai dengan hasil

perhitungan. Skor yang didapat berupa persentase dan diperoleh dari akumulasi

jawaban reponden per indikator. Perolehan skor yang didapatkan oleh anggota

Page 101: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

81

81

KWT tersebut adalah tingkat partisipasi. Indikator-indikator tingkat pastisipasi

anggota KWT pada program KRPL pada setiap tahapan program dapat dijelaskan

sebagai berikut:

5.2.2.1 Partisipasi pada Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan adalah tahap pengambilan keputusan awal program

untuk menyiapkan pelaksanaan program KRPL. Partisipasi pada tahap

perencanaan meliputi keikutsertaan/kehadiran dalam sosialisasi program,

persiapan pelatihan pembuatan pupuk cair dan pestisida nabati, musyawarah

kelompok wanita tani untuk membuat Rencana Kegiatan dan Kebutuhan

Anggaran (RKKA) kelompok. Pengambilan keputusan penentuan lokasi Kebun

Bibit Desa (KBD) dan demplot, pengambilan keputusan penentuan media tanam,

jenis tanaman, sistem pemupukan, sistem pengendalian hama dan penyakit. Skor

dan hasil beserta indikator yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Perencanaan Program KRPL

No. Indikator Skor yang

dicapai Persentase Kategori

1. Sosialisasi 1,96 65,43 Sedang

2. Pertemuan BKP3 1,93 64,19 Sedang

3. Persiapan pelatihan

pembuatan pupuk cair 2,11 70,37 Sedang

4. Persiapan pelatihan

pembuatan petisida nabati 1,89 62,96 Sedang

5. Penentuan lokasi KBD 1,92 64,19 Sedang

6. Penentuan Lokasi Demplot 1,92 64,19 Sedang

7. Pembuatan RKKA 1,48 49,38 Rendah

8. Penentuan media tanam 2,26 75,31 Sedang

9. Penentuan jenis tanaman 2,26 75,31 Sedang

10 Penentuan sistem

pemupukan 2,15 71,60 Sedang

11 Penentuan sistem

pengendalian HPT 2,15 71,60 Sedang

Jumlah 22,04 66,78 Sedang

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Keterangan:

Tingkat partisipasi rendah : 11–18,3 ( 33,33%–55,45%)

Tingkat partisipasi sedang : 18,4–25,7 (55,46%–77,58%)

Tingkat partisipasi tinggi : 25,8–33 (77,59%–100%)

Tabel 13. Sebaran Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Perencanaan

Program KRPL

Page 102: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

82

82

No. Indikator Partisipasi Tingkat Partisipasi (%)

Rendah Sedang Tinggi

1. Sosialisasi 33,33 37,04 29,63

2. Pertemuan BKP3 37,04 33,33 29,63

3. Persiapan pelatihan

pembuatan pupuk cair 44,44 0 55,56

4. Persiapan pelatihan

pembuatan petisida nabati 48,15 14,81 37,04

5. Penentuan Lokasi KBD 51,85 3,71 44,44

6. Penentuan Lokasi

Demplot 51,85 0 48,15

7. Pembuatan RKKA 66,67 18,52 14,81

8. Penentuan media tanam 18,52 37,04 44,44

9. Penentuan jenis tanaman 14,81 44,44 40,75

10 Penentuan sistem

pemupukan 22,22 40,74 37,04

11 Penentuan sistem

pengendalian HPT 11,11 62,96 25,93

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Berdasarkan data pada tabel 12. di atas dapat dilihat bahwa partisipasi

anggota dalam tahap perencanaan termasuk kategori sedang dengan perolehan

skor rata-rata sebesar 22,04 atau dengan persentase 66,78%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT belum sepenuhnya ikut

berpartisipasi dalam perencanaan program tersebut, terutama dalam pembuatan

Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKKA). Berikut akan dijelaskan

secara rinci pada masing-masing indikator dalam tahap perencanaan:

1. Sosialisasi

Partisipasi angggota KWT dalam sosialisasi program termasuk dalam

kategori sedang dengan persentase sebesar 65,43%. Sebaran data dari indikator

sosialisasi terbanyak pada kategori sedang yaitu sebesar 37,04. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT ikut aktif hadir dalam

sosialisasi program KRPL namun tidak aktif bertanya pada saat sosialisasi. Hal

tersebut juga didukung dari hasil wawancara dengan anggota KWT sebagai

berikut.

“Perlu ada sosialisasi biar mengerti, nambah pengetahuan, biar lebih tau.

Saya ikut hadir aja nggak pernah tanya mbak, jarang kok yang tanya-

tanya”.(Ibu Rumayani)

Page 103: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

83

83

“Hadir, nggak pernah saya bertanya. Meskipun saya ikut PKK, Lansia, tapi

saya nggak pernah tanya-tanya. Ikuti sajalah, saya dengarkan saya pakai”.

(Ibu Pranti)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa anggota

KWT yang hadir dalam kegiatan sosialisasi masih kurang aktif dalam bertanya.

Alasan anggota KWT mengikuti sosialisasi adalah untuk lebih mengetahui dan

mengerti gambaran dari program KRPL. Alasan anggota tidak aktif bertanya

dalam sosialisasi adalah hanya ingin mendengarkan saja tanpa aktif bertanya.

2. Pertemuan BKP3

Partisipasi anggota KWT pada indikator pertemuan dengan BKP3

membahas persiapan teknis pelaksanaan program KRPL termasuk dalam kategori

sedang dengan persentase sebesar 64,19%. Sebaran data dari indikator pertemuan

dengan BKP3 terbanyak pada kategori rendah yaitu sebesar 37,04. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT tidak ikut hadir dalam

pertemuan dengan BKP3 persiapan program KRPL. Hal tersebut juga didukung

dari hasil wawancara dengan anggota KWT sebagai berikut. .

“Jarang ikut mbak, kadang ikut kadang nggak, kalau yang pertemuan

dengan BKP3 nggak ikut mbak karena kerja, waktunya nggak bisa”. (Ibu

Sri Winarti)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa anggota

KWT yang tidak ikut hadir dalam kegiatan pertemuan dengan BKP3 untuk

persiapan KRPL salah satunya karena harus bekerja.

3. Persiapan pelatihan pembuatan pupuk cair

Partisipasi anggota KWT pada indikator persiapan pelatihan pembuatan

pupuk cair termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 70,37%.

Sebaran data dari indikator persiapan pelatihan pembuatan pupuk cair terbanyak

pada kategori tinggi yaitu sebesar 55,56%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar anggota KWT ikut aktif mencari dan membawa bahan yang akan digunakan

untuk pembuatan pupuk cair pada saat pelatihan. Hal tersebut juga didukung dari

hasil wawancara dengan anggota KWT sebagai berikut. .

“Persiapan cari bahan kan dibagi kebetulan saya kebagian bawa apa gitu

air leri (air cucian beras)”. (Ibu Putri Prawati)

Page 104: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

84

84

“Ikut kan dibagi-bagi mbak tapi lupa bawa apa. Ada sisa-sisa sayur,

tomat”. (Ibu Ria Susanti)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa anggota

KWT sebagian besar yang ikut pelatihan membawa bahan yang akan digunakan

untuk pembuatan pupuk cair seperti air cucian beras dan sisa sayur dari rumah

tangga.

4. Persiapan pelatihan pembuatan pestisida nabati

Partisipasi anggota KWT pada indikator persiapan pelatihan pembuatan

pestisida nabati termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar

62,96%. Sebaran data dari indikator persiapan pelatihan pembuatan pestisida

nabati terbanyak pada kategori rendah yaitu sebesar 48,15%. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar anggota KWT yang ikut hadir dalam pelatihan tidak serta

mencari bahan yang akan digunakan dalam kegiatan pelatihan pembuatan

pestisida nabati. Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara dengan anggota

KWT sebagai berikut.

“Ikut mba, ikut hadir aja karena mendadak, bahan-bahannya udah

dipersiapkan sendiri sama ketuanya”. (Ibu Rumayani)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa anggota

KWT sebagian besar yang ikut pelatihan pembuatan pestisida nabati tidak ikut

membawa bahan yang akan digunakan untuk pembuatan pestisida nabati karena

sudah dipersiapkan oleh ketua KWT.

5. Penentuan Lokasi Kebun Bibit Desa (KBD)

Partisipasi anggota KWT pada indikator penentuan lokasi Kebun Bibit Desa

(KBD) termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 64,19%.

Sebaran data dari indikator indikator penentuan lokasi Kebun Bibit Desa (KBD)

terbanyak pada kategori rendah yaitu sebesar 51,85%. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar anggota KWT tidak dilibatkan dalam penentuan lokasi

Kebun Bibit Desa (KBD). Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara

dengan anggota KWT sebagai berikut. .

“Ndak mbak, kan sudah dari ketuanya. Soalnya dari bu Winnya

manawarkan. Rumahnya kan strategis mbak ada di tengah-tengah jadi

dekat sama semua anggota, lahannya juga luas mbak”. (Ibu Ruamyani)

Page 105: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

85

85

“Dari ketuanya sudah memastikan lokasinya di rumah bu Win karena

pekarangannya luas”. (Ibu Siti Mariyam)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar anggota KWT tidak dilibatkan dalam penentuan lokasi Kebun Bibit Desa

(KBD) karena dari semua anggota, pekarangan yang paling luas adalah miliki Ibu

Winariasih, selain itu lokasinya strategis berada dekat semua anggota untuk

memudahkan apabila ada pertemuan kelompok. Sehingga, oleh ketua KWT di

tetapkan lokasi Kebun Bibit Desa (KBD) di rumah milik Ibu Winariasih.

6. Penentuan Lokasi Demplot

Partisipasi anggota KWT pada indikator penentuan lokasi demplot termasuk

dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 64,19%. Sebaran data dari

indikator indikator penentuan penentuan lokasi demplot terbanyak pada kategori

rendah yaitu sebesar 51,85%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota

KWT tidak dilibatkan dalam penentuan lokasi demplot. Lokasi demplot sama

dengan lokasi Kebun Bibit Desa yaitu di rumah Ibu Winariasih.

7. Pembuatan Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKAA)

Partisipasi anggota KWT pada indikator pembuatan RKAA termasuk dalam

kategori rendah dengan persentase sebesar 49,38%. Sebaran data dari indikator

pembuatan RKAA terbanyak pada kategori rendah yaitu sebesar 66,67%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT tidak dilibatkan dalam

memberikan ide macam kebutuhan program melalui pembuatan RKAA pada

program KRPL seperti anggaran untuk pembuatan kebun bibit, demplot dan

pemanfaatan pekarangan kelompok seperti bambu, benih, pot try, polybag, paku,

kawat, terpal, dll). Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara dengan ketua

dan anggota KWT sebagai berikut..

“Ndak mbak. Saya maunya tahu sudah jadi”. (Ibu Pranti)

“Yang buat RKKA itu Pak Ady mbak”. (Ibu Umi)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa anggota

KWT sebagian besar tidak dilibatkan dalam pembuatan RKKA karena yang

membuat adalah Pak Ady sebagai penyuluh pertanian selain itu, dari anggota juga

inginnya hanya tahu sudah jadi tinggal ikut menjalankan KRPL.

8. Penentuan Media Tanam

Page 106: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

86

86

Partisipasi anggota KWT pada indikator penentuan media tanam termasuk

dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 75,31%. Sebaran data dari

indikator penentuan media tanam yang digunakan terbanyak pada kategori tinggi

yaitu sebesar 44,44%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT

ikut menentukan media tanam yang akan digunakan dalam kegiatan budidaya dan

merupakan ide dari anggota bukan hanya anjuran dari penyuluh. Pada awalnya

penyuluh hanya menganjurkan menggunakan pupuk bokashi akan tetapi anggota

memiliki usul untuk menggunakan tanah hutan dan tambahan pupuk kandang dari

kotoran sapi maupun kambing. Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara.

“Dulu kan anjuran dari penyuluh menggunakan bokashi. Kemudian dari

anggota punya ide menggunakan tanah hutan. Biar irit pakai tanah hutan.

Bokashi lebih mahal. Kalau bokashi saja itu kering, kalau nggak dicampur

dengan tanah. Tanah gunugnnya yang di atas. Tanah yang bagus subur”.

(Ibu Yuli)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kesepakatan

penggunaan media tanam menggunakan tanah hutan dan bokashi untuk

mengurangi biaya yang dikeluarkan karena bokashi harganya lebih mahal.

9. Penentuan Jenis Tanaman

Partisipasi anggota KWT pada indikator penentuan jenis tanaman yang akan

dibudidayakan termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar

75,31%. Sebaran data dari indikator penentuan jenis tanaman yang akan ditanam

terbanyak pada kategori sedang yaitu sebesar 44,44%. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar anggota KWT ikut menentukan jenis tanaman yang akan

ditanam dalam kegiatan budidaya dan merupakan hasil dari kesepakatan antara

anggota dengan penyuluh. Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara.

“Jenis tanamannya dari anggota, kesepakatan anggota dan penyuluh. Misal

penyuluh memberi anjuran jenis tanaman ini seperti di sana cepet tumbuh

Kalau di sini yang cepat ya sayur seperti sawi sama dan kangkung”. (Ibu

Wijianah)

“Dari anggota usul dulu, dari penyuluhnya juga. Kesepakatn bersama

bareng-bareng”. (Ibu Ria Susanti)

Page 107: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

87

87

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar anggota KWT ikut memberikan ide dalam penentuan jenis tanaman yang

akan ditanam dan penyuluh juga memberikan ide jenis tanaman yang akan di

tanam. Sehingga, jenis tanaman yang ditanam sudah hasil kesepakatan antara

anggota dengan penyuluh.

10. Penentuan Sistem Pemupukan

Partisipasi anggota KWT pada indikator penentuan sistem pemupukan yang

akan dilakukan termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar

71,60%. Sebaran data dari indikator penentuan jenis tanaman yang akan ditanam

terbanyak pada kategori sedang yaitu sebesar 40,74%. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar anggota KWT ikut menentukan sistem pemupukan yang

akan dilakukan dalam kegiatan budidaya dan merupakan hasil dari kesepakatan

antara anggota dengan penyuluh. Awalnya memang anjuran dari penyuluh untuk

menggunakan sistem organik dalam pemupukannya dan anggota pun

menyepakatinya. Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara.

“Memang semuanya organik. Nggak ada unsur-unsur kimia”. (Ibu Pranti)

“Sistem pemupukannya ya kesepaktan anggota dengan penyuluh. Sistem

organik itu lebih sehat dimakan daripada pakai kimia”. (Ibu Khoriamah)

“Sistem pemupukan dari penyuluh, programnya kan memang organik. Jadi

kesepakatan dengan anggota”. (Ibu Umi)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa anggota

KWT sebagian besar ikut menyepakati penentuan sistem pemupukan yang

dianjurkan oleh penyuluh yaitu menggunakan sistem organik.

11. Penentuan Sistem Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Partisipasi anggota KWT pada indikator penentuan sistem pemupukan yang

akan dilakukan termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar

71,60%. Sebaran data dari indikator penentuan jenis tanaman yang akan ditanam

terbanyak pada kategori sedang yaitu sebesar 69,96%. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar anggota KWT ikut menentukan sistem pengendalian HPT

yang akan dilakukan dalam kegiatan budidaya dan merupakan hasil dari

kesepakatan antara anggota dengan penyuluh. Awalnya memang anjuran dari

Page 108: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

88

88

penyuluh untuk menggunakan sistem organik dalam pengendalian HPT dan

anggotapun menyepakatinya.

Pada tahap perencanaan program KRPL, anggota KWT belum sepenuhnya

terlibat dalam prosesnya. Hal ini terlihat dari hasil partisipasi yang sedang dalam

keikutsertaan/kehadiran dalam sosialisasi program, persiapan pelatihan pembuatan

pupuk cair dan pestisida nabati, pengambilan keputusan penentuan lokasi Kebun

Bibit Desa (KBD) dan demplot, pengambilan keputusan penentuan media tanam,

jenis tanaman, sistem pemupukan, sistem pengendalian hama dan penyakit.

Bahkan hasil partisipasi yang rendah dalam pengambilan keputusan untuk

membuat Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKKA) kelompok. Hal ini

menyebabkan kurangnya rasa memiliki dalam diri anggota KWT pada program

KRPL. Apabila anggota KWT lebih dilibatkan dalam tahap perencanaan program

akan meningkatkan rasa kepercayaan dan memiliki terhadap program KRPL. Hal

ini sesuai dengan pendapat Firmansyah, 2007 (dalam Wulandari, 2015) yang

menjelaskan bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program

pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya,

karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan

mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.

5.2.2.2 Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan

Partisipasi dalam pelaksanaan adalah keikutsertaan anggota kelompok

wanita tani pada pelaksanaan program KRPL meliputi keikutsertaan rapat,

pelatihan, pembuatan kebun bibit desa, penerapan media tanam, penerapan jenis

tanaman, pembibitan, penanaman, pengambilan bibit, perawatan, penerapan

sistem pemupukan, penerapan sistem pengendalian hama dan penyakit, panen di

demplot, pemasaran dan panen di pekarangan. Skor dan hasil beserta indikator

yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 14.

Page 109: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

89

89

Tabel 14. Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Pelaksanaan Program KRPL

No. Indikator Skor yang

dicapai Persentase Kategori

1. Rapat 2,89 96,30 Tinggi

2. Pelatihan budidaya lele 1,81 60,50 Sedang

3. Pelatihan pembuatan pupuk

cair 2,26 75,30 Sedang

4. Pelatihan pembuatan petisida

nabati 2,26 75,30 Sedang

5. Hadir membuat KBD 2,56 85,12 Tinggi

6. Menerapkan media tanam 2,81 93,83 Tinggi

7. Menerapkan jenis tanaman 2,63 87,65 Tinggi

8. Pembibitan 2,52 83,95 Tinggi

9. Penanaman 2,52 83,95 Tinggi

10. Pengambilan bibit 2,44 81,48 Tinggi

11. Perawatan 2,70 90,12 Tinggi

12. Penerapan Sistem

Pemupukan 2,93 97,53 Tinggi

13. Penerapan sistem

pengendalian HPT 2,93 97,53 Tinggi

14. Panen demplot 2,07 69,13 Sedang

15. Pemasaran 1,18 39,50 Rendah

16. Panen pekarangan 2,15 71,60 Sedang

Jumlah 38,67 80,56 Tinggi

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Keterangan:

Tingkat Partisipasi Rendah = 16–26,67 ( 33,33%–55,55%)

Tingkat Partisipasi Sedang = 26,68–37,35 (55,56%–77,78%)

Tingkat Partisipasi Tinggi = 37,36–48 (77,79%–100%)

Page 110: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

90

90

Tabel 15. Sebaran Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Pelaksanaan

Program KRPL

No. Indikator Partisipasi Tingkat Partisipasi (%)

Rendah Sedang Tinggi

1. Rapat 0 11.11 88,89

2. Pelatihan budidaya lele 48,15 22,22 29,63

3. Pelatihan pembuatan

pupuk cair 37 0 63

4. Pelatihan pembuatan

petisida nabati 37 0 63

5. Hadir membuat KBD 22,22 0 77,78

6. Menerapkan media tanam 0 18,52 81,48

7. Menerapkan jenis tanaman 3,70 29,63 66,67

8. Pembibitan 11,11 25,93 62,96

9. Penanaman 11,11 25,93 62,96

10. Pengambilan bibit 7,40 37,04 55,56

11. Perawatan 0 29,63 70,37

12. Penerapan sistem

pemupukan 0 7,40 92,60

13. Penerapan sistem

pengendalian HPT 0 7,40 92,60

14. Panen demplot 29,63 33,33 37,04

15. Pemasaran 88,89 3,70 7,41

16. Panen pekarangan 0 85,18 14,82

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Berdasarkan data pada tabel 7. di atas dapat dilihat bahwa partisipasi

anggota dalam tahap pelaksanaan termasuk kategori tinggi dengan perolehan skor

rata-rata sebesar 38,67 atau dengan persentase 80,56%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT ikut berpartisipasi dalam

pelaksanaan program tersebut, terutama dalam penerapan sistem pemupukan dan

sistem pengendalian HPT. Berikut akan dijelaskan secara rinci pada masing-

masing indikator dalam tahap pelaksanaan:

1. Rapat

Partisipasi angggota KWT dalam rapat rutin yang dilakukan oleh KWT

program termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 96,30%.

Sebaran data dari indikator sosialisasi terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar

88,89%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT ikut aktif

hadir lebih dari 3 kali selama program berjalan dalam kegiatan rapat rutin yang

diadakan setiap 1 bulan sekali bersama dengan penyuluh. Hal tersebut juga

didukung dari hasil wawancara.

Page 111: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

91

91

“Kalau rapat yang rutin 1 bulan sekali ada 5 kali mbak aku ikut”. (Ibu

Wiratsih)

“Karena saya ini pengurus ya selalu ikut rapat, tidak pernah tidak hadir

bareng-bareng sama bu Umi”. (Ibu Yuli)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa anggota

KWT sebagian besar ikut aktif hadir lebih dari 3 selama program berjalan dalam

kegiatan rapat rutin.

2. Pelatihan Budidaya Lele

Partisipasi angggota KWT dalam pelatihan budidaya lele termasuk dalam

kategori sedang dengan persentase sebesar 60,50%. Sebaran data dari indikator

sosialisasi terbanyak pada kategori rendah yaitu sebesar 48,15%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT tidak ikut hadir dalam kegiatan

pelatihan budidaya lele akan tetapi sebagian anggota KWT yang ikut hadir sudah

aktif bertanya dalam kegiatan pelatihan. Hal tersebut juga didukung dari hasil

wawancara.

“Tidak mbak, pas lagi repot mbak”. (Ibu Rini)

“Nggak , nggak tau yang itu. Nggak pernah diundang.” (Ibu Pranti)

“Aku tahunya sudah nanam ih mbak. Sudah beli bibit lelenya, udah ada di

kolam.” (Ibu Siti Mariyam)

“Hadir mbak, ya aktif tanya karena saya punya lele. Tanya jenis makanan

lele kalau pakai daun kates. Tidak saya jual lelenya, saya makan sendiri.

Saya tanya kenapa kok bisa kadang-kadang ada penyakit yang jamuran”.

(Ibu Pranti)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa anggota

KWT sebagian besar tidak ikut hadir dalam kegiatan pelatihan budidaya lele

karena tidak tahu ada pelatihan dan kesibukan dari maing-masing anggota, akan

tetapi sebagian anggota KWT yang ikut hadir sudah aktif bertanya dalam kegiatan

pelatihan.

3. Pelatihan Pembuatan Pupuk Cair

Partisipasi angggota KWT dalam pelatihan pembuatan pupuk cair termasuk

dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 75,30%. Sebaran data dari

indikator sosialisasi terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 63%. Hal ini

Page 112: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

92

92

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT ikut hadir dalam kegiatan

pelatihan pembuatan pestisida nabati dan aktif ikut praktik mencoba membuat

bersama dengan penyuluh pada saat kegiatan pelatihan. Hal tersebut juga

didukung dari hasil wawancara.

“Pelatihan itu penting biar tahu kalau nanem, nggak tau cara mupuknya

gimana. Kasih materi dulu, ngumpul dikasih tahu. Bahannya disiapkan.”

(Ibu Khoriamah)

“Iyah ikut motong-motong apalah itu bahannya ada air cucian beras. Ada

sampah sayur, ada gula, ada terasi, ada air cucian beras, sama rumput-

rumput itu terserah, tomat, macem-macem mbak pokoknya yang udah

busuk-busuk. Bahan-bahan tadi dimasukkan karung. Kaya gula trasi,

cucian beras di rendam. Yang dimasukkan karung bawang yang merah

ditali direndam di air beras sama air biasa Di tambah multidex untuk

nyepetno busuk mbak. Latian buat pupuknya di ajari sama penyuluh Pak

Ady sama Pak Suliana.”(Ibu Rumayani)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa semua anggota

yang hadir pada saat pertemuan ikut aktif mempraktikan secara langsung

pembuatan pupuk cair.

4. Pelatihan Pembuatan Pestisida Nabati

Partisipasi angggota KWT dalam pelatihan pembuatan pestisida nabati

termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 75,30%. Sebaran data

dari indikator sosialisasi terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 63%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT ikut hadir dalam kegiatan

pelatihan pembuatan pestisida nabati dan aktif ikut paraktik mencoba membuat

bersama dengan penyuluh pada saat kegiatan pelatihan. Pelatihan pembuatan

pestisida nabati bersamaan dengan pelatihan pembuatan pupuk cair. Hanya aja

bahan yang digunakan dan cara pembuatannya yang berbeda. Hal tersebut juga

didukung dari hasil wawancara.

“Kita gantian menumbuk, kita motong-motong jahe, laos, sereh. Semuanya

terjun. Team work. Semuanya ikut. Itu kan dibagi ke anggota hasilnya. Jadi

kita nggak berpangku tangan. Ya belajar ya praktik langsung.” (Ibu

Winariasih)

Page 113: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

93

93

5. Hadir membuat Kebun Bibit Desa (KBD)

Partisipasi angggota KWT dalam pertama kali membuat KBD termasuk

dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 85,12%. Sebaran data dari

indikator sosialisasi terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 77,78%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT ikut hadir dan ikut membantu

membuat KBD. Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara.

“Ikut ya yang angkat-angkat tanah hutan.” (Ibu Misriati)

“Kita ngisi polybag bareng-bareng bersama anggota”. (Ibu Winariasih)

6. Menerapkan Media Tanam

Partisipasi angggota KWT dalam menerapkan media tanam termasuk dalam

kategori tinggi dengan persentase sebesar 93,83%. Sebaran data dari indikator

sosialisasi terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 81,48%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT menggunakan media tanam

sesuai dengan kesepakatan pada perencanaan program. Hal tersebut juga

didukung dari hasil wawancara.

“Semua dapat dari kelompok. Dapat dari bu wn itu loh mbak”. (Ibu

Sumarlikah)

“Saya kasih pupuk kandang, yang sudah jadi kaya tanah. 1 tahun mbak

baru jadi kaya tanah gitu mbk. Dipisahkan trus dicampur. Tanah hutan,

bokashi, pupuk kandang. Pakai bokashi karena bokasihi itu sudah diolah

kan lebih baik”. (Ibu Khoriamah)

“2 karung tanah gunung : 1 karung tanah bokashi. Kalau hanya pupuk

bokashi, kalau disiram nggak bisa langsung ke bawah. Kalau nyiram harus

pakai banyak air. (Ibu Yuli)

7. Menerapkan Jenis Tanaman

Partisipasi angggota KWT dalam pertama kali membuat KBD termasuk

dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 87,65%. Sebaran data dari

indikator sosialisasi terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 66,67%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT menanam jenis tanaman sesuai

dengan recana di awal program dan memiliki inisiatif untuk menambah jenis

tanaman sendiri. Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara yang

diungkapkan oleh Ibu Siti Mariyam:

Page 114: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

94

94

“Pasti ada mbak. Yang dapat dari kelompok itu kangkung sama sawi manis.

Yang saya tanam sendiri, buncis merah, bawang prei, tomat, cari bibit

sendiri. Pokoknya yang konsumsi setiap hari .”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa setiap anggota

memliki inisitif untuk menanm jenis tanaman yang tidak hanya didapatkan dari

kelompok sesuai dengan kebutuan masing-masing rumah tangganya.

8. Pembibitan

Partisipasi angggota KWT dalam kegiatan pembibitan termasuk dalam

kategori tinggi dengan persentase sebesar 83,95%. Sebaran data dari indikator

sosialisasi terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 62,96%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT sering ikut dalam kegiatan

pembibitan lebih dari 2 kali pembibitan. Hal tersebut juga didukung dari hasil

wawancara yang diungkapkan oleh Ibu Umini:

“Ikut pembibitan 3 kali, yang pertama itu pas tomat. Kedua itu pembibitan

sawi yang ketiga terong.”

9. Penanaman

Partisipasi angggota KWT dalam kegiatan penanaman termasuk dalam

kategori tinggi dengan persentase sebesar 83,95%. Sebaran data dari indikator

sosialisasi terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 62,96%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT sering ikut dalam kegiatan

penanaman lebih dari 2 kali penanaman. Hal tersebut juga didukung dari hasil

wawancara yang diungkapkan oleh Ibu Pranti:

“Menanam ikut paling lebih dari 2 kali. Tanam tomat, sawi, cabai, terong

Kalau belum selesai. Tidak semua teman itu datang. Di lanjut hari

selanjutnya. Kalau mau nanam. Tanaman sebelumnya dibongkar karena

sudah padat. Trus dicampur lagi. Kalau nggak dibongkar tanamnnya jelek

nggak subur”.

10. Pengambilan Bibit

Partisipasi angggota KWT dalam kegiatan pembibitan termasuk dalam

kategori tinggi dengan persentase sebesar 81,48%. Sebaran data dari indikator

sosialisasi terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 55,56%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT sering ikut dalam kegiatan

Page 115: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

95

95

pengambilan bibit lebih dari 2 kali pengambilan. Hal tersebut juga didukung dari

hasil wawancara yang diungkapkan oleh Ibu Umini:

“Mengambil bibitnya 3 kali. ya sawi, cabai ketiga terong.”

11. Perawatan

Partisipasi angggota KWT dalam kegiatan perawatan termasuk dalam

kategori tinggi dengan persentase sebesar 90,16%. Sebaran data dari indikator

perawatan terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 70,37%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT sering ikut dalam kegiatan

perawatan lebih dari 3 kali perawatan. Hal tersebut juga didukung dari hasil

wawancara.

“Iyah ikut ada lebih dari 3 kali. kalau diminta datang yah datang kerja

bakti”. (Ibu Sumarlikah)

“ Kerja bakti itu digilir mbak, dibuat 4 kelompok seminggu sekali di gilir.

Lebih dari 3 kali. Mbak Umi dan mbak Yuli yang lebih sering karena

dekat.” (Ibu Khoriamah)

12. Penerapan Sistem Pemupukan

Partisipasi angggota KWT dalam penerapan sistem pemupukan termasuk

dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 97,53%. Sebaran data dari

indikator sistem pemupukan terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 92,60%.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT melakukan penerapan

sistem pemupukan dengan sesuai anjuran menggunakan organik. Hanya terdapat 2

anggota KWT yang masih menggunakan pupuk kimia. Hal tersebut juga didukung

dari hasil wawancara.

“Nggak ada campuran pake pupuk kimia ataupun pestisida mbak.” (Ibu

Parniati)

“Saya organik tok. Baru kali ini setelah ada KRPL. Sawi manis sawi

daging, kangkung itu enak kalau organik, lemes.” (Ibu Sumarlikah)

“Pemupukan saya sendiri, saya tetep organik. Tapi saya campur 1 sendok

untuk 1 liter air dicairkan. Kalau organik saja buahnya cuma dikit. Kalau

sayur organik saja itu bagus gede-gede kaya sawi, tapi kalau menurut saya

terong tidak bisa berbuah, cabai keriting, terong kalau yang berbuah itu

haurs dikasih kimia.” (Ibu Misrtiati)

Page 116: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

96

96

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masih ada anggota

yang belum sepenuhnya menerapkan organik

13. Penerapan Sistem Pengendalian HPT

Partisipasi angggota KWT dalam penerapan sistem pengendalian HPT

termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 97,53%. Sebaran data

dari indikator sistem pemupukan terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar

92,60%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT melakukan

penerapan sistem sistem pengendalian HPT dengan sesuai anjuran menggunakan

organik. Hanya terdapat 2 anggota KWT yang masih menggunakan pupuk kimia.

Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara Ibu Rumayani:

“Obatnya dianjurkan semprot dari organik pakai jahe sama serai. Dapat

dari kelompok”.

14. Panen Demplot

Partisipasi angggota KWT dalam kegiatan panen hasil tanaman di demplot

termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 69,13%. Sebaran data

dari indikator panen di demplot terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar

37,04%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT sering

melakukan panen di demplot dengan intensitas lebih dari 3 kali kegiatan panen.

Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh Ibu

Sumarlikah:

“Ikutnya ya lebih dari 3 kali pas panen timun sawi, kangkung sama tomat.

Dibawa pulang sama anggota. Sebagian dijual di kesekolahan TK mbak.”

15. Pemasaran

Partisipasi angggota KWT dalam kegiatan pemasaran hasil tanaman di

demplot termasuk dalam kategori rendah dengan persentase sebesar 39,50%.

Sebaran data dari indikator panen di demplot terbanyak pada kategori rendah yaitu

sebesar 88,89%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT tidak

pernah mengikuti kegitan pemasaran hasil panen di demplot, yang menjual adalah

Ibu Yuli dan Ibu Umi. Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara.

“Tidak pernah. Tapi bantu nyiapin, membersihkan kaya kangkung,

mentimun.” (Ibu Winariasih)

Page 117: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

97

97

“Ndak pernah. Cuma bantu mengikat yang jual bu yul sama bu umi” (Ibu

Sujiati)

16. Panen Pekarangan

Partisipasi angggota KWT dalam kegiatan panen hasil tanaman di

pekarangan masing-masing anggota termasuk dalam kategori sedang dengan

persentase sebesar 71,60%. Sebaran data dari indikator panen di demplot

terbanyak pada kategori sedang yaitu sebesar 85,18%. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar anggota KWT hanya aktif melaksanakan pemanenan untuk

dikonsumsi dan tidak untuk dijual. Yang pernah menjual hasil panen di

pekarangan hanya beberapa anggota saja. Hal tersebut juga didukung dari hasil

wawancara.

“Nggak ada yang dijual, dibagikan ke tetangga aja nggka cukup, dimakan

sendiri aja juga.” (Ibu Misriati)

“Kalau yang di tanam di pekarangan yah untuk dikonsumsi keluarga

sendiri paling dibagi juga ke tetangga. Tapi kalau yang di demplot kalau

bisa dijual misal dibagikan ke anggota masih lebih untuk perputaran

kasnya mbak.” (Ibu Yuli)

Pada tahap pelaksanaan program KRPL, anggota KWT sudah berpartisipasi

aktif dalam bentuk sumbangan pemikiran dan bentuk tindakan sebagai anggota

KWT pada program KRPL. Sumbangan materi tidak dianalisis karena

pelaksanaan program menggunakan anggaran dari pemerintah. Sumbangan

pemikiran dan bentuk tindakan anggota KWT dapat terlihat dari hasil partisipasi

yang tinggi pada sebagian besar indikator seperti keikutsertaan rapat, pembuatan

kebun bibit desa, penerapan media tanam, penerapan jenis tanaman, pembibitan,

penanaman, pengambilan bibit, perawatan, penerapan sistem pemupukan,

penerapan sistem pengendalian hama dan penyakit. Hal ini sesuai dengan

pendapat Cohen dan Uphoff, 1979 (dalam Irwansyah, Muhdar dan Jamaludin,

2014) yang menyatakan bahwa partisipasi dalam pelaksanaan merupakan tahap

terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah

pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga,

yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, sumbangan materi dan

bentuk tindakan sebagai anggota program.

Page 118: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

98

98

5.2.2.3 Partisipasi pada Tahap Evaluasi

Partisipasi dalam tahap evaluasi adalah keikutsertaan anggota dalam

memberikan kritik dan saran, mengidentifikasi masalah, evaluasi anggaran,

evaluasi jenis tanaman dan pelaporan kegiatan saat monev. Skor dan hasil beserta

indikator yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Evaluasi Program KRPL

No. Indikator Skor yang

dicapai Persentase Kategori

1. Kritik dan saran 1,74 58,02 Sedang

2. Mengidentifikasi masalah 2,78 92,60 Tinggi

3. Evaluasi anggaran 1,52 50,62 Rendah

4. Evaluasi jenis tanaman 2,56 85,18 Tinggi

5. Pertemuan monev 2,15 71,60 Sedang

Jumlah 10,74 71,60 Sedang

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Keterangan:

Tingkat Partisipasi Rendah = 5–8,3 (33,33%–55,33%)

Tingkat Partisipasi Sedang = 8,4–11,7 (55,34%-77,34%)

Tingkat Partisipasi Tinggi = 11,8–15 (77,35%-100%)

Tabel 17. Sebaran Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Evaluasi Program

KRPL

No. Indikator Partisipasi Tingkat Partisipasi (%)

Rendah Sedang Tinggi

1. Kritik dan saran 62,96 0 37,04

2. Mengidentifikasi masalah 11,11 0 88,89

3. Evaluasi anggaran 74,07 0 25,93

4. Evaluasi jenis tanaman 14,81 14,81 70,38

5. Pertemuan monev 22,22 40,74 37,04

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Berdasarkan data pada tabel 9. di atas dapat dilihat bahwa partisipasi

anggota dalam tahap evaluasi termasuk kategori sedang dengan perolehan skor

rata-rata sebesar 10,74 atau dengan persentase 71,60%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT belum ikut berpartisipasi aktif

dalam evaluasi program tersebut, terutama dalam evaluasi anggaran. Berikut akan

dijelaskan secara rinci pada masing-masing indikator dalam tahap evaluasi:

1. Kritik dan Saran

Page 119: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

99

99

Partisipasi angggota KWT dalam pemberian kritik dan saran untuk kegiatan

KRPL termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 58,02%.

Sebaran data dari indikator pemberian kritik dan saran terbanyak pada kategori

rendah yaitu sebesar 62,96%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota

KWT tidak terlibat memberikan kritik dan saran akan tetapi ada juga sebagian

anggota yang memberikan kritik dan saran agar kegiatan KRPL lebih baik dari

sebelumnya. Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara.

“Nggak mbak karena yang penting hadir. Musyawarahnya setuju ya

sudah”. (Ibu Siti Mariyam)

“Saya pernah memberi saran pembagian jadwal piket. Kadang

terbengkalai. Tidak semua bisa hadir. Kalau rapat kan 1 bulan sekali. Yah

karena kegiatan di desa terhalang sama kegiatan sendiri, ini kan masa-

masa panen di ladang. Minta ada piket, 1 minggu sekali. 1 minggu 3 kali

piket. Dibagi 3 kelompok. 27 dibagi 3 kelompok. Jadi, 3 kali perawatan

dalam 1 minggu. Perkelompok dibagi 3 lagi.” (Ibu Sujiati)

2. Mengidentifikasi Masalah

Partisipasi angggota KWT dalam mengidentifikasi masalah khususnya

terhadap perkembangan tanaman yang ditanam masing-masing anggota di

pekarangan termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 92,60%.

Sebaran data dari indikator mendidentifikasi masalah terbanyak pada kategori

tinggi yaitu sebesar 88,89%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota

KWT terlibat dan aktif mengidentifikasi masalah dan menyampaikan kepada

penyuluh saat ada pertemuan kelompok agar permasalahan tersebut dapat segera

mendapatkan solusi sehingga dapat teratasi. Hal tersebut juga didukung dari hasil

wawancara.

“Pernah mbak. Masalahnya media tanam terong. Terong kan media

tanamnya harusnya besar, kan kalau di polybag kurang maksimal. Berbuah

besar kan buahnya lebih dari 3. Jadi nggak kuat kalau di polybag. Sama

tanaman yang kena ulat itu tanaman kangkung. Minta diobati sama apa

gitu. Sawi bagus dulu mbak.” (Ibu Sujiati)

“Ulat kangkung mbak. Daunnya lubang-lubang.” (Sri Winarti)

3. Evaluasi Anggaran

Page 120: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

100

100

Partisipasi angggota KWT dalam mengevaluasi anggaran kelompok

termasuk dalam kategori rendah dengan persentase sebesar 50,62%. Sebaran data

dari indikator mendidentifikasi masalah terbanyak pada kategori rendah yaitu

sebesar 74,07%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT belum

terlibat dan aktif mengevaluasi anggaran yang ada di kelompok. Hal tersebut juga

didukung dari hasil wawancara.

“Tidak pernah mbak. Nggak berani aja. Tau katanya si dapat segini juta-

segini juta. Tapi juga yang dibeli banyak beli pupuk, beli tanah, beli bibit,

beli multidex kaya tadi. Saat pertemuan ya ada pelaporan cuman nggak

terlalu memperhatikan”. (Ibu Rumayani)

“Nggak pernah tau tentang anggaran mbak.” (Ibu Parniati)

“Nggak pernah mbak. Tapi setiap pertemuan ada laporannya kepada

anggota.” (Ibu Siti Mariyam)

4. Evaluasi Jenis Tanaman

Partisipasi angggota KWT dalam mengevaluasi jenis tanaman yang ditanam

dari kelompok termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 85,18%.

Sebaran data dari indikator mendidentifikasi masalah terbanyak pada kategori

tinggi yaitu sebesar 70,38%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota

KWT terlibat dan aktif mengeavaluasi jenis tanaman yang sudah ditanam

khususnya yang didapat dari KBD. Hal tersebut juga didukung dari hasil

wawancara yang diungkapkan oleh anggota KWT.

“Kangkung banyak ulatnya mau diganti melon tapi kok belum.” (Ibu Ria

Susanti)

“Usulan tanaman: iya, kayak minta seledri, bawang karena yang bisa di

tanam dan mudah tumbuh, lebih mudah. Terong, sawi, cabai, kangkung.

Pertama tanam, merasa bosen. Katanya mau ada buah tapi kok belum di

kasih. Selain bosen, bawang sama bawang merah perawatannya lebih

mudah tinggal di siram sama di kasih pupuk kandang.”( Ibu Rumayani)

“Iyah, usul jangan pakai sawi lagi makanya diganti kubis ini.” (Ibu Siti

Mariyam)

5. Pertemuan Monev

Page 121: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

101

101

Partisipasi angggota KWT dalam pertemuan monev dengan BKP3 termasuk

dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 71,60%. Sebaran data dari

indikator mendidentifikasi masalah terbanyak pada kategori sedang yaitu sebesar

40,74%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT yang ikut

hadir dalam pertemuan pelaporan kegiatan saat monev dengan BKP3 belum ikut

aktif menjawab pertanyaan. Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara.

“Yang penting hadir. Itu malah diam aja.” (Ibu Siti Pranti)

“Pernah mbak, paling yang ditanya-tanya ketua, sekretaris sama

bendahara.” (Ibu Siti Mariyam)

“Saya datang. Perlu peninjauan karena dikasih uang kok. Nanti uangnya

kan buat yang lain. Memang benar ada kelompoknya, ada kegiatannya, ada

tanamannya. Ke demplot juga ke pekarangannya anggota. Kumpul dulu di

rumah bu Win. Bahas sesuatu dulu.” ( Ibu Khoriamah)

Pada tahap evaluasi program KRPL, anggota KWT sudah memberikan

umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam

pelaksanaan program KRPL melalui tingkat partisipasi yang tinggi pada indikator

mengidentifikasi masalah dan evaluasi jenis tanaman. Hal ini sesuai dengan

pendapat Yadav 1973 dalam Mardikanto (2009) yang menyatakan bahawa

kegiatan pemantauan dan evaluasi program/proyek pembangunan sangat perlu

dilakukan, agar tujuan dapat tercapai seperti yang diharapkan, selain itu juga

diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala

yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan. Partisipasi

masyarakat dalam hal ini untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan

perkembangan kegiatan. Akan tetapi umpan balik yang dapat memberikan

masukan demi perbaikan pelaksanaan program kedepannya masih belum tercapai

dengan partisipasi yang masih sedang pada indikator memberikan kritik dan saran,

pelaporan kegiatan saat monev dan partisipasi yang rendah pada evaluasi

anggaran. Pemberian umpan balik masukan sangat penting dalam tahap evaluasi

sesuai dengan pendapat Cohen dan Uphoff, 1979 (dalam Irwansyah, Muhdar dan

Jamaludin, 2014) yang menyatakan bahwa tahap Evaluasi, dianggap penting

Page 122: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

102

102

sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat

memberikan masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya.

5.2.2.4 Partisipasi pada Tahap Pemanfaatan Hasil

Partisipasi dalam pemanfaatan hasil adalah keikutsertaan anggota dalam

memanfaatan hasil berupa pemanfaatan sarana, prasarana produksi dan

pemanfaatan hasil panen serta kepuasan rohani. Pemanfaatan sarana dan prasarana

produksi meliputi pemanfaatan polybag, benih, bibit, media tanam, agen hayati,

pupuk cair, pupuk bokashi dan sprayer. Skor dan hasil beserta indikator yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Pemanfaatan Hasil Program

KRPL

No. Indikator Skor yang

dicapai Persentase Kategori

1. Memanfaatkan polybag 2,78 92,60 Tinggi

2. Memanfaatkan benih 2,85 95,06 Tinggi

3. Memanfaatkan bibit 2,56 85,20 Tinggi

4. Memanfaatkan media tanam 2,85 95,06 Tinggi

5. Memanfaatkan agen hayati 1,52 50,62 Rendah

6. Memanfaatkan pupuk cair 2,41 80,25 Tinggi

7. Memanfaatkan pupuk bokashi 2,56 85,20 Tinggi

8. Memanfaatkan sprayer 2,70 90,12 Tinggi

9. Menikmati hasil panen 2,56 85,20 Tinggi

10. Kepuasan rohani 2,81 93,82 Tinggi

Jumlah 25,60 85,30 Tinggi

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Keterangan:

Tingkat Partisipasi Rendah = 10–16,67 (33,33%–55,56%)

Tingkat Partisipasi Sedang = 16,68–23,35(55,57%–77,80%)

Tingkat Partisipasi Tinggi = 23,36-30 (77,81%–100%)

Page 123: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

103

103

Tabel 19. Sebaran Indikator Partisipasi Anggota KWT Tahap Pemanfaatan Hasil

Program KRPL

No. Indikator Partisipasi Tingkat Partisipasi (%)

Rendah Sedang Tinggi

1. Memanfaatkan polybag 11,11 0 88,89

2. Memanfaatkan benih 7,40 0 92,60

3. Memanfaatkan bibit 22,22 0 77,78

4. Memanfaatkan media

tanam 7,40 0 92,60

5. Memanfaatkan agen hayati 74,07 0 25,93

6. Memanfaatkan pupuk cair 29,63 0 70,37

7. Memanfaatkan pupuk

bokashi 22.22 0 77,78

8. Memanfaatkan sprayer 14,81 0 85,19

9. Menikmati hasil panen 0 44,44 55,56

10. Kepuasan rohani 0 18,52 81,48

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Berdasarkan data pada tabel 18. di atas dapat dilihat bahwa partisipasi

anggota dalam tahap pemanfaatan hasil termasuk kategori tinggi dengan

perolehan skor rata-rata sebesar 25,60 atau dengan persentase 85,30%. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT sudah aktif ikut

menikmati hasil dengan mengikuti program KRPL dalam KWT Dewi Sartika

akan tetapi masih rendahnya pengetahuan dan pemanfaatan agen hayati oleh

anggota. Berikut akan dijelaskan secara rinci pada masing-masing indikator dalam

tahap pemanfaatan hasil:

1. Memanfaatkan polybag

Partisipasi angggota KWT dalam memanfaatkan polybag untuk kegiatan

budidaya yang didapatkan dari kelompok termasuk dalam kategori tinggi dengan

persentase sebesar 92,60%. Sebaran data dari indikator pemanfaatan polybag

terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 88,89%. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar anggota KWT sudah ikut serta memanfaatkan sarana dan prasarana

berupa polybag yang didapatkan. akan tetapi terdapat anggota yang memang

sengaja tidak ikut meminta polybag dari kelompok dengan alasan ikut bergabung

menanam di demplot. Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara yang

diungkapkan oleh Ibu Sujiati:

Page 124: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

104

104

“Dapat mbak 24 polybag yang pertama. Yang kedua yang pengen ambil ya

ambil.”

2. Memanfaatkan benih

Partisipasi angggota KWT dalam memanfaatkan benih untuk kegiatan

budidaya yang didapatkan dari kelompok termasuk dalam kategori tinggi dengan

persentase sebesar 95,06%. Sebaran data dari indikator pemanfaatan benih

terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 92,60%. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar anggota KWT sudah ikut serta memanfaatkan sarana dan prasarana

berupa benih yang didapatkan, akan tetapi terdapat anggota yang memang sengaja

tidak ikut meminta benih dari kelompok dengan alasan ikut bergabung menanam

di demplot dan menambah membeli bibit sendiri. Hal tersebut juga didukung dari

hasil wawancara dengan anggota KWT sebagai berikut.

“Saya dapatnya benih kangkung mbak”. (Ibu Rini)

“Pernah dapatnya benih kangkung, timun sama kubis”. (Ibu Pranti)

3. Memanfaatkan Bibit

Partisipasi angggota KWT dalam memanfaatkan bibit untuk kegiatan

budidaya yang didapatkan dari kelompok termasuk dalam kategori tinggi dengan

persentase sebesar 85,20%. Sebaran data dari indikator pemanfaatan benih

terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 77,78%. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar anggota KWT sudah ikut serta memanfaatkan sarana dan prasarana

berupa bibit yang didapatkan, akan tetapi terdapat anggota yang memang sengaja

tidak ikut meminta benih dari kelompok dengan alasan ikut bergabung menanam

di demplot dan menambah membeli bibit sendiri. Hal tersebut juga didukung dari

hasil wawancara.

“Dapat bibit tomat, sawi sama cabai”. (Ibu Sri Winarti)

“Kalau yang bibit dapatnya bibit sawi dan terong”. (Ibu Sumarlikah)

4. Memanfaatkan Media Tanam

Partisipasi angggota KWT dalam memanfaatkan media tanam untuk

kegiatan budidaya yang didapatkan dari kelompok termasuk dalam kategori tinggi

dengan persentase sebesar 95,06%. Sebaran data dari indikator pemanfaatan benih

terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 92,60%. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 125: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

105

105

sebagian besar anggota KWT sudah ikut serta memanfaatkan sarana dan prasarana

berupa tanah hutan yang didapatkan.

5. Memanfaatkan Agen Hayati

Partisipasi angggota KWT dalam memanfaatkan agen hayati untuk

pengendaliah hama dalam kegiatan budidaya termasuk dalam kategori rendah

dengan persentase sebesar 50,62%. Sebaran data dari indikator pemanfaatan agen

hayati terbanyak pada kategori rendah yaitu sebesar 74,07%. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar anggota KWT tidak mendapatkan agen hayati. Hal tersebut

juga didukung dari hasil wawancara.

“Agen hayati untuk di demplot, dibelikan penyuluh”. (Ibu Umi)

“Kalau untuk agen hayati saya nggak dapat mbak”.(Ibu Sri Winarti)

6. Memanfaatkan Pupuk Cair

Partisipasi angggota KWT dalam memanfaatkan pupuk cair untuk kegiatan

budidaya yang didapatkan dari kelompok termasuk dalam kategori tinggi dengan

persentase sebesar 80,25%. Sebaran data dari indikator pemanfaatan pupuk cair

terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 70,37%. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar anggota KWT sudah ikut serta memanfaatkan sarana dan prasarana

berupa pupuk cair yang dibuat bersama saat pelatihan pembuatan pupuk cair.

7. Memanfaatkan Pupuk Bokashi

Partisipasi angggota KWT dalam memanfaatkan pupuk bokashi untuk

kegiatan budidaya yang didapatkan dari kelompok termasuk dalam kategori tinggi

dengan persentase sebesar 85,20%. Sebaran data dari indikator pemanfaatan

pupuk bokashi terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 77,78%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT sudah ikut serta memanfaatkan

sarana dan prasarana berupa pupuk bokashi yang didapatkan.

8. Memanfaatkan Sprayer

Partisipasi angggota KWT dalam memanfaatkan sprayer untuk kegiatan

budidaya pengendalian HPT yang didapatkan dari kelompok termasuk dalam

kategori tinggi dengan persentase sebesar 90,12%. Sebaran data dari indikator

pemanfaatan benih terbanyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 85,19%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT sudah ikut serta memanfaatkan

Page 126: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

106

106

sarana dan prasarana berupa sprayer yang didapatkan, akan tetapi terdapat anggota

yang tidak mendapatkan.

9. Menikmati Hasil Panen

Partisipasi angggota KWT dalam menikamti hasil panen di masing-masing

pekarangan anggota dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 85,20%.

Sebaran data dari indikator menikmati hasil panen terbanyak pada kategori tinggi

yaitu sebesar 55,56%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KWT

sudah merasa puas dengan hasil panen yang didapat karena sebelumnya belum

pernah menanam di pekarangan, akan tetapi sebagian anggota juga masih merasa

kurang puas dengan hasil panen yang di dapat. Hal tersebut juga didukung dari

hasil wawancara.

“Puas mbak, kangkung itu sampai 3-4 bulan soalnya terus tumbuh, subur

jan, meyenangkan. Aku tanya lagi mau minta tapi belum ada lagi.” (Ibu Siti

Mariyam)

“Puas, seneng hasilnya bagus, pertamanya kan belum pengalaman.

Sekarang kan jadi nambah pengalaman nanem di pekarangan”. (Ibu Ria

Susanti)

“Aku ya seneng mbak. Dulunya nggak pernah tanam di pekarangan mbak

karena nggak punya pekarangan. Tapi karena KRPL pakai rak. Jadi bisa

nanem”. (Ibu Sumarlikah)

10. Kepuasan Rohani

Partisipasi angggota KWT dalam merasakan kepuasan rohani melalui

keindahan tanaman yang ditanam termasuk dalam kategori tinggi dengan

persentase sebesar 93,82%. Sebaran data dari indikator kepuasan rohani terbanyak

pada kategori tinggi yaitu sebesar 81,48%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar anggota KWT merasa senang dan puas secara rohaninya melalui keindahan

tanaman. Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara.

“Sudah seirng nanem di pekarangan. Rumah saya itu rumah toga. Toga

semua itu di sini ada. Seneng banget. Hijau semua.” (Ibu Pranti)

“Hijau-hijau segar mbak karena menanam. Sebelumnya nanemnya bunga-

bunga aja mbak.”(Ibu Sujiati)

“Rasa seneng lihat tanaman hujau-hijau mbak”. (Ibu Ria Susanti)

Page 127: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

107

107

Pada tahap pemanfaatan hasil program KRPL, anggota KWT sudah

menikmati hasil dari mengikuti program KRPL. Hal ini terlihat dari hasil

partisipasi yang tinggi pada sebagian besar pemanfaatan sarana dan prasarana

produksi dan menikmati hasil panen yang ada di pekarangan masing-masing

anggota KWT, sehingga dengan anggota yang merasakan manfaat program KRPL

maka program KRPL berhasil mengenai sasaran. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Cohen dan Uphoff, 1979 (dalam Irwansyah, Muhdar dan Jamaludin,

2014) yang menyatakan bahwa tahap menikmati hasil dengan melihat posisi

masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat program

tersebut berhasil, berarti program tersebut berhasil mengenai sasaran.

5.2.2.5 Pembahasan Partisipasi pada Semua Tahapan

Hasil partisipasi pada semua tahapan didapatkan dari perhitungan

keseluruhan nilai akhir yang diperoleh dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi dan pemanfaatan hasil. Partisipasi anggota KWT pada program KRPL

pada setiap tahapan dapat diketahui secara jelas melalui tabel 20.

Tabel 20. Partisipasi Anggota KWT pada Semua Tahapan Program KRPL

No. Indikator Skor

Maksimal

Skor

yang

dicapai

Persentase Kategori Ranking

1. Perencanaan 33 22,04 66,78 Sedang IV

2. Pelaksanaan 48 38,67 80,56 Tinggi II

3. Evaluasi 15 10,74 71,60 Sedang III

4. Pemanfaatan

Hasil 30 25,60 85,30 Tinggi I

Kesimpulan 126 97,04 76,06 Sedang

Page 128: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

108

108

Gambar 11. Tingkat Partisipasi Anggota KWT pada Semua Tahapan Program

KRPL

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Berdasarkan tabel dan diagram tersebut, maka diketahui bahwa secara

keseluruhan tingkat partisipasi anggota KWT pada program KRPL termasuk

dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa anggora KWT tidak

berpartisipasi penuh dalam program KRPL dan masuk dalam tingkatan partisipasi

terbatas. Menurut Raharjo, 1983 (dalam Mardikanto, 2009) mengemukakan

bahwa partisipasi terbatas adalah partisipasi yang hanya digerakkan untuk

kegiatan-kegiatan tertentu demi tercapainya tujuan pembangunan. Hal ini dapat

terlihat dari hasil penelitian bahwa anggota lebih banyak digerakkan untuk

berpartisipasi pada tahap pelaksanaan dan pemanfaatan hasil, sedangkan pada

tahap perencanaan dan evaluasi tidak digerakkan lebih baik dari tahap

pelaksanaan dan pemanfaatan hasil. Penyuluh dengan latar belakang pendidikan

lulusan ilmu tanah lebih banyak berfokus pada kegiatan pembimbingan budidaya.

Pada tahap pemanfaatan hasil memperoleh ranking 1 dan dinilai sudah baik

dengan persentase 85,30%. Hal tersebut dikarenakan hampir semua anggota KWT

Tahapan0

20

40

60

80

100

Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi PemanfaatanHasil

Persentase Tingkat Partisipasi Anggota KWT pada Program KRPL

Tahapan

Page 129: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

109

109

sudah memanfaatkan sarana dan prasarana yang didapatkan dari kelompok dan

puas dengan hasil yang di tanam di masing-masing pekarangan karena sebagian

besar sebelumnya tidak memanfaatkan lahan pekarangannya. Pada tahap

pelaksanaan mendapatkan ranking 2 dan dinilai sudah baik dengan persentase

80,56% karena hampir seluruh anggota KWT melakukan teknik budidaya

tanaman berdasarkan kesepakatan antara penyuluh dengan anggota, selain itu

hampir semua anggota ikut aktif mengikuti kegiatan rapat maupun perawatan

tanaman yang ada di demplot.

Pada tahap evaluasi diperoleh ranking 3 dan dinilai masih kurang baik

dengan persentase 71,60%. Hal ini dikarenakan masih rendahnya keikutsertaan

anggota dalam ikut aktif melakukan evaluasi anggaran, belum ikut aktif

memberikan kritik dan saran serta belum aktif dalam kegiatan monev yang

dilakukan oleh BKP3. Pada tahap perencanaan diperoleh ranking 4 dan dinilai

masih kurang baik dengan persentase 66,78%. Hal ini dikarenakan sebagian besar

anggota KWT masih belum mengikuti sosialisasi semuanya, tidak ikut membuat

RKKA dan masih belum aktif ikut mempersiapkan kebutuhan bahan pada saat

pelatihan serta tidak ikut terlibat dalam penentuan lokasi KBD dan demplot.

Sehingga, secara keseluruhan tingkat partisipasi anggota KWT pada program

KRPL tergolong kelas sedang terlihat dari rata-rata skor aktual di lapang sebesar

97,04 dengan persentase 76.06%.

(a) (b)

Gambar 12. Partisipasi anggota KWT pada program KRPL: a. Penyiapan Media

Tanam; b. Praktik Pembuatan Pupuk Cair

Sumber: Dokumentasi Penyuluh Pertanian, 2015 dan 2016

5.2.3 Faktor Internal dan Faktor Eksternal yang Ikut Berperan dalam

Partisipasi Anggota KWT pada Program KRPL

Page 130: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

110

110

5.2.3.1 Faktor Internal

Faktor internal adalah karakteristik yang dimiliki oleh setiap individu.

Faktor internal dapat menjadi faktor yang berperan dalam berpartisipasi atau

tidaknya anggota KWT dalam program KRPL. Faktor internal dalam penelitian

ini terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan keluarga,

dan luas lahan pekarangan. Berikut akan dijelaskan masing-masing faktor internal

yang berperan dalam partisipasi anggota KWT pada program KRPL.

1. Umur

Umur merupakan lamanya hidup anggota KWT yang terhitung sejak lahir

sampai dengan dilakukannya kegiatan penelitian. Umur merupakan faktor internal

yang dapat ikut berperan dalam partisipasi pada suatu program. Umur juga

merupakan salah satu indikator produktif atau tidaknya seseorang dalam

mengelola usahanya. Menurut Yasin, 2003 (dalam Nurjannah, Yulida dan

Sayamar, 2015) menyatakan bahwa penduduk yang memiliki umur berada pada

kisaran 15-54 tahun termasuk ke dalam golongan umur produktif, sedangkan

umur 0-14 tahun dan >54 tahun termasuk kedalam golongan umur tidak produktif.

Sebaran penilaian responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 21. Faktor Internal Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah

Orang

Jumlah Skor

Partisipasi

Rata-rata

Skor

Persentase

(%) Kategori

1 <30 5 457 91,4 72,54 Sedang

2 30 - 40 12 1194 99,5 78,97 Tinggi

3 >40 10 969 96,9 76,90 Sedang

Jumlah 27 2620

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Berdasarkan tabel 21 di atas diketahui bahwa persentaase partisipasi

anggota KWT yang berada pada umur <30 tahun adalah 72,54% dengan kategori

partisipasi sedang. Persentaase partisipasi anggota KWT yang berada pada umur

30-40 tahun adalah 78,97% dengan kategori partisipasi tinggi dan pada umur >40

tahun adalah 76,90% dengan kategori partisipasi sedang.

Berdasarkan observasi lapang diketahui bahwa anggota pada umur <30

tahun masih lebih banyak fokus mengurus anak di rumah karena memiliki anak

yang masih berusia 4 tahun dan masih PAUD selain itu, ada anggota yang yang

Page 131: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

111

111

sedang hamil, sehingga tidak memungkinkan untuk berpartisipasi tinggi di dalam

program KPRL. Anggota pada umur 30-40 tahun sedang mulai mencoba

mengikuti kegiatan di dalam masyarakat. Umumnya anggota pada umur tersebut

mulai mengikuti kegiatan PKK dan KWT, sehingga memungkinkan untuk

berpartisipasi tinggi di dalam program KPRL. Anggota pada umur >40 tahun

sudah mulai memiliki cucu sehingga menggantikan peran ibu, dan mencari

kemapanan keluarga serta adanya kesibukan di luar organisasi seperti

mencalonkan diri menjadi kepala desa, sehingga waktunya tercurah lebih banyak

untuk kegiatan di dalam keluarga dan luar desa sehingga tidak memungkinkan

untuk berpartisipasi tinggi di dalam program KPRL. Sehingga, faktor internal

umur berperan dalam partisipasi anggota KWT dalam program KRPL

Anggota pada umur 30-40 tahun termasuk masa pertengahan kedewasaan

sehingga anggota dapat berinteraksi dalam masyarakat dengan baik. Hal tersebut

juga sesuai dengan pendapat Toha dan Asmoro, 2009 (dalam Yani, 2013) bahwa

usia 30–60 tahun termasuk masa pertengahan kedewasaan (middle age), pada

rentang usia ini manusia mencapai puncak interaksi dalam masyarakat. Pada umur

tersebut juga masih tergolong produktif sehingga secara fisik prima untuk

mendukung aktivitas dalam pelaksanaan program KRPL, selain itu, umur terebut

juga memungkinkan untuk anggota KWT mengadopsi suatu inovasi baru yaitu

pertanian organik melalui pemanfaatan lahan pekarangan sehingga kelompok bisa

berkembang dan dinamis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Lestari,

Yulida dan Kausar (2015) bahwa umur petani yang masih tergolong produktif

memungkinkan untuk mengadopsi suatu inovasi baru sehingga kelompok bisa

berkembang dan dinamis.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan anggota KWT diukur berdasarkan tingkat pendidikan

terakhir yang ditempuh sampai penelitian ini dilakukan. Tingkat pendidikan

merupakan salah satu faktor yang dapat ikut berperan dalam partisipasi pada suatu

program. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka diharapkan

pemikiran pun akan semakin maju, sehingga akan lebih mudah melaksanakan

Page 132: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

112

112

suatu program baru. Sebaran penilaian responden berdasarkan tingkat pendidikan

dapat dilihat pada tabel 22.

Tabel 22. Faktor Internal Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat

Pendidikan

Jumlah

Orang

Jumlah

Skor

Partisipasi

Rata-

rata

Skor

Persentase

(%) Kategori

1 Tidak

Sekolah 0 0

0 0 0

2 SD-SMP

(Sederajat) 21 1971

93,86 74,49 Sedang

3 SMA-Lebih 6 649 108,17 85,47 Tinggi

Jumlah 27 2620

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Berdasarkan tabel 22 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada anggota KWT

yang tidak sekolah. Anggota KWT dengan tingkat pendidiakan SD-SMP memiliki

persentase partisipasi 74,49% dan masuk kategori partisipasi sedang, sedangkan

anggota KWT dengan tingkat pendidikan SMA-lebih memiliki persentase

partisipasi 85,47% dan masuk kategori partisipasi tinggi.

Anggota yang memiliki tingkat pendidikan SMA-lebih memiliki tingkat

partisipasi yang tinggi walaupun jumlahnya sedikit, mereka memiliki sikap yang

lebih kritis, memiliki pengetahuan yang lebih luas dan keinginan untuk membuat

KWT dapat berkembang dibandingkan anggota yang lain. Mereka menempati

posisi sebagai pemimpin seperti ketua dan sekretaris di dalam kelompok.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan akan menimbulkan tingkat partisipasi yang tinggi pula. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat dari Nasution (2009) yang menyatakan bahwa pendidikan

yang dimiliki oleh masyarakat menjadi salah satu faktor penting yang mendasari

masyarakat untuk berpartisipasi, semakin tinggi pendidikan masyarakat maka

semakin tinggi pula kesadaran masyarakat dalam pembangunan. Pendidikan

formal dan pengetahuan anggota kelompok tani yang rendah dapat mempengaruhi

pola pikir, kemampuan dan wawasan petani serta memungkinkan kelompok tani

yang ada sulit untuk berkembang (Lestari, Yulida dan Kausar, 2015). Umumnya

orang yang berpendidikan tinggi di pedesaan cenderung berperan dalam

kehidupan sosial, sehingga sering terlibat dalam urusan kemasyarakatan (Yani,

2013).

Page 133: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

113

113

3. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan adalah macam pekerjaan yang dimiliki anggota KWT

sebagai pekerjaan utama atau sampingan. Kriteria jenis pekerjaan meliputi

anggota KWT yang memiliki pekerjaan hanya sebagai ibu rumah tangga, anggota

KWT yang memiliki 1 pekerjaan sampingan dan anggota KWT yang memiliki

lebih dari pekerjaan sampingan. Sebagian besar anggota KWT memiliki 1

pekerjaan sampingan selain menjadi ibu rumah tangga. Memiliki pekerjaan utama

ibu rumah tangga akan membuat anggota KWT lebih leluasa untuk berpartisipasi

dalam program KRPL. Kesempatan untuk mengikuti setiap kegiatan akan

semakin besar karena memiliki waktu luang yang lebih banyak. Selain itu,

pekerjaan sampingan sebagai seorang petani juga dapat mendukung pelaksanaan

program KRPL yang berbasis pertanian organik dengan memanfaatkan lahan

pekarangan. Sebaran penilaian responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat

dilihat pada tabel 23.

Tabel 23. Faktor Internal Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Jenis

Pekerjaan

Jumlah

Orang

Jumlah

Skor

Partisipasi

Rata-rata

Skor

Persentase

(%) Kategori

1 Ibu Rumah

Tangga 11 1041 94,64 75,10 Sedang

2

Ibu Rumah

Tangga + 1

Pekerjaan

sampingan

10 951 95,10 75,47 Sedang

3

Ibu Rumah

Tangga + 2

pekerjaan

sampingan

6 628 104,67 83,06 Tinggi

Jumlah 27 2620

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Berdasarkan tabel 23 diatas dapat diketahui bahwa anggota KWT yang

memiliki 2 pekerjaan sampingan memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dengan

persentase 83,06%. Berdasarkan observasi lapang diketahui bahwa anggota yang

memiliki 2 pekerjaan sampingan, salah satu pekerjaan sampingannya adalah

petani, sehingga memungkinkan untuk lebih mengetahui dalam hal pertanian.

Page 134: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

114

114

Seperti Ibu Sumarlikah yang memiliki pekerjaan sampingan petani dan karyawan

pabrik. Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara dengan Ibu Yuli

“Ibu Sumarlikah kan pinter, suka ngajarin ini cara nanem seperti ini kalau

lagi di demplot, ibunya kan petani asli.”

Gambar 13. Wawancara dengan Ibu Yuli

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Berdasarkan observasi lapang juga diketahui bahwa anggota yang memiliki

2 pekerjaan sampingan, umumnya bekerja di luar desa dan tidak setiap hari.

Seperti bu Aning bekerja sebagai karyawan di sarang walet yang bekerja setiap

hari senin sampai sabtu dari jam 7 pagi hingga jam 4 sore, sedangkan hari

minggunya digunakan untuk membantu suami di ladang. Ibu Ria Susanti sebagai

sensus toko juga bekerja setiap hari senin sampai sabtu saja mulai dari jam 8

sampai 2 siang, sedangkan untuk wiraswasta laundry nya hanya sewaktu waktu

saja ketika ada pelanggan. Ibu Eva selain berdagang juga menjahit, kegiatan

berdagangnya hanya dilakukan di rumah, selain itu menjahit pun hanya ketika ada

pesanan. Ibu Sumarlikah lebih utama menjadi petani, kalau sedang tidak ada

pekerjaan di ladang menjadi karyawan membuang plastik dan tutup botol

minuman. Ibu Jumakyah hanya bekerja menjadi pembantu di kos 1 minggu 4 kali

yaitu pada hari senin, selasa, kamis dan jumat mulai jam 7 pagi hingga 12 siang,

kalau sedang libur pergi ke ladang mulai jam 7 hingga 12 siang. Ibu Umini

bekerja pada hari senin hingga sabtu mulai jam 6 hingga 10 pagi, setelah itu

menjadi buruh tani ke ladang di lahan milik orang tua bersama kakaknya. Kalau

minggunya bekerja menjadi buruh tani mulai jam 7 hingga 12 siang.

Apabila ada kegiatan KRPL maka anggota tidak pergi ke ladang. Pertemuan

KWT pun biasanya diadakan pada hari sabtu sore ataupun minggu pagi. Pada hari

Page 135: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

115

115

minggu umumnya anggota yang bekerja itu libur, sehingga memungkinkan untuk

dapat mengikuti kegiatan KRPL. Berdasarkan uraian dari kegiatan anggota KWT

dalam 1 hari secara umum maka dapat disimpulkan bahwa faktor internal jenis

pekerjaan berperan dalam partisipasi anggota KWT dalam program KRPL.

4. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga merupakan tingkat pendapatan yang diterima keluarga

anggota KWT yang dinyatakan dalam rupiah. Terdapat 3 kategori pendapatan

anggota KWT yaitu yang pendapatan keluarganya lebih dari Rp 3.000.000 setiap

bulannya, pendapatan keluarga antara Rp 1.500.000 - Rp3.000.000 setiap

bulannya dan pendapatan kurang dari Rp 1.500.000 setiap bulannya. Sebaran

penilaian responden berdasarkan pendapatan keluarga dapat dilihat pada tabel 24.

Tabel 24. Faktor Internal Berdasarkan Pendapatan Keluarga

No. Pendapatan Jumlah

Orang

Jumlah

Skor

Partisipasi

Rata-rata

Skor

Persentase

(%) Kategori

1 <1,5 juta 7 711 101,57 80,61 Tinggi

2 1,5 – 3 juta 16 1507 94,18 74,75 Sedang

3 >3 juta 4 402 100,5 79,76 Tinggi

Jumlah 27 2620

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa anggota KWT yang memiliki

pendapatan kurang dari Rp1.500.000 memiliki persentase partisipasi 80,61% dan

masuk dalam kategori tinggi. Anggota KWT dengan pendapatan antara

Rp1.500.000-Rp3.000.000 memiliki persentase partisipasi 74,75% dan masuk

dalam kategori sedang. Anggota KWT dengan pendapatan lebih dari Rp3.000.000

memiliki persentase partisipasi 79,76% dan masuk dalam kategori tinggi.

Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa faktor internal pendapatan

keluarga berperan dalam partisipasi anggota KWT pada program KRPL.

Tingkat pendapatan keluarga didapatkan dari pendapatan kepala keluarga

dan dari sebagian besar anggota KWT yang tidak hanya berperan sebagai ibu

rumah tangga. Keharusan untuk melakukan pekerjaan lain tersebut mempengaruhi

tingkat partisipasi anggota pada program KRPL. Anggota dengan pendapatan

kurang dari Rp1.500.000 memiliki partisipasi yang tinggi karena dengan ikut aktif

Page 136: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

116

116

dalam program KRPL maka dapat merasakan manfaat dari program KRPL.

Pendapatan yang rendah dapat dibantu melalui pemanfaatan lahan pekarangan

untuk memenuhi gizi keluarga dan untuk mengurangi pengeluaran keluarga. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Hastuti (2009) yang menyatakan bahwa

partisipasi masyarakat terutama golongan kurang mampu cukup tinggi, baik

dalam keikutsertaannya di dalam kelembagaan maupun dalam pengambilan

keputusan, hal ini disebabkan karena didapatkan manfaat baik secara ekonomi

maupun sosial.

Anggota dengan pendapatan lebih dari Rp3.000.000 memiliki partisipasi

yang tinggi pula karena memiliki pendapatan yang baik dan mencukupi kebutuhan

sehari-hari sehingga mendorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

KRPL. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Nasution (2009) yang

menyatakan bahwa besarnya pendapatan memberi peluang bagi masyarakat untuk

berpartisipasi, karena penghasilan mempengaruhi kemampuan finansial

masyarakat. Masyarakat yang memiliki kemampuan finansial baik akan bersedia

untuk berpartisipasi dalam mensukseskan pembangunan. Didukung dengan

pendapat Pangestu, 1995 (dalam Anggita, 2016) bahwa pekerjaan dan penghasilan

yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang

untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa

untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang

mapan dari segi perekonomiannya.

5. Luas Lahan Pekarangan

Luas lahan pekarangan adalah jumlah luasan lahan pekarangan yang

dimiliki oleh anggota KWT dalam program KRPL. Luas lahan pekarangan adalah

salah satu faktor yang dapat berperan dalam partisipasi anggota pada program

KRPL. Semakin luas lahan pekarangan anggota KWT, maka harapannya semakin

tinggi tingkat partisipasinya pada program. Sebaran penilaian responden

berdasarkan luas lahan pekarangan dapat dilihat pada tabel 25.

Page 137: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

117

117

Tabel 25. Faktor Internal Berdasarkan Luas Lahan Pekarangan

No.

Luas Lahan

Pekarangan

(m2)

Jumlah

Orang

Jumlah

Skor

Partisipasi

Rata-rata

Skor

Persentase

(%) Kategori

1 <25 25 2392 95,68 75,94 Sedang

2 25-50 1 117 117 92,86 Tinggi

3 >50 1 111 111 88,09 Tinggi

Jumlah 27 2620

Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)

Berdasarkan tabel 25 di atas dapat dilihat bahwa anggota KWT dengan luas

lahan <25 m2 masuk dalam kategori partisipasi sedang. Sempitnya lahan

pekarangan dibantu dengan pemberian rak dari bambu agar anggota KWT dengan

lahan pekarangan yang sempit tetap dapat ikut berpartisipasi akan tetapi,

partisipasi anggota pada luasan yang sempit masuk dalam kategori sedang.

Anggota KWT yang memiliki luas lahan pekarangan 25-50 m2

masuk dalam

kategori partisipasi tinggi karena lahan tersebut merupakan milik dari ketua KWT

yaitu Ibu Umi. Ibu Umi cepat mengadopsi inovasi pertanian organik melalui

program KRPL karena memiliki kemampuan ekonomi yang baik. Begitu pula

dengan lahan pekarangan dengan luas >50 m2

masuk dalam kategori partisipasi

tinggi karena lahan tersebut adalah milik dari Bu Winariasih dan merupakan

lokasi KBD dan demplot, sehingga adanya kesediaan Ibu Winariasih menerapkan

teknologi karena pelatihan budidaya di lakukan di lahan pekarangannya.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Mardikanto (2009), bahwa

semakin luas lahan biasanya semakin cepat mengadopsi inovasi, karena memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik. Luas pemilikan lahan erat hubungannnya

dengan kesediaan petani untuk menerapkan teknologi (Faqih, 2011). Luas Lahan

merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi petani. Besar

kecilnya lahan mempengaruhi penerimaan yang diperoleh dari produk yang

dihasilkan (Lestari, Yulida dan Kausar, 2015).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa luas lahan pekarangan

ikut berperan dalam partisipasi anggota KWT dalam program KRPL. Anggota

dengan luas lahan yang sempit diberikan rak untuk dapat berpartisipasi. Jumlah

anggota dengan luas lahan pekarangan 25-50 m2

dan >50 m2

hanya masing-

Page 138: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

118

118

masing 1 orang. Faktor internal yang berperan dalam partisipasi secara

keseluruhan dapat dilihat pada tabel 26.

Tabel. 26. Faktor Internal yang Berperan dalam Partisipasi

No Faktor Internal Persentase Partisipasi Peringkat

1. Umur 78,97% V

2. Tingkat Pendidikan 85,47% II

3. Jenis Pekerjaan 83,06% III

4. Pendapatan Keluarga 80,18% IV

5. Luas lahan pekarangan 90,47% I

Sumber: Data Primer (Diolah), 2017

Faktor internal yang paling berperan dalam partisipasi anggota KWT dalam

program KRPL adalah luas lahan pekarangan dan tingkat pendidikan. Luas lahan

pekarangan memiliki partisipasi tertinggi dengan persentase 90,47% karena

semakin luas lahan semakin cepat mengadopsi inovasi, karena memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik. Tingkat pendidikan memiliki perentase

partisipasi kedua yaitu 85,47%. Pendidikan yang tinggi membuat anggota

memiliki sikap yang lebih kritis, memiliki pengetahuan yang lebih luas dan

keinginan untuk membuat KWT dapat berkembang dibandingkan anggota yang

lain. Mereka menempati posisi sebagai pemimpin seperti ketua dan sekretaris di

dalam kelompok.

5.2.3.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri suatu individu

anggota KWT. Faktor eksternal dapat menjadi faktor yang berperan dalam

keikutsertaan anggota KWT dalam program KRPL. Faktor eksternal dalam

penelitian ini terdiri dari peranan ketua KWT, peranan penyuluh, peranan kepala

desa, peranan harga sayuran organik dan peranan media komunikasi. Secara

keseluruhan hasil skor dan persentase eksternal yang berperan dalam partisipasi

anggota KWT dapat dilihat pada tabel 27.

Page 139: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

119

119

Tabel 27. Hasil Skor dan Persentase Faktor Eksternal yang berperan dalam

Partisipasi Anggota KWT

Faktor Eksternal Skor

Maksimal

Skor yang

dicapai

Persentase

(%) Kategori

Ketua KWT 81 81 100 Tinggi

Penyuluh Pertanian 81 79 97,53 Tinggi

Kepala Desa 81 30 37,04 Rendah

Harga Sayuran Organik 81 27 33,33 Rendah

Media Komunikasi 81 57 70,37 Sedang

Jumlah 405 274 67,65 Sedang

Sumber: Analisis Data Primer (Diolah), 2017

Keterangan:

Kategori Rendah = Rendah = 27–45 (33,33%–55,55%)

Kategori Sedang = Sedang = 45,01–63,01 (55,56%-77,78%)

Kategori Tinggi = Tinggi = 63,02–81 (77,79%-100%)

1. Peranan Ketua KWT

Ketua KWT sangat berperan dalam pencapaian partisipasi pada pelaksanaan

program KRPL. Berdasarkan tabel 26 di atas dapat dilihat bahwa semua anggota

KWT menyatakan ketua KWT sangat berperan dalam program KRPL. Ketua

KWT Dewi Sartika adalah ibu Umi Kalsum. Melalui hasil penelitian didapatkan

bahwa Ibu Umi Kalsum memliki peranan yang sangat besar dalam mengajak

anggota untuk ikut dalam setiap kegiatan. Ibu umi juga selalu ikut aktif di setiap

kegiatan. Semua responden beranggapan bahwa Ibu Umi adalah sosok pemimpin

yang bertanggung jawab, mempunyai ide-ide untuk pengembangan KRPL, jujur,

dan menjadi faktor yang berperan bagi anggota lain ikut serta dalam program

KRPL. Hal tersebut karena ketua KWT adalah bagian dari local campion. Para

local campion adalah orang/warga yang mempunyai atensi besar terhadap

program misalnya Kepala Desa, Ketua Kelompok Tani, Ketua Wanita Tani

(KWT), dan ketua PKK) di wilayah KRPL (BPTP Jatim, 2012). Hal tersebut

didukung dengan hasil wawancara.

“Bu Umi enak mbak, orangnya itu mau ada pertemuan mau ke rumah

anggota semua untuk ngajak pertemuan, ngajak kerja bakti, aktif di setiap

kegiatan, sebagai ketua berperan menjalankan kewajibannya.”(Ibu

Khoiramah)

“Bu Umi yo aktif orangnya, tanggung jawab nemen, punya ide-ide

tertentu.” (Ibu Yuli)

Page 140: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

120

120

“Bu Umi itu orangnya enak, jujur, tanggung jawab, sportif. Kalau ada kerja

bakti, memikirkan bagaimana konsumsinya. Entah itu gorengan atau bakso.

Kalau Bu Umi anggota pulang, kalau di sini belum beres, belum

pulang.”(Ibu Winariasih)

“Kalau ketuanya gini yah saya ikut. Kalau diminta datang pertemuan yah

saya datang. Sama bu Yuli bu Uminya”. (Ibu Sumarlikah)

(a) (b)

Gambar 14. Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Winariasih; b. Wawancara

dengan Ibu Sumarlikah

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

2. Peranan dari Penyuluh Pertanian

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penyuluh pertanian juga sangat

berperan dengan persentase 97,53% dan masuk dalam kategori tinggi. Penyuluh

pertanian yang terlibat dalam program KRPL adalah Bapak Ady dan Bapak

Suliana, namun penyuluh yang bertanggung jawab atas KWT Dewi Sartika pada

program KPRL adalah Bapak Ady. Pelaksanaan pendampingan di lapang antar

penyuluh saling bekerja sama membantu satu sama lain. Pak Ady termasuk

penyuluh yang baru sedangkan sebelumnya KWT Dewi Sartika dipegang oleh

Bapak Suliana. Pak Ady sebelumnya berdinas di BKP3 bagian

penganekaragaman.

Berdasarkan hasil di atas maka dapat disimpukan bahwa penyuluh pertanian

mempunyai peranan dalam partisipasi anggota KWT. Penyuluh pertanian

dianggap sangat berperan karena mampu membimbing dalam teknis budidaya,

membimbing kelengkapan administratif dalam program, melakukan kunjungan

rutin, memberikan informasi dan inovasi teknologi kepada anggota serta

memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi KWT. Hal tersebut juga

Page 141: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

121

121

sesuai dengan pendapat dari Sudrajat, Hardjanto dan Sundawati (2016) bahwa

faktor eksternal petani (penyuluhan, kelompok tani, dan akses informasi)

memberikan pengaruh nyata terhadap partisipasi. Penyuluhan dan pertemuan

kelompok telah menjadi sarana transfer pengetahuan bagi petani. Hal tersebut juga

didukung dengan hasil wawancara.

“Penyuluh itu orangnya selalu memberi pengetahuan baru, memberi solusi

kalau anggota ada masalah di tanamannya”. (Ibu Rini)

Penyuluh itu sangat membantu, pokoknya seneng lah ada yang

membimbing. Apalagi kalau mau ada peninjauan, yang administrasi harus

lengkap, Pak Ady selalu membantu”. (Ibu Umi)

“Pak Ady itu aktif, kalau ada pertemuan selalu datang. Selalu memberi

solusi. Kalau nggak bisa bantu ya dibuat pr.” (Ibu Putri Prawati)

“Pak Ady membimbing budidaya, melakukan kunjungan rutin tiap ada

pertemuan pasti datang, kalau ada masalah di anggota memberikan

solusi”. (Ibu Siti Mariyam)

“Penyuluhnya membimbing mbak, setiap pertemuan datang, memberi

informasi tentang tanaman, pupuk-pupuk, cara merawat, memberi solusi

kepada anggota kalau ada masalah”. (Ibu Ria Susanti)

(a) (b)

Gambar 15. Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Rini; b. Wawancara dengan

Ibu Putri Prawati

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

3. Peranan Kepala Desa

Berdasarkan hasil di atas diketahui bahwa persentase peranan kepala desa

adalah 37,04% dan masuk kategori rendah. Kepala desa Petungsewu saat ini

masih dalam masa peralihan dengan dipimpin oleh Kepala Desa Penanggung

Jawab (PJ) yaitu Bapak Hani dari Kecamatan, karena masa jabatan kepala desa

Page 142: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

122

122

sebelumnya Bapak Edy sudah habis dan belum dilakukan pemilihan kepala desa

lagi. Sejak kepemimpinan kepala desa sebelumnya maupun kepala desa PJ

peranan kepala desa tidak begitu terasa. Kepala desa hanya ikut andil memberikan

ijin program tanpa ikut hadir dan memberikan bantuan tambahan untuk

pelaksanaan program. Istri dari kepala desa Bapak Edy termasuk dalam anggota

dari KWT sehingga cukup diwakilkan kehadirannya melalui kehadiran ibu kepala

desa. Sedangkan untuk kepala desa PJ (Bapak Hani) tidak pernah hadir juga

dalam kegiatan KRPL hanya sesekali menanyakan perkembangan KRPL kepada

pengurus KWT khususnya ketua (Ibu Umi) dan Sekretarisnya (Ibu Yuli).

Sehingga peranan secara langsung dari kepala desa untuk meningkatkan

partisipasi anggota KWT dalam mengikuti program KRPL masih belum dapat

dirasakan oleh sebagian besar anggota. Hal tersebut didukung dengan hasil

wawancara.

“Kepala desa yang PJ rumahnya jauh, nggak pernah datang di KRPL.

Cuman ngijinin aja, nggak pernah hadir apa lihat-lihat gitu. Kalau satu

desa kan gampang, dekat kalau mau diundang-undang gitu.” (Ibu

Khoriamah)

“Kepala desa tidak pernah turun, cuma ibunya yang ikut karena

anggota.“(Ibu Umi)

“Kepala desa cuma tahu aja kalau ada KRPL. Kalau yang PJ nanya aja

perkembangannya. Kalau yang dulu yang hadir istrinya karena memang

anggota, bantuan dari desa pun belum ada. Nggak pernah nengok sama

sekali.” (Ibu Yuli)

(a) (b)

Gambar 16. Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Khoiramah; b. Wawancara

dengan Ibu Umi

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Page 143: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

123

123

4. Peranan Harga Sayuran Organik

Harga sayuran organik memungkinkan mempunyai peranan dalam anggota

KWT untuk berpartisipasi atau tidak dalam program KRPL. Indikator sangat

berperan apabila harga sayuran organik mampu menutupi biaya produksi dan

mendapatkan keuntungan. Indikator berperan apabila harga sayuran organik

mampu menutupi biaya produksi namun belum mendapatkan keuntungan. Kurang

berperan apabila belum mampu menutupi biaya produksi.

Harga sayuran organik dengan persentase 33,33% masuk kategori rendah.

Program KRPL adalah program yang berusaha memberdayakan ibu rumah tangga

untuk memanfaatkan lahan pekarangannya dan memberikan pengetahuan baru

mengenai budidaya sayuran organik kepada ibu rumah tangga. Harapannya selain

untuk dapat memenuhi gizi keluarga tapi juga untuk dapat dijual sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan rumah tangga anggota KWT. Budidaya dalam

program KRPL berusaha untuk organik, maka hasil yang didapatkan juga sayuran

yang organik. Sebagian besar anggota KWT tidak menjual hasil yang ditanam di

pekarangannya masing-masing, sehingga tinggi atau rendahnya harga sayuran

organiknya tidak dirasakan secara langsung oleh anggota KWT akan tetapi hasil

yang di demplot di jual

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil penjualan sayuran

organik khususnya hasil panen yang dari demplot belum mampu memenuhi biaya

produksi sehingga juga belum mendapatkan keuntungan bagi kelompok. Harga

sayuran yang dijual masih sama dengan sayuran yang bukan organik. Masyarakat

sekitar masih belum mampu menyadari perbedaan sayuran organik dan non

organik. Seharusnya harga yang dijual bisa lebih tinggi dari sayuran non organik,

sehingga uang yang didapatkan dari penjualan dapat digunakan untuk perputaran

uang kas yang ada di kelompok agar program KRPL tetap berlanjut walaupun

sudah tidak lagi mendapatkan tambahan bantuan dana dari BKP3. Ketika harga

sayuran organik tinggi akan dapat meningkatkan partisipasi anggota untuk aktif

dalam kegiatan KRPL karena merasakan hasil yang signifikan berbeda

dibandingkan dengan ibu rumah tangga di desa Petungsewu lainnya yang tidak

mengikuti KWT dan khususnya menerapkan program KRPL. Hal tersebut

didukung dengan hasil wawancara.

Page 144: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

124

124

“Sayur yang organik sama yang pestisida, orang-orang nggak tahu

bedanya. Bisa renyah, warnaya udah beda. Perbedaan masih belum pada

tahu, jadi harganya masih sama aja. Saya kira masih belum bisa menutupi

biaya produksi cuma bisa untuk pemasukan ajalah.” (Ibu Pranti)

“Tapi kalau di desa itu sama saja karena dilihat sama-sama saja, belum

bisa membedakan. Padahal ada bedanya, bedanya seperti lebih enak. Jadi,

belum nutupin biaya beli kaya bibit, tanah sama yang lainnya”.(Ibu Sujiati)

“Kalau untuk harga belum bisa nutupin, harga sama masyarakat itu

tahunya sayur organik sama yang nggak itu sama. Hasilnya juga dibagikan

ke anggota juga. Yang dijual sedikit”. (Ibu Sujiati)

(a) (b)

Gambar 17. Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Pranti; b. Wawancara dengan

Ibu Sujiati

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5. Peranan Media Komunikasi

Peranan media komunikasi seiring dengan perkembangan jaman dianggap

sebagai suatu kebutuhan untuk mempermudah proses komunikasi di dalam

kelompok. Anggota KWT yang memiliki dan menggunakan media komunikasi

(penggunaan Handphone) dalam setiap kegiatan pada program KRPL (telpon,

sms, WA, dan BBM) akan dijelaskan kaitannya dengan partisipasi. Berdasarkan

data di atas dapat dilihat bahwa anggota KWT memanfaatkan media komunikasi

Handphone masih dalam kategori sedang dengan persentase 70,37%, jadi

Handphone hanya digunakan sebatas telepon dan sms dalam program KPRL.

Penggunaan media komunikasi untuk mempercepat persebaran informasi kepada

anggota. Misalkan untuk menginformasikan terkait akan diadakan kegiatan rapat

Page 145: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

125

125

maupun kumpul untuk perawatan dan sebagainya. Selain penggunaan media

komunikasi untuk menginformasikan apabila ada perkumpulan, biasanya ketua

KWT dan sekretarisnya mendatangi satu-satu rumah anggota. Hal tersebut

didukung dengan hasil wawancara.

“Infonya dari pengurus langsung ke rumah-rumah anggota, kaya ketua.

Kan rumahnya deket. Ada Handphone, pernah lewat sms kadang telpon

juga. Nggak ada grub WA atau BBM.” (Ibu Rumayani)

“Lewat sms, ibu ketuanya. Pernah di telpon. Kalau nggak sempet ke rumah

nanti sms. BBM sama WA nggak mbak. Aku bisane cuma telpon dan sms.

Kayak yang lainne nggak ingin tahu mbak.” (Ibu Siti Mariyam)

(a) (b)

Gambar 18. Wawancara: a. Wawancara dengan Ibu Rumayani; b. Wawancara

dengan Ibu Siti Mariyam

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Faktor eksternal yang paling berperan sebagai pendorong keikutsertaan

anggota KWT dalam program KRPL adalah peran ketua KWT dan penyuluh

pertanian. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan peranan

ketua KWT dan penyuluh pertanian masuk dalam kategori tinggi. Ketua KWT

selalu mengajak anggota untuk ikut dalam setiap kegiatan. Ibu Umi adalah sosok

pemimpin yang bertanggung jawab, mempunyai ide-ide untuk pengembangan

KRPL, jujur, dan menjadi faktor yang berperan bagi anggota lain ikut serta dalam

program KRPL. Bimbingan penyuluh baik dalam hal budidaya maupun

administrasi juga mendorong anggota untuk berpartisipasi aktif dalam program

KRPL.

Page 146: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

126

126

VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Implementasi program KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa

Petungsewu.

a. Tahap perencanaan adalah tahap awal untuk mendapatkan program KRPL

mulai penawaran KRPL dari BKP3 kepada semua kecamatan pengajuan

proposal, seleksi proposal, cek lokasi KWT, pemilihan KWT penerima

program KRPL, sosialisasi dari BKP3, penyerahan RKKA ke BKP3, sosialisasi

teknis dari BKP3, pembuatan rekening kelompok, transfer dana dan

pembelanjaan dana.

b. Tahap pelaksanaan adalah budidaya sayuran mulai dari penyiapan media

tanam, pembibitan, penanaman, perawatan, panen dan pasca panen serta

pemasaran hasil. Selain itu, adanya budidaya lele, pelatihan pembuatan pupuk

cair dan pestisida nabati.

c. Tahap evaluasi adalah kegiatan monev dari BKP3 sebanyak 2 kali pada 10

Maret 2016 dan 18 Oktober 2016 serta pembahasan permasalahan yang ada di

KWT.

d. Tahap pemanfaatan hasil adalah berupa pemanfaatan sarana dan prasarana

produksi hingga pemanfaatan hasil dari budidaya tanaman yang dilakukan.

Kendala dalam implementasi yaitu dalam pembuatan Rencana Kegiatan dan

Kebutuhan Anggaran (RKKA) masih belum melibatkan anggota KWT, KWT

belum memiliki produk unggulan dan budidaya agrokompleks masih belum

dilaksanakan dengan optimal hanya terfokus pada sektor pertanian.

2. Partisipasi anggota KWT pada program KRPL tergolong sedang persentase

76,06%. Partisipasi anggota KWT pada tahap perencanaan tergolong sedang

dengan persentase 66,78% dikarenakan sebagian besar anggota KWT belum

ikut berpartisipasi dalam perencanaan terutama dalam pembuatan Rencana

Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKKA). Pada tahap pelaksanaan

tergolong tinggi dengan persentase 80,56% dikarenakan sebagian besar

Page 147: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

127

127

anggota KWT ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan terutama dalam penerapan

sistem pemupukan dan sistem pengendalian HPT. Pada tahap evaluasi

tergolong sedang dengan persentase 71,60% dikarenakan sebagian besar

anggota KWT belum ikut berpartisipasi aktif dalam evaluasi terutama dalam

evaluasi anggaran. Pada tahap pemanfaatan hasil tergolong tinggi dengan

persentase 85,30% dikarenakan sebagian besar anggota KWT sudah aktif ikut

menikmati hasil dengan mengikuti program KRPL.

3. Faktor yang berperan dalam partisipasi anggota KWT pada program KRPL

adalah faktor internal dan faktor eksternal.

a. Persentase faktor internal berdasarkan umur adalah 78,97%, berdasarkan

tingkat pendidikan adalah 85,47%, berdasarkan jenis pekerjaan adalah 83,06%,

berdasarkan pendapatan keluarga adalah 80,18% dan berdasarkan luas lahan

pekarangan adalah 90,47%. Faktor internal yang paling berperan dalam

partisipasi anggota KWT dalam program KRPL adalah luas lahan pekarangan

dan tingkat pendidikan. Luas lahan pekarangan memiliki partisipasi tertinggi

karena semakin luas lahan semakin cepat mengadopsi inovasi, karena memiliki

kemampuan ekonomi yang lebih baik. Tingkat pendidikan memiliki perentase

partisipasi kedua karena pendidikan yang tinggi membuat anggota memiliki

sikap yang lebih kritis, memiliki pengetahuan yang lebih luas dan keinginan

untuk membuat KWT dapat berkembang dibandingkan anggota yang lain.

Mereka juga menempati posisi sebagai pemimpin seperti ketua dan sekretaris

di dalam kelompok.

b. Persentase faktor eksternal berdasarkan peranan ketua KWT 100%, penyuluh

pertanian 97,53%, kepala desa 37,04%, harga sayuran organik 33,33% dan

media komunikasi 70,37%. Peranan dengan kategori rendah adalah peranan

harga sayuran organik dan kepala desa. Harga sayuran organik memiliki

peranan yang rendah karena hasil penjualan sayuran organik khususnya hasil

panen yang dari demplot belum mampu memenuhi biaya produksi sehingga

juga belum mendapatkan keuntungan bagi kelompok. Kepala desa memiliki

peranan yang rendah karena kepala desa hanya ikut andil memberikan ijin

program tanpa ikut hadir dan memberikan bantuan tambahan untuk

pelaksanaan program KPRL.

Page 148: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

128

128

6.2 Saran

Beberapa saran yang diajukan terkait hasil penelitian ini adalah

1. Saran bagi penyuluh :

a. Melibatkan anggota KWT pada perencanaan kegiatan agar ada rasa memiliki

program di dalam diri anggota KWT khususnya dalam proses pembuatan

RKKA.

b. Perlu adanya pengungkapan kembali tujuan yang harus di capai pada tahap

pengembangan yaitu KWT memiliki produk unggulan.

c. Perlu adanya pendekatan dari penyuluh kepada anggota untuk mengungkap

keinginan anggota sehingga dapat dilakukan upaya peningkatkan partisipasi

anggota.

2. Saran bagi anggota Kelompok Wanita Tani:

a. Program KPRL agrokompleks diupayakan untuk dilakukan secara lengkap,

sehingga tidak hanya fokus pada sektor pertanian, tetapi juga memperhatikan

sektor yang lain seperti sektor perikanan. Sektor perikanan yang dijalankan

KWT dengan membudidayakan lele tidak berjalan dengan baik, sehingga

budidaya lele dapat dilaksanakan dengan lebih baik agar hasilnya sesuai

dengan harapan.

b. Membuat produk unggulan KWT

c. Mengingat partisipasi anggota KWT masih tergolong sedang, maka

kedepannya anggota KWT perlu meningkatkan keikutsertaannya dalam

berbagai kegiatan yang ada dalam program khususnya pada tahap evaluasi

yaitu evaluasi anggaran. Evaluasi itu penting agar kegiatan KRPL kedepannya

lebih baik sehingga dapat tercapai keberhasilan dan keberlanjutan program.

3. Saran bagi pemerintah setempat khususnya kepala desa:

Bagi Kepala Desa diharapkan untuk ikut dalam kegiatan penting KWT seperti

saat ada pelatihan dan monev dari BKP3 agar anggota KWT lebih termotivasi

mengikuti setiap kegiatan di KWT. Selain itu, Kepala Desa diharapkan dapat

memberikan bantuan tambahan dana untuk pengembangan produkunggulan

KWT, karena saat ini KWT belum memiliki produk unggulan KWT dan KWT

sudah tidak lagi mendapatkan bantuan dana lagi dari BKP3 untuk

pengembangan produk unggulan.

Page 149: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

129

129

DAFTAR PUSTAKA

Anggita, M. W. 2016. Partisipasi Petani dan Strategi Komunikasi dalam Kegiatan

GP-PTT (Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu) pada program

Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai. Skripsi. Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Ardial. 2013. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Bumi Aksara.

Jakarta.

Ashari, Saptana dan T.B.Purwantini. 2012. Potensi dan Prospek Pemanfaatan

Lahan Pekarangan untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Forum Penelitian

Agro Ekonomi. Vol 30 (1): 13-30.

Badan Ketahanan Pangan. 2014. Laporan Kinerja Tahun 2014. Pemerintah

Provinsi Jawa Timur.

Badan Ketahanan Pangan. 2017. Rakor Program dan Kegiatan Pembangunan

Ketahanan Pangan Tahun 2017 (Online). http://bkp.pertanian.go.id/berita-

418-rakor-program-dan-kegiatan-pembangunan-ketahanan-pangan-tahun-

2017.html. Diakses pada 30 Januari 2016.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2014. Kawasan Rumah Pangan

Lestari: Pekarangan untuk Diversifikasi Pangan. IAARD Press. Jakarta.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. 2012. Serba-serbi Kawasan

Rumah Pangan Lestari di Jawa Timur. Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Kementerian Pertanian.

Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Dewi, N.L.P.C., W. Sudarta, dan I.G.S.A. Putra. 2015. Partisipasi Anggota

Kelompok Wanita Tani Pangan Sari pada Program Kawasan Rumah Pangan

Lestari. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. Vol. 4(5). ISSN:2301-6523.

Faisal, S. 2001. Format-format Penelitian Sosial. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Faqih, A. 2011. Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok

Tani dengan Keberhasilan Program PUAP. Prosiding SnaPP 2011: Sosial,

Ekonomi dan Humaniora. ISSN 2089-3590.

Hastuti, E. L. 2009. Dinamika Kelembagaan Hubungan Ketenagakerjaan di

Masyarakat Pedesaan. FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Vol 27

(2): 117-131.

He, J., M.H. Ho dan J. Xu. 2015. Participatory Selection of Tree Species for

Agroforestry on Sloping Land in North Korea. International Mountain

Society. Mountain Research and Development. Vol. 35 (4): 318-327.

Page 150: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

130

130

Irwansyah, Muhdar dan Jamaludin. 2015. Partisipasi Masyarakat dalam Program

Corporate Social Responsibility PT. Arutmin Nort Pulau Laut Coal

Terminal Kotabaru. Jurnal Bisnis dan Pembangunan. Vol. 1 (1).

Juknis P2KP (Petunjuk Teknis Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan).

2016. Petunjuk Teknis Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi

Pangan. Menteri Pertanian RI.

Kementerian Pertanian. 2012. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL). Menteri Pertanian RI.

Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun

2015-2019. Menteri Pertanian RI.

Kiseto, H. R. 2014. Participation of Farmers In Irrigation Schemes In Tanzania: A

Case Of Kwamadebe Irrigation Scheme In Kondoa District. A Dissertation

Submitted In Partial Fulfilment of The Requirements For The Degree Of A

Master of Science In Agricultural Education And Extension Of Sokoine

University Of Agriculture. Morogoro, Tanzania

Kurniawan, M.A., Soemarno dan M. Purnomo. 2015. Partisipasi Masyarakat

dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa Mojokrapak, Kecamatan

Tembelang, Jombang. J-PAL. Vol 6(2). ISSN: 2087-3522. E-ISSN: 2338-

1671.

Lastinawati, E. 2011. Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kab. Oku.

AgronobiS. Vol 3(5). ISSN: 1979-8245X.

Lestari, A. R. Yulida dan Kausar. 2015. Analisis Dinamika Kelompok Tani Karet

(Hevea brasiliensis) di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar.

Jom Faperta. Vol 2(2).

Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Lembaga Pengembagan

Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS

Press). Surakarta.

Miles, M.B., Huberman, A.M dan Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis: A

Methods Sourcebook. Third Edition. SAGE Publication, Inc. United States

of America.

Nasution, Z. 2009. Solidaritas Sosial dan Partisipasi Masyarakat Desa Transisi.

UMM Press. Malang.

Nurjannah, R., R. Yulida, dan E. Sayamar. 2015. Tingkat Partisipasi Anggota

Kelompok Wanita Tani Dalam Program Model Kawasan Rumah Pangan

Lestari (M-Krpl) Di Desa Tualang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak.

Jom Faperta. Vol 2(1).

Page 151: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

131

131

Purwantini, T. B., Saptana dan S. Suharyono. 2012. Program Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL) di Kabupaten Pacitan: Analisis Dampak dan

Antisipasi ke Depan. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol 10 (3): 239-256.

Rizal, M. dan S.P. Rahayu. 2015. Tingkat Partisipasi Petani dalam Kelompok

Tani Padi Sawah untuk mendukung Program M-P3MI di Kabupaten Paser,

Kalimantan Timur. PROS SEM NAS MASY BIODUV INDOV. Vol.1(2):

352-357. ISSN: 2407-8050.

Remiswal. 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas Lokal.

Graha Ilmu. Yogyakarta.

Serikat Petani Indonesia. 2014. Laporan Terbaru FAO: Paradigma Ketahanan

Pangan Gagal Capai Penurunan Kelaparan Dunia, Kedaulatan Pangan Jadi

Jawaban(Online). http://www.spi.or.id/laporan-terbaru-fao-paradigma

ketahanan-pangan-gagal-capai-penurunan-kelaparan-dunia-kedaulatan

pangan-jadi-jawaban/. Diakses pada 23 Desember 2016.

Setiani, C. dan T. Prasetyo. 2014. Partisipasi Pembangunan Pekarangan dalam

Perspektif Pertanian Berkelanjutan. IAARD Press. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian

Silalahi, U. 2010. Metode Penelitian Sosial. PT. Refika Aditama. Bandung.

Singarimbun, M., dan S. Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES.

Jakarta.

Situs Pemerintah Kabupaten Malang. 2016. Batas Wilayah (Online).

http://dau.malangkab.go.id/?page_id=24. Diakses pada 3 Mei 2017.

Solekhan, M. 2014. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis Partisipasi

Mayarakat. Setara Press. Malang.

Sriati, N. Hakim, dan M. Arby. 2015. Partisipasi dan Kinerja Kelompoktani

peserta Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) di Lahan

Suboptimal (Kasus di Desa Rejosari, Kec Muara Sugihan, Kab. Banyuasin.

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09

Oktober 2015. ISBN: 979-587-580-9.

Subagyo, P. 2012. Statistika Deskriptif. BPFE. Yogyakarta.

Sudrajat, A., Hardjanto dan L. Sundawati. 2016. Partisipasi Petani dalam

Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari: Kasus di Desa Cikeusal dan Desa

Kananga Kabupaten Kuningan. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol 7S(1). ISSN:

2086-8227.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung.

Sukriman, M. 2015. Struktur, Nilai, dan Fungsi Batata dalam Ritual Lapambai

Pada Masyarakat Tomia Kabupaten Wakatobi. Jurnal Humanika. ISSN

1979-8296. Vol 3(15).

Page 152: PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT ...repository.ub.ac.id/5274/1/Puput Dewi Mulasari.pdfMelalui Konsep KRPL di Kelompok Wanita Tani Dewi Sartika, Desa Petungsewu meliputi

132

132

Suwardane, K.E., I.D.P. Oka, Suardi dan M.TH. Handayani. 2015. Partisipasi

Petani dalam Pengembangan Program Hutan Rakyat di Dusun Talang

Gunung Desa Talang Batu Kecamatan Mesuji Timur Kabupaten Mesuji

Provinsi Lampung. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. Vol 4(2). ISSN:

2301-6523.

Undang-undang No. 18. 2012. Pangan. Pasal 60. Undang-undang Republik

Indonesia.

Wulansari, T.A. 2015. Peran Masyarakat Desa Landungsari Kabupaten Malang

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des)

TAHUN 2013 – 2019. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. ISSN. 2442

6962. Vol 4(3).

Yani, D.E. Partisipasi Anggota Kelompok Tani dalam Menganalisis Data

Keadaan Pada Usahatani Sayuran. Jurnal Matematika, Sains dan Teknologi.

Vol 14(1).

Zuriah, N. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. PT Bumi Aksara.

Jakarta.